59 4.1 Kondisi Pra siklus
Sebelum siklus I dan II dilaksanakan, yang dilakukan oleh peneliti adalah
melakukan pre-test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV SDN
03 Candimulyo Temanggung. Dimana Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru masih mengajar cenderung menggunakan metode klasikal
yaitu ceramah pada siswa disini gurunya yang lebih aktif, sedangkan siswanya
pasif, kurang konsentrasi dan siswa menjadi bosan ini sangat berdampak pada
aktifitas belajar siswa SDN 03 Candimulyo pada mata pelajaran IPA. Ini dapat
dilihat pada nilai pre-test pada mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan energi
panas dan energi bunyi masih dibawah KKM 70.
4.1.1 Hasil Analisis Pra Siklus
Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus terhadap hasil belajara IPA siswa
kelas IV SDN 03 Candimulyo Temanggung sebelum diadakan tindakan masih
banyak siswa yang belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar ketuntasan hasil belajar
IPA siswa berjumlah 9 orang dari 22 siswa dengan nilai rata-rata 61,6.
Tabel 13
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1. Tuntas 9 41%
2. Tidak Tuntas 13 59%
Jumlah 22
Nilai Rata-rata 61,6
Nilai Tertinggi 80
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil belajar IPA siswa sangat
rendah, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu sebanyak
13 siswa dan hanya 9 siswa saja yang tuntas memenuhi KKM dengan standar nilai
70. Terlihat pula ada selisih yang cukup besar antara nilai terendah 45 dengan
nilai tertiggi 80. Rendahnya hasil belajar siswa SDN 03 Candimulyo disebabkan
guru kelas IV dalam pembelajaran kurang kreatif, dan dalam kegiatan mengajar
masih cenderung untuk menggunakan metode ceramah tanpa disertai dengan
media apapun, metode pembelajaran kurang bervariasi serta kurang melibatakan
siswa. hasil tes pada pra siklus apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar
dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.
Gambar 1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra-Siklus 4.2 Pelaksanaan Tindakan
Pada sub bab ini penulis akan membahas tetang pelaksanaan kegiatan
penelitian dari siklus I dan siklus II yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan,
observasi dan refleksi. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan kegiatan tiap siklus
yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung.
4.2.1 Pelaksanaan Siklus I
Pada kegiatan pelaksanaan siklus I ini telah dilaksanakan oleh peneliti
sebanyak tiga kali pertemuan dan yaitu pada tanggal 10, 11, dan 13 Juni, serta
setiap pertemuan diberikan alokasi waktu 2x35 menit. Dalam siklus I proses
Match dengan materi pokok energi panas dan pemanfaatannya. Hal-hal yang
disiapkan peneliti pada pelaksanaan siklus I ini adalah dengan membuat RPP,
menjelaskan kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kepada guru kelas 4, menyiapkan alat
dan bahan untuk melakukan percobaan, menyiapkan media kartu yang akan
digunakan, menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan
soal evaluasi. Setalah semua persiapan telah selesai peneliti siap untuk melakukan
kegiatan pembelajaran. Adapun penjelasan tiap pertemuan adalah sebagai berikut.
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat, 10 Juni 2016 pada jam
pelajaran Pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,
siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan pertama ini
materi yang dipelajari adalah tentang energi panas berupa pengertian energi
panas, sifat-sifat energi panas dan contoh benda-benda penghasil energi panas.
Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan mengecek presensi siswa,
mengucap salam dan dijawab siswa dengan antusias kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak akan dicapai. Pada kegiatan
awal ini guru tidak memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, sehingga
salah satu kegiatan pembelajaran belum disampaikan.
Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa akan diajak belajar
menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe Make A Match dengan materi
energi panas, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk memancing
pengetahuan siswa tentang materi energi panas yang akan dijadikan topik bahasan
pada pertemuan hari ini, yaitu sumber-sumber energi panas, sifat-sifat energi
panas, dan contoh-contoh energi panas dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu
guru menyiapkan power point dan video pembelajaran yang digunakan sebagai
media pembelajaran untuk menyampaikan materi, setelah penyampaian materi
selesai kemudian guru menyampaikan pembelajaran koperatif tipe Make A Match
akan dilakukan di kelas dan secara berkelompok. Guru membimbing siswa untuk
membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa per kelompok
pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. Suasana
kelas tiba-tiba menjadi gaduh, karena siswa berebut kartu soal dan kartu jawaban
yang akan dibagikan guru. Namun, hal tersebut segera bisa diatasi oleh guru,
ketika guru menentukan siapa yang akan memegang kartu jawaban dan kartu soal
pada tiap - tiap kelompok dan akhirnya suasana kelas kembali tenang. Setelah
masing – masing kelompok mendapat kartu jawaban dan kartu soal, guru
memberikan instruksi tentang cara bermain menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match yaitu menukar kartu soal dengan kartu jawaban
dengan materi energi panas dan pemanfaatannya dan kelompok ketiga sebagai
kelompok penilai kartu yang ditukar oleh masing-masing anggota kelompok
pertama dan kelompok kedua sudah benar. Guru juga memberikan reward bagi
siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum waktu yang ditentukan habis
dan hukuman bagi siswa yang belum mampu menjodohkan kartunya sampai batas
waktu yang ditentukan habis. Siswa yang mendapat kartu soal berdiri di sebelah
sisi kanan ruang kelas sementara untuk siswa yang mendapat kartu jawaban
berdiri di sebelah kiri ruang kelas dan untuk kelompok penilai tetap berada di
tempat duduk yang berada di tengah belakang ruang kelas, sehingga susunan
kelompok ini akan membentuk seperti huruf U. Untuk lebih memudahkan siswa
dalam menukarkan kartu soal dan jawaban guru memberikan topi dari kertas yang
bertuliskan kartu soal untuk pemegang kartu soal dan topi yang bertuliskan kartu
jawaban untuk pemegang kartu jawaban. Namun pada kegiatan ini guru masih
kurang jelas dalam memberikan instruksi tersebut sehingga ada sebagian siswa
yang tidak memperhatikan instruksi yang diberikan guru, kemudian siswa tersebut
ditegur oleh guru agar memperhatikan instruksi dari guru. Selanjutnya guru
menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan menukar kartu soal dengan kartu
jawaban tersebut.
