• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN

PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER Dadang Kusbiantoro

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Toilet training merupakan usaha melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil maupun besar yang berlangsung pada anak umur 18-24 bulan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan pemakaian disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan jumlah sampel yang diambil 54 responden di Playgroup Aisyiah 02 Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Sampel diambil dengan teknik Simple random sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner, kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (74,1%) anak tidak memakai disposible diaper, hampir sebagian (42,6%) anak berhasil melakukan toilet training. Melalui uji Chi-square didapatkan p= 0,003 dimana p≤0,05. Artinya terdapat hubungan pemakain disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun.Melihat hasil penelitian ini maka perlu pendidikan kesehatan pada orang tua maupun guru playgroup tentang teknik toilet training yang baik dan benar untuk meminimalkan ketidakberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun.

Kata kunci : Disposible Diaper, Keberhasilan Toilet Training ABSTACT

Toilet training is efforts to train children to be were able to control urination or big ones took place padwith children age 18-24 months. The purpose of this research was to analyze the relationship of discharging disposible diaper with the success of toilet training in children age 3-4 years. Design research is the correlation with Cross Sectionalapproach. With the number of samples taken 54 respondents in Playgroup Aisyiah 02 Blimbing subdistrict Paciran Lamongan. Samples taken with the technique of Simple random sampling. Data collected using questionnaires, then tabulated and analyzed by tests of Chi-square. The results showed a large majority (74,1%) of children do not use disposible diaper, most (42.6%) of children make toilet training. The Chi-square obtained p= 0.003 where p ≤ 0.05. It means there is a relationship between disposible diaper with the success of toilet training in children age 3-4 years.See the results of this research it is necessary health education on parents and teachers about playgroup toilet training technique that is good and right to minimize the failure of toilet training in children age 3-4 years.

Keywords: Disposible Diaper, the success of Toilet Training PENDAHULUAN

Anak mempunyai berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tahap tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktifitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2005).

Salah satu tugas yang besar pada usia toddler adalah toilet training atau pendidikan menjadi ceria/ bersih (Nursalam, 2005). Toilet training pada anak merupakan cara untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18-24 bulan.

Dalam melakukan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual. Latihan BAB atau BAK membutuhkan kematangan otot pada daerah pembuangan kotoran

(anus dan saluran kemih). Anak harus dilatih menguasai otot alat pembuangan pada waktu BAB dan BAK. Anak harus mampu mengenali dorongan untuk melepaskan atau menahan dan mampu mengkomunikasikan. Melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau buang air kecil secara mandiri (Hidayat, A. Aziz, Alimul, 2005).

Tidak sedikit orang tua yang berpikiran bahwa dengan memakaikan disposible diaper pada anaknya merupakan suatu solusi. Disposible diaper dapat memberikan kemudahan bagi orang tua yang memiliki anak bayi dan balita ketika buang air kecil dan buang air besar tetapi membuat anak malas untuk pergi ke kamar mandi saat ingin buang air kecil. Hal ini akan menjadi masalah ketika anak sudah mulai tumbuh besar namun masih tetap dan tidak bisa berhenti menggunakan atau ketergantungan terhadap disposible diaper, maka dalam hal ini dibutuhkan pelatihan yang memerlukan keteguhan dan kesabaran agar anak tidak terbiasa dengan disposible diaper dan terbiasa untuk selalu mengontrol emosinya bila akan buang air. Inilah peran aktif orang tua diperlukan (Henny, 2010).

(2)

Berdasarkan survei yang pernah dilakukan di Indonesia, pada usia 5 tahun, kurang lebih 20% dari anak anak akan ngompol sekali dalam sebulan. Dari jumlah itu, 5% dari anak laki laki dan 1% dari anak perempuan akan ngompol pada malam hari. Memasuki usia 6 tahun, prosentase anak yang ngompol akan berkurang menjadi 10% dan sebagian besar adalah anak laki laki (Jumeisetyo, 2008).

Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa 50% dari anak usia 3 tahun masih mengompol. Sedangkan sekitar 30% anak berusia 4 tahun, 10% anak berusia 6 tahun, 3% anak berusia 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun (Subagyo, 2008).

Berdasarkan survei pendahuluan pada bulan November 2012 di Playgroup Aisyiah 02 desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan didapatkan data bahwa dari 20 anak, terdapat 3 (15%) anak masih mengompol baik pada siang maupun malam hari, 8 (40%) anak masih mengompol hanya pada malam hari dan 9 (45%) anak dapat buang air kecil dan buang air besar di toilet.

