Bab-
1
P
ENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
PT. PERTAMINA – EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA – EP mengalami perubahan sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, di mana tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari PERTAMINA menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT. PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT. PERTAMINA – EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. PERTAMINA – EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005.
PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2012.
Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Kemudian gas tersebut disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, untuk kemudian gas tersebut dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG.
Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum
sebesar 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas
besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga
mengandung unsur yang lainnya.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan
Tujuan proyek ini adalah memproduksi gas bumi, menyalurkan gas ke kilang LNG, memproses gas menjadi Liquid Natural Gas (LNG), serta mengangkut LNG dan hidrokarbon cair (kondensat) ke pasaran. Dalam upaya untuk mencapai tujuan itu maka PPGM merencanakan akan melakukan kegiatan pengembangan Sumur Gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas Pemrosesan Gas (
Gas Processing Facility
, disingkat GPF), pemasangan Pipa Penyalur Gas dan pembangunan Fasilitas Kilang LNG, termasuk fasilitas pelabuhan laut khusus. Pelabuhan laut khusus tersebut direncanakan akan dibangun pada dua alternatif lokasi yaitu di daerah Kecamatan Batui dan Kecamatan Kintom Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.1. Pemboran 21 sumur yang terdiri dari 17 sumur pengembangan dan 4 sumur kerja ulang (
work over
) dengan perincian:No. Lapangan Jenis Kegiatan Pemboran Wilayah
1. Donggi 4 sumur work over4 sumur pengembangan Kecamatan Toili Barat 2. Minahaki 4 sumur pengembangan Kecamatan Toili 3. Sukamaju 2 sumur pengembangan Kecamatan Batui 4. Matindok 4 sumur pengembangan Kecamatan Batui 5. Maleoraja 3 sumur pengembangan Kecamatan Batui
2. Pembangunan
Block Station
(BS) di Donggi, Sukamaju dan Matindok, sedangkan gas yang berasal dari sumur-sumur Matindok, Maleoraja dan Minahaki akan dialirkan melaluiManifolding Station
(MS);3. Pembangunan fasilitas pemrosesan gas atau
Gas Processing Facility
(GPF) akan ditempat-kan satu area denganBlock Station
yang berada di dua lokasi yaitu di Donggi dan Matindok; 4. Pembangunan Kilang LNG dalam hal ini adalah Donggi-Senoro LNG (DSLNG) beserta fasilitaspendukung seperti perkantoran dan pelabuhan khusus akan ditempatkan di dua alternatif lokasi yaitu Uso, Kecamatan Batui atau Padang, Kecamatan Kintom.
5. Pemasangan pipa:
a. Pemasangan pipa
flow line
berdiameter 4” s/d 6" di darat sepanjang sekitar 35 km dari sumur-sumur ke BS di masing-masing lapangan;b. Pemasangan pipa
gathering line
diameter 16” dan 18”, sepanjang 40 km dari BS ke GPF kemudian diteruskan ke fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui. c. Pemasangan pipatrunk line
penyaluran gas berdiameter 32" di darat sepanjang sekitar23 km dari Fasilitas bersama JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Senoro ke Kilang LNG, yang terletak di Desa Uso Kecamatan Batui atau Desa Padang Kintom, yang akan melewati beberapa desa di Kecamatan Batui dan Kintom
6. Pengangkutan kondensat dengan mobil tangki Kondensat dari Block Station Donggi, Sukamaju dan Matindok ke Tangki Penampung Kondensat JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo.
7. Pembebasan lahan untuk rencana kegiatan pemboran sumur, pemasangan pipa, pembangunan BS, GPF, Kilang LNG, pelabuhan dan pemasangan pipa darat seluruhnya sekitar 595 ha.
