• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SMA N 1 AMPEK NAGARI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SMA N 1 AMPEK NAGARI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI SMA N 1 AMPEK NAGARI KECAMATAN AMPEK NAGARI

KABUPATEN AGAM By:

Susi Susanti*Buchari Nurdin**Zulfa**

History Education College Student of STKIP PGRI Western Sumatra* History Education Lecturers of STKIP PGRI Western Sumatra**

ABSTRACT

This script explain about history lesson in character education for student in SMA N 1 Ampek Nagari kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Based on the main problem above, so this research purpose is to describe (1) planning learning form of history in student character education. (2) studying form in character education of student, and (3) problems which were found in character education of student.The type of research is descriptive qualitative. Therefore the informant of this research is history teacher, deputy curriculum, and student. The data collecting was done through observation, interview and documentation.The result of this research shown that: (1) in studying planning of history teacher has written the character in studying syllabus and also the planning of learning which is stated in character value on exploration, elaboration, and confirmation. (2) in doing learning history teacher has added character value through strategy and learning media, but the value which still can be implemented are honesty, discipline, patriotism, and responsibility. Meanwhile the other values hasn’t been found in learning process. (3) the problem which were found in doing studying was that the difficulties in choosing suit learning media, difficulty in stacking suit strategy, and difficulties in connecting material with character value. So that, it can be concluded that history teacher has struggled to implement character education to student even it’s still not maximal yet.

Keyword: History learning, character education PENDAHULUAN

Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan . karakter menggambarkan kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan yang baik. Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu : kualitas proses dan produk, namun sepertinya pendidikan yang ada di Indonesia sekarang ini kurang memperhatikan hal itu, yang diinginkan membentuk manusia yang cerdas tetapi dengan cara cepat tanpa memperdulikan prosesnya (Wahyuni, 2012: 2).

Guru adalah seorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang, kehadiran guru ditengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia

untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, dan agama. Guru merupakan faktor penting karena guru adalah penggerak dari bermacam-macam faktor yang ada, diantaranya guru sebagai pendidik dan pengajar, guru sebagai anggota masyarakat, guru sebagai pemimpin, dan guru sebagai pelaksana administrasi ringan (Hamalik, 2006:42-44).

Secara teoritis, karakter seseorang dapat diamati dari tiga aspek yaitu : mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan, dan mau berperilaku

(3)

baik sehingga terbentuklah tabiat yang baik (Retno Listyarti, 2012:4).

Beranjak dari fenomena bangsa yang sedang mengalami penurunan dalam aspek moral dan karakter bangsa, diharapkan pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa. Pelajaran sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan, sebagaimana dikemukakan oleh Hasan (2008:23) yang menyatakan bahwa sesungguhnya pembelajaran sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan guna membangun karakter bangsa. Potensi-potensi tersebut sebagai berikut :

1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis

2) Mengembangkan rasa ingin tahu 3) Mengembangkan kemampuan

berpikir kreatif

4) Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan 5) Membangun dan mengembangkan

semangat kebangsaan

6) Mengembangkan kepedulian sosial 7) Mengembangkan kemampuan

berkomonikasi

8) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi 9) Mengembangkan sikap cinta tanah

air

10) Mengembangkan sikap tanggung jawab

11) Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan serta membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan

Berkaitan dengan kondisi yang dikemukakan, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru sejarah Nuryanis dan guru Bimbingan Konseling Riska Topia pada tanggal 23 s/d 25 Maret 2015 bahwa masih ada sebagian peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari yang belum mampu mentaati peraturan yang telah ditetapkan sekolah diantaranya perihal berpakain seragam, beberapa diantaranya ditemukan siswa yang tidak mengenakan kelengkapan seragam. Kelengkapan tersebut seperti nama pada baju, celana laki-laki yang model pensil, sepatu sekolah yang berwarna, dan tidak memakai topi ketika sedang

melaksanakan upacara bendera. Hal lain yang terjadi adalah beberapa siswa terlihat santai berjalan meskipun terlambat masuk kedalam barisan untuk melaksanakan upacara bendera. Hal tersebut menunjukkan sikap kurang disiplin siswa.

