• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENA FANANI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL KUBAH DI ATAS PASIR KARYA ZHAENA FANANI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA"

Copied!
275
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yeni Luki Ristiyanti NIM 132110040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

(2)
(3)
(4)

iv nama : Yeni Luki Ristiyanti

NIM : 132110040

program studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau teman orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 29 Agustus 2017

Yang membuat pernyataan,

(5)

v

1. Barang siapa menempuh suatu jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (H. R. Muslim).

2. Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi lebih indah dan dengan agama hidup menjadi terarah. Kurang pandai dapat diatasi dengan belajar, kurang terampil dapat diatasi dengan latihan. Tetapi, kurang jujur sulit sekali mengatasinya (Moh. Hatta).

3. Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela).

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda ketulusan dan bakti kepada:

1. Bapakku Kuwatno dan Ibuku Sukarti tercinta, yang telah membimbing dengan penuh pengorbanan, kasih sayang, perhatian, bekerja keras dan doa yang tulus demi keberhasilanku;

2. Kakakku, Joko Supriyadi yang selalu memberiku motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

(6)

vi

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menghadapi kesulitan. Namun, atas bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi kesulitan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Muhammadiyah Purworejo dari awal sampai akhir studi;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini;

(7)

vii skripsi ini;

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan berterima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah memberi dorongan, masukkan, dan semngat dalam penyusunan skripsi;

6. Teman-teman seperjuanganku khususnya anak-anak PBSI 8A dan sahabatku, Shendy Icca, Yeni Charnia, Yuli Nirwanti, Maryani yang selalu menemani dalam keadaan susah, senang serta memberikan dukungan dan bantuan selama ini di bangku perkulihan; dan

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada ilmunya.

Purworejo, 29 Agustus 2017 Penyusun,

(8)

viii Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsi (1) unsur intrinsik novel Kubah

di Atas Pasir; (2) aspek-aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir; dan (3)

rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA.

Subjek penelitian adalah novel Kubah di Atas Pasir. Objek penelitian adalah aspek sosiologi sastra novel. Fokus penelitian ini adalah unsur intrinsik, aspek-aspek sosiologi sastra, dan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas XII SMA. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan teknik catat. Teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian hasil disajikan dengan teknik informal.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir meliputi enam aspek, yaitu (a) tema meliputi tema minor: masalah pendidikan dan ekonomi, sedangkan tema mayor: kegigihan seorang wanita untuk mengembangkan pendidikan, (b) alur: campuran, (c) latar tempat: desa Ngurawan, dalam rumah, yayasan Ar-Rahmah; latar waktu: pagi, siang, sore, dan malam; latar suasana: kebahagiaan, kecemasan, ketengangan, (d) tokoh dan penokohan; tokoh utama: Fatikha (selalu bersyukur, suka menolong dan berbagi); tokoh tambahan: Mahali (rendah hati, keras kepala dan berkeinginan tinggi, dan kurang dalam menepati janji), Hiram (peduli, pintar dan penolong), (e) sudut pandang: orang ketiga serba tahu “dia” atau “ia”; dan (f) amanat: jangan menyesal dengan masa lalu karena dari masa lalu dapat dijadikan semangat kita menuju masa depan yang baik; (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi (a) aspek kekerabatan meliputi: kekerabatan orang tua dengan anak dan kekerabatan dengan sahabat, (b) aspek cinta kasih meliputi: cinta kasih terhadap keluarga: Mahali dengan Fatikha, Fatikha dengan Hiram; cinta kasih terhadap lawan jenis: Mahali dengan Fatikha, Ngadrim dengan Fatikha, Hiram dengan Eleina, (c) aspek pendidikan meliputi: pendidikan yang didapatkan dari bangku SD sampai kuliah, mengajar mengaji di yayasan, (d)aspek keagamaan meliputi: ibadah shalat, berdoa, bersyukur, berserah diri kepada Allah, dan perbedaan agama, (e) aspek perekonomian: ekonomi sederhana, dan (f) aspek kebudayaan: tradisi nyekar: (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir di kelas XII SMA metode pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kompetensi Dasar: menganalisis isi dan kebahasaan novel. Langkah-langkah pembelajarannya: (1) kegiatan awal: guru memberi salam, mengabsen dan memberi motivasi serta menyampaikan materi; (2) kegiatan inti:guru memberikan materi tentang unsur-unsur intrinsik novel dan aspek-aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel, siswa ditugaskan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari ± 5 siswa, kemudian siswa mempresentasikan di depan kelas secara perwakilan dan kelompok lawan untuk menanggapi; (3) kegiatan penutup: guru menyimpulkan kembali materi pembelajaran, guru mengucapkan salam penutup.

(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat Penelitian ... 9 G. Penegasan Istilah ... 11 H. Sistematika Skripsi ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 15

B. Kajian Teoretis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ... 64

B. Objek Penelitian ... 64

C. Fokus Penelitian ... 65

D. Teknik Pengumpulan Data ... 65

E. Instrumen Penelitian... 67

F. Validitas Data ... 67

G. Teknik Analisis Data ... 68

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis ... 69

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. PENYAJIAN DATA PENELITIAN ... 70

1. Unsur Intrinsik Novel Kubah di Atas Pasir ... 70

2. Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir ... 74

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir di SMA ... 75

(10)

x

d. Tokoh dan Penokohan ... 122

e. Sudut Pandang ... 145

f. Amanat ... 146

2. Aspek-aspek yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir ... 147

a. Aspek Kekerabatan ... 147

b. Aspek Cinta Kasih ... 149

c. Aspek Pendidikan ... 155

d. Aspek Kepercayaan ... 161

e. Aspek Perekonomian ... 171

f. Aspek Kebudayaan... 172

3. Rencana Pembelajaran Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani di SMA ... ... 173 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 187 B. Saran ... 190 DAFTARPUSTAKA... 191 LAMPIRAN

(11)

xi

Tabel 4.2: Aspek-Aspek Sosiologi Sastra Novel Kubah di AtasPasir... 74

(12)

xii

Lampiran 2: Sinopsis Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani Lampiran 3: Biografi Pengarang

Lampiran 4: Kartu Pencatat Data Lampiran 5: Silabus

Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 7: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 8: Kartu Bimbingan Skripsi

(13)

1

Pada bab ini dikemukakan beberapa subbab: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra pada dasarnya tercipta dari realitas kehidupan masyarakat yang terjadi dan diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dijadikan alat intropeksi diri dalam kehidupan bermasyarakat agar tercipta suasana yang harmonis antaranggota masyarakat. Karya sastra juga dapat dikatakan sebagai cerminan kehidupan masyarakat, karena di dalam karya sastra memuat unsur-unsur kehidupan sosial, cinta kasih, ekonomi, hubungan sosial, hukum, moralitas, dan sebagainya. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomenal yang ada.

