• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI

PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI

KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR

Sulikawati*) , Jupri*), L. Somantri*)

sulika8484@gmail.com , jupri@upi.edu , lilisomantri@upi.edu

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, utamanya di pulau Jawa sudah tak terkendali. Setiap tahun 80 ribu Ha lahan pertanian hilang. Diperkirakan tahun 2025 luas lahan pertanian di Indonesia tersisa dua juta hektare. Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Kecamatan Bogor Utara. Alih fungsi lahan yang terjadi karena pertumbuhan penduduk, yang mengakibatkan permintaan lahan meningkat, sehingga lahan pertanian semakin berkurang dan lahan terbangun semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan sebaran alih fungsi lahan serta menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Bogor Utara. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan interpretasi dan penampalan, pengelompokan data, penyajian data tersusun, skoring dan matching data. Didapat bahwa adanya alih fungsi lahan, pada tahun 2000 luas lahan pertaniannya 17,36% dan lahan permukiman 63,83% dari luas keseluruhan wilayah penelitian, kemudian pada tahun 2014 luas lahan pertanian berkurang menjadi 11,67% dan lahan permukiman meningkat menjadi 81,84%. Pola pemukiman sudah memusat karena perkembangan wilayah sudah sangat pesat. Tetapi di Kelurahan Kedunghalang dan Kelurahan Cimahpar permukiman penduduk belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola permukimannya sedikit menyebar, setelah terjadi alih fungsi lahan bentuk dan pola permukiman menjadi linear dan semakin memusat. Kualitas fasilitas umum semakin meningkat. Banyak pembangunan sarana/prasarana lainnya di wilayah penelitian, sehingga berdampak terhadap perubahan nilai lahan. Nilai lahan mengalami peningkatan tiap tahunnya serta perkembangannya sangat drastis. Kelurahan Bantarjati memiliki nilai lahan sangat tinggi, karena dipengaruhi oleh lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah serta merupakan pusat bisnis di Kota Bogor.

(2)

ABSTRACT

Conversion of land in Indonesia especially in Java island it’s not under control. Every years 80.000 hectare agriculture was disappear. It is estimated in 2025 agricultural area in Indonesia only 2 million hectare. In this research become explain land changing in in North Bogor Sub district. Every years agriculture land was change become resident area, industrial area, and public services. The land was change because some factor between growing up population and land demand request of population. The purpose of this research it is to analyst pattern, spreading land changing and identification of the value of land Bogor Sub District in Bogor City. On this research used descriptive method. To analyst data use interpretation technic, grouping of data, arranged in orderly data, scoring, and match data. The result of this research this area had land changed. In the period 2009 this area had 17,36% of for agriculture land and 63,83% for another land used, but on 2014 this area had 11,67% of agriculture land, and the another land was growing up 81,84% of the all North Bogor Sub District area. The pattern of residential area was central pattern because highest growth of economic. Some this village had a different, the one of this village is Kedunghalang and Cihampar. On this villages had middle density, because had spread residential pattern and had a half of agriculture land. After land conversion the residential pattern change was elongated ( between road) and centered. The quality of the public services was improve that’s way this area had many land conversion every years this case impact for land values. The land values growing up every years and the improvement was fast. Bantarjati had highest land value because had a strategic location, good accessibility and become central business district of Bogor City.

Keywords: Land Conversion, Changes in Land Values

*) Penulis, Penanggung Jawab PENDAHULUAN

Lahan salah satu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan merupakan sarana untuk menopang kelangsungan hidup manusia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan lahan, baik lahan untuk permukiman, industri ataupun untuk kebutuhan infrastruktur lainnya. Pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai dua ratus empat puluh juta jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49% per tahun, permintaan lahan semakin meningkat sehingga menimbulkan ketimpangan antara luas

lahan kebutuhan manusia dengan luas lahan yang tersedia. (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 2015)

Pemanfaatan lahan di suatu wilayah harus mempertimbangkan beragai aspek, seperti aspek sosial maupun aspek fisik. Hal tersebut dikarenakan agar pemanfaatan lahan lebih tepat, sehingga menguntungkan bagi semua pihak baik secara ekonomis maupun ekologis. Dan kerusakan terhadap lingkungan pun dapat diminimalkan.

Banyaknya pembangunan dalam berbagai kegiatan mendorong perubahan

(3)

penggunaan lahan, seperti penggunaan lahan pertanian atau non pertanian berubah fungsi menjadi lahan permukiman atau pun lahan terbangun lainnya.

Menurut Suma’atmadja (1997, hlm.56) konversi tata guna lahan dengan tidak mengutamakan kondisi geografis yang termasuk faktor fisik dengan daya dukungnya dalam kurun waktu yang panjang akan mengakibatkan dampak negatif terhadap lahan dan lingkungan yang bersangkutan. Alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan tanpa memperhatikan kondisi geografis akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas lingkungan, sehingga lingkungan menjadi rusak dan tercemar.

Alih fungsi lahan yang sering terjadi yaitu pada lahan pertanian. Hal ini disebabkan daya tarik masyarakat untuk bertani semakin rendah. Dan juga, alih fungsi lahan pertanian yang tak terkendali karena belum optimalnya pelaksanaan peraturan mengenai tata guna lahan, sehingga fenomena yang terjadi berbeda dengan yang terdapat dalam peraturan. Maka dari itu, alih fungsi lahan pertanian adalah ancaman yang tidak dapat disepelekan karena dampak yang ditimbulkan berkaitan langsung dengan ketahanan pangan dan lingkungan.

Salah satu daerah yang mengalami alih fungsi lahan adalah di daerah Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor.

Dilihat pada tabel 1 mengenai luas lahan pertanian menurut Kecamatan di Kota Bogor berikut.

(4)

Tabel 1

Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara tahun 2000

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.

Berdasarkan tabel 1 penggunaan lahan di Kecamatan Bogor Utara menurut Kelurahan memiliki luasan area non terbangun sebanyak 34% dari luas keseluruhan wilayah Kecamatan Bogor Utara, termasuk didalamnya lahan sawah, kebun, semak belukar, tanah kosong dan area hijau. Dan 66% lainnya merupakan area terbangun, yang didalamnya merupakan lahan permukiman, perkantoran, pergudangan, perdagangan, industri dan penggunaan lahan lain (jalan, terminal, stasiun, parkir, dan lainnya). Area terbangun di Kecamatan Bogor Utara pada tahun 2000 sudah mulai mendominasi. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, penggunaan lahan yang ada akan sangat berbeda. Dapat dilihat pada tabel 2.

Berdasarkan perbandingan tabel 1 dan tabel 2 perubahan penggunaan lahan antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2014, lahan area terbangun menjadi penggunaan lahan yang dominan. Akan tetapi tetap ada perbedaan disetiap tahunnya. Lahan permukiman dan area terbangun lainnya terus meningkat, pada

tahun 2000 seluas 66% dari luas keseluruhan wilayah, sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 82% dari luas wilayah Kecamatan Bogor Utara.

Tabel 2

Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara tahun 2014

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.

Untuk area non terbangun semakin menyusut luasnya, pada tahun 2000 luas area non terbangun seperti lahan sawah, semak belukar, kebun dan lainnya seluas 34% dari luas keseluruhan wilayah, sedangkan pada tahun 2014 luas area non terbangun menyusut menjadi 18%, sebab pergeseran luas jenis-jenis penggunaan lahan yang cukup besar.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode survey, untuk mengamati objek penelitian secara langsung di lapangan, dan metode deskriptif untuk menganalisis data penelitian yang didapat dari masalah yang ada di lapangan. Menggunakan metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data, fakta-fakta daerah penelitian, informasi dan

(5)

keterangan tentang alih fungsi lahan dan dampaknya tersebut di Kecamatan Bogor Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah yang mengalami alih fungsi di daerah penelitian yaitu Kelurahan Bantarjati, Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Cibuluh, Kelurahan Cimahpar dan Kelurahan Kedunghalang, sedangkan populasi manusia yang diambil dalam penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di daerah penelitian.

Sampel wilayah berdasarkan perhitungan jumlah sampel dengan menggunakan rumus menurut Dixon dan B, diperoleh jumlah sampel sebanyak 67 responden.

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Variabel Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data Observasi Lapangan, Wawancara, Studi Literatur dan Dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini adalah Interpretasi dan penampalan (overlay), peta diinterpretasikan dan tampalan untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan alih fungsi lahan untuk menentukan kualitas lahan dan penentuan sampel. Pengelompokan data, untuk mengetahui apakah data penelitian sudah memenuhi atau belum. Penyajian data tersusun, data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan peta. Skoring dan matching Data, dilakukan untuk memberikan skor terhadap parameter kemudian disajikan, lalu membandingkan parameter yang terukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Bogor Utara terletak di antara 6°32’37” – 6°35’21,1” LS dan 106°48’2,6” – 106°49’80” BT serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 200 meter dan maksimal 300 meter di atas permukaan laut.

Rata-rata pertumbuhan penduduk di daerah penelitian mencapai 2,06% pertahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bogor Utara adalah kelahiran, kematian dan migrasi. Berdasarkan tabel 4 menggambarkan bahwa telah dan terus terjadi pertambahan penduduk tiap tahunnya di Kecamatan Bogor Utara. Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bogor Utara ini dipengaruhi oleh beberapa

(6)

faktor, yaitu kelahiran, kematian serta migrasi penduduk. Dan faktor yang paling dominan terhadap pertumbuhan penduduk di daerah penelitian adalah faktor migrasi.

Gambar 1

Peta Adminitrasi Wilayah Penelitian

Tabel 4

Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bogor Utara

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara

Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Lahan Permukiman

Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman merupakan suatu fenomena yang sedang terjadi. Dan perkembangan luas lahan pertanian di

wilayah yang menjadi objek penelitian yaitu Kelurahan Bantarjati, Kelurahan Tanah Baru, Kelurahan Cimahpar, Kelurahan Cibuluh dan Kelurahan Kedunghalang sangat signifikan. Berikut ini adalah data lahan pertanian dan non pertanian di wilayah penelitian pada tahun 2000.

Tabel 5

Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian tahun 2000

Sumber : Arsip Monografi Kec. Bogor Utara

Tabel 5 menunjukan bahwa lahan pertanian di wilayah penelitian pada tahun 2000 memiliki luas 17,36%, tidak mencapai setengah dari luas penggunaan lahan keseluruhan di wilayah penelitian. Dan luas lahan permukiman atau area terbangun lainnya memiliki jumlah seluas 63,83% dari keseluruhan luas wilayah. Kelurahan yang memiliki luas lahan pertanian terluas pada tahun 2000 adalah Kelurahan Cimahpar mencapai 79,68 Ha dan Kelurahan yang memiliki luas lahan pertanian paling sedikit adalah Kelurahan Bantarjati hanya seluas 6,561 Ha.

Lahan yang digunakan sebagai lahan permukiman serta area terbangun lainnya, Kelurahan Tanah Baru adalah Kelurahan yang memiliki luas lahan permukiman serta area terbangun terluas yaitu 35,50%, karena

(7)

pada saat itu Kelurahan lainnya seperti Kelurahan Bantarjati lebih difokuskan menjadi pusat bisnis kota saja, tidak seperti sekarang yang telah banyak dibangun perumahan, sehingga Kelurahan Tanah Baru lah yang paling banyak permukiman karena letaknya yang dekat dengan pusat kota, dan yang terendah luas lahan permukimannya adalah Kelurahan Cimahpar yaitu seluas 93,18 Ha, karena Kelurahan Cimahpar memiliki luas lahan pertanian yang paling luas, sehingga pola permukimannya pun menyebar dan penduduk belum terlalu banyak bermukim di wilayah tersebut.

Luas lahan pertanian atau pun non pertanian pada tahun 2000 termasuk didalamnya adalah lahan permukiman, tentunya sangat berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2014. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian tahun 2014

Sumber : Arsip Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan pertanian di wilayah penelitian pada tahun 2014 seluas 11,67% dari luas penggunaan lahan keseluruhan di wilayah penelitian,

sedangkan wilayah permukiman dan area terbangun lainnya seluas 81,84% yaitu hampir semua dari luas penggunaan lahan keseluruhan di wilayah penelitian.

Kelurahan Cimahpar pada tahun 2014 masih merupakan wilayah penelitian paling luas yang memiliki lahan pertanian dan satu-satunya wilayah yang lahan pertaniannya di perluas, yaitu menjadi seluas 94% dari keseluruhan luas pertanian yang ada di wilayah penelitian, sebab wilayah tersebut berencana dijadikan sebagai wilayah berbasis pertanian walaupun perubahan lahan menjadi permukiman tetap meningkat, sedangkan Kelurahan Tanah Baru dan Kelurahan Kedunghalang merupakan wilayah yang tidak memiliki lahan pertanian (0 Ha). Hal ini karena di daerah tersebut lahan pertanian yang dahulu pernah ada sudah dialih fungsikan menjadi permukiman, kebun dan lahan terbangun lainnya.

Lahan yang digunakan untuk permukiman dan area terbangun, Kelurahan Tanah Baru merupakan daerah yang memiliki luas permukiman serta area terbangun tertinggi yaitu 37%, karena Kelurahan Tanah Baru terletak di dekat pusat kota sehingga akses menuju fasilitas umum pun sangat mudah.

Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 dapat menampilkan pola perubahan luas lahan pertanian dan lahan yang digunakan untuk

(8)

permukiman atau lainnya dari tiap kelurahan yaitu sebagai berikut.

Tabel 7

Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan Pertanian antara Tahun 2000 dan Tahun

2014

Sumber : Data Penelitian, 2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan Bogor Utara sangatlah pesat. Alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian sangat tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan data luas pertanian tahun 2000 dan tahun 2014, Kelurahan Kedunghalang merupakan wilayah tertinggi adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman atau area terbangun lainnya yaitu mencapai 57,31 Ha, sedangkan wilayah terendah adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman atau area terbangun lainnya adalah Kelurahan Bantarjati yang hanya mencapai 2 Ha. Dan Kelurahan Cimahpar merupakan satu-satunya kelurahan yang memperluas lahan pertaniannya, tetapi bukan berarti di kelurahan Cimahpar tidak terjadi aih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman. Sebab tetap ada alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman di Kelurahan Cimahpar, tetapi tidak seluas seperti Kelurahan lainnya, dan perluasan

lahan pertanian tersebut dari alih fungsi lahan kebun, semak belukar dan lahan kosong.

Untuk perbandingan luas lahan permukiman tahun 2000 dan tahun 2014 terdapat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8

Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan Permukiman antara Tahun 2000 dan

Tahun 2014

Sumber : Data Penelitian, 2016

Perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat akan mempengaruhi kebutuhan lahan, sehingga menyebabkan lahan non permukiman beralih fungsi menjadi lahan permukiman. Berdasarkan tabel 8 Kelurahan Tanah Baru mengalami perubahan luas permukiman cukup tinggi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 yaitu mencapai 90,3 Ha. Karena pembangunan permukiman dan area terbangun lain yang terus menerus setiap tahunnya. Diikuti oleh Kelurahan Kedunghalang yang mencapai 64 Ha pertambahan luas permukiman yang terjadi. Selain pembangunan permukiman, di Kelurahan Kedunghalang banyak pula pembangunan pabrik, fasilitas umum, serta area terbangun lainnya, sehingga lahan pertanian yang terdapat di Kelurahan Kedunghalang seluruhnya sudah teralih

(9)

fungsi menjadi lahan terbangun. Dapat dilihat perubahan lahan yang terjadi di wilayah penelitian pada gambar 3, gambar 4 dan gambar 5.

Berdasarkan data dan peta, semakin jelas perubahan luas lahan pertanian terutama perubahan lahan menjadi permukiman dan area terbangun lainnya, serta memberikan gambaran bahwa dalam rentan waktu 14 tahun terakhir mayoritas penduduk hanya bermukim di wilayah yang memiliki aksesibilitas yang tinggi baik ke pusat kota maupun ke fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Alih fungsi lahan yang sangat pesat di wilayah penelitian ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Banyaknya penduduk pendatang pun merupakan salah satu faktor kebutuhan akan lahan meningkat, begitu juga dengan nilai lahannya, sehingga pembangunan permukiman atau pun lahan terbangun lainnya tak terelakan dan membuat penduduk yang memiliki lahan pertanian, kebun atau pun lahan non permukiman lainnya menjual lahannya. Hasil penjualan lahannya pun digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, ada yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari ataupun untuk membeli lahan lagi di daerah lain yang lebih murah harganya.

Berdasarkan data dan peta, semakin jelas perubahan luas lahan pertanian terutama perubahan lahan menjadi permukiman atau

area terbangun lainnya, serta memberikan gambaran bahwa dalam rentan waktu 14 tahun terakhir mayoritas penduduk hanya bermukim di wilayah yang memiliki aksesibilitas yang tinggi baik ke pusat kota maupun ke fasilitas-fasilitas umum lainnya. Alih fungsi lahan yang sangat pesat di wilayah penelitian ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Banyaknya penduduk pendatang pun merupakan salah satu faktor kebutuhan akan lahan meningkat, begitu juga dengan nilai lahannya, sehingga pembangunan permukiman atau pun lahan terbangun lainnya tak terelakan dan membuat penduduk yang memiliki lahan pertanian, kebun atau pun lahan non permukiman lainnya menjual lahannya.

(10)

Gambar 3

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Bogor Utara Tahun 1998

Gambar 4 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2015

Gambar 5 Peta Perubahan Lahan Tahun 1998-2015

Sumber: Citra Google Earth 2015; Peta RBI Lembar Bogor 1209-143 Skala 1:25.000; Observasi Lapangan tahun 2016

Nilai Lahan

Kajian terhadap perkembangan nilai lahan sangat penting dilakukan karena berhubungan langsung dengan berbagai aktivitas perekonomian masyarakat, diantaranya pajak tanah, biaya kontruksi bangunan/gedung, kredit dengan kolateral tanah, dan lain sebagainya. Untuk melihat perkembangan harga lahan di wilayah penelitian, berikut merupakan data perkembangan harga lahan dari tahun 2004-2014 di wilayah penelitian yaitu Kecamatan Bogor Utara khususnya Kelurahan Bantarjati, Kelurahan Tanah

(11)

Baru, Kelurahan Cimahpar, Kelurahan Cibuluh dan Kelurahan Kedunghalang.

Harga rata-rata tanah permeter persegi tiap tahunnya terus menerus meningkat, dan harga rata-rata tertingginya terjadi di daerah Kelurahan Bantarjati. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Bantarjati merupakan pusat bisnis dan jalur akses utama dari berbagai daerah menuju pusat Kota seperti berhubungan langsung dengan Kabupaten Bogor serta ibukota Negara, sehingga peningkatan harga lahan untuk permukiman ataupun lahan terbangun lainnya sangat signifikan. Hal yang berbeda dengan Kelurahan lainnya terutama Cimahpar, walaupun terjadi kenaikan harga tiap tahunnya namun tidak terlalu drastis seperti yang terjadi di Kelurahan Bantarjati. Fluktuasi kenaikan harga lahan yang terjadi di wilayah penelitian semakin jelas ketika digambarkan dalam bentuk grafik, seperti pada gambar berikut.

Berdasarkan gambar 7 dapat diketahui bahwa setiap tahunnya terjadi perubahan harga lahan yang semakin meningkat. Pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 peningkatan harga lahan terjadi lebih signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebab, selain pertumbuhan penduduk yang meningkat, permintaan akan lahan untuk tempat bermukim pun semakin meningkat pula, dan banyaknya pembangunan permukiman dan bangunan

lainnya seperti hotel, factory outlet, rumah sakit ataupun fasilitas umum lainnya.

Gambar 7

Grafik Harga Rata-rata Tanah

Dan juga keadaan transportasi pun mengalami peningkatan, sehingga berpengaruh terhadap pembangunan akses jalan serta bermunculan bangunan rumah makan maupun minimarket di wilayah penelitian.

KESIMPULAN

Terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman di Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Pada tahun 2000 luas lahan pertanian mencapai 37,14% dan lahan permukiman mencapai 20,78% dari luas keseluruhan wilayah penelitian, sedangkan pada tahun 2014 luas lahan

0 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000 20 04 20 07 20 10 20 13 Harga Rata-rata Tanah (Rp/m²) Bantarja ti Harga Rata-rata Tanah (Rp/m²) Tanah Baru Harga Rata-rata Tanah (Rp/m²) Cimahp ar

(12)

pertanian menjadi 17,26% dan lahan permukiman meningkat menjadi 45,69%. Mayoritas penduduk bermukim di wilayah yang memiliki aksesibilitas yang tinggi Adanya alih fungsi lahan membuat kualitas fasilitas umum semakin meningkat dan berdampak terhadap perubahan nilai lahan. Nilai lahan di daerah penelitian mengalami peningkatan tiap tahunnya serta perkembangan nilai lahan sangat drastis. Kelurahan Bantarjati merupakan wilayah yang memiliki nilai lahan sangat tinggi, karena dipengaruhi oleh lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah serta merupakan pusat bisnis di Kota Bogor, sedangkan Kelurahan Cimahpar memiliki nilai lahan yang paling rendah dibandingkan dengan wilayah penelitian lainnya sebab letaknya yang tidak terlalu dekat dengan pusat Kota.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Ibadurrahman, M. Geografi UPI. (2013).

Pengaruh Faktor-faktor Geografi terhadap perubahan Nilai Lahan di Kec. Parongpong. Skripsi. Departemen Pendidikan Geografi FPIPS-UPI, Bandung : Tidak Diterbitkan.

Lestari, A. Geografi UPI. (2012).

Perkembangan Nilai Lahan di Kecamatan Tanjung Pandan Kab. Belitung. Skripsi. Departemen Pendidikan Geografi FPIPS-UPI, Bandung : Tidak Diterbitkan.

Sitorus, Santun RP. (2004). Evaluasi

Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.

Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta. Depdikbud:

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependudukan. Tika, P. (2005). Metoda Penelitian

Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Dokumen

Kecamatan Bogor Utara. (2015).

Monografi Kecamatan Bogor Utara.

Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor. (2014). Bogor.

Badan Pertanahan Nasional. (2014). Harga

Tanah. Bogor. Sumber Internet

Anonymous. 2013. Alih Fungsi Lahan di Indonesia.

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa- barat/2013/12/25/263653/alih- fungsi-lahan-pertanian-di-indonesia-80-ribu-hektar-tahun

Diakses pada tanggal 3 Juli 2015 Anonymous. 2015. Perubahan Lahan

Pertanian di Jawa Barat. http://bisniskeuangan.kompas.com/r ead/2015/08/24/204114026/Di.Indon esia.Alih.Fungsi.Lahan.Paling.Serin g.Terjadi.pada.Sawah.

Diakses pada tanggal 3 Juli 2015 Anonymous. 2015. Kondisi Fisik Kota

Bogor.

http://kotabogor.go.id/index.php/pag

e/detail/120/potensi-usaha#.Vo49ll1b_o8

Gambar

Gambar 5 Peta Perubahan Lahan Tahun  1998-2015

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan ( compare ) pelaksanaan

Cinta adalah sesuatu yang amat indah Tiada yagn lebih indah daripada cinta Tanpa cinta tidak ada kasih sayang Tanpa cinta tiada ketulusan hati. Oi saat kita

Adapun Kontribusi dari kerja praktik terhadap Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur adalah membantu menganalisa kinerja jaringan menggunakan VLAN..

Desain sistem dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh

Setiap Binary Relationship 1 : N, dimana tipe Entity yang bersisi N mempunyai Participation Constraint partial, buatlah relasi baru dimana Primary Keynya merupakan gabungan

Anakyang tidak mampu adalah anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial dengan wajarb. Anakterlantar adalah

Pelaksanaan Administrasi Keuangan dan Umum merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar untuk mengolah data dan mengkoordinasi di

Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SiswaKelas VIII Di SMP N 1 Ketanggungan Kabupaten Brebes. Tujuan dalam proses