• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI SMA N 2 MRANGGEN DEMAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI SMA N 2 MRANGGEN DEMAK"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN RASIONAL DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KELAS XI

SMA N 2 MRANGGEN DEMAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam

Ilmu Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

FAISOL YUSUF ABDUL MANAF NIM: 063111086

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Faisol Yusuf Abdul Manaf

NIM : 063111086

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 15 Juni 2012 Saya yang menyatakan,

Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM : 063111086

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185

PENGESAHAN Naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak

Nama : Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM : 063111086

Fakultas : Tarbiyah

Prodi Studi : Pendidikan Agama Islam

Telah diuji dalam sidang munaqosah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Semarang, 27 Juni 2012 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang Dr. Musthofa, M.Ag NIP.19710403 199603 1 002 Sekretaris Sidang

Drs. A. Hasmi Hashona, M.A NIP. 19640308 199303 1 002 Penguji I

Drs. Achmad Sudja’i, M.Ag NIP.19511005 197612 1 002

Penguji II

Yunita Rahmawati, M.A NIP. 19780627 200501 2 004 Pembimbing I

Ahmad Muthohar, M.Ag NIP. 19691107 199603 1 001

Pembimbing II

H. Amin Farih, M.Ag NIP. 19710614 200003 1 002

(4)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 11 Juni 2012

Kepada Yth.

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu‟alaikum wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak

Nama : Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM : 063111086

Fakultas : Tarbiyah

Prodi Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqosah.

Wassalamu‟alaikum wr. wb

Pembimbing I

Ahmad Muthohar, M.Ag NIP. 19691107 199603 1 001

(5)

NOTA PEMBIMBING Semarang, 15 Juni 2012

Kepada Yth.

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu‟alaikum wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak

Nama : Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM : 063111086

Fakultas : Tarbiyah

Prodi Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang Munaqosah.

Wassalamu‟alaikum wr. wb

Pembimbing II

H. Amin Farih, M.Ag NIP. 19710614 200003 1 002

(6)

Abstrak

Judul : Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak

Penulis : Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM : 063111086

Membincang pendidikan di Indonesia memang terasa aneh, sudah banyak solusi yang ditawarkan oleh pakar pendidikan untuk mengentaskan pendidikan di Indonesia. Tetapi yang terjadi adalah pendidikan menunjukan ketidak berdayaan untuk mengatasi masalah kemanusiaan. Karena fakta dilapangan menunjukan bahwa masih banyak ditemukan manusia-manusia yang tidak mencerminkan seperti apa yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan salah satunya karena pola pendidikan belum menyentuh substansi kebutuhan dalam masyarakat dan pendidikan takubahnya berubah menjadi pemasungan daya kreatifitas setiap peserta didik.

Guna merespon kondisi pendidikan tersebut dalam pembelajaran sudah seharusnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Pendekatan rasional dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Selain itu, peran penggunaan pendekatan rasional adalah menghilangkan perbedaan antar peserta didik sehingga membuat peserta didik termotivasi untuk belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagimana konsep Pendekatan Rasional diimplementasikan dalam pembelajaran PAI di SMA N 2 Mranggen Demak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach), dengan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisis deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan induktif, metode deskriptif yaitu metode pembahasan yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang terjadi pada saat penelitian. Sedangkan metode induktif yaitu suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.

Dari hasil penelitian menunjukan implementasi pendekatan Rasional dalam pembelajaran PAI di SMA N 2 Mranggen, dilihat dari sistem dan proses pembelajarannya telah sesuai dengan tujuan PAI dan konsep pendekatan Rasional. Implementasi ini diwujudkan dengan mengembangkan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan peserta didik walaupun terkadang masih terdapat beberapa yang tidak menggunakan pendekatan tersebut dalam beberapa jam pelajaran.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi rabbil „alamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti

panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan dan kekuatan lahir batin kepada peneliti, sehingga penelitian terselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Cahaya yang membawa umat manusia dari masa yang gelap gulita menuju masa yang penuh agung peradaban, juga kepada para keluarga, sahabat serta semua pewarisnya yang senantiasa menerangi zaman. Penelitian yang berjudul Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Karya ini merupakan analisis serta respon atas perkembangan pendidikan, selain juga sebagai sumber informasi bagi kalangan akademik maupun umum tentang realita pendidikan Agama.

Dalam usaha menyelesaikan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari adanya berbagai kendala dan hambatan, akan tetapi atas izin Allah SWT sehingga penulis mampu menghadapi dan menyelesaikannya walaupun masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, izinkan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti sehingga karya sederhana ini bisa diselesaikan, antara lain kepada:

1. Dr. Suja‟i, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Nasiruddin, M.Ag. Kepala Jurusan dan H. Mursyid, M.Ag. selaku Sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.

3. Ahmad Muthohar, M.Ag. Dosen Pembimbing I dan H. Amin Farih, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

4. Drs. Achmad Sudja‟i, M.Ag selaku dosen wali studi penulis dan seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

(8)

5. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal ilmu selama menjadi mahasiswa di IAIN Walisongo Semarang.

6. Bapak-ibuku tercinta Bpk. Sholeh Badjuri (Alm) dan Ibu Sri Ulfah Rochani, jerih payah perjuangan dan do‟amu yang memotivasi penulis dalam menimba ilmu.

7. Adeku (Hasti Fairuz Yuliana) serta kakak-kakakku (Firman yasin, Beti Fatimah, Hasanuddin Ht, Deny Firqoh, Faruk Yamin, Heny Falikhah, Laela sab‟ah, Emi Fadlillah) yang aku sayangi dan banggakan, semoga kita menjadi orang yang sukses.

8. Sahabat-sahabati PMII Sindikat 06 senasib sepergerakan, Kawan-kawan LPM Edukasi, sahabat-sahabat HMJ-PAI dan DEMA IAIN WS, Kawan-kawan PAI paket B 2006 terima kasih atas bantuan dan kerja samanya yang amat sangat berharga untuk dilupakan.

9. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, hanya ucapan terima kasih dan semoga semua amal baik sahabat-sahabat akan dicatat sebagai amal kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT.

Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 15 Juni 2012 Peneliti,

Faisol Yusuf Abdul Manaf NIM. 063111086

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i PERNYATAAN KEASLIAN ... ii PENGESAHAN ... iii NOTA PEMBIMBING ... iv ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 9

B. Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran PAI ... 10

1. Hakikat Rasional Sebagai Sebuah Pendekatan ... 10

2. Rasionalisme dalam Pembelajaran PAI ... 16

3. Prosedur Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran PAI ... 21

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Fokus Penelitian ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

(10)

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen

Demak ... 34

1. Diskusi ... 35

2. Tanya Jawab ... 39

3. Kerja Kelompok ... 42

4. Latihan ... 44

B. Analisis Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran ... 48

C. Problematika dalam Proses Pembelajaran ... 54

1. Faktor Penunjang ... 54 2. Faktor Penghambat ... 56 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 58 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara permasalahan pendidikan adalah sesuatu yang tak berujung, karena pendidikan sendiri merupakan proses tanpa akhir (never ending

process), ada pula ungkapan pendidikan sepanjang hidup (long life education).

Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi seseorang. Islam menganjurkan kepada umatnya supaya berilmu pengetahuan yang tinggi sebagaimana terkandung dalam Qs Al Alaq 1-5

                        

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.1

Ayat di atas mengandung perintah membaca, yaitu membaca teks secara verbal dan non verba. Juga perintah untuk menulis dengan perantara

qalam (pena). Ini jelas menunjukkan perintah untuk mengadakan

pembelajaran. Karena membaca dan menulis merupakan wahana pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan membaca maka orang bisa mengenal semuanya, termasuk mengenal dirinya sendiri. Tentu saja membaca di sini tidak hanya pada hal-hal yang verbal saja, tetapi juga yang non verbal, yaitu dunia dan seisinya ini.2 Dalam Al Qur‟an surah Ar-Rum ayat 12 juga berisi anjuran menggunakan akal pikiran menunjukan bahwa akal pikiran

1 Departemen Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm

597.

2 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail

(12)

perlu didayagunakan secara optimal.3 Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan bersifat komperhensif karena lahir dari prinsip kesatuan yang merupakan aspek penting di dalam konsep Islam. Atas dasar itu Islam mendorong manusia untuk mempelajari setiap pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan semua umat manusia, baik dalam lingkup pengetahuan, sosial, kealaman atau pengetahuan lainnya.4

Akal merupakan bagian terpenting dari tubuh. Dialah yang membedakan antara manusia dan makhluk lainnya. Dia merupakan timbangan yang benar untuk mengetahui sesuatu. Suatu perbuatan yang dilakukan tanpa pertimbangan akal akan sia-sia belaka. Pasalnya, akal mampu melihat kenyataan secara objektif. Akal menyelesaikan permasalahan dengan memahami persoalan yang terjadi.5 Manusia dituntut untuk menggunakan akalnya untuk mempertimbangkan segala sesuatu tindakan.6 Kedudukan akal dalam Islam adalah sangat penting karena akallah wadah yang menampung akidah, syari‟ah serta akhlak yang menjelaskannya. Kita tidak pernah dapat memahami Islam tanpa mempergunakan akal, dan dengan mempergunakan akalnya secara baik dan benar sesuai petunjuk Allah, manusia akan merasa selalu terikat dan dengan sukarela mengikat diri kepada Allah.7

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.8 Sedangkan menurut Ibnu Khaldun pendidikan adalah suatu

3 Fuad Nashori, Agenda Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm

89-90.

4 Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm

85-86.

5 Ahmad Khalid Allam, Al Qur‟an Watsunaiyyaatu Al-Kauni Wal Hayaati, (Jakarta:

Gema Insani, 2005), hlm 117.

6

Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm 80.

7 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1998), hlm 385-386.

8

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

(13)

proses untuk menghasilkan suatu output yang mengarah kepada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan berdisiplin tinggi.9 Syeh Muhammad An-Naquib Al-Attas, pendidikan Islam adalah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat tuhan yang tepat didalam tatanan wujud dan keperibadaan.10 Sedangkan Hamka mengartikan pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak dan kepribadian peserta didik.11

Ahmad D. Marimba, mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.12 Sedangkan H.M. Arifin mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik kedalam pendidikan formal atau non formal.13

George F Kneller memaknai pendidikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu.14 Pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul taklif (tugas hidup)

9

Ali Abu Dawud, Pendidikan Islam Ibnu Khaldun, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989), hlm 35-36.

10 Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm 8-9. 11

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), cet 2, hlm 106.

12 Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma‟arif, 1980), hlm 19. 13

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan

Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), cet 4, hlm 12.

14 Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pndidikan (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media Grup, 2009),

(14)

sebagai khalifah Allah di muka bumi. Untuk maksud tersebut manusia diciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar.15

Sementara pendidikan itu sendiri akan semakin diperhitungkan apabila suatu jenis atau satuan lembaga pendidikan mempunyai kualitas yang baik. Lembaga pendidikan yang berkualitas dan bermakna positif bagi kelangsungan manusia.16 Percy Nunn mengungkapkan bahwa setiap langkah pendidikan pada dasarnya merupakan aplikasi filosofis. Karenanya langkah tersebut menyentuh setiap titik kehidupan. Dari sini dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan apapun tidak lain merupakan ekspresi tentang situasi kehidupan dan idealnya yang tinggi.17 Pendidikan secara rasional filosofis bertujuan untuk membentuk al-insan al kamil atau manusia paripurna. Tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.18

Sampai saat ini dunia pendidikan di Indonesia masih membutuhkan sentuhan-sentuhan para pemikir pendidikan guna menciptakan generasi yang mampu berbuat lebih banyak guna kemajuan pendidikan di Indonesia. Namun, pendidikan Islam di Indonesia sekarang ini masih bersifat linier-indoktrinatif, belum mampu menghasilkan kemandirian, belum mampu memberdayakan dan membudayakan peserta didik, sehingga semua ini menyebabkan anak didik kehilangan kebebasan untuk berkembang dan inovatif.19 Hubungan antara guru dan murid haruslah selaras, sehingga dalam proses pembelajaran tercipta kenyamanan. Seorang guru harus mampu menempatkan posisinya sebagaimana mestinya, mampu memberikan sebuah solusi yang tepat dalam setiap permasalahan yang ditemui.

15 Hery Noer Ali, Watak Pendidikan Islam, hlm 11.

16 Imam Tholkhah dkk, Membuka Jendela Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), hlm 97.

17 Hery Noer Ali, Watak Pendidikan Islam, hlm 112.

18 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm 36.