Kemampuan anak dalam melakukan toilet training dapat diamati melalui kesiapan anak dan orang tua. Kesiapan fisik dapat ditunjukkan dengan anak mampu duduk dan berdiri sehingga memudahkan untuk dilatih buang air kecil atau besar di toilet. Kesiapan psikologis dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar anak mampu mengontrol dan konsentrasi terhadap rangsangan buang air kecil atau besar. Persiapan intelektual pada anak juga membantu dalam proses buang air besar atau kecil.

Selain itu, pemakaian disposible diaper yang dapat membuat anak akan merasa nyaman perlu dihindarkan agar anak dapat mengenali dan mengontrol BAK dan BAB secara dini. Melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan toilet training, apabila anak tidak diajarkan toilet training sejak dini dapat berakibat pada perkembangan psikoseksualnya sehingga anak mengalami keterlambatan pada perkembangan berikutnya, selain itu anak akan susah mengubah pola yang telah menjadi perilaku dan anak tidak dapat mandiri serta anak tidak dapat berlatih hidup bersih. Jika anak tidak berhasil melakukan toilet training maka anak akan mengompol, buang air besar atau kecil disembarang tempat, dan anak menangis pada saat buang air besar atau kecil.

Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan orang tua tentang toilet training dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang anak khususnya tentang teknik toilet training yang baik dan benar. Beberapa teknik tolilet training yang bisa diajarkan antara lain melalui teknik modeling gambar atau video. Orang tua diharapkan membantu anak duduk atau jongkok diatas closed, memakaikan pakaian yang mudah dilepas. Bisa juga dengan menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi dikamar mandi dan tidak memarahinya bila

pengeluaran eliminasi tidak pada tepatnya. Orang tua perlu meningkatkan bimbingan dan pengarahan yang benar sehingga dapat melakukuan toilet training sesuai dengan apa yang diharapkan. Keberhasilan dari toilet training adalah sabar dan disiplin. Apabila orang tua sabar di dalam mendisiplinkan seorang anak di dalam melakukan BAK di kamar mandi, maka anak akan terlatih untuk dapat BAK di kamar mandi dan tidak di tempat tidur atau di diaper.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional (Hidayat, A. Azis Alimul, 2010). Jumlah sampel sebanyak 54 responden yaitu sebagian orang tua yang mempunyai anak di playgroup Aisyiyah 02 Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, setelah ditabulasi data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square.

HASIL PENELITIAN 1) Data Umum

(1) Distribusi Jenis Kelamin Anak

Gambar 1 Distribusi Jenis Kelamin Anak di Playgroup Aisyiyah 02.

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (63%) anak berjenis kelamin perempuan.

(2) Distribusi Umur Anak:

Gambar 2 Distribusi Umur Anak di Playgroup Aisyiyah 02.

Berdasarkan digram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (69%) anak berumur > 3 tahun.

(3)

ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto (3) Distribusi Usia Orang Tua

Gambar 3 Distribusi Usia Orang Tua di Playgroup Aisyiyah

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (65%) orang tua berusia 20 – 35 th. dan sebagian kecil (4%) orang tua berusia < 20 tahun.

(4) Distribusi Pendidikan

Gambar 4 Distribusi Pendidikan Orang Tua di Playgroup Aisyiyah 02.

`Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (59%) orang tua berpendidikan SMA/sederajat dan sebagian kecil (4%) orang tua berpendidikan SD.

(5) Distribusi Pekerjaan

Gambar 5 : Distribusi Pekerjaan Orang Tua di Playgroup Aisyiyah 02

Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (53%) pekerjaan orang tua adalah sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (2%) pekerjaan orang tua sebagai petani.

2) Data Khusus

(1) Pemakaian Disposible Diaper

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemakaian Disposible Diaper di Playgroup Aisyiyah 02 No Pemakaian Disposible Diaper Frekuensi % 1 Tidak Memakai 40 74,1 2 Memakai 14 25,9 Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (74,1%) anak sudah tidak memakai disposible diaper.

(2) Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia 3-4 Tahun

Tabel 2 Distribusi frekuensi keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di Playgroup Aisyiyah 02

No Keberhasilan

Toilet Training Frekuensi %

1 Belum berhasil 12 22,2

2 Cukup Berhasil 19 35,2

3 Berhasil 23 42,6

Jumlah 54 100

Berdasarkan tabel 2 didapatkan hampir sebagian (42,6%) anak sudah berhasildalam melakukan toilet training dan sebagian kecil (22,2%) belum berhasil dalam melakukan toilet training.

