• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALLAH, KEBEBASAN, KEJAHATAN. Alvin C. Plantinga. dan. Copyright momentum.or.id. Penerbit Momentum 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALLAH, KEBEBASAN, KEJAHATAN. Alvin C. Plantinga. dan. Copyright momentum.or.id. Penerbit Momentum 2003"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ALLAH

,

KEBEBASAN,

dan

KEJAHATAN

Alvin C. Plantinga

Penerbit Momentum 2003

(2)

Allah, Kebebasan, dan Kejahatan

(God, Freedom, and Evil)

Oleh: Alvin C. Plantinga Penerjemah: Irwan Tjulianto Editor: Solomon Yo Tata Letak: Djeffry

Desain Sampul: Darman dan Minerva Utomo Editor Umum: Solomon Yo

Originally published under the title

God, Freedom, and Evil

Copyright © 1974 by Alvin C. Plantinga by William B. Eerdmans Publishing Co.

255 Jefferson S.E., Grand Rapids, Michigan 49503-4570 and The Paternoster Press Ltd.

All rights reserved

Hak cipta terbitan bahasa Indonesia pada

Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)

Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia.

Copyright © 1997

Telp: +62-31-5472422; Faks: +62-31-5459275 e-mail: momentum@sby.centrin.net.id

Perpustakaan LRII: Katalog dalam Terbitan (KDT)

Plantinga, Alvin C.,

Allah, kebebasan, dan kejahatan/Alvin C. Plantinga, terj. Irwan Tjulianto – cet. 1 – Surabaya: Momentum, 2003.

x + 165 hlm.; 14 cm. ISBN 979-8131-10-x

1. Allah – Pembuktian 2. Kebaikan dan kejahatan 3. Teodise

216 Cetakan pertama: September 2003

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan jumlah tidak sampai satu bab.

(3)

Daftar Isi

Prakata Penerbit ix

Pendahuluan 1

BAGIAN I ATEOLOGI NATURAL 7

a. Permasalahan mengenai Kejahatan 9 1. Pertanyaan: Mengapa Allah Mengizinkan Adanya Kejahatan? 13 2. Apakah Kaum Teis Kontradiktif terhadap Dirinya Sendiri? 16 3. Bisakah Kita Menunjukkan Bahwa Tidak Terdapat

Inkonsistensi di Sini? 34

4. Pembelaan Kehendak Bebas 42

5. Apakah Allah Berkuasa Menciptakan Setiap Dunia Posibel

(4)

ALLAH, KEBEBASAN, DAN KEJAHATAN viii

6. Bisakah Allah Menciptakan Suatu Dunia yang Berisi Kebaikan

Moral Tetapi Tanpa Kejahatan Moral? 66

7. Kerusakan Lintas Dunia dan Esensi 72

8. Pembelaan Kehendak Bebas Dipertahankan 79 9. Apakah Eksistensi Allah Kompatibel dengan Jumlah

Kejahatan yang Ada di Dunia? 81

10. Apakah Eksistensi Allah Kompatibel dengan Kejahatan

Natural (Alam)? 84

11. Apakah Eksistensi Kejahatan Menjadikan Eksistensi

Allah Hal yang Tidak Dimungkinkan? 87

b. Argumentasi-Argumentasi Ateologis Lainnya 95

BAGIAN II TEOLOGI NATURAL 109

a. Argumentasi Kosmologis 111 b. Argumentasi Teleologis 117 c. Argumentasi Ontologis 123 1. Keberatan Gaunilo 129 2. Jawaban Anselm 131 3. Keberatan Kant 133

4. Irelevansi dari Keberatan Kant 142

5. Argumentasi Dinyatakan Ulang 143

6. Cacat Fatal dari Argumentasi Ini 147

7. Versi Modal dari Argumentasi Ini 153

8. Cacat di dalam Ramuan Ini 155

9. Argumentasi Dinyatakan Ulang 158

(5)

Prakata Penerbit

uku ini merupakan makanan yang sangat bergizi bagi akal budi dan jiwa kita. Penalaran Plantinga yang cer-das di sepanjang buku ini akan semakin meneguhkan keyakinan kita bahwa kepercayaan Kristen di dalam Allah per-sonal merupakan hal yang sangat wajar dan memiliki landasan yang kuat. Argumentasi kaum ateis yang penuh percaya diri se-lama ini, yang terus menerus diajukan untuk mendiskreditkan kepercayaan kepada Allah, oleh penulis ditunjukkan tidak ber-hasil menghancurkan iman Kristen. Kontribusi unik dari penu-lis ialah ia berhasil mengungkapkan suatu argumentasi yang tak terbantahkan mengenai posibilitas kebenaran iman Kristen yang mempercayai adanya satu Allah personal.