19 Syamsul Ma‟arif, ”Pendidikan Islam yang Mencerdaskan”, dalam Jurnal Edukasi (vol.

(15)

Jangan berharap anak didik mampu menilai dan mengikuti berpikir memecahkan masalah jika model problem solving tidak pernah diperkenalkan kepada anak didik.20 Pikir atau rasio merupakan alat memperoleh ilmu pendidikan yang lebih tinggi dari imajinasi, ini adalah unsur tertinggi dan yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Kemampuan menggunakan rasio kita sebut dengan berpikir, dalam beberapa istilah disebut dengan nalar atau penalaran.21 Pendidikan Islam melalui sistem dan metodologinya harus menaruh perhatian kepada (Pertumbuhan kepribadian anak) dengan dimilikinya pada anak, memungkinkan anak mampu bersaing dan hidup di era sekarang ini tanpa harus memerosotkan derajat dan martabatnya sebagai manusia.22

Selain itu sistem pendidikan Islam diharapkan tidak hanya sebagai penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran-pikiran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman. Pendidikan Islam diharapkan tidak saja memainkan perannya sebagai pelayan rohaniah semata, yaitu fungsi yang sangat sempit, tetapi juga terlibat dan melibatkan diri di dalam pergaulan global.23 Persoalan pengetahuan yang bertalian, beberapa berpendapat bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh bahan lewat indera untuk kemudian diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan.24 Pendidikan Islam sebagai instrumen penting orientasi pembebasan diharapkan mampu menyadarkan “Conscientization” manusia kearah eksistensial, dijalankan bagaimana menciptakan manusia kritis, reflektif, dan integrative.25 Pengembangan wawasan intelektual yang kreatif

20

A Qodri A Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Social (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), cet 2, hlm 5.

21 Jasa Ungguh Muliawan, Epistimologi Pendidikan (Yogyakarta: Gajahmada Niversaity

Press, 2008), hlm 27.

22

Syamsul Ma‟arif, ”Pendidikan Islam yang Mencerdaskan”, hlm 133.

23 Imam Tholkhah dkk, Membuka Jendela Pendidikan, hlm 4.

24 Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2003)

cet 3, hlm 38.

25

(16)

dan dinamis di berbagai bidang dalam siaran dan terintegrasi dengan Islam, merupakan kata kunci yang harus dipercepat prosesnya, baik dalam dataran teoritis maupun praksis.26

Manusia sebagai makhluk yang memiliki peradaban, hal ini berarti, bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri, sehingga membentuk peradabannya dengan cara mengembangkan nalar dan berkreasi. Berangkat dari hal tersebut maka sangat diperlukan kajian mengenai pendekatan rasional dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang bertujuan untuk mengembangkan Pendidikan Agama Islam guna menjawab tuntutan zaman. Kemajuan suatu pendidikan memang tak bisa dilepaskan dari peranan sikap kritis, dan inovatif dalam melakukan kajian dan penelitian dalam rangka menciptakan formula dan keilmuan yang baru, dan semua itu tanpa meninggalkan dimensi kemanusiaan sebagai hamba Allah.

Pendidikan itu tidak hanya harus disusun dan direncanakan dengan seksama dan hati-hati atau menempatkan pengalaman sebagai tujuan utama didalamnya, tetapi juga kesadaran bahwa setiap objek dan atau subjek pendidikan berbeda, maka penerapan sistem pendidikannyapun harus dibedakan. 27 Dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaaan metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri didalam suatu tujuan. Dengan bergairahnya belajat, peserta didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran.28

Kenyataan mengatakan bahwa masih jauh dengan harapan awal, yakni mencetak manusia yang sebenar-benarnya manusia. Masih terjadi hegemoni dalam pelaksanaan pembelajaran ataupun masih melaksanakan proses

26

Abdul Wahid, Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Semarang: Need‟s Press, 2008), hlm 9.

27

Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, hlm 80.

28

Syiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), cet 4 hlm 3.

(17)

pembelajaran yang hanya menitik beratkan siswa hanya sebagai obyek saja. Pola pendekatan yang digunakan juga belum memaksimalkan akan kebutuhan siswa. Bagaimana pendidikan dapat menyelaraskan ketimpangan-ketimpangan selama ini? Terutama dalam pendidikan Islam. Berangkat dari kerangka berpikir di atas menjadi judul skripsi Pendekatan Rasional Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak.

B. Rumusan Masalah

Pembahasan rumusan masalah dalam skripsi ini, diharapkan mampu untuk membatasi permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan judul Pendekatan Rasional Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak, dengan demikian masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini menjadi lebih jelas dan terarah, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan penelitian karena pelebaran pembahasan.

Adapun permasalahan yang akan penulis bahas adalah :

1. Apa pendekatan rasional dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak ?

2. Bagaimana penerapan Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yaitu sesuatu yang ideal yang ingin dicapai, dan setiap tindakan yang dilakukan seseorang pastilah mempunyai tujuan, di mana dengan terealisasikannya tujuan tersebut diharapkan dapat memberikan kepuasan dan manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini yakni : a. Memahami pendekatan rasional dalam pelajaran Pendidikan Agama

(18)

b. Mengetahui penerapan pendekatan rasional mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak.

2. Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian skripsi adalah : a. Secara metodologis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

yang bernilai ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ranah pendidikan

b. Secara praktis penelitian ini memberikan kontribusi strategis bagi praktisi pendidikan dalam pengolahan lembaga pendidikan.

c. Bagi masyarakat dan generasi muda khususnya dapat mengetahui konsep pendekatan rasional sebagai konsep pendidikan yang tepat.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Pada dasarnya urgensi dari adanya telaah pustaka adalah sebagai bahan autokritik terhadap penelitian yang ada, baik mengenal kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan komparatif terhadap kajian yang terdahulu. Di samping itu telaah pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka memperoleh informasi secukupnya tentang teori-teori yang ada kaitannya dalam judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Di samping itu juga kajian pustaka digunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian, dan mengetahui bahwa skripsi yang penulis kerjakan ini masih sangat relevan untuk dikaji, karena dalam penelitian ini lebih menitik beratkan pada kajian Pendekatan Rasional di dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Hal ini sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni. Untuk menghindari adanya plagiat, maka penulis sertakan beberapa judul skripsi yang ada relevansinya dengan skripsi penulis, di mana skripsi tersebut sama-sama mengkaji tentang pendidikan tetapi penekanannya berbeda, di antaranya adalah :

1. Ahmad Rifa‟i (3101266) Studi tentang Implementasi konsep kritisisme dalam PAI (Studi kasus di SMA Walisongo Pecangaan Jepara Tahun 2005 / 2006). Dalam skripsi ini lebih mengangkat ke arah konsep kritisisme yang relevansinya dengan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam serta konsep kritisisme yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Nurgiati (3101317) Implementasi Pendekatan Ketrampilan Proses Dalam Pembelajaran PAI di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang. Dalam skripsi ini mengangkat sebuah penerapan konsep pendekatan ketrampilan proses diimplementasikan dalam pembelajaran PAI di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang. Pada skripsi ini digambarkan bagaimana penerapan ketrampilan proses dilaksanakan dalam pembelajaran.