(3) Hubungan Pemakaian Disposible Dipaer Dengan Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia 3-4 Tahun di Playgroup Aisyiyah 02 Tabel 3: Tabel silang pemakaian disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di Playgroup Aisyiyah 02

Pemakaian Disposible Diaper

Belum

berhasil Cukup Berhasil Berhasil Jumlah Tidak memakai 6 15% 12 30% 22 55% 40 100% Memakai 6 42,86% 7 50% 1 7,14% 14 100% Jumlah 12 22,2% 19 35,2% 23 42,6% 54 100%

(4)

Dari hasil tabel silang pada tabel 3 diketahui bahwa dari 40 anak yang tidak memakai disposible diaper sebagian besar anak sudah berhasil dalam toilet training yaitu sebanyak 22 anak (55%), sedangkan dari 14 anak yang memakai disposile diaper sebagian anak sebanyak 7 anak (50%) yang cukup berhasil dalam toilet training.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan SPSS for windows versi 16,0 dan menggunakan uji Chi-square dengan hasil p = 0,003 dimana p≤0,05 artinya terdapat hubungan antara pemakaian disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun.

PEMBAHASAN

1). Pemakaian Disposible Diaper

Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir sebagian anak masih memakai disposible diaper yaitu sebanyak 14 anak (25,9%) dan sebagian besar responden sebanyak 40 anak (74,1%) anak sudah tidak memakai disposible diaper. Fakta tersebut disebabkan sebagian besar orang tua berpendidikan SMA/sederajat, sebagaimana dalam diagram pendidikan orang tua bahwa sebagian besar responden sebanyak 32 orang (59%) berpendidikan SMA/ Sederajat. Semakin tinggi pendidikan maka pengetahuan, keterampilan dan peran positif akan meningkat pula, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga berpengaruh dalam pemberian informasi yang diberikan oleh seseorang begitu pula pemberian informasi pada orang tua. Orang tua yang pendidikan dan pengetahuannya rendah kemungkinan wawasan yang dimiliki sedikit sehingga orang tua tersebut tidak mengetahui dampak dari memakaikan disposible diaper secara terus-menerus pada anaknya terhadap keberhasilan toilet training dan berpikiran bahwa dengan memakaikan disposible diaper akan dengan mempermudah pekerjaannya dalam merawat anak

Menurut Henny (2010), dengan alasan kepraktisan, ibu-ibu memakaikan anaknya disposible diaper terutama pada malam hari dan ketika bepergian, sehingga popok termasuk kebutuhan utama bayi. Minimal, ibu tidak perlu mencuci atau mengganti popok kain setiap kali anak buang air kecil dan buang air besar. Disposible diaper memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari disposible diaper yaitu lebih praktis dan mudah dibawa bepergian dan lebih dipilih di berbagai tempat penitipan anak (Paula, Kelly, 2009).

Menurut Notoatmodjo, Soekidjo (2007), menyatakan bahwa tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan pengetahuan menimbulkan sikap positif serta memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang dengan generasi penerus yang cerdas. Pendidikan itu sendiri adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu

cita-cita tertentu, sehingga adanya pendidikan yang tinggi diharapkan akan membentuk sikap yang positif dan akan menimbulkan peran yang baik pula, dalam hal ini ditunjukkan untuk menggugah kesadaran atau meningkatkan peran orang tua.

2). Keberhasilan Toilet Training

Dari hasil penelitian di Playgroup Aisyiyah 02 menunjukkan bahwa sebagian kecil (22,2%) belum berhasil dalam melakukan toilet training. Hampir sebagian (35,2%) anak cukup berhasil dalam melakukan toilet training. Dan hampir ebagian (42,6%) anak sudah berhasil melakukan toilet training.

Hal ini disebabkan umur anak yang sebagian besar berumur >3 tahun sebagaimana diagram umur anak bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 37 anak (69%) berumur > 3 tahun, hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi kesiapan fisik anak, pada usia tersebut seharusnya anak sudah dapat melakukan toilet training secara mandiri, sehingga anak tidak buang air besar atau kecil di sembarang tempat, selain itu kemampuan motorik kasar (seperti duduk, berjalan) dan kemampuan motorik halus (seperti membuka baju) sudah berkembang dan pada usia ini anak sudah dapat duduk atau jongkok selama 5-10 menit sehingga anak tidak rewel jika buang air besar atau buang air kecil (Whaley&Wong’s, 1994).

