• Tidak ada hasil yang ditemukan

ACACIA DECURRENS WILD.: JENIS EKSOTIK DAN INVASIF DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU, JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ACACIA DECURRENS WILD.: JENIS EKSOTIK DAN INVASIF DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU, JAWA TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ACACIA DECURRENS

WILD.: JENIS EKSOTIK DAN INVASIF

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU, JAWA TENGAH

Purwaningsih

Bidang Botani, Pusat penelitian Biologi-LIPI E-mail; purazali@yahoo.co.id

ABSTRACT

Acacia decurrens WildLVDQH[RWLFVSHFLHVZKLFKRULJLQDOIURP$XVWUDOLDDQGKDVEHHQGHYHORSHGUDSLGO\LQ0HUEDEXPRXQWDLQ

HYHQWKRXJKXSWRDOWLWXGHPDVOHVSHFLDOO\DW&XQWHOYLOODJHLQZKLFKDSSUR[LPDWHO\ZKROHRIWKHIRUHVWDUHDRFFXSLHGE\A. decurrensDQGEXVK7KHVWXG\ZDVFDUULHGRXWDWWZRSODFHLQ6HORDQG&XQWHO9LOODJHZLWKXVLQJTXDGUDGPHWKRG7KHSORWVHWXSDW VRPHDOWLWXGHVIURPXSWRPDVO7KHDLPVRIWKLVVWXG\LVWRNQRZDQGWRH[SODLQDERXWWKHYHJHWDWLRQRI0HUEDEXPRXQWDLQ DQGWKHVWDWXVRIA. decurrens7KHUHVXOWIURPWKHLQYHQWRU\RISORWV HDFKKD ZHUHUHFRUGHGRQO\VSHFLHV6HORYLOODJHKDV VSHFLHVQXPEHUGHQVLW\DQGEDVDODUHDZHUHKLJKHUWKDQWKHRWKHURQH7KHLQYDVLYHFKDUDFWHURIAcacia decurrensVKRZQE\ÀRZHULQJ FRQWLQXHLW\DORQJ\HDUDQGWKHVPDOOGLDPHWHUKDVDOUHDG\VWDUWHGWRÀRZHULQJDQGWKHVHHGUHVLVWDQWWRIRUHVW¿UHGDOVR3RSXODWLRQ RIA. decurrensZDVDEXQGDQWFDXVHGWKHQDWXUDOVSHFLHVUDSLGO\GHFUHDVHG

Key words:$FDFLDGHFXUUHQV:LOG, Cuntel VillageH[RWLFVSHFLHV0HUEDEXPRXQWDLQ6HOR9LOODJH

PENGANTAR

Jenis tanaman eksotik merupakan jenis pendatang dari daerah atau negara lain yang ditanam sebagai tanaman

cropatau perkebunan seperti mahoni, pinus, agathis, kopi, kakao, kelapa sawit, akasia, kayu afrika, dsb. Dilaporkan di beberapa negara ASEAN jenis eksotik sudah merambah ke seluruh pelosok negeri dan mengancam perkembangan jenis-jenis asli (Baguinon dkk., 2003; Harper, 1977). Perambahan jenis eksotik umumnya diawali akibat terbukanya kawasan hutan sehingga keseimbangan jenis-jenis hutan asli terganggu dan terancam keberadaannya akibat sifat pertumbuhannya yang tumbuh cepat. Disebutkan jenis eksotik menjadi invasif dan mendominasi suatu areal dengan cepat sehingga menyebabkan hilangnya populasi jenis-jenis asli (Heywood, 1989). Jenis invasif umumnya dari jenis eksotik (jenis alien) yang mampu berkompetisi dan mengganti jenis asli pada habitat alami, dengan demikian mengancam keanekaragaman hayati. Tanaman eksotik ini mempunyai karakteristik khusus yang membuatnya mampu berkembang biak secara cepat dan agresif dan berkompetisi GHQJDQÀRUDGDQIDXQDDVOLPHPEHQWXNSRSXODVL\DQJ padat dan memengaruhi perkembangan komunitas biotik (Weerawardane & Dissanayake, 2003).