Kegiatan selanjutnya siswa melakukan kegiatan menukar kartu seperti
yang telah disampaikan guru diawal pembelajaran, sebagian siswa penuh antusias
dalam melakukan kegiatan penukaran kartu, namun ada beberapa siswa yang
bercerita sendiri dengan temannya, ini terjadi karena guru kurang awas dalam
setiap anggota kelompok menemukan jodoh kartunya, guru memberikan instruksi
untuk kembali ke tempat masing – masing kelompok dan mempresentasikan hasil
dari kegitan bertukar kartu. Kelompok ketiga sebagai tim penilai yang
menyatakan benar tidaknya jodoh kartu soal dan jawaban, namun pada saat guru
meminta untuk malakukan presentasi ada salah satu siswa yang tidak mau
dikarenakan malu dan takut untuk menyampaikan hasil kegiatan bertukar kartu
dan siswa masih terlihat kurang percaya diri sehingga membuat presentasinya
kurang jelas, kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar berani
menyampaikan laporan hasil kegiatan bertukar kartu di depan kelas dan
memberikan motivasi kepada siswa lain agar berani untuk menyampaikan
pendapatnya. Setelah satu babak selesai ternyata masih ada 4 siswa yang belum
bisa mencocokan kartunya dengan benar, sesuai dengan ketentuan yang sudah
diinstruksikan di awal pembelajaran siswa tersebut menerima hukuman berupa
bernyanyi lagu daerah atau lagu kebangsaan di depan kelas. Agar tidak terjadi
miskonsepsi tentang energi panas dan pemanfaatannya guru meluruskan jawaban
siswa yang masih kurang tepat. Setelah satu babak selesai guru kembali
mengocok kartu agar setiap siswa dalam kelompok mendapat kartu yang berbeda,
begitu seterusnya. Kemudian setelah selesai guru mengecek dan menyimpan
kembali kartu soal dan jawaban agar dapat digunakan pada pertemuan
selanjutnya. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan
materi yang telah mereka pelajari hari ini guru membagikan lembar kerja siswa.
Setelah mendapat instruksi dari guru siswa mengerjakan lembar kerja siswa yang
telah diberikan guru. Guru berkeliling untuk memastikan siswa mengerjakannya
secara mandiri. Setelah selesai kemudian guru menginstruksikan untuk menukar
lembar kerja siswa tersebut dengan teman yang ada di sebelahnya untuk kemudian
dibahas dan dikoreksi bersama dengan bantuan guru.
Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa, namun tidak ada siswa
yang mengajukan pertanyaan kepada guru, kemudian guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa dan menyuruh siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan, setelah itu guru bersama dengan siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah mereka lakukan. Guru menutup
pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik untuk
istirahat.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2016 pada jam
pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,
siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan kedua ini
melanjutkan materi yang dipelajari kemarin yaitu tentang energi panas dan
pemanfaatannya. guru mengawali kegiatan dengan mengucap salam dan dijawab
siswa dengan antusias, kemudian guru mengajak siswa untuk bertanya jawab
mengulas kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya dan dikaitkan dengan
materi yang akan dipelajari, sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan
dari guru, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai
materi energi panas dan pemanfaatannya yang telah diajarkan dipertemuan
pertama. Sebelum masuk ke kegiatan pembelajaran guru menyampaikan
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya guru menampilkan video pembelajaran dengan
materi energi panas dan pemanfaatannya, setelah selesai guru memberikan materi
dengan bantuan media power point. Selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa
akan diajak belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match dengan materi energi panas dan pemanfaatannya dimana dalam
kegiatan tersebut siswa akan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang terdiri dari
7-8 orang per kelompok, dengan pembagian sebagai berikut: kelompok pertama
memegang kartu soal sementara kelompok kedua memegang kartu jawaban
kemudian setelah mendapat instruksi dari guru setiap anggota kelompok pertama
dan kedua saling mencari pasangan dari kartunya masing-masing. Bagi siswa
yang berhasil menemukan pasangan kartu sebelum batas waktu yang sudah
ditentukan habis maka akan mendapatkan reward begitupun sebaliknya bagi
siswa yang belum menemukan pasangan kartu sampai waktu yang ditentukan
siswa menemukan pasangan kartu, siswa mempresentasikan hasilnya di depan
kelas dan yang akan menentukan benar atau tidaknya pasangan dari kartu yang
dipresentasikan di depan kelas adalah kelompok 3 dan pada kegiatan akhir siswa
akan melakukan eksperimen mengenai perpindahan panas yaitu konduksi,
konveksi dan radiasi yang akan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah 4-5
kelompok. Setelah itu guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban serta topi
kertas yang bertuliskan kartun soal dan kartu jawaban yang digunakan untuk
mempermudah siswa ketika mencari pasangan kartunya.
Guru menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A
Match akan dilakukan di kelas dan secara berkelompok, kemudian guru
membimbing siswa untuk membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8
orang siswa dan siswapun masuk ke dalam kelompok masing-masing dengan
tertib. Setelah semua siswa berkelompok, guru membagikan kartu soal dan kartu
jawaban serta topi kertas, siswa terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan pada
pertemuan hari ini. Setelah semua kelompok mendapatkan kartu soal dan kartu
jawaban, guru menjelaskan cara atau langkah-langkah dalam melakukan kegiatan
bertukar kartu tersebut. Kemudian guru menjelaskan aturan dalam melakukan
kegiatan mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan
selanjutnya, guru menginstruksikan siswa untuk mulai mencari pasangan. Pada
pertemuan kedua ini siswa sudah mulai percaya diri dan tidak canggung lagi
ketika harus mencari pasangan sehingga dalam kegiatan ini tidak memakan waktu
yang lama seperti pada pertemuan pertama. Setelah semua anggota kelompok
menemukan pasangannya, guru menginstruksikan untuk kembali ke kelompok
masing-masing dan mulai mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Pada
pertemuan kedua ini setiap anggota kelompok mampu menemukan pasangannya
sebelum waktu yang ditentukan habis dan ketika presentasipun tidak ditemukan
siswa yang salah mencari pasangan, hal ini menunjukkan bahwa sudah terlihat
peningkatan pemahaman siswa mengenai materi yang sudah diberikan guru pada
pertemuan pertama yaitu tentang energi panas dan pemanfaatannya. Setelah setiap
kelompok melakukan kegiatan mencari pasangan, guru membagi siswa menjadi 4
konveksi, konduksi dan radiasi. Kemudian guru menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan membagikannya ke masing-masing kelompok, setelah setiap
kelompok mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan guru mulai memberikan
instruksi untuk melakukan eksperimen sesuai dengan yang akan dicontohkan
guru.