Tingkat kedisiplinan yang rendah turut berdampak pada sikap nasionalisme. Perwujudan nasionalisme dapat dilihat ketika mengikuti upacara bendara hari senin, beberapa siswa masih saja berbincang-bincang dengan teman sebelahnya. Fenomena lain yang terlihat yakni sikap saling menghormati siswa masih kurang dintaranya dapat dilihat dari sikap siswa yang belum semuanya menghormati guru atau orang yang lebih tua dari mereka.

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengangkat masalah ini untuk dijadikan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Sejarah Dalam Pendidikan Karakter Pada Peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam“.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk perencanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam, mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam, dan mendeskripsikan kendala-kendala apa saja yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan penulis menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai Pembelajaran Sejarah Dalam Pendidikan Karakter Peserta Didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. . Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2014:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

(4)

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016.

Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:124). Dapat diartikan bahwa penarikan sampling secara sengaja yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Artinya hanya orang yang dianggap paling tahu tentang masalah yang dikaji.

Upaya dalam mendapatkan keterangan dan data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, maka informan dalam penelitian ini adalah adalah guru sejarah kelas XI IPS 1. Agar data lebih sempurna ditambah lagi dengan keterangan siswa kelas XI IPS 1, wakil kurikulum dan Kepala sekolah.

Sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang dikumpulkan adalah data primer dan data skunder. Menurut Mahmud (2011:152) menjelaskan bahwa data primer yaitu data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian, sedangkan data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut yang peneliti menunjang data pokok. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari guru sejarah kelas XI IPS 1, sedangkan data sekunder diperoleh dari siswa kelas XI IPS 1 dan Kepala sekolah di SMA N 1 Ampek Nagari serta RPP selama 8 kali pertemuan pada . siswa kelas XI IPS 1 SMA N 1 Ampek Nagari.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancaran dan studi dokumentasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini dijelaskan peranan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Peranan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik yang meliputi perencanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter, pelaksanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter, dan kendala-kendala pada saat pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah.

a. Perencanaan Pembelajaran Sejarah dalam pendidikan Karakter Disiplin, Tanggung Jawab, Jujur, Patriotrisme dan Nasionalisme Pada Peserta Didik di SMA N 1 Ampek Nagari

Di dalam perencanaan pembelajaran yang mulai dari penyusunan program tahunan, program semsester, silabus, dan RPP untuk mencapai SK, KD dengan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana tercantum dalam lampiran Permendiknas NO. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam penelitian ini, perencanaan pembelajaran yang diambil terfokus pada perencanaann yang dimiliki oleh guru sejarah kelas XI IPS 1.

Silabus pembelajaran sejarah ditemukan aspek pendidikan karakter yaitu pada kolom nilai budaya dan karakter bangsa. Pada kolom ini dicantumkan nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang terdapat pada kolom ini adalah religius, toleransi, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, nasionlisme, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Persiapan pembelajaran berikutnya yang disusun oleh guru sejarah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi tentang : identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode, strategi pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian. Dalam memasukan aspek karakter pada rencana

(5)

pelaksanaan pembelajaran sejarah, guru sejarah menyesuaikannya dengan materi pelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter Melalui Mata Pelajaran Sejarah Pada Peserta Didik di SMA N 1 Ampek Nagari Pada pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter melalui mata pelajaran sejarah oleh guru sejarah sudah teraplikasikan di dalam kelas yaitu pada kegiatan inti pembalajaran (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah pada pelaksanaan pembelajaran 1-8 di dalam kelas. Nilai karakter yang teraplikasikan pada pelaksanaan pembelajaran sejarah pada pelaksanaan pembelajaran 1-8 adalah disiplin, jujur, bertanggung jawab, dan patriotrisme.

c. Kendala-kendala pada pelaksanaan pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter

Pada bagian ini akan dijelaskan kendala-kendala yang dialami guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas adalah sebagai berikut :

1. Kesukaran guru sejarah dalam menggunakan media yang tepat Media adalah salah satu alat yang digunakan oleh guru dalam menunjang proses kegiatan belajar di dalam kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dari delapan kali pelaksanaan pembelajaran yang amati di dalam kelas dapat disimpulkan bahwa guru sejarah Nuryanis belum sepenuhnya bisa menggunakan media yang tepat. Hal ini seperti contoh guru sejarah tidak pernah menggunakan media infokus dalam kegiatan pembelajaran sejarah di dalam kelas.