Kurniawan (2012: 6) menjelaskan bahwa karya sastra hakikatnya adalah sebuah bentuk refleksi keadaan, nilai, dan kehidupan masyarakat yang menghidupi pengarangnya, atau paling tidak pernah mempengaruhi pengarangnya. Pengarang sebagai anggota masyarakat memotret kehidupan masyarakat tersebut sesuai dengan sastra dimediasi oleh pengarangnya. Namun, mediasi ini seringkali bersifat imajinasi dan pandangan dunia, tetapi hakikat tetap mempresentasikan kondisi masyarakat. Hal ini, menegaskan

(14)

bahwa pengarang sebagai anggota masyarakat mempengaruhi bahkan menjadi faktor utama dalam dunia yang digambarkan dalam sastra.

Kemampuan pengarang dalam melihat kenyataan hidup, merenungi, dan membawa pembaca untuk memahami dan menghayati masalah-masalah kehidupan yang ditampilkan dalam dunia baru yang berwujud karya sastra, menjadikan pengalaman intelektualitas pengarang berperan dalam karya sastra merasa ikut menyatu dalam persoalan-persoalan yang disuguhkan dalam karya sastra sebagaimana hanya kehidupan yang dialaminya. Sastra merupakan hasil pengalaman, pemikiran, ide, keyakinan manusia yang dituangkan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona bagi yang membacanya. Sastra wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada disekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah.

Iswanto (2000: 45) menjelaskan bahwa sebuah karya sastra dapat dinilai dari berbagai aspek baik dari dalam karya sastra itu sendiri atau intrinsik maupun unsur dari luar karya sastra atau ekstrinsik yang juga mempengaruhi sebuah karya sastra maupun aspek genetik sastra yaitu, asal-usul karya sastra, dalam hal ini asal-asal-usul karya sastra yaitu pengarang dan kenyataan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya sebuah karya sastra. Hal tersebut, sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Goldman (Faruk, 2014: 57-58), yaitu terdapat suatu korelasi atau hubungan yang kuat antara bentuk literer novel dengan hubungan keseharian antarmanusia komoditi pada umumnya atau secara lebih luas, antara manusia dengan sesama masyarakat.

(15)

Hauser menyatakan bahwa karya sastra memberikan lebih banyak kemungkinan dipengaruhi oleh masyarakat, daripada mempengaruhinya (Ratna, 2013: 63). Sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat, sebenarnya kaitannya erat dengan kedudukan pengarang sebagai anggota masyarakat, sehingga secara langsung atau tidak langsung daya khayalnya dipengaruhi oleh pengalaman manusiawinya dalam lingkungan hidupnya. Pengarang hidup dan berelasi dengan orang lain di dalam komunitas masyarakatnya maka tidaklah heran apabila terjadi interaksi dan interelasi antara pengarang sebagai anggota masyarakat.

Novel merupakan sebuah karya fiksi yang mengungkapkan kehidupan manusia dengan konflik-konflik yang terjadi secara kompleks. Abrams menyatakan kata novel berasal dari bahasa Italia novella dan novelle yang secara harfiah yang berarti sebuah karya fiksi yang panjang cukupan, tidak terlalu panjang, dan tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2015: 11-12).

Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Alwi, dkk. 2015: 969). Lewat tokoh atau pelaku dalam sebuah cerita, pembaca diharapkan memunculkan ide-ide atau pemikiran yang positif sehingga mereka peka terhadap kondisi sosial yang ada dilingkungannya.

Dalam memahami suatu karya sastra khususnya novel berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan juga dapat memberikan suatu nilai-nilai seperti nilai pendidikan,

(16)

nilai moral, nilai sosial, dan nilai religius. Pembahasan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek sosiologi yang terdapat dalam sebuah karya sastra, yaitu novel. Hubungan antara sastra dengan nilai sosial dapat diamati pada hasil sastra, yaitu bagaimana intensitas nilai sosial yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra tersebut. Ratna (2013: 1) mengungkapkan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul dan perkembangan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.

Sementara itu, Swingewood menyatakan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga sosial dan proses-proses sosial (Faruk, 2010: 1). Sosiologi berusaha menjawab mengenai bagaimana masyarakat itu bertahan hidup. Melalui penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut mengenai cara-cara manusia menyesuaikan dirinya dan ditentukan oleh masyarakat-masyarakat tertentu, gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan tertentu dalam struktur sosial itu.

Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis karya sastra untuk mengetahui strukturnya, yang kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra. Damono

(17)

menyatakan bahwa analisis sosiologi sastra dalam karya sastra dilakukan untuk memahami dan mamaknai struktur sosial masyarakat di luarnya. Oleh karena itu, jika struktur sosiologi dalam karya sastra sudah ditemukan, maka langkah selanjutnya, adalah merelevasikan acuan struktur sosial karya sastra dengan struktur sosial masyarakat yang sebenarnya. Kemudian, kita harus menganalisis hubungan-hubungan yang terbangun antara struktur sosial karya sastra dengan struktur sosial masyarakat (Kurniawan, 2012: 13).

Penulis membaca novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani tahun 2015 sebagai subjek penelitian. Penulis tertarik menganalisis novel

Kubah di Atas Pasir karena menyajikan persoalan kehidupan yang beraneka

ragam. Persoalan perjuangan hidup, derajat hidup, keagamaan, pendidikan, perekonomian, kebudayaan, dan cinta kasih. Pada novel Kubah di Atas Pasir banyak mengandung nilai-nilai sosial yang tinggi yang berhubungan dengan kehidupan nyata di dalam masyarakat. Selain itu, dalam novel Kubah di Atas

Pasir diceritakan tentang kehidupan seorang ibu yang membesarkan dan

memperjuangkan anaknya yang bernama Hiram. Hiram sejak kecil tidak tahu siapa ayahnya karena waktu Hiram di dalam kandungan, ayahnya meninggal dunia. Kematian ayahnya disebabkan oleh warga dengan cara di bunuh. Sejak itu, Hiram dan ibunya banyak mendapat halangan.