1.2.2. Manfaat
Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) ini sangat bermanfaat secara ekonomi, sosial dan teknologi bagi kepentingan lokal, regional dan nasional. Manfaat PPGM itu antara lain:
1. Tersedianya Gas, Liquid Natural Gas (LNG), hidrokarbon cair (kondensat) dan belerang (sulphur)
2. Peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Banggai (tingkat lokal), Provinsi Sulawesi Tengah (tingkat regional) dan tingkat nasional melalui pajak dan royalti dari hasil penjualan LNG, kondensat dan belerang (sulphur).
3. Memberikan peluang kerja dan usaha bagi masyarakat lokal, regional dan nasional 4. Peningkatan kemampuan bangsa dalam penguasaan teknologi produksi gas.
Selain bermafaat secara ekonomi, sosial dan teknologi, pelaksanaan Proyek Pengembangan Gas Matindok ini diperkirakan akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa komponen lingkungan hidup. Oleh karena itu PT. PERTAMINA EP – PPGM bermaksud melaksanakan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilakukan pembangunan fisik di lapangan. Hal ini sesuai dengan komitmen perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan perlindungan terhadap lingkungan pada setiap kegiatan yang dilakukan. Disamping itu, terkait dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Hasil studi AMDAL pada dasarnya berupa informasi tentang berbagai komponen kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting yang bersifat positif dan negatif, penilaian kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan tersebut dan alternatif rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang akan dilakukan.
1.3. PERATURAN
Tabel 1.1 berikut ini disajikan daftar peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang
Tabel 1.1. Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku Sebagai Dasar Pelaksanaan Studi AMDAL PPGM di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
A. Undang-Undang
Republik Indonesia Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Undang-Undang No. 5
Tahun 1960 Pokok-pokok Agraria Terkait dengan pengadaan lahan
2. Undang-Undang No. 4 Tahun 1985
Perikanan Terkait dengan kegiatan pemasangan pipa di dasar laut
3. Undang-Undang No. 5
Tahun 1990 Konservasi Sumberdaya AlamHayati dan Ekosistemnya Terkait dengan keberadaan berbagai ekosistem alam danadanya SM Bakiriang di sekitar rencana kegiatan 4. Undang-Undang No. 14
Tahun 1992
Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan umum untuk kegiatan proyek
5. Undang-Undang No. 21
Tahun 1992 Pelayaran Terkait dengan adanya rencana pengangkutan LNG denganmoda kapal laut
6. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
Kesehatan Terkait dengan pemeliharaan kesehatan pekerja dan
masyarakat sekitar rencana kegiatan 7. Undang-Undang No. 26
Tahun 2007 Penataan Ruang Terkait dengan kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengantata ruang 8. Undang-Undang No. 5
Tahun 1994 Pengesahan KonvensiInternasional mengenai Keanekaragaman Hayati
Terkait dengan upaya pengelolaan keanekaragaman hayati yang ada di beberapa bagian lokasi proyek
9. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995
Perseroan Terbatas Terkait dengan status hukum institusi pemrakarsa 10. Undang-Undang No. 23
Tahun 1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup Terkait dengan arti penting Studi AMDAL 11. Undang-Undang No. 41
Tahun 1999 Kehutanan Terkait dengan keberadaan lahan yang akan digunakanoleh proyek yang dikuasasi oleh Departemen Kehutanan dan perkebunan
12. Undang-Undang No. 22
Tahun 2001 Minyak dan Gas Bumi Terkait dengan operasional usaha peminyakan dan gasbumi
13. Undang-Undang No. 65 Tahun 2001
Pajak Daerah Terkait dengan kewajiban pemrakarsa untuk membayar
pajak untuk daerah 14. Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 Ketenagakerjaan Terkait dengan tatacara dan pengaturan rekrutmen dan hakserta kewajiban pemrakarsa terhadap tenaga kerja 15. Undang-Undang No. 19
Tahun 2003
Badan Usaha Milik Negara Terkait dengan status pemrakarsa sebagai Badan Usaha Milik Negara
A. Republik IndonesiaUndang-Undang Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
16. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004