2. Kesukaran guru sejarah dalam menetapkan strategi pembelajaran yang cocok

Strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi). Pada pelaksanaan pembelajaran yang peneliti amati di dalam kelas, strategi belajar yang digunakan guru sejarah Nuryanis hanya terfokus pada strategi diskusi kelompok, ceramah, dan tanya jawab.

3. Kesukaran guru sejarah dalam mengaitkan materi dengan nilai karakter

Mata pelajaran sejarah memiliki peranan strategis dalam membentuk watak peserta didik yang lebih berkarakter. Nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran sejarah adalah bertanggung jawab, patriotrisme, dan Nasionalisme. Guru sejarah dalam hal ini berperan penting dalam menamkan nilai karakter kepada siswa sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarnya. namun kenyataanya guru sejarah kesulitan dalam mengaitkan materi pelajaran dengan nilai karakter yang akan ditanamkan.

B. Pembahasan

Perencanaan pembelajaran sejarah yang disusun oleh guru dicantumkan aspek nilai-nilai karakter yaitu pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada silabus pembelajaran dicantumkan aspek karakter yaitu pada kolom nilai karakter. Sedangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dicantumkan pada kegiatan inti pelajaran yaitu pada kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Temuan ini sesuai dengan Ahmad Sabri (2010:1) yang menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran karena kegiatan yang direncanakan dengan matang akan mudah tercapai.

Pembelajaran sejarah dalam menanamkan nilai karakter juga ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas oleh guru sejarah. Guru sejarah menanamkan nilai karakter pada kegiatan inti pelajaran yaitu pada saat eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter melalui mata pelajaran sejarah oleh guru sejarah adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan ke 1; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah karakter disiplin, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Hariyanto (2011:45-46) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh guru berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai

(6)

dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan pembelajaran sejarah adalah salah satunya menumbuhkan apresiasi peserta didik dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan materi pelajaran proses perkembangan agama Hindu-Budha di India. Hal ini sesuai dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:16) yang menyatakan proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. Strategi yang digunakan guru sejarah dalam menanamkan nilai karakter disiplin, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab adalah melalui penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008:147) yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Pertemuan ke 2; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah disiplin, bekerja sama, tanggung jawab, dan rasa ingin tahu. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Hariyanto (2011: 45) mendefenisikan pendidikan karakter sebagai istilah payung (umbrella term) yang acap kali digunakan dalam mendeskripsikan pembelajaran dari dari guru kepada anak-anak dengan sesuatu cara yang dapat membantu mereka mengembangkan berbagai hal terkait moral, kewargaan, sikap tidak suka

memalak, menunjukkan kebaikan, sopan santun dan etika, perilaku, bersikap sehat, kritis, keberhasilan, menjunjung nilai tradisional, serta menjadi makhluk yang memenuhi norma-norma sosial dan dapat diterima secara sosial. Nilai karakter ditananamkan oleh guru sejarah pada proses pembelajaran sejarah dengan materi jalur masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia dan teori tentang masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2008:123) yang menyatakan tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman, sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat sinabung dan fungsional, tidak bersifat sementara, bersifat positif dan efektif, memiliki arah dan tujuan, dan mencakup seluruh aspek perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan. Nilai karakter ini ditanamkan oleh guru sejarah melalui strategi dan metode pembelajaran diskusi kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2008:147) yang menyatakan strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru atau praktik guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien dalam membentuk prilaku peserta didik di dalam kelas. 3. Pertemuan ke 3; nilai karakter yang

ditanamkan oleh guru sejarah adalah disiplin, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Hariyanto yang menyatakan pendidikan karakter sebagai istilah payung yang acap kali digunakan dalam mendeskripsikan pembelajaran dari guru kepada anak-anak dengan sesuatu cara yang dapat membantu mereka mengembangkan berbagai hal terkait moral, kewargaan, sikap, menunjuk kebaikan, sopan santun dan etika, perilaku, bersikap sehat, kritis, keberhasilan, menjunjung nilai tradisional, serta menjadi makhluk

(7)

yang memenuhi norma-norma sosial dan dapat diterima secara sosial. Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah dengan materi pelajaran dengan materi pelajaran muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha tertua di berbagai daerah di Indonesia (kerajaan Kutai, Tarumanegara, dan Melayu). Hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 tahun 2006 yang menyatakan mata pelajaran sejarah memiliki peranan strategis dalam pembentukkan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rassa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembentukan kepribadian nasional beserta identitas dan jati diri tidak akan terwujud tanpa adanya pengembangan kesadaran sejarah sebagai sumber inspirasi dan aspirasi. Metode yang digunakan guru sejarah dalam pelaksaan pendidikan karakter adalah metode ceramah, tugas kelompok, diskusi kelompok, dan tanya jawab dengan strategi inkuiri guru melakukan tanya jawab dengan siswa secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerlach dan Ely yang dikutip Wakhinuddin (2010:45) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi dalam lingkungan pembelajaran tertentu, yang meliputi lingkup, urutan kegiatan dan sifatnya yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.

