• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih berkisar pada sastra lisan saja. Sastra itu sebagian tersimpan didalam ingatan orang-orang yang mempunyai keahlian khusus dalam menceritakan sastra tersebut, yang jumlahnya semakin berkurang karena dimakan usia.

Sastra sebagian lisan merupakan bagian dari folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara macam kolektif apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda-beda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh-contoh yang disertai dengan gerak, isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device), (Danandjaya. 1991: 2)

Folklor sebagian lisan, boleh dinyatakan folklor campuran. Di dalamnya ada yang berupa lisan (verbal) dan bukan lisan (gerak, materal). Karena itu, teori penelitian yang digunakanpun sebenarnya fleksibel. Sastra tidak dapat dilepaskan dari budaya karena sastra merupakan suatu fenomena yang hidup berkembang dalam bermasyarakat. Untuk kebudayaan yang secara universal meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan, dan tekhnologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian, (Koentjaranigrat, 980 : 217). Kepercayaan rakyat, atau yang sering disebut

“takhyul” adalah tidak berdasarkan logika sehingga secara ilmiah tidak dapat

(2)

menghina, maka folklor modern lebih mempergunakan istilah kepercayaan rakyat (folk

belief). Dalam kehidupan masyarakat Batak kata takhyul ini sering diartikan dengan

kata-kata larangan yang disebut dengan hata tongka. Kebiasaan – kebiasaan masyarakat Batak Toba adalah dengan memakai hata tongka di dalam mengucapkan sebuah larangan yang seharusnya tidak diucapkan dan dilakukan.

Dapat dinyatakan bahwa kebudayaan meliputi segala bentuk tingkah laku, karya manusia, pikiran dan cita-citanya yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke generasi lainya. Meskipun terdapat kemampuan kreasi kebudayaan di zaman modern ini, namun tidak dapat disangkal bahwa kebudayaan sekarang ini mempunyai koherensi yang padu dengan kebudayaan yang leluhur masyarakat pemilik suatu kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan pada satu sisi dapat dilihat sebagai suatu penyelesaian kelompok atas berbagai persoalan hidup manusia yang pola pada hubungan manusia yang satu dengan yang lain, dan manusia pada lingkungannya. Penerusan pola dapat diungkapkan dengan berbagai cara atau sistem transformasi budaya yang vertikal yang dapat dilaksanakan melalui sastra sebagian lisan. Suku-suku di Indonesia pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri termasuk suku Batak yang mendiami daerah Sumatera Utara.

Nilai budaya yang dimaksud dipandang suatu sistem yang hidup dan dianut oleh masyarakat. Dalam masyarakat yang sedang membangun seperti halnya Indonesia saat ini, berbagai bentuk Sastra Daerah itu tidak mustahil akan terabaikan dan mungkin lama kelamaan akan hilang tanpa bekas. Diakui bahwa ada diantara Sastra Daerah itu tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara Sastra Daerah itu banyak mengandung ide-ide yang sangat besar, buah pikiran

(3)

yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga dan sebagainya. Semuanya itu masih dapat dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa yang tinggi, hebat, agung sehingga dapat bermanfaat dalam memberikan pengalaman jiwa kepada penikmatnya.

Dalam kaitan ini, kita dapat berkiblat pada pendapat Brunvand ( Suwardi Endaswara, 2009 : 20) yang memberikan ciri folklor sebagai berikut :

a. bersifat lisan ( oral ) b. bersifat tradisional

c. keberadaanya sering memiliki varian atau versi d. selalu anonim

e. cendrung memiliki formula atau rumus yang jelas

Ciri-ciri tersebut menandakan bahwa folklor memang sebuah budaya asli. Namun, perlu diresapi bahwa ciri tersebut seringkali juga untuk menjebak. Maksudnya, jika hanya berpegang pada aspek lisan.

Adapun ciri-ciri pengenal utama folklor menurut Danandjaya (1991:3) yaitu: a. Penyebaran dan pewarisanya biasanya secara lisan, yakni disebarkan

melalui tutur kata dari mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak,/isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.

b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.

c. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebaranya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (penambahan atau pengisisn unsur-unsur baru pada bahan folklor degan mudah dapat mengalami perubahan. d. Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui

orang lagi

e. Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola

f. Folklor biasanya mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif.

g. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

Ciri pengenal ini terutana berlaku bagi foklor lisan dan sebagian lisan. h. Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini

(4)

diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.”

Sebagian kekayaan sastra berlandaskan ciri-ciri folklor yang disebutkan diatas, sastra daerah khususnya kepercayaan rakyat tak hanya berfungsi sebagai alat hiburan belaka, melainkan juga dapat menjadi alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, proyeksi keinginan terpendam, dan alat untuk memelihara atau menurunkan buah pikiran suatu suku atau bangsa pemilik sastra itu. Dalam kaitan itu, amat mungkin penelitian folklor dalam rangka menggali budaya nusantara sebagai lambang kebudayaan nasional. Menggali folklor Nusantara dapat dimanfaatkan sebagai upaya menemukan nilai-nilai pemersatu budaya bangsa. Keinginan semacam ini pun boleh-boleh saja. Hal ini dilandasi asumsi bahwa kebudayaan nasional Indonesia sudah mempunyai aspek kebudayaan yang dapat mempengaruhi perilaku bangsa Indonesia yakni, aspek tata kelakuan .

Suatu kebudayaan dapat dilestarikan dengan menghubungkan dengan karya sastra. Kebudayaan suatu suku bangsa dapat dilihat dari segi kesusastraanya, sebab sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Hal ini berkaitan dengan karya sastra sebagai penuangan ekspresi jiwa. Sastra mampu juga sebagai wadah penyampaian, penuangan ide-ide pengarang mengenai kehidupan manusia. Karya sastra tersebut diciptakan berdasarkan kenyataan sosial selanjutya dituangkan dalam pemakaian bahasa-bahasa yang indah.

Dari sekian pola atau sistem yang hidup dan berlangsung adalah sastra. Sastra yang trampil kepermukaan adalah untuk mengisi pranata lainya. Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti berbagai jenis perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan. Karya sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya, dengan segala kelebihannya. Melalui bahasa dapat ditampung semua pernyataan kegiatan

(5)

manusia, misalnya berusaha untuk memahami diri sendiri, orang lain, dan kemudian menggunakan bahasa untuk menghasilkan sebuah pemikiran. Karya sastra bukan hanya mengungkapkan kenyataan saja, melainkan juga nilai-nilai yang lebih tinggi atau lebih agung dari sekedar kenyataan hidup, misalnya menceritakan tentang keagungan atau kebesaran Tuhan. Karya sastra itu sendiri bukanlah semata-mata tiruan hidup, tetapi merupakan merupakan penafsiran tentang alam dan kehidupan

Folklor sebagian Batak Toba misalnya, sastra daerah sebagian lisan daerah Batak Toba yang kalau dilihat dari isi dan kegunaanya sangat bermanfaat bagi masyarakat. Tapi sangat disayangkan sekali bahwa sastra sebagian lisan yang terdapat di daerah Batak Toba hampir punah, bukan hanya itu saja faktor penyebab punahnya sastra sebagian lisan diantaranaya adalah masyarakat yang menceritakanya hanya orang-orang yang sudah tua usianya dan jumlahnya sangat sedikit. Ada juga yang beranggapan bahwa sastra sebagian lisan itu tidak perlu dikembangkan lagi karena zaman semakin berkembang.

Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa segala sesuatunya yang tidak modern, apalagi yang bersifat pribumi, termasuk sastra sebagian lisan dan sastra lama kurang mendapat perhatian. Diakui bahwa ada diantara sastra daerah itu yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat sekarang ini. Namun banyak diantara sastra daerah itu yang mengandung ide yang besar, buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga, dan sebagainya. Semuanya itu masih dimanfaatkan pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang. Karya sastra dapat berguna karena memancarkan pengalaman jiwa kepada penikmatnya. Dengam demikian fungsi karya sastra adalah menyenangkan dan berguna (Badrun,1983:20). Harus kita ketahui juga bahwa fungsi tersebut tergantng pada manusia dan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam

(6)

menentukan fungsi karya sastra adalah tergantung dari sikap kita dalam menempatkan karya sastra sebagai karya imajinatif.

Latar belakang takhyul dapat bertahan terus sampai saat ini, dapat diberikan contoh sebagai berikut :

Disebabkan oleh cara berfikir yang salah, prelideksi (kegemaran) serta psikologi umat manusia untuk percaya kepada yang gaib-gaib ritus peralihan hidup, teori keadaan dapat hidup terus (survival), perasaan ketidaktentuan, akan tujuan yang sangat didambakan, ketakutan akan hal-hal yang tidak normal atau penuh resiko dan takut akan kematian pemodernisasian takhyul, serta pengaruh kepercayaan bahwa tenaga gaib dapat tetap hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan dan agama. Brunvand (dalam Danandjaya 1968:191).

Jika kita meninjau suatu masyarakat, maka akan terlihatlah pada kita di dalam masyarakat tersebut terdapat kelompok-kelompok manusia yang dari individu-individu sebagai anggota masyarakat, yang mana sudah tentu tiap individu itu akan saling berhubungan satu sama lainya.

Dengan mengetahui struktur sosial dari suatu masyarakat, maka dapat pula kita ketahui organisasi masyarakat yang berlaku di dalam suatu masyarakat pula. Baik organisasi masyarakat tersebut maupun struktur sosial dari suatu suku bangsa akan berlangsung hidup tidak berobah, sedangkan individu yang bergerak didalamnya sudah tentu akan berubah dan berganti. Hubunganya dengan budaya sangat berkaitan erat karena sebagian dari kebudayaan yang tercermin di dalam kehidupan masyarakat Batak yang menghargai dasar filsafatnya.

Sejarah kebudayaan dan pergolakan suku bangsa Batak, jelas sekali termasuk salah satu bagian daripada sejarah kebudayaan dan pergolakan bangsa Indonesia. Tetapi sayang dewasa ini sejarah dan kebudayaan daripada masing-masing suku bangsa Indonesia, masih banyak lagi yang belum dapat diterapkan satu sama lain, karena belum

(7)

tergali atau tersusun, diantaranya selain karena akibat politik kolonialisme Belanda dulu, juga karena akibat revolusi kemerdekaan Indonesia pada masa-masa yang lalu.

Sejarah kebudayaan dan pergolakan masing-masing suku bangsa Indonesia, memang mempunyai titik-titik perbedaan juga sesuai dengan asal usulnya, situasi dan kondisi yang dialami dan dilaluinya dalam peredaran zaman beberapa abad yang telah lampau.

Sistem sosial pada masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan berdasarkan perundang-undangan formal seperti yang telah tercantum dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar1945 dan juga masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan tentang hukum-hukum yang ada dalam agama serta adat istiadat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Batak Toba. Sistem sosial yang sesuai dengan perundang-undangan digunakan pada masyarakat Batak di desa Gorat Pallombuan, setelah Indonesia menjadi sebuah Negara yang merdeka dari penjajah pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, masyarakat Batak Toba khususnya di desa Gorat Pallombuan, berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, bahwa sosial dan budaya masih ada dan masih sampai sekarang. Manakala sistem sosial budaya dari satu masyarakat mempunyai identitas tersendiri, yang meliputi :

a. Sistem pemerintahan

b. Sistem kepercayaan dan agama c. Sistem kekerabatan

d. Sistem adat istiadat

1.2 Rumusan Masalah

Masalah merupakan suatu bentuk keterangan yang memerlukan suatu jawaban, penyelesaian atau pemecahan. Bentuk perumusan masalah biasanya berupa kalimat

(8)

pertanyaan atau kalimat yang kiatnya menarik atau mengugah perhatian. Rumusan pokok permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup topik yang diteliti.

Adapun masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Jenis-jenis hata tongka pada masyarakat Batak Toba 2. Fungsi hata tongka pada masyarakat Batak Toba

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis hata tongka pada masyarakat Batak Toba 2. Untuk mengetahui fungsi hata tongka pada masyarakat Batak Toba

1.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah informasi kepada pembaca tentang salah satu sastra

sebagian lisan yang terdapat di Samosir

2. Sebagai alternatife dalam menyampaikan ajaran-ajaran moral yang sekarang ini sudah semakin menipis

3. Mengetahui adanya hata tongka (takhyul) di Samosir

4. Untuk menambah wawasan, khususnya mengenai kebudayaan pada masyarakat Batak Toba di Samosir.

(9)

5. Mengajak segenap lapisan masyarakat Batak Toba untuk tetap sadar bahwa suatu saat sastra daerah itu akan punah jika tidak ada kesadaran untuk melestarikanya.

6. Bagi generasi muda khususnya suku Batak Toba, penelitian ini untuk menggungah hati mereka dalam pengenalan kembali tentang hata

tongka sebagai suatu kebudayaan.

7. Bagi masyarakat awam (masyarakat yang kurang/tidak mengetahui adat suku batak Toba) dengan adanya penelitian ini maka akan tertarik untuk mengenal hata tongka pada masyarakat Batak Toba lebih dalam.

1.5

Anggapan Dasar

Anggapan Dasar ini merupakan titik tolak pemikiran untuk penyelidikan tertentu yang sebenarnya dapat diterima tanpa perlu dibuktikan lagi ( Anwarsyah, 1993). Anggapan dasar atau asumsi merupakan pokok pikiran yang menjadi landasan atau yang dijadikan titik tolak dalam mendekati masalah.

Landasan ini perlu ditegakkan agar mempunyai dasar yang pokok untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang diinginkan bagi masyarakat maupun suku-suku lain.

Salah satu pelaksanaan atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menggunakan hata tongka (kata larangan) khususnya masyarakat Samosir.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya banyak faktor ini, mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka peneliti hanya memilih empat faktor yaitu religiusitas, lokasi, produk dan

Skema proses ekstraksi dan dehidrasi osmosis simultan ini diharapkan dapat memberikan sedikitnya lima keuntungan, yaitu (i) enzim gaultherase mengalami unfolding,

Baik untuk verifikasi atau validasi model, kita harus membangun sekumpulan kriteria untuk menilai apakah diagram alur model dan logika internal adalah benar dan apakah model

Dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi statistik non parameterik yaitu Korelasi Spearman untuk mengetahui apakah

Mata diklat ini diberikan dalam rangka agar para peserta mampu: Mengikuti pelajaran ini, peserta kompeten dalam mengkaji ulang fasilitasi/ pendampingan yang meliputi kegiatan:

Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Sehingga untuk mendapatkan pilihan alternatif unsur Satrol Lantamal I yang terbaik, Penulis akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Pemilihan Unsur Satrol Lantamal I

Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 7 maka leverage, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan berpengaruh signifikan terhadap cash holding secara simultan pada