Sumberdaya Air Terkait dengan hubungan Pemrakarsa menggunakan sungai
untuk kegiatan pemboran gas 17. Undang-Undang No. 16
Tahun 2004 Perikanan Terkait dengan hubungan pemrakarsa menggunakan airlaut sebagai tempat pelabuhan gas 18. Undang-Undang No. 32
Tahun 2004 Pemerintah Daerah Terkait dengan hubungan pemrakarsa dengan kewenanganpemerintah daerah sebagai daerah otonom 19. Undang-Undang No. 33
Tahun 2004
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
Terkait dengan pengaturan kewajiban pemra-karsa untuk membayar pajak untuk daerah dan pemerintah pusat 20. Undang-Undang No.51
Tahun 2004 Baku Mutu Air Laut Terkait dengan rencana pembangunan pelabuhan khusus
B. PemerintahPeraturan Republik Indonesia
Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. PP No. 19 Tahun 1973 Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Terkait dengan tata cara pengaturan dan pengawasan untuk keselamatan kerja di bidang pertambangan
2. PP No. 11 Tahun 1979 Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengelolaan Migas
Terkait dengan keselamatan pekerja
3. PP No. 35 Tahun 1991 Sungai Terkait dengan keberadaan banyak sungai yang terpotong
oleh pemasangan pipa dan penggunaan air sungai dalam kegiatan proyek.
4. PP No. 41 Tahun 1993 Angkutan Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan moda
angkutan darat yang digunakan dalam proyek
5. PP No. 43 Tahun 1993 Prasarana dan Lalulintas Jalan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan prasarana dan lalulintas kendaraan darat yang digunakan dalam proyek 6. PP No. 47 Tahun 1997 Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
Kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan tata ruang 7. PP No. 62 Tahun 1998 Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintah di Bidang Kehutanan Kepada Daerah
Terkait adanya kemungkinan penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang kehutanan kepada daerah yang terkait dengan rencana kegiatan
8. PP No. 68 Tahun 1998 Swaka Margasatwa dan
Kawasan Pelestarian Alam Terkait dengan rencana kegiatan yang terletak di sekitarSuaka Margasatwa 9. PP No. 7 Tahun 1999 Pengelolaan Jenis Tumbuhan
dan Satwa Liar
Lokasi kegiatan terkait dengan kawasan SM Bakiriang 10. PP No. 18 Tahun 1999
B.
Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
11. PP No. 19 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut Pengaturan dan pengendalian pencemaran dan/atauperusakan laut yang terkait dengan kegiatan di pantai 12. PP No. 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
Terkait dengan arti penting pelaksanaan studi AMDAL 13. PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran
Udara Terkait dengan pengaturan dan pengendalian pencemaranudara yang mungkin ditimbulkan oleh rencana kegiatan 14. PP No. 82 Tahun 1999 Angkutan di Perairan Pengaturan dan pengawasan tentang lalulintas kapal laut
yang digunakan dalam rencana kegiatan 15. PP No. 25 Tahun 2000 Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
Batas kewenangan Pemerintah Daerah dan Provinsi sebagai daerah otonom yang terkait dengan realisasi dan operasionalisasi PPGM di Kab. Banggai, SULTENG.
16. PP No. 81 Tahun 2000 Kenavigasian Terkait dengan operasional pelabuhan khusus
17. PP No. 150 Tahun 2000 Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomasa
Terkait dengan pengaturan dan pengendalian kerusakan tanah yang ditimbulkan oleh proyek untuk produksi biomasa
18. PP No. 69 Tahun 2001 Kepelabuhanan Terkait dengan pengaturan dan pengawasan operasional
pelabuhan khusus 19. PP No. 74 Tahun 2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3)
Terkait dengan pengaturan, penanganan dan pengawasan limbah B3 yang dihasilkan oleh rencana kegitan
20. PP No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air Terkait dengan pengaturan dan pengelolaan kualitas air danpengendalian pencemaran air oleh rencana kegiatan, terutama pada tahap operasional.
21. PP No. 42 Tahun 2002 Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
Terkait dengan hak dan kewajiban Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dalam pembinaan kegiatan migas oleh pemrakarsa.