(20)

3. Ahmad Maghfur (3101120) Studi tentang penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 16 Mijen Semarang. Dalam skripsi ini mengangkat sebuah penerapan pembelajaran kontekstual. Dan pada skripsi ini lebih di titik beratkan pada bagaimana penerapannya dan faktor-faktor penunjang dan penghambat atas penerapan pembelajaran kontekstual.

Di samping kajian berupa skripsi-skripsi yang bersangkutan dengan judul yang penulis angkat, terdapat juga buku-buku sebagai pegangan dalam penulisan skripsi, di antaranya adalah Pengantar Filsafat karya Louis O Katsof, Logika “filsafat Berfikir” karya Prof. I.R Poedjawijatna, Dasar-Dasar

Logika karya Surajiro, Jurnal Edukasi karya LPM Edukasi Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo Semarang, serta buku-buku lain yang masih bersangkutan dengan skripsi yang penulis angkat.

B. Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran PAI 1. Hakikat Rasional Sebagai Pendekatan

a. Pengertian Rasional

Kata rasio berasal dari bahasa inggris ratio yang berarti pemikiran menggunakan akal sehat, akal budi, nalar. Sedangkan rasional mempunyai makna, Menurut pikiran dan pertimbangan yang logis menurut pikiran yang sehat, cocok dengan akal.29

Dalam proses berpikir, rasio dan akal budi atau daya pikir saling mempengaruhi meskipun masing-masing memiliki fungsi berbeda. Daya tanggap mengambil alih kegiatan berpikir runtut tentang berbagai bukti pemikiran, yang kemudian masing-masing saling dihubungkan, dianalisis, dan dimengerti. Satu-satunya makhluk hidup yang dipandang paling tinggi derajatnya yakni manusia, dianggap memiliki jiwa rasional. Dengan jiwa rasionalnya, manusia mampu

29

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet 3, hlm 933.

(21)

berpikir secara sadar, membuat norma sosial, serta menyusun kebijakan-kebijakan moral.30

Sedangkan pendekatan rasional dalam pendidikan, adalah sebuah pendekatan dalam membentuk kepribadian anak didik dengan cara memberikan pemahaman yang benar dan tepat tentang sesuatu perbuatan yang akan dikerjakan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberikan ceramah tentang topik yang menarik dan dapat dicerna oleh kemampuan akal anak didik.

Hal ini dapat dilakukan, karena dalam diri manusia terdapat akal pikiran yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu. Pendekatan ini selain akan menghindarkan anak didik dari sikap yang semata-mata rasional, juga akan membawa anak mau melakukan sesuatu yang baik berdasarkan argumentasi yang kokoh dan karenanya akan tertanam kuat dalam diri peserta didik tersebut. Mereka dapat melakukan sesuatu bukan karena ikut-ikutan melainkan karena alasan dan argumentasi yang kuat.31 Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk serta dengan akal pula manusia dapat membuktikan dan membenarkan adanya Allah SWT sang maha pencipta di atas segala di sesuatu di dunia ini.

b. Dasar-dasar Rasional

Rasionalitas keberagaman seseorang dapat diukur dari seberapa besar kadar penggunaan akal dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.32 Islam bukan agama Irasional yang mengetengahkan konsep-konsep abstrak yang tidak dipahami oleh penganutnya.33

30 Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, (Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2000), hlm 37.

31

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2009), cet 1, hlm 168-169.

32 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam “Paradigma Humanisme teosentris”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) cet 2, hlm 204.

33

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), cet 3, hlm 260.

(22)

Pendidikan selalu diwarnai oleh pandangan hidup (way of life). Diantara pandangan hidup ialah rasionalisme. Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa kebenaran diperoleh memalui akal dan di ukur dengan akal. Atau, akal itulah alat pencari dan pengukur kebenaran. Pendidikan harus mampu mendidik manusia menjadi manusia. Tujuan paling tinggi itulah yang dapat disebut manusia.34

Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan bersifat komperhensif karena lahir dari prinsip kesatuan yang merupakan aspek penting didalam konsep Islam. Atas dasar itu, Islam mendorong manusia untuk mempelajari setiap pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, dan semua umat manusia, baik dalam lingkungan pengetahuan kesya‟riatan maupun pengetahuan sosial, kealaman, ataupun pengetahuan lainnya.35 Islam adalah agama yang menghormati akal dan menganjurkan manusia untuk menggunakan akal secara maksimal. Dalam Al-Quran pun penuh dengan ungkapan-ungkapan yang mengharuskan manusia untuk mendayagunakan akal.36 Anjuran agar manusia menggunakan akalnya untuk meneliti dan menggali berbagai pengetahuan, baik pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan keduniaan. Sebagaimana firman Allah Q.S. Ali Imran, 3:190           



Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.37

34

Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam “Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

Memanusiakan Manusia”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), cet 3, hlm 46. 35

Hery Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hlm 85-86.

36

Yusuf Al Qardhawy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A.Gani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm 40.

(23)

Pendidikan ialah meningkatkan derajat kemanusiaan manusia. Sebenarnya manusia yang memiliki derajat kemanusiaan yang Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk menyeru manusia ke jalan tuhan dengan hikmah, pengajaran yang baik dan argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Tujuan penyajian-penyajian firman Allah dalam Al Qur‟an adalah mendidik akal manusia agar sarat dengan pengetahuan yang baik, penalaran ilmiah, pemikiran yang argumentatif, dan metode yang eksperimental.38

Dengan logika yang digunakan secara baik dan optimal akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Dengan dikembangkannya etika, akhlak yang mulia akan terwujud, dan dengan dikembangkannya estetika seni dan keindahan akan terlahir. Perpaduan antara ilmu pengetahuan, akhlak dan seni akan menghasilkan hidup yang seimbang.39

Manusia mempunyai pengetahuan, mengakui hubungan sesuatu dengan sesuatu. Ia mengeluarkan pendapat (melalui bahasa) atas beberapa dasar yang merupakan syarat supaya orang dapat berpikir. Adapun Dasar itu sendiri adalah:

1. Keyakinan, adapun tiap-tiap pendapat itu berdasarkan atas sikap mental subjek yang tahu itu, bahwa demikian halnya pendapat lain tak mungkin, itu disebut keyakinan. Keyakinan merupakan sikap subyek, jadi selalu bersifat subyektif juga.

