70 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif ekspermiental, yang termasuk ke dalam penelitian ekperimental semu (quasi-experimental research). Pemilihan jenis penelitian tersebut karena pada kelompok kontrol tidak sepenuhnya dapat berfungsi sebagai pengontrol akibat masih adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen.
Desain penelitian ini menggunakan non-equivalent control group design. Pada desain ini akan dilibatkan oleh dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dengan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Desain penelitian dapat diamati pada Gambar 21.
Gambar 21. Desain Penelitian
O1 X O3
O2 Y O4
Keterangan :
X : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Y : perlakukan dengan menggunakan model pembelajaran langsung O1 : Kelas eksperimen sebelum perlakuan
O2 : Kelas kontrol sebelum perlakuan
O3 : Kelas eksperimen setelah perlakuan
71
Kelas eksperimen merupakan kelas yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Langkah-langkah yang digunakan, yakni dengan (1) membagi kelas menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri atas 4 atau 5 peserta didik dengan karakteristik yang heterogen; (2) bahan akademik disajikan kepada peserta didik dalam bentuk teks, dan setiap peserta didik bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut; (3) para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan peserta didik semacam ini disebut “kelompok pakar” (expert group); (4) selanjutnya para peserta didik yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain menguasai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar; (5) setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para peserta didik dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Sedangkan kelas kontrol, yaitu kelas yang memperoleh pembelajaran seperti biasanya, dalam hal ini berupa pembelajaran langsung. Langkah-langkah dalam pembelajaran ini, yakni (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik; (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan; (3) membimbing pelatihan; (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; (5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
72
Selanjutnya, mengukur variabel terikat pada kedua kelompok tersebut. Pada pengukuran hasil belajar kognitif peserta didik dilakukan dengan mengukur kemampuan awal peserta didik (pretest atau sebelum perlakuan) dan mengukur kemampuan akhir peserta didik (posttest atau setelah diberikan perlakuan), sedangkan untuk mengukur keterampilan sosial peserta didik akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Turi yang berlokasi di desa Donokerto, kecamatan Turi, kabupaten Sleman, provinsi DIY.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini, dimulai saat observasi pada tanggal 26 Januari 2017 dan berakhir pada tanggal 24 Mei 2017. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2016/2017 pada bulan Mei 2016.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII semester II SMP N 1 Turi tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 128 peserta didik yang terdiri dari empat kelas yaitu kelas VII A, VII B, VII C dan VII D. Berikut ini adalah karakteristik kemampuan awal populasi berdasarkan nilai Ujian Akhir Semster mata pelajaran IPA pada semester gasal tahun ajaran 2015/2016.
73
Tabel 5. Karakteristik Kemampuan Awal Populasi
Kelas Rerata Simpangan Baku
VII A 58,06 9,00
VII B 55,47 12,11
VII C 58,67 11,16
VII D 56,64 11,05
Berdasarkan hasil uji homogenitas dan uji beda menggunakan Anova satu jalur (One-Way Anova) terhadap kemampuan awal populasi, keduannya menghasilkan signifikansi 0,127. Jika dibandingkan dengan nilai signifikansi yang digunakan yakni, 0,05 maka 0,127 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan awal dari ke-empat kelas tersebut atau dengan kata lain kemampuan awal populasi di dalam penelitian ini adalah sama (homogen).
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Cluster random sampling, hampir sama dengan area probability yakni membagi daerah populasi ke dalam sub-sub daerah yang lebih kecil. Tetapi dalam cluster random sampling satuan sampel tidak terdiri dari individu, melainkan kelompok individu atau cluster (Arikunto & Cepi, 2007: 84). Penentuan sampel pada teknik cluster random sampling dilakukan dengan mrngambil kelompok sampel secara random dan juga dengan memperhatikan kelompok yang memiliki karakteristik yang sama, yakni kelas-kelas yang kondisinya relatif tidak jauh berbeda. Pemilihan ini dapat dilakukan setelah diperoleh hasil bahwa
74
data populasi dinyatakan terdistribusi normal dan tidak terdapat perbedaan (homogen).