Kesiapan fisik pada anak dapat ditandai dengan usia anak telah mencapai 18-24 bulan, anak dapat duduk atau jongkok kurang lebih 5-10 menit, anak bisa tetap kering selama lebih 2 jam pada siang hari atau ketika bangun tidur siang, terdapat gerakan usus yang reguler, perkembangan kemampuan motorik kasar (seperti duduk, berjalan) dan perkembangan kemampuan motorik halus (seperti membuka baju). Sejalan dengan anak mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi (Wong, Donna L. 2008).

Menurut Hidayat, A. Aziz Alimul (2005), kemampuan motorik ini harus mendapat perhatian karena lancar dan tidaknya kemampuan buang air dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan buang air besar mampu dan siap untuk melaksanakannya.

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mengntrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, Yupi, 2004).

Faktor sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap keberhasilan toilet training. Faktor sosial ekonomi yang mengharuskan anak untuk berada pada satu lingkungan yang kurang idealseperti keadaan perumhan yang buruk dan sempit, dan fasilitas toilet yang minim. Keadaan tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan toilet training (Ma’ruf, 2007).

(5)

ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto anak secara dini tentang toilet training memang bagus

tetapi jika masih belum berhasil tidak ada salahnya anak diajarkan lagi pada usia 1 tahun karena pada usia 1 tahun anak mengalami fase anal dan fase inilah saat yang tepat untuk anak diajarkan toilet training. Hal ini penting bagi orang tua dan harus diketahui agar toilet training bisa berhasil (Rahmi, 2008).

Stres dalam keluarga, keadaan stres di rumah bisa membuat proses ini menjadi sulit. Kadang sangat bijaksana untuk menunda toilet training dalamsituasi berikut ini: Keluarga baru pindah aatau berencana akan pindah dalamwaktu dekat, sedang menantikan kelahiran bayi atau baru mendapatkan seorang bayi, adapenyakit berat, kematian atau seseorang dalam keluarga sedang mengalami krisis (Luchan, 2008).

Beberapa tahapan dalam toilet training yaitu : 1) Gunakan istilah yang mudah dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku BAK dan BAB; 2) Memperlihatkan penggunaan toilet pda anak; 3) Memberikan kenyamanan pada anak dengan segera mengganti popok yang selalu basah atau kotor; 4) Meminta pada anak untuk memberitahukan atau mnunjukkan bahasa tubuhnya apabila ingin BAB atau BAK; 5) Mendiskusikan tentang toilet training pada anak; 6)Menunjukkan dan membiasakan anak menggunakan toilet; 7) Memberi pispot sesuai dengan kenyamanan anak; 8) Memberi pujian untuk anak (Pambudi, 2005).

3). Hubungan Pemakaian Disposible Diaper Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Playgroup Aisyiyah 02.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ditemukan 23 anak (42,6%) yang sudah berhasil dalam toilet training. Hasil uji analisis dengan menggunakan SPSS for windows versi 16,00 dan diuji dengan uji Chi-square, dengan nilai p = 0,003 berarti p≤0,05, artinya ada hubungan antara pemakaian disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun di Playgroup Aisyiyah 02 desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan toilet training, yaitu faktor internal meliputi kesiapan anak dan kesiapan orang tua, dan dari faktor eksternal meliputi dukungan orang tua, pengetahuan orang tua, sosial ekonomi, urutan dalam keluarga dan stress dalam keluarga dan dalam kesiapan psikologis anak dapat dipengaruhi oleh pemakaian disposible diaper.

Pemakaian disposible diaper akan mempermudah orang tua dalam merawat anaknya terutama ketika bayi atau balita. Akan tetapi jika digunakan secara terus-menerus dapat menyebabkan anak terbiasa memakai disposible diaper, sehingga dapat mengganggu kesiapan psikologis anak ketika melatih anak toilet training. Jika hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus sampai anak dewasa maka dapat membuat anak malas ke kamar mandi jika ingin buang air kecil atau buang air besar.

Disposible diaper dapat memberikan kemudahan bagi orang tua yang memiliki anak bayi dan balita ketika buang air kecil dan buang air besar tetapi membuat anak malas untuk pergi ke kamar mandi saat ingin buang air kecil (BAK). Hal ini akan menjadi masalah ketika anak sudah mulai tumbuh besar namun masih tetap dan tidak bisa berhenti menggunakan atau ketergantungan terhadap disposible diaper, maka dalam hal ini dibutuhkan pelatihan yang memerlukan keteguhan dan kesabaran agar anak tidak terbiasa dengan disposible diaper dan terbiasa untuk selalu mengontrol emosinya bila akan buang air. Inilah peran aktif orang tua diperlukan (Henny, 2010).

