• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu. Judul Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Turnver Intention karyawan CV.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu. Judul Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Turnver Intention karyawan CV."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU

Dalam tinjauan ini akan di kemukakan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dan pembanding untuk menjelaskan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Penulis dan

Tahun Judul

Metode

Analisis Hasil Penelitian

1 . I Gede Putra Arnanta, (2017) Pengaruh Stres Kerja, Kepuasan Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Turnver Intention karyawan CV. Dharma Siadja Regresi linier bergana 1. Menunjukan bahwa stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention

2. Kepuasan kerja dan iklim organisasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention. 2 . Widayati & Yunia, (2017) Pengaruh Kompensasi dan Budaya Organisasi terhadap Turnover Intention Regresi linier berganda 1. Kompensasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention.

2. Budaya organisasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel turnover intention. 3 . Rossalia (2016) Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Turnover Intention Karyawan High Point Serviced Apartment Surabaya

Regresi linier berganda

1.Variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh negatif dan signifikan secara persial maupun simultan terhadap turnover intention.

(2)

No Penulis dan

Tahun Judul

Metode

Analisis Hasil Penelitian

4 Khaidir & Sugiati, (2016)

Pengaruh stress kerja, kompensasi dan kepuasan kerja terhadap turnover intention studi pada karyawan PT. Gagah SatriaManunggal Banjarmasin Regresi Linier berganda Hasil penelitian menunjukan variabel stress kerja mempunyai pengaruh yang dominan terhadap turnover intention.

Berdasarkan pada tabel 2.1 penelitian terdahulu di atas disebutkan

diperoleh perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan yang

dilakukan saat ini dan penelitian terdahulu.

a. Perbedaan

perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang

adalah objek perusahaan yang diteliti.

b. Persamaan

persamaan peneliti sekarang dan peneliti terdahulu adalah pada tema

yang diteliti mengenai stress kerja, kepuasan kerja dan kompensasi yang akan

dilihat dari pengaruhnya terhadap variabel terikatnya. Persamaan penelitian

terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi

linier berganda

B. TINJAUAN TEORI

1. Turnover intention

(3)

keluar dari perusahaan. Banyak alasan yang menyebabkan timbulnnya

turnover intention ini dan di antarannya adalah keingginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dari pengertian mengenai

turnover intention, dapat disimpulkan bahwa turnover intention merupakan keinginan dari masing-masing individu karyawan cenderung

untuk keluar atau menarik diri dari pekerjaan mereka.

a. Jenis turnover intention

Menurut Arin Dewi Putrianti dan Djamhur Hamid (2014),

turnover intention dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : 1) Voluntary turnover yang dapat diartikan sebagai karyawan

meninggalkan perusahaan karena alasan sukarela.

2) Involuntary turnover dapat diartikan sebagai karyawan

meninggalkan perusahaan karena terpaksa. Involuntary turnover

diakibatkan oleh tindakan pendisiplinan yang di lakukan

prusahaan

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention

Anggri Prihati et al (2017)menyatakan keinginan untuk keluar

dapat dipengaruhi oleh dua faktor diantarannya faktor organisasi

dan faktor individu.

Faktor organisasi yang dapat menyebabkan keinginan

(4)

jam kerja yang tidak fleksibel, serta lingkungan kerja yang tidak

mendukung.

Sedangkan faktor individu yang dapat menyebabkan keinginan

karyawan untuk keluar antara lain konflik keluarga-pekerjaan, stres

kerja, rendahnnya kepuasan kerja danomitmen organisasi.

c. Indikasi terjadinnya turnover intention

Menurut Rossalia (2016) turnover intention ditandai oleh

berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan. Indikasi-

indikasi tersebut antara lain :

1) Absensi karyawan yang meningkat

Karyawan yang memiliki turnover intention biasannya

cenderung meningkatkan absensinnya. Hal itu terjadi karena

dalam fase tersebut, tingkat tanggung jawab karyawan sudah

sangat berkurang dibandingkan sebelumnnya.

2) Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja

Berbagai pelanggaran tata tertib dalam lingkunggan kerja

sering dilakukan karyawan yang memiliki turnover intention.

Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam

kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran

lainnya.

(5)

Karyawan yang memiliki turnover intention akan lebih malas

bekerja karena orientasi karyawan tersebut adalah bekerja di

tempat lain yang dipandang memenuhi keinginan karyawan

tersebut.

4) Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasannya

Hal ini berlaku untuk karyawan dengan karakteristik positif.

Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi

terhadap tugas yang diberikan. Jika prilaku positif karyawan

ini meningkat jauh dan berbeda dari biasannya maka

menunjukan karyawan ini akan melakukan turnover

intention.

5) Peningkatan protes terhadap atasan

Karyawan yang memiliki turnover intention, akan lebih

sering melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan

perusahaan kepada atasan. Biasannya protes yang ditekankan

berhubungan dengan aturan yang tidak sependapat dengan

keinginan karyawan.

d. Indikator turnover intention karyawan

Menurut Mobley, (2011) indikator turnover intention adalah :

1. keinginan untuk keluar

Mencerminkan individu untuk berfikir keluar dari pekerjaan

(6)

ketidakpuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan, kemudian

karyawan mulai berfikir keluar dari tempat kerjannya saat ini

2. Pencarian alternatif pekerjaan

Mencerminkan individu berkeinginan untuk mencari

pekerjaan pada organisasi lain, jika karyawan sudah mulai sering

berfikir untuk keluar dari pekerjaannya, karyawan tersebut akan

mencoba mencari pekerjaan di luar perusahaannya yang dirasa lebih

baik.

3. Niat untuk keluar

Mencerminkan individu yang berniat untuk keluar.

Karyawan yang berniat untuk keluar apabila telah mendapatkan

pekerjaan yang lebih baik dan nantinnya akan di akhiri dengan

keputusan karyawan tersebut untuk tetap tinggal atau keluar dari

pekerjaannya.

1. Stres kerja

Robbins (2006) mengatakan stres merupakan kondisi dinamik

yang di dalam individu menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan

yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya

dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting. Stres berarti suatu

tuntutan hal-hal yang sangat berbeda atau secara sederhana atau

diartikan sebagai sesuatu yang melibatkan interaksi antara individu

(7)

Wahjono (2010) berpendapat bahwa stres adalah kondisi

ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi

seseorang. Stres yang terlalu berat akan mengancam kemampuan

seseorang dalam menghadapi lingkungannya. Stres kerja adalah suatu

kondisi karyawan yang mengalami tekanan dalam pekerjaan baik dari

tugas, pimpinan lingkungan kerja tempat karyawan tersebut bekerja.

Gejala stres biasannya terlihat dari beberapa perilaku seperti sering

marah, tidak dapat rileks, agresif, tidak kooperatif dan pelariannya

adalah minum alkohol secara berlebihan bahkan narkoba.

Menurut pendapat Wahjono (2010) kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Ada dua katagori stressor yaitu on the job dan of the job. Contoh dari kategori on the job seperti beban kerja yang berlebihan, tekanan atau desakan waktu serta ambiguitas. Kemudian, contih dari kategori of the job seperti kekhawatiran finansial, masalah anak dan masalah perkawinan.

a. Penyebab stress kerja

Terdapat dua faktor penyebab stress kerja, yaitu faktor

lingkungan kerja dan factor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor

lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor

maupun hubungan sosial di luar pengalaman pribadi lingkungan

pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian,

peristiwa atau pengalaman pribadi maupun kondisi sosial, ekonomi

(8)

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2012) faktor-faktor penyebab

stress kerja karyawan, antara lain tekanan dan sikap pemimin yang

kurang adil dan wajar, balas jasa yang terlalu rendah, konflik antara

pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, beban kerja yang

berlebihan dan sulit hingga masalah keluarga.

b. Jenis stres

Menurut Korporasi & Hardjana (2008) pada dasarnnya stres

kerja dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Eusstres kerja

Stres kerja positif atau menguntungkan yaitu hasil dari respon

terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif

(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan

individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat

performan yang tinggi.

2. Distress kerja

Stres kerja yang merusak dan merugikan yaitu hasil dari respon

terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan deskruktif

atau bersifat merusak. Hal tersebut termasuk konskuensi

individu dan organisasi yang tinggi, yang diasosiasikan dengan

(9)

c. Indikator stres kerja

Menurut Robbins (2006) beberapa konsekuensi dari stress yang

juga bisa di gunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat

stress dalam organisasi. Berikut ini beberapa indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat stress yaitu :

1. Gejala fisologis, yaitu terkait aspek Kesehatan dan medis yang

dilihat dari perubahan metabolisme, meningkatnya tekanan

darah, menimbulkan sakit kepala dan serangan jantung dan

meningkatnnya laju detak jantung dan pernafasan.

2. Gejala perilaku, yaitu dilihat dari perubahan produktivitas,

tingkat keluar masuknnya karyawan, absensi, perubahan

kebiasaan makan, bicara cepat, gelisah dan adannya gangguan

tidur, meningkatnnya konsumsi alcohol dan rokok.