2. Kepastian, jika orang mempunyai keyakinan, maka ia merasa pasti akan pengetahuannya, ia mempunyai kepastian. Dalam rangka hal-hal yang kongkrit kepastian mutlak sebenarnya tak ada, dalam rangka abstrak mungkin, tetapi harus diketahui benar wilayah dan

38 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, hlm

81-82.

39

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm 113.

(24)

kekuatan pendapat-pendapat itu, jadi harus diketahui dasarnya dahulu.

3. Kesungguhan, adapun keyakinan mengakibatkan kepastian, bahwa demikianlah hal sesungguhnya. Munculah disini kesungguhan, dan kesungguhan ini disebut juga realitas.

4. Hukum kesungguhan dan hukum pikir, ada hubungan antara berpikir dan hal yang kongkrit (kesungguhan), yang menjadi obyek berpikir ialah kesungguhan itu.40

c. Pendekatan Pembelajaran

Selama ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya menjadi lambang kesalehan atau berhenti pada tataran ilmu yang disampaikan dalam suatu khutbah saja, melainkan menjadi hal yang secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang efektif dan bisa memecahkan permasalahan dalam kehidupan ini.41 Pendekatan adalah proses, perbuatan, cara mendekat yang dilakukan selama ini tampaknya tidak berhasil atau usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang lain yang diteliti.42

Pendekatan merupakan kerangka filosofis teoritis yang menjadi dasar pijak bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan.43 Menempatkan pendidikan agama sebagai salah satu cara untuk melakukan perubahan sosial dalam bentuk proses pencarian dan perubahan secara terus menerus. Melalui upaya-upaya pembelajaran yang tidak hanya terbatas di kelas, pendidikan agama berupaya

40

Poedjawijatna, Logika Filsafat Berfikir, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet 6, hlm 19-22.

41

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), cet 3, hal 27.

42 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia.

43

Mohammad Roqib, Ilmu Pendidikan, Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,

(25)

menghantar dan memproses peserta didiknya semakin mampu mencari makna hidupnya. Hal ini sejalan dengan seruan Islam melalui Al-Qur‟an dan As-Sunnah kepada manusia untuk mempergunakan akal dan perintah untuk berpikir. Tujuan pendidikan Islam adalah mencerdasakan akal dan membentuk jiwa yang islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan.44

Pendidikan Islam secara rasional-filosofis adalah bertujuan untuk membetuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna. Tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia akhirat. Dengan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan (kehendak) tuhan sesuai dengan syari‟at Islam.45

Pada dasarnya, dalam tujuan pendidikan adalah memelihara fitrah manusia. Untuk tujuan itu, manusia dituntut mencipatakan metode pendidikan yang dinamis, efektif dan dapat mengantarkannya pada kebahagiaan dunia-akhirat. Berangkat dari hal tersebut maka perlu adanya penggalian kembali metode pendidikan yang berpedoman pada Al Qur‟an dan As-Sunnah. Untuk memeperoleh hasil yang sesuai target, metode pendidikan yang dihasilkan harus merupakan paduan antara aspek keilahian dan aspek keilmiahan sehingga dapat dijadikan pegangan para pendidik dalam membimbing peserta didik. Pendidikan pada dasarnya adalah proses pengembangan potensi peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan potensi tersebut.46

44

Abdurrahman Al-Baghdadi, Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, (Al-Izah: Banjil, 1996), hlm 30.

45

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm 36.

46

Mansur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet 5, hlm 48.

(26)

Dengan kata lain dalam proses pendidikan, sebuah pendekatan harus ada kesinambungan antara pendidik dan peserta didik, antara keduanya ada saling memahami posisi antara keduanya dalam melakukan proses pembelajaran. Dalam metode mengajar yang digunakan dalam pendekatan rasional yakni dengan peran akal dalam memahami dan menerima sebuah materi ajar. Hal ini bagi pendidik dapat dilakukan dengan sistem tanya-jawab, kerja kelompok, latihan, diskusi.

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya peserta didik yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).47 Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan menggunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah.48 Dalam konteks implementasi pendekatan memberikan tekanan pada proses, suatu aktifitas yang digunakan untuk mentransfer ide atau gagasan. Maka dalam pelaksanaan pembelajaran harus ada komponen-komponen yang melengkapinya guna tercipta tujuan pendidikan.49

2. Rasionalisme dalam Pembelajaran PAI a. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sadar, sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.50 Pendidikan Agama Islam

47 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2006), cet 12, hlm 120.

48

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), cet 5, hlm 130.

49 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurukulum, (Jakarta: Ciputat

Press, 2003), hlm 72-73.

50

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Malang: Usaha Nasional, 1983), hlm 27.

(27)

merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu objek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah, sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan.51

Karena itu, subjek ini diharapkan dapat memberi keseimbangan dalam kehidupan peserta didik kelak, yakni manusia yang memiliki “kualifikasi” tertentu, tetapi tidak lepas dari nilai-nilai agama Islam. Sedangkan menurut Ramayulis Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Qur‟an dan al Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.52

b. Landasan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak menggunakan kurikulum KTSP. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam mengacu pada:

a) Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam 1) Aspek Religius

Aspek Religius adalah dasar penerapan PAI di SMA N 2 Mranggen yang bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.

2) Aspek Psikologis

Yaitu dasar yang berhubungan denga aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat.

51 Chabib Toha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Pustaka Pelajar, 1999),

hlm 4.

52

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm 21.

(28)

3) Aspek Hukum

Penerapan PAI di SMA N 2 Mranggen berdasarkan atas kekuatan hukum yang berasal dari perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

b) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama Islam di SMA N 2 Mranggen antara lain; 1) Meningkatkan peserta didik agar terwujud cendikiawan muslim

yang bertaqwa dan berakhlak mulia.

2) Mewujudkan peserta didik yang sehat jasmani dan rohani. 3) Mewujudkan peserta didik yang terampil dan cerdas.

4) Membina peserta didik agar mampu bertanggung jawab atas pembangunan umat dan bangsa serta berwatak pejuang.

5) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik agar mampu berkepribadian kuat.

6) Mengembangkan kemampuan peserta didik dengan sistem pendidikan IPTEK-IMTAQ agar mampu mengembangkan diri dan keluarga.

7) Mengembangkan kemampuan peserta didik yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang agama.

c) Alokasi Waktu

Semua materi agama islam di jadikan satu mata pelajaran yaitu dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam satu minggu pelajaran Pendidikan Agama Islam diajarkan dengan alokasi waktu 2 kali pertemuan pelajaran. Dengan alokasi waktu yang tersebut dalam pelaksanaannya tidak bersifat kaku dan pemanfaatannya akan disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik dan kondisi daerah atau sekolah setempat. Disamping melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara intra kurikuler yang juga dilaksanakan secara ekstra kurikuler.

