• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Semester 2 SDN 03 Candimulyo Nglarangan Kot

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Semester 2 SDN 03 Candimulyo Nglarangan Kot"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

59 4.1 Kondisi Pra siklus

Sebelum siklus I dan II dilaksanakan, yang dilakukan oleh peneliti adalah

melakukan pre-test bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV SDN

03 Candimulyo Temanggung. Dimana Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru masih mengajar cenderung menggunakan metode klasikal

yaitu ceramah pada siswa disini gurunya yang lebih aktif, sedangkan siswanya

pasif, kurang konsentrasi dan siswa menjadi bosan ini sangat berdampak pada

aktifitas belajar siswa SDN 03 Candimulyo pada mata pelajaran IPA. Ini dapat

dilihat pada nilai pre-test pada mata pelajaran IPA dengan pokok bahasan energi

panas dan energi bunyi masih dibawah KKM 70.

4.1.1 Hasil Analisis Pra Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan pra siklus terhadap hasil belajara IPA siswa

kelas IV SDN 03 Candimulyo Temanggung sebelum diadakan tindakan masih

banyak siswa yang belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar ketuntasan hasil belajar

IPA siswa berjumlah 9 orang dari 22 siswa dengan nilai rata-rata 61,6.

Tabel 13

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1. Tuntas 9 41%

2. Tidak Tuntas 13 59%

Jumlah 22

Nilai Rata-rata 61,6

Nilai Tertinggi 80

(2)

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa hasil belajar IPA siswa sangat

rendah, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang tidak tuntas yaitu sebanyak

13 siswa dan hanya 9 siswa saja yang tuntas memenuhi KKM dengan standar nilai

70. Terlihat pula ada selisih yang cukup besar antara nilai terendah 45 dengan

nilai tertiggi 80. Rendahnya hasil belajar siswa SDN 03 Candimulyo disebabkan

guru kelas IV dalam pembelajaran kurang kreatif, dan dalam kegiatan mengajar

masih cenderung untuk menggunakan metode ceramah tanpa disertai dengan

media apapun, metode pembelajaran kurang bervariasi serta kurang melibatakan

siswa. hasil tes pada pra siklus apabila dianalisis berdasarkan ketuntasan belajar

dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah ini.

Gambar 1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra-Siklus 4.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada sub bab ini penulis akan membahas tetang pelaksanaan kegiatan

penelitian dari siklus I dan siklus II yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaaan,

observasi dan refleksi. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan kegiatan tiap siklus

yang dilakukan selama proses penelitian berlangsung.

4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

Pada kegiatan pelaksanaan siklus I ini telah dilaksanakan oleh peneliti

sebanyak tiga kali pertemuan dan yaitu pada tanggal 10, 11, dan 13 Juni, serta

setiap pertemuan diberikan alokasi waktu 2x35 menit. Dalam siklus I proses

(3)

Match dengan materi pokok energi panas dan pemanfaatannya. Hal-hal yang

disiapkan peneliti pada pelaksanaan siklus I ini adalah dengan membuat RPP,

menjelaskan kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kepada guru kelas 4, menyiapkan alat

dan bahan untuk melakukan percobaan, menyiapkan media kartu yang akan

digunakan, menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan

soal evaluasi. Setalah semua persiapan telah selesai peneliti siap untuk melakukan

kegiatan pembelajaran. Adapun penjelasan tiap pertemuan adalah sebagai berikut.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari jumat, 10 Juni 2016 pada jam

pelajaran Pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,

siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan pertama ini

materi yang dipelajari adalah tentang energi panas berupa pengertian energi

panas, sifat-sifat energi panas dan contoh benda-benda penghasil energi panas.

Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan mengecek presensi siswa,

mengucap salam dan dijawab siswa dengan antusias kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak akan dicapai. Pada kegiatan

awal ini guru tidak memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, sehingga

salah satu kegiatan pembelajaran belum disampaikan.

Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa akan diajak belajar

menggunakan metode pembelajaran koperatif tipe Make A Match dengan materi

energi panas, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk memancing

pengetahuan siswa tentang materi energi panas yang akan dijadikan topik bahasan

pada pertemuan hari ini, yaitu sumber-sumber energi panas, sifat-sifat energi

panas, dan contoh-contoh energi panas dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu

guru menyiapkan power point dan video pembelajaran yang digunakan sebagai

media pembelajaran untuk menyampaikan materi, setelah penyampaian materi

selesai kemudian guru menyampaikan pembelajaran koperatif tipe Make A Match

akan dilakukan di kelas dan secara berkelompok. Guru membimbing siswa untuk

membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa per kelompok

(4)

pemegang kartu jawaban dan kelompok ketiga sebagai kelompok penilai. Suasana

kelas tiba-tiba menjadi gaduh, karena siswa berebut kartu soal dan kartu jawaban

yang akan dibagikan guru. Namun, hal tersebut segera bisa diatasi oleh guru,

ketika guru menentukan siapa yang akan memegang kartu jawaban dan kartu soal

pada tiap - tiap kelompok dan akhirnya suasana kelas kembali tenang. Setelah

masing – masing kelompok mendapat kartu jawaban dan kartu soal, guru

memberikan instruksi tentang cara bermain menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match yaitu menukar kartu soal dengan kartu jawaban

dengan materi energi panas dan pemanfaatannya dan kelompok ketiga sebagai

kelompok penilai kartu yang ditukar oleh masing-masing anggota kelompok

pertama dan kelompok kedua sudah benar. Guru juga memberikan reward bagi

siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum waktu yang ditentukan habis

dan hukuman bagi siswa yang belum mampu menjodohkan kartunya sampai batas

waktu yang ditentukan habis. Siswa yang mendapat kartu soal berdiri di sebelah

sisi kanan ruang kelas sementara untuk siswa yang mendapat kartu jawaban

berdiri di sebelah kiri ruang kelas dan untuk kelompok penilai tetap berada di

tempat duduk yang berada di tengah belakang ruang kelas, sehingga susunan

kelompok ini akan membentuk seperti huruf U. Untuk lebih memudahkan siswa

dalam menukarkan kartu soal dan jawaban guru memberikan topi dari kertas yang

bertuliskan kartu soal untuk pemegang kartu soal dan topi yang bertuliskan kartu

jawaban untuk pemegang kartu jawaban. Namun pada kegiatan ini guru masih

kurang jelas dalam memberikan instruksi tersebut sehingga ada sebagian siswa

yang tidak memperhatikan instruksi yang diberikan guru, kemudian siswa tersebut

ditegur oleh guru agar memperhatikan instruksi dari guru. Selanjutnya guru

menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan menukar kartu soal dengan kartu

jawaban tersebut.