KESIMPULAN DAN SARAN 1). Kesimpulan

1. Sebagian besar anak usia 3-4 tahun di Playgroup Aisyiyah 02 tidak memakai disposible diaper 2. Hampir sebagian anak usia 3-4 tahun

di Playgroup Aisyiyah 02 berhasil dalam melakukan toilet training

3. Terdapat hubungan pemakaian disposible diaper dengan keberhasilan toilet training pada anak usia 3-4 tahun tahun di Playgroup Aisyiyah 02

2). Saran

1. Bagi Orang Tua

Setiap orang tua harus memperhatikan setiap aspek perkembangan anak, khususnya toilet training, sehingga dapat membimbing anak untuk melakukan toilet training dengan benar. 2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan institusi pelayanan kesehatan untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pertumbuhan perkembangan anak khususnya toilet training.

DAFTAR PUSTAKA

Henny. (2010). Diapers (Pampers) Batas Normal Usia Anak Pemakaian. http://hennyfmh.blogspot. com/2010/09/diapers-pampers-batas-normal-usia anak.html. Diakses tanggal 15 Oktober 2010 jam 19.00 WIB.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. Azis Alimul,. (2010). Riset Keperawatan

dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

(6)

Jumeisetyo. (2008). Mengatasi kebiasaan ngompol anak. http://www.untukku. com. Diakses tanggal 25 Oktober 2010 jam 20.00 WIB.

Luchan. (2008). Pedoman Toiet Training. http:// keluargasehat.wordpress.com /2008/04/02/ pedoman-toilet-training. diakses tanggal 7 Maret 2011 jam 14.00 WIB

Ma’ruf. (2007). Toilet training pada balita. http://wrm-indonesia.org. diakses tanggal 25 Oktober 2010 WIB jam 20.25 WIB

Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta : Salemba Medika

Pambudi. (2005). Ajarkan Toilet Training Sejak Dini. http://cyberwoman cbn.net.id/cbprtl/ cyberwoman.html. diakses tanggal 30 Oktober 2010 jam 20.00 WIB

Paula, Kelly. (2009). Asuhan Neonatus & Bayi. Jakarta : EGC

Rahmi, (2008). Toilet training usia dini. http://www. bunda.org.co.id. Diakses tanggal 25 Oktober 2010 jam 20.35 WIB

Subagyo. (2008). Hubungan Antara Motivasi Stimulasi Toilet Training Oleh Ibu Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Prasekolah. http:// www.suaraforikes.page.tl/V-.-I_2_i.html. Diakses tanggal 1 Oktober 2010 jam 19.00 WIB Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar

Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Whaley&Wong’s. (1994). Nursing Care Of Infant And Children. St. Louis, Missouri : Mosby

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Gambar

Gambar 1    Distribusi  Jenis  Kelamin  Anak  di  Playgroup Aisyiyah 02.
Tabel 1   Distribusi  Frekuensi  Pemakaian  Disposible Diaper di  Playgroup Aisyiyah  02  No Pemakaian  Disposible  Diaper Frekuensi % 1 Tidak Memakai 40 74,1 2 Memakai 14 25,9 Jumlah 54 100

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,peneliti ingin menguji secara lebih menyeluruh dan mendalam mengenai mekanisme good corporate

Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin, para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa

Use case packages dengan aktor Petugas Dinas adalah use case verifikasi siswa yang terdiri dari verifikasi data siswa, tolak rekomendasi siswa, lihat status data siswa,

Pada umumnya perusahaan menginginkan jasa atau barang yang ditawarkan dapat dipasarkan dengan baik dan menguntungkan, sehingga setiap perusahaan berlomba-lomba dalam

service sebagai alat bukti Elektronik dapat dikategorikan sebagai alat bukti surat dan/atau alat bukti petunjuk, Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Perbedaan antara Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1971 pada hakikatnya ada beberapa aspek krusial yang membedakan dan memperluas

SILABUS PEMBELAJARAN disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),

Pengetahuan pegawai dan petugas kesehatan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru tentang pengelolaan limbah cair tinggi, tapi pada pengaturan kondisi proses dan operasi