Zhaenal Fanani telah menerbitkan kurang dari 13 novel (Madame

Kalinyama, Dunia Tanpa Matahari, Jejak Darah di Senja Asyura, Gerbang Dunia, Kebangkitan Queen Templart, Ark of Covenant, Anak-Anak Langit, Senja di Alexandria, Haseki Sultan, Damarwulan, The Eye of Horus, Ken

(18)

Arok: Cinta dan Takhta, Ken Arok: Sumelang Gandring). Sebelum menjadi

penulis novel, ia juga menulis serial silat diantaranya: Pendekar Mata

Keranjang (12 episode, Cinta Media, Jakarta), Joko Sableng (93 episode,

Cinta Media, Jakarta dan ditayangkan di SCTV), dan Pendekar Seribu

Bayangan (18 episode, Karya Anda, Surabaya).

Kaitannya dengan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pengarang memiliki kelebihan dalam menyusun dan mengolah karyanya menjadi sebuah karya sastra yang menarik untuk di baca. Terbukti dengan hasil karyanya yang terdahulu dari Madame Kalinyama sampai yang terakhir saat ini, yakni novel Kubah di Atas Pasir, dan masing-masing novel tersebut mendapatkan tanggapan positif dari setiap pembaca. Dalam novel Kubah di Atas Pasir juga banyak memiliki kelebihan, yakni dilihat dari segi tata tulis, bahasa, alur atau

plot, latar atau setting, dan konflik itu menjadi sebuah bumbu yang sangat

lezat untuk dinikmati.

Karya sastra khususnya novel mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan pengembangan karakter peserta didik karena pembelajaran sastra dapat membantu siswa dalam memahami dan mengekspresikan sebuah karya sastra dengan baik. Melalui pembelajaran sastra, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik peserta didik. Dengan pembelajaran tersebut, peserta didik diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat mengambil nila-nilai yang baik untuk dicontoh. Keterkaitan novel dengan pembelajaran di SMA ini terdapat dalam silabus. Pada bagian tersebut, terdapat kompetensi dasar untuk menganalisis novel.

(19)

Materi yang dijadikan sebagai bahan ajar adalah menganalisis unsur intrinsik novel.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta rasa, serta menujang pembentukan watak. Selain itu, tujuan pembelajaran sastra di sekolah secara umum adalah pembelajaran sastra. Dari tujuan tersebut, sastra memang sangat perlu diajarkan di sekolah dalam pembelajaran sastra di SMA. Novel Kubah di Atas Pasir diharapkan dapat menambahkan khasanah tentang arti perjuangan dalam hidup dan dapat mengambil nilai positif dalam upaya pembentukan kepribadian serta dapat meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji novel

Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dalam analisis sosiologi sastra dan

pembelajarannya di SMA dengan alasan sebagai berikut: dalam novel Kubah

di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, penulis meneliti novel tersebut dari segi

sosiologi sastra, karena dalam novel tersebut mempunyai daya pikat yang baik untuk diketahui.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. kehidupan masyarakat mengalami penurunan dalam hal berinteraksi sosial di lingkungan masyarakat;

(20)

2. belum dilakukannya penelitian mengenai unsur intrinsik pada novel

Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani;

3. pembelajaran mengenai aspek-aspek sosial melalui analisis novel masih jarang diajarkan di sekolah;

4. belum dilakukannya penelitian mengenai analisis novel Kubah di Atas

Pasir karya Zhaenal Fanani sebagai bahan atau materi pembelajaran

sastra di SMA.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah berfungsi sebagai alat untuk membatasi penelitian, agar penelitian ini lebih mendalam dan detail. Dalam penelitian ini batasan masalahnya adalah analisis Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di Kelas XII SMA.

D. Rumusan Masalah

Suatu karya sastra tidak akan terlepas dari persoalan-persoalan yang diungkap oleh pengarang. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas

Pasir karya Zhaenal Fanani?

2. Bagaimanakah aspek-aspek sosial yang terdapat dalam novel Kubah di

(21)

3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas

Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani;

2. aspek sosial yang terdapat dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani;

3. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani di kelas XII SMA.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini ada dua macam, yaitu secara teoretis dan secara praktis. Berikut ini manfaat penelitian secara teoritis dan secara praktis yaitu:

1. Secara Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut.

a. hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian serta wawasan kepada pembaca sastra terutama dalam bidang sosiologi sastra dan pembelajarannya di SMA;

(22)

b. mengembangkan dan memantapkan pemahaman tentang sosiologi sastra yang terdapat dalam novel;

c. memberi gambaran yang jelas tentang sosiologi sastra yang terdapat dalam novel yang diteliti.

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut. a. Bagi Penulis

Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi metode yang lebih efektif dan bervariasi dalam peningkatan kualitas pendidikan sastra novel.

b. Bagi Guru

Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi serta salah satu alternatif guru untuk mengatasi kesulitan pembelajaran sastra novel yang lebih efektif dan bervariatif sesuai dengan pendidikan berkarakter tentang aspek/ nilai sosial pada peserta didik.

c. Bagi Peserta Didik

Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan memudahkan peserta didik dalam memahami unsur intrisnik dan aspek/nilai sosial serta dapat dengan mudah mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

(23)

d. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan prestasi tentang pembelajaran sastra novel serta kaitannya dengan pendidikan karakter.

e. Bagi Peneliti Berikutnya

Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian berikutnya.

G. Penegasan Istilah

Penelitian ini berjudul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas

Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA”. Berkaitan

dengan judul tersebut, penulis akan menjabarkan istilah-istilah yang ada hubungannya dengan hal-hal yang dikaji agar mendapatkan gambaran yang jelas.

1. Analisis

Depdiknas (2015: 58) menjelaskan bahwa analisis berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya). Penelaah yang dilakukan oleh peneliti atau pakar bahasa dalam menggarap data kebahasaan yang diperoleh dari penelitian lapangan atau dari pengumpulan teks.