Kegiatan selanjutnya siswa melakukan kegiatan menukar kartu seperti

yang telah disampaikan guru diawal pembelajaran, sebagian siswa penuh antusias

dalam melakukan kegiatan penukaran kartu, namun ada beberapa siswa yang

bercerita sendiri dengan temannya, ini terjadi karena guru kurang awas dalam

(5)

setiap anggota kelompok menemukan jodoh kartunya, guru memberikan instruksi

untuk kembali ke tempat masing – masing kelompok dan mempresentasikan hasil

dari kegitan bertukar kartu. Kelompok ketiga sebagai tim penilai yang

menyatakan benar tidaknya jodoh kartu soal dan jawaban, namun pada saat guru

meminta untuk malakukan presentasi ada salah satu siswa yang tidak mau

dikarenakan malu dan takut untuk menyampaikan hasil kegiatan bertukar kartu

dan siswa masih terlihat kurang percaya diri sehingga membuat presentasinya

kurang jelas, kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa agar berani

menyampaikan laporan hasil kegiatan bertukar kartu di depan kelas dan

memberikan motivasi kepada siswa lain agar berani untuk menyampaikan

pendapatnya. Setelah satu babak selesai ternyata masih ada 4 siswa yang belum

bisa mencocokan kartunya dengan benar, sesuai dengan ketentuan yang sudah

diinstruksikan di awal pembelajaran siswa tersebut menerima hukuman berupa

bernyanyi lagu daerah atau lagu kebangsaan di depan kelas. Agar tidak terjadi

miskonsepsi tentang energi panas dan pemanfaatannya guru meluruskan jawaban

siswa yang masih kurang tepat. Setelah satu babak selesai guru kembali

mengocok kartu agar setiap siswa dalam kelompok mendapat kartu yang berbeda,

begitu seterusnya. Kemudian setelah selesai guru mengecek dan menyimpan

kembali kartu soal dan jawaban agar dapat digunakan pada pertemuan

selanjutnya. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa akan

materi yang telah mereka pelajari hari ini guru membagikan lembar kerja siswa.

Setelah mendapat instruksi dari guru siswa mengerjakan lembar kerja siswa yang

telah diberikan guru. Guru berkeliling untuk memastikan siswa mengerjakannya

secara mandiri. Setelah selesai kemudian guru menginstruksikan untuk menukar

lembar kerja siswa tersebut dengan teman yang ada di sebelahnya untuk kemudian

dibahas dan dikoreksi bersama dengan bantuan guru.

Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa, namun tidak ada siswa

yang mengajukan pertanyaan kepada guru, kemudian guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa untuk menguji pemahaman siswa dan menyuruh siswa

(6)

menjawab pertanyaan yang diajukan, setelah itu guru bersama dengan siswa

menyimpulkan pembelajaran yang telah mereka lakukan. Guru menutup

pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik untuk

istirahat.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2016 pada jam

pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,

siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan kedua ini

melanjutkan materi yang dipelajari kemarin yaitu tentang energi panas dan

pemanfaatannya. guru mengawali kegiatan dengan mengucap salam dan dijawab

siswa dengan antusias, kemudian guru mengajak siswa untuk bertanya jawab

mengulas kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya dan dikaitkan dengan

materi yang akan dipelajari, sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan

dari guru, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai

materi energi panas dan pemanfaatannya yang telah diajarkan dipertemuan

pertama. Sebelum masuk ke kegiatan pembelajaran guru menyampaikan

kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya guru menampilkan video pembelajaran dengan

materi energi panas dan pemanfaatannya, setelah selesai guru memberikan materi

dengan bantuan media power point. Selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa

akan diajak belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match dengan materi energi panas dan pemanfaatannya dimana dalam

kegiatan tersebut siswa akan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang terdiri dari

7-8 orang per kelompok, dengan pembagian sebagai berikut: kelompok pertama

memegang kartu soal sementara kelompok kedua memegang kartu jawaban

kemudian setelah mendapat instruksi dari guru setiap anggota kelompok pertama

dan kedua saling mencari pasangan dari kartunya masing-masing. Bagi siswa

yang berhasil menemukan pasangan kartu sebelum batas waktu yang sudah

ditentukan habis maka akan mendapatkan reward begitupun sebaliknya bagi

siswa yang belum menemukan pasangan kartu sampai waktu yang ditentukan

(7)

siswa menemukan pasangan kartu, siswa mempresentasikan hasilnya di depan

kelas dan yang akan menentukan benar atau tidaknya pasangan dari kartu yang

dipresentasikan di depan kelas adalah kelompok 3 dan pada kegiatan akhir siswa

akan melakukan eksperimen mengenai perpindahan panas yaitu konduksi,

konveksi dan radiasi yang akan dilakukan secara berkelompok dengan jumlah 4-5

kelompok. Setelah itu guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban serta topi

kertas yang bertuliskan kartun soal dan kartu jawaban yang digunakan untuk

mempermudah siswa ketika mencari pasangan kartunya.

Guru menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A

Match akan dilakukan di kelas dan secara berkelompok, kemudian guru

membimbing siswa untuk membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8

orang siswa dan siswapun masuk ke dalam kelompok masing-masing dengan

tertib. Setelah semua siswa berkelompok, guru membagikan kartu soal dan kartu

jawaban serta topi kertas, siswa terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan pada

pertemuan hari ini. Setelah semua kelompok mendapatkan kartu soal dan kartu

jawaban, guru menjelaskan cara atau langkah-langkah dalam melakukan kegiatan

bertukar kartu tersebut. Kemudian guru menjelaskan aturan dalam melakukan

kegiatan mencari pasangan dari kartu soal dan kartu jawaban. Kegiatan

selanjutnya, guru menginstruksikan siswa untuk mulai mencari pasangan. Pada

pertemuan kedua ini siswa sudah mulai percaya diri dan tidak canggung lagi

ketika harus mencari pasangan sehingga dalam kegiatan ini tidak memakan waktu

yang lama seperti pada pertemuan pertama. Setelah semua anggota kelompok

menemukan pasangannya, guru menginstruksikan untuk kembali ke kelompok

masing-masing dan mulai mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Pada

pertemuan kedua ini setiap anggota kelompok mampu menemukan pasangannya

sebelum waktu yang ditentukan habis dan ketika presentasipun tidak ditemukan

siswa yang salah mencari pasangan, hal ini menunjukkan bahwa sudah terlihat

peningkatan pemahaman siswa mengenai materi yang sudah diberikan guru pada

pertemuan pertama yaitu tentang energi panas dan pemanfaatannya. Setelah setiap

kelompok melakukan kegiatan mencari pasangan, guru membagi siswa menjadi 4

(8)

konveksi, konduksi dan radiasi. Kemudian guru menyiapkan alat dan bahan yang

diperlukan dan membagikannya ke masing-masing kelompok, setelah setiap

kelompok mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan guru mulai memberikan

instruksi untuk melakukan eksperimen sesuai dengan yang akan dicontohkan

guru.

Selanjutnya setelah siswa melakukan kegiatan eksperimen, siswa beserta

kelompoknya menjawab pertanyaan yang ada di lembar eksperimen dan siswa

membuat laporan hasil percobaan yang sudah dilakukan dan guru berkeliling

untuk membantu siswa dalam membuat laporan. Guru meminta kepada semua

kelompok untuk mengumpulkan laporan mereka, setelah itu beberapa kelompok

diminta untuk mempresentasikan laporan mereka di depan kelas dan kelompok

lain menanggapi dari hasil presentasi kelompok, kelompok yang ditunjukpun

percaya diri untuk mempresentasikan laporan percobaan yang mereka lakukan

dan mereka mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Setelah kegiatan

presentasi guru meluruskan jawaban siswa yang masih kurang tepat, agar tidak

terjadi miskonsepsi tentang energi panas dan pemanfaatannya, kemudian guru

mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama kegiatan eksperimen

berlangsung bersama dengan siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya

agar pada percobaan selanjutnya dapat menyelesaikan masalah yang sama. Guru

mengecek dan menyimpan kembali alat dan bahan agar dapat digunakan pada

pertemuan selanjutnya.

Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada siswa yang

bertanya tentang materi yang belum dipahaminya., kemudian guru bersama siswa

menyimpulkan materi pembelajaran tersebut dan menutup pembelajaran dengan

mengucap salam dan membolehkan peserta didik untuk istirahat.

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Senin, 13 juni 2016 pada jam

pelajaran pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit, siswa yang mengikuti

(9)

yang dilakukan adalah mengulas materi yang sudah dipelajari tentang energi

panas beserta pemanfaatannya dan melakukan evaluasi dengan cara mengerjakan

soal evaluasi. Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan mengucap salam

dan dijawab siswa dengan antusias, kemudian memberikan apersepsi dan motivasi

kepada siswa agar siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, setelah itu

guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak akan dicapai. Guru

mengajak siswa untuk bertanya jawab mengulas kembali materi yang sudah

dipelajari sebelumnya, sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari

guru, hal itu menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai materi

yang diajarkan pada pertemuan yang lalu.

Pada pertemuan ketiga ini guru mengulang materi pada pertemuan

pertama dan kedua yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya dengan cara

memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauhmana pemahaman

mereka mengenai materi yang telah diberikan dan sebagian besar siswa mampu

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Guru membagikan

soal evaluasi kepada siswa dan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut, pada

saat pembagian soal tersebut keadaan kelas menjadi gaduh karena siswa yang

belum mendapatkan soal berbicara dengan teman lainnya. Guru menyampaikan

batas waktu siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri, semua siswa

mengerjakan soal evaluasi mereka secara mandiri dan tertib, tidak ada siswa yang

mencontek atau bertanya dengan teman lainnya. Setelah semua siswa selesai

mengerjakan soal evaluasi, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal secara

urut sesuai dengan nomer presensi siswa. Guru bertanya jawab dengan siswa

tentang soal yang sudah dikerjakan dan guru memberikan penguatan materi dari

soal yang telah dikerjakan.

Dalam kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make

A Match untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran

yang nantinya akan dilakukan perbaikan oleh guru agar pada saat pertemuan

(10)

Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta

didik untuk istirahat.

4.2.1.1 Hasil ObservasiSiklus I

Selain kegiatan pembelajaran guru, aktivitas belajar siswa juga dinilai oleh

observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Adapun hasil observasi

siswa dan hasil observasi guru sebagai berikut.

a. Hasil Observasi Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh

seorang observer yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks metode

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran IPA yang

dilakukan guru selama tiga kali pertemuan. Adapun hasil observasi aktivitas guru

selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

3. Guru mengawali pembelajaran dengan

memberikan motivasi dan apersepsi.

- √ - √

4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran.

- √ √ -

5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3

kelompok besar.

√ - √ -

6. Guru membuat peraturan yang berisi

penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sanksi bagi siswa yang gagal.

√ - √ -

7. Guru membagikan kartu soal dan kartu

jawaban pada siswa.

√ - √ -

(11)

memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

sudah mereka dapat.

9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk

mencari pasangan dari kartu yang telah

mereka dapat.

√ - √ -

10. Guru membimbing kelompok yang

mengalami kesulitan

- √ √ -

11. Guru memberikan reward atau penghargaan

bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya

sebelum batas waktu yang sudah ditentukan

habis.

√ - √ -

12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang

belum bisa mencocokkan kartunya sampai

batas waktu yang ditentukan habis.

√ - √ -

13. Setelah satu babak selesai, guru mengocok

kembali kartu agar setiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya.

√ - √ -

14. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan

materi pembelajaran.

- √ √ -

15. Guru menutup pembelajaran dengan salam. √ - √ -

Jumlah 10 5 13 2

Persentase Keterlaksanaan 70% 30% 90% 10%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan

langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match masih

belum terlaksana sepenuhnya. Presentase keterlaksanaan sintaks yang diobservasi

pada pertemuan pertama hanya terlaksana sebanyak 10 aspek atau 70%. Guru

tidak memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa, guru tidak mengulas

meteri yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan, guru tidak

menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, guru tidak

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dan guru juga tidak menyimpulkan pembelajaran. Pada pertemuan kedua mengalami peningkatan

(12)

saja yang dilewati oleh guru yaitu guru tidak mengecek presensi siswa dan guru

tidak menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Pada

pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas materi dan melakukan

evaluasi dengan mengerjakan soal dimana semua aspek yang diobservasi

terlaksana yaitu: guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam, guru

memberi apersepsi dan motivasi kepada siswa, guru menyampaikan kompetensi

dasar dan indikator pembelajaran, guru mengajak siswa untuk mengulas materi

yang sudah dipelajari sebelumnya, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal

evaluasi yang berisi tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya, guru

membagikan dan menjelaskan cara mengerjakan soal, guru memberikan batas

waktu kepada siswa dalam mengerjakan soal evaluasi, guru bertanya jawab

dengan siswa mengenai soal-soal yang telah dikerjalan, guru memberikan

penguatan terhadap kegiatan evaluasi yang telah dilakukan, guru bersama siswa

melakukan refleksi terhadap pembelajaran energi panas dan energi bunyi beserta

pemanfaatannya, dan guru menutup pembelajaran.

b. Hasil Observasi Aktivitas siswa

Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi aktivitas yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Observasi ini dilakukan untuk

mengetahui perilaku siswa pada saat kegiatan belajar berlangsung. Adapun Hasil

Observasi siswa selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 15

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Aspek-aspek yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

Ya Tidak Ya Tidak

1. Kesiapan siswa berdoa sesuai dengan yang

diperintahkan guru.

√ - √ -

2. Siswa mendengarkan apersepsi dan motivasi

yang disampaikan guru.

(13)

3. Siswa melakukan persiapan sebelum

pembelajaran dimulai .

- √ √ -

4. Siswa mendengarkan penjelasan materi dari

guru.

- √ - √

5. Siswa mendapatkan kartu soal dan jawaban

yang diberikan guru.

√ - √ -

6. Siswa memikirkan soal atau jawaban dari

kartu yang telah mereka dapat.

√ - √ -

7. Siswa mencari pasangan dari kartu yan g telah

mereka dapat.

√ - √ -

8. Siswa mendapatkan reward atau hukuman

dari kegiatan menukar kartu.

√ - √ -

9. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan

tanya jawab tentang materi yang belum

dipahami .

√ - √ -

10. Siswa menyimpulkan pembelajaran yang

telah dilakukan.

- √ √ -

Jumlah 6 4 8 2

Presentase Keterlaksanaan 60% 40% 80% 20%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi respon

siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran

koopertaif tipe Make A Match belum sesuai yang diharapkan. Pada pertemuan

pertama hanya 6 item atau 60% respon siswa yang terlihat, sehingga pada saat

kegiatan belajar mengajar masih kurang optimal dan perlu diperbaiki. Pada data

observasi pertemuan ketiga respon siswa mengalami peningkatan menjadi 8 item

atau 70% respon siswa yang terlihat. Dari data observasi pertemuan pertama dan

kedua didapatkan 3 aspek respon siswa yang masih belum terlihat yaitu: siswa

kurang memperhatikan penjelasan dari guru, ramai saat melakukan kegiatan

menukar kartu, dan siswa masih belum berani dalam mengajukan pertanyaan.

Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas kembali materi yang

(14)

pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada pertemuan ketiga ini respon siswa yang

diamati adalah sebagai berikut: kesiapan siswa dalam pembelajaran, kemampuan

siswa dalam mengulas materi yang sudah dipelajari, ketepatan siswa dalam

menjawab pertanyaan dari guru, keberanian siswa untuk bertanya, ketertiban

siswa pada saat mengerjakan soal evaluasi, dan partisipasi siswa dalam

melakukan refleksi.

4.2.1.2 Refleksi

Sebelum melakukan tindakan siklus II diadakan refleksi proses

pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti

terhadap penerapan metode eksperimen berbantuan media visual pada mata

pelajaran IPA menunjukkan hasil yang cukup memuaskan meskipun masih ada

yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal-hal yang perlu diperbaiki

adalah sebagai berikut.

a. Peran guru dalam meberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa.

b. Kejelasan guru dalam menjelaskan materi.

c. Peran guru pada saat membantu siswa yang mengalami kesulitan.

d. Memperjelas aturan dalam melakukan kegiatan menukar kartu.

e. Guru tidak mendiskusikan masalah yang dihadapi siswa pada saat melakukan

kegiatan menukar kartu.

f. Guru kurang memberi semangat kepada siswa untuk berani mengungkapkan

pendapat mereka.

g. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru.

h. Siswa masih kurang percaya diri pada saat presentasi di depan kelas .

i. Siswa masih kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

j. Masih ada beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai KKM dibawah 70.

Dari penjelasan di atas peneliti bekerja sama dengan guru untuk

memperbaiki hal-hal yang menjadi penghalang jalannya proses belajar mengajar

(15)

4.3.1 Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Juni, 15 Juni,

dan 16 Juni 2016. serta setiap pertemuan diberikan alokasi waktu 2x35 menit.

Dalam siklus II proses pembelajaran IPA menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match dengan materi pokok energi bunyi dan

pemanfaatannya. Hal-hal yang disiapkan peneliti pada pelaksanaan siklus II ini

adalah dengan membuat RPP, menjelaskan kegiatan pembelajaran IPA dengan

menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kepada guru

kelas 4, menyiapkan alat dan bahan, menyiapkan media kartu yang akan

digunakan, menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa, dan menyiapkan

soal evaluasi. Setelah semua persiapan telah selesai peneliti dan guru kelas siap

untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Adapun penjelasan tiap pertemuan

adalah sebagai berikut.

a. Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Juni 2016 pada jam

pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,

siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 21 siswa, 1 orang siswa tidak masuk

dikarenakan ada salah satu anggota keluarganya yang meninggal. Pada pertemuan

pertama ini materi yang dipelajari adalah tentang pengertian energi bunyi,

sifat-sifat energi bunyi dan contoh benda-benda penghasil energi bunyi. Pada kegiatan

awal guru mengawalinya dengan mengucap salam dan dijawab siswa dengan

antusias, tidak lupa guru juga memberikan motivasi dan apersepsi, kemudian guru

mengecek presensi kehadiran siswa dan mengajak siswa untuk bertanya jawab

mengulas kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya untuk dikaitkan

dengan materi yang akan dipelajari, siswa merespon dengan penuh semangat dan

sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru, hal itu

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah menguasai materi pembelajaran

yang akan diberikan guru.

Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator

pembelajaran, serta guru mengajak siswa belajar dengan menggunakan metode

(16)

pemanfaatannya, kemudian guru menyampaikan energi bunyi dan

pemanfaatannya melalui power point dan video pembelajaran dengan materi

pembelajaran hari ini, yaitu: sumber-sumber bunyi, sifat-sifat bunyi dan contoh

energi bunyi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu guru menyampaikan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match akan dilakukan di kelas dan

percobaan dilakukan secara berkelompok. Guru membimbing siswa untuk

membentuk 3 kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa, kemudian siswa

masuk ke dalam kelompok yang telah ditetapkan dengan tenang. Setelah semua

siswa masuk ke dalam kelompok masing-masing, guru membagikan kartu soal

dan kartu jawaban yang akan digunakan sebagai media bantu dalam pembelajaran

serta topi bertuliskan kartu soal dan kartu jawaban pada setiap anggota kelompok.

Setelah semua kelompok mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban serta topi

kartu soal dan jawaban, guru menjelaskan cara atau langkah-langkah dalam

melakukan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan siswa

memperhatikan secara seksama meskipun ada beberapa siswa yang tidak

memperhatikan dan berbicara sendiri.

Selanjutnya siswa melakukan kegiatan bertukar kartu setelah mendapat

instruksi dari guru. Dalam kegiatan tersebut siswa sudah mulai menunjukkan

peningkatan rasa percaya diri dalam menukarkan kartu meskipun masih kurang

optimal, sehingga ketika siswa sudah memikirkan dan mencari pasangan yang

cocok dengan kartunya tidak memakan waktu yang lama. Setelah semua siswa

menemukan pasangan yang cocok dengan kartunya guru mulai menginstruksikan

untuk kembali ke tempat masing-masing kelompok dan mulai mempresentasikan

hasilnya di depan kelas. Pada pertemuan kedua ini, dari 14 kartu yang terdiri dari

7 kartu soal dan 7 kartu jawaban setelah dua babak putaran kartu terdapat dua

orang siswa yang belum mampu menemukan pasangan dengan benar. Sesuai

dengan ketentuan sebelumnya, siswa yang belum mampu menemukan pasangan

dengan benar sampai batas waktu yang ditentukan habis maka akan diberikan

sanksi yaitu menyayikan lagu daerah atau lagu kebangsaan. Setelah setiap

kelompok selesai mempresentasikan hasil pertukaran kartu, Guru meluruskan

(17)

miskonsepsi tentang energi bunyi dan pemanfaatannya, kemudian guru

mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama kegiatan berlangsung

bersama dengan siswa, kemudian memberikan solusi pemecahannya agar pada

pertemuan selanjutnya dapat menyelesaikan masalah yang sama. Guru mengecek

dan menyimpan kembali kartu soal dan kartu jawaban agar dapat digunakan pada

pertemuan selanjutnya. Setelah selesai guru membagikan lembar kerja siswa

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang telah

mereka pelajari hari ini. Kemudian setelah mendapat instruksi dari guru siswa

mulai mengerjakan soal-soal yang ada dalam lembar kerja siswa tersebut. guru

berkeliling untuk memastikan siswa mengerjakannya secara mandiri. Setelah

selesai guru menginstruksikan untuk menukar lembar kerja siswa tersebut ke

teman sebangkunya untuk kemudian dibahas dan dikoreksi bersama dengan

bantuan guru.

Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada siswa yang bertanya

tentang materi yang belum dipahaminya, yaitu tentang proses terjadinya

pemantulan bunyi yang berupa gaung dan gema dan guru menjelaskan proses

pemantulan bunyi yang berupa gaung dan gema di depan kelas. Guru bersama

siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru

menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik

untuk istirahat.