4. Pertemuan ke 4; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah adalah disiplin, menghargai prestasi, dan cinta tanah air. Hal ini sesuai dengan pendapat Doni Koesoma (2010:135) yang menyatakan tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan yang lebih menghargai kebebasan individu. Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah melalui materi pelajaran muncul dan berkembangnya kerajaan Hindu Budha di berbagai daerah di Indonesia (kerajaan Sriwijaya dan Mataram Kuno). Hal ini sesuai dengan pendapat

Aunurrahaman (2010:48) yang menyatakan belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut dapat diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. Perilaku belajar tersebut ada hubungannya dengan desain instruksional khusus atau sasaran belajar.

Cara guru sejarah menanamkan nilai karakter kepada siswa dalam pembelajaran adalah dengan metode diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan dengan pendekatan inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dalam Sunhaji ( 2009:1) yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam melaksanakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

5. Pertemuan ke 5; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah disiplin, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Hariyanto (2011:45-46) yang menyatakan pandidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjaadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Guru sejarah menanamkan nilai karakter pada peserta didik melalui materi pelajaran muncul dan berkembangnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia (kerajaan Kediri dan Singasari). Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan

(8)

nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan pembelajaran sejarah adalah salah satunya menumbuhkan apresiasi peserta didik dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.

Cara guru sejarah menanamkan nilai karakter kepada siswa dalam pembelajaran adalah dengan metode diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan dengan pendekatan inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dalam Sunhaji ( 2009:1) yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam melaksanakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

6. Pertemuan ke 6; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah disiplin, tanggung jawab, dan menghargai prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Saptono (2011 :23) yang menyatakan pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good charakter) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan pembelajaran sejarah adalah salah satunya menumbuhkan apresiasi peserta didik dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan materi kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di berbagai daerah di Indonesia (kerajaan Pajajaran da Majapahit). Hal ini sesuai dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:16) yang menyatakan

proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. Strategi yang digunakan guru sejarah dalam menanamkan nilai karakter disiplin, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab adalah melalui penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

7. Pertemuan ke 7; nilai karakter yang ditanamkan oleh guru sejarah adalah mandiri, bertanggung jawab, menghargai prestasi, dan cinta tanah air. Hal ini sesuai dengan pendapat Samani dan Hariyanto (2011:45-46) yang menyatakan pandidikan karakter adalah pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjaadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran sejarah didalam kelas dengan materi pelajaran kehidupan sosial ekonomi, budaya, dan agama kerajaan-kerajaan Hindu-Budha diberbagai daerah di Indonesia. Hal ini sesuai dengan

(9)

Permendiknas no 22 tahun 2006 bahwa mata pelajaran sejarah memiliki peranan strategis dalam pembentukan watak manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembentukan kepribadian nasional beserta identitas dan jati diri tidak akan terwujud tanpa adanya pengembangan kesadaran sejarah sebagai sumber inspirasi dan aspirasi. Strategi yang digunakan guru sejarah dalam menanamkan nilai karakter disiplin, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab adalah melalui penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

8. Pertemuan ke 8; nilai karakter yang ditanamkan adalah oleh guru sejarah adalah disiplin, tanggung jawab, dan rasa ingin tahu. Melalui belajar sejarah guru sejarah bisa menanamkan nilai karakter pada siswa, hal ini sesuai dengan Permendiknas no 22 Tahun 2002 yang menyatakan tujuan pembelajaran sejarah adalah salah satunya menumbuhkan apresiasi peserta didik dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. Nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan materi pelajaran faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007:16) yang menyatakan proses belajar adalah serangkaian aktifitas yang terjadi pada saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan sebelumnya. perubahan

perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. Strategi yang digunakan guru sejarah dalam menanamkan nilai karakter disiplin, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab adalah melalui penugasan, tanya jawab, dan diskusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana yang menyatakan bahwa strategi belajar mengajar merupakan tindakan guru melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran (tujuan, metode, alat, serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari delapan pertemuan di atas guru sejarah telah berupaya menanamkan nilai karakter religius, disiplin, jujur, mandiri, kerja keras, menghargai prestasi, patriotrisme, dan tanggung jawab. Namun pada kenyataannya tidak semua nilai karakter tersebut teraplikasikan pada setiap pelaksanaan pembelajaran.