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengundi ke-empat kelas untuk dipilih dua kelas sebagai sampel. Kelas sampel yang akan digunakan terdiri atas dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Undian pertama ditentukan sebagai kelas eksperimen, sedangkan undian ke-dua ditentukan sebagai kelas kotnrol. Berdasarkan teknik pengambilan sampel cluster random sampling diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sedangkan pada kelas kontrol akan diterapkan model pembelajaran langsung. Pada setiap masing-masing kelas terdiri dari 30 peserta didik.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk hasil belajar kognitif dilakukan dengan memberikan pretest dan posttest, sedangkan untuk keterampilan sosial menggunakan lembar observasi. Adapun rincian dalam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 6. Teknik Pengumpulan Data Sumber
Data Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data Instrumen Kelas Ekperimen
Hasil belajar kognitif sebelum
diberikan perlakuan Pretest Pilihan
Ganda Hasil belajar kognitif setelah
diberikan perlakuan Posttest Kelas
Kontrol
Hasil belajar kognitif sebelum
diberikan perlakuan Pretest
Pilihan Ganda
75 Sumber
Data Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data Instrumen Kelas Kontrol
Hasil belajar kognitif setelah
diberikan perlakuan Posttest
Pilihan Ganda Kelas
Eksperimen Keterampilan sosial Pengamatan
Lembar Observasi Kelas
kontrol Keterampilan sosial Pengamatan
Lembar Observasi
Hal tersebut dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pengumpulan data seperti :
1. menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian; 2. menentukan kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol;
3. memberikan soal pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik; 4. memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen berupa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan pada kelas kontrol berupa pembelajaran langsung;
5. memberikan soal posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika akhir pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar kognitif yang dicapai peserta didik;
6. menggunakan lembar observasi keterampilan sosial untuk mengetahui peningkatan keterampilan sosial peserta didik yang muncul selama pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk lembar pengamatan.
76
Secara garis besar dapat digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut :
Gambar 22. Diagram Alur Teknik Pengumpulan Data E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe jigsaw, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung.
Penentuan sampel Keterampilan Sosial Posttest Analisis Pretest Hasil Belajar Kognitif Pretest Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Hasil Belajar Kognitif Pembelajaran Langsung Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
Analisis Posttest Proses Pembelajaran
Lembar Observasi
77 2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dengan pengajar yang sama, materi yang diberikan menggunakan pokok bahasan yang sama yaitu tata surya, jumlah waktu pembelajaran sama, dan kemampuan awal peserta didik dalam tingkat sama.
Pada dasarnya, untuk memudahkan pemahaman definisi operasional variabel penelitian maka dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 7. Definisi Operasional Penelitian Variabel
Penelitian Definisi Operasional Model
Pemebelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam penelitian ini terdiri dari enam fase yakni, (1) fase 1 : mengklarifikasi tujuan dan estabilising set; (2) fase 2: menyajikan informasi; (3) fase 3 : mengorganisasikan peserta didik ke dalam tim-tim belajar; (4) fase 4: membantu kerja tim dan belajar; (5) fase 5: mengujikan berbagai materi; dan (6) fase 6: memberikan penghargaan. Jika dikaitkan dengan ciri khas dari jigsaw, yakni pembagian kelompok asal dan kelompok ahli maka ciri-ciri tersebut akan muncul pada fase 3, yaitu saat
mengorganisasikan peserta didik ke dalam tim-tim belajar. Hasil Belajar
Kognitif
Pengukuran hasil belajar kognitif dilakukan dengan menggunakan tes. Tes yang akan digunakan terfokus pada hasil belajar kognitif yang mengarah pada tiga tingkatan dimensi kognitif yakni C1 (Mengingat/Remembering), C2 (Memahami/Understanding), C3 (Mengaplikasikan /Applying), dan C4 (Menganalisis/Anlyzing)
Keterampilan Sosial
Aspek keterampilan sosial yang akan digunakan, yakni diamati dari perilaku interpersonal (Interpersonal Behaviors), perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (Self-related behaviors), dan perilaku yang berhubungan dengan tugas kelompok (Task-related behaviors).
78 F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu : 1. Instrumen Perangkat Pembelajaran
a. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau kelompok mata pembelajaran yang mencakup identitas mata pelajaran, identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dalam pembelajaran selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.1.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini, menggunakan dua RPP yang terdiri dari RPP pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk kelas eksperimen dan RPP pembelajaran langsung untuk kelas kontrol. Perbedaan dari kedua RPP tersebut, yakni terletak pada langkah-langkah pembelajarannya. RPP dalam pembelajaran selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.2. dan Lampiran 1.3.
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang disusun digunakan sebagai tugas yang dikerjakan oleh peserta didik dalam kelompok.