Marga Acacia di seluruh dunia meliputi ± 1300 jenis, tetapi sekitar 960 jenis berasal dari Australia dan sisanya tersebar di daerah tropika sampai daerahWHPSHUDWH yaitu Eropa, Afrika, Asia Selatan, dan Amerika (Wrigley & )DJJ$QRQLP 6DODKVDWXMHQLVHNVRWLN\DQJ tersebar di P. Jawa adalah$FDVLDGHFFXUHQV Wild. Jenis

GDULVXNX)DEDFHDHLQLMXJDGLVHEXWVHEDJDL$FDFLDEDUN

(DUO\EODFNZDWWOH*UHHQZDWWOH6\GQH\ZDWWOH:DWWOH EDUN(Anonim, 2008). $FDVLDGHFFXUHQV berasal dari *UHDWHU%OXH0RXQWDLQV$UHD, New South Wales Australia

merupakan tumbuhan berbentuk pohon atau perdu dengan tinggi pohon berkisar antara 2–15 m. Dikatakan jenis ini tergolong sebagai pohon tumbuh cepat bahkan sehabis kebakaran (Moore dkk., 2002).$FDVLDGHFFXUHQVadalah jenis eksotik, artinya bukan tumbuhan asli Indonesia. Revisi )ORUD0DOHVLDQDGDSDWGLJXQDNDQVHEDJDLDFXDQXQWXN menentukan jenis asli (LQGLJHQRXV) dan jenis pendatang (eksotik) (Baguinon dkk., 2003). Jenis-jenis eksotik yang ada di Indonesia tercatat sebagai tanaman industri termasuk

$FDFLDGHFXUUHQV yang dibawa ke Indonesia sejak jaman

penjajahan Belanda (Gambar 1).

Gambar 1. Acacia decurrens dan bunganya yang berwarna kuning.

(2)

Kegunaan$FDFLDGHFXUUHQVmeliputi produk kimia, managemen lingkungan, dan kayu. Bunga dapat dimakan dan dibuat kue (IULWWHUV). Cairan kental seperti JXP yang keluar dari batang dapat dimakan dan juga dapat digunakan sebagai pengganti JXP $UDELFD, untuk contoh dalam produksiIUXLWMHOO\. Kulit pohonnya bisa sebagai DVWULQJHQW, tetapi harus disimpan selama 1 tahun baru dapat digunakan, dan juga digunakan sebagai obat anti diare. Kulitnya mengandung 37–40% tannin. Bunganya yang berwarna kuning dapat digunakan sebagai pewarna dan kulit bijinya digunakan sebagai pewarna hijau (Anonim, 2008).

Salah satu lokasi yang ditumbuhi$FDFLDGHFXUUHQV adalah Wilayah Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGM). Kawasan TNGM mempunyai fungsi ekologi,Kawasan TNGM mempunyai fungsi ekologi, yang menjadikan areal ini sangat penting sebagai pelestarian keanekaragaman hayati, baik ditingkat ekosistem, spesies maupun genetik. Ada beberapa tipe hutan yang ada di Gunung Merbabu antara lain: hutan semi-PRQWDQH (ketinggian 1500–2000 m), hutan pegunungan (ketinggian > 2000 m) dan hutan alpin (ketinggian > 3000 m). Vegetasi pada masing-masing tipe hutan terlihat pada hutan

semi-PRQWDQH banyak ditanami pinus, $FDVVLDGHFXUHQW dan

puspa sedangkan sisa-sisa hutan lindung dapat dijumpai di ketinggian > 2000 m dan kebanyakan tertutup oleh semak belukar. TNGM pada awalnya dikelola oleh Perum Perhutani dan TWA (Taman Wisata Alam) Tuk Songo Kopeng yang termasuk kawasan konservasi lingkup Balai KSDA Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui statusPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui status

$FDFLDGHFXUUHQV di TNGM. BAHAN DAN CARA KERJA

Bahan penelitian adalah$FDFLDGHFXUUHQVdi T.N.T.N. Gunung Merbabu (TNGM).