22. PP No. 51 Tahun 2002 Perkapalan Terkait dengan operasional pelabuhan khusus
23. PP No. 20 Tahun 2006 Irigasi Pengaturan dan pengawasan terhadap pemboran yang
akan mencemari irigasi masyarakat 24. PP No. 6 Tahun 2007 Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan serta Pemanfaatan Hutan
Pengaturan yang terkait dengan adanya penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kegiatan migas
C. Keputusan PresidenRepublik Indonesia Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Keppres No. 18 Tahun
1978 Ratifikasi International Con-ventional on Civil Liability for Oil Pollution Damage 1969 (CLC 1969)
Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan penang-gulangan pencemaran minyak
2. Keppres No. 46 Tahun
1986 Pengesahan Convention forthe Prevention of Pollution from Ships (Marpol 1973/1978 Annex I & II)
Terkait dengan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran air laut yang diakibatkan oleh kegiatan lalulintas kapal laut.
3. Keppres No. 32 tahun 1990
Pengelolaan Kawasan Lindung Terkait dengan pengaturan pengelolaan kawasan lindung yang terpengaruh oleh rencana kegiatan.
4. Keppres No. 43 Tahun
1991 Konservasi Energi Terkait dengan upaya-upaya konservasi energi yang akandilaksanakan oleh pemrakarsa dalam operasionalisasi proyek.
5. Perpres No. 109 Tahun
2006 PenanggulanganDarurat Tumpahan Minyak diKeadaan Laut
Terkait dengan pengaturan, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran minyak 6. Perpres No. 65 Tahun
2006 Pengadaan Tanah Bagi Pelak-sanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Pengaturan dan pengawasan pengadaan tanah bagi pemrakarsa yang terkait untuk kepentingan umum.
D. Peraturan Menteri Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Per.Men.Kes No. 416/
MenKes/Per/IX/1990 Syarat-Syarat PengawasanKualitas Air Sebagai acuan dalam pengawasan kualitas air 2. Per.Men.Hub. No. KM 7
Tahun 2005 Sarana Bantu NavigasiPelayanan (SBNP) Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 3. Per.Men.Neg. L.H. 08
Tahun 2006
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Pedoman ini digunakan acuan dalam penyusunan dok. AMDAL
4. Per.Men.Neg. L.H No. 11 Tahun 2006
Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dileng-kapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Berdasarkan Peraturan ini rencana kegiatan PPGM termasuk dalam rencana kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Dokumen AMDAL
5. Per.Men. ESDM No. 045 tahun 2006
Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi
Sebagai acuan dalam pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur dan serbuk bor yang dihasilkan kegiatan ini 6. Per.Men.LH No. 4
Tahun 2007
Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi
Pedoman dalam pengelolaan air limbah yang dihasilkan saat kegiatan berlangsung
7. Per.Men.Hut No.14/ Menhut-II/2006 jo No 64/Menhut-II/2007
Pinjam pakai kawasan hutan Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang baru ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan meng-gunakan kawasan hutan untuk dipakai untuk kegiatan migas
E. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Kep.Men Perhubungan
No. 215/N.506/PHB-87 Pengadaan Fasilitas Penam-pungan Limbah dari Kapal Terkait adanya kewajiban pemrakarsa untuk mengadakanfasilitas penampungan limbah dari kapal-kapal. 2. Kep.Men.Neg
Kependu-dukan dan Lingkungan
Hidup No. 02/MEN
KLH/I/ 1988
Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan Terkait dengan batas Baku Mutu Lingkungan untukberbagai parameter lingkungan yang harus diacu oleh pemrakarsa
3. Kep.Men.Hub. No. KM
23 Tahun 1990 UsahaPekerjaan Bawah Air (PBA)Salvage dan/atauTerkait dengan pekerjaan pemasangan pipa 4. Kep.Men Perhubungan
No. KM 86 Tahun 1990 PencegahanMinyak dari Kapal-kapalPencemaranTerkait dengan upaya-upaya pengaturan, pengawasan danpencegahan terjadinya pencemaran minyak dari kapal-kapal.