(24)

2. Sosiologi Sastra

Endraswara (2013: 77) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Antara sosiologi dan sastra, ada kesamaan terhadap fakta kemanusiaan. Sosiologi mencoba mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik, dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial kita untuk mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.

3. Novel

Abrams menjelaskan bahwa secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2012: 9).

4. Kubah di Atas Pasir

Kubah di Atas Pasir adalah sebuah judul novel Indonesia karya

Zhaenal Fanani yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai, cetakan pertama tahun 2015, tebal 360 halaman. Novel ini digunakan sebagai objek penelitian.

5. Zhaenal Fanani

Zhaenal Fanani adalah nama pengarang novel Kubah di Atas

(25)

6. Pembelajaran di SMA

Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran novel Kubah

di Atas Pasir di SMA.

Berdasarkan penegasan istilah di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa judul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA” adalah analisis tentang karya sastra yang ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya dengan meliputi unsur intrinsik, aspek-aspek sosiologi sastra, dan kesesuaian novel dalam pembelajarannya di kelas XII SMA.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini berjudul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Kubah di Atas

Pasir Karya Zhaenal Fanani dan Pembelajarannya di SMA” terdiri dari tiga

bagian, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian isi, dan (3) bagian akhir.

Pada bagian awal skripsi, penulis menyajikan judul skripsi, pengesahan, prakata, daftar isi, daftar lampiran, moto dan persembahan, serta abstrak. Pada bagian isi, penulis menyajikan isi skripsi yang terdiri dari lima bab, yang tersusun sebagai berikut.

Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan masalah, serta sistematika skripsi.

(26)

Bab II tinjauan pustaka dan kajian teoretis berisi tentang teori-teori yang dijadikan landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian. Kajian teoretis ini pada akhirnya dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan pembahasandata hasil penelitian.

Bab III berisi metode penelitian meliputi sumber penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, validitas data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai data penelitian yang diambil dari novel Kubah di Atas

Pasir Karya Zhaenal Fanani terutama mengenai nilai sosial dan

pembelajarannya di kelas XII SMA.

Bab V penutup berisi simpulan dan saran. Bab ini penulis menyimpulkan secara singkat mengenai pembahasan data dan memberikan saran-saran yang relevan dengan simpulan tersebut. Selain itu, penulis juga melampirkan daftar pustaka, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sampul novel, sinopsis novel, biografi pengarang, kartu bimbingan, dan surat keputusan dosen pembimbing.

(27)

15

Bab ini terdiri atas dua subbab, yaitu tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan diteliti, sedangkan kajian teoretis meliputi unsur intrinsik novel, nilai sosial dalam novel, dan pembelajaran di SMA.

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, ada dua hal yang dibahas pada tinjauan pustaka yaitu, kajian buku dan hasil penelitian yang relevan.

1. Kajian Buku

Ada beberapa buku yang memuat tentang aspek sosiologi sastra pada novel. Dalam kajian pustaka ini, penulis menyajikan beberapa buku yang dijadikan rujukan penelitian ini, yaitu buku berjudul Teori

Pengkajian Fiksi karya Nurgiyantoro (2015) yang berhubungan dengan

unsur intrisnik. Buku Teori Pengkajian Fiksi berisi tentang: (1) tema; (2) alur; (3) tokoh dan penokohan; (4) latar; (5) sudut pandang; dan (6) bahasa.

Buku Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia karya Nurhayati Ginanjar (2012) berisi tentang (1) tema; (2) alur/plot; (3) tokoh dan penokohan; (4) latar; (5) sudut pandang; dan (6) bahasa. Buku Pengajaran Sastra karya

(28)

Esti Ismawati (2013). Buku ini berisi tentang (1) tokoh; (2) tema; (3) latar/setting; (4) plot; dan (5) amanat.

Buku yang berhubungan dengan sosiologi sastra adlah buku

Paradigma Sosiologi Sastra karya DR. Nyoman Kutha Ratna (2013).

Buku Paradigma Sosiologi Sastra berisi tentang: (1) hakikat sosiologi; (2) sejarah sosiologi; (3) sosiologi sastra Indonesia; dan (4) teori-teori sosiologi sastra.

Permasalahan yang sama dapat dibaca pula pada buku Pengantar

Sosiologi Sastra karya Faruk (2014). Buku tersebut berisi tentang (1)

sosiologi sebagai cara pandang; (2) teori-teori tentang masyarakat; (3) sastra sebagai bahasa; (4) sastra sebagai karya fiktif-imajinatif; (5) karya sastra sebagai ekspresi jiwa; (6) karya sastra dan dunia sosial; dan (7) beberapa definisi sosiologi mengenai sastra.

Buku lain yang dapat dibaca pula pada buku Sosiologi Suatu

Pengantar karya Soejarno Soekanto (2014). Buku tersebut berisi tentang

(1) definisi sosiologi dan sifat hakikatnya; (2) objek sosiologi; (3) gambaran ringkas tentang sejarah teori-teori sosiologi; (4) metode-metode dalam sosiologi; (5) mazhab-mazhab dan spesialisasi dalam sosiologi; dan (6) unsur-unsur saluran kekuasaan dan dimensinya.

Selain itu, buku yang berhubungan dengan pembelajaran sastra pada buku Pengajaran Sastra karya Esti Ismawati (2013). Buku

Pengajaran Sastra berisi tentang (1) pengertian pengajaran sastra; (2)

(29)

(4) situasi pengajaran sastra yang dicita-citakan; dan (5) pengembangan bahan ajar.

Buku Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif karya Sukirno (2009) berisi tentang (1) komponen silabus; (2) standar kompetensi; (3) kompetensi dasar; (4) indikator pencapaian; (5) materi pokok; (6) pengalaman belajar; (7) penilaian; (8) sumber belajar; dan (9) media belajar.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penilitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu Ana Wahyu Lestari (2014), Yulianto (2015), dan I Wayan Mika (2013) dijelaskan sebagai berikut.

