• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

V. Budidaya

Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang diperlukan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan dalam budidaya TPT, selain perlu dipenuhi persyaratan tumbuh pokok yaitu keadaan iklim dan tanah yang cocok, juga teknik budidaya dan pengelolaan yang tepat perlu diketahui.

Tanaman pakan ternak dapat dibudidayakan balk di dataran rendah maupun di dataran tinggi, di lahan basah ataupun di lahan kering. Namun sampai sejauh ini baru dilaksanakan di lahan kering atau lahan kelas dua.

Tanaman pakan untuk lahan rawa dan pasang surut belum biasa dibudidayakan, peternak yang berada di sekitar lahan rawa dan pasang surut, khususnya di Sumatera dan Kalimantan masih mencukupi kebutuhan hijauan pakannya dari rumput yang mampu tumbuh liar di ekosistem itu, seperti rumput kumpai ( Hymenachne acutigluma).

Di lahan irigasi ada jugs peternak yang menanam rumput untuk ternak, namun hanya terbatas di beberapa daerah yang populasi ternaknya tinggi dan hijauan pakannya kurang. Petani di lahan irigasi ada jugs yang menanami lahannya dengan rumput pakan apabila menanam padi atau palawija di lahan tersebut kurang menguntungkan.

Di lahan kering, khususnya di wilayah-wilayah dengan kemiringan tanah di atas 30%, hijauan pakan ternak dapat berfungsi ganda, selain sebagai pakan, juga sebagai tanaman

konservas pertanam~ Peng menjamin pada mus umumnya musim p! peternak harus mE memerlul Den! terjadi se yang dia penanam Apab vegetatif juga dir dibudida, jenis la dimaksui pertumb! adalah

r

tanaman Per dan a, mengern

-n

(2)

konservasi tanah dan air. Hal ini tergantung pada tata letak pertanaman dan cars pemotongannya.

Pengelolaan hijauan pakan ternak yang baik akan dapat menjamin pasokan hijauan pakan sepanjang tahun, tidak hanya pada musim hujan saja tetapi juga pada musim kemarau. Pada umumnya kebutuhan hijauan pakan hanya dapat dipenuhi pada musim penghujan saja, pada musim kemarau sebagian besar peternak sering mengeluh kekurangan hijauan sehingga mereka harus mencarinya ke tempat yang jaraknya sangat jauh dan memerlukan waktu sampai satu hari.

Dengan pengaturan pengelolaan yang balk, masalah yang terjadi setiap tahun ini akan dapat diatasi. Tahapan pengelolaan yang dianjurkan dimulai dari pemilihan tempat, diikuti dengan penanaman, pemeliharaan dan cara panen

Apabila terjadi kekurangan air pada masa pertumbuhan vegetatif maka TPT tumbuh kerdil. Selain membutuhkan air, TPT juga dipengaruhi oleh iklim dan tanah dimana tanaman dibudidayakan. Waktu tanam yang tepat juga tergantung pada jenis lahannnya. Pemilihan waktu tanam yang balk ini dimaksudkan agar tanaman tidak kekurangan air saat pertumbuhan. Secara umum, waktu tanam TPT yang tepat adalah pada awal musim hujan sehingga pada musim kemarau tanaman telah tumbuh optimal.

Pengolahan lahan ditujukan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan mengendalikan gulma.

(3)

Walaupun TPT dapat beradaptasi pada berbagai lingkungan namun cara penanaman TPT bervariasi menurut jenis tanah, lingkungan dan tujuan penanamannya.

Beberapa cara pengelolaan tanaman tanaman pakan yang biasa diterapkan di lahan kering antara lain padang penggembalaan umum (communal grazing), sistem tiga strata, pertanaman lorong (alley cropping), pagar hidup (hedgerow cropping) dan tanaman penguat teras. Kelima cara ini memerlukan pengelolaan yang berbeda satu sama lain. Beberapa di antaranya tidak dikhususkan untuk produksi hijauan pakan tetapi untuk keperluan lain, misalnya untuk konservasi tanah.

Budidaya TPT di lahan kering bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu budidaya padang penggembalaan (padang rumput)) dan budidaya untuk potongan (potong dan angkut).

5.1. Padang penggembalaan umum

Padang rumput (penggembalaan) banyak terdapat di wilayah Indonesia bagian timur (NTB, NTT) di mana masih terdapat padang rumput yang sangat luas. Pada umumnya padang rumput di NTB dan NTT merupakan padang rumput yang sudah terbentuk sejak sangat lama, yang terbentuk secara alamiah. Kebanyakan padang rumput ini tidak terpelihara dengan baik karena tidak jelas siapa pemiliknya, sehingga tidak ada yang merasa bertanggung jawab.

Diduga dengan tidak terpeliharanya padang rumput ini daya dukungnya semakin lama semakin berkurang.

38 Seba( rumput sz tumbuh ti G~ besar run ~~ "dan Heter Di In Kalimanta slang-ala; padang p tunas alai Pengi dibanding tidak se menggerr kaitannya pengaturc, atau pen( bisa men, Pada gundul d, yang turn yang tidy undergra, diinjak t

(4)

Sebagian besar padang rumput di NTT merupakan padangg rumput savana yang dicirikan dengan adanya pohon-pohon yang tumbuh terpencar sehingga tidak menaungi rumput. Sebagian besar rumput pembentuknya didominasi oleh genus Andropogon "'clan Heteropogon, di samping genus Imperata (alang-alang).

Di Indonesia bagian barat, khususnya di Sumatera dan Kalimantan sebagian besar padang rumput merupakan padang alang-alang yang bukan merupakan areal yang lazim dijadikan padang penggembalaan, kecuali pada saat setelah terbakar dan tunas alang-alang muda mulai tumbuh.

Pengelolaan padang penggembalaan umum lebih sulit dibandingkan dengan penggembalaan milik perorangan karena tidak semua pemilik ternak bisa diatur, kapan boleh

menggembalakan ternaknya dan kapan tidak boleh. Hal ini erat kaitannya dengan kelestarian rumput yang ada. Tanpa pengaturan akan terjadi penggembalaan berlebih (overgrazing) atau penggembalaan kurang (undergrazing) yang kedua-duanya bisa menyebabkan kerusakan padang rumput.

Pada kasus overgrazing, padang penggembalaan menjadi gundul dan rumput sulit untuk tumbuh kembali. Lama-kelamaan yang