5. Kep. MPE No.
06P/0746/ M.PE/ 1991 PemeriksaanKerja Untuk KeselamatanInstalasi, Peralatan, dan Teknis
Adanya kewajiban untuk melakukan pemeriksaan
keselamatan kerja untuk instalasi, peralatan dan teknis secara rutin.
6. Kep. MNLH No. Kep-35/
MENLH/10/1993 AmbangBuang Kendaraan BermotorBatas Emisi GasAdanya batasan emisi gas buang bagi kendaraan bermotoryang digunakan oleh pemrakarsa
7. Kep.Men PU No.
63/PRT/ 1993 Batas Badan Sungai, Per-untukan Sungai, Daerah Pengawasan Sungai dan Bekas Sungai
Terkait dengan pengaturan dan pengawasan penggunaan badan dan air sungai yang digunakan oleh pemrakarsa
8. Kep.Men.Hub No. KM
60/1993 Marka Jalan Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan
9. Kep.Men.Hub No. KM
61/1993 Rambu-Rambu Lalulintas diJalan Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan 10. Kep.Men.Hub No. KM
62/1993
Alat Pemberi Syarat Lalu
Lintas
Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan 11. Kep.Men Hub No. KM
67/ 1993 Tata Cara Pemeriksaan Teknikdan Laik Jalan Kendaraan Bermotor di Jalan
Terkait dengan pemeriksaan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang digunakan oleh pemrakarsa
12. Kep.Men Hub No. KM
69/ 1993 PenyelenggaraanBarang di Jalan AngkutanAdanya pedoman yang harus diikuti oleh pemrakarsa dalampenyelenggaraan angkutan barang di jalan 13. Kep.Men Hub No. KM 3/
1994
Alat Pengendali dan
Pengaman jalan
Terkait dengan kegiatan transportasi saat kegiatan 14. Kep. MPE No. 103.K/
008/ MEM/ 1994 Pengawasansanaan Rencana Pengelolaanatas
Pelak-Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan
Dalam Bidang Pertambangan dan Energi
RKL dan RPL nanti akan dilaksanakan dan dilaporkan dengan tertib oleh pemrakarsa, karena pelaksanaan dan laporan itu akan selalu dievaluasi oleh institusi pembina kegiatan migas.
E. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
15. Kep.Men LH No. 13/
MENLH/1995 Baku Mutu Emisi SumberTidak Bergerak Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ini akan diacudalam setiap operasi alat non mobil yang mengeluarkan emisi
16. SK Men.Hut No.
41/Kpts/II/ 1996 Perubahan Pasal 16 SKMen.Hut No. 41/Kpts/II/ 1996 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan menggunakan kawasan hutan untuk dipakai kegiatan migas
17. Kep. MNLH No. Kep-48/ MENLH/ 11/1996
Baku Tingkat Kebisingan Baku mutu tingkat kebisingan ini akan diacu dalam setiap operasi alat yang mengeluarkan kebisingan
18. Kep. MNLH No. Kep-49/
MENLH/ 11/1996 Baku Mutu Tingkat Getaran Baku mutu tingkat getaran ini akan diacu dalam setiapoperasi alat atau kegiatan penyebab getaran. 19. Kep. MNLH No. Kep-50/
MENLH/ 11/1996
Kebauan Baku mutu kebauan ini akan diacu dalam setiap operasi
kegiatan yang menimbulkan kebauan. 20. SK Men.Hut No. 641/
Kpts/ II/1997 Perubahan Pasal 8 dan 18 SKMenhut No. 41/ Kpts/II/1996 Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang baru ini akan dijadikan landasan kerja bagi pemrakarsa yang akan menggunakan kawasan hutan untuk dipakai untuk kegiatan migas
21. Kep. MPE No. 300.K/38/ M/PE/ 1997
Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi
Pedoman ini akan dijadikan acuan bagi pemrakarsa dalam pemasangan pipa
22. Kep. MESDM No. 1457
K/38/MEM/2000 Pedoman Teknis PengelolaanLingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi
Pedoman ini akan menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan Dokumen AMDAL
23. Kep.Men.Neg. LH No. 4
Tahun 2001 Kriteria Baku & PedomanPenentuan Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan
24. Kep.Men.Hub. No KM
13/2001 Kelas Jalan di Pulau Sulawesi Sebagai acuan dalam operasional transportasi saat kegiatan 25. Kep.Men.Kes. No. 876/
Men. Kes/SK/VII/2001
Pedoman Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Pedoman untuk mengkaji aspek kesehatan masyarakat dalam AMDAL
26. Kep.Men.Hub. No. 24
Tahun 2002 Penyelenggaraan Pemanduan Sebagai acuan dalam operasional pelabuhan khusus 27. Kep.Men.Hub. No. KM
53 Tahun 2002 Tatanan Kepelabuhanan Terkait dengan operasional pelabuhan khusus
28. Kep.Men.Hub. No. KM 55 Tahun 2002
Pengelolaan Pelabuhan Khusus Terkait dengan operasional pelabuhan khusus 29. Kep.Men.Hub. No. KM
E. Keputusan Menteri Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
30. Kep.Men Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/ 2002
Syarat-syarat dan
Penga-wasan Kualitas Air Minum Terkait dengan syarat-syarat pengawasan kualitas air untukair minum bagi kesehatan pekerja dan masyarakat
31. Kep. MNLH No. 112
Tahun 2003 Baku Mutu Air LimbahDomestik Terkait dengan pengaturan mutu air limbah domestik yangkeluar dari IPAL rencana kegiatan
32. Kep. MNLH No. 128
Tahun 2003 Tatacara dan PersyaratanTeknis Pengelolaan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis
Pedoman ini akan digunakan oleh pemrakarsa dalam penanganan tanah yang kemungknan terkontaminasi oleh kegiatan
33. Kep. MNLH No. 129
Tahun 2003 Baku Mutu Emisi Usaha danatau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
Pedoman ini akan dijadikan acuan dalam upaya
pengendalian emisi dari kegiatan operasional 34. Kep.Men.LH No. 51 Tahun
2004 Baku Mutu Air Laut Pedoman dalam pengelolaan kualitas air laut
35. Kep.MN.LH No. 45 Tahun 2005
Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL
Pedoman dalam penyusunan laporan pelaksanaan RKL dan RPL
36. Kep.Men.Hub. No KM 14
Tahun 2006 Manajemen Rekayasa LaluLintas Terkait dengan aspek transportasi pada saat kegiatan
F Keputusan/PeraturanKepala BPN, Bapedal
dan lainnya Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Petunjuk Pelaksanaan No. Pol. Juklak 29/VII/ 1991
Pengawasan, Pengendalian
dan Pengamanan Bahan
Peledak Non Organik ABRI
Bahan peledak kemungkinan akan digunakan terutama dalam pelaksanaan konstruksi.
2. Peraturan Kepala BPN No.
2 Tahun 1993 Tatacara Memperoleh IzinLokasi dan Hak-Hak Atas Tanah Untuk Perusahaan
Prosedur yang harus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi dan hak-hak atas tanah untuk perusahaan 3. Keputusan Kepala BPN
No. 22 Tahun 1993 Petunjuk Peraturan KepalaBPN No. 2 Tahun 1993 Petunjuk ini merupakan penjelasan dari tatacaraharus diikuti pemrakarsa dalam memperoleh izin lokasi danyang hak-hak atas tanah untuk perusahaan
4. Kep.Ka. Bapedal No. 56/
BAPEDAL/ 1994 Pedoman Mengenai UkuranDampak Penting Pedoman ini akan diacu untuk menentukan dampak pentingdalam studi AMDAL 5. Kep.Ka. Bapedal No. 01/
BAPEDAL/09/1995
Tatacara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun – B3
Akan diacu oleh pemrakarsa dalam penyimpanan sementara dan pengumpulan limbah B3
F
Keputusan/Peraturan Kepala BPN, Bapedal
dan lainnya Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
6. Kep.Ka. Bapedal No. 02/
BAPEDAL/09/1995 Dokumen Limbah B3 Akan diacu dalam sistem pelaporan penyimpanan danpenanganan limbah B3 7. Kep.Ka. Bapedal No. 03/
BAPEDAL/09/1995 Persyaratan Teknis Pengo-lahan Limbah B3 Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratan teknispengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten.