79
LKPD dalam pembelajaran selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.4. dan Lampiran 1.5.
2. Instrumen Tes
Instrumen tes pada penelitian ini berupa soal pretest dan posttest. a. Soal pretest
Soal pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Soal ini diberikan diawal sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Soal pretest dalam pembelajaran selanjutnya dilihat pada Lampiran 2.5.
b. Soal posttest
Soal posttest digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir peserta didik. Soal ini diberikan diakhir sesudah proses pembelajaran dilaksanakan. Soal posttest sama dengan pretest tetapi diacak nomor soal dan pilihan jawabannya. Soal posttest dalam pembelajaran selanjutnya dilihat pada Lampiran 2.6.
Berikut ini adalah kisi-kisi soal hasil belajar kognitif sebelum diujicobakan kepada peserta didik pada tabel 8.
Tabel 8. Kisi-kisi soal hasil belajar kognitif
Kompetensi Dasar Indikator Butir soal
3.11. Memahami sistem tata surya, rotasi dan revolusi Bumi dan Bulan, serta dampaknya bagi kehidupan di Bumi.
1. Mendeskripsikan tata surya dan karakteristik komponen tata surya
1-22 2. Mendeskripsikan gerak planet
pada orbit tata surya
23, 24, 25, 26, 27 3. Memahami berbagai fase bulan 28, 29, 30,
31, 32, 33 4. Mendeskripsikan gerak rotasi
dan revolusi bumi
80
Kompetensi Dasar Indikator Butir soal
5. Mendeskripsikan berbagai peristiwa yang diakibatkan oleh rotasi dan revolusi bumi
37, 38, 39, 40 6. Memahami perubahan musim
yang terjadi di bumi bagian utara (BBU) dan bumi bagian selatan (BBS)
41, 42, 43. 44, 45 7. Mendeskripsikan peristiwa
terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan serta
mengaitkannya dengan peristiwa pasang surut air
46, 47, 48, 49, 50 Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
3. Instrumen Non-tes
Instrumen non-tes ini berupa lembar observasi. Lembar observasi pada penelitian ini terdapat dua macam, yakni lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterampilan sosial. Lembar observasi ini akan diisi oleh observer pada saat penelitian ini berlangsung. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lembar observasi tersebut.
a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar keterlaksanaan pembelajaran diisi oleh observer dengan cara mengamati kegiatan guru dan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kesesuaian ketika guru mengajar dengan model pembelajaran yang digunakan, apakah telah bersesuaian dengan langkah-langkah pembelajaran atau tidak. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.9. dan Lampiran 2.10.
81
b. Lembar Observasi Keterampilan Sosial
Lembar observasi yang berkaitan dengan keterampilan sosial ini, digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian pada lembar observasi dilakukan oleh observer pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar observasi keterampilan sosial memiliki 3 aspek dengan beberapa indikator pada masing-masing aspek. Kisi-kisi lembar observasi keterampilan sosial dapat dilihat pada tabel 9. dan lembar observasi keterampilan sosial dapat dilihat pada Lampiran 2.8. Tabel 9. Kisi-kisi Keterampilan Sosial
No. Aspek Indikator
1. Perilaku Interpersonal (Interpersonal behaviors)
a. Mampu mengatasi konflik atau perbedaan pendapat
b. Berperan dalam kegiatan kelompok c. Saling berbagi informasi
2. Perilaku yang berhubungan dengan diri (Self-related behaviors)
a. Menghargai keputusan dalam kelompok b. Memperhatikan penjelasan yang
diberikan oleh guru
3. Perilaku yang berhubungan dengan tugas (Task-related behaviors) a. Menyampaikan pendapat
b. Berdiskusi dengan teman sekelompok c. Mendengarkan teman yang sedang
mengemukakan pendapat d. Menyelesaikan tugas
e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
f. Mengumpulkan tugas tepat waktu
G. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen soal yang mengukur kemampuan kognitif peserta didik berupa tes hasil belajar kognitif harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Sebuah instrumen yang valid belum tentu reliabel, tetapi instrumen yang reliabel sudah tentu valid (Rosana, 2014: 316).