B

Walaupun diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi dalam membaca buku ini, tetapi manfaat yang akan diperoleh menjadikan usaha ini layak untuk

(6)

dilaku-ALLAH, KEBEBASAN, DAN KEJAHATAN x

kan. Setiap orang yang berpikir serius mengenai kebenaran dan keabsahan iman kepercayaan mereka di dalam Allah personal akan mendapatkan berkat besar dari buku ini.

(7)

Pendahuluan

uku ini membahas dan memberikan suatu contoh ten-tang filsafat agama, atau refleksi filosofis mengenai tema-tema agama. Refleksi agama (yang sebenarnya

tidak banyak berbeda dengan berpikir serius) mengenai tema-tema ini memiliki sejarah yang panjang, paling tidak

ber-mula pada abad kelima sebelum Masehi, ketika sekelompok orang Yunani dengan sungguh-sungguh memikirkan tentang agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Dalam era Kristen, refleksi filosofis seperti ini dimulai pada abad per-tama atau kedua oleh bapa-bapa gereja purba atau “Patristik,” demikian sebutan bagi mereka; dan berlangsung terus sejak saat itu.

B

Inti dari kebanyakan agama-agama besar – kekristenan, Yudaisme, Islam, misalnya – adalah beriman kepada Allah (belief in God). Tentu saja agama-agama ini – agama teistik –

(8)

ALLAH, KEBEBASAN, DAN KEJAHATAN 2

berbeda satu dengan lainnya dalam cara mereka memahami Allah. Tradisi Kristen misalnya, menekankan kasih dan kemu-rahan Allah; sedangkan dalam pandangan Islam, Allah memi-liki karakter yang lebih arbitrer. Juga terjadi kerumitan yang luar biasa di antara mereka yang mengaku sebagai teolog-teo-log Kristen yang memproklamasikan pembebasan kekristenan dari beriman kepada Allah, dan berusaha menggantikannya dengan mempercayai “Keberadaan itu sendiri (Being Itself)” atau “Dasar dari Keberadaan (Ground of Being)” atau hal-hal lain yang serupa dengan itu. Tetapi pada umumnya, kekristen-an tetap berpegkekristen-ang pada asumsi bahwa imkekristen-an kepada Allah me-rupakan dasar dari agama-agama besar ini.

Pada masa kini, beriman kepada Allah (belief in God) ti-daklah sama dengan percaya bahwa Allah itu ada (belief that

God exists), atau bahwa ada sesuatu yang disebut Allah.

Per-caya bahwa Allah bereksistensi adalah semata-mata menerima suatu proposisi jenis tertentu – suatu proposisi yang menegas-kan bahwa terdapat suatu jati diri berpribadi yang, katamenegas-kanlah, telah bereksistensi sejak kekekalan, mahakuasa, mahabijak, mahaadil, yang telah menciptakan dunia ini dan yang menga-sihi ciptaan-Nya. Sebaliknya, beriman kepada Allah (believe in

God) adalah hal yang sama sekali berbeda. Pengakuan Iman

Rasuli dimulai dengan kalimat, “Aku percaya kepada Allah

(believe in God), Bapa yang Mahakuasa, Khalik langit dan

bumi....” Orang yang menyebutkan kata-kata ini secara ber-ulang-ulang dan benar-benar memaksudkan apa yang diucap-kannya, bukan sekadar mengumumkan fakta bahwa dia mene-rima suatu bentuk proposisi tertentu sebagai proposisi yang benar; ada lebih banyak hal yang terkandung dalam pengakuan tersebut. Beriman kepada Allah berarti mempercayai Allah (trusting God), menerima-Nya, mempersembahkan hidup kita kepada-Nya. Bagi orang percaya, seluruh dunia ini terlihat berbeda. Langit yang biru, hutan yang lebat, pegunungan yang