8. Kep.Ka. Bapedal No. 04/ BAPEDAL/09/1995
Tatacara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah B3
Hanya sebagai pertimbangan bahwa persyaratan teknis pengolahan limbah B3 sangat berat, sehingga kemungkinan pengolahan limbah B3 oleh pemrakarsa akan diserahkan pihak ketiga yang berkompeten
9. Kep.Ka. Bapedal No. 05/
BAPEDAL/09/1995 Simbol dan Label Limbah B3 Simbol dan label limbah B3 yang akan diacu olehpemrakarsa 10. Kep.Ka. Bapedal No. 255/
BAPEDAL/01/1995 Tata Cara & PersyaratanPenyimpanan dan pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Sebagai pedoman dalam pengelolaan minyak pelumas bekas
11. Kep.Ka. Bapedal No. 205 Tahun 1996
Metode Pemantauan Emisi Udara
Pedoman dan metode ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalam pelaksanaan pemantauan emisi udara akibat rencana kegiatan dan tertuang dalam dokumen RPL
12. Kep.Ka. Bapedal No. 229 Tahun 1996
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan AMDAL
Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL
13. Kep.Ka. Bapedal No. 255/
BAPEDAL/08/ 1996 Tatacara dan PersyaratanPenyimpanan dan Pengum-pulan Minyak Pelumas Bekas
Prosedur ini akan diikuti oleh pemrakarsa dalam mekanisme penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas
14. Kep.Ka BAPEDAL No.
124/12/ 1997 Panduan Kajian Aspek Kese-hatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL
Pedoman ini akan diacu dan untuk pertimbangan dalam proses penyusunan dok. AMDAL
15. Kep. Ka BAPEDAL No. 08 Tahun 2000
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Pedoman ini diacu dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan konsultasi masyarakat
16. Kep.Dirjen Perhubungan Darat No. SK 726/As.307/ DRJD/2004
Pedoman Teknis Penyeleng-garaan Alat Berat di Jalan
Terkait kegiatan mobilisasi dan demobilisasi alat berat dan material
17. Peraturan Daerah Prop. Sul.Tengah No. 2 Tahun 2004
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
Sebagai acuan dalam penetapan tata batas wilayah studi AMDAL
18. Kep Dirjen Per.Hub Darat No. SK.725/AJ/302/DRJD/ 2004
Penyelenggaraan Peng-angkutan B3
G Lain-lain Tentang Keterkaitan dengan Rencana Kegiatan
1. Panduan Pengelolaan
Lumpur Bor
PERTAMINA-BPPKA Tahun 1994
Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam penanganan lumpur bor
2. Standard Pertambangan Migas No. 50.54. 2-1994
Sistem Perpipaan Transmisi dan Distribusi Gas
Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam
pembangunan dan pemeliharaan sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas
3. Codes and Standards Panduan ini akan diacu oleh pemrakarsa dalam pelaksanaan
kegiatan dalam proyek PGM. (Lihat Lampiran “List of Code...) 4. Protokol 1996 atas
Konvensi tentang
Pen-cegahan Pencemaran
Laut oleh Dumping
Limbah dan Bahan lain, 1972 dan Resolusi yang diadopsi oleh Sidang Khusus
Pedoman dalam upaya pencegahan pencemaran laut oleh berbagai bahan pencemar
5. Mijn Politie Regkment No. 341 Tahun 1930
Peraturan Keselamatan Kerja Tambang