82 1. Validitas Instrumen
Ratnawulan & Rusdiana, (2015: 169) menyatakan bahwa analisis validitas tes secara totalitas secara garis besar dapat dibedakan dalam dua ketegori, yaitu validitas teoritis (rasional) dan validitas empiris. Jenis validitas yang termasuk kategori dalam validitas teoretis (rasional) adalah validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity), sedangkan yang termasuk kategori dalam validitas empiris adalah validitas bandingan (concurrent validity) dan validitas ramalan (predictive validity). Validitas yang digunakan dalam instrumen ini yakni validitas isi, validitas konstruk, dan validitas empirik.
a. Validitas Isi
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajarannya. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak, harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional (Djaali & Muljono, 2007: 50). Validitas isi dalam penelitian ini, dilakukan dengan mengkonsultasikan soal tes hasil belajar kognitif kepada dosen pembimbing dan dosen ahli.
Pada penelitian ini, dosen pembimbing menunjuk seorang dosen ahli untuk menjadi validator. Jika instrumen hanya dikonsultasikan dengan seorang validator, maka keputusan suatu item mempunyai
83
validitas tinggi maupun rendah didasarkan pada keputusan validator tersebut. Berdasarkan hasil keputusan pada instrumen soal diperoleh bahwa soal layak diuji coba ke lapangan dengan revisi sesuai saran. Soal yang perlu direvisi, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 26, 27, dan 32 sehingga sebelum digunakan untuk penelitian, soal dengan nomor-nomor tersebut diperbaiki sesuai dengan saran dan arahan yang telah diberikan oleh validator.
b. Validitas Konstruk
Analisis validitas konstruk dapat dilakukan dengan cara melakukan pencocokan antara kemampuan berpikir yang tercantum dalam setiap rumusan indikator yang akan diukur. Dengan demikian, kegiatan analisis validitas konstruk ini dilakukan secara rasional, dengan berpikir kritis atau menggunakan logika. Disamping itu, sebagaimana dalam validitas isi, cara analisis dapat dilakukan dengan melakukan diskusi dengan orang yang ahli dibidang yang bersangkutan. Dengan kata lain, uji validitas konstruk dilakukan dengan cara expert judgement (Ratnawulan & Rusdiana, 2015: 170). Validitas konstruk ini dilakukan dengan mengkonsultasikannya dengan dosen pembimbing dan dosen ahli.
c. Validitas Empiris
Suatu tes setelah dinyatakan valid dari segi bahasa, konsep, isi, dan sebagainya berdasarkan hasil telaah soal, perlu dianalisis kesahihannya berdasarkan skor hasil pengukuran. Untuk kegiatan
84
analisis tersebut paling tidak ada dua jenis validitas empiris, yaitu (1) validitas hasil perbandingan antara skor soal yang diukur validitasnya dengan skor yang telah terbukti valid, dan (2) validitas soal hasil analisis setiap item, yaitu perbandingan antara skor item dengan jumlah skor. Walaupun dikatakan perbandingan, penentuan validitas tersebut menggunakan analisis statistik korelasi (Purwanto, 2014: 114).
Analisis validitas empiris dilakukan di SMP N 1 Turi. Pada penelitian ini, kelas IX D merupakan kelas yang dipilih untuk melakukan uji instrumen, dengan mengasumsikan bahwa kelas IX D sudah pernah mendapatkan materi tata surya. Jumlah peserta didik pada kelas IX D ini yaitu 32 orang.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Program QUEST. Terdapat beberapa kriteria dalam menentukan valid tidaknya instrumen menggunakan Program QUEST, yakni Percent (%) yang merupakan indeks kesukaran item dan point biser yang menunjukkan indeks daya beda.
Menurut Arikunto (2006: 182) Tingkat Kesukaran (TK) pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
TK = tingkat kesukaran
85
= jumlah skor kelompok bawah
n = jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah maks = skor maksimal soal yang bersangkutan
Cara memberikan interpretasi pada hasil Percent atau indeks kesukaran item dengan mengonsultasikan hasil perhitungan indeks kesukaran tersebut dengan atau kriteria sebagai berikut.
Tabel 10. Kriteria kesukaran item
Indeks Tingkat Kesukaran Kategori 0,00-0,30 Soal tergolong sukar 0,31-0,70 Soal tergolong sedang 0,71-1,00 Soal tergolong mudah
(Ratnawulan & Rusdiana, 2015: 164). Untuk perhitungan daya pembeda (DP), dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Para siswa dalam peringkat pada sebuah tabel
2) Dibuat pengelompokan siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor tinggi dan kelompok bawah terdiri atas 50% dari seluruh siswa yang mendapat skor rendah.