(9)

Pendahuluan 3

megah, samudra yang bergelora, sahabat-sahabat dan keluarga, kasih dalam berbagai bentuk dan manifestasinya – orang per-caya melihat semua ini sebagai karunia dari Allah. Seluruh alam semesta memiliki makna yang merujuk pada satu Pribadi yang baginya semua itu diciptakan; kebenaran fundamental tentang realitas adalah kebenaran mengenai satu Pribadi. Jadi beriman kepada Allah memiliki makna lebih daripada sekadar menerima proposisi bahwa Allah bereksistensi. Meskipun demikian, beriman kepada Allah paling tidak juga mencakup penerimaan proposisi tersebut. Orang tidak mungkin beriman kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya atas pegunungan yang megah tanpa mempercayai adanya satu pribadi yang kepada-Nya syukur ditujukan, dan bahwa Dia dalam hal tertentu bertanggung jawab atas adanya pegunungan itu. Tidak seorang pun yang dapat beriman kepada Allah dan mempersembahkan diri kepada-Nya tanpa mempercayai bahwa Dia bereksistensi, “Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibr. 11:6).

Salah satu aspek penting di dalam filsafat agama berkena-an dengberkena-an hal terakhir ini – kepercayaberkena-an bahwa Allah bereksis-tensi, bahwa benar-benar terdapat sejenis keberadaan seperti itu yang disembah dan dipercayai oleh kaum teis. Tetapi keperca-yaan ini belum diterima secara universal. Banyak yang meno-laknya, sebagian mengklaim bahwa kepercayaan ini jelas-jelas salah dan tidak masuk akal untuk diterima. Sebagai tanggapan, para teolog dan filsuf teistik telah berusaha memberikan argu-mentasi-argumentasi atau bukti-bukti yang meyakinkan bagi eksistensi Allah. Usaha ini disebut teologi natural. Teolog natural pada umumnya tidak memberikan argumentasinya guna meyakinkan orang akan eksistensi Allah; dan pada kenyataan-nya sedikit sekali orang yang menerima kepercayaan teistik

(10)

ka-ALLAH, KEBEBASAN, DAN KEJAHATAN 4

kinkan. Sebaliknya, manfaat umum dari teologi natural ialah untuk menunjukkan bahwa kepercayaan religius adalah hal yang bisa diterima secara rasional. Tentu saja sejumlah filsuf lain telah mengemukakan argumentasi-argumentasi untuk me-nunjukkan kesalahan dari kepercayaan-kepercayaan teistik; mereka menyimpulkan bahwa kepercayaan kepada Allah dapat didemonstrasikan sebagai hal yang irasional dan tidak masuk akal. Kita bisa menyebut upaya seperti ini ateologi natural.

Demikianlah salah satu bidang dari filsafat agama ialah untuk menyelidiki penerimaan yang rasional dari kepercayaan teistik. Di sini kita memeriksa argumentasi-argumentasi teologi natural dan ateologi natural. Kita bertanya apakah masing-ma-sing argumentasi tersebut benar dan apakah mamasing-ma-sing-mamasing-ma-sing memberikan bukti atau evidensi yang mendukung kesimpulan-nya. Tentu saja ini bukan satu-satunya topik di dalam filsafat agama, tetapi merupakan satu topik yang penting dan inilah yang menjadi konsentrasi dari buku ini.

Tentu saja topik ini – rasionalitas dari kepercayaan teistik – tidak hanya terbatas pada filsafat atau filsuf. Topik ini juga memainkan peran yang penting di dalam kesusastraan – misal-nya, di dalam Paradise Lost karya Milton, dan juga di dalam karya The Brothers Karamazov karya Dostoevski, dan di dalam sejumlah novel karya Thomas Hardy. Tema yang sama juga bisa ditemukan di dalam karya sejumlah penulis akhir-akhir ini – misalnya, Gerard Manley Hopkins, T.S. Eliot. Peter De Vries, dan mungkin juga dalam karya John Updike. Dan mung-kin sesuatu yang sulit, jika bukan mustahil, untuk memberikan suatu definisi yang jelas dan bermanfaat mengenai pendekatan filosofis, yang dipertentangkan dengan pendekatan kesusastra-an, berkenaan dengan tema ini. Tetapi tidak perlu demikian halnya. Satu cara yang jauh lebih baik untuk merasakan pen-dekatan filosofis adalah memeriksa sejumlah sampel yang re-presentatif. Buku ini merupakan sampel seperti itu. Dalam