Kendala-kendala yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas adalah kesukaran guru sejarah dalam menggunakan media pembelajaran yang tepat, kesukaran guru sejarah dalam menetapkan strategi pembelajaran yang cocok, kesukaran guru sejarah dalam mengaitkan materi dengan nilai karakter.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai pembelajaran sejarah dalam pendidikan karakter pada peserta didik di SMA N 1 Ampek Nagari Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Di dalam perencanaan pembelajaran sejarah baik pada silabus maupun RPP dirancang aspek karakter yang meliputi nilai karakter religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, tanggung jawab.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah nilai karakter ditanamkan oleh guru sejarah pada kegiatan inti pelajaran yaitu pada saat eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi sesuai yang

(10)

tercantum pada RPP. Pada pelaksanaan pembelajaran 1 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui tugas mandiri, diskusi dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembebelajaran 2 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui pemberian tugas kelompok, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembelajaran 3 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui tugas kelompok, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembelajaran 4 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui tugas kelompok, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembelajaran 5 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui diskusi kelompok dan tanya jawab. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke 6 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui tugas kelompok, diskusi kelompok, dan tanya jawab. Pada pelaksanaan pembelajaran ke 7 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui tugas individu, ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Pada pelakasanaan pembelajaran ke 8 guru sejarah menanamkan nilai karakter melalui ceramah, tugas individu, dan tanya jawab.

3. Kendala-kendala yang dihadapi guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah di dalam kelas adalah kesukaran guru sejarah dalam menggunakan media pembelajaran yang tepat, kesukaran guru sejarah dalam menetapkan strategi pembelajaran yang cocok, kesukaran guru sejarah dalam mengaitkan materi dengan nilai karakter.

B. Saran

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan melalui skripsi peneliti ini adalah:

1. Bagi guru sejarah

a. Agar guru sejarah bisa menggunakan media pembelajaran yang tepat

b. Agar guru sejarah bisa bisa menetapkan strategi pembelajaran yang cocok

c. Agar guru sejarah bisa mengaitkan meteri pelajaran dengan nilai karakter yang akan ditanamkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: akarta : Alfabeta

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Hariyanto dan Muchlas Samani. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Mahmud. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nana, Sudjana. 2011. Strategi belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta

Oemar, Hamalik. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara

Retno, Listyarti.2012. Pendidikan Karakter dalam metode aktif, inovatif, dan kreatif. Jakarta : Erlangga

Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Referensi

Dokumen terkait

“mathematics maybe defined as the study of abtract structures and their interrelations”. Pendapat tersebut mengungkapkan matema- tika didefinisikan yaitu studi tentang

Keywords: stock market efficiency, market integration, runs test, stationarity test, Pearson correlation, co-integration test, Granger causality test, GARCH (1,1)

Review semua kegiatan yang terkait carbon trading, baik dengan Jepang, Norwegia, World Bank, dan Kanada.. MATRIK LAPORAN PERTEMUAN BILATERAL, EVENT DAN WORKSHOP PADA

Jaringan mesenkim terdiri atas sel-sel mesenkim yang mempunyai saluran-saluran yang mempunyai saluran-saluran sitoplasma, di antara sel-selnya terdapat zat antar sel yang amosf

Berdasarkan hasil observasi di salah satu pasar tradisional, tidak semua ikan asin dikemas dengan plastik, sebagian ada yang dibiarkan terbuka begitu saja

Sistatin adalah inhibitor sistein proteinase yang secara luas tersebar pada jaringan hewan dan cairan tubuh, merupakan suatu molekul protein yang terdiri dari 100 sampai 120

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa Jepang UNNES Angkatan

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai sebagai bahan bakar nabati/biofuel, Pemanfaatan biofuel sebagai energi