Deskripsi Lokasi

T.N. Gunung Merbabu (TNGM) terdapat di 3 wilayah kabupaten yaitu Kab. Magelang, Kab. Boyolali, GDQ.DE6HPDUDQJ6HFDUDJHRJUD¿VWHUOHWDNSDGDNRRUGLQDW ž¶´/6GDQž¶´%7GHQJDQSXQFDNWHUWLQJJL berada pada ketinggian 3145 m dpl. Kawasan dengan luas areal 5725 ha berdasarkan SK Menteri Kehutanan 135/men-hut-II/2004 ditetapkan sebagai Taman Nasional. Gunung Merbabu (TNGM) mempunyai dua puncak yaitu Kenteng Songo (3145 m) dan puncak Sarif (3020 m) serta lima kawah, yaitu: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, kawah Kendang, kawah Rebab, dan kawah Sambernyowo. *XQXQJ³0HUEDEX´EHUDVDOGDULJDEXQJDQNDWD³PHUX´ JXQXQJ GDQ³DEX´ DEX PHUXSDNDQJXQXQJ DSL EHUWLSHgunung api bertipe

6WUDWR yang pernah meletus pada tahunpernah meletus pada tahun 1560 dan 1797 (Anonim, 2009).

Secara umum Gunung Merbabu terbentuk dari batuan piroklastik (bersifat lepas) dan bentuk lahan ini dapat menyimpan air melalui bekas aliran lava. Oleh karena itu ketersediaan air dari pegunungan melimpah bahkan di musim kemarau panjang. Akan tetapi di daerah G. Merbabu merupakan daerah bayangan hujan sehingga pada musim kemarau debit air akan lebih kecil. Sumber-sumber air yang ada dibuat tampungan air berupa bak semen dan kemudian air dalam bak dialirkan ke arah desa-desa terdekat dengan pipa paralon. Kualitas air yang mengalir dari gunung relatif baik dengan kondisi air bening dan bersih sehingga dapat langsung diminum.

Cara Kerja

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda petak (kuadrat). Sebanyak 7 petak cuplikan dengan luasuadrat). Sebanyak 7 petak cuplikan dengan luas masing-masing 0,25 ha (50 × 50 m) diletakkan di Desa Selo (3 petak) dan Desa Cuntel (4 petak). Di Desa Selo petak I dibuat pada ketinggian 1800 m dpl, ke II pada ketinggian 2300 m dpl, dan ke III dibuat pada ketinggian 1600 m dpl. Petak di Desa Cuntel dibuat petak pada ketinggian 1700, 1800, 2000, dan 2400 m dpl. Setiap petak (0,25 ha) dibagi menjadi 25 sub-petak berukuran 10 × 10 m. Semua pohon (diameter batang >10 cm) yang terdapat dalam sub petak 10 × 10 m dicacah, diukur diameter batang setinggi dada VHUWDGLWDNVLUWLQJJLWRWDOGDQEHEDVFDEDQJQ\D8QWXNSRKRQ yang berbanir pengukuran dilakukan 10 cm di atas banir. Data tiap jenis pohon pada setiap sub-petak di analisis untuk mengetahui frekuensi, kerapatan, dan luas bidang dasar (Mueller-Dombois & Ellenberg, 1974). Jumlah nilai relatif ketiga variabel tersebut kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan Nilai Penting (NP) masing-masing MHQLVSRKRQ8QWXNPHQJHWDKXLWLQJNDWNHDQHNDUDJDPDQ jenis dilakukan penghitungan berdasarkan indeks diversitas Shanon, sedangkan kekayaan jenis dihitung menurut rumus