Selanjutnya setelah siswa melakukan kegiatan eksperimen, siswa beserta
kelompoknya menjawab pertanyaan yang ada di lembar eksperimen dan siswa
membuat laporan hasil percobaan yang sudah dilakukan dan guru berkeliling
untuk membantu siswa dalam membuat laporan. Guru meminta kepada semua
kelompok untuk mengumpulkan laporan mereka, setelah itu beberapa kelompok
diminta untuk mempresentasikan laporan mereka di depan kelas dan kelompok
lain menanggapi dari hasil presentasi kelompok, kelompok yang ditunjukpun
percaya diri untuk mempresentasikan laporan percobaan yang mereka lakukan
dan mereka mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah kegiatan
presentasi guru meluruskan jawaban siswa yang masih kurang tepat, agar tidak
terjadi miskonsepsi tentang energi panas dan pemanfaatannya, kemudian guru
mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama kegiatan eksperimen
berlangsung bersama dengan siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya
agar pada percobaan selanjutnya dapat menyelesaikan masalah yang sama. Guru
mengecek dan menyimpan kembali alat dan bahan agar dapat digunakan pada
pertemuan selanjutnya.
Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada siswa yang
bertanya tentang materi yang belum dipahaminya., kemudian guru bersama siswa
menyimpulkan materi pembelajaran tersebut dan menutup pembelajaran dengan
mengucap salam dan membolehkan peserta didik untuk istirahat.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Senin, 13 juni 2016 pada jam
pelajaran pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit, siswa yang mengikuti
yang dilakukan adalah mengulas materi yang sudah dipelajari tentang energi
panas beserta pemanfaatannya dan melakukan evaluasi dengan cara mengerjakan
soal evaluasi. Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan mengucap salam
dan dijawab siswa dengan antusias, kemudian memberikan apersepsi dan motivasi
kepada siswa agar siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, setelah itu
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak akan dicapai. Guru
mengajak siswa untuk bertanya jawab mengulas kembali materi yang sudah
dipelajari sebelumnya, sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari
guru, hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai materi
yang diajarkan pada pertemuan yang lalu.
Pada pertemuan ketiga ini guru mengulang materi pada pertemuan
pertama dan kedua yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauhmana pemahaman
mereka mengenai materi yang telah diberikan dan sebagian besar siswa mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Guru membagikan
soal evaluasi kepada siswa dan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut, pada
saat pembagian soal tersebut keadaan kelas menjadi gaduh karena siswa yang
belum mendapatkan soal berbicara dengan teman lainnya. Guru menyampaikan
batas waktu siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri, semua siswa
mengerjakan soal evaluasi mereka secara mandiri dan tertib, tidak ada siswa yang
mencontek atau bertanya dengan teman lainnya. Setelah semua siswa selesai
mengerjakan soal evaluasi, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal secara
urut sesuai dengan nomer presensi siswa. Guru bertanya jawab dengan siswa
tentang soal yang sudah dikerjakan dan guru memberikan penguatan materi dari
soal yang telah dikerjakan.
Dalam kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran
yang nantinya akan dilakukan perbaikan oleh guru agar pada saat pertemuan
Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta
didik untuk istirahat.
4.2.1.1 Hasil ObservasiSiklus I
Selain kegiatan pembelajaran guru, aktivitas belajar siswa juga dinilai oleh
observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Adapun hasil observasi
siswa dan hasil observasi guru sebagai berikut.
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Observasi aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
seorang observer yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks metode
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran IPA yang
dilakukan guru selama tiga kali pertemuan. Adapun hasil observasi aktivitas guru
selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
3. Guru mengawali pembelajaran dengan
memberikan motivasi dan apersepsi.
- √ - √
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran.
- √ √ -
5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3
kelompok besar.
√ - √ -
6. Guru membuat peraturan yang berisi
penghargaan bagi siswa yang berhasil dan
sanksi bagi siswa yang gagal.
√ - √ -
7. Guru membagikan kartu soal dan kartu
jawaban pada siswa.
√ - √ -
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
sudah mereka dapat.
9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk
mencari pasangan dari kartu yang telah
mereka dapat.
√ - √ -
10. Guru membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan
- √ √ -
11. Guru memberikan reward atau penghargaan
bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum batas waktu yang sudah ditentukan
habis.
√ - √ -
12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang
belum bisa mencocokkan kartunya sampai
batas waktu yang ditentukan habis.
√ - √ -
13. Setelah satu babak selesai, guru mengocok
kembali kartu agar setiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya.
√ - √ -
14. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan
materi pembelajaran.
- √ √ -
15. Guru menutup pembelajaran dengan salam. √ - √ -
Jumlah 10 5 13 2
Persentase Keterlaksanaan 70% 30% 90% 10%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match masih
belum terlaksana sepenuhnya. Presentase keterlaksanaan sintaks yang diobservasi
pada pertemuan pertama hanya terlaksana sebanyak 10 aspek atau 70%. Guru
tidak memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, guru tidak mengulas
meteri yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, guru tidak
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, guru tidak
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dan guru juga tidak menyimpulkan pembelajaran. Pada pertemuan kedua mengalami peningkatan
saja yang dilewati oleh guru yaitu guru tidak mengecek presensi siswa dan guru
tidak menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Pada
pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas materi dan melakukan
evaluasi dengan mengerjakan soal dimana semua aspek yang diobservasi
terlaksana yaitu: guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam, guru
memberi apersepsi dan motivasi kepada siswa, guru menyampaikan kompetensi
dasar dan indikator pembelajaran, guru mengajak siswa untuk mengulas materi
yang sudah dipelajari sebelumnya, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
evaluasi yang berisi tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya, guru
membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan soal, guru memberikan batas
waktu kepada siswa dalam mengerjakan soal evaluasi, guru bertanya jawab
dengan siswa mengenai soal-soal yang telah dikerjalan, guru memberikan
penguatan terhadap kegiatan evaluasi yang telah dilakukan, guru bersama siswa
melakukan refleksi terhadap pembelajaran energi panas dan energi bunyi beserta
pemanfaatannya, dan guru menutup pembelajaran.
b. Hasil Observasi Aktivitas siswa
Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi aktivitas yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Observasi ini dilakukan untuk
mengetahui perilaku siswa pada saat kegiatan belajar berlangsung. Adapun Hasil
Observasi siswa selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 15
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No Aspek-aspek yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
Ya Tidak Ya Tidak
1. Kesiapan siswa berdoa sesuai dengan yang
diperintahkan guru.
√ - √ -
2. Siswa mendengarkan apersepsi dan motivasi
yang disampaikan guru.
3. Siswa melakukan persiapan sebelum
pembelajaran dimulai .
- √ √ -
4. Siswa mendengarkan penjelasan materi dari
guru.
- √ - √
5. Siswa mendapatkan kartu soal dan jawaban
yang diberikan guru.
√ - √ -
6. Siswa memikirkan soal atau jawaban dari
kartu yang telah mereka dapat.
√ - √ -
7. Siswa mencari pasangan dari kartu yan g telah
mereka dapat.
√ - √ -
8. Siswa mendapatkan reward atau hukuman
dari kegiatan menukar kartu.
√ - √ -
9. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
tanya jawab tentang materi yang belum
dipahami .
