• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALYSIS AUDIT MANAGEMENT SELLING (CASE STUDY PT PLN (PERSERO) REGION SULSEL, SULTRA, AND SULBAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALYSIS AUDIT MANAGEMENT SELLING (CASE STUDY PT PLN (PERSERO) REGION SULSEL, SULTRA, AND SULBAR)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 28 ANALYSIS AUDIT MANAGEMENT SELLING

(CASE STUDY PT PLN (PERSERO) REGION SULSEL, SULTRA, AND SULBAR) Oleh : Rusni Email : rusni209@gmail.com Pembimbing I : Firman Menne Email : firman@universitasbosowa.ac.id Pembimbing II : M.Idris Email : idrisantang55@gmail.com Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Bosowa ABSTRACT

This study was conducted in april to july 2016 in the city of Makassar, given PT PLN (Persero) Region Sulsel, Sultra, and Sulbar one of the central electricity company which houses three provinces and nine branch unit PLN. PT PLN (Persero) has a multi orientation. Besides aiming to fulfill the responsibility as the largest electric energy provider in Indonesia, PT PLN (Persero) also aims to make a profit.

To achieve these objectives it is necessary to have good managerial system, to ensure the creation of an effective system of corporate managerial and adequate. The function of supervision and control of this raises an audit activity (checks). This research aims to assessing the effective and the efficiency of selling function’s management performance.

The research method used was using the steps of management audit as the instrument of data analysis. Data used in this research were obtained from questionnaires (primary) which given to the staff on selling function of PT PLN (Persero) Region Sulsel, Sultra, and Sulbar. In addition, this research also used the secondary data from literature which related to selling function’s theory to arrange this management audit testing.

Research findings show that although there are a few things of selling function which still need to be improved, but generally the performance of selling function management of PT PLN (Persero) Region Sulsel, Sultra, and Sulbar was working effectively and efficiently.

---

(2)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 29 PENDAHULUAN

PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berwenang di dalam mengelola energi di tanah air. Perusahaan ini berbentuk “perseroan” yang memegang peranan penting dalam membangun pertumbuhan perekonomian di Indonesia. PT PLN (Persero) memiliki multi orientation. Selain bertujuan untuk memenuhi tanggung jawab sebagai penyedia energi listrik terbesar di Indonesia, PT PLN (Persero) juga bertujuan untuk memperoleh keuntungan (profit). Demi mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan adanya sistem manajerial yang baik, untuk memastikan terciptanya suatu sistem manajerial perusahaan yang efektif dan memadai. Untuk itu sangat dibutuhkan Fungsi pengawasan dan pengendalian yang menimbulkan suatu aktivitas audit (pemeriksaan).

Berkaitan dengan aktivitas penjualan energi listrik saat ini, pada tahun 2012 PLN melakukan peralihan sistem, yakni dari sistem pasca bayar ke sistem pra bayar. Sistem pasca bayar atau sering disebut sebagai sistem konvensional merupakan sistem yang selama ini didapatkan oleh pelanggan PLN, dimana pelanggan menggunakan energi listrik terlebih dahulu kemudian membayar akhir bulan pemakaian. Sedangkan sistem pra bayar (sistem listrik pintar), di mana pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang di lokasi pelanggan melalui sistem „token‟ (pulsa) atau stroom. Sistem ini merupakan program layanan baru yang dikembangkan oleh PLN untuk menciptakan sistem penjualan yang lebih efisien bagi PLN serta membawa manfaat bagi masyarakat.

Data tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat keterjangkauan listrik (rasio elektrifikasi/RE) di wilayah Indonesia mencapai 84,35% dan wilayah Sulawesi memiliki tingkat keterjangkauan (rasio elektrifikasi/RE) sebesar 68%. Pemerintah mengupayakan penambahan kapasitas listrik sebesar 7.000 MW per tahun dan 35.000 MW dalam 5 tahun. Mengacu pada rencana strategis pemerintah tersebut, PT PLN (Persero) wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar merencanakan penambahan daya 100 Megawatt (MW) setiap tahun, dengan target 120 ribu pemasanga listrik