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Juni 2016 pada jam

pelajaran pertama sebelum istirahat pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit,

siswa yang mengikuti pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan kedua ini

materi yang dipelajari adalah tentang energi bunyi dan pemanfaatannya dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Guru

mengawali kegiatan dengan mengucap salam dan dijawab siswa dengan antusias,

kemudian guru mengecek presensi dan mengajak siswa untuk bertanya jawab

(18)

dengan materi yang akan dipelajari, sebagian besar siswa mampu menjawab

pertanyaan dari guru, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah

menguasai materi energi bunyi dan pemanfaatannya yang pernah dipelajari pada

pertemuan sebelumnya. Sebelum masuk ke pembelajaran guru mengawali dengan

memberikan motivasi dan apersepsi yang kemudian diikuti dengan

menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya guru menyampaikan bahwa siswa akan diajak belajar

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

tentang energi bunyi dan pemanfaatannya, setelah itu guru menyiapkan alat dan

bahan yang diperlukan. Guru menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match akan dilakukan di kelas dan

secara berkelompok, kemudian guru membimbing siswa untuk membentuk 3

kelompok besar yang terdiri dari 7-8 orang siswa dan siswapun masuk ke dalam

kelompok masing-masing dengan tertib. Setelah semua siswa berkelompok, guru

membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang menjadi media atau alat bantu

dalam pembelajaran. Beberapa siswa membantu membagi kartu soal dan kartu

jawaban tersebut agar pembagian cepat selesai. Setelah semua kelompok

mendapatkan kartu soal dan kartu jawaban, guru menjelaskan cara atau

langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, siswa

memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru. Selanjutnya guru

menjelaskan aturan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan

mengggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

Kegiatan selanjutnya, guru menampilkan video pembelajaran tentang

energi bunyi dan pemanfaatannya siswa memperhatikan video pembelajaran

dengan seksama. Setelah selesai guru memberikan materi tentang energi bunyi

dan pemanfaatannya dengan menggunakan media power point, sebelum mulai

menjelaskan guru memberikan beberapa pertanyaan untuk memancing

pengetahuan siswa, dan banyak dari siswa yang angkat tangan untuk menjawab

setiap pertanyaaan yang diberikan guru. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme

dan pemahaman siswa akan materi ini meningkat. Setelah selesai memberikan

(19)

kartu jawaban yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan

menginstruksikan pada siswa untuk mulai membentuk 3 kelompok besar yang

terdiri dari 7 orang. Setelah siswa masuk ke kelompok masing–masing guru mulai

membagikan kartu soal dan kartu jawaban, kemudian setelah setiap anggota

kelompok mendapatkan kartunya masing-masing guru memberi intruksi untuk

mulai mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Seperti pada pertemuan

pertama dalam siklus II, pada pertemuan kedua ini banyak dari siswa sudah

menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang ditentukan habis dan setelah

diprsentasikan dan dinilai oleh kelompok penilaipun tidak ditemukan kesalahan

antara pemasangan kartu soal dengan kartu jawaban yang sudah berjalan sebanyak

3 babak. Dan sesuai dengan peraturan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe

Make A Match, bagi siswa yang dapat menjodohkan kartunya sebelum batas

waktu yang ditentukan habis maka akan mendapatkan reward dari guru. Setelah

selesai, guru memberikan instruksi pada siswa untuk membentuk 4 kelompok

besar dan akan melakukan kegiatan eksperimen tentang energi bunyi dan

pemanfaatannya yaitu dengan membuat telepon sederhana dan melakukan

beberapa praktek perambatan bunyi yaitu perambatan bunyi pada benda padat dan

perambtan bunyi melalui benda cair yang akan didemonstrasikan oleh guru.

Selanjutnya siswa mulai masuk ke kelompok masing-masing dengan tertib dan

guru mulai membagikan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan

eksperimen serta lembar observasi dan soal. Setelah itu secara berkelompok siswa

memulai membuat telepon sederhana dari botol bekas dan guru berkeliling untuk

melihat adakah kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok

menyelesaikan telepon sederhana mereka, guru meminta semua anggota

kelompok untuk melakukan percobaan dengan menggunakan telepon sederhana

tersebut dengan cara berbicara pada satu sisi telepon sederhana tersebut dan siswa

lainnya mendengarkannya di sisi lain dan siswapun terlihat senang ketika alat

yang mereka ciptakan bisa digunakan. Setelah setiap kelompok melakukan

eksperimen, guru mendemonstrasikan perambatan bunyi pada benda padat dan

cair, karena keterbatasan bahan eksperimen guru meminta satu dari perwakilan

(20)

untuk kemudian memberitahukan kelompoknya tentang kegiatan eksperimen

tersebut. setelah kegiatan membuat telepon sederhana dan demonstrasi

perambatan bunyi selesai, siswa menjawab pertanyaan yang ada di lembar

ekperimen dan siswa membuat laporan hasil percobaan yang sudah dilakukan.

Guru berkeliling untuk membantu siswa dalam membuat laporan. Guru meminta

kepada semua kelompok untuk mengumpulkan laporan mereka, setelah itu

beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan laporan mereka di depan

kelas dan kelompok lain menaggapi dari hasil presentasi kelompok tersebut,

kelompok yang ditunjukpun percaya diri untuk mempresentasikan laporan

percobaan yang mereka lakukan dan mereka mampu menjawab pertanyaan dari

kelompok lain. Setelah kegiatan presentasi guru meluruskan jawaban siswa yang

masih kurang tepat, agar tidak terjadi miskonsepsi tentang energi bunyi dan

pemanfaatannya, kemudian guru mendiskusikan masalah-masalah yang

ditemukan selama melakukan eksperimen bersama dengan siswa, kemudian

memberikan solusi pemecahannya agar pada percobaan selanjutnya dapat

menyelesaikan masalah yang sama. Guru mengecek dan menyimpan kembali alat

dan bahan agar dapat digunakan pada pertemuan selanjutnya.

Dalam kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa dan ada sebagian besar

siswa yang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya. Guru bersama

siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian guru

menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta didik

untuk istirahat.

c. Pertemuan Ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Kamis, 16 Juni 2016 pada jam

pelajaran pertama dengan alokasi waktu 2x35 menit, siswa yang mengikuti

pelajaran berjumlah 22 siswa. Pada pertemuan ketiga ini kegiatan pembelajaran

yang dilakukan adalah mengulas materi yang sudah dipelajari tentang energi

panas dan energi bunyi serta pemanfaatannya dan melakukan evalusi dengan cara

mengerjakan soal evaluasi. Pada kegiatan awal guru mengawalinya dengan

(21)

apersepsi dan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran, setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak

akan dicapai. Guru mengajak siswa untuk bertanya jawab mengulas kembali

materi yang sudah dipelajari sebelumnya tentang energi panas dan energi bunyi

beserta dengan pemanfaatannya.

Pada pertemuan ketiga ini guru mengulang materi pada pertemuan

pertama dan kedua yang telah dilaksanakan pada hari sebelumnya dengan cara

memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui sejauhmana pemahaman

mereka mengenai materi yang telah diberikan dan semua siswa dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar. Guru membagikan soal

evaluasi kepada siswa dan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut, pada saat

pembagian soal semua siswa menunggu untuk mendapatkan soal dengan tertib.