3. Gejala psikologis, yaitu dapat dilihat dari kecemasan,

ketidakpuasan, ketegangan, kebosanan, mudah marah dan suka

menunda-nunda.

2. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenagkan

dan mencintai pekerjaannya, serta sikap ini dicerminkan oleh

kedisiplinan dan prestasi kerja, Malayu S.P Hasibuan

(2012).kepuasan kerja menunjukan kesesuaian antar harapan

seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, Umar

(10)

Menurut Sutrisno (2016), kepuasan kerja merupakan suatu

sikap karyawan terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan situasi

kerja, kerjasama antar karyawan imbalan yang diterima dalam kerja,

dalam hal-hal yang menyangkut faktor fisik dan psikologis. Kepuasan

kerja menurut Martoyo (2007) adalah keadaan emosional karyawan

dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa

kerja karyawan dari prusahaan dengan tingkat nilai balas jasa yang

memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

a. Faktor kepuasan kerja

Anoraga (2009) mengemukakan pendapatnnya mengenai dua

faktor yang menentukan kepuasan kerja yaitu faktor hubungan

antar karyawan dan faktor luar. Aspek yang terdapat dalam factor

hubungan antar karyawan antara lain hubungan langsung antara

manajer dan karyawan, faktor psikis dan kondisi kerja, hubungan

sosial di antara karyawan, sugesti dari teman sekerja, faktor-faktor

individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap, dan umur serta

emosi dan situasi kerja.

Kemudian, aspek-aspek yang terdpat dalam factor luar anatara

lain hal-hal yang berhubungan dengan keadaan keluarga karyawan,

rekreasi dan pendidikan.

b. Indikator kepuasan kerja

MenurutLuthans (2006) indikator kepuasan kerja yaitu :

(11)

Bagi kebanyakan pegawai, kerja merupakan salah satu cara

untuk memenuhi kebutuhan interaksi sosial. Oleh karena itu

mempunyai rekan kerja yang menyenangkan dapat

meningkatkan kepuasan kerja.

2. Pekerjaan itu sendiri

Perasaan karyawan dalam menyukai pekerjaan yang memberi

kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan

keterampilan, kebebasan serta umpan balik.

3. Pegawai supervisor

Supervisor mempunyai peran yang penting dalam suatu

organisasi karena berhubungan dengan pegawai secara

langsung dan mempengaruhi pegawai dalam melakukan

pekerjaannya. Pada umumnya pegawai lebih suka mempunyai

supervise yang adil, terbuka dan bekerja sama dengan bawahan.

3. Kompensasi

Darmastuti (2013) menyatakan bahwa kompensasi merupakan

penghargaan/ganjaran pada para pekerja yang telam memberikan

kontribusi dalam mewujudkan tujuannya. Sejatinnya bila prusahaan

memberikan timbal balik berupa kompensasi yang sesuai dengan

harapan karyawan maka, karyawan akan memberikan tenaga dan

pikiran sesuai dengan visi dan misi akan terciptannya tujuan

(12)

adalah apa yang seorang karyawan/pegawai/pekerja terima sebagai

balasan dari pekerjaan yang di berikannya Kadarisman (2011).

Kompensasi merupakan imbalan yang diterima berupa

finansial baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap

masing-masing karyawan sebagai balas jasa yang sesuai atas tenaga

serta pikiran kepada perusahaan. Artinnya kompensasi yang dimaksud

sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas hasil kerjanya.

Penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi dibedakan jenisnnya

yaitu kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung, dan insentif.

Kompensasi langsug yang disebut gaji atau upah, kompensasi tidak

langsung diluar upah atau gaji yang berupa THR (tunjangan hari raya),

insentif misalnnya pemberian bonus Darmastuti (2013).

a. Jenis-jenis kompensasi

Kompensasi yang berarti penghargaan/ganjaran ternyata tidak

hannya sekedar berbentuk pemberian upah/gaji sebagai akibat dari

pengangkatannya sebagai tenaga kerja sebuah

organisasi/perusahaan (Darmastuti, 2013). Penghargaan atau

ganjaran sebagai kompensasi harus dibedakan jenis jenisnya

sebagai berikut :

1. Kompensasi langsung

Kompensasi langsung adalah penghargaan/ganjaran yang

disebut gaji atau upah yang dibayar secara tetap berdasar

(13)

upah dasar yakni upah atau gaji tetap yang diterima seorang

pekerja dalam bentuk upah bulangan (salary) atau upah

mingguan atau upah setiap jam dalam bekerja (hourly wage).