(11)

Pendahuluan 5

mendiskusikan subjek-subjek teologi natural dan ateologi natu-ral, saya tidak akan mengadopsi posisi yang tidak memihak; se-baliknya, saya akan memberikan komentar secara rinci menge-nai sejumlah poin utama dan menjabarkan apa yang bagi saya merupakan kebenaran dari hal tersebut. Saya juga tidak akan mencoba memberikan komentar bagi semua argumentasi pen-ting atau setiap topik yang timbul dalam kaitan dengan argu-mentasi dan topik yang saya bahas; jika saya melakukannya maka pastilah terlalu sedikit hal yang akan dibicarakan menge-nai setiap hal itu. Sebaliknya saya akan memfokuskan komen-tar-komentar saya hanya pada dua argumentasi tradisional: argumentasi ontologis sebagai contoh dari teologi natural dan masalah kejahatan (penderitaan) sebagai representasi yang pa-ling penting dari ateologi natural. (Hal yang seharusnya saya ungkapkan mengenai topik-topik yang lain dan argumentasi-argumentasinya bisa dilihat di dalam buku saya, God and

Other Minds [Ithaca, N.Y.: Cornell University Press, 1967].)

Saya percaya, sejumlah pengertian yang telah mendapatkan perhatian dalam filsafat logika akhir-akhir ini – terutama me-ngenai dunia-dunia yang posibel (possible worlds) – sungguh-sungguh memberi iluminasi terhadap topik-topik klasik ini; ka-rena itu, sifat inovatif yang moderat dari buku ini ialah upaya yang saya lakukan untuk menunjukkan bagaimana pengertian-pengertian ini memberikan terang bagi topik-topik ini. Sebagi-an besar materi ySebagi-ang dikembSebagi-angkSebagi-an dalam buku ini bisa di-dapatkan dalam bentuk yang lebih detail dan lengkap di dalam buku saya The Nature of Necessity (Oxford: The Clarendon Press, 1974).

Saya telah berusaha mengungkapkan apa yang harus saya katakan dengan cara yang secara filosofis akurat dan bertang-gung jawab; dan secara khusus, saya telah berusaha menjabar-kannya sejelas dan sesederhana mungkin sesuai yang diizinkan

(12)

ALLAH, KEBEBASAN, DAN KEJAHATAN 6

nat dan perhatian banyak orang – bukan hanya para filsuf dan teolog profesional. Karena itu, saya berharap buku ini akan bermanfaat bagi para pemula dalam pemikiran filosofis mau-pun bagi para pembaca pada umumnya. Menurut saya, yang diperlukan ialah tekad untuk memahami argumentasi tersebut dan kesediaan untuk secara serius memikirkan berbagai me-todenya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.39lUN}2lKPl2OL5 tanggal 2 Februari 20t5, dosen yang

Yang berada di lingkaran I sampai dengan V adalah kerjasama yang sudah dirintis dan program sudah tersusun, sedang yang berada diluar lingkaran I – V, tapi berada dalam lingkaran

Selanjutnya dijabarkan pula bahwa esensi konsep agropolitan adalah: (1) memperkenalkan unsur-unsur gaya hidup kota (urbanism) pada lingkungan perdesaan, (2) memperluas hubungan

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dalam memberi kekuatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

Kenyataan ini telah serba sedikit menggembirakan saya, kerana sejak dahulu lagi telah saya ketahui, skim- skim pelaburan yang dijalankan di internet ini sebenarnya adalah merupakan

Independen (independence) diartikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri 31. Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu

Populasi dalam Penelitian ini adalah semua Pihak/Instansi yang terkait dengan proses Penyelesaian Kredit Macet pada Bank Jateng Cabang Pati. Agar Penelitian ini

 Suatu organisasi diperlukan karena : (1) suatu kelompok makin bertambah luas dan (2) tujuan sukar dicapai oleh kelompok yg terbatas.  Pada fase kelompok berubah menjadi