• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah ditularkani melali gigitan nyamuk Aedes aegypti. Orang yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi yang suhunya melebihi 38.5˚C secara mendadak dan berlangsung hingga 7 hari, kemudian mengalami penurunan sel darah diikuti nyeri pada kepala dan ulu hati hingga hilang kesadaran, dan terdapat bercak merah pada kulit (Estallo et al., 2020). Virus dengue adalah kelompok virus yang memiliki empat serotype yaitu DEN-1i, DEN,-2, DEN,-3, dan DEN,-4 (Wati, 2009). Penyakit ini menyerang anak-anak,

namun penderita penyakit demam berdarah juga menjangkit orang dewasa. 2.2 Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti membawai virus dengue penyebab penyakit deman berdarah. Penyebarannya sangat luas, hampir semua daerah tropis seluruh dunia. Aedes aegypti memiliki tempat perindukan sementara, permanen, dan alamiah. Tempat perindukan sementara terdiri dari berbagai macam tempat penampungan air yang dapat menampung genangan air bersih. Tempat perindukan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga dan tempat perindukan alamiah berupa genangan air pada pohon (Estallo et al., 2020).

2.2.1 Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti

Menurut Frida (2008) klasifikasi nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut, Kingdom: Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti

2.2.2 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Aedes aegypti dewasa berukuran kecil, warna hitam dengan bintik putih berbentuk cincin di kakinya. Bagian tubuh yaitu kepal, torax, dan abdomen. Aedes aegypti memiiliki gambaran lyreform pada bagian mesonotum, anterior pada kaki

(2)

bagian femur kaki tengah terdapat strip putih memanjang (Rahayu & Ustiawan, 2013). Sayap berukuran 2,5-3 mm, bersisik hitam, mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederet rambut yang disebut fringe.

Gambar 2.1 Mesonotum Nyamuk Aedes aegypti (Kiri) dan Femur (Rahayu & Ustiawan, 2013)

2.2.3 Habitat

Habitat fase telur hingga nyamuk dewasa tumbuh dan berkembang di dalam air. Tempat Aedes sp biasanya genangan air bersih. Biasanya kontainer atau tempat penampungan air yang bersih bukan genangan air di tanah. Tempat Penampungan Air (TPA) yang digunakan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya (Estallo et al., 2020)

2.2.4 Siklus Hidup

Nyamuk Aedes sp mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk menetas dengan waktu kurang lebih 2 hari. Fase larva berkangsung 6-8 hari dan fase pupa berlangsung 2-4 hari. Pertumbuhan telur menjadi dewasa selama 9-10 hari (Divy et al., 2018).

1) Stadium Telur

Gambar 2.2 Telur Nyamuk Aedes aegypti (Sivanathan, 2006)

(3)

Telur Aedes aegypti warnanya hitam, bentuknya lonjong, dan ukurannya 0,5-0,8 mm. Nyamuk betina dapat menghasilkan sebanyak 100 butir telur. Ketika berumur 1-2 telur menetas menjadi larva setelah terkena air. Telur yang berada pada tempat kering dapat bertahan hingga 6 bulan. 2) Stadium Larva

Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti

(Sivanathan, 2006)

Larva nyamuk Aedes sp melalui empat tahap yaitu instar I, II, III, dan IV. Larva instar I memiliki ukuran panjang 1-2 mm, ukuran tubuh sangat kecil dan belum jelas bagian duri pada dada dan siphon belum menghitam. Larva instar II berukurang panjang 2,5-3,9 mm, tubuhnya sudah mulai berkembang menjadi lebih besar, Larva instar III 4-115 mm, bagian duri pada dada sudah jelas dan corong pernpasan mulai kelihatan menghitam. Larva instar IV sudah jelas struktur anatomi dan dapat dibedakan bagian kepala, dada, dan perut (Haditomo, 2010)

3) Stadium Pupa

Gambar 2.4 Pupa Nyamuk Aedes aegypti (Sivanathan, 2006)

Pupa Aedes sp memiliki tubuh bengkok pada bagian perut lebih kecil daripada kepala dada. Pupa tidak membutuhkan makan, namun tetap

(4)

membutuhkan oksigen untuk bernafas. Lama fase stadium pupa tergantung dengan kualitas air dapat berkisar antara satu hari sampai beberapa minggu (Haditomo, 2010)

4) Nyamuk Dewasa

Gambar 2.5 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa (Sivanathan, 2006)

Nyamuk dewasa memiliki bintik putih pada tubuhnya dan cincin putih berjumlah 12 pada kakinya. Nyamuk dewasa membutuhkan waktu istirahat singkat untuk menyempurnakan sayap dan mengeringkan tubuh sebelum terbang. Nyamuk jantan lebih dulu muncul sebelum nyamuk betina. Nyamuk jantan dapat bertahan hidup dengan menghisap sari bunga, sedangkan nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya.

2.2.5 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

Aedes sp adalah spesies antropofilik yang berkembang biak diwadah yang berisi genangan air bersih. Nyamuk betina akan menggigit manusia dan menularkan virus dengue. nyamuk betina akan menghisap darah untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur (Astriani & Widawati, 2016). Nyamuk Aedes sp tersebar luas di daerah yang beriklim trpos dan sub tropis awalnya banya ditemukan di perkotaan, pelabuha, dan dataran rendah, selanjutnya nyamuk menyebar ke pedalaman (Anwar et al., 2014). Penyebaran Aedes sp berkaitan dengan morbiditas manusia, karena jarak terbang rata-rata yang tidak terlalu jauh, yaitu sekitar 40 – 100 meter karena membutuhkan tempat untuk berkembnag biak yang terdapat dalam satu rumah. Nyamuk ini memiliki tempat perindukan untuk menampung telurnya, biasanya

(5)

tempatnya adalah air, misalnya pada bakmandi, vas, botol, dan lainnya. Nyamuk dalam sekali bertelur menghasilkan kurang lebih 100 butir (Estallo et al., 2020) 2.3 Larvasida

Larvasida adalah golongan dari pestisida yang dapat membunuh serangga dewasa maupun larva. (Rumengan, 2010). Pemberantasan nyamuk menggunakan larvasida merupakan cara terbaik untuk mencegah penyebaran nyamuk. Parameter aktivitas larvasida suatu senyawa kimia dilihat dari kematian larva. Senyawa bersifat larvasida juga bisa digunakan sebagai sedian insektisida untuk membasmi serangga yang belum dewasa dan serangga dewasa

2.4 Tanaman Mimba

Gambar 2.6 Daun Tumbuhan Mimba (Azadirachta indica) (Hariana, 2013)

2.4.1 Klasifikasi

Menurut Cronquist (1981) klasifikasi nyamuk tanaman mimba sebagai berikut, Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Rutales Famili : Meliaceae Genus : Azadirachta Spesies : Azadirachta indica 2.4.2 Morfologi

Mimba merupupakan jenis pohon dengan tinggi 10-15 meter. Batannya berkayu, permukaan batang kasar, percabangan simpodial, dan warnanya coklat.

(6)

Daun mimba merupakan daun majemuk yang tersusun berhadapan. Memiliki bentuk lonjong dan pinggiran daun bergerigi, ujung daun meruncing, tulang daun menyirip, dan helaian daun berwarna coklat kehijauan. (Adi, 2008). Tangkai duan warnanya hijau, dengan panjang 10-20 cm. Bunga majemuk dan berkelamin dua. Bunganya berwarna putih kekuningan dengan kelopak warnanya hijau, memiliki benang sari bentuknya silidris dan bentuk putik lonjong. Buah buni, bentuk bulat telur, dan warna hijau. Biiji bulat, berwarna putih. Akar tunggang, berwarna cokelat (Adi, 2008).

2.4.3 Manfaat dan Kandungan Fitokimia Tanaman Mimba

Mimba memiliki banyak manfaat sebagai obat seperti menurunkan panas demam, daya tahan tubuh, mengaktifkan kelenjar tubuh, secara tidak langsung memperbaiki peredaran darah, dan menjaga kesehatan jantung. (Adi, 2008). Tanaman mimba mengandung banyak zat aktif seperti azadiractin, senyawa seperti azadirachtin berfungsi sebagai antifeedant (mencegah) dan sebagai repellent (penolak) sehingga sebagai insektisida dan larvasida (Hariana, 2013). Kandungan senyawa aktif dalam daun mimba adalah nimbandiol, salanin, azadirachtiin, azadiiron, eipoksiazadiradion, geudunin, azaridin, nimbiin, nimbinin, nimbidin, nimbosterol, nimbosterin, sugiol, nimbiol, dan margosin, saponnin dan flavonoid (Nur et al., 2019)

2.5 Tanaman Bunga Melati

Gambar 2.7 Bunga Melati (Jasminum sambac) (Dalimartha, 2009)

(7)

2.5.1 Klasifikasi

Menurut Juhaeni (1997) klasifikasi nyamuk tanaman bunga melati sebagai berikut, Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Oleales Famili : Oleaceae Genus : Jasminum

Spesies : Jasminum sambac 2.5.2 Morfologi

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Memiliki bentuk batang bulat berkayu dengan tinggi mencapai 3 meter, batannya bercabang, dan berwarna coklat. Helaian daun tunggal, tangkainya pendek, letak saling berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur, hingga menjorong, ujung daun runcing, pangkalnya membulat, tepi daun rata, tulang daunmenyirip. Bunga majemuk dan tumbuh di ketiak daun (Dalimartha, 2009). Mahkota bunga berwarna putih dengan bentuk lembaran dan memiliki bau yang harum. Buahnya termasuk buah buni, mengkilap, dan berwarna hitam, dan dikelilingi kelopak. Akarnya termasuk tunggang dan akarnya berbuku-buku/membesar (Dalimartha, 2009).

2.5.3 Manfaat dan Kandungan Fitokimia Tanaman Bunga Melati

Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman hias dan tanaman obat tradisional yang digunakan masyarakat. Umumnya digunakan sebagai obat diare, jerawat, demam, influenza, dan gigitan serangga. Kandungan saponin, terpenoid, indol dan benzil alkohol dalam daun melati diduga memiliki aktivitas antibakteri Tanaman bunga melati (Jasminum sambac L.) memiliki kandungan senyawa kimia yaitu yaitu methil salisilat, cis jasmin, linalol, neurol idol dan indol yang dapat dijadikan larvasia alami (Fadlianti, 2010).

(8)

2.6 Pemanfaatan Sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat berwujud pesan, orang, alat, bahan, dan latar yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Sumber belajar dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design)

Yaitu sumber belajar yang didesain untuk membantu kegiatan belajar mengajar, contoh jurnal, buku, modul, video pembelajaran, poster, dan sebagainya

2. Sumber belajar yang tersedia (learning resources by utilization)

Yaitu sumber belajar yang digunakan untuk membantu kegiatan belajar mengajar tanpa modifikasi, contoh kebun binatang, pabrik, taman, museum, dan sebagainya (Munajah & Susilo, 2015)

Menurut Juniya, (2011), menyatakan suatu penelitian dapat digunakan sebagai sumber belajar jika meliputi dua hal, yaitu proses dan hasil penelitian. Pemanfatan sumber belajar memiliki syarat agar proses pembelajaran dapat efektif, yaitu:

1. Kejelasan Potensii

Obyek penelitian adalah nyamuk Aedes aegypti. Mempelajari berarti peserta didik dapat mengetahui bahwa nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu hewan yang dapat menularkan penyakit demam berdarah. Peserta didik bisa mendapatkan pengalaman belajar jika suatu objek dapat memberi suatu masalah sebagai pengalaman belajar disebut sebagai sumber belajar, maka nyamuk Aedes aegypti sebagai obyek dalam penelitian ini dapat digolongkan sebagai sumber belajar

2. Kejelasan Sasaran

Sasaran pengamatan dalam penelitian dari obyek nyamuk Aedes aegypti yaitu perhitungan mortalitas larva nyamuk setelah pemberian berbagai konsentrasi biolarvasida.

(9)

3. Kesesuian dengan Tujuan Belajar

Pelaksanaan kegiatan melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik karena terdapat kegiatan observasi, perumusan masalah, menyatakan hasil, analisis, dan membuat kesimpulan.

4. Kejelasan Informasii yang Dungkap

Informasi yang diungkap dalam penelitian ini dikembangkan menjadi konsep, prinsip, dan hukum berupa fakta. Informasi tersebut berkisar pada pengaruh pemberian berbagai konsentrasi larvasida dari daun mimba dan bunga melati terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti.

5. Kejelasan Pedoman Eksplorasi

Pengamatan mortaliats larva nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan oleh siswa SMP ataupun SMA dengan pedoman instruksi kerja. Penghitungan mortalitas larva dapat dilihat dari jumlah larva yang mati dalam jangka waktu yang ditentukan

6. Kejelasan Perolehann

Hal-hal yang diperoleh dalam menggunakan larvasida dari daun mimba dan bunga melati yang diterapkan pada larva nyamuk Aedes aegypti sebagai sumber belajar adalah pengembangan keterampilan melalui pengamatan, ketepatan dan kelengkapan data, konseptualisasi data, pemberian arti terhadap berbagai kejadian dan kesimpulan hasil. Keenam syarat diatas maka jelaslah bahwa berbagai konsentrasi larvasida dari daun mimba dan bunga melati terhadap mortalitas larva Aedes sp dapat digunakan sebagai kajian sumber belajar.

(10)

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah:

Gambar 2.8 Skema Kerangka Konsptual Nyamuk Aedes aegypti

Daun Mimba Bunga Melati

Senyawa azadirachtin, nimbin, nimbidin, dan salanin Flavanoid Menganggu rangsangan untuk makan (Phagostimulant) dan gangguan proses neuroendocrine. Pecahnya membran sel

Methyl salisilat, cis jasmine, linalool, neurol idol, indole, dan minyak atsiri

Sebagai racun

Mortalitas Larva

Kajian Sumber Belajar

Kombinasi ekstrak daun mimba dan bunga melati Pengendalian Vektor

(11)

2.8 Hipotesis

Dirumuskan hipoteseis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mimba dan bunga melati terhadap kematian larva Aedes aegypti

2. Pada konsentrasi 50%:50% yang paling efektif untuk mempengaruhi mortalitas nyamuk Aedes aegypti

Gambar

Gambar 2.1 Mesonotum Nyamuk Aedes aegypti (Kiri) dan Femur   (Rahayu & Ustiawan, 2013)
Gambar 2.3 Larva Aedes aegypti   (Sivanathan, 2006)
Gambar 2.5 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa   (Sivanathan, 2006)
Gambar 2.6 Daun Tumbuhan Mimba (Azadirachta indica)  (Hariana, 2013)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui keefektifan ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca, Benth) sebagai larvasida alami terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti instar III. Mengetahui

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan ekstrak etanol daun petai cina ( Leucaena glauca, Benth) sebagai larvasida alami terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti

Infusa daun sirih ( Piper betle Linn) memiliki efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas

Rebusan daun sirih (Piper betle L.) efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti, dibuktikan dengan nilai LC50 dan LT50 dan adanya hubungan antara peningkatan

Nyamuk Aedes aegypti jantan yang lebih cepat menjadi nyamuk dewasa tidak akan terbang terlalu jauh dari tempat perindukan untuk menunggu nyamuk betina yang muncul untuk

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas larvasida nabati ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap resistensi larva nyamuk Aedes

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvasida ekstrak etanol bunga kecombrang hutan dan sediaan granulnya terhadap larva nyamuk Aedes aegypti yang dilihat dari nilai

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN GEMITIR Tagetes erecta SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti SKRIPSI Oleh : DEVITA ANISA DWIPAYANA NPM : 19820005