2. Kompensasi tidak langsung

Kompensasi tidak langsung adalah pemberian

keuntungan/manfaat lainnya bagi pekerja di luar gaji atau upah

tetap, dapat berupa uang atau barang. Misalnnya THR

(tunjangan hari raya), jaminan kesehatan, liburan, cuti dan lain-

lain.

3. Insentif

Insentif adalah penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk

memotivasi para pekerja agar produktifitas kerjannya tinggi.

Sifatnnya tetap atau sewakti-waktu, misalnnya dalam bentuk

pemberian bonus.

b. Indikator kompensasi

Penghargaan atau ganjaran sebagai kompensasi dibedakan

jenisnnya yaitu kompensasi langsung, kompensasi tidak langsung

dan insentif. Berdasarkan penjelasan tentang kompensasi menurut

Atmajawati dalam Irbayuni (2012) indikator kompensasi sebagai

berikut :

1. Gaji adalah timbal balik perusahaan terhadap karyawan atas

(14)

apakah gaji yang diterima karyawan sesuai dengan UMR yang

berlaku di kota Mataram.

2. Insentif adalah kompensasi di luar gaji dan upah yang diberikan

organisasi atas kerja mereka. Indikator ini diukur dari

tanggapan responden apakah insentif diberikan bila karyawan

melebihi target yang ditentukan.

3. Tunjangan adalah kebijakan perusahaan terhadap karyawan

berdasarkan loyalitas karyawan dalam meningkatkan

kesejahteraan karyawan. Indikator ini diukur dari tanggapan

responden apakah tunjangan diberikan sesuai dengan lama

karyawan bekerja di perusahaan.

Indikator-indikator ini bisa dijadikan pertimbangan oleh

perusahaan dalam penentuan kompensasi yang layak bagi

karyawan, dengan pemberian kompensasi yang layak tentunnya

akan membantu perusahaan dalam pencapaian tujuan dan

mempertahankan karyawan yang lebih baik lagi.

4. Hubungan stres kerja dengan turnover intention karyawan

Stres sebagai kondisi keteganggan yang mempengaruhi emosi,

proses berfikir, dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berat akan

mengancam kemampuan seseorang dalam menghadapi

lingkungannya. Karyawan yang mengalami stres kerja yang

berlebihan berimplikasi terhadap voluntary turnover (Robbins &

(15)

keluar dari organisasi secara sukarela dengan suatu alasan. Ketika

karyawan mengalami tekanan cukup tinggi di dalam pekerjaanya,

maka karyawan akan merasakan stres yang cukup tinggi sampai

akhirnya akan berpikir untuk keluar dari organisasi.

5. Hubungan kepuasan kerja dengan turnover intention karyawan

Menurut Ridlo & Irsadi (2012) menyatakan bahwa terhadap

hubungan antara kepuasan kerja dengan keingginan individu untuk

meninggalkan organisasi meliputi, kepuasan kerja upah, promosi,

supervise, rekan kerja, serta kepuasan akan pekerjaan itu sendiri.

Menurut Mangkunegara (2013) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

berhubungan dengan sejumlah variabel, seperti turnover, tingkat

absensi, usia, pekerjaan dan ukuran organisasi tempat kerja karyawan.

6. Hubungan kompensasi dengan turnover intention karyawan

MenurutKadarisman (2011) kompensasi adalah faktor penting

untuk mempertahankan karyawan dalam organisasi/perusahaan dan

pemberian kompensasi yang dapat mencegah pegawai/karyawan atau

pekerja keluar meninggalkan perusahaan. Salah satu tujuan dari

pemberian kompensasi adalah untuk mempertahankan karyawan yang

ada sehingga dapat mengurangi tingkat keinginan keluar karyawan

dari perusahaan.. karyawan akan tetap bekerja di perusahaan lebih

bertahan lebih lama lagi karena ada kaitan dengan kompensasi yang di

(16)

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pikir penelitian meupakan gambaran mengenai penelitian.

Kerangka piker merupakan suatu model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting (Supriyanto, 2012). Adapun teori dan hasil

penelitian digunakan untuk membentuk kerangka pikir dalam penelitian ini

yaitu teori turnover intention yang di kemukakan oleh Ridlo & Irsadi

(2012). Turnover intention merupakan suatu niatan karyawan untuk

meninggalkan organisasi secara sadar dan di sengaja dari karyawan untuk

meninggalkan organisasi, Turnover intention dapat di pengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu, stress kerja, kepuasan kerja dan kompensasi.