Guru menyampaikan batas waktu siswa dalam mengerjakan soal secara mandiri,

semua siswa mengerjakan soal evaluasi mereka secara mandiri dan tertib, tidak

ada siswa yang mencontek atau bertanya dengan teman lainnya. Setelah semua

siswa selesai mengerjakan, guru meminta siswa untuk mengumpulkan soal secara

urut sesuai dengan nomer presensi siswa. Guru bertanya jawab dengan siswa

tentang soal yang sudah dikerjakan dan guru memberikan penguatan materi dari

soal yang telah dikerjakan.

Dalam kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap

pembelajaran IPA dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make

A Match untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kegiatan pembelajaran

yang nantinya akan dilakukan perbaikan oleh guru agar pada saat pertemuan

selanjutnya mampu mengatasi kelemahan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya.

Guru menutup pembelajaran dengan mengucap salam dan membolehkan peserta

didik untuk istirahat.

4.3.1.1 Hasil Observasi Siklus II

Selain kegiatan pembelajaran guru, aktivitas belajar siswa juga dinilai oleh

observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Adapun hasil observasi

(22)

a. Hasil Observasi Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh

seorang observer yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks metode

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran IPA yang

dilakukan guru selam tiga kali pertemuan. Adapun hasil observasi aktivitas guru

selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

3. Guru mengawali pembelajaran dengan

memberikan motivasi dan apersepsi.

√ - √ -

4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan

indikator pembelajaran.

√ - √ -

5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3

kelompok besar.

√ - √ -

6. Guru membuat peraturan yang berisi

penghargaan bagi siswa yang berhasil dan

sanksi bagi siswa yang gagal.

√ - √ -

7. Guru membagikan kartu – kartu pada siswa. √ - √ -

8. Guru memberikan waktu pada siswa untuk

memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang

sudah mereka dapat.

√ - √ -

9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk

mencari pasangan dari kartu yang telah

mereka dapat.

√ - √ -

10. Guru membimbing kelompok yang

mengalami kesulitan.

√ - √ -

(23)

bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya

sebelum waktu yang ditentukan habis.

12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang

belum bisa mencocokkan kartunya sampai

batas waktu yang ditentukan habis.

√ - √ -

13. Guru mengocok kembali kartu agar setiap

siswa mendapat kartu yang berbeda dari

sebelumnya..

√ - √ -

14. Guru bersama dengan siswa manyimpulkan

pembelajaran.

√ - √ -

15. Guru menutup pembelajaran dengan salam. √ - √ -

Jumlah 15 - 15 -

Presentase Keterlaksanaan 100% - 100% -

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan

langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match telah

mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya dikarenakan semua

langkah-langkah pada pertemuan pertama dan kedua telah terlaksana sepenuhnya, hal ini

ditunjukkan dengan 100% aspek atau 15 aspek yang diobservasi telah

dilaksanakan oleh guru. Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas

materi yang telah diajarkan, melakukan evaluasi dengan mengerjakan soal, dan

melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dimana semua

aspek yang diobservasi telah terlaksana sepenuhnya.

b. Hasil Observasi Aktivitas siswa

Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi aktivitas yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Observasi ini dilakukan untuk

mengetahui perilaku siswa pada saat kegiatan belajar berlangsung. Adapun Hasil

Observasi siswa selama tiga kali pertemuan yang telah dilakukan dapat dilihat

(24)

Tabel 17

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Aspek-aspek yang Diamati Pertemuan I Pertemuan II

Ya Tidak Ya Tidak

1. Siswa berdoa sesuai dengan yang

diperintahkan guru .

√ - √ -

2. Siswa mendengarkan apersepsi dan motivasi

dari guru.

√ - √ -

3. Siswa melakukan persiapan sebelum

pembelajaran dimulai.

√ - √ -

4. Siswa mendengaran penjelasan materi dari

guru.

√ - √ -

5. Siswa mendapatkan kartu soal atau jawaban

yang diberikan guru .

√ - √ -

6. Siswa memikirkan soal atau jawaban dari

kartu yang telah mereka dapat.

√ - √ -

7. Siswa mencari pasangan dari kartu yang telah

mereka dapat.

√ - √ -

8. Siswa mendapatkan reward atau hukuman

dari kegiatan menukar kartu.

√ - √ -

9. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan

Tanya jawab tentang materi yang belum

dipahami siswa.

√ - √ -

10. Siswa menyimpulkan pembelajaran yang

telah dilakukan.

√ - √ -

Jumlah 10 - 10 -

Presentase Keterlaksanaan 100% - 100% -

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi respon

siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match telah mengalami peningkatan dari siklus

sebelumnya, hal ini dapat dilihat dari jumlah presentase observasi aspek respon

(25)

kedua. Pada pertemuan ketiga hanya difokuskan untuk mengulas kembali materi

yang diajarkan, mengerjakan soal evaluasi, dan melakukan refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

4.3.1.2 Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan

yang dilakukan guru dan respon siswa pada saat proses belajar mengajar serta

hasil belajar yang didapat siswa menunjukkan adanya peningkatan yang pesat.

Guru sudah melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan sintaks dan tidak

ada langkah yang terlewatkan, kemudian siswa telah menunjukkan respon

kegiatan belajar mengajar dengan baik yang ditunjukkan dengan semua kriteria

respon siswa terpenuhi, yang tadinya siswa belum percaya diri dalam presentasi di

siklus II terlihat siswa percaya diri dalam presentasi dan yang tadinya siswa tidak

berani bertanya di siklus II siswa terlihat bersemangat untuk mengajukan

pertanyaan. Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan

dengan 20 siswa mendapat nilai lebih dari 70 dengan kata lain 91% siswa telah

tuntas dan masih ada 2 siswa yang belum tuntas. Untuk mengatasi hal tersebut

guru melakukan remidial khusus untuk siswa yang belum tuntas.

4.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi diskripsi

data dan analisis data hasil evaluasi dari siklus I sampai dengan siklus II. Adapun

penjelasanya sebagai berikut.

4.4.1 Diskripsi Data 4.4.1.1 Data Siklus I

Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match, peneliti menggunakan data hasil belajar IPA siswa

kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Siklus I untuk mengetahui keberhasilan

penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Untuk

menghitung interval, peneliti menggunakan rumus dari Rostina Sundayana (2014

(26)

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 22

= 1 + 3,3. 1,34

= 1 + 4,21

= 5,42 (dibulatkan menjadi 5)

Range (R) = (Skor maksimal-skor minimal)

= (90-55)

= 35

Interval =

=

= 7

Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensinya. Berikut disajikan

rekapitulasi tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus I yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Kelas 4 SD

Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

No Interval Frekuensi Presentase

1. 84 - 90 5 22.72%

2. 77 - 83 7 31.81%

3. 70 - 76 4 18.18%

4. 63 - 69 2 9.09%

5. 55 - 62 4 18.18%

Jumlah 22 100%

Dari tabel di atas diperoleh data yang menunjukkan bahwa ada

peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di siklus I. Dari 22 siswa ada 4 siswa hasil belajar IPA berada di interval 55-62 atau sebanyak 18.18%, pada

(27)

18.18%, pada interval 77-83 terdapat sebanyak 7 siswa atau 31.81%, sedangkan

pada interval 84-90 terdapat sebanyak 5 siswa atau 22.72%. Berikut ini

merupakan grafik distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri

03 Candimulyo.

Gambar 2 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA

4.4.1.2 Data Siklus II

Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match peneliti menggunakan data hasil belajar IPA siswa

kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Siklus II untuk mengetahui keberhasilan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Untuk menghitung

interval, peneliti menggunakan rumus dari Rostina Sundayana (2014:39) sebagai

berikut.

Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 22

= 1 + 3,3. 1,34

= 1 + 4,21

= 5,42 (dibulatkan menjadi 5)

Range (R) = (Skor maksimal- skor minimal)

= (95-65)

(28)

Interval =

=

= 6

Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensinya. Berikut disajikan

rekapitulasi tabel distribusi frekuensi hasil belajar IPA siklus II yang dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II Kelas 4 SD

Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

No Interval Frekuensi Presentase

1. 90 - 95 7 31.81%

2. 83 - 89 5 22.72%

3. 76 - 82 4 18.18%

4. 71 - 75 3 13.63%

5. 65 - 70 3 13.63%

Jumlah Siswa 22 100%

Dari tabel di atas diperoleh data yang menunjukkan bahwa ada

peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM di siklus II. Dari 22 siswa ada 3

siswa hasil belajar IPA berada di interval 65-70 atau sebanyak 13.63%, pada

interval 71-75 ada 3 siswa atau 13.63%, pada interval 76-82 terdapat 4 siswa atau

18.18%, pada interval 83-89 terdapat sebanyak 5 siswa atau 31.81%, sedangkan

pada interval 90-95 terdapat 7 siswa atau sebanyak 31.81%. Berikut ini

merupakan grafik distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa siklus II kelas 4 SD

(29)

Gambar 3 Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

4.5.1 Analisis Data

4.5.1.1 Analisis Ketuntasan

Analisis data dilakukan dalam dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan

analisis komparatif. Dalam analisis ketuntasan hasil belajar siswa dilakukan

dengan cara membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal). Sedangkan analisis komparatif dilakukan dengan

cara membandingkan data hasil belajar IPA pada kondisi awal atau pra siklus,

siklus I, dan siklus II.

a. Analisis Ketuntasan Siklus I

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70), data yang

diperoleh dari nilai siklus I dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan

(30)

73% 27%

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Tuntas

Tidak Tuntas Tabel 20

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1. Tuntas 16 73%

2. Tidak Tuntas 6 27%

Jumlah 22

Nilai Rata-rata 74.7

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 55

Berdasarkan tabel analisis ketuntasan hasil belajar IPA siklus I siswa kelas

4 SD Negeri 03 Candimulyo di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat

nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM ˂ 70) sejumlah 6 siswa

dengan persentase 27%, sedangkan siswa yang sudah mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM 70) sejumlah 16 siswa dengan persentase 73%.

Kemudian nilai rata-rata sebesar 74.7, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 55.

Diagram ketuntasan hasil belajar Siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(31)

b. Analisis Ketuntasan Siklus II

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 70) data hasil

perolehan nilai siklus II dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang

belum tuntas dalam tabel berikut ini.

Tabel 21

Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo

No Ketuntasan Frekuensi Persentase

1. Tuntas 20 91%

2. Tidak Tuntas 2 9%

Jumlah 22

Nilai Rata-rata 82.7

Nilai Tertinggi 95

Nilai Terendah 65

Berdasarkan tabel analisis ketuntasan hasil belajar IPA siklus II siswa

kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat

nilai kurang dari KKM ˂ 70 sejumlah 2 siswa dengan persentase 9%, sedangkan

siswa yang sudah mencapai KKM 70 sejumlah 21 siswa dengan persentase

91%. Kemudian nilai rata-rata sebesar 82.7, nilai tertinggi 95, dan nilai terendah

65. Diagram ketuntasan hasil belajar Siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah

ini.

(32)

4.5.1.2 Analisis Komparatif

Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan, maka

selanjutnya melakukan analisis komparatif hasil belajar antara Pra-siklus, siklus I

dan siklus II, yaitu dengan membandingkan data hasil belajar pada kondisi awal,

siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat diketahui peningkatan ketuntasan hasil belajar

siswa. Perbandingan data hasil belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 22

Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

F % F % F %

1. Tuntas 9 41.% 16 73% 20 91%

2. Tidak Tuntas 13 59.% 6 27% 2 9%

Jumlah 22 100% 22 100% 22 100%

Nilai Rata-rata 61,6 74,7 82.7

Nilai Tertinggi 80 90 95

Nilai Terendah 45 55 65

4.6 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, kegiatan penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas 4 SD Negeri 03 Candimulyo Semester II tahun ajaran pelajaran

2015/2016, ada peningkatan hasil belajar anatara hasil belajar siklus I dengan

Pra-siklus. Pada Pra-siklus siswa memperoleh nilai > 70 hanya sebanyak 9 siswa

atau 41% dan siswa yang memperoleh nilai < 70 sebanyak 13 siswa atau 59%

dengan nilai rata-rata 61,6 dan nilai maksimum 80 sedangkan nilai minimum 45,

artinya bahwa masih banyak siswa yang belum mengalami ketuntasan hasil

belajar. Dengan demikian perlu diterapkan metode pembelajaran kooperatfi tipe Make A Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah menerapkan

(33)

siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ketuntasan

belajar siswa meningkat menjadi 73% atau 16 siswa dengan nilai rata-rata 74,7

dan nilai maksimum 90 sedangkan nilai minimum 55. Dengan hasil ini

menunjukkan siswa mengalami sedikit peningkatan hasil belajar. Dengan hasil itu

perlu dilaksanakan pembelajaran siklus II agar perolehan nilai siswa bisa lebih

maksimal.

Setelah dilaksanakan kegiatan penelitian siklus II dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match diperoleh data bahwa dalam

pelaksanaan pembelajaran siklus II terjadi lagi peningkatan hasil belajar siswa.

Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 91% atau 20 siswa dengan nilai

rata-rata meningkat menjadi 82.7 dan nilai maksimum meningkat menjadi 95

sedangkan dan nilai minimum menjadi 65.

Berdasarkan data yang diperoleh dari nilai kondisi awal, siklus I dan siklus

II didapatkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ini

melatih siswa untuk aktif dalam melakukan suatu percobaan dan berfikir secara

kritis untuk membuktikan teori atau menemukan suatu teori melalui kegiatan

percobaan dan dengan penggunaan media yang sesuai dapat mempermudah

penyampaian materi, karena media merupakan alat bantu mengajar yang dapat

digunakan untuk menyalurkan materi yang disampaikan guru kepada siswa dapat

meningkatkan hasil belajar IPA sebesar 91% dengan rata-rata mencapai 82.7.

Dalam pembelajaran ini siswa melakukan suatu percobaan tentang

kegiatan memasangkan kartu soal dengan kartu jawaban secara berkelompok,

mengamati prosesnya, serta mempresentasikan hasil kegiatan tersebut di depan

kelas, kemudian siswa lainnya menilai dan dievaluasi oleh guru, sehingga

pembelajaran akan lebih menyenangkan bagi siswa untuk memahami materi

dengan kegiatan belajar sambil bermain tersebut, karena siswa belajar sambil

mempraktekkan sendiri apa yang dipelajarinya.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match juga dapat

menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk tetap mengikuti pembelajaran

(34)

dalam mencari pasangan-pasangan kartu dan dapat menumbuhkan rasa tanggung

jawab dan disiplin untuk siswa.