Daya pembeda ditentukan dengan: Keterangan :
= jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah (Arikunto, 2006: 181)
86
Sedangkan cara memberikan interpretasi pada hasil point biser atau daya beda dengan mengonsultasikan hasil perhitungan indeks daya beda tersebut dengan atau kriteria sebagai berikut.
Tabel 11. Kriteria Daya Beda menurut Arikunto, (2006: 218) Indeks Tingkat Kesukaran Kategori
0,00 – 0, 20 Jelek (pour)
0,20 – 0, 40 Cukup (Satisfactory)
0,40 – 0, 70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent) *negatif Semuanya tidak baik, jadi semua
butir soal yang mempunyai nilai negative sebaiknya dibuang Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan Program QUEST pada Lampiran 2.3. maka dapat dianalisa butir soal tersebut berdasar pada tingkat kesukaran dan daya beda. Hasil analisa butir soal ini sudah terlampir pada Lampiran 2.4. dan terinci pada tabel 12. Tabel 12. Analisa Butir Soal
Soal Indeks
Kesukaran Nomor Soal
Daya
Beda Nomor Soal
Butir soal yang diujicobakan Mudah 1, 2, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 23, 26, 28, 30, 31, 34, 44, 45, Jelek 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 26, 28, 30, 31, 41, 43, 49, 50 Butir soal yang diujicobakan Sedang 10, 14, 16, 17, 24, 43, 49 Cukup 4, 8, 13, 24, 29, 34, 40, 44, 45, 48 Sulit 3, 4, 8, 18, 21, 22, 25, 27, 29, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 46, 47, 48, 50 Baik 3, 16, 21, 25, 27, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 46, 47
87
Nilai atau skor yang ditunjukan pada validitas tersebut nantinya akan menentukan diterima atau ditolaknya sebuah soal tes hasil belajar tersebut. Soal yang diujicobakan sebanyak 50 butir soal, setelah dianalisis ternyata diperoleh 25 soal yang gugur (tidak valid) dan 25 soal yang dinyatakan valid. Selengkapnya rekapitulasi hasil analisis butir soal ini dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
2. Reliabilitas Instrumen
Suatu tes dianggap reliabel (memiliki taraf kepercayaan tinggi), jika dapat memberikan hasil konsisten atau apabila terjadi perubahan tidak terlalu mencolok (Purwanto, 2014: 120). Perhitungan reliabilitas dilakukan setelah butir-butir soal yang tidak valid dihilangkan. Menurut Arikunto (2006: 182), reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan dengan :
[ ] [ ]
Keterangan :
n = banyaknya butir soal
= jumlah varians skor tiap item = varians skor total
Rumus untuk mencari varians adalah :
∑
88
Berikut merupakan tabel kriteria koefisien reliabilitas. Tabel 13. Kriteria Koefisien Reliabilitas
Alpha Kategori tingkat reliabilitas 0,800 – 1,000 Sangat tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah 0,000 – 0,200 Sangat rendah (Arikunto, 2006: 75) Pada pengujain reliabilitas menggunakan program QUEST dapat ditentukan dari nilai Reliability of estimate. Nilai reliabilitas soal setelah diujicobakan, yakni 0,92. Hal ini menandakan bahwa soal hasil belajar kognitif yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori sangat tinggi nilai reliabilitasnya. Hasil analisis reliabilitas ini dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data instrumen tes ini, meliputi adanya uji prasyarat hipotesis dan pengujian hipotesis.
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan pengujian pada uji t, maka terlebih dahulu dilakukanlah uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada data skor hasil kemampuan awal peserta didik atau pretest. Pada uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Uji Kolmogorov-Sminov. Data dikatakan normal apabila
89
probabilitas atau (Sig.) > 0,05 sehingga jika dilakukan analisis dengan program SPSS 16.0 maka akan berlaku hipotesis sebagai berikut : H0 : apabila sig. > 0,05 maka dikatakan data terdistribusi normal
H1 : apabila sig. < 0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Homogenitas ini dapat diketahui dengan cara membandingkan kedua variansnya. Pengujian ini dilakukan pada data awal nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA dan dari hasil pretest serta posttest dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Test of Homogeneity of Varians menggunakan program SPSS 16.0. Data homogen apabila probabilitas (Sig.) >0,05 dan bila probabilitas (Sig.) < 0,05 tidak homogen. Maka homogen atau tidaknya dapat dilihat dari signifikansi hasil uji homogenitas variansi, sehingga berlaku hipotesis sebagai berikut :
H0 : apabila sig. > 0,05 maka dikatakan data homogen
H1 : apabila sig. < 0,05 maka dikatakan data tidak homogen
c. Uji Box’s test
Uji box’s test digunakan untuk menguji asumsi manova yang menyatakan bahwa matrik variance covariance dari variabel dependen adalah sama (tidak berbeda) (Ghozali, 2009: 80).