Menurut Robbins (2006) menyatakan bahwa konsekuensi dari

adannya stress kerja terdapat tiga macam yaitu gejala fisiologis, serta gejala

prilaku. Gejala prilaku tersebut akibat adannya stress kerja pada karyawan

dikaitkan dengan perilaku yang mencakup perubahan dalam produktivitas,

absensi, dan tingkat keluarnnya karyawan, meningkatnnya merokok dan

mengkonsumsi alcohol, gelisah dan gangguan tidur. Selanjutnya menurut

Mangkunegara (2013) mengemukakan bahwasannya kepuasan kerja

berhubungan dengan sejumlah variable, seperti Turnover, tingkat absensi,

usia, pekerjaan, dan ukuran organisasi tempat kerja karyawan. Kompensasi

terdiri dari gaji, upah lembur, insentif, fasilitas kantor, asuransi dan

tunjanggan Malayu S.P Hasibuan (2012)

(17)

h Stres Kerja (X1)    Gejala Fisiologis Gejala Perilaku Gejala Pskologis H1 Kepuasan Kerja (X2) H2    Rekan Kerja Pekerjaan Promosi H3 Kompensasi (X3)  Gaji  Insentif  Tunjangan

Turnover Intention (Y)

Keinginan untuk keluar

Keinginan mencari alternative pekerjaan

(18)

Gambar di atas menunjukan bahwa karyawan mempunyai keingginan

untuk keluar dari perusahaan karena di pengaruhi oleh faktor-faktor. Dalam

hal faktor-faktor yang mempengaruhi turnover intention terdapat variabel

yaitu stres kerja, kepuasan kerja dan kompensasi yang mempengaruhi

turnover intention kerangka pikir ini dapat disimpulkan bahwa variabel

tersebut mempengaruhi turnover intention. Yang berarti stres kerja,

kepuasan kerja dan kompensasi sangat mempengaruhi turnover intention.

D. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2016) bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dari masalah yang telah dikemukakan di atas maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hasil penelitian I Gede Putra Arnanta (2017) menyimpulkan bahwa stress kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: stress kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention

Hasil penelitian Rossalia (2016) menyimpulkan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap turnover intention. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2: kepuasan kerja berpengaruh negative dan signifikan terhadap turnover intention

Berdasarkan hasil penelitian Widayati & Yunia (2017) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover

(19)

intention, berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: kompensasi berpengaruh negative dan signifikan terhadap turnover intention

Hasil penelitian Khaidir & Sugiati (2016) menyimpulkan bahwa stress kerja, kepuasan kerja dan kompensasi secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap turnover intention, berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4: stress kerja, kepuasan kerja dan kompensasi berpengaruh

secara simultan terhadap turnover intention.

Hasil penelitian Khaidir & Sugiati (2016) dengan hasil penelitian menunjukan bahwa variabel stress kerja mempunyai pengaruh dominan terhadap turnover intention. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5: Diduga stress kerja berpengaruh dominan terhadap turnover intention.

Gambar

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu  No  Penulis dan
Gambar  di  atas  menunjukan  bahwa  karyawan  mempunyai  keingginan  untuk keluar dari perusahaan karena di pengaruhi oleh faktor-faktor

Referensi

Dokumen terkait

Galiojančiame CPK 661 straipsnyje nustatyta, kad raginimas įvykdyti sprendimą nesiunčiamas, ir antstolis pasibaigus nurodytam sprendimo įvykdymo terminui iš karto

Terimaksih kepada Bapak Ns.Endiyono., S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dalam proses pembuatan skripsi ini, terimakasih salalu

Ramalina fastigiata berwarna hijau, jenis lichenes ini berbentuk fruticose, morfologi thallusnya yang flattened (pipih) dan memiliki warna yang sama pada

Anak mampu mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada ( senang, sedih dan antusias) dalam membuat jus jeruk.. Anak mampu dan terampil dalam menggunakan tangan kanan

Untuk dapat mengurangi dampak keterlambatan dan pembengkakan biaya proyek dapat diusulkan program crashing yang dilakukan pada pekerjaan yang ada di jalur kritis

Kedua, perawi menyebutkan tanggal/waktu mendengarkan berita naskh. Seperti; aku mendengar ini pada tahun penaklukan mekkah. Atau perawi menukil nasikh dan mansukh secara

a) Bagi kepala madrasah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan strategi yang digunakan dalam meningkatkan profesionalisme guru di Mts NEGERI LUBUK PAKAM. b)

Limbah cair kelapa sawit memilik kandungan yang sangat tinggi bahan organik degradable, karena pada saat proses pengolahan ekstraksi minyak kelapa sawit tidak