√ - √ -
10. Siswa menyimpulkan pembelajaran yang
telah dilakukan.
- √ √ -
Jumlah 6 4 8 2
Presentase Keterlaksanaan 60% 40% 80% 20%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi respon
siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran
koopertaif tipe Make A Match belum sesuai yang diharapkan. Pada pertemuan
pertama hanya 6 item atau 60% respon siswa yang terlihat, sehingga pada saat
kegiatan belajar mengajar masih kurang optimal dan perlu diperbaiki. Pada data
observasi pertemuan ketiga respon siswa mengalami peningkatan menjadi 8 item
atau 70% respon siswa yang terlihat. Dari data observasi pertemuan pertama dan
kedua didapatkan 3 aspek respon siswa yang masih belum terlihat yaitu: siswa
kurang memperhatikan penjelasan dari guru, ramai saat melakukan kegiatan
menukar kartu, dan siswa masih belum berani dalam mengajukan pertanyaan.
Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas kembali materi yang
pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada pertemuan ketiga ini respon siswa yang
diamati adalah sebagai berikut: kesiapan siswa dalam pembelajaran, kemampuan
siswa dalam mengulas materi yang sudah dipelajari, ketepatan siswa dalam
menjawab pertanyaan dari guru, keberanian siswa untuk bertanya, ketertiban
siswa pada saat mengerjakan soal evaluasi, dan partisipasi siswa dalam
melakukan refleksi.
4.2.1.2 Refleksi
Sebelum melakukan tindakan siklus II diadakan refleksi proses
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti
terhadap penerapan metode eksperimen berbantuan media visual pada mata
pelajaran IPA menunjukkan hasil yang cukup memuaskan meskipun masih ada
yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diperbaiki
adalah sebagai berikut.
a. Peran guru dalam meberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.
b. Kejelasan guru dalam menjelaskan materi.
c. Peran guru pada saat membantu siswa yang mengalami kesulitan.
d. Memperjelas aturan dalam melakukan kegiatan menukar kartu.
e. Guru tidak mendiskusikan masalah yang dihadapi siswa pada saat melakukan
kegiatan menukar kartu.
f. Guru kurang memberi semangat kepada siswa untuk berani mengungkapkan
pendapat mereka.
g. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.
h. Siswa masih kurang percaya diri pada saat presentasi di depan kelas .
i. Siswa masih kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
j. Masih ada beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai KKM dibawah 70.
Dari penjelasan di atas peneliti bekerja sama dengan guru untuk
memperbaiki hal-hal yang menjadi penghalang jalannya proses belajar mengajar
4.3.1 Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Juni, 15 Juni,
dan 16 Juni 2016. serta setiap pertemuan diberikan alokasi waktu 2x35 menit.
Dalam siklus II proses pembelajaran IPA menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match dengan materi pokok energi bunyi dan
pemanfaatannya. Hal-hal yang disiapkan peneliti pada pelaksanaan siklus II ini
adalah dengan membuat RPP, menjelaskan kegiatan pembelajaran IPA dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kepada guru
kelas 4, menyiapkan alat dan bahan, menyiapkan media kartu yang akan
digunakan, menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan
soal evaluasi. Setelah semua persiapan telah selesai peneliti dan guru kelas siap
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun penjelasan tiap pertemuan
adalah sebagai berikut.
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Juni 2016 pada jam
pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,
siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 21 siswa, 1 orang siswa tidak masuk
dikarenakan ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal. Pada pertemuan
pertama ini materi yang dipelajari adalah tentang pengertian energi bunyi,
sifat-sifat energi bunyi dan contoh benda-benda penghasil energi bunyi. Pada kegiatan
awal guru mengawalinya dengan mengucap salam dan dijawab siswa dengan
antusias, tidak lupa guru juga memberikan motivasi dan apersepsi, kemudian guru
mengecek presensi kehadiran siswa dan mengajak siswa untuk bertanya jawab
mengulas kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya untuk dikaitkan
dengan materi yang akan dipelajari, siswa merespon dengan penuh semangat dan
sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, hal itu
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai materi pembelajaran
yang akan diberikan guru.
Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran, serta guru mengajak siswa belajar dengan menggunakan metode
pemanfaatannya, kemudian guru menyampaikan energi bunyi dan
pemanfaatannya melalui power point dan video pembelajaran dengan materi
pembelajaran hari ini, yaitu: sumber-sumber bunyi, sifat-sifat bunyi dan contoh
energi bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu guru menyampaikan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match akan dilakukan di kelas dan
percobaan dilakukan secara berkelompok. Guru membimbing siswa untuk
membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa, kemudian siswa
masuk ke dalam kelompok yang telah ditetapkan dengan tenang. Setelah semua
siswa masuk ke dalam kelompok masing-masing, guru membagikan kartu soal
dan kartu jawaban yang akan digunakan sebagai media bantu dalam pembelajaran
serta topi bertuliskan kartu soal dan kartu jawaban pada setiap anggota kelompok.
Setelah semua kelompok mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban serta topi
kartu soal dan jawaban, guru menjelaskan cara atau langkah-langkah dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan siswa
memperhatikan secara seksama meskipun ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan dan berbicara sendiri.
Selanjutnya siswa melakukan kegiatan bertukar kartu setelah mendapat
instruksi dari guru. Dalam kegiatan tersebut siswa sudah mulai menunjukkan
peningkatan rasa percaya diri dalam menukarkan kartu meskipun masih kurang
optimal, sehingga ketika siswa sudah memikirkan dan mencari pasangan yang
cocok dengan kartunya tidak memakan waktu yang lama. Setelah semua siswa
menemukan pasangan yang cocok dengan kartunya guru mulai menginstruksikan
untuk kembali ke tempat masing-masing kelompok dan mulai mempresentasikan
hasilnya di depan kelas. Pada pertemuan kedua ini, dari 14 kartu yang terdiri dari
7 kartu soal dan 7 kartu jawaban setelah dua babak putaran kartu terdapat dua
orang siswa yang belum mampu menemukan pasangan dengan benar. Sesuai
dengan ketentuan sebelumnya, siswa yang belum mampu menemukan pasangan
dengan benar sampai batas waktu yang ditentukan habis maka akan diberikan
sanksi yaitu menyayikan lagu daerah atau lagu kebangsaan. Setelah setiap
kelompok selesai mempresentasikan hasil pertukaran kartu, Guru meluruskan
miskonsepsi tentang energi bunyi dan pemanfaatannya, kemudian guru
mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama kegiatan berlangsung
bersama dengan siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya agar pada
pertemuan selanjutnya dapat menyelesaikan masalah yang sama. Guru mengecek
dan menyimpan kembali kartu soal dan kartu jawaban agar dapat digunakan pada
pertemuan selanjutnya. Setelah selesai guru membagikan lembar kerja siswa
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah
mereka pelajari hari ini. Kemudian setelah mendapat instruksi dari guru siswa
mulai mengerjakan soal-soal yang ada dalam lembar kerja siswa tersebut. guru
berkeliling untuk memastikan siswa mengerjakannya secara mandiri. Setelah
selesai guru menginstruksikan untuk menukar lembar kerja siswa tersebut ke
teman sebangkunya untuk kemudian dibahas dan dikoreksi bersama dengan
bantuan guru.
Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada siswa yang bertanya
tentang materi yang belum dipahaminya, yaitu tentang proses terjadinya
pemantulan bunyi yang berupa gaung dan gema dan guru menjelaskan proses
pemantulan bunyi yang berupa gaung dan gema di depan kelas. Guru bersama
siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru
menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik
untuk istirahat.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Juni 2016 pada jam
pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,
siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan kedua ini
materi yang dipelajari adalah tentang energi bunyi dan pemanfaatannya dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Guru
mengawali kegiatan dengan mengucap salam dan dijawab siswa dengan antusias,
kemudian guru mengecek presensi dan mengajak siswa untuk bertanya jawab
dengan materi yang akan dipelajari, sebagian besar siswa mampu menjawab
pertanyaan dari guru, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah
menguasai materi energi bunyi dan pemanfaatannya yang pernah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya. Sebelum masuk ke pembelajaran guru mengawali dengan
memberikan motivasi dan apersepsi yang kemudian diikuti dengan
menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa akan diajak belajar
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
tentang energi bunyi dan pemanfaatannya, setelah itu guru menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan. Guru menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match akan dilakukan di kelas dan
secara berkelompok, kemudian guru membimbing siswa untuk membentuk 3
kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa dan siswapun masuk ke dalam
kelompok masing-masing dengan tertib. Setelah semua siswa berkelompok, guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang menjadi media atau alat bantu
dalam pembelajaran. Beberapa siswa membantu membagi kartu soal dan kartu
jawaban tersebut agar pembagian cepat selesai. Setelah semua kelompok
mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban, guru menjelaskan cara atau
langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, siswa
memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru. Selanjutnya guru
menjelaskan aturan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan
mengggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.
Kegiatan selanjutnya, guru menampilkan video pembelajaran tentang
energi bunyi dan pemanfaatannya siswa memperhatikan video pembelajaran
dengan seksama. Setelah selesai guru memberikan materi tentang energi bunyi
dan pemanfaatannya dengan menggunakan media power point, sebelum mulai
menjelaskan guru memberikan beberapa pertanyaan untuk memancing
pengetahuan siswa, dan banyak dari siswa yang angkat tangan untuk menjawab
setiap pertanyaaan yang diberikan guru. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme
dan pemahaman siswa akan materi ini meningkat. Setelah selesai memberikan
kartu jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan
menginstruksikan pada siswa untuk mulai membentuk 3 kelompok besar yang
terdiri dari 7 orang. Setelah siswa masuk ke kelompok masing–masing guru mulai
membagikan kartu soal dan kartu jawaban, kemudian setelah setiap anggota
kelompok mendapatkan kartunya masing-masing guru memberi intruksi untuk
mulai mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Seperti pada pertemuan
pertama dalam siklus II, pada pertemuan kedua ini banyak dari siswa sudah
menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang ditentukan habis dan setelah
diprsentasikan dan dinilai oleh kelompok penilaipun tidak ditemukan kesalahan
antara pemasangan kartu soal dengan kartu jawaban yang sudah berjalan sebanyak
3 babak. Dan sesuai dengan peraturan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe
Make A Match, bagi siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum batas
waktu yang ditentukan habis maka akan mendapatkan reward dari guru. Setelah
selesai, guru memberikan instruksi pada siswa untuk membentuk 4 kelompok
besar dan akan melakukan kegiatan eksperimen tentang energi bunyi dan
pemanfaatannya yaitu dengan membuat telepon sederhana dan melakukan
beberapa praktek perambatan bunyi yaitu perambatan bunyi pada benda padat dan
perambtan bunyi melalui benda cair yang akan didemonstrasikan oleh guru.
Selanjutnya siswa mulai masuk ke kelompok masing-masing dengan tertib dan
guru mulai membagikan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan
eksperimen serta lembar observasi dan soal. Setelah itu secara berkelompok siswa
memulai membuat telepon sederhana dari botol bekas dan guru berkeliling untuk
melihat adakah kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok
menyelesaikan telepon sederhana mereka, guru meminta semua anggota
kelompok untuk melakukan percobaan dengan menggunakan telepon sederhana
tersebut dengan cara berbicara pada satu sisi telepon sederhana tersebut dan siswa
lainnya mendengarkannya di sisi lain dan siswapun terlihat senang ketika alat
yang mereka ciptakan bisa digunakan. Setelah setiap kelompok melakukan
eksperimen, guru mendemonstrasikan perambatan bunyi pada benda padat dan
cair, karena keterbatasan bahan eksperimen guru meminta satu dari perwakilan
untuk kemudian memberitahukan kelompoknya tentang kegiatan eksperimen
tersebut. setelah kegiatan membuat telepon sederhana dan demonstrasi
perambatan bunyi selesai, siswa menjawab pertanyaan yang ada di lembar
ekperimen dan siswa membuat laporan hasil percobaan yang sudah dilakukan.
Guru berkeliling untuk membantu siswa dalam membuat laporan. Guru meminta
kepada semua kelompok untuk mengumpulkan laporan mereka, setelah itu
beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan laporan mereka di depan
kelas dan kelompok lain menaggapi dari hasil presentasi kelompok tersebut,
kelompok yang ditunjukpun percaya diri untuk mempresentasikan laporan
percobaan yang mereka lakukan dan mereka mampu menjawab pertanyaan dari
kelompok lain. Setelah kegiatan presentasi guru meluruskan jawaban siswa yang
masih kurang tepat, agar tidak terjadi miskonsepsi tentang energi bunyi dan
pemanfaatannya, kemudian guru mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama melakukan eksperimen bersama dengan siswa, kemudian
memberikan solusi pemecahannya agar pada percobaan selanjutnya dapat
menyelesaikan masalah yang sama. Guru mengecek dan menyimpan kembali alat
dan bahan agar dapat digunakan pada pertemuan selanjutnya.
Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada sebagian besar
siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Guru bersama
siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru
menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik
untuk istirahat.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Kamis, 16 Juni 2016 pada jam
pelajaran pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit, siswa yang mengikuti
pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan ketiga ini kegiatan pembelajaran
yang dilakukan adalah mengulas materi yang sudah dipelajari tentang energi
panas dan energi bunyi serta pemanfaatannya dan melakukan evalusi dengan cara
mengerjakan soal evaluasi. Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan
apersepsi dan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak
akan dicapai. Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab mengulas kembali
materi yang sudah dipelajari sebelumnya tentang energi panas dan energi bunyi
beserta dengan pemanfaatannya.