(3)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 30 bagi pelanggan baru (rumah tangga, bisnis, dan sosial) atau 10 ribu pelanggan perbulannya sepanjang tahun 2016. Penambahan target ini disesuiakan dengan pembangunan perumahan di seluruh area. Selain itu PT PLN (Persero) wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) didelapan Kabupaten .di antaranya Enrekang, Bantaeng, Gowa, Luwu, Luwu Utara, Sinjai, dan Tanah Toraja. Berbagai kondisi tersebut mengindikasikan dibutuhkannya peranan signifikan dari fungsi penjualan PT PLN Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar dalam hal ini Bagian Niaga dan Pelayanan Langganan agar dapat memenuhi target tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan

Pengertian Audit Menurut Arens dan James (2010)

Auditing adalah suatu proses yang terpadu mengenai pengumpulan dan penilaian oleh seorang ahli yang bebas mengenai informasi yang dinyatakan dengan angka dari suatu kesatuan ekonomi tertentu (spesific economic entity) dengan tujuan untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesamaan antara informasi yang dinyatakan dengan angka dan ukuran untuk kriteria yang ada (established criteria).

Spesific economic entity (suatu kesatuan ekonomi tertentu) adalah

batasan-batasan yang dapat memperjelas luasnya tanggungjawab pemeriksa dalam melakukan pemeriksaannya. Dalam kebanyakan hal kesatuan ekonomi tertentu merupakan badan hukum seperti P.T., unit pemerintah, partnership atau perusahan perseorangan, akan tetapi di dalam beberapa jenis pemeriksaan kesatuan ekonomi tertentu ini diberikan pengertian sebagai suatu bagian, devisi departemen, atau individu dan di dalam kesatuan ekonomi tertentu selalu dikaitkan dengan jangka waktu (periode). Established criteria (ukuran/kriteria yang ada) adalah standar yang digunakan oleh auditor dalam menentukan tindak kepastian daripada informasi yang diperoleh, apakah cukup layak atau tidak, untuk dapat menentukan apakah informasi yang didapatkan itu sudah memadai atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan standar kriteria yang ada, misalnya Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU dan kebijakan/peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Jadi standar-standar untuk menilai informasi yang didapatkan dapat

(4)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 31 berbeda-beda dalam setiap pemeriksaan tergantung kriteria mana yang akan digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan pemeriksaan.

Definisi mengenai audit juga dikemukakan oleh para ahli lainnya. Salah satunya ialah Boynton dan Johnson (2010:6), yang mendefenisikan audit sebagai berikut “audit merupakan sebuah proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti dari asersi atau pernyataan pihak manajemen mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi.

Pengertian Audit Manajemen

Audit manajemen memiliki istilah yang beragam diberbagai literatur. Istilah seperti audit operasional (operasional audit) dan audit kinerja

(performance audit) digunakan secara bergantian untuk menjelaskan jenis audit

ini. Demikian halnya dengan definisi audit manajemen, para ahli juga mengemukakan pendapat yang beragam mengenai definisi audit manajemen.

Bayangkara (2011:1) mendefenisikan audit manajemen sebagai “pengevaluasian terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan”. Agoes (1996:5) mendefinisikannya sebagai “suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen guna mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisiensi, dan ekonomis”. Tunggal (2000:1) menyatakan bahwa audit manajemen adalah “penilaian sistem manajemen perusahaan apakah sistem tersebut beroperasi secara efektif dan risiko apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut tidak beroperasi secara efektif”.

Arens dan James (2010:4) mendefinisikan audit jenis ini dengan menggunakan istilah “audit operasional” dengan menjelaskan bahwa audit jenis ini merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Berbeda halnya dengan Taylor dan Glezen (1991:4) yang menjelaskan jenis audit ini dengan menggunakan definisi dari The America Institute of Certified Publik Accountans

(AICPA) Special Committee on Operasional and Management Audit. Definisi

tersebut memaparkan bahwa audit manajemen merupakan review sistematis terhadap aktivitas organisasi (atau segmen tertentu) dengan maksud untuk menilai

(5)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 32 kinerja, mengidentifikasi peluang untuk kemajuan organisasi atau tindakan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Adapun menurut Bayangkara (2011) ada beberapa tahapan lain yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar dapat dikelompokan menjadi lima tahapan audit manajemen yaitu:

1. Audit Pendahuluan

Audit pendahuluan merupakan tahap di mana auditor mengumpulkan informasi awal mengenai objek audit, seperti latar belakang objek audit. Auditor juga melakukan telaah (review) terhadap berbagai peraturan, ketentuan, dan kebijakan yang berlaku pada objek audit. Informasi-informasi tersebut kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi hal-hal potensial untuk diperbaiki atau ditingkatkan. Pada tahapan ini, auditor dapat menghasilkan output berupa tujuan-tujuan audit sementara. 2. Review dan Pengujian Pengendalian Manajemen

Pada tahapan ini auditor mulai melakukan review dan pengujian terhadap objek audit secara lebih mendalam. Tujuan dari tahapan ini ialah menilai efektifitas sistem pengendalian dari objek audit, untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang ada maupun yang masih bersifat potensial pada objek audit.

3. Audit Terinci

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari hasil penyeleksian atau pengkorelasian tujuan-tujuan audit yang telah dilakukan sebelumnya. Auditor mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung tujuan audit yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini auditor akan mengembangkan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan lainnya guna menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit.

4. Pelaporan

Tahapan ini merupakan tahapan di mana hasil dari seluruh proses pengujian dikomunikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Bentuk pelaporan ini sendiri disajikan dalam bentuk

(6)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 33 komprehensif (menyajikan temuan-temuan penting hasil audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi). Rekomendasi disajikan dengan menggunakan bahasa yang operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk ditindak lanjuti.

5. Tindak Lanjut

Tahap ini bertujuan untuk mendorong pihak-pihak yang berwenang untuk menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan oleh proses audit manajemen. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan pihak manajemen melaksanakan rekomendasi yang dihasilkan. Oleh sebab itu, rekomendasi yang disajikan dalam laporan audit seharusnya telah didiskusikan terlebih dahulu kepada objek audit yang akan menjalankan rekomendasi tersebut.

Audit Manajemen Fungsi Penjualan

Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa penjualan merupakan salah satu bagian dari pemasaran, sehingga keduanya sering dikaitkan, begitu pula ketika dilakukan prosedur pemeriksaan (audit). Alexander (1984:154) memaparkan penjelasan mengenai audit manajemen terhadap fungsi penjualan dan pemasaran. Audit manajemen atas fungsi penjualan dan fungsi pemasaran terdiri dari tujuan-tujuan berikut:

a. Untuk mengevaluasi perencanaan penjualan dan usaha manajemen penjualan dalam menentukan suatu rencana untuk mencapai keberhasilan penjualan

b. Untuk menganalisa usaha pemasaran dalam hubungannya untuk mendukung rencana penjualan.

Efektivitas dan Efisiensi

Wujud dari efisiensi dan efektivitas kerja pada umumnya tercermin pada tingkat produktivitas kerja, yaitu adanya hasil yang dicapai sebanding dengan proses-proses kegiatan yang dilakukan, dimana terdapat ratio antara output dengan input. meskipun demikian kadang-kadang untuk memperoleh tingkat produktivitas yang memadai, harus mengorbankan banyak sekali variabel-variabel input, dalam arti bahwa mengeluarkan modal yang besar untuk memperoleh kegiatan usaha dapat

(7)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 34 dikatakan produktif, namun belum tentu efisien. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya (Siagian, 2001:24).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menganalisis fungsi penjualan PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar menggunakan prosedur audit manajemen sebagai instrumen analisis dan mengolah dan menginterprestasikan data yang terkumpul secara kualitatif, kemudian dianalisis menggunakan metode analisis komparatif. Dengan cara membandingkan teori audit manajemen fungsi penjualan dengan penerapan audit audit manajemen fungsi penjualan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan audit pendahuluan yang dilakukan pada PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, penulis menyusun beberapa tujuan audit sementara sebagai berikut.

1. Menilai dan menguji efektivitas dan efisiensi kinerja manajemen fungsi penjualan PT PL (Persero) Wilaya Sulsel, Sultra, dan Sulbar. 2. Menilai efektivitas dan efisiensi Bagian Niaga dan Pelayanan

Pelanggan daam melaksanakan kegiatan pemasaran produk sistem penjualan energi listri pra bayar.