0HQKLQLFN (D=S/VN) (Spellerberg, 1994). Semua pohon

yang terdapat dalam sub-petak diambil contoh daunnya XQWXNNHSHUOXDQLGHQWL¿NDVL

HASIL PENELITIAN

Hasil pendataan pohon pada 7 petak seluas 1,75 ha secara keseluruhan tercatat 20 jenis tergolong kedalam 17 marga dan 14 suku. Jumlah jenis yang terdapat di desa Selo (luas petak 0,75 ha) relatif lebih tinggi (12 jenis) dibandingkan dengan yang tercatat di desa Cuntel (10 jenis) (luas petak 1 ha). Kerapatan pohon per hektar

(3)

dan luas bidang dasar juga tercatat lebih tinggi di desa Selo (Tabel 1).

Tabel 1. Beberapa parameter tumbuhan dari hasil penghitungan data pada masing-masing petak di Gunung Merbabu

Parameter A B C D E F G S-1 S-2 S-3 C1 C2 C3 C4 Jumlah jenis 4 7 7 1 5 7 5 Kerapatan 752 460 176 456 192 540 332 L B D 22 30 14 7,8 7,4 14 8,5 Indek diversitas 0,9 0,4 1,7 0 1,3 0,5 0,4 Indek kemerataan 0,6 0,2 0,9 0 0,8 0,3 0,2 Indek KJ 0,2 0,3 0,5 0,1 0,4 0,3 0,3 Ket: A= 2300m; B=1800m; C=1600m; D=2000; E=2400m; F=1900m; G=1700M; S1=Selo-1;S2=Selo-2; S3=Selo-3; C1-4=Cuntel1-4; LBD=Luas Bidang dasar; I KJ= Indek kekayaan jenis Menhinnick

Petak Selo 1 yang terdapat pada ketinggian 2300 m jumlah jenis yang tercatat 4 jenis lebih rendah dari jumlah jenis pada petak Selo 2 (7 jenis) dan Selo 3 (7 jenis). Kerapatan pohon paling tinggi (752 pohon/ha) terdapat pada petak Selo-1, tetapi luas bidang dasar lebih rendah jika dibandingkan dengan petak Selo 2. Hasil perhitungan indeks diversitas jenis, indeks kemerataan, dan indeks kekayaan jenis menunjukkan nilai paling tinggi pada petak Selo 3. Jenis paling dominan pada petak Selo 1 ditempati oleh Sowo ((QJHOKDUGLDVSLFDWDLech.ex Bl.) (NP = 162,38).(QJHOKDUGLDVSLFDWD yang dijumpai banyak tumbuh di daerah lembah merupakan jenis yang hanya dijumpai pada petak Selo 1.

Pada petak Selo-2 yang terletak pada ketinggian 1800 m merupakan lokasi perkebunan yang banyak ditanami Puspa (6FKLPDZDOOLFKLL(DC.) Korth.). 6FKLPDZDOOLFKLL dengan kerapatan 105 pohon/ha dan Nilai Penting (NP = 259,85) tercatat sebagai pohon paling melimpah di kawasan ini.

Tabel 2. Daftar jenis dengan nilai Kerapatan (K); Frekuensi (F); Luas bidang dasar (LBD) dan nilai penting (NP) di hutan Selo dan Cuntel, Gunung Merbabu.

Suku Jenis K F LBD NP Suku Jenis K F LBD NP

Petak Selo-1 Petak Cuntel-1

Meliaceae E. spicata Lech. ex Bl. 182 20 3,05 162,4 Fabaceae A. decurrens Willd. 114 25 1,94 300 Fabaceae A. decurrens Willd. 77 15 2,65 107,0 Petak Cuntel-2 Proteaceae H. serrata (R.Br.) Bl.. 18 7 0,14 24,9 Fabaceae A. decurrens Willd. 23 11 1,10 143,7 Rubiaceae N. purpurescens Korth. 6 1 0,07 5,7 Fabaceae A. montana Benth. 15 13 0,63 108,7

Petak Selo-2 Sapindaceae D. viscosa

Miq.. 5 4 0,08 28,0

Theaceae S. walichii (DC.) Korth.