Pada pertemuan ketiga ini guru mengulang materi pada pertemuan
pertama dan kedua yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya dengan cara
memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauhmana pemahaman
mereka mengenai materi yang telah diberikan dan semua siswa dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Guru membagikan soal
evaluasi kepada siswa dan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut, pada saat
pembagian soal semua siswa menunggu untuk mendapatkan soal dengan tertib.
Guru menyampaikan batas waktu siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri,
semua siswa mengerjakan soal evaluasi mereka secara mandiri dan tertib, tidak
ada siswa yang mencontek atau bertanya dengan teman lainnya. Setelah semua
siswa selesai mengerjakan, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal secara
urut sesuai dengan nomer presensi siswa. Guru bertanya jawab dengan siswa
tentang soal yang sudah dikerjakan dan guru memberikan penguatan materi dari
soal yang telah dikerjakan.
Dalam kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran
yang nantinya akan dilakukan perbaikan oleh guru agar pada saat pertemuan
selanjutnya mampu mengatasi kelemahan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya.
Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta
didik untuk istirahat.
4.3.1.1 Hasil Observasi Siklus II
Selain kegiatan pembelajaran guru, aktivitas belajar siswa juga dinilai oleh
observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Adapun hasil observasi
a. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Observasi aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh
seorang observer yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks metode
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran IPA yang
dilakukan guru selam tiga kali pertemuan. Adapun hasil observasi aktivitas guru
selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
3. Guru mengawali pembelajaran dengan
memberikan motivasi dan apersepsi.
√ - √ -
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran.
√ - √ -
5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3
kelompok besar.
√ - √ -
6. Guru membuat peraturan yang berisi
penghargaan bagi siswa yang berhasil dan
sanksi bagi siswa yang gagal.
√ - √ -
7. Guru membagikan kartu – kartu pada siswa. √ - √ -
8. Guru memberikan waktu pada siswa untuk
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
sudah mereka dapat.
√ - √ -
9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk
mencari pasangan dari kartu yang telah
mereka dapat.
√ - √ -
10. Guru membimbing kelompok yang
mengalami kesulitan.
√ - √ -
bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya
sebelum waktu yang ditentukan habis.
12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang
belum bisa mencocokkan kartunya sampai
batas waktu yang ditentukan habis.
√ - √ -
13. Guru mengocok kembali kartu agar setiap
siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya..
√ - √ -
14. Guru bersama dengan siswa manyimpulkan
pembelajaran.
√ - √ -
15. Guru menutup pembelajaran dengan salam. √ - √ -
Jumlah 15 - 15 -
Presentase Keterlaksanaan 100% - 100% -
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match telah
mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dikarenakan semua
langkah-langkah pada pertemuan pertama dan kedua telah terlaksana sepenuhnya, hal ini
ditunjukkan dengan 100% aspek atau 15 aspek yang diobservasi telah
dilaksanakan oleh guru. Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas
materi yang telah diajarkan, melakukan evaluasi dengan mengerjakan soal, dan
melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dimana semua
aspek yang diobservasi telah terlaksana sepenuhnya.
b. Hasil Observasi Aktivitas siswa
Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi aktivitas yang
dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Observasi ini dilakukan untuk
mengetahui perilaku siswa pada saat kegiatan belajar berlangsung. Adapun Hasil
Observasi siswa selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat
Tabel 17
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Aspek-aspek yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II
Ya Tidak Ya Tidak
1. Siswa berdoa sesuai dengan yang
diperintahkan guru .
√ - √ -
2. Siswa mendengarkan apersepsi dan motivasi
dari guru.
√ - √ -
3. Siswa melakukan persiapan sebelum
pembelajaran dimulai.
√ - √ -
4. Siswa mendengaran penjelasan materi dari
guru.
√ - √ -
5. Siswa mendapatkan kartu soal atau jawaban
yang diberikan guru .
√ - √ -
6. Siswa memikirkan soal atau jawaban dari
kartu yang telah mereka dapat.
√ - √ -
7. Siswa mencari pasangan dari kartu yang telah
mereka dapat.
√ - √ -
8. Siswa mendapatkan reward atau hukuman
dari kegiatan menukar kartu.
√ - √ -
9. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan
Tanya jawab tentang materi yang belum
dipahami siswa.
√ - √ -
10. Siswa menyimpulkan pembelajaran yang
telah dilakukan.
√ - √ -
Jumlah 10 - 10 -
Presentase Keterlaksanaan 100% - 100% -
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi respon
siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match telah mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari jumlah presentase observasi aspek respon
kedua. Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas kembali materi
yang diajarkan, mengerjakan soal evaluasi, dan melakukan refleksi terhadap
kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.
4.3.1.2 Refleksi
Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan guru dan respon siswa pada saat proses belajar mengajar serta
hasil belajar yang didapat siswa menunjukkan adanya peningkatan yang pesat.
Guru sudah melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan sintaks dan tidak
ada langkah yang terlewatkan, kemudian siswa telah menunjukkan respon
kegiatan belajar mengajar dengan baik yang ditunjukkan dengan semua kriteria
respon siswa terpenuhi, yang tadinya siswa belum percaya diri dalam presentasi di
siklus II terlihat siswa percaya diri dalam presentasi dan yang tadinya siswa tidak
berani bertanya di siklus II siswa terlihat bersemangat untuk mengajukan
pertanyaan. Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
dengan 20 siswa mendapat nilai lebih dari 70 dengan kata lain 91% siswa telah
tuntas dan masih ada 2 siswa yang belum tuntas. Untuk mengatasi hal tersebut
guru melakukan remidial khusus untuk siswa yang belum tuntas.
4.4 Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi diskripsi
data dan analisis data hasil evaluasi dari siklus I sampai dengan siklus II. Adapun
penjelasanya sebagai berikut.