Lestari (2014) meneliti dengan judul “Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA”. Dalam penelitian tersebut peneliti menyimpulkan tentang aspek-aspek sosial seperti: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, ekonomi. Lestari mengkaji (1) unsur intrinsik meliputi: tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat, (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, dan perekonomian, (3) rencana pelaksanaan pembelajaran Novel Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas XI SMA.

(30)

Penelitian Lestari memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya, sama-sama mengkaji (1) unsur intrinsik meliputi: tema, tokoh, penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat; dan (2) aspek-aspek sosiologi sastra meliputi: kekerabatan, cinta kasih, pendidikan, dan perekonomian. Perbedaannya yaitu mengkaji novel

Emak, Aku Minta Surgamu, Ya Karya Taufiqurrahman Al- Azizy

sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian Lestari (2014) dan penelitian ini adalah penelitian Yulianto (2015). Yulianto tahun 2015 menulis skripsi yang berjudul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Lontara

Rindu Karya S. Gegge Mappangewa dan Pembelajarannya di SMA.

Penelitian Yulianto mengkaji (1) aspek sosial novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, (2) hubungan antaraspek sosial yang terdapat pada novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, dan (3) pembelajaran novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa di SMA.

Penelitian Yulianto memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penelitian ini. Persamannya yaitu sama-sama mengkaji (1) aspek sosial dalam novel; dan (2) pembelajaran novel Kubah di Atas

Pasir karya Zhaenal Fanani di SMA. Perbedaanya, Yulianto mengkaji

novel Lontara Rindu karya S. Gegge Mappangewa, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.

(31)

Selain penelitian Lestari (2014) dan Yulianto (2015), penelitian lain yang relevan adalah skripsi Mika (2013) yang berjudul “Analisis Sosiologi Sastra Novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda”. Permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan aspek-aspek sosial dalam novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek agama, aspek magis, aspek percintaan, dan aspek teknologi.

Penelitian Mika memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu sama-sama mengkaji aspek-aspek sosial dalam novel. Perbedannya, penelitian Mika mengkaji novel Dr.

Ratini Karya Nyoman Manda, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.

Dari beberapa penelitian di atas, peneliti mengucapkan banyak terima kasih karena telah memberikan acuan tentang aspek sosiologi sehingga penulis merasa sangat terbantu dalam melakukan penelitian. Penelitian mengenai aspek sosiologi sastra novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani sepengetahuan penulis belum ada. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memilih judul tersebut dan meneliti novel tersebut berdasarkan aspek sosiologi sastra, unsur intrinsik novel, dan pembelajarannya di SMA.

(32)

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang digunakan oleh peneliti yang memuat beberapa kumpulan materi dari berbagai sumber untuk dijadikan bahan acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Suatu penelitian ilmiah agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah hendaknya juga mengacu pada dasar sebuah analisis tertentu, yaitu sebuah teori. Kajian teoretis dalam penelitian ini meliputi hakikat novel, unsur intrinsik dalam novel, sosiologi sastra, aspek-aspek sosiologi dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Di bawah ini, adalah paparan mengenai teori-teori tersebut.

1. Hakikat Novel

Abrams menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Itali, juga dari bahasa Latin yakni novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini kemudian muncul. Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Novel dapat mengungkapkan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2015: 11-12). Selain itu, Ginanjar (2012: 5) menjelaskan bahwa novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Terjadinya

(33)

konflik-konflik di dalam novel yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya.

Novel hadir layaknya karya sastra lain bukan tanpa arti. Novel disajikan di tengah-tengah masyarakat mempunyai fungsi dan peranan sentral dengan memberikan kepuasan batin bagi pembacanya lewat nilai-nilai yang terdapat didalamnya. Novel pada hakikatnya adalah cerita dan terkandung juga didalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Wellek dan Werren (Nurgiyantoro, 2015: 4) menyatakan bahwa membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan sebuah karya fiksi harus tetap sebuah cerita yang menarik, dan mempunyai tujuan yang estetik.

Nurgiyantoro (2015: 14) menyatakan bahwa membaca sebuah novel bagi sebagain (besar) orang hanya ingin menikmati cerita yang disuguhkan. Mereka hanya ingin mendapat kesan secara umum dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca novel yang kelewat panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-kali baca, dan setiap kali baca hanya selesai beberapa episode, akan memaksa kita senantiasa mengingat kembali cerita yang telah kita baca sebelumnya. Pemahaman secara keseluruhan cerita novel dengan demikian seperti terputus-putus dengan cara mengumpulkan sedikit demi sedikit per episode.

(34)

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa novel adalah suatu cerita fiksi yang menggambarkan kehidupan seseorang melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mengubah nasib tokoh yang diceritakan. Cerita fiksi tidak hanya sebagai cerita khayalan saja, tetapi sebuah imajinasi pengarang adalah fenomena atau realitas yang dilihat dan dirasakan.

2. Unsur Intrinsik

Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas itu, di samping unsur formal bahasa masih banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian walau pembagian itu tidak benar-benar sama. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik atau ekstrinsik. Kedua unsur inilah yang sering banyak disebut para kritikus dalam rangka mengkaji dan atau membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.

Nurgiyantoro (2015: 29-30) menjelaskan bahwa unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan suatu teks hadir sebagai teks sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Kepaduan antara berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagaian saja misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan,

(35)

tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Selain itu, Ginanjar (2012: 10-21) menguraikan unsur-unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, dan bahasa.

Sebagai cipta sastra yang kompleks, fiksi mengandung berbagai unsur, antara lain keindahan, kontemplasi yang berhubungan dengan nilai-nilai atau renungan, media pemaparan, dan unsur-unsur intrinsik yang berhubungan dengan ciri fiksi sebagai suatu teks sastra yang meliputi tokoh, tema, latar, plot, amanat (Ismawati, 2013: 70-73).

Stanton menyatakan bahwa karya sastra terdiri atas unsur fakta cerita, tema, dan sarana sastra (dalam Ginanjar, 2012: 9). Fakta secara terdiri dari tiga unsur: tokoh, plot (alur), dan latar. Ketiga unsur tersebut merupakan unsur fiksi dan secara faktual dapat dibayangkan peristiwa dan eksistensinya dalam sebuah novel. Oleh karena itu, tokoh, plot, dan latar sering pula disebut sebagai struktur faktual sebuah cerita.