(29)

d) Pengelolaan kelas

Kegiatan belajar mengajar di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak, agar terasa menarik dalam prosesnya guru menggunakan berbagai media yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Media ini digunakan sebagai alat bantu untuk memberikan berbagai pengetahuan pada peserta didik. Penggunaan dan pemilihan media tersebut merupakan wewenang guru untuk mengadakan dan menggunakannya. Yang perlu diperhatikan adalah media yang digunakan bisa dicerna oleh murid dan mudah digunakan.

Selain pengadaan berbagai media, ruang kelas sebagai tempat belajar juga disusun supaya terasa nyaman digunakan. Dengan penataan ruang yang kondusif diharapkan peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran.

e) Lingkungan sebagai sumber belajar

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dimulai dari penggunaan lingkungan sekolah. Berbagai media dan tempat di luar kelas dimanfaatkan sebagai tempat belajar. Sehingga proses pembelajaran kadang dilaksanakan di luar kelas, di masjid, halaman kelas atau perpustakaan.

c. Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran

Peserta didik dengan memiliki potensi rasa ingin tahu, imajinasi dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan modal untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif. Sementara fitrah ber-Tuhan merupakan cikal bakal untuk bertaqwa kepada tuhan. Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman, pikiran, perasaan, eksplorasi dan berekspresi merupakan wujud upaya pengembangan potensi tersebut.53

Dewasa ini banyak muncul keprihatinan bahwa pendidikan agama hanya berhasil pada dataran kognitif saja. Banyak siswa yang

(30)

prestasinya tinggi, namun sikap, akhlak serta pengamalan ibadahnya sangat jauh dari harapan. Tujuan normatif pendidikan sudah selayaknya diabdikan (diorientasikan) untuk manusia, sebagai obyek sekaligus subyek didik. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Mengingat daya pikir (akal) itu baru bersifat potensi dasar maka perlu dikembangkan yaitu melalui pendidikan akal sebagai implementasi pemikiran rasional yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan akal ini dalam rangka mengaktualkan potensi dasar manusia yang sudah ada sejak lahir dan masih dalam dataran alteranatif, apakah akan berkembang menjadi akal yang baik atau sebaliknya.54

Karena intelegensi (kecerdasan) anak didik akan muncul sendiri tanpa di sadar oleh seorang pendidik. Ini merupakan daya respon anak didik ketika menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik. Mencerdaskan akal merupakan hasil penanaman pengetahuan rasional dalam pendidikan. Dalam pendidikan Islam, mencerdaskan akal merupakan pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan ini merupakan bagian dari tujuan pendidikan akal (ahdaf

al-aqliyah) dalam pendidikan Islam.

Al-Qur‟an sebagai kitab umat Islam merupakan pedoman paling sempurna dalam pendidikan agama Islam, baik dari segi filsafat, azas-azas, metode maupun media pengajaran. Al Qur‟an merupakan terapi bagi krisis yang tengah melanda dunia pendidikan Islam dan

(31)

memperbaiki perilaku manusia sebagai khalifah fil ardi, sehingga tercipta sistem harmonis dan kokohnya sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat.55

Sebuah pendekatan rasional, mendukung bagaimana peserta didik memahami sebuah materi setelah menerima pengajaran dari seorang guru. Pendekatan rasional dapat diterapkan hampir dalam semua tugas dalam berbagai kurikulum untuk segala pembelajaran. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa metode keilmuan adalah satu cara dalam memperoleh pengetahuan. Suatu rangkaian prosedur yang tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban yang tertentu dari pernyataan yang tertentu pula.56

3. Prosedur Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran PAI a. Komponen Pendekatan Rasional

Pendekatan rasional dalam pembelajaran memiliki komponen-komponen yang mengikutinya. Komponen Pendekatan rasional adalah bagaimana membentuk peserta didik agar menjadi kritis akan sebuah permasalahan, dan lebih peka akan sebuah permasalahan. Usaha maksimal bagi guru dalam pendekatan rasional adalah dengan memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.

Metode-metode yang digunakan dalam peoses pembelajaran merupakan komponen dalam pendekatan rasional. Metode-metode tersebut yaitu dalam bentuk tanya jawab, kerja kelompok, latihan, diskusi dan pemberian tugas.57

55

Abdurrohman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, hlm 327.

56

Jujun S Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), Cet 16, hlm 105.

(32)

a) Diskusi

Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.58 Di samping itu diskusi juga merupakan suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Metode diskusi juga dimaksudkan untuk dapat merangsang peserta didik dalam belajar dan berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapat secara rasional dan objektif dalam pemecahan suatu masalah.59

Debat juga bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan terutama apabila peserta didik diharapkan mampu mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri.60 Diskusi juga merupakan metode efektif untuk mengasah otak, latihan mengeluarkan pendapat, menimbulkan kepercayaan diri sendiri, bahkan mampu membina kecakapan berbicara tanpa teks.61

b) Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban, atau sebaliknya peserta didik diberi

58

J.J. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm 20.

59

M Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm 36.

60

Hizyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) hlm 38.

(33)

kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan.62 Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Salah satu cara untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar.63 c) Kerja Kelompok

Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar. Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar.64 Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat di kelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong-royong. Dalam prakteknya ada beberapa jenis kerja kelompok yang dapat dilaksanakan yang semua itu tergantung pada tujuan khusus yang dicapai, umur dan kemampuan peserta didik, fasilitas dan media yang tersedia.65

Cara kerja kelompok ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang objek atau mereview informasi.66 Pemahaman peserta didik tentang sesuatu, terbangun ketika terjadi peristiwa belajar, akan lebih baik apabila ia berinteraksi dengan teman-temannya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Dalam kerja kelompok juga memungkinkan

62

M Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, hlm 43.

63 Hizyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, hlm 44. 64

J.J. Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, hlm 24.

65

M Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, hlm 49.