Review dan Pengujian Terhadap Sistem Pengendalain Manajemen Fungsi

Penjualan

Pada tahapan ini sangat penting untuk menjamin terlaksananya strategi yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Tujuan dari tahapan ini ialah menilai efektivitas sistem pengendalian dari objek audit. Tahapan ini memudahkan penulis untuk mendeteksi kelemahan-kelemahan yang ada maupun yang masih bersifat potensial pada objek audit.

(8)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 35 Berdasarkan hasil review sistem pengendalian manajemen fungsi penjualan PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, penulis memperoleh informasi sebagai berikut:

1. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan memiliki rencana bisnis

(business plan) aktual untuk dibandingkan nantinya dengan hasil yang

dicapai.

2. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan melakukan studi terhadap keinginan, sikap, dan perilaku pelanggan, sebelum memutuskan upaya pemasaran yang dilakukan.

3. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan telah menyusun upaya pemasaran yang sistematis.

4. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan menggunakan prediksi pasar yang komprehensif dalam menyusun rencana penjualannya.

5. Upaya penjualan perusahaan yang disusun telah didukung oleh SDM yang memadai.

6. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan selalu memantau perubahan lingkungan, baik eksternal maupun internal perusahaan.

7. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan menyesuaikan tujuan yang telah disusun dengan perubahan kondisi lingkungan, baik eksternal maupun internal.

8. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan menjadikan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.

9. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan mengendalikan aktivitas penjualannya melalui analisis biaya, analisis pasar, dan audit penjualan.

Audit Terinci

Pada tahap audit terinci, penulis melaksanakan penelitian lebih mendalam berkaitan dengan temuan-temua awal yang telah diperoleh sebelumnya. Tahap ini berguna untuk menjawab dua fokus tujuan audit yang telah ditetapkan pada tahap

(9)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 36 audit pendahuluan. Tahap audit terinci ini akan mengumpulkan informasi-informasi tambahan terkait dengan proses audit sebelumnya.

Audit Terinci Efektivitas dan Efisiensi Kinerja Manajemen Fungsi Penjualan Berkaitan dengan tujuan audit yang pertama, yakni efektivitas dan efisiensi kinerja manajemen penjualan, penulis melaksanakan tahapan audit terinci ini. Adapun informasi yang diperoleh dari objektivitas penjualan dan pemasaran, diperoleh PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar sebagai berikut:

1. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan selaku fungsi penjualan telah menjalin koordinasi yang baik dengan fungsi-fungsi lain untuk mendukung aktivitas operasional perusahaan.

2. Perusahaan menerapkan onsep pemasaran yang beriorentasi kepada pelanggan.

3. Perusahaan telah membuat profil lengkap dan akurat untuk masing-masing segmen pasar, seperti: pelanggan sosial; pelanggan rumah tangga; pelanggan bisnis; pelanggan industri; pelanggan pemerintah. 4. Perusahaan memiliki sistem informasi pemasaran yang terdokumentasi. 5. Perusahaan melibatkan hasil riset pemasaran di dalam pengambilan

keputusan penjualannya.

Kemudian berkaitan dengan sistem perencanaan fungsi penjualan, penulis memperoleh informsi berikut:

1. Anggaran penjualan dibuat oleh suatu tim khusus yang melibatkan setiap bagian yang bertanggung jawab terhadap pencapaian target tersebut.

2. Anggaran telah disusun dengan terinci dan lengkap untuk satu bagian secara keseluruhan.

3. Laporan prestasi anggaran yang ada telah memuat sebab-sebab terjadinya varians dan dampaknya terhadap pencapaian target.

4. Sistem perencanaan penjualan menghasilkan sasaran dan kuota yang realitas.

(10)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 37 5. Perusahaan melibatkan hasil riset terkait fungsi penjualan serta

prediksi pasar yang komprehensif di dalam menyusun anggaran penjualan.

Berkaitan dengan organisasi penjualan, penulis memperoleh informasi-informasi berikut:

1. Fungsi penjualan dan fungsi pemasaran telah dipisah secara struktur dan diklasifikasikan ke dalam suatu bagian perusahaan, yakni Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan untuk membangun koordinasi yang kuat antar keduanya di dalam mencapai target pendapatan perusahaan. 2. Terdapat uraian tugas masing-masing bagian (job description) tertulis

untuk memberikan arahan yang jelas mengenai tugas dari masing-masing jabatan dari Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan.

3. Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan memiliki posisi yang strategis dalam struktur organisasi perusahaan untuk mengoptimalkan perannya. 4. Perusahaan telah menempatkan individu-individu yang berkualifikasi pada pos-pos jabatan dalam fungsi penjualan guna mendukung jalannya operasional perusahaan dengan efektif.

Selajutnya berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen fungsi penjualan, penulis memperoleh informasi-informasi berikut:

1. Perusahaan memiliki prosedur pengendalian manajemen fungsi penjualan yang memadai untuk menjamin tercapainya rencana tahunan yang telah disusun.

2. Perusahaan melakukan pengendalian tersebut dengan melaksanakan analisis biaya, analisis pasar, dan audit penjualan.

3. Perusahaan telah melaksanakan rekomendasi-rekomendasi sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan audit penjualan sebelumya.

4. Perusahaan juga melakukan analisis periodik terhadap biaya pemasaran.

5. Perusahaan mengadakan pelatihan dan supervisi kepada para staf penjualannya untuk mendukung terciptanya peningkatan kinerja perusahaan khususnya yang terkait dengan fungsi penjualan.

(11)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 38 Berkaitan denga hal tersebut, penulis memperoleh data terkait dengan efektivitas dan efisiensi kinerja fungsi penjualan PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar. Adapun data tersebut ialah sebagai berikut:

TABEL 1

LAPORAN ENERGI TERJUAL PER KELOMPOK PELANGGAN (GWh) PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL, SULTRA, DAN

SULBAR

Tahun

Jenis Pelanggan

Rumah

Tangga Industri Bisnis Sosial

Gd. Kantor Pemerintah Penerangan Jalan Umum Jumlah (%) 2012 2.257,76 782,42 914,73 138,05 119,73 132,97 4.345,67 2,50 2013 2.548,35 770,17 1.235,98 167,94 136,82 126,46 4.985,72 2,66 2014 2.810,13 814,80 1.154,09 186,43 150,07 132,42 5.247,95 2,64 Jumlah 7.616,24 2.367,39 3.304,8 492,42 406,62 391,85 14.579,34 7,8

Sumber : PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, 2016 TABEL 2

LAPORAN ENERGI TERJUAL PER JENIS TEGANGAN (GWh) PT PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL, SULTRA, DAN SULBAR

Tahun

Tegangan

Jumlah (%) Rendah Menengah Tinggi Multiguna

2012 3.284,03 640,32 421,32 - 4.345,67 2,50 2013 3.629,22 980,75 375,75 - 4.985,72 2,66 2014 4.040,25 842,53 365,18 - 5.247,96 2,64 Sumber : PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, 2016

Tabel di atas merupakan data statisik angka penjualan energi listrik selama tiga tahun terakhir dalam satuan gigawatt-hour (GWh). Berikut ini informasi yang dapat diperoleh berdasarkan laporan penjualan energi listrik pada PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar, yaitu:

1. Tabel 4.1 menunjukkan Data statistik energi terjual per kelompok pelanggan (GWh) menunjukkan peningkatan disemua segmen pelanggan. Akan tetapi, pada tahun 2013 terjadi penurunan angka penjualan untuk segmen pelanggan industri dan segmen penerangan

(12)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 39 jalan umum. Tahun 2014 penurunan angka penjualan kembali terjadi pada segmen pelanggan bisnis. Akan tetapi, terjadi in-efektivitas dan in-efisiensi kinerja di tahun 2013 dan tahun 2014 yang menyebabkan penurunan penjualan untuk segmen pelanggan industri dan bisnis. 2. Tabel 4.2 menunjukkan data statistik angka penjualan energi listrik

selama tiga tahun terakhir. Energi listrik (kWh) yang terjual kepada pelanggan TT (Tegangan Tinggi), TM (Tegangan Menengah), dan TR ( Tegangan Rendah) sesuai dengan jumlah kWh yang dibuat rekening (TUL III-09) pada tabel tersebut terjadi penurunan penjualan 2013 jenis tegangan menengah dan tahun 2014 jenis tegangan tinggi. berdasarkan data statistik tersebut, terjadi efektivitas dan in-efisiensi kinerja pada tahun 2013 dan 2014 yang menyebabkan penurunan penjualan.