4.4.1 Diskripsi Data 4.4.1.1 Data Siklus I
Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match, peneliti menggunakan data hasil belajar IPA siswa
kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Siklus I untuk mengetahui keberhasilan
penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Untuk
menghitung interval, peneliti menggunakan rumus dari Rostina Sundayana (2014
Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 1 + 3,3. 1,34
= 1 + 4,21
= 5,42 (dibulatkan menjadi 5)
Range (R) = (Skor maksimal-skor minimal)
= (90-55)
= 35
Interval =
=
= 7
Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensinya. Berikut disajikan
rekapitulasi tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 18
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Kelas 4 SD
Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
No Interval Frekuensi Presentase
1. 84 - 90 5 22.72%
2. 77 - 83 7 31.81%
3. 70 - 76 4 18.18%
4. 63 - 69 2 9.09%
5. 55 - 62 4 18.18%
Jumlah 22 100%
Dari tabel di atas diperoleh data yang menunjukkan bahwa ada
peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di siklus I. Dari 22 siswa ada 4 siswa hasil belajar IPA berada di interval 55-62 atau sebanyak 18.18%, pada
18.18%, pada interval 77-83 terdapat sebanyak 7 siswa atau 31.81%, sedangkan
pada interval 84-90 terdapat sebanyak 5 siswa atau 22.72%. Berikut ini
merupakan grafik distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri
03 Candimulyo.
Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA
4.4.1.2 Data Siklus II
Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match peneliti menggunakan data hasil belajar IPA siswa
kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Siklus II untuk mengetahui keberhasilan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Untuk menghitung
interval, peneliti menggunakan rumus dari Rostina Sundayana (2014:39) sebagai
berikut.
Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 22
= 1 + 3,3. 1,34
= 1 + 4,21
= 5,42 (dibulatkan menjadi 5)
Range (R) = (Skor maksimal- skor minimal)
= (95-65)
Interval =
=
= 6
Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensinya. Berikut disajikan
rekapitulasi tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus II yang dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II Kelas 4 SD
Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
No Interval Frekuensi Presentase
1. 90 - 95 7 31.81%
2. 83 - 89 5 22.72%
3. 76 - 82 4 18.18%
4. 71 - 75 3 13.63%
5. 65 - 70 3 13.63%
Jumlah Siswa 22 100%
Dari tabel di atas diperoleh data yang menunjukkan bahwa ada
peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di siklus II. Dari 22 siswa ada 3
siswa hasil belajar IPA berada di interval 65-70 atau sebanyak 13.63%, pada
interval 71-75 ada 3 siswa atau 13.63%, pada interval 76-82 terdapat 4 siswa atau
18.18%, pada interval 83-89 terdapat sebanyak 5 siswa atau 31.81%, sedangkan
pada interval 90-95 terdapat 7 siswa atau sebanyak 31.81%. Berikut ini
merupakan grafik distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa siklus II kelas 4 SD
Gambar 3 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II
4.5.1 Analisis Data
4.5.1.1 Analisis Ketuntasan
Analisis data dilakukan dalam dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan
analisis komparatif. Dalam analisis ketuntasan hasil belajar siswa dilakukan
dengan cara membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan analisis komparatif dilakukan dengan
cara membandingkan data hasil belajar IPA pada kondisi awal atau pra siklus,
siklus I, dan siklus II.
a. Analisis Ketuntasan Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70), data yang
diperoleh dari nilai siklus I dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan
73% 27%
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Tuntas
Tidak Tuntas Tabel 20
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1. Tuntas 16 73%
2. Tidak Tuntas 6 27%
Jumlah 22
Nilai Rata-rata 74.7
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Berdasarkan tabel analisis ketuntasan hasil belajar IPA siklus I siswa kelas
4 SD Negeri 03 Candimulyo di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat
nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM ˂ 70) sejumlah 6 siswa
dengan persentase 27%, sedangkan siswa yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM 70) sejumlah 16 siswa dengan persentase 73%.
Kemudian nilai rata-rata sebesar 74.7, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 55.
Diagram ketuntasan hasil belajar Siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
b. Analisis Ketuntasan Siklus II
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70) data hasil
perolehan nilai siklus II dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang
belum tuntas dalam tabel berikut ini.
Tabel 21
Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo
No Ketuntasan Frekuensi Persentase
1. Tuntas 20 91%
2. Tidak Tuntas 2 9%
Jumlah 22
Nilai Rata-rata 82.7
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 65
Berdasarkan tabel analisis ketuntasan hasil belajar IPA siklus II siswa
kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat
nilai kurang dari KKM ˂ 70 sejumlah 2 siswa dengan persentase 9%, sedangkan
siswa yang sudah mencapai KKM 70 sejumlah 21 siswa dengan persentase
91%. Kemudian nilai rata-rata sebesar 82.7, nilai tertinggi 95, dan nilai terendah
65. Diagram ketuntasan hasil belajar Siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
4.5.1.2 Analisis Komparatif
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan, maka
selanjutnya melakukan analisis komparatif hasil belajar antara Pra-siklus, siklus I
dan siklus II, yaitu dengan membandingkan data hasil belajar pada kondisi awal,
siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat diketahui peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa. Perbandingan data hasil belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 22
Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II
F % F % F %
1. Tuntas 9 41.% 16 73% 20 91%
2. Tidak Tuntas 13 59.% 6 27% 2 9%
Jumlah 22 100% 22 100% 22 100%
Nilai Rata-rata 61,6 74,7 82.7
Nilai Tertinggi 80 90 95
Nilai Terendah 45 55 65
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, kegiatan penelitian tindakan kelas pada
siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Semester II tahun ajaran pelajaran
2015/2016, ada peningkatan hasil belajar anatara hasil belajar siklus I dengan
Pra-siklus. Pada Pra-siklus siswa memperoleh nilai > 70 hanya sebanyak 9 siswa
atau 41% dan siswa yang memperoleh nilai < 70 sebanyak 13 siswa atau 59%
dengan nilai rata-rata 61,6 dan nilai maksimum 80 sedangkan nilai minimum 45,
artinya bahwa masih banyak siswa yang belum mengalami ketuntasan hasil
belajar. Dengan demikian perlu diterapkan metode pembelajaran kooperatfi tipe Make A Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah menerapkan
siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ketuntasan
belajar siswa meningkat menjadi 73% atau 16 siswa dengan nilai rata-rata 74,7
dan nilai maksimum 90 sedangkan nilai minimum 55. Dengan hasil ini
menunjukkan siswa mengalami sedikit peningkatan hasil belajar. Dengan hasil itu
perlu dilaksanakan pembelajaran siklus II agar perolehan nilai siswa bisa lebih
maksimal.
Setelah dilaksanakan kegiatan penelitian siklus II dengan menerapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diperoleh data bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran siklus II terjadi lagi peningkatan hasil belajar siswa.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 91% atau 20 siswa dengan nilai
rata-rata meningkat menjadi 82.7 dan nilai maksimum meningkat menjadi 95
sedangkan dan nilai minimum menjadi 65.
Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai kondisi awal, siklus I dan siklus
II didapatkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini
melatih siswa untuk aktif dalam melakukan suatu percobaan dan berfikir secara
kritis untuk membuktikan teori atau menemukan suatu teori melalui kegiatan
percobaan dan dengan penggunaan media yang sesuai dapat mempermudah
penyampaian materi, karena media merupakan alat bantu mengajar yang dapat
digunakan untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada siswa dapat
meningkatkan hasil belajar IPA sebesar 91% dengan rata-rata mencapai 82.7.