(34)

tumbuhnya semangat bekerja sama yang mendorong tumbuhnya solidaritas, simpati dan empati terhadap orang lain.67

d) Latihan

Metode latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap-siagakan.68 Proses pembelajaran perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk terbiasa belajar mandiri melalui penyelesaian tugas individu, pembuatan karya individual yang memungkinkang mereka berkompetisi secara sportif untuk memperoleh penghargaan hakiki.69

b. Karakteristik Rasional

Keberhasilan usaha mentransformasikan ragam potensi yang ada, sebagaimana diinginkan dalam pendidikan aliran rasional, sangat ditentukan oleh seberapa besar optimalisasi fungsi daya-daya indrawi dan rasio. Sebab, daya-daya indrawi dan rasio itulah yang bisa menjadikan seseorang mempunyai pengetahuan tentang realitas di sekeliling dan kemampuan mengabstraksikan sehingga dapat menuntunnya untuk sampai pada pengetahuan atau pemahaman kebenaran.70

Menurut Mohammed Arkoun, kecenderungan rasional yang sentralistik di dunia Arab Islam tersebut setidaknya melahirkan tiga karakteristik yang meliputi:

1. Setiap aktivitas pemikiran sedemikian lekat dengan konsepsi dogmatis perihal akal yang mampu melangkah menuju “realitas

67 Mansur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm 50-51. 68

M Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, hlm 55.

69

Mansur Muslich, KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm 51.

(35)

ultim” (Tuhan) sehingga motif utama pemikiran bukanlah motif

ilmiah (dalam pengertian modern) melainkan motif estetik-etik. 2. Cahaya akal bersumber dari akal aktif. Hassan Hanafi menyebut

corak rasionalitas tersebut dengan “nalar iluminasionis” yaitu nalar yang kemampuannya diperoleh dari luar bumi, dari akal aktif, bukan dibangun di atas empiris sensual dan eksperimentasi.

3. Aktifitas-aktifitas dasariah yang dijalankan oleh akal “idealistik” ini adalah dalam kerangka kembali ke prinsip-prinsip fundamental aneka relasi esensial. Konsepsi metafisis bahwa tuhan adalah „aql-„aqil-ma-qul (tuhan adalah akal murni/logos, yang merenungkan dirinya dan yang sepenuhnya „rasional‟), sebagaimana dalam konsepsi emanasi merupakan gambaran tentang “rasionalisme murni” yang berkembang didunia arab Islam.

Rasio (akal) tidak semata-mata berfungsi untuk mengetahui

(Mudrik) sesuatu, tetapi juga berfungsi memutuskan (hakam) terhadap

benar-salah atau baik-buruknya sesuatu.71 c. Manfaat Pendekatan Rasional

Sebagai umat Islam yang senantiasa memaksimalkan akal dan pikiran dalam mengkaji berbagai persoalan ilmu, tentunya telah diketahui bahwa banyak sekali persoalan dalam agama Islam. Memahami Islam secara mendalam dan mencari hikmah dan inti dari agama ini. Selain itu, dalam Islam juga disebutkan bahwa agama ini banyak menyuruh para pemeluknya untuk menggunakan akal pikirannya untuk memahami agama ini yang tentunya harus menggunakan pendekatan yang tepat.

Kemampuan akal manusia diberikan peran yang tinggi dalam Islam. Al-Qur'an menyuruh manusia untuk berpikir, perintah ini tidak akan terlaksana kecuali mereka diberikan kebebasan untuk berpikir dan merenungkannya. Al-Qur'an membebaskan manusia untuk berpikir

(36)

mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengannya, khususnya yang bernilai baik. Oleh karena itu, setiap muslim tidak boleh kaku dalam bertindak yang bisa mempersempit gerak hidup sosial atau mempertentangkan kebenaran ilmiah, menolak konsep ilmu alam dan ilmu-ilmu lain yang berfungsi untuk merealisasikan kemaslahatan umat atau menolak bahaya yang ditimbulkannya. Ajaran Islam didasarkan pada kebebasan berpikir karena semua ajaran agama ini bersifat rasional.

Islam mengajarkan kebebasan berpikir itu agar manusia benar-benar mencapai kebebasan dan dapat menentukan pilihannya. Kebebasan akal untuk berpikir dapat mencegah keterpaksaan dan penyiksaan. Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dari pendekatan rasional, yaitu:

1. Membantu setiap peserta didik untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren.

2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan obyektif.

3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.

4. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.

5. Memberikan syarat-syarat tentang apa yang harus dipenuhi dalam berpikir untuk mencapai gagasan tentang sebuah kebenaran.

6. Menjadikan akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis) daam ha imajinasi logis.72

72

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian adalah terjemahan dari bahasa inggris research, arti asal

research adalah mencari kembali atau pencarian berulang-ulang. Secara umum

penelitian dapat diartikan sebagai suatu studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.73 Menurut Noeng Muhadjir, metodologi penelitian merupakan konsep teoritik sebagai metode, kelebihan dan kelemahannya, dan biasanya dilanjutkan dengan pemilihan metode yang dipergunakan.74 Jadi, metode penelitian ini akan diuraikan dengan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan metode penelitian. Penelitian memiliki hubungan yang sangat erat degan ilmu, keduanya tidak dapat dipisahkan. Ilmu lahir karena penelitian (riset) dan sebaliknya ilmu juga melahirkan riset. Demikian pula yang terjadi dengan pendidikan. Pendidikan, baik secara teoritis sebagai filsafat dan ilmu pendidikan maupun praktis dalam pengertian dunia pendidikan senyatanya, memiliki keterkaitan kuat dengan peneliti.75

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami serta tidak bisa dilakukan dilaboratorium, melainkan dilapangan.76 Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

73

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), hlm 22.

74 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 2002), Cet

2, hlm 3.

75 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, hlm 37. 76

(38)

terjadi.77 Jadi skripsi ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yang mendeskripsikan fenomena yang bersangkutan dengan pendekatan rasional dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

SMA N 2 Mranggen pada tanggal 19 Juli 1997 secara resmi menempati gedung baru di Jalan Pucang Peni Raya, Ds. Batursari Kec. Mranggen, Kab. Demak sedangkan SK Penegerian Sekolah diterbitkan tahun 1998. Tujuan berdirinya SMA N 2 Mranggen adalah keinginan untuk ikut membantu dan berpartisipasi dalam mensukseskan program pemerintah di dalam bidang pendidikan. Visi SMA N 2 Mranggen adalah “Terwujudnya Sekolah Unggul, Berbudi pekerti Luhur, dan Cinta Tanah Air serta Mampu Bersaing di Era Global.” Sedangkan Misi SMA N 2 Mranggen a). Meningkatkan keimanan dan ketakwaan keprada Tuhan YME, b). Meningkatkan budi pekerti luhur berlanclaskan nasionalisme dan patriotisme, c). Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik, d). Meningkatkan sumber daya sekolah sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang edukatif, inovatif, dan kompetitif di era global, e). Memantapkan kerjasama yang harmonis dengan "stokeholders" dalam suasana kekeluargaan.78 Adapun keadaan sekolahnya sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Lapangan Kampus terpadu b. Sebelah Selatan : TVRI Jawa Tengah

c. Sebelah Timur : Peumahan Pucang Asri, Pucangg Gading d. Sebelah Barat : SMP N 3 Mranggen.79

77 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara,

1999), hlm 26.

