• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASIDlKABUPATENJEMBRANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASIDlKABUPATENJEMBRANA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Wilayab

Profil wilayah merupakan gambaran wnum wilayah yang

berkaitan

dengan potensi agro-perkebunan, indusni, pariwisata. sumber daya manusia dan ketenagakerjaan, sumber dana pembangunan, fasilitas pendukung dan perekooomian wilayah. Rekapitulasi profil desa-desa di Kabupaten Jembrana disajikan pada

Lampiran

33. Berdasarkan basil aplikasi model,

proru

witayah Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai

berikut.

Profil

~perkebUDaJl Wilayab

Setiap wilayah desa di Kabupaten Jembrana

harnpir

semuanya memiliki laban perkebunan dengan rata-rata luas 360.88 ba atau 26.86%.dari total luas wilayah desa. Beberapa desa memiliki laban perkebunan di atas 40% dari total luas wilayahnya. Komoditi perkebunan dominan

berdasarkan tuas

laban adalah kelapa (67%), cengkeh (17%), kakao (9%), kopi (5%), dan panili (1%). Penyebaran dan flulctuasi

Luas laban sangat

tinggi sebingga memerlukan pengelornpokkan wilayah.

Komoditi yang dimasukkan dalam model adalah kelapa, cengkeh, kopi,

panili

dan kakao.

Profil

wilayah agro-perlc.ebunan Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan daJam dua fiiktor (Lampiran 2). Faktor pertama., sentra perkebunan komoditi cengkeh, kopi dan panili; faktor kedua, sentra perkebunan komoditi kelapa dan

kakao.

Komoditi kelapa

dan

kakao terkelompok menjadi satu karena pada kenyataan umumnya kebun kakBO menjadi satu dengan kebun kelapa. Pohon kelapa menjadi

tanaman

pelindung ba.gi tanaman kakao, sehingga

petani

tidak memerlukan

tanaman

pelindung tambahan

dan

mendapatkan

pengbasilan

ganda dari kedua

tanaman

.

Produksi

dan proyeksi kelima kornoditi yang ada di Kabupaten Jembnma st;perti Gambar 20-24. Produksi kelapa (Gambar 20) dan kakao (Gambar 21) mengalami kenaikan sedangkan produksi panili (Gambar 22)

betXecendnmgan

mengalami penurunan dati tahun ke tabun. Produksi komoditi kopi (Gambar 23) relatif konstan

dan

produksi cengkeh (Gambar 24) cukup berf1uktuasi dan berk.ecendrungan meningkat. Produksi kakao di Kabupaten Jembrana selalu

(2)

meningkat cukup signifikan, hal mi sejalan dengan ditetapkannya Jembrana

sebagai sentra pengembangan kakao di Provinsi Bali selain Kecamatan SeJemadeg

Tabanan. Pengembangan kakao

dilak ..

kan secara tumpang

sari

dengan kelapa

sehingga kedua komoditi mengalami kenaikan produksi.

~---~ 24l:XXl . . .• -.-..• , 23(D)

~~---i

2'a:c f - - - . : = _

I

:=

+---JL ...

--'...,.:::~----­

mDJ p..._'---,l~---­ ~~~~---,5IDJ ~~~_~~ _ _ _ _ ~ __ __

\l1li) '1IIiI'l ,8IIf , . 1M 2IXXl 2002 :2IX)I 200! I

...

Gambar

20

Produksi kelapa

di

Kabu-paten Jembrana.

C '20 !

JfO~r---i

.o~~---L~

_________

~_~~~

_____

. _

Gambar 22 Produksi panili di

Kabu-paten Jembrana.

.woo .,.---•. ---.---.. - --... - -.. 35CO

H ...

"'"1Ii --... ..,

!

3000 I 12500~1---=-~--~

i :

-1-1

---~~---;

1000~--~~---~ O~I~---~----~

,ggo 1992 ,~ 1M ,oae :lQOO 2002 2004 2008

T ...

Gambar 21

Produksi

kakao di

Kabu-paten Jembrana.

:.:.j..l---~

eoo t--~~ ---~

I :

f~&-rt- Vj~'-;-:=1

:

1

300 . . - - - - ---~---. 200

I

;

:

100 ~

1-...

1 . - - - -...

0:

o I ' - - - ' - - ' j !

'Il00 U02 ••• , _ , _ 2CIOO 2002 21104 200e ;

'.111""

Gambar 23 Produksi kopi

di

Kabu-paten

Jembrana.

r-- .. ---

.

.

..

---

.---,

• xoc, !

I ___

"'<.JII~

___

~

r.ror

I

i

20CIl t-;

+ 4

-Ii::

+-,; -+-\-_ _ _

---4.I--"J!~=---... ~.,fa....-300 j - - -...

----==----! 0 1 '

\iSO \ ~ • _ '991! 'iI9!I 2000 2002 2000 2':(MI 1

T.~u~ I

(3)

Wilayah desa potensial seotta perkebunan cengkeh. kopi dan panili adalah Asahdureo, Manggissari, Pengeragoan, Penyaringan, Yeh Embang

Kauh.

Batuagung

dan

Pergung. Wilayab desa potensial sentra perkebunan kelapa dan kakao adalah Yeb Embang Kauh, Penyaringan, Candikusuma, Pob Santen, Tegaicangkring, Yeh Embang Kangin, Yeh Embang, Pergung, Tukadaya, Kaliakah, Berangbang dan Manistutu.

Profillndustri Wilayah

Profil industri wilayah Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan

berdasarkan

tiga faktor (Lampiran 3). Faktor pertama terdiri atas wilayab sebagai pusat industri besar dan sedang, dengan wilayab desa potensial Pengamben~ Tegal Badeng

Barat,

Cupel dan Pekutatan. Industri besar yang ada memang sangat sedikit dan didominasi industri pengolahan

ibn

.

Faktor kedua, wilayah sebagai pusat industri kecil, dengan wilayah desa potensial Penyaringan, 1..010811 Timur, Yeh Embang, Lelateng. Pendem, Tegalcangkring. Loloan

Barat,

Baler Bale Agung dan Banjar Tengah. Faktor ketiga., wilayah sebagai pusat industri rumah taogga, dengan wilayah desa potensial Pergung, Dauhwaru.., Manistutu, Melaya, Tukadaya, Yeh Embang. Tuwed, Sangkaragung dan Tegalcangkring.

Jwnlah iodustri yang terkait agroindustri dominan adalah industri nunah taogga (92.4%), industri kecil (7.1 %), industri sedang (0.3%) dan industri besar (0.1 %). Berdasarkan jumlah tenaga keIja, industri nunah tangga paling banyak menyerap tenaga kerja (62.7%), diikuti indutri kecil (18.2%), industri besar (13.1 %), dan industri sedang (6.0%).