Berdasarkan uraia di atas, unsur-unsur pembangun prosa fiksi dikelompokkan menjadi enam bagian yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.

a. Tema

Setiap prosa fiksi mengandung gagasan pokok yang lazim disebut tema. Tema cerita mungkin dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun yang lebih banyak ialah melalui proses pembacaan karya sastra yang mungkin perlu

(36)

dilakukan beberapa kali, karena belum cukup dilakukan dengan sekali baca.

Waluyo menyatakan bahwa tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan, dan sebagainya (Tarigan, 2012: 10). Selain itu, Brooks, Purser, dan Warren menyatakan bahwa tema adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra (Tarigan, 2015: 125).

Pengarang memilih dan mengangkat berbagai masalah hidup dan kehidupan itu menjadi tema dan atau sub-sub tema ke dalam karya fiksi sesuai dengan pengalaman, pengamatan, dan aksi-interaksinya dengan lingkungan. Masalah merupakan sarana untuk membangun tema. Tema berangkat dari masalah-masalah yang menjadi permasalahan cerita sehingga membentuk keseluruhan isi cerita. Masalah-masalah yang menjadi permasalahan isi cerita sangat mendukung tema (Nurgiyantoro, 2015: 119).

Berdasarkan pendapat Waluyo, Nurgiyantoro, dan Brooks penulis menyimpulkan bahwa tema adalah ide gagasan yang memunculkan sebuah cerita.

(37)

b. Tokoh dan Penokohan

Wibowo menyatakan bahwa tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Novel-novel Indonesia adalah novel tokohan, yakni segala persoalan berasal, berpijak, dan berujung pada sang tokoh (Ginanjar, 2012: 15).

Ambrams menyatakan bahwa tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam sesuatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan delam tindakan (Nurgiyantoro, 2015: 247). Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh sebab sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

Sudijman menyatakan bahwa tokh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Ismawati, 2013: 70). Jones menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015: 246).

Lebih lanjut, Sukirno (2016: 85) menjelaskan bahwa karakter tokoh dapat diketahui melalui dua cara, yaitu secara naratif dan

(38)

dramatik. Secara naratif karakter itu diceritakan oleh pengarangnya, sedangkan secara dramatik karakter itu diketahui melalui cara berpikir, cara berbicara, tata rias, tata busana, dan perilaku atau perbuatan pelaku itu.

Menurut Nurgiyantoro (2015: 258-278), tokoh dibedakan menjadi beberapa yaitu: tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonsi dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, tokoh tipikal dan tokoh netral.

1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering muncul dalam cerita. Tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita tersebut. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang intensitas keluarnya lebih sedikit dibanding tokoh utama dan kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atapun tidak langsung.

2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Tokoh protagonis adalah tokoh yang merupakan pengejawantahan dari norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi para pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang selalu menyebabkan terjadinya konflik pada tokoh protagonis.

(39)

3) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Tokoh statis adalah tokoh yang memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tidak berkembang, sejak awal kemunculannya sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalamai perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

4) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati diri.

5) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

Tokoh tipikal adalah tokoh yang sedikit ditampilkan keadaannya individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kualitas kebangsaannya, atau sesuatu yang bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengambil simpulan bahwa tokoh dan penokohan adalah pelaku cerita dalam suatu karya sastra. Dalam suatu karya sastra khususnya novel, terdapat beberapa pelaku atau tokoh yang ada novel itu mempunyai ciri-ciri dan karakter yang berbeda antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya.

(40)

c. Alur atau Plot

Alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat (Stanton, 2012: 26). Suatu peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Plot juga dapat berupa cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalambertindak berpikir, berasa, dan mengambil sikap terhadap masalah yang dihadapi.

Ginanjar (2012: 12) mengemukakan bahwa alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Nurgiyantoro (2015: 213-215) menyatakan bahwa alur memang peranan penting dalam sebuah cerita rekaan. Selain itu sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan mempermudahkan pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan. Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur atau plot dibedakan menjadi tiga macam. Uraiannya akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Plot Lurus (plot maju atau plot progesif)

Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa yang tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama kali diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Cerita umum dimulai dari tahap wala sampai tahap akhir.

2) Plot Sorot-Balik (plot flash back)

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya).

(41)

3) Plot Campuran

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progresif dan plot regresif.

Tafsir (dalam Nurgiyantoro, 2015: 209-210) membedakan plot menjadi lima bagian yaitu (1) tahap penyituasian atau situation; (2) tahap permunculan konflik atau generating circumstances; (3) tahap peningkatan klimaks atau rising acation; (4) tahap klimaks atau climax; dan (5) tahap penyesuaian atau denouement.

1) tahap penyituasian (situation), tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya;

2) tahap permunculan konflik (generating circumstances), tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya;

3) tahap peningkatan klimaks (rising acation), tahap ini berisi masalah yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang; 4) tahap klimaks (climax), tahap ini bermasalah atau bertentangan

yang dialami tokoh cerita saat sampai titik puncaknya;

5) tahap penyesuaian (denouement), tahap ini berisi cara penyelesaian konflik yang sedang terjadi.

(42)

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.

d. Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan watak, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Ginanjar, 2012: 17). Kadang-kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi penokohan dan kadang membentuk tema.

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung (Stanton, 2012: 35).

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 302) menyatakan bahwa latar adalah landasan tumpu, menunjukkan pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Nurgiyantoro (2015: 314-322) menyatakan bahwa latar dibagi menjadi tiga unsur, yaitu:

1) Latar Tempat

Latar tempat, yaitu lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra. Pendekripsian tempat secara teliti dan realistis penting untuk memberikan kesan pada pembaca,

(43)

seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi, yaitu di tempat seperti yang diceritakan.