105 25 7,15 259,9 Symplocaceae S. lucida S.& J 3 1 0,03 10,9

Fabaceae A. decurrens Willd. 3 3 0,13 13,2 Symplocaceae S. cochicinensis Lour. Mour 2 1 0,02 8,7 Cupressaceae C. benthami Endl. 3 2 0,22 11,4 Petak Cuntel-3

Symplocaceae S. lucida S.& J 1 1 0,02 4,0 Fabaceae A. decurrens

Willd.

119 25 1,98 204,4 Euphorbiaceae Glochidionsp. 1 1 0,00 3,8 Pinaceae P. mercusii

Jungh. & De Vriese

11 10 1,57 75,9

Rubiaceae Nauclea sp. 1 1 0,00 3,8 Theaceae S. wallichii

(DC.) Korth. 1 1 0,07 5,0 Proteaceae H. serrata (R.Br.) Bl. 1 1 0,00 3,8 Cupressaceae C. benthami Endl. 1 1 0,04 4,2

(4)

Tabel 3. Kehadiran jenis dan status tumbuhan yang ada di petak penelitian di TNGM.

Suku Jenis Status S-1 S-2 S-3 C1 C2 C3 C4

Casuarinaceae Casuarina junghuhniana Miq. E - - - +

-Cyatheaceae Cyathea sp. A - - + - - -

-Cupressaceae Cupressus benthami Endl. E - + + - - + +

Euphorbiaceae Glochidion sp. A - + + - - -

-Fabaceae Acacia decurrens Wild. E + + + + + + +

Fabaceae Albizzia lophantha (Willd.) Bth. A - - - - + -

-Daphniphyllaceae Daphniphyllum glaucescens Bl. A - - - +

Lauraceae Cinnamomum iners Reinw. A - - + - - -

-Myrtaceae Eucalyptus sp A - - - +

-Juglandaceae Engelhardia spicata Lech.ex Bl. A + - - -

-Moraceae Ficus benjamina Linn. E - - + - - -

-Pinaceae Pinus mercusii Jungh.& De Vriese E - - - + +

Proteaceae Helicia serrata (R.Br.) Bl. A + + - - - -

-Rubi Nauclea purpurescens Korth. A + - - -

-Rubiaceae Nauclea sp. A - + - - - -

-Sapindaceae Dodonaea viscosa Miq.. A - - - - + -

-Symplocaceae Symplocos cochicinensis Lour. Mour A - - - - + -

-Symplocaceae Symplocos lucida S.& J A - + - - + -

-Theaceae Schima walichii (DC.) Korth. E - + + - - + +

Keterangan : S 1-3 = Selo 1-3; C 1-4= Cuntel 1-4

Suku Jenis K F LBD NP Suku Jenis K F LBD NP

Petak Selo-3 Casuarinaceae

C. junghuhniana Miq 1 1 0,01 3,5 Cupressaceae C. benthami Endl. 10 7 2,00 99,9 Theaceae S. wallichii (DC.) Korth. 1 1 0,01 3,5 Theaceae S. walichii (DC.) Korth. 12 8 0,70 71,6 Myrtaceae Eucalyptus sp. 1 1 0,01 3,4

Cyatheaceae Cyathea sp. 10 8 0,54 62,6 Petak Cuntel-4

Euphorbiaceae Glochidion sp. 8 6 0,22 43,0 Fabaceae A. decurrens

Willd.

77 24 1,53 245,1

Moraceae F. benjamina L. 2 1 0,02 8,1 Pinaceae P. mercusii

Jungh. & De Vriese 3 3 0,53 38,7 Fabaceae A. decurrens Willd. 1 1 0,10 8,1 Cypressaceae C. benthami Endl. 1 1 0,03 6,2

Lauraceae C. iners Reinw. 1 1 0,05 6,7 Theaceae S. wallichii

(DC.) Korth.

1 1 0,01 5,1

Daphniphylaceae Daphniphyllum

sp.