90 d. Uji homogenitas varian
Pada uji ini diasumsikan bahwa setiap variabel dependen memiliki varian yang sama untuk semua grup. Asumsi ini akan diuji menggunakan Levene’s test.
2. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yakni, menggunakan uji independent t-test dan Manova (Multivariate Analysist of Variance).
a. Uji Independent t-test
Uji Independent t-test digunakan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif secara terpisah. Pengujian ini dapat dilakukan apabila telah terbukti bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis dianalisis dengan uji-t sampel independen (Independent Sample T-test) menggunakan program SPSS 16.0. Hipotesis yang berlaku, yakni :
1) Hipotesis pertama
H0 : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap peningkatan keterampilan sosial
H1 : terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
91 2) Hipotesis kedua
H0 : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik.
H1 : terdapat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik.
Selanjutnya dilakukan uji-t dengan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 0,05 sehingga hasil uji independent sample t-test akan berlaku hipotesis : apabila p > 0,05 maka H0 diterima dan apabila p <
0,05 maka H0 ditolak. Selain itu, dapat dilihat berdasarkan dari :
1) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata
lain terdapat pengaruh.
2) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak atau dengan kata
lain terdapat pengaruh. b. Uji MANOVA
Variabel terikat dari penelitian ini yakni keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif. Data yang berupa data mengenai keterampilan sosial yang dinilai dengan menggunakan lembar observasi dan hasil belajar kognitif yang dinilai menggunakan lembar soal atau berupa tes. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif secara
92
menyeluruh dilakukan dengan analisis one-way multivariante analyze of varians (one-way MANOVA) menggunakan program SPSS 16.0. Uji MANOVA digunakan apabila hasil belajar prasyarat analisis data menunjukkan data terdistribusi normal dan bersifat homogen. Adapun hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif peserta didik.
H1 : terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar kognitif peserta didik.
Kriteria pengujian dalam penelitian ini, yaitu apabila p > 0,05 maka H0 diterima dan apabila p < 0,05 maka H0 ditolak.
3. Gain Skor
Kemudian, untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik maka dapat digunakan gain skor dengan melihat skor pretest dan skor posttest. Gain skor terdiri dari dua macam yaitu, gain mutlak dan gain ternormalisasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan gain ternormalisasi (N-gain), dimana proporsi gain mutlak terhadap gain maksimal yang dapat dicapai. Persamaan matematis dari gain skor yakni sebagai berikut :
〈 〉
93 Keterangan : 〈 〉 = gain ternormalisasi = skor pretest = skor posttest = skor maksimal
Selanjutnya, mengkategorikan skor gain tersebut berdasarkan kategori berikut :
Tabel 14. Kategori Skor Gain (Hake, 2002 dalam Yuliati, 2005: 92)
Skor gain Kategori
(〈 〉) 0,3 Rendah
0,3 < (〈 〉) 0,7 Sedang (〈 〉) > 0,7 Tinggi
4. Pengolahan Data Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar keterlaksanaan pembelajaran yang dinilai oleh observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan mengacu penilaian pada rubrik yang sudah disediakan oleh peneliti, hasilnya dapat dianalisis dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut.
Menurut Widoyoko (2009: 242), persen keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 15. Persentase dan Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran
Presentase Kategori 80 ≤ x ≤ 100 Sangat baik 60 ≤ x ≤ 80 Baik 40 ≤ x ≤ 60 Cukup 20 ≤ x ≤ 40 Kurang 0 ≤ x ≤ 20 Sangat kurang
94
5. Pengolahan Data Lembar Observasi Keterampilan Sosial
Lembar observasi keterampilan sosial dinilai oleh observer pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan mengacu penilaian pada rubrik yang sudah disediakan oleh peneliti. Analisis data hasil observasi dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√) pada skor yang sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer. Kemudian skor yang diperoleh oleh masing-masing peserta didik dijumlah dan dihitung secara keseluruhan pada pertemuan pertama hingga ke-empat.