TABEL 3

LAPORAN JUMLAH PELANGGAN DAN DAYA TERSAMBUNG ENERGI YANG DIKONSUMSI PER GOLONGAN TARIF Golongan

Tarif

Pelanggan (MVA) Tersambung (MVh)

2012 2013 2014 2012 2013 2014 S-1 104.446 86.283 85.382 1,08 1,00 1,00 S-2 1.031.817 1.109.297 1.180.519 2.145,06 2.389,17 2.584,80 S-3 1.013 1.153 1.260 747,60 858,65 952,37 R-1 45.329.903 49.105.025 52.225.235 36.283,45 39.952,37 42.679,34 R-2 637.992 764.427 825.194 2.644,14 3.134,72 3.390,81 R-3 147.439 160.392 173.514 1.940,48 2.126,16 2.303,32 B-1 1.804.298 1.944.095 2.095.775 3.044,93 3.339,78 3.627,70 B-2 314.601 345.893 461.115 6.722,47 7.503,46 9.259,92 B-3 5.198 5.704 6.221 6.056,63 6.671,85 7.352,84 I-1 12.550 12.841 13.846 100,64 102,02 109,75 I-2 29.602 31.312 32.680 2.471,00 2.671,08 2.831,78 1-3 10.446 11.335 11.752 14.124,21 15.879,18 16.670,19 I-4 63 58 72 3.285,27 2.892,02 3.930,25 P-1 127.078 136.511 144.999 1.025,94 1.140,28 1.231,51

(13)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 40 P-2 1.174 1.251 1.322 1.034,75 1.107.23 1.158,92 P-3 143.384 157.892 171.299 865,37 909,47 962,79 T 37 41 43 159,08 185,99 199,13 C 31 30 30 15,29 15,57 15,57 L 94.177 122.668 62.976 1.230,53 2.241,86 768,55 Jumlah 49.795.249 53.996.208 57.493.234 83.897,74 93.094,84 100.130,53 Sumber : PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan sulbar . 2016*) sudah termasuk listrik pra bayar

Data laporan jumlah pelanggan dan daya tersambung energi listrik yang dikomsumsi per golongan tarif dengan satuan mega-volt-ampere (MVA) dan mega-volt-hour (MVh) berdasarkan golongan tarif menurut kelompok pelanggan dan menurut jenis tegangan menunjukkan indikator kunci kinerja manajemen fungsi pemasaran dan fungsi penjualan dalam mendukung pencapaian target penjualan energi listrik atau energi yang tersambung terhadap pelanggan.

Audit Terinci untuk Menilai Efektivitas dan Efisiensi Sistem Pemasaran Produk Penjualan Listrik Pra Bayar

Berdasarkan dengan tujuan audit kedua yang telah disusun sebelumnya, yakni menilai efektivitas dan efisiensi sistem pemasaran produk listrik pra bayar, maka penulis melakukan tahapan audit terinci ini. Adapun informasi-informasi yang diperoleh sebagai berikut:

1. PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar memiliki perencanaan pemasaran yang menyeluruh.

2. Komponen-komponen promosi berkaitan dengan rencana pemasaran program listrik pra bayar telah disusun seimbang.

3. Perusahaan memiliki kebijakan bauran promosi yang terdokumentasi. 4. Anggaran promosi penjualan yang ada telah memadai untuk

menjalankan program promosi.

5. Perusahaan memiliki tujuan periklanan secara jelas dan merupakan penjabaran dari tujuan perusahaan secara menyeluruh.

6. Penyusunan anggaran promosi melibatkan penggunaan data prediksi pasar yang komprehensif.

(14)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 41 7. Tema dan media periklanan produk listrik pra bayar yang telah dipilih

secara cepat.

8. Perusahaan memiliki staf periklanan internal yang memadai untuk mendukung terlaksananya pemasaran yang efektif.

(15)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 42 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis prosedur audit manajemen fungsi penjualan yang telah dilaksanakan, penulis menyusun beberapa kesimpulan berikut.

1. PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar memiliki pengendalian manajemen fungsi penjualan yang memadai untuk menjamin berlangsungnya operasional perusahaan secara efektif dan efisien.

2. Terjadi in-efisiensi dan in-efektivitas kinerja manajemen fungsi penjualan di tahun 2013 dan 2014. Karena adanya penurunan penjualan untuk segmen pelanggan industri, segmen penerangan jalan pada tahun 2013 dan pelanggan bisnis tahun 2014 untuk energi terjual per kelompok pelanggan (GWh) serta penurunan penjualan pada jenis tegangan menengah pada tahun 2013 dan tegangan tinggi tahun 2014 untuk energi terjual per jenis tegangan (GWh).

3. Secara keseluruhan kinerja manajemen fungsi penjualan PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar pada tuga tahun terakhir (2013-2014) telah berjalan dengan cukup efektif dan efisien.

4. Sistem pemasaran produk listrik pra bayar berjalan dengan efektif dan efisien karena adanya sistem dan prosedur yang memadai untuk mendukung usaha pemasaran produk listrik pra bayar .

(16)

Vol 3, No. 002 (2017) Rusni 43 DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. & James K. Loebbecke, 2010, Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Jakarta, Salemba Empat.

Agoes, Sukrisno, 1996, Auditing (Pemeriksaan Akuntan), Edisi 2, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Alexander Hamilton Institute, 1984, Management Audit, Modern Business Report USA, ahli Bahasa: Hazny Mochamod, Manajemen Audit Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Usaha Nasional Surabaya.

Bayangkara, IBK, 2011, Audit Manajemen dan Implementasi, Ceatakan III, Jakarta, Salemba Empat.

Boynton, William C & Johnson Raymond N, 2010, Modern Auditing, 8 th Edition, New York : John Willey & Sons Inc.

Basu Swastha DH, 1998, Asas-Asas Marketing, Edisi III. Yogyakarta: Liberty. Siagian, sondang P, 2001, Audit Manajemen, Cetakan III, Jakarta, Bumi Aksara. Siagian,P,S.2001, Teori tentang efektivitas dan Efisiensi, (Oline),

(http://www.google.com/pengertian-tentang-efektivitas.html diakses 2 Juli 2016.

Tunggal, Amin Widjaja, 2003, Audit Manajemen Kontemporer, Edisi Revisi Harvarindo. Jakarta.

Taylor, Donald H & Glezen William, 1991, Auditing Integrated Concept and

Procedurs, Edisi V, Canada : John Wiley and sanc, Inc.

Zulfikar, Andi YPS, 2013, Audit Manajemen Penjualan: Skripsi (Online), ( http://blog.re.or.id/Audit-Manajemen-Atas-Fungsi-Penjualan-Dalam-Perspektif-Audit-Manajemen, Diakses 14 Juni 2016.

Referensi

Dokumen terkait

pembekuan dengan membandingkan persentase Longivitas atau daya tahan hidup adalah sperma motil pada semen segar dengan pasca kemampuan spermatozoa bertahan pada

Nilai presentasi penurunan kadar asam urat dalam darah yang paling rendah terdapat pada kelompok 1 (kontrol negatif) Sebesar 30.66% Hal ini disebabkan karena Na-CMC pada

manusia merupakan manivestasi dari kehendak Tuhan, sehingga dalam pandangannya mengenai pendidikan Islam bahwa proses pendidikan tidak begitu berpengaruh sebab

generator, SEIG untuk mengubah daya mekanis ke elektris, konverter sisi mesin dengan kontrol volt/hertz konstan pengontrol kecepatan turbin agar menghasilkan

Dalam perancangan website menggunakan tambahan plugin berupa Content Views untuk membuat tampilan berupa daftar dari informasi yang sudah di buat serta WP UI -

Berdasarkan penelitian, pedagang Pasar Ngaliyan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa barokah menurut pedagang pasar Ngaliyan dibagi kedalam tiga

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa polimer termoplastik LLDPE dapat digunakan sebagai binder dalam pembuatan komposit magnet berbahan dasar

Artinya ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan produksi ASI pada ibu menyusui di BPS Tatik S, Desa Ngasem, Kecamatan Ngasem, Kabupaten