1 1 0.01 4,9

Kelimpahan jenis ini pada petak Selo 2 sangat kontras bila dibandingkan dengan$FDFLDGHFFXUHQV yang menempati urutan kedua (Tabel 2). Di antara kelimpahan 6FKLPD

ZDOOLFKLL dengan perawakan pohon berdiameter relatif

cukup besar saat ini mulai tumbuh dan berkembang jenis akasia ($FDFLDGHFFXUHQV:LOG). Petak Selo-3 yang terletak pada ketinggian 1600 m merupakan lokasi yang terdiri atas ngarai-ngarai, banyak dijumpai mata air sehingga populasi

$FDFLDGHFXUUHQVNXUDQJGDSDWEHUDGDSWDVL8PXPQ\D

jenis$FDFLDGHFXUUHQV dapat beradaptasi dengan baik pada daerah punggung bukit.

Jumlah jenis pohon pada 4 petak seluas 1 ha di desa Cuntel tercatat sebanyak 10 jenis. Petak penelitian yang terletak pada ketinggian 1900 m (Cuntel -3) tercatat sebagai lokasi dengan jumlah jenis tertinggi (7 jenis), sebaliknya petak di ketinggian 2000 m (Cuntel1) merupakan lokasi dengan jumlah jenis terendah (1 jenis). Jenis yang tercatat murni atau mencapai 100% mendominasi kawasan petak Lanjutan Tabel 2

(5)

Cuntel 1 adalah$FDFLDGHFXUUHQV Informasi yang diperoleh dari masyarakat menyebutkan jenis$FDFLDGHFXUUHQV pada mulanya ditanam pada ketinggian di bawahnya. Perkebunan

$FDFLDGHFXUUHQV di daerah Merbabu dikembangkan oleh

Perhutani di bagian bawah dengan ketinggian < 2000 m. Persebaran jenis ini sangat cepat bahkan pada 3 petak lainnya tercatat paling dominan. Pada petak cuntel 2 (ketinggian 2400 m) yang merupakan daerah bekas terbakar dan menurut informasi masyarakat hampir setiap tahun terbakar, selain jenis$FDFLDGHFXUUHQV juga tercatat banyak jenis$OEL]]LDPRQWDQD. Jenis $OEL]]LDPRQWDQD Benth hanya ditemukan pada ketinggian > 2000 m dan batangnya banyak

JDOO. Pada waktu musim kemarau jenis ini kayunya sangat

kering sehingga sering menimbulkan kebakaran.

Tabel 2 memperlihatkan persebaran$FDFLDGHFXUUHQV hampir merata terdapat di semua ketinggian wilayah Desa Cuntel. Dewasa ini jenis tersebut sudah menyebar dan tumbuh di antara jenis-jenis yang ditanam seperti Pinus dan Puspa. Akibatnya jenis$FDFLDGHFXUUHQV yang mempunyai sifat invasif dengan populasi yang cukup melimpah, tampak merajai di semua ketinggian tempat. $FDFLDGHFXUUHQV dengan pertumbuhan merata di hampir semua petak dapat dikatakan sebagai jenis yang umum di kawasan TNGM (Tabel 3).

PEMBAHASAN

Taman Nasional Gunung Merbabu secara keseluruhan telah mengalami kerusakan berat hal ini terlihat dari banyaknya tumbuh semak belukar (> 60%) menutupi wilayah Gunung Merbabu. Kerusakan hutan diperkirakan akibat adanya perambahan pohon-pohon hutan terutama pada ketinggian di bawah 2000 m dpl, sedangkan diketinggian > 2000 m sering terjadi kebakaran hutan. Oleh karena itu pada ketinggian tempat di atas 2000 m diameter pohon semakin kecil dengan populasi sangat rapat. Hal ini tentunya menyebabkan jenis-jenis pohon asli menurun sangat tajam. Tercermin dari hasil pencacahan pohon yang ditemukan hanya 20 jenis pohon kayu dan populasinya dikuasai oleh

$FDFLDGHFFXUHQV Di Desa Cuntel populasi Akasia lebih

menonjol daripada di Desa Selo karena di Cuntel Perhutani menanam tanaman akasia di beberapa lokasi sedangkan di Desa Selo Perhutani banyak menanam Pinus dan Puspa, begitu pula tampaknya pendakian juga memengaruhi populasi Akasia. lebih banyak di daerah Cuntel sehingga daerah terbakar lebih banyak dikarenakan kemungkinan adanya api unggun, dsb.