2) Latar Waktu

Latar waktu yaitu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah “kapan” tersebut biasanya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

3) Latar Sosial-Budaya

Latar sosial-budaya yaitu menunjukkan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah suatu lingkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra yang meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial-budaya.

e. Sudut Pandang

Menurut Abrams (dalam Ginanjar, 2012: 17) mendefinisikan sudut pandang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 338) mengungkapkan bahwa sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan

(44)

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang pada cerita yang ditulisnya. Sudut pandang terdiri atas (1) sudut pandang orang pertama (akuan sertaan), pengarang sebagai pelaku utama; (2) sudut pandang kedua (akuan taksertaan), posisi pengarang ikut terlibat dalam cerita, tetapi bukan sebagai pelaku utamanya; (3) sudut pandang orang ketiga (diaan mahatahu), pengarang mengetahui semua peristiwa yang terjadi; dan (4) sudut pandang ketiga terbatas (diaan terbatas), pengarang memosisikan tidak serba tahu peristiwa yang terjadi (Sukirno, 2016: 89).

f. Amanat

Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Menurut Sukirno (2016: 90) menyatakan bahwa amanat adalah pesan moral pengarang yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa. Oleh karena itu, amanat sifatnya sederhana dan mudah ditangkap pembaca.

Dengan demikian, jika dalam sebuah karya sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tindakanlah berarti

(45)

bahwa pengarang menyarankan kepada para pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian.

3. Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra merupakan kajian ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyrakat, mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi mengkaji struktur sosial dan proses sosial didalamnya perubahan-perubahan sosial yang mempelajari lembaga sosial, agama, ekonomi, politik dan sebagainya yang secara bersama membentuk struktur sosial untuk memperoleh bagaimana cara-cara manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mekanisme kebudayaan dan kemasyarakatan.

Endraswara (2013: 79) berpendapat bahwa sosiologi sastra adalah suatu penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena suatu karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya berdasarkan imajinasi dan perasaan. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah sebuah ilmu yang mengulas tentang masalah manusia dalam masyarakat, lembaga, dan ilmiah tentang manusia dalam suatu masyarakat serta perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam masyarakat tertentu.

Sorokin (dalam Soekanto, 2015: 17) mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi

(46)

dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya).

Ratna (2013: 1) mengungkapkan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul dan perkembangan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dengan masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.

Sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam suatu masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa masyarakat sendiri adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi, memiliki adat istiadat, norma-norma, hukum, serta turan yang mengatur semua pola tingkah laku, terjadi kontinuitas salam waktu, dan diikat dengan rasa identitas yang kaut mengikat warganya. Analisis sosiologi sastra berkaitan dengan analisis sosial terhadap karya sastra, baik ideologi sosial pengarang, pandangan dunia pengarang, pengaruh strukturasi masyarakat terhadap karya sastra atau sebaliknya, dan fungsi sosial sastra (Kurniawan, 2012: 4-6).

Ian Watt (dalam Kurniawan, 2012: 11) mengklasifikasikan tiga jenis pendekatan dalam sosiologi sastra, yaitu:

a) Konteks sosial pengarang, berhubungan dengan posisi pengarang di dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Hal-hal iang dibahas dalam konteks sosial pengarang yaitu (1) bagaimana

(47)

pengarang mendapatkan mata pencahariannya, (2) profesionalisme dalam kepengarangan, yaitu sejauh mana pengarang menganggap pekerjannya sebagai suatu profesi, dan (3) masyarakat apa yang dituju pengarang ini menentukan bentuk dan isi karya sastra.

b) Sastra sebagai cermin masyarakat, maksudnya ialah sastra yang berusaha untuk menampilkan keadaan masyarakat secara cermat dan tidak dapat menggambarkan manusia secara teliti tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui kedaan masyarakat.

c) Fungsi sosiologi sastra, dalam sosiologi sastra ada tiga hal yang menjadi perhatian (1) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (2) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja.

Wellek dan Warren menyatakan tiga jenis pendekatan yang berbeda dalam sosiologi sastra, yaitu:

a) Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosio yang menyangkut pengarang sebagai pengarang atau penghasil karya sastra.

b) Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri, yang menjadi penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.

c) Sosiologi yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya (Kurniawan, 2012: 11).

(48)

Berdasarkan klarifikasi masalah sosiologi karya sastra tersebut, penulis lebih menekankan pada masalah yang kedua, yaitu tentang sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri. Pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra. Penelitian sosiologi sastra khususnya teks sastra, penulis mengkaji karya sastra dengan menekankan pada aspek sosial yang meliputi aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, dan aspek perekonomian yang ada dalam novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani.

4. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra

Aspek sosial merupakan sesuatu yang memperhitungkan nilai penting antara sastra dan masyarakat, sehingga untuk memahami permasalahan dalam suatu karya sastra, akan berhubungan dengan realitas sosial yang terdapat dalam masyarakat. Aspek-aspek dalam karya sastra meliputi aspek ekonomi, politik, pendidikan, agama, tradisi, moral, etika, cinta kasih, kekerabatan, dan lain-lain merupakan salah satu bahasan dalam sosiologi sastra.

Menurut Ratna (2015: 29) sosiologi sastra tidak cukup dipahami dengan memanfaatkan kedua ilmu, tetapi juga memerlukan sejarah, agama, ekonomi, hukum, psikologi, dan kebudayaan pada umumnya. Selanjutnya, Soekanto (2014: 45) menjelaskan pada dewasa ini terdapat sosiologi yang dipusatkan pada orientasi masalah-masalah politik, agama, hukum, keluarga, pendidikan, dan akhir-akhir ini juga pada ekonomi,

(49)

terutama ekonomi pembangunan. Kemudian, Widhagdho, dkk (2010: 25-30) menjelaskan bahwa aspek-aspek sosiologi sastra dapat dibedakan menjadi lima yaitu, aspek kekerabatan, cinta kasih, politik, keagamaan, pendidikan. Selain itu, Damono (2010: 36-42) juga menjelaskan bahwa aspek-aspek sosiologi dapat dibedakan menjadi enam yaitu, aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek perekonomian, aspek pendidikan, aspek keagamaan, dan aspek kebudayaan.

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek sosiologi sastra ada delapan yaitu, aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek perekonomian, aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek kebudayaan, aspek politik, dan aspek hukum.

a. Aspek Kekerabatan

Kekerabatan berasal dari kata “kerabat” yang berarti dekat (pertalian keluarga) sedarah sedaging. Kata “kerabat” mendapat awalan ber- menjadi “berkerabat” yang berarti masih menjadi hubungan dalam satu keluarga (Alwi, dkk, 2015: 673-674). Jadi, kekerabatan dalam penelitian ini adalah hubungan dekat antara tokoh-tokoh cerita dengan keluarga atau masyarakat selama kisah berlangsung.

b. Aspek Cinta Kasih

Cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain. Alwi, dkk (2015: 268) menjelaskan bahwa cinta berarti suka sekali atau senang sekali. Kasih adalah perasaan sayang (Alwi,

(50)

dkk, 2015: 361). Jadi, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain.

Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Orang-orang lain bertindak sesuai dengan kehendak pihak yang berkuasa untuk menyenangkan semua pihak (Soekanto, 2014: 231). Rasa cinta biasanya telah mendarah daging dalam diri seseorang atau sekelompok orang. Bentuk cinta kasih ada beberapa macam yakni, cinta kasih kepada sesama, dan cinta kasih sepasang manusia karena rasa asmara.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap orang lain, baik cinta kasih orang tua kepada anaknya atau sebaliknya, cinta kasih kepada sesama, dan cinta kasih sepasang manusia karena rasa asmara. Dalam penelitian ini aspek cinta kasih tergambar dari perasaan yang ada antara tokoh utama dalam novel Kubah di Atas Pasir.

c. Aspek Perekonomian

Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan (Alwi, dkk, 2015: 355). Selain itu, dengan ekonomi, berusaha untuk menguasai kehidupan masyarakat. Dengan jalan menguasai ekonomi serta kehidupan rakyat tersebut, penguasa dapat melaksanakan peraturan-peraturannya serta akan

(51)

menyalurkan perintah-perintahnya dengan dikenakan sanksi-sanksi yang tertentu (Soekanto, 2014: 233).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distributor. Aspek ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini tergambar dari keadaan perekonomian tokoh utama dalam novel Kubah

di Atas Pasir. d. Aspek Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan, mendidik (Alwi, dkk, 2015: 326).

Ginanjar (2012: 57) menyatakan bahwa pendidikan adalah sifat-sifat atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini, nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek). Macam-macam nilai pendidikan antara lain:

(52)

(1) Nilai Pendidikan Agama

Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga diri pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius (Ginanjar, 2012: 58).

(2) Nilai Pendidikan Moral

Widhagdho menyatakan bahwa moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika (Ginanjar, 2012: 59).

(3) Nilai Pendidikan Sosial

Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan (Ginanjar, 2012: 104).

(4) Nilai Pendidikan Adat/ Budaya

Koentjaraningrat menyatakan bahwa adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Wujud itu disebut tata kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi ialah bila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa sodaliritas yang benar (Ginanjar, 2012: 60).

(53)

Pendidikan yang terdapat dalam penelitian ini adalah pendidikan formal dan nonformal yang ada dalam tokoh utama novel Kubah di

Atas Pasir.

e. Aspek Keagamaan

Keagamaan adalah getaran jiwa yang menyebabkan manusia berlaku religius. Ginanjar (2012: 58) menjelaskan bahwa agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk religius.

Religi erat hubungannya dengan keyakinan dan kepercayaan, yaitu suatu keyakinan terhadap Tuhannya. Alwi, dkk (2015: 1159) menyatakan bahwa, religi atau kepercayaan dapat diartikan sebagai harapan atau keyakinan terhadap apa yang diyakininya, atau sebutan religious bagi Tuhannya.

Kewajiban beragama merupakan hak asasi setiap manusia di bumi. Dengan agama kita menjadi tahu mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku yang kita lakukan di dunia akan mendapat balasan sesuai dengan amal ibadah kita di dunia.

f. Aspek Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Alwi, dkk, 2015: 215). Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia untuk belajar (Koentjaraningrat, 2009: 180). Hal tersebut

(54)

berarti bahwa seluruh masyarakat manusia dalam masyarakat memiliki beberapa tindakan yaitu tindakan naluri reflek, tindakan akibat proses fisiolog. Meskipun demikian, persoalan kebudayaan dan tindakan kebudayaan yang harus dibiasakan manusia untuk belajar.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia berupa segala sesuatu yang sifatnya telah lama dan menjadi suatu kebanggaan disuatu daerah tertentu.

g. Aspek Politik

Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat. Caranya antara lain dengan menyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menaati peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan yang sah (Soekanto, 2014: 233).

h. Aspek Hukum

Hukum adalah suatu peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah (Alwi, dkk, 2015: 510). Selain itu, Soekanto (2014: 232) mengemukakan bahwa penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan serta kekuatan militer di dalam melaksanakan kekuasaanya.

5. Pembelajaran Sastra di SMA

Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sungguh-sungguh

(55)

sastra tersebut. Dengan adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, besar kemungkinan untuk dijadikan salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati sesuai dengan kemampuan setiap individu.

Pembelajaran sastra dengan bahan ajar novel Kubah di Atas Pasir karya Zhaenal Fanani, diharapkan dapat membantu siswa menemukan jati diri yang kuat dan mempunyai moral yang baik sesuai dengan ajaran sosial.

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Ismawati (2013: 1) menyatakan bahwa pembalajaran sastra adalah pembelajaran yang menyangkut seluruh aspek sastra, yang meliputi: Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan dan Apesiasi Sastra. Apresiasi sastra dimaknai sebagai kegiatan menggauli, menggeluti, memahami, dan menikmati cipta sastra hingga tumbuh pengetahuan, pengertian, kepekaan, pemahaman, penikmatan, dan penghargaan terhadap cipta sastra. Dari kelima aspek tersebut, aspek apresiasi sastra yang paling sulit diajarkan, karena apresiasi sastra menekankan pada aspek afektif yang menyangkut dengan rasa, dan nurani nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah suatu proses yang memperkenalkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan kepala sekolah di kelas IV SD Negeri III

Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pensertifikatan tanah, belum terpasangnya

BALIBERLANDASKAN TRI HITA KARANA ... EFEKTIVITAS PENGINTEGRASIAN NILAI KEARIFAN LOKAL BALI DALAM MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN

Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang berkaitan

HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN

bahwa dengan adanya perbaikan gaji pokok Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012 sebagaimana

kondisi ruang simpan kulkas, kemasan plastik polietilen pada kondisi ruang AC dan kulkas maupun kemasan aluminium foil pada kondisi kamar dan ruang AC sampai

[r]