Dalam pembelajaran ini siswa melakukan suatu percobaan tentang
kegiatan memasangkan kartu soal dengan kartu jawaban secara berkelompok,
mengamati prosesnya, serta mempresentasikan hasil kegiatan tersebut di depan
kelas, kemudian siswa lainnya menilai dan dievaluasi oleh guru, sehingga
pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa untuk memahami materi
dengan kegiatan belajar sambil bermain tersebut, karena siswa belajar sambil
mempraktekkan sendiri apa yang dipelajarinya.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match juga dapat
menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk tetap mengikuti pembelajaran
dalam mencari pasangan-pasangan kartu dan dapat menumbuhkan rasa tanggung
jawab dan disiplin untuk siswa.
Kondisi tersebut juga didukung dengan kelebihan yang ada pada metode
pembelajaran Make A Match dalam proses belajar mengajar. Kelebihan yang ada
pada metode Make A Match antara lain: (1) dapat meningkatkan aktifitas belajar
siswa , (2) karena unsur permainan, model ini menyenangkan, (3) meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, (4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi, (5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu
belajar, Miftahul Huda (2013:253 - 254 ).
Hasil penelitian ini dirasa sejalan dengan jurnal penelitian terdahulu yang
telah dilakukan oleh Milya angreranti (2011) dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Melalui Metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
terhadap hasil belajar IPA berdasarkan gender siswa kelas V SDN 01 Grobogan
semester II Tahun Pelajaran 2011”, menyampaikan pada siklus I (satu) untuk
siswa laki-laki dari 14 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 siswa dengan
presentase ketuntasan 64,28%, dan tidak tuntas sebanyak 5 siswa dengan
presentase 35,72%. Sedangkan untuk siswa perempuan dari 10 siswa dinyatakan
tuntas sebanyak 3 siswa dengan presentase 30%, dan tidak tuntas sebanyak 7
siswa dengan presentase 70%. Rata-rata yang diperoleh 66,00 nilai minimal
48,00 dan nilai maksimalnya 88,00. Nilai pada siklus II (dua) untuk siswa
laki-laki dari 14 siswa dinyatakan tuntas semua dengan presentase 100%, sedangkan
dari siswa perempuan dari 10 siswa juga dinyatakan tuntas semua dengan
presentase 100%. Rata-rata yang diperoleh 83,00 standar deviasinya 6,65 nilai
minimal 70,00 dan nilai maksimal 95,00. Hasil belajar siswa yang dicapai setelah
diberikan perlakuan meningkat hal ini terbukti dengan nilai rata-rata siklus II
(dua) lebih besar dibandingkan dengan siklus I (satu) 83,00>66,00. Berdasarkan
analisis data disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran IPA, dan sangat efektif digunakan untuk menjadikan pembelajaran
Pendapat yang dikemukakan oleh Milya angreranti di atas juga sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suratman (2009), dalam
penelitiannya yang berjudul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui
pendekatan Make A Match pada siswa kelas 5 SDN Timbang 01 semester II tahun ajaran 2011/2012”. Menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA sebagai berikut: pada pembelajaran awal dengan
menggunakan metode klasikal (metode ceramah) siswa yang tuntas dalam
pembelajaran terdapat 35,29% (6 dari 17 siswa), setelah dilakukan pembelajaran
pada siklus I (satu) terdapat 70,59% (12 dari 17 siswa) yang mencapai nilai tuntas
batas KKM, pada siklus II (dua) terdapat 100% (17 dari 17 siswa) yang mencapai
nilai tuntas nilai KKM. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dari kondisi awal ke siklus I dan II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Make
A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai 100%. Hasil penelitian
dari kedua orang tersebut yang telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match pada pembelajara IPA membuktikan bahwa telah terjadi
peningkatan hasil belajar siswa.
Hal yang menjadi tambahan dari penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini merumuskan sintaks sesuai dengan standar proses yang dijabarkan dari
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menurut
Agus Suprijono. Hal tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah yang dijabarkan
peneliti pada tabel di bawah ini.
Tabel 23
Perbandingan Langkah-langkah menurut Agus Suprijono dengan peneliti
Sintaks Agus
Suprijono
Peneliti
1. Guru mengecek presensi kehadiran siswa. √ √
2. Guru mereview pembelajaran yang lalu. √ √
3. Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan motivasi
dan apersepsi.
√ √
pembelajaran.
5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3 kelompok besar. √ √
6. Guru membuat peraturan yang berisi penghargaan bagi siswa
yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal.
√ √
7. Guru membagikan kartu – kartu pada siswa. √ √
8. Guru memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan
jawaban atau soal dari kartu yang sudah mereka dapat.
√ √
9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk mencari pasangan
dari kartu yang telah mereka dapat.
√ √
10. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. - √
11. Guru memberikan reward atau penghargaan bagi siswa yang
dapat mencocokkan kartunya sebelum waktu yang ditentukan
habis.
√ √
12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang belum bisa
mencocokkan kartunya sampai batas waktu yang ditentukan
habis.
√ √
13. Guru mengocok kembali kartu agar setiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya..
√ √
14. Guru bersama dengan siswa manyimpulkan pembelajaran. √ √
15. Guru menutup pembelajaran dengan salam. √ √
Jumlah 14 15
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peneliti memberikan tambahan
langkah yang dijabarkan dari langkah Make A Match menurut Agus Suprijono.
Berdasarkan pembahasan di atas maka implikasi teoristis dan implikasi praktis sebagai berikut.
1. Implikasi Teoristis
Implikasi teoritis penelitian ini adalah bertambahnya pengalaman dan
pengetahuan baru mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional atau ceramah, karena
nampak dari peningkatan hasil belajar IPA siswa dan dalam pemahaman materi
yang lebih mendalam.
2. Implikasi Praktis
a. Bagi Siswa
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kartu
mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui sebuah kegiatan
menyenangkan untuk memasangan kartu soal dan jawaban dan siswa
membuktikan sendiri tentang materi yang sedang dipelajarinya, melatih
siswa untuk bekerjasama, disiplin dalam menghargai waktu, melatih
keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, selain itu siswa
menjadi lebih aktif, bersemangat, dan termotivasi ketika mengikuti proses
pembelajaran.
b. Bagi Guru
Memberikan pengalaman dan pengetahuan baru kepada guru, khususnya
dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
dalam kelas tentang rendahnya hasil belajar IPA siswa.
c. Bagi Sekolah
Menambah referensi bagi sekolah dalam menerapkan metode pembelajaran
kooperatif tipe Make A Match untuk melakukan perbaikan mengenai proses
pembelajaran di kelas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu juga sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media
dan metode pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran untuk