Jenis$FDFLDGHFXUUHQV merupakan jenis eksotik yang didatangkan dari Australia sejak jaman Belanda, hal ini berkaitan dengan banyaknya manfaat dari jenis ini seperti

kayunya yang dapat dimanfaatkan berbagai keperluan industri (SXOS, kertas), bunganya sebagai pewarna, dan getahnya (gum) dapat dimakan atau dibuat campuran kue, dll. (Thu, 2003; Marchante, 2006; Anonim, 2008). Begitu juga merupakan salah satu jenis yang tumbuh cepat bahkan di tempat yang sering terbakar juga dominan karena bijinya resisten terhadap api dan terpacu berkecambah setelah kebakaran (Marchante, 2006).$FDFLDGHFXUUHQV tumbuh di tempat yang lebih tinggi (punggungan) daripada di lembah karena tampaknya jenis ini lebih menyukai daerah yang kering dan kurang hujan, hal ini dapat dibandingkan dengan vegetasi yang ada di G. Ciremai dan G. Halimun-Salak, pohon$FDFLDGHFXUUHQV tidak terdata di tempat tersebut (Purwaningsih & Yusuf, 2008; Simbolon dkk., 1998; Mirmanto & Simbolon, 1998). Ini terlihat pada petak Selo 1 jenis sowo lebih menguasai di lereng dan lembah sehingga NP nya lebih tinggi daripada$FDFLDGHFXUUHQV Begitu juga di Cuntel tampaknya di daerah ini lebih kering daripada di Selo dan populasi$FDFLDGHFXUUHQV jauh lebih tinggi.

$FDFLDGHFXUUHQV hidup di dataran tinggi >1000 m

dan berkembang biak sangat cepat, biasanya biji tersimpan lama di dalam tanah (Anonim, 2008). Jenis invasif Acacia

GHFXUUens mampu berkompetisi dan menggantikan jenis

asli di habitat alami tetapi mempunyai sifat baik yaitu dapat mengikat nitrogen dan sebagai sumber pakan ternak serta sebagai bahan kayu bakar (Bakeo, 2003).

KEPUSTAKAAN

Anonim, 2008. Wikipedia $FDFLDGHFXUUHQVWild. http:// en.wikipedia.org/wiki/Acacia_decurrens

Anonim, 2009. Gunung Merbabu- Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Gunung Merbabu. id.wikipedia.org/ wiki/Gunung_Merbabu

%DJXLQRQ17024XLPDGR*-)UDQFLVFR&RXQWU\UHSRUW of Philippines, Los Banos.&RXQWU\5HSRUW Conference of WKHDVLDSDFL¿FIRUHVWLQYDVLYHVSHFLHV.XQPLQJ<XQQDQ Province, China 17–23 August 2003. pp. 108–112. Bakeo R, 2003. Country report on the forestry invasive species

situation in Vanuatu. Country Report, Conference of the asia-pacific forest invasive species, Kunming, Yunnan Province, China 17–23 August 2003. pp. 130–136. Harper JL, 1977. Population Biology of plants.: Academic Press,

London.