78 Data Arsip SMA N 2 Mranggen, Tanggal 26 Mei 2012. 79

(39)

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Mranggen Demak yaitu pada Kelas XI.

2. Waktu Penelitian

Aktifitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan pada tanggal 7 Mei sampai 31 Mei 2012.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan alat untuk memfokuskan studi penelitian sehingga penelitian dapat tepat sesuai data lapangan. Fokus penelitian ini akan mengkaji bagaimana Penerapan Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA N 2 Mranggen.

Sedangkan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu di kelas di SMA N 2 Mranggen yang menerapkan Pendekatan Rasional dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang meliputi aspek:

a. Pendidik dan peserta didik. b. Proses belajar mengajar. c. Kurikulum yang diterapkan.

d. Lingkungan, termasuk sarana dan prasarana.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Atau bisa disebut sebagai human instrument. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berdasarkan kajian yang diteliti oleh seorang peneliti. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode antara lain:

1. Metode Observasi

Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti.80 Dalam bukunya

80

(40)

sugiyono dipaparkan beberapa macam observasi, yaitu observasi partisipatif, obserfasi terus terang atau tersamar, dan observasi tak terstruktur.81 Jadi bisa diartikan bahwa observasi atau pengamatan yakni suatu pernyataan yang maknanya dapat di uji dengan pengalaman yang dapat diulangi baik oleh orang yang mempergunakan pernyataan tersebut maupun oleh orang lain.82 Metode ini dilakukan secara intensif dalam jangka waktu tertentu untuk memperoleh data tentang kondisi lingkungan, proses pembelajaran dan metode yang digunakan di Kelas XI SMA N 2 Mranggen Demak, terutama yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Metode ini peneliti gunakan sebagaimana yang di dijelaskan oleh Spradley dalam bukunya sugiyono bahwa dalam penelitian kualitatif obyek yang diteliti dinamakan situasi social, yang terdiri dari tiga komponen yaitu Place (Tempat), Actor (Pelaku) dan Activity (Kegiatan).83 Dalam melakukan observasi ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu:

1) Tahap Deskripsi yaitu penjelajahan umum dan menyeluruh terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan.

2) Tahap Reduksi yaitu memilih diantara yang telah dideskripsikan. 3) Tahap Seleksi yaitu mengurai fokus menjadi komponen yang lebih

rinci.

Dalam penelitian memerlukan alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau sebagai sarana penelitian berupa seperangkat tes untuk memeroleh data dimana alat tersebut dinamakan instrumen. Instrumen dalam kamus besar bahasa indonesia berarti alat Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul.84

Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

81

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet 9, hlm 65.

82 Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1995), hlm 33. 83 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm 68-69.

84 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

(41)

Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik atau dibuat peneliti bisa keliru. Pada pelaksanaan penelitian di SMA N 2 Mranggen Demak ini instrumennya yakni berupa indikator keberhasilan pembelajaran terhadap permasalahan yang diteliti, sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya yang bersangkutan dalam instrumen penelitian. 2. Metode Interview (Wawancara)

Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penyelidikan.85 Metode wawancara mencakup cara yang digunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, meencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden.86

Interview yang dilakukan oleh peneliti kepada Waka Kurikulum, guru, dan karyawan, baik untuk menilai keadaan seseorang ataupun untuk mencari data tentang latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian sikap terhadap sesuatu. Lebih spesifik metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi yang ada di SMA N 2 Mranggen Demak antara lain:

a. Guna mengetahui tentang pelaksanaan pendekatan rasional dalam pembelajaran PAI.

b. Guna mengetahui tentang problem yang dalam pelaksanaan pendekatan rasional dalam pembelajaran PAI.

c. Guna mengetahui solusi atas problematika yang ada dalam pelaksanaan pendekatan rasional dalam pembelajaran PAI.

85 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, hlm 193.

86 Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1978)

(42)

3. Dokumentasi

Dokumen bermakna setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seseorang penyidik.87 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan SMA N 2 Mranggen Demak yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Metode dokumentasi penulis gunakan untuk mengumpulkan data-data yang bersifat dokumenter, misalnya; sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasi, siswa, jumlah guru, karyawan dan siswa serta persiapan pembelajaran. Untuk lebih jelas penulis merangkumnya dalam bentuk matrik sebagai berikut:

No Sumber data Metode yang

digunakan Instrumen 1. Peristiwa Observasi Pedoman Observasi 2. Informan Interview Pedoman wawancara 3. Dokumen Dokumentasi Arsip Lembaga

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.88 Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.89 Disini penulis mencoba memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Dan ini merupakan upaya mencari sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikan sebagai temuan.

87

Lexy J, Moleong, Merode Penelitiaan Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2004), Cet 4, hlm 161.

88 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode-Metode Penelitian Survai, (Jakarta:

Pustaka LP3ES, 1989), hlm 263.

89

Referensi

Dokumen terkait

1) Melaksanakan koordinasi dan perencanaan kegiatan yang berhubungan segala proses produksi audio, studio dan video baik penggandaan, finishing dan QC, dengan

PENGUKURAN KINERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KLATEN TAHUN

Strategi Pengembangan Model Kepercayaan Publik Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak di Provinsi Sulawesi Selatan. PTUPT Ilmu

Village boundary 2001 bisects the settlement cluster as well as the land parcels which results in mapping of the same area to two different village polygons.

Diketahui bahwa dari 76 pasien stroke non hemoragik lansia di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan usia pasien stroke non hemoragik lansia terbanyak pada 65-69 tahun

dilaksanakan pada setiap program kerja sekolah. Merumuskan Kegiatan, Indikator kegiatan, dan jadwal kegiatan. Kegiatan adalah tindakan-tindakan yang akan dilakukan di dalam

Pada tahap ini, penulis membuat laporan dari penelitian yang berisikan laporan penelitian terhadap masalah yang sedang terjadi dan menghasilkan solusi pada objek

PERUBAHAN PERUBAHAN YG SANGAT CEPAT YG SANGAT CEPAT KETIDAK PASTIAN KETIDAK PASTIAN YG SANGAT BESAR  YG SANGAT BESAR  KOMPLEKSITAS KOMPLEKSITAS YG SANGAT DINAMIS YG SANGAT