Kondisi tersebut juga didukung dengan kelebihan yang ada pada metode

pembelajaran Make A Match dalam proses belajar mengajar. Kelebihan yang ada

pada metode Make A Match antara lain: (1) dapat meningkatkan aktifitas belajar

siswa , (2) karena unsur permainan, model ini menyenangkan, (3) meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa, (4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk

tampil presentasi, (5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu

belajar, Miftahul Huda (2013:253 - 254 ).

Hasil penelitian ini dirasa sejalan dengan jurnal penelitian terdahulu yang

telah dilakukan oleh Milya angreranti (2011) dengan judul “Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Melalui Metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

terhadap hasil belajar IPA berdasarkan gender siswa kelas V SDN 01 Grobogan

semester II Tahun Pelajaran 2011”, menyampaikan pada siklus I (satu) untuk

siswa laki-laki dari 14 siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 9 siswa dengan

presentase ketuntasan 64,28%, dan tidak tuntas sebanyak 5 siswa dengan

presentase 35,72%. Sedangkan untuk siswa perempuan dari 10 siswa dinyatakan

tuntas sebanyak 3 siswa dengan presentase 30%, dan tidak tuntas sebanyak 7

siswa dengan presentase 70%. Rata-rata yang diperoleh 66,00 nilai minimal

48,00 dan nilai maksimalnya 88,00. Nilai pada siklus II (dua) untuk siswa

laki-laki dari 14 siswa dinyatakan tuntas semua dengan presentase 100%, sedangkan

dari siswa perempuan dari 10 siswa juga dinyatakan tuntas semua dengan

presentase 100%. Rata-rata yang diperoleh 83,00 standar deviasinya 6,65 nilai

minimal 70,00 dan nilai maksimal 95,00. Hasil belajar siswa yang dicapai setelah

diberikan perlakuan meningkat hal ini terbukti dengan nilai rata-rata siklus II

(dua) lebih besar dibandingkan dengan siklus I (satu) 83,00>66,00. Berdasarkan

analisis data disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pelajaran IPA, dan sangat efektif digunakan untuk menjadikan pembelajaran

(35)

Pendapat yang dikemukakan oleh Milya angreranti di atas juga sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suratman (2009), dalam

penelitiannya yang berjudul “Upaya peningkatan hasil belajar IPA melalui

pendekatan Make A Match pada siswa kelas 5 SDN Timbang 01 semester II tahun ajaran 2011/2012”. Menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA sebagai berikut: pada pembelajaran awal dengan

menggunakan metode klasikal (metode ceramah) siswa yang tuntas dalam

pembelajaran terdapat 35,29% (6 dari 17 siswa), setelah dilakukan pembelajaran

pada siklus I (satu) terdapat 70,59% (12 dari 17 siswa) yang mencapai nilai tuntas

batas KKM, pada siklus II (dua) terdapat 100% (17 dari 17 siswa) yang mencapai

nilai tuntas nilai KKM. Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

dari kondisi awal ke siklus I dan II. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Make

A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa mencapai 100%. Hasil penelitian

dari kedua orang tersebut yang telah menerapkan metode pembelajaran kooperatif

tipe Make A Match pada pembelajara IPA membuktikan bahwa telah terjadi

peningkatan hasil belajar siswa.

Hal yang menjadi tambahan dari penelitian sebelumnya adalah penelitian

ini merumuskan sintaks sesuai dengan standar proses yang dijabarkan dari

langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menurut

Agus Suprijono. Hal tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah yang dijabarkan

peneliti pada tabel di bawah ini.

Tabel 23

Perbandingan Langkah-langkah menurut Agus Suprijono dengan peneliti

Sintaks Agus

Suprijono

Peneliti

1. Guru mengecek presensi kehadiran siswa.

2. Guru mereview pembelajaran yang lalu.

3. Guru mengawali pembelajaran dengan memberikan motivasi

dan apersepsi.

(36)

pembelajaran.

5. Guru membagi siswa menjadi 2 atau 3 kelompok besar.

6. Guru membuat peraturan yang berisi penghargaan bagi siswa

yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang gagal.

7. Guru membagikan kartu – kartu pada siswa.

8. Guru memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan

jawaban atau soal dari kartu yang sudah mereka dapat.

9. Guru memberikan waktu pada siswa untuk mencari pasangan

dari kartu yang telah mereka dapat.

10. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. -

11. Guru memberikan reward atau penghargaan bagi siswa yang

dapat mencocokkan kartunya sebelum waktu yang ditentukan

habis.

12. Guru memberikan sanksi kepada siswa yang belum bisa

mencocokkan kartunya sampai batas waktu yang ditentukan

habis.

13. Guru mengocok kembali kartu agar setiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya..

14. Guru bersama dengan siswa manyimpulkan pembelajaran.

15. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

Jumlah 14 15

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa peneliti memberikan tambahan

langkah yang dijabarkan dari langkah Make A Match menurut Agus Suprijono.

Berdasarkan pembahasan di atas maka implikasi teoristis dan implikasi praktis sebagai berikut.

1. Implikasi Teoristis

Implikasi teoritis penelitian ini adalah bertambahnya pengalaman dan

pengetahuan baru mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

lebih baik daripada model pembelajaran konvensional atau ceramah, karena

nampak dari peningkatan hasil belajar IPA siswa dan dalam pemahaman materi

yang lebih mendalam.

(37)

2. Implikasi Praktis

a. Bagi Siswa

Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kartu

mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui sebuah kegiatan

menyenangkan untuk memasangan kartu soal dan jawaban dan siswa

membuktikan sendiri tentang materi yang sedang dipelajarinya, melatih

siswa untuk bekerjasama, disiplin dalam menghargai waktu, melatih

keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, selain itu siswa

menjadi lebih aktif, bersemangat, dan termotivasi ketika mengikuti proses

pembelajaran.

b. Bagi Guru

Memberikan pengalaman dan pengetahuan baru kepada guru, khususnya

dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Make A Match

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di

dalam kelas tentang rendahnya hasil belajar IPA siswa.

c. Bagi Sekolah

Menambah referensi bagi sekolah dalam menerapkan metode pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match untuk melakukan perbaikan mengenai proses

pembelajaran di kelas sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu juga sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam memilih media

dan metode pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran untuk

Gambar

Tabel 13 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Gambar 1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra-Siklus
Tabel 14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
  Tabel 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

La aplicación de las herramientas lean nos permite poder mejorar, los procesos con el objetivo de minimizar tiempo de demoras, el sistema de lean manufacturing es esencial para

Sering kali jika kita menyeleksi objek, maka akan terbentuk node-node atau titik-titik pada objek tersebut yang umunya berjumlah 6 titik secara otomatis, hal itu

konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi

Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,

Membuktikan bahwa adanya amilum pada daun sebagai hasil fotosintesis. - Menutup sebagian daun ubi kayu yang belum terkena sinar

(1) Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dalam jangka waktu paling lambat 5

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

Section 87 of t he Administration of the Religion of Islam (State of Selangor) Enactment 2003... Institution of zakat is one of the most important bodies in developing the