Heywood VH, 1989. Patterns, Extents and Modes of Invasions by Terrestrial Plants. Biological Invasins: a Global Perspective (Eds. J.A. Drake et al. Published by John Wiley & Sons Ltd. pp. 31–60

Marchante H, 2006. Acacia dealbata Link.-DAISIE-Species )DFWVKHHtSynonyms.$FDFLD$FDFLDGHFXUUHQV Willd. Racosperma dealbatum (Link.) Pedley .... Weber E (2003),QYDVLYH plants species of the world-a reference

(6)

guide to ...ZZZHXURSHDOLHQVRUJVSHFLHV)DFWVKHHW GR"VSHFLHV,G 

Mirmanto E and H Simbolon, 1998. Vegetation analysis of Citorek area, Gunung Halimun National Park. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Vol. IV. Gunung Halimun: The last submontane tropical forest in West Java (Eds. H. Simbolon, M. Yoneda and J. Sugardjito). pp. 41–59.

Moore K, T Hyland, and R Morgan, 2002. A Plague of Plants: Controlling Invasive Plants in Santa Cruz County. 2nd edn. Wildlands Restoration Team, Santa Cruz http://www. wildwork.org/webdocs/Plague_of_Plants.pdf Cited 14 Sept 2006

Mueller-Dombois D & H Ellenberg, 1974.$LPVDQGPHWKRGVRI YHJHWDWLRQHFRORJ\ Wiley, New York.

Purwaningsih & R Yusuf, 2008. Analisa vegetasi hutan Pegunungan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Majalengka Jawa Barat.-%LRO,QGRQ,QGRQVol 6 (5): 385–398.

Simbolon H, H Wiriadinata, and M Yoneda, 1998. Plant diversity in Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia: Inventory Activities. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Vol. IV. Gunung Halimun: The last submontane tropical forest in West Java (Eds. H. Simbolon, M. Yoneda and J. Sugardjito). pp. 1–11. 6SHOOHUEHUJ,)0RQLWRULQJHFRORJLFDOFKDQJH8QLY 3UHVV8QLY3UHVV

Cambridge.

7KX34)RUHVWLQYDVLYHVSHFLHVDQGWKHLULPSDFWVRQ afforestation in Viet Nam.&RXQWU\5HSRUW Conference of WKHDVLDSDFL¿FIRUHVWLQYDVLYHVSHFLHV.XQPLQJ<XQQDQ Province, China 17-23 august 2003., pp 137–141. Weerawardane NDR and J Dissanayake, 2003. Status of forest

invasive species in Sri Lanka.&RXQWU\5HSRUW Conference of the asia-pacific forest invasive species, Kunming, Yunnan Province, China 17–23 August 2003.

:ULJOH\-DQG0)DJJ$XVWUDOLDQ1DWLYH3ODQWV$FDFLD section, 4thedn. Reed Books Pty Ltd, Australia.

Gambar

Gambar 1. Acacia decurrens dan bunganya yang berwarna  kuning.
Tabel 2. Daftar jenis dengan nilai Kerapatan (K); Frekuensi (F); Luas bidang dasar (LBD) dan nilai penting (NP) di hutan Selo dan Cuntel,  Gunung Merbabu.
Tabel 3. Kehadiran jenis dan status tumbuhan yang ada di petak  penelitian di TNGM.

Referensi

Dokumen terkait

Mendeskripsikan penerapan metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam materi PKn khususnya pokok bahasan khususnya pokok

Perkerasan Kaku Pada Ruas Jalan Pekanbaru – Siak Dengan metode Binamarga 2013 , sebagai pembanding untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan karena

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi Mahasiswa dalam pembelian ponsel blackberry di Univesrsitas Muhammadiyah Yogyakarta, adapun faktor-faktor

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Majelis Hakim menetapkan Amir Fauzi sebagai Justice Collaborator sebagaimana tertulis dalam pertimbangan hakim “Menimbang, bahwa

Kajian ini juga mengkaji kesan kaedah PBM dalam talian berbantukan persembahan masalah berbentuk grafik (PBM-G) dan kesan kaedah PBM dalam talian berbantukan

Berdasarkan kajian teori diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan suatu

Penghargaan Al-Qur‟an terhadap kaum tunanetra semacam ini menjadi motivasi bagi Yayasan Komunitas Sahabat Mata Semarang untuk terus memberikan aksesibilitas bagi