Profil Pariwisata Wilayah

Profil pariwisata wilayah Kabupaten Jembrana dapat dijelaskan

berdasarkan

empat faktor (Lampiran 4). Faktor pertama, wilayah dengan ketersediaan jmnlah fasilitas pasar, kelampok taka, pasar lain dan rumah makan. Pasar-pasar tradisional merupakan salah satu obyek tujuan wisata yang cukup menarik bagi wisatawan. Wilayah yang memiliki fasilitas pasar berpotensi lebih besar untuk. dikembangkan menjadi kawasan wisata. Wilayah desa potensial dengan fasilitas tersebut adalah Pendem, Banjar Tengah, Lelateng.. Pekutatan, Baler Bale Agung, Pengambengan,

LoJoan

&rat, Gilimanuk dan Dauhwaru.

(4)

Faktor kedua, wilayah dengan ketersediaan jumlah tempat

rekreasi,

arls/lop,

hotel dan homestay. Wilayah desa

potensial dengan

filsiIitas

tersebut

adalah

GiIimanuk, Delod

Berawah dan I"'1edev.;. Faktor ketiga, wilayah

dengan obyek

tujuan wisata khusus, yaitu subak dan organisasi seni. Wilayah

desa

potensial

dengan

fasilitas tersebut adalah Tukadaya., Ekasari, Tegalcangkring, Dauhwaru, Kaliakah, Sangkaragung, MeJaya, Nusasari, Poh Santen dan Penyaringan.

Faktor

keempat,

wilayah

dengan ketersediaan fasilitas losmen dan wilayah desa

potensial hanya

Desa

Air

Kuning

.

Perencanaan kawasan wisata dari sisi

pennintaan,

memerlukan proyeksi

kedatangan

wisatawan, seisin mengetahui

potensi wilayah

dari

sisi persediaan.

Jumlah kunjungan wisatawan nusantara

dan

maDcanegara ke Taman Nasional Bali

Barat (TNBB) dijadikan

sebagai

indikator kunjungan

wisatawan

ke Kabupaten

Jembrana.

Jumlah

wisatawan

ke TNBB tahun 2003 tercatat

sebanyak

81 174

orang. Secara

umwnjumlah kunjungan

berkecendnmgan meningkat

(Gambar

27) terutama akibat

pen.ingkatan wisatawan nusantara

(Gambar 25),

walaupun

pada waktu yang sarna tetjadi penurunan kunjoogan wisatawan mancanegara (Gambar 26).

Penyediaan

obyek

tujuan wisata

bam

seperti

wisata

agroindustri di

Kabupaten lembrana

masih

coop prospektif Pengembangan obyek wisata

sebagai pusat pertumbuhan diharapkan dapat rnenambah waktu kunjungan wisatawan

dan

rneningkatkan

pendapatan

sektor

pariwisata

.

Posisi

puncak

kunjungan

pariwisata ke Taman Nasional Bali Barat

teJjadi tahun 1998, setelah itu menurun tetapi

akhimya naik

lagi. Kondisi ini

juga

disebabkan kunjungan wisatawan

mancanegara ke Bali

yang berfluktuasi dan

menurun

pada

tahun-tabun

terakhir

(Gambar 28). Penurunan

terjadi

akibat

beberapa kejadian, seperti tragedi WTC USA tabun

2001, Born Bali

tahoo 2002, Penmg (rak dan

wahab

Severe Acute Respiratory Sindrome (SARS) tahun 2003.

Profit Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan

Profil

surnberdaya

manusia

wilayah

Kabupaten Jembrana

dapat dijelaskan

berdasarkan dua

faktor

(Lampiran 5). Faktor pertama., berdasarkan potensi penduduk dengan tingkat pendidikan lanjutan dan tinggi (tarnal SLTP, tamat SLTA, dan tarnat akademiluniversitas); dan filktor kedua, berdasarkan potensi penduduk dengan tingkat pendidikan rendah (belum pemah sekolah, belurn tarnat SD, dan tarnat SD).

(5)

- - - . -- -120000 j ---"" .. iImI :

I

,0Cll00 L===~'. ~~---o~

-i

KO:ll / ' . / JI 'I

11-

·

:

1

~ 2O.XlO +---~~---T-~'_t_--;

I

~ _~ '_1_'~1_~4~~~ .2OIXX)"'. . . - - --- - -.~.---.!

Gambar

2S

Kunjungan wisatawan nusantara ke TNBB. _1am~---~---~ i,~~----_9~----~~

i

i -

t---H-+--1---~________I 1

I ::

+----~_______\_+_____+__f_~

j Gm~---~--_+~~--~

~ ~~-~~----~~----~

, . , _ _ 11i1_DllZlUlIOIII:DIII'

-Gambar

27 Kunjungan wisatawan keTNBB.

rifton

Gambar 26 Kunjungan wisatawan mancanegara ke TNBB.

Gambar 28 Kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Wilayah

Desa

Penyaringan

Tegalcangkring,

Banyubiru,

Pen dem , Yeh

Embang Kauh, Yeh Embang, Melaya, Pergung, Poh Santen, Mendoyo Daub Tukad, Yeh Sumbul dan Daubwaru mempunyai penduduk yang berpotensi besar dengan tingkat pendidikan lanjutan dan tinggi. Secara geografis kelompok wilayah desa-desa ini lebih dominan terpusat di Kecamatan Mendoyo. WiJayah-wilayah yang

mempunyai

penduduk dengan tingkat pendidikan rendab adalah desa Blimbingsari, DeIOO Berawah, Yeh Embang Kauh, Budeog, Wamasari, Banyubiru, Yeh Embang Kangin. Pergung, Mendoyo Dangin Tukad, Yeh Kuning, Sangkaragung, Manggissari, Mendoyo Daub Tukad. Nusasari, Pangyangan.

Pengembangan kawasan wisata agroindustri

sebaiknya

dipusatkan pada wilayah-wilayah yang berpotensi

besar

dengan tingkat pendidilcan peoduduk yang tinggi. Hal ini diperlukan agar dalam pengembangan dan pengoperasian kawasan didukung oleh sumbentaya manusia yang

bandal.

Wilayah dengan potensi penduduk berpendidikan dasar atau

rendah

memerlukan sosialisasi pentingnya pendidikan dan

fasilitas

pendidikan sebingga

pengembangan

kawasan wisata tidak mengalami hambatan dalam penyediaan sumberdaya manusia.

(6)

Persentase tenaga kerja Kabupaten Jembrana, jika dilihat dari struktur ketenagakerjaan, masih dominan berada pada sektor pertanian (62.99%), selanjutnya pada sektor perdagangan (13.11 %), pemerintahan dan jasa (11.81 %), industri (6.794/0), dan sektor lainnya (5.3%). Penyebaran tenaga kerja sektor pertanian dominan pada subsektor pertanian tanaman pangan (27.83%) dan subsektor perkebunan (21.35%).

Kekhasan karakteristik tenaga kerja dilihat dati nilai indeks spesialisasi. Nilai indeks spesialisasi relatif tinggi

untuk

desa Gilimanuk, Loloan Bam, Lelateng dan Banjar Tengah,

yang

menunjukkan

bahwa

desa-desa tersebut memiliki kekhasan tenaga keIja yang mcnonjol pada sektor perdagangan. Desa Cupel, Tegal Badeng Timur, dan pengambengan

memiliki

kekbasan teoaga kerja sektor perikanan, Desa Budeng dan Sangkaragung pada sektor taMman pangan. Seeam keseluruhan. karakteristik tenaga kerja

di

Kabupaten Jembrana tidak

khas

(rata-rata indeks spesialisasi 0.31 ).

Pemusatan atau penyebaran aktivitas pada suatu wilayah dapat

dilihat

dati nilai entropy. Hasil perhitungan nilai entropy tDltuk desa-desa di Kabupaten Jembrana relatif besar (>0.1). Hal ini mengindibsikan

bahwa

terjadi peoyebaran aktivitas I sektor ekonomi pada semua wilayah. Persentase tenaga kerja setiap sektor, indeks spesialisasi, dan

entropy

Kabupaten Jembrana disajikan pads Lampiran 6. Pengembangan wiJayah sebaiknya disesuaikan dengan spesialisasi dan pen1usatan

tenaga

kerja serta keunggulan yang dimiliki wilayah.

Profil Sumber Dana Pembangunan

Anggaran perobangunan wilayah desa-desa di Kabupaten Jembrana berasaJ dari PAD Desa, bantuan pemerintah, swadaya masyarakat, dan dana lain-lain. Faktor utama

lDltuk

menje1askan

profil sumber

dana

pembangunan, yaitu faktor pertaIna,

terdiri

alas PAD dan swadaya masyarakat; faktor kedua, terdiri atas variabel bantuan

pemerintah

dan dana lain-lain (Lampiran 7).

Wilayah desa yang memiliki sumber dana berasal dari faktor pertaIna dalam melaksanakan pembangunan adalah desa Yeh Swnbul, Dangin Tukad Aya, 8erangbang, Melaya, Pengeragoan, Pob Santen

dan

Penyaringan. Wilayah yang swnber dananya juga dominan berasal dari faktor kedua adalah desa Yeh Embang Kauh, Mendoyo Daub Tukad, Mendoyo Dangin Tukad, Pekutatan dan Dangin

(7)

Tukad Aya. Selama kurun waktu \998-1002, swnber dana pembangunan wilayah desa-desa di Kabupaten lembrana sebagian besar (56%) diperoleh dari bantuan pemerintah, diikuti dengan swadaya masyarakat (30%), PAD (9%), dan dana lainoya (5%).

Profil Fasilitas Pendukung

Wila~:ah

Fasilitas tIansportasi dan fasilitas pelayanan publik sangat diperlukan dalam mendukung pengembangan kawasan wisata. Wilayah dengan fasilitas pendukung yang lengkap berpotensi lebih tinggi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Submodel menghasilkan tiga faktor lUltuk menjelaskan

profil

fasilitas

pendulrung

wilayah (Lampiran

8).

Faktor

pertaIns, wilayah yang memiliki fasilitas pelayanan

umum

(kantor

pos, bank dan lembaga keuangan lain). Wilayah potensial yang dikelompokkan memiliki fasilitas terse but adalah desa Dauhwaru, Gilimanuk, Tegalcangkring, Melaya, Pulukan, Pendem dan Pekutatan.

Faktor

kedua,

wilayah berdasarkan fasi1itas transportasi dan kesehatan (rasio

ruas

jalan yang diperkeras dan

ruas

jalan

tanah,

dan polikliniklpuskesmas). Wilayah potensial dengan fasilitas tersebut adalah Blimbingsari, Candikesuma, Tukadaya, Nusasari, Wamasari, Tuwed, Manistutu dan Melaya. KedeJapan desa tersebut

semuanya

berada

dalarn satu kecamatan,

yaitu

Kecamatan

Melaya.

Faktor ketiga. wilayah berdasarkan fasilitas transportasi dan komunikasi (variabel rasio mas jalan aspal yang ada, jaringan komunikasi telepon dan orari). Wilayah

desa

potensiaJ dengan fasilitas tersebut adalah

Loloan

Barat, Dauhwaru, Pendem, Lelateng, Banjar Tengah, dan Baler BaleagWlg. Semua wilayah tersebut terpusat pada satu kecamatan, yaitu

Kecamatan

Negara. Hal

ini

dapat dimaklumi karena

Kecamatan Negara

sebagai wilayah perkotaan dan menjadi pusat pemerintahan Kabupaten lembrana sehingga fasilitas-fasilitas tersebut berkembang pesat kebutuhannya.

Profil Perekonomian Wilayah

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jembrana (10.72%) sedikit lebih tinggi daripada PDRB Bali (l0.63%) selama kurun waktu 1998-2002. Sektor ekonomi kabupaten (dengan pembanding sektor ekonomi Provinsi Bali) yang tumbuh pesat dan berpengaruh positif terhadap pendapatan kabupaten adalah sektor listrik dan

(8)

air bersih

(36%); pengangkutan dan komunikasi

(6%);

industri pengolahan (5%);

keuangan, persewaan

danjasa

perusahaan (3%); dan jasa-jasa (2%) (Lampiran 9).

NiJai KPK

menunjukkan

peningkatan atau

penurunan

daya saing

sektor.

Sektor

ekonomi yang mengalami peningkatan daya saing atau keunggulan

komparatif

kabupaten dalam kaitan dengan

kabupaten Jainnya

adalah sektor

keuangan.

persewaan

dan jasa perusahaan (9%);

perdagangan,

hotel, dan restoran

(8%); pertambangan dan

penggajian

(7%); pertanian, petemakan, kehutanan, dan

perikanan (2%); dan

sektor

bangunan (1%).

Nilai

pergeseran

bersih

(PN)

mengklasifikasikan sektor

menjadi

sektor

maju

dan kurang maju. Klasifikasi

sektor yang

tennasuk maju adalah

sektor

listrik, gas,

dan air

besih

{I 3%); keuangan. persewaan

dan

jasa perusahaan (12%);

perdagangan.

botel

dan

restoran (5%); dan pertambangan dan penggalian (2%).

Analisis shift-share terhadap st:ru:ktur perekonomian kecamatan

dilakukan

dengan acuan perekonomian kabupaten (Lampiran 10-13).

Pertwnbuhan

ekonomi

Kecamatan Negara (11.34%) dan

Mendoyo

(13.36%) lebih tinggi, sedangkan

kecamatan

Kecamatan Melaya (9.03%)

dan

Pekutatan (7.60%) lebih

rendah

dari

pertumbuhan kabupaten (10.72%). Pertumbuhan ekonomi Kecamatan Negara dan

Mendoyo bisa melampaui pertwnbuhan kabupaten karena nilai

komponen

perturnbuhan daya saing (KPK) sektor hampir semua positif. Nilai KPK

negatif

hanya pads

sektor

pertambangan

dan penggalian;

industri pengolahan; dan

sektor

keuangan, persewaan

dan

jasa perusahaan untuk Kecamatan Mendoyo dan

hanya

sektor pertanian, petemakan, kehutanan dan perikanan

untuk

Kecamatan Negara.

Nilai pergeseran bersih

(PN) masing-masing

sektor

kedua kecamatan tersebut

semua positif, kecuaJi sektor

pertambangan dan penggalian; industri pengolahan;

dan bangunan

untuk

Kecamatan Mendoyo, dan seider pertanian, petemakan.

kehutanan

dan perikanan; sektor industri

pengolahan

untuk Kecamatan Negara.

Nilai komponen penumbuhan

daya

saing (KPK) Kecamatan Pekutatan dan

Melaya hampir semuanya negatif, kecuali

sektor pertanian.

petemakan, keb.utanan

dan perikanan untuk Kecamatan Pekutatan dan sektor

pertadan,

petemakan,

kehutanan

dan

perikanan; sektor

pertambangan dan

penggalian

dan

seldor

keuangan; persewaan

dan

jasa perusahaan untuk Kecamatan Negara.

Nilai

pergesenm bersih (PN) masing-masing

sektor

untuk kedua kecamatanjuga semua

(9)

pertambangan dan penggalian; dan sektor keuangan, persewaan dan Jasa perusahaan lUltuk Kecamatan Negara. Nilai pertumbuhan ekonomi Kecamatan Pekutatan dan Melaya menjadi lebm rendah dati pertwnbuhan ekonomi kabupaten karena nilai pertumbuhan daya saing dan nilai pergeseran bersih masing-masing sektor hampir negatif semuanya.

Pendapatan per kapita Kecamatan Melaya selalu menempati urutan pertama, diikuti Kecamatan Pekutatan. Negara dan Mendoyo selama periode 1997-2002. Kesenjangan pendapatan ditentukan menggunakan Indeks Williamsom. Hasil verifikasi model (Lampiran 14) memperlihatkan indeks yang berkecendrungan meningkat (Gambar 29). Hal

ini

mengindikasikao kesenjangan pendapatan. antar kecamatan di Kabupaten Jembrana semakin melebar.

215.00 210.00 & ~.OO ~ 200.00 Ei 195.00

190.00 ~ 185.00

...

Jftl.OO

""

..

175.00 "1;1 .!: l~.OO 165.00 160.00 1997 1998 1999 2!XX) 2001 2002 TaD

Gambar 29 Perkembangan lndeks Williamsom Kabupaten Jembrana 1997-2002.

K1aster Wilayah

Kabupaten Jernbrana terdiri atas empat kecamatan dengan 51 desa (Gambar 30).

Desa-desa

yang memiliki profil

mmp

dikelompokkan menjadi satu kawasan dalam model klaster wilayah. Berdasarkan kesamaan potensi, tuas wilayah dan jumlah desa anggota pembentuk: kawasan, wilayah Kabupaten Jembrana dibagi rnenjadi 11 kelompok. Selanjutnya, 11 kelompok wilayah tersebut terbagi menjadi 14 kawasan setelah memasukkan kriteria jarak geografis antar desa anggota pembentuk kawasan. Daftar nama kawasan yang terbentuk

dengan

masing-masing

(10)

desa anggota dan \uas wi\ayahnya disajikan pada Lampiran 17 dan karakteristik

agro-perkebunan kawasan disajikan pada Lampiran 35.

Alternatif kawasan yang terbentuk dievaluasi berdasarkan pertimbangan

luas wilayah (> 100 kml), jumlah desa anggota pembentuk kawasan, Perda Bali

No.4 Tahoo 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Dati I Bali serta

hasil wawancara pakar. Evaluasi menghasilkan empat kawasan yang layak

dipertimbangkan untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata agroindustri.

Adapun karakteristik wilayah masing-masing kawasan yang dievaIuasi seperti

uraian berikut.

Kabupaten Jembrana

Gambar 30 Peta desa-desa di Kabupaten Jembrana.

Karakteristik Wilayab Kawasan KWS-Oili

Kawasan KWS-Ol11 terdiri atas 10 desa anggot8 dengan luas wilayah

218.24 km2 (Gambar 31). Desa anggota pembentuk

kawasan

sebagian besar

berada di wilayab

Kecamatan

Pekutatan dan dua

desa

di wilayah

Kecamatan

Mendoyo. Empat desa yaitu Yeh Embang, Yeh Swnbul, Medewi dan Pulukan

masuk sebagai desa anggota Kawasan Perancak: sesuai dengan PP 4199 Provinsi

Bali ten tang kawasan wisata. Wilayah kawasan KWS-Olll juga bersebelahan

dengan dua areal hutan yang dimiliki Kabupaten Jembrana. Hutan ini akan

menambah daya tarik tersendiri bagi kawasan untuk dikembangkan menjadi

kawasan wisata. Pada kawasan ini juga terdapat aIam pedesaan Dusun Bading

(11)

cengkeh terletak di dataran tinggi bagian utara Desa Pengeragoan, dan menjadi tempat terindah untuk menikmati pemandangan Pantai Pengeragoan.

Kawasan KWS-Oll1 berbatasan dengan Kabupaten Tabanan di sebelah timur, yaitu dengan Kecamatan Selemadeg. Kecainatan Selemadeg merupakan sentra pengembangan kakao Bali. selain Kabupaten Jembrana. Bahan

baku

dapat didukung dari wilayah ini jika agroindustri berbasis kakao diunggulkan dalam kawasan sehingga kontinyuitas pasokan bahan baku lebih teJjamin.

'(>[

'

~'

V

.. ,...::.-

-

.

'

Peg Anaota K.WS-el11:

I. Yeh Embang Kangin

2. Yeh Sumbul 3. Medewi 4. Pulukan 5. Pekutaian 6. Pangyangan 7. Gumbrih 8. Peogengoan 9. Asah Duren 10. Mansgissari

Gambar 31 Peta dan nama desa anggota kawasan KWS..o Ill.

Kawasan KWS-OIll juga bersebelahan dengan kawasan Soka, yang merupakan salah sam kawasan wisata di Kecamatan Selemadeg, Tabanan. Kondisi ini akan sangat menunjang pengembangan pariwisata kawasan KWS-0111 karena dapat menjadi bagian dan sirkoit wisatawan (excursion route). Beberapa obyek wisata yang telah ada dan terkenal di kawasan KWS..o 111 akan menjadi daya tarik kawasan. sepeni

pant3i

Medewi. obyek wisata Bunut Bolong, dan Pura Rambut Siwi.

Pantai Medewi merupakan pantai yang cukup indah. Pantai Medewi cocok untuk temp at selancar (suifing) karena ombaknya panjang dan pecahnya

lama

sesuai dengan persyaratan selancar. Keindahan

pemandangan

matabari tenggelam (sunset) dapat dinikmati dari pantai ini. Obyek wisata Bunut Bolong adalah obyek wisata dengan pobon bunut (flcus re/igiosa) yang tumbuh lestari dan ditengah-tengah perakarannya terdapat jalan raya yang menghubungkan Kecamatan

Pekutatan dengan Kabupaten Buleleng. Alam lingkungan dipeouhi pohon cengkeh dan udara sejuk. Pura Rambut Siwi merupakan

Pura

Sad Kahyangan dan dibangun erat kaitannya dengan kedatangan Pendeta Dang Hyang Nirartba dari

(12)

Majapahit yang melakukan perjalanan keagamaan ke Bali. Kawasan juga telah dilengkapi dengan rest area yang cukup 1035.

Karakteristik Wilayab Kawasan KWs-G122

Kawasan

KWS-O 122

seeara geografis terletak

di

belahan barat Kabupaten Jembrana dan terdiri atas 14 desa anggota dengan luas wilayah 169.50 km2 (Gambar 32). Desa anggota pembentuk kawasan berada

di

wilayah Kecamatan Melaya dan Negara. Desa Baluk. Tuwed. Tukadaya, dan Banyubiru sebagai desa aoggota

kawasan,

tennasuk dalam kawasan pariwisata Candilrusuma menurnt PP 4/99 Provinsi Bali.

,---.~---,

Desa ADaota KWS-Ol21: KWS-Ol22 1. CandikUsuma 2. Tuwed 3. Tukadaya 4. MaDistutu 5. Wamasari 6. NUSMari 7. Ebsari 8. CupeJ

9. Teg&! Badeng Barat

10. Teiul BadengTimur 11. saTuk

12. Ban~biru

13. Kallakah

14. BerarlJl;ban~

Gambar 32 Peta dan nama desa anggota kawasan KWS-0122.

Obyek wisata yang

telah

ada dalam kawasan KWS-O 122 adaIah

pantai

Candikusuma dan Baluk Rening. bendWlgaIl Palasari, dan berdekatan dengan obyek wisata Gilimanuk. Obyek wisata Candikusuma adalah obyek wisata pantai yang cukup baik untuk berenang dan digunakan sebagai tempat finish lomba Jukung Layar. Peninggalan sejarah berupa sebuah tugu

berbentuk

segitiga juga ada di Candikusuma. Baluk Rening merupakan obyek wisata pantai dengan latar belakang

pegunungan

di

Jawa Timur dan

memiliki tebing-tebing di bibir pantai cukup tinggi sehingga

menambah

panorama disepanjang pantal bagian selatan. Keindahan matahari akan tenggelam (sunset) dapat dinilanati

dari

pantai ini. Bendungan

Palasari berfungsi

sebagai

pengendali

banjir, irigasi, perikanan dan tempat

rekreasi.

Bendungan dilatarbelakangi bUlan lindung dan dilengkapi fasilitas sampan untuk memancing atau berekreasi mengelilingi bendungan.

(13)

Kawasan KWS-O 122 berdekatan dengan Gilimanuk di ujung barat Pulau Bali yang merupakan pintu gerbang masuknya wisatawan melalui jalan darat. Obyek wisata Gihmanuk antara lain T eluk Gilimanuk (pengembangan wisata tirta), Gelung Kori dan Taman Nasional BaH Barat yang merupakan salah satu obyek tujuan wisata terkenal di Kabupaten Jembrana sebagai wana wisata,

tracking dengan flora. dan fauna khasnya jalak putih. Museum Manusia PuIba

Situs Gilimanuk juga berdekatan dengan kawasan ini.

Karakteristik Wilayah Kawasan KW8-0133

Kawasan KWS-O 133 terdiri atas 10 desa anggota dengan luas wilayah 112.08 lan2 (Gambar 33). Desa anggota pembentuk kawasan berada di wilayah Kecamatan Mendoyo dan l\egara.. Desa anggota kawasan yang tennasuk dalam Kawasan Pera.ncak (PP 4/99 Pemda Bali), yaitu Delod Beraw~ Perancak dan Yell Kuning. Obyek wisata yang ada pada kawasan ini adalah pantai Delod Berawah dan Perancak, air teIjun Mesee, dan desa wisata Sangkar Agung.

Pantai Delod Berawab merupakan pantai dengan pemandangan yang indab, dilengkapi taman rekreasi, dan kolam renang air laut. Makepung adalah lomba lari cepat menggunakan sepasang kerbau yang menarik satu kereta yang disebut cikar.

Atraksi makepung dilombakan

riga

kali setahun di tempat ini, yaitu Gubemur Cup (oktober). Bupati Cup (agustus), dan Perancak Cup (september). Obyek wisata Perancak merupakan temp at istirahatnya perahu-perahu nelayan dan sebagai tempat lomba Sampan Tradisional. Obyek wisata air teJjun Mesee terletak di Desa Pob Santen, Mendoyo. Air terjun Mesee memiliki dua tingkatan. air terjun pertama dengan ketinggian

=

25

m

dan

air

terjun kedua memiliki ketinggian ± 100m serta memiliki panorama alam perbukitan yang indah.

Desa Aaaota KWS-0133:

1. Mendoyo Daub Tukad 2. Mendoyo Dangin Tukad 3. Pob S8Il.ten 4. Delod 8erawah 5. Perancak 6. Yell Kuning 7. Budeng 8. Sangkar Agung 9. Batuagung to. Oangin Tukadaya

(14)

Kesenian Jegog merupakan

kesenian

khas

Kabupaten Jembrana, diciptakan

di

Desa

Dangin Tukadaya yang termasuk desa anggota kawasan KWS..() 133.

Kesenian Jegog pada mulanya berfungsi sebagai sarana untuk memanggil

masyarakat

bergotong royong.

Perk.embangan Iebih

lanjut, kesenian ini dipertunjukkan untuk memeriaJikan upacara Manusa Yadnya, selain berfungsi sebagai

hiburan

masyarakat.

Karalderistik Wilayah Kawasan KWS--OJ26

Kawasan KWS-0326 terdiri atas 3

desa

anggota

dengan

luas wilayah 108.95 km2

(Gambar 34). Seluruh desa anggota pembentuk kawasan berada

di wilayah

Kecamatan

Mendoyo. Desa Penyaringan merupakan salah satu desa aoggota

kawasan yang

tennasuk

Kawasan Pariwisata Perancak

(pP 4199 Pemda Bali).

Kawasan KWS-0326

berada

diantara kawasan KWS-O III dan KWS-O 133. Obyek wisata

yang

ada pads kedua

kawasan

tersebut juga berdekatan secara geografis dengan

kawasan

KWS-0326. Pembangunan obyek. wisata pada kawasao ini dapat menjadi

excursion route

bagi obyek-obyek wisata di kedua kawasan yang bersebelahan. .---~---~ ! i Des. Aqlpta KWS-0316: I. T egaicangkring 2. Penyaringan. 3. Yeh. Embang

Gambar 34 Peta dan nama desa anggota kawasan KWS-0326.

Karakteristik Wilayab Kawasan Lainoya

Aitematif kawasan laionya

yang

terbentuk: tidak

dievaluasi karena

tid~

memenuhi

kriteria luas wilayah., jumlah desa anggota pembentuk

kawasan,

dan

mteria

utama tidak masuk dalam daftar

desa

kawasan

pariwisata

menurut PP 4 tahun 1999

Pemda

Bali. Kawasan yang tidak dievaluasi adaIah KWS-0214 (Loloan Timur, Loloan Barat, Lelateng, Banjar Tengah, Baler Bale Agung),

(15)

KWS-0315 (Melaya), K\\·S·0417 (Yeh Embang Kauh), KWS-OS18 (Gilimanuk),

KWS--619 (Pengambengan), KWS-071O (Air Kuning), KWS-OSl1 (Pergung), KWS-0912 (Pendem), KWS-I013 (Dauhwaru) dan KWS-I014 (Blimbingsari).

Kawasan yang tidak dievaluasi secara umum hanya terdiri atas satu desa saja (tidak memenuhi kriteri81uas kawasan), kecuali KWS-0214 yang terdiri atas lima desa tetapi tak satupun masuk sebagai desa pariwisata (PP 4/1999 Pemda Bali) dan luas wilayah banya 27.05 km2• KWS-0710 (Air Kuning) masuk sebagai

desa pariwisata tetapi tidak mencukupi

kriteria

luas kawasan. Kawasan KWS-0710 selanjutnya cenderung dapat digabungkan dengan KWS-0133 berdasarkan

kedelcatan

jarak

geografis.

Agregasi

Potensi

Model agregasi potensi menggablUlgkan seluruh potensi wilayah kawasan dan mcoentukan prioritas pengembangannya melalui penilaian kualitatif dan kuantitatif. Penilaian dengan mempertimbangkan ukuran kualitatif dan kuantitattif akan lebih

mencenninkan

peoiIaian

secara

keselwuhan dari pada hanya menggunakan salah satu ukuran. Altematif kawasan di Kabupaten Jembrana yang telah terbentuk pada model klaster wilayah dan dievaluasi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata agroindustri adalah :

Kawasan KWS-O Ill: luas wilayah 218.24 km2, desa anggota kawasan Yeh Embang Kangin. Yeh Swnbul. Medewi, Pulukan, Pelrutatan, Pangyangan, Gumbrih, Pengeragoan, Asah Duren dan Manggissari (Gambar 31).

2 Kawasan KWS-0122: luas wilayah 169.50 km2, desa anggota kawasan

Candikuswna, Tuwed, Tukadaya, Manistutu, Wamasari,

NusaS8ri.

Ekasari, Copel, Tegal Badeng Barat, Tegal

Badeng

Timur, Baluk, Banyub~ Kaliakah dan Berangbang (Gambar 32).

3 Kawasan KWS-0133; luas wilayah 112.08 km2, desa anggota kawasan

Mendoyo Daub Tukad, Mendoyo Dangin Tukad, Poh Santen, Delod Berawah, Perancak., Yeh Koning. Budeng, Sangkar Agung, Batuagung dan Ikngin Tukadaya (Gambar 33).

4 Kawasan KWS-0326; luas wilayah 108.95 km2• desa anggota

kawasan

Tegalcangkring, Penyaringan dan Yeh Embang (Gambar 34).

(16)

Penilaian Kualitatif Kawasan

Penilaian kualitatif kawasan menggunakan sejumlah kriteria. Beberapa kriteria yang digunakan diadopsi dari ~lackinnon et al. (1993). Kriteria yang digunakan dalam penilaian kualitatifkawasan adalah :

1 Akses wisatawan (kemudahan) terhadap fasilitas transportasi (bandara intemasiooal, pelabuhan laut, terminal) dari dan ke kawasan.

2 Keterk:aitan (kedekatan) kawasan deogan obyek wisats

lain

yang sudah operasional (terkenal) sehingga dapat menjadi bagian dari

sirkuit

(excursion

route) wisatawan.

3 Kenyamananlkemndaban perjaIanan ke kawasan.

4 Keunikan kawasan (historis, topografi, tats perdesaan. atraksi budaya. pemandanganl keindahan alam.).

5

Kesesuaian mikroklimat kawasan untuk wisatawan.

6

Budayalsilcap

positif masyarakat unruk menerima wilayahnya sebagai kawasan wisata.

7 Partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan.

8

Dukungan

pemerintah daerah untuk tujuan pengembangan wilayah. 9 Tingkat kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah

10 Citra (image) positifkawasan sebagai daerah tujuan wisata.

Kriteria keunikan pemandanganlkeiodahan

alam

dan budayalsikap positif masyarakat Wltuk menerima wilayahnya sebagai kawasan wisata menjadi kriteria dominan (bobot sangat tinggi) dalam penilaian kualitatif kawasan. Kriteria kesesuaian mikroklimat kawasan mendapatkan bobot terendah (medium) diantara semua kotena yang ditetapkan. Kriteria lainnya mendapatkan bobot sarna (tinggi). berarti berpengaruh relatif sarna terbadap kawasan dalam peoi1aian.

Semua kawasan yang dievaluasi mendapatkan kritcria potensial (nilai kualitatif linggi) untuk dikembangkan menjadi

kawasan

wisata agroindustri. kecuali KWS-Ol22 mendapat penilaian cukup potensial (nilai

kualitatif

medium)

berdasarkan penilaian kualitatif. Kawasan-kawasan potensial (Olll, KWS-0133 dan KWS-0326) secara geografis saling berdekatan. Pengembangan pariwisata pada kawasan-kawasan potensial tersebut relatif lebih dekat dengan kawasan-kawasan yang sudah ada (operasionat dan terkenal) di wilayah Bali tengah dan selatan sehingga dapat dibuatkan jalur keterkaitannya.

(17)

Penilaian Kuaotitatif Kawasan

Penilaian kuantitatif terhadap alternatif kawasan menggunakan enam

kriteri~

yaitu

:

Potensi agro-perkebunan kawasan (luas laban dan jumlah produksi komoditi).

2

Potensi

industri

kawasan

(jumlah industri

dan

tenaga

kerja setiap tipe

industri).

3 Potensi

pariwisata kawasan

(obyek

wisata,

akomodasi

dan

rumah

makanlrestoran ).

4

Potensi swnberdaya

manusia

(tingkat pendidikan) dan ketenagakerjaan

kawasan.

5 Potensi swnber

dana

pembangunan

kawasan

(PAD. bantuan

pem.erintah,

swadaya masyarakat,

dana

lairmya).

6 Poteosi fasilitas pendukung

kawasan (transportasi.,

pos-telekomunikMi,

lembaga keuangan dan

kesehatan).

Bobot

mteris kuantitatif penilaian kawasan yang dominan

adalah

kriteria

potensi pariwisata kawasan (26.1

%) dan

potensi agro-perkebunan kawasan

(21.7%)

berdasarlcan peni1aian pakar (Gambar

35). Hal ini

sesuai dengan tujuan

pengembangan kawasan menjadi kawasan wisata agroindustri. Kawasan potensial

tentunya barns memiliki komponen utama

berupa

potensi agro-perkebunan dan

pariwisata. Kriteria swnberdaya manusia kawasan

(hobot

19.8%) melengkapi

kedua kritena

utama

sebelumnya. Keberbasilan suatu kawasan wisata hams

ditunjang oleh sumberdaya manusia yang profesional dalam pengelolaannya .

... ---.-.----~---.~--' - - - ,

,

---- _

.

.

~~--~.---.-·

..

... _I

,

"dlISlri P.riwiIIII SIJ,I S. 0.. PaldRbll Krilai.tunillli

r

(18)

Kriteria kuantitatif kawasan terdiri alas beberapa subkriteria kuantitatif.

80bot setiap subkriteria kuantitatif diperoleh

dari

persentase varian setiap

komponen basiJ analisis faktor (Gambar 36). Persentase varian setiap komponen

menunjukkan banyaknya infonnasi yang terkandung dalam

setiap

komponen

(Mattjik

et al.

2001). Semakin besar nilai varian suatu komponen, maka semakin

pentiog

komponen tersebut sehingga nilai varian

dapat dianaIogkan

deogan

nilai

hobot

suatu

komponen

.

Nilai

varian

(%)

setiap komponen

dalam analisis faktor

dijadikan

bobot

setiap

komponen

sehingga tidak diperlukan

metode

tambahan

untuk menghitung

bobot

setiap komponen dalam proses agregasi Penilaian

aspek

lawrtitatif kawasan

menggunakan skor faktor

dapat

menyederbanakan

pedlitungan selanjutnya, karena tetjadi reduksi

variabel. Variabel awal dalam

penelitian

ini

yang

beIjumlah SO buah, dengan

analisis faktor bertahap

akhimya

diperoleh 16

komponen

(eigenvalue ~1)

yang terekstrak untuk mewakili

keseluruhan variabel sebelumnya.

0.1

··r·-

---

---- -

-

_

.

-

. -

.-

.

.

.

.

---.

---

----

-

.

-

----

--

,

.

.

.

--

... ,

--

--

.

.

--

---

.

---

-

-

-

--

-

·----

1

0

.

7t

i

,

:

__

~~

_

_

_

___

_

_

0

.

61

::

:

.. OJ

:

!

~

:

._

-

---! 0.4 ':: ... O J ) " 0.2 ~jj r ~1 0_1 -

f~

:~~:

o

, . . riltlil h.MiIIti r r -j ~---:

f--=:----J

I

- '--==-i

- '-t ~ I . . . pi

[J Subkriteria agro-pc:dehwwn i AGR 1-2) • Subkriteria !<lImhcrda\'3 manusi. (5DMI-2 )

• Subkrileria pariwisafll (PAR 1-4) • Subbirerill dana pemh.ngunan (OANA 1-2)

Ii:iI Subkrilcria industri (INDI-3) • Subkritena ~ (asililas(PEND1-~)

Gambar 36

Bobot

subkriteria kuantitatif penilaian kawasan wisata agroiodustri.

Kriteria kuantitatif penilaian kawasan ada enam kriteria

dengan total

nilai

bobot sabl.

Subkriteria kuanritatif

,

ada

16 deogan

total

nilai

bobot

masing-masing

subkriteria

dalam

satu

kelompok kriteria asal, sarna deogan satu.

Misalnya

subkriteria AGRI dan AGRl total nilai hobotnya satu, kedua subkriteria

berasal

(19)

juga untuk subkriteria PARI, P AR2, P AR3, dan P AR4 total nilai bobotnya saUl, keempat subkriteria berasal dan kriteria kuantitatif potensi pariwisata kawasan.

Nilai kuantitatif potensi kawasan merupakan rata-rata hasil perkaJian antara nilai hobot kriteria, hobot subkriteria dan nilai peringkat potensi setiap desa yang menjadi anggota setiap kawasan. Nilai potensi kuantitatif akan berkisar antara 1 sampai dengan 51 untuk kasus Kabupaten Jembnma,

karena

jumlah desa kasus 51 desa. Nilai potensi kuantitatif setiap kawasan selanjutnya dikonversi ke

nilai

skala 5 untuk mendapatkan nilai kuantitatif

kawasan.

Nilai potensi kawasan berkisar antara 23.12-38.25 sebingga menghasilkan keputusan penilaian cukup potensial (skor 3) untuk kawasan KWS-Olll, KWS..() 122,

dan

KWS..() 133.

dan

keputusan penilaian potensial (skoT 4) untuk KWS-0326 (Tabel 18). Kawasan KWS-0326 (nilai potensi 38.25 atau skor 4) menjadi prioritas, apabila Pemkab Jembrana, instansi terkait. dan investor tertarik mengembangkan kawasan wisata agroindustri. KWS-0326 menjadi unggul

dalam

penilaian kuantitatif

kareoa

didukung desa anggota kawasan (Tegalcangkring,

Penyaringan

dan Yeh Embang) yang mempunyai sumberdaya potensial untuk laiteria penilaian lruantitatif kawasan (Lampiran 33).

Agregasi PenilaiaD KuaJitatif dan Kuantitatir Kawasan

Agregasi penilaian memerlukan bobot penilaian kualitatif dan kuantitatif Bobot penilaian kualitatif (OObot 52%) sedikit lebih penting daripada penilaian kuantitatif (bobot 48%)

untuk

peniiaian altematif kawasan

yang

akan dikembangkan menjadj kawasan wisata agroindustri berdasarkan penilaian pakar. Agregasi penilaian seeara keseluruhan (Tabel 32) menunjukkan semua kawasan

layak

dikembangkan, kecuali K

WS..Q 122 mendapatkan keputusan

penilaian cuIcup

/ayak. Agregasi penilaian menunjukkan basil yang searahlsama antara penilaian

kualitatif dan kuantitatif sebelumnya, walaupun dengan kriteria yang

berbeda.

Kawasan KWS-OI22 seeara keseluruhan mendapatkan nilai agregasi terendah. k.arena secara kuantitatif (nilai. potensi)

dan

kualitatif juga mendapat1can nilai rendah. Prioritas pengembangan kawasan yang dipilih

adalah

kawasan KWS-0111. KWS-0133. dan KWS-0326 dengan prioritas utama pada KWS..Q326 karens memiliki kelebihan pada nilai potensi kuantitatif.

(20)

Tabe132 Agregasi penilaian kualitatif dan kuantitatifpotensi kawasan

No.

Kawasan

NKL

·

NKK Agregasi Pri01itas

Keputusan

I KWS-Olll 4 3 3.51 2 Layak dikembangkan

2 KWS-0122 3 , 3 3.00 3 Cukup layak dikembangkan

l

3 KWS-OJ33 4 I 3 3.51 2 Layak dikembangkan

,

4 KWS-0326 4 4 4.00 1 Layak dikembangkan

i I

NKL" Nila:i Irualitatifkawasan: NKK - Nilai lruantitatifkawasan Pemilihan Strategi Idea.tifikasi Faktor

lDtemal

dan Eksternal

Analisis

lingkungan

internal

dan

ekstemal merupakan aoatisis

terbadap

kondisi internal

dan

eksternaI kawasan yang

berpengaruh terbadap

upaya

pengintegrasian

agroindustri

dan pariwisata melalui pengembangan kawasan

wisata agroindustri

di

Kabupaten Jembrana. Analisis internal meliputi faktor

kekuaran

(strengths) dan

kelemahan

(weaknesses).

Analisis ekstema1 meliputi

faktor peluang

(opportunities) dan

ancaman

atall

tantangan

(threats).

Kelwacan

(Strengths).

Faktor·faktor internal yang

dapat

diidentifikasi

sebagai kekuatan yang dimiliki daerah otonom Kabupaten Jembrana dalam

pengembangan kawasan wisata

agroindustri adalah :

1 Sumberdaya sebagai modal pengembangan pariwisata

daerah.

Potensi

sumberdaya yang layak dikembangkan sebagai obyek pariwisata,

adalah

keindahan

alam.

flora dan fauna. peninggalan purbakala

dan

sejarah. serta

seni

dan

budaya.

2 Atraksi dan

tata

perdesaan daerah. Atraksi wisata yang menarik seperti lomba

sampan tradisional, julrung layar, makepung, jegog

dan

kendang mebanmg,

serta

beberapa

tata perdesaan yang masih

tetap

lestari.

3 Buday&.

kelembagaan

tradisional

dan

keramahtamahan

masyarakat.

Kebudayaan Jembrana sebagai bagian

dari

kebudayaan.

Bali

memiliki identitas

yang jelas

dan

kokoh dalam lembaga-Iembaga tradisional

seperti :

desa

adat,

subak, banjar

dan

sekehe-sekehe. Adat-istiadat dan

seW

budaya masih dominan

berkaitan dengan kegiatan ritual keagamaan. Beberapa

falsafah

yang

memberikan nilai kehidupan untuk: mewujudkan

masyarakat

yang tenteram

kertarah8Ija seperti : Tr; Hila Karana. Tal Twam As;, Paras Paros Sagilik Sagu/uk Salunglung Sabayantaka.

Gambar

Gambar  20  Produksi kelapa  di  Kabu- Kabu-paten Jembrana.  C  '20  !   JfO~r---------------i   .o~~----------------L~  _________  ~_~~~  _____
Gambar  2S  Kunjungan wisatawan  nusantara ke TNBB.  _1am~-----~--------~  i,~~----_9~----~~  i  i - t------H-+--1---~________I  1  I ::  +----~_______\_+_____+__f_~  j  Gm~---~--_+~~--~  ~  ~~-~~----~~----~  ,
Gambar 29  Perkembangan  lndeks Williamsom Kabupaten Jembrana 1997-2002.
Gambar 30  Peta desa-desa di  Kabupaten Jembrana.
+7

Referensi

Dokumen terkait

laboratorium menunjukkan komplikasi heatstroke. Terapi rehidrasi segera dimulai dengan menggunakan larutan salin dan larutan koloid melalui jalur intravena, diikuti

Suasana dialogis diatas menuntun analisis Ahmad Amin menggambarkan telah adanya soal tidak mau melibatkan diri dalam pertikaian dan perselisihan diantara sesame kaum

51 Antara syarat-syarat seorang debitur nakal ditahan (paksa badan), adalah mempunyai hutang sekurang-kurangnya 1 milyar, debitur belum berusia 75 tahun.. awal yang dilakukan

Rencana Tata Ruang Kota Denpasar meliputi rencana struktur tata ruang, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan lindung, rencana pemanfaatan dan pengelolaan kawasan budidaya,

Media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru agar siswa bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena media mempunyai arti penting dalam dunia pendidikan, terutama

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan sejauh mana penerapan aturan klasifikasi pada proses produksi pembangunan kapal ikan 3 GT dengan melakukan pengujian kuat tarik

Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dengan fokus penelitian pada sub penyalur atau pangkalan LPG 3 kg karena berdasarkan observasi yang dilakukan

Pengendalian selektif ini bekerja agar suatu proses bisa berjalan dengan baik misal untuk suatu tangki yang akan akan dialirkan dengan suatu pompa,