5 BAB II
HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI
2.1 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Permukiman
Desa Sibetan memiliki jalan provinsi yang menghubungkan Desa Sibetan dengan pusat kota Amlapura. Kondisi jalan provinsi tersebut masih tergolong baik karena mengalami perbaikan pada tahun 2015. Untuk jalan-jalan desa, sebagian besar tergolong baik, namun untuk jalan yang menuju permukiman terpencil, sebagian besar masih rusak dan sangat berbahaya untuk dilalui mengingat wilayah Desa Sibetan yang berada di dataran tinggi dengan kontur perbukitan membuat sebagian jalan desa bermotif tikungan yang terjal. Sektor ekonomi di Desa Sibetan dapat dikatakan sudah baik karena memiliki tiga pasar sebagai pusat perputaran uang, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan juga Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Pemanfaatan lahan di Desa Sibetan juga mendorong kualitas sektor ekonomi dengan adanya perkebun salak, sehingga banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Sarana dan prasarana air minum diakses dengan cukup baik, karena terdapat beberapa sumber mata air yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Sibetan. PAM Desa juga mengalir hampir ke semua rumah warga, namun ada juga yang belum mendapatkan akses PAM Desa. Masalah lain dari PAM Desa ini juga terdapat pada sistem aliran air yang hidup hampir hanya setiap pagi hari dan sore hari saja, yang berarti masyarakat harus menampung air tersebut jika ingin menggunakannya untuk satu hari penuh. Sanitasi dan bangunan rumah di Desa Sibetan sebagian besar masih layak huni dan memiliki jamban, walaupun masih ada juga yang belum memiliki jamban dan kurang layak huni.
Data-data infrastruktur permukiman untuk Desa Sibetan selengkapnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Sarana dan Prasarana Kawasan Permukiman
Uraian Jumlah Unit Kondisi
Dasar
1. Jalan provinsi 1 Jalur Baik
2. Jalan kabupaten 1 Jalur Baik
3. Jalan desa/kampung
24 Jalur Kurang Baik
4. Jembatan 2 Buah Baik
5. Tambatan perahu (untuk desa nelayan)
6 Ekonomi dan Wisata 6. Pasar desa/kelurahan 3 Unit Baik 7. Pos pemasaran industri rumah tangga 3 Unit Baik
8. Tempat Rekreasi 1 Unit Baik
Sumber: Hasil Observasi Agustus 2016
Sanitasi berbasis masyarakat
Uraian Jml Unit Fungsi Pengguna (KK) Iuran (ada/tdk) Kelompok Pengelola SPAL Perpipaan Komunal SPAL Komunal Bantuan APBN/Pusat - - - - Sanimas - - - - SLBM - - - - USRI - - - - SPAL Komunal
Bantuan sumber lain - - - -
MCK (SPAN non
perpipaan)
SPAL Komunal
Bantuan sumber lain - - - -
SPAL Komunal
Bantuan sumber lain - - - -
Pengelolaan Sampah
Tempat pembuangan
sampah sementara 1 Bak Baik
Seluruh
KK -
DKP Karangasem Sumber: Hasil Observasi dan Wawancara Agustus 2016
Akses Masyarakat Terhadap Sanitasi
Jumlah Rumah Jumlah Rumah Yang Memiliki Jamban Pribadi Perkiraan Jumlah KK yang BAB Sembarangan Banjar Triwangsa 115 55 Banjar Tengah 213 162 Banjar Telugtug 237 3 Banjar Telaga 248 4 Banjar Pengawan 177 200
7 Banjar Kreteg 190 8 Banjar Brahmana 41 8 Banjar Kutabali 123 44 Banjar Dukuh 86 69 Banjar Karanganyar 193 51 Total 1793 379
Sumber: Kelian Banjar Dinas Desa Sibetan
Bangunan Rumah
Nama Dusun Jumlah Yang dilengkapi IMB Jumlah Rumah Tidak Layak Huni Jumlah Rumah Beresiko Terhadap Bencana Banjar Triwangsa Banjar Tengah Banjar Telugtug Banjar Telaga Banjar Pengawan Banjar Kreteg Banjar Brahmana Banjar Kutabali Banjar Dukuh Banjar Karanganyar Total Sumber: -
Bangunan Sarana Sosial/Ibadah
Nama Bangunan Jumlah Yang dilengkapi IMB
Jumlah Bangunan Sosial Yang Beresiko Terhadap
Bencana Masjid - - - Moshula - - - Gereja - - - Pura 3 - - Vihara - - - Rumah Adat - - - Total 3 - -
8 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan Jumlah Lokasi
Puskesmas 1 Br. Karanganyar
Puskesmas pembantu 1 Br. Tengah
Pos Bersalin 1 Br. Karanganyar
Posyandu 10 Setiap Banjar
Praktek Dokter Umum 1 Br. Telaga
Sumber: Hasil Observasi Agustus 2016
Fasilitas Pendidikan
Nama Sekolah
Jumlah Siswa Jumlah Sarana Sanitasi
Laki-laki Perempuan Jumlah Jamban
Tempat Cuci Tangan Tempat Sampah SD Negeri 1 Sibetan 82 90 172 5 1 12 SD Negeri 2 Sibetan 68 59 127 4 4 6 SD Negeri 3 Sibetan 91 90 181 6 6 7 SD Negeri 4 Sibetan 30 33 63 6 5 2 SD Negeri 5 Sibetan 48 41 89 4 9 6 SD Negeri 6 Sibetan 34 23 57 4 4 15 SD Negeri 7 Sibetan 30 32 62 2 - 16
Sumber: Observasi, Wawancara, dan Data Administrasi Sekolah Agustus 2016
2.2 Permasalahan Infrastruktur Permukiman Permahasalah Umum
Desa Sibetan merupakan daerah penghasil buah salak terbesar di Bali. Wilayah desanya didominasi oleh persawahan dan perkebunan khususnya kebun salak, sebagian masyarakatnya mendapatkan peghasilan dari hasil perkebunan, dimulai dari pemilik kebun ataupun buruhnya. Sebagai desa yang mempunyai banyak kebun sudah sewajarnya akan menghasilkan banyak sampah organik yang seharusnya bisa diolah namun sayangnya masyarakat Sibetan belum bisa merealisasikannya karena kendala pengetahuan dan peralatan.
9 Masyarakat Sibetan mayoritas bersekolah sampai tingkat SMA sehingga membutuhkan pelatihan khusus untuk merealisasikan pengelolaan sampah organik. Selain sampah organik yang menjadi permasalahan kebersihan lingkungan desa, ada sampah anorganik yang banyak berserakan di sekitaran masyarakat misalnya di pemandian umum, pasar, pinggir jalan, dll. Beberapa sampah anorganik ini seharusnya bisa menambah penghasilan warga dengan cara menukarkannya di bank sampah namun pada kenyataannya warga belum memanfaatkan dengan baik potensi tersebut. Selain akan menambah penghasilan, pengolahan sampah organik dan anorganik akan mengurangi pencemaran alam.
Selain permasalahan banyaknya sampah yang berserakan, tingkat pendidikan dan tingkat perekonomian warga rupanya mempengaruhi perilakunya dalam menjaga kebersihan. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, masyarakat Sibetan masih membuang sampah di sungai, pekarangan rumah, saluran air dll, padahal DKP telah menyediakan sebuah tempat sampah yang nantinya akan diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir. Namun masyarakat sibetan belum memanfaatkan dengan baik fasilitas yang disediakan karena kendala jarak tempat sampah tersebut dengan permukiman warga yang cukup jauh.
Setelah dilakukan survey di Desa Sibetan ternyata banyak ditemukan tempat sampah pribadi yang dibangun di atas tanah milik pribadi. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah yang tersebar di lingkungan warga. Jika dilihat sekilas, sampah-sampah tersebut sangat mengganggu pemandangan dan dapat menambah potensi terjadinya penyakit misalnya Deman Berdarah. Untuk itu diperlukan kesadaran dari masyarakat agar dapat memilah dan mengolah sampah dengan baik sehingga tingkat kesehatan di Desa Sibetan juga dapat diperbaiki dan ditigkatkan. Desa Sibetan masih banyak memiliki lahan kosong yang seharusnya bisa dibangun sebuah Tempat Pembuangan Sementara yang nantinya masyarakat Sibetan dapat bergotong royong serta bahu-menbahu dalam pembanguanan, pengangkutan, dan pengelolaannya. Karena, jika warga hanya mengandalkan fasilitas yang disediakan pemerintah saja tidak akan ada perubahan sampai kapan pun. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan kerja sama masyarakat sibetan dalam menjaga kebersihan sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakatnya.
Permasalahan Air Minum
Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, jika tidak ada air maka mustahil manusia bisa melanjutkan kehidupan. Selain digunakan untuk kebersihan, air sangat penting untuk memenuhi kebutuhan perut umat manusia. Tentunya air yang diharapkan
10 adalah air yang bersih dan sehat. Berdasarkan survey dan wawancara dengan masyarakat sibetan, Desa Sibetan memiliki banyak mata air yang masih sangat deras mengeluarkan air bersih bahkan ditemukan banyak air yang terbuang karna pipa-pipa air tidak ditutup. Warga yang membutuhkan air dapat mengambil langsung dari mata airnya. Kendalanya adalah tidak semua warga tinggal di dekat mata air sehinga ada beberapa perumahan yang tidak dapat mengakses air tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, aparat desa telah mengupayakan adanya pipa-pipa yang dapat mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun tidak semua rumah warga terjangkau oleh pipa-pipa tersebut selain itu, ukuran pipa yang relative kecil mengakibatkan aliran air sering mengalami kemacetan sehingga seringkali masyarakat kewalahan dalam menjalankan aktifitasnya.
Dilihat dari permasalahan tersebut seharusnya bisa dipecahkan dengan cara membangun sebuah pompa besar yang mampu mengalirkan air dari mata air terdekat ke permukiman warga. Namun hal ini akan membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merealisasikannya.
Masalah Faktor Penyebab
Aspek Teknis Keterbatasan jumlah pipa sehingga beberapa permukiman tidak mendapatkan pasokan air bersih
Pipa terlalu kecil sehingga aliran air sering mengalami kemacetan
Kendala jarak
permukiman warga dengan mata air sehingga pipa-pipa yang ada tidak dapat menjangkau perumahan warga.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara, masalah tersebut disebabkan oleh keterbatasan fasilitas yang disediakan pemerintah dan minimnya kesadaran
masyarakat dalam
bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan pribadi masing-masing. Selain itu, keterbatasan lainnya dapat dilihat dari faktor sumber mata air dan kondisi pemukiman yang berada di dataran tinggi. Aspek Sosial Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam gotong royong untuk memenuhi kebutuhan pribadi
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam merawat dan menjaga kebersihan fasilitas
Berdasarkan pengamatan,
masalah tersebut
disebabkan oleh kurangnya ajakan dan himbauan aktif dari tokoh masyarakat untuk bersama-sama dalam menjaga fasilitas umum.
11 pemerintah khusunya
pipa-pipa air sehingga
beberapa pipa tersumbat. Aspek Kelembagaan - - Aspek Keuangan - - Aspek Lingkungan - - Permasalahan Sanitasi
Masalah Faktor Penyebab
Aspek Teknis Beberapa jamban milik warga belum memenuhi standar karena masih banyak terdapat lubang terbuka di jamban-jamban pribadi yang seharusnya tertutup. Beberapa warga masih
Buang Air Besar di sungai karena merasa tidak urgent memiliki
jamban dan
mengandalkan pemandian umum.
Berdasarkan survey dan wawancara dengan warga sibetan, masalah tersebut disebabkan oleh tingkat perekonmian warga yang masih terbatas sehingga pendapatan warga tidak
mencukupi untuk
memperbaiki jamban pribadi. Sedangkan bebarapa kepala keluarga yang belum memiliki jamban beranggapan bahwa BAB hanya perlu di sungai atau pekarangan rumah karena merasa tidak urgent memilikinya. Aspek Sosial Kurangnya kesadaran
warga dalam menjaga kebersihan sehingga masih banyak warga yang BAB disembarang tempat seperti sungai dan pekarangan rumah. Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam merawat dan menjaga jamban pribadi sehingga
tidak terlalu mementingkan perbaikan jamban. Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan anorganik sehingga banyak
Sosialisasi antar masyarakat utuk berbagi informasi tentang kebersihan dan kesehatan masih sangat minim. Selain itu, keterbatasan
pendidikan serta
perekonimian menjadi kendala dalam pengelolaan sampah secara langsung.
12 sampah yang berserakan. Aspek Kelembagaan Kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mengelola sampah organik dan anorganik sehingga banyak sampah yang berserakan.
Masalah tersebut
disebabkan oleh kurangnya penyuluhan secara aktif dari dinas terkait dan dari tokoh masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sehingga warga minim informasi dalam hal demikian.
Aspek Keuangan
Perekonomin warga yang terbatas menjadi
kendala dalam
pembanguan jamban pribadi misalnya warga yang hanya berprofesi sebagai buruh lepas dan tidak mempunyai pendapatan tetap.
Kurangnya lapangan pekerjaan tetap bagi warga yang berpendidikan rendah
sehingga sulit
mendapatkan pendapatan yang tetap.
Aspek Lingkungan
Air sungai yang
digunakan oleh
beberapa warga untuk mencuci pakaian menjadi tercemar oleh kotoran manusia dan sampah-sampah yang berada di saluran air
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga alam sehingga masih banyak sampah dan kotoran yang terdapat di saluran air jernih.
Permasalahan Penataan Kawasan Permukiman
Infrastruktur dasar di Desa Sibetan masih mengalami kendala di beberapa sektor. Sektor yang utama adalah pada kondisi pengelolaan sampah yang masih belum ditangani dengan baik. Sampah menjadi sektor yang utama karena kesehatan masyarakat dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal masyarakat. Kesehatan merupakan pondasi untuk menggerakan aktivitas masyarakat sehari-hari, semakin bagus tingkat kesehatan masyarakat, maka akan membuat desa juga semakin maju dan produktif.
Kurangnya fasilitas penampungan sampah (TPS) dan kurang baiknya sistem pengelolaan sampah menjadi faktor utama dalam penanganan sampah di Desa Sibetan. Selain kedua masalah tersebut, kesadaran masyarakat dalam menghadapi masalah sampah merupakan poin penting dan sangat mendasar. Menjawab permasalahan tersebut, dibutuhkan koordinasi masyarakat, pemerintahan desa dan kabupaten untuk bersama-sama
13 menyelesaikan masalah sampah ini. Hal yang paling utama yang harus segera dilakukan adalah penambahan titik pengangkutan sampah di Desa Sibetan atau setidaknya dibuatkan bak-bak sampah di beberapa titik yang dapat diangkut ke pusat pengangkutan oleh DKP Karangasem.
Sektor lain yang juga menjadi masalah adalah beberapa akses jalan desa yang masih kurang baik untuk dilalui, sehingga transportasi masih agak sulit untuk masuk ke pelosok-pelosok desa. Mengenai permasalahan ini, diharapkan adanya perbaikan jalan sehingga transportasi ke daerah pelosok desa dapat dilalui dengan baik, apalagi Desa Sibetan dikenal karena perkebunan salaknya memperoleh manfaat untuk mendistribusikan hasil panen dari para petani salak.
2.3 Peluang dan Potensi
Desa Sibetan memiliki luas wilayah 11,25 km2 dan didominasi oleh lahan perkebunan yang hijau. Dari lahan tersbut seharusnya bisa menyediakan beberapa hektar tanah dipinggir jalan untuk dibangun tempat pembuangan sampah sementara sehingga masalah pembuangan sampah sembarangan dapat dikurangi. Selain itu, dari tanah yang luas dan mata air yang berlimpah juga dapat dibangun WC umum untuk mengatasi masalah BAB sembarangan guna mewujudkan Indonesia bersih dan sehat. Namun, jika dikaitkan dengan pembangunan dan tanah pasti berhubungan erat dengan pendanaan dan lahan. Jika masyarakat hanya mengandalkan dana dari pemerintah dan tidak mau melepaskan tanah untuk pembangunan infrastruktur, maka akan mengalami banyak kesulitan dalam pembangunan tersebut. Untuk itu diperlukan kekompakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan utama. Kekompakan tersebut bisa dimulai dari masing-masing banjar untuk membangun Desa Sibetan yang bersih dan sehat.
Potensi yang dimiliki oleh Desa Sibetan seperti perkebunan salak dapat dimanfaatkan sebagai agrowisata oleh beberapa pihak desa guna mendukung pembangunan sanitasi desa dan pengelolaan sampah desa. Oleh karena itu dibutuhkan juga pembangunan jalan-jalan kecil dan beberapa ruang di kebun salak untuk memberi kenyamanan dan kemudahan bagi para wisatawan. Pembangunan jalan-jalan ini juga diharapkan dapat selaras dengan kebutuhan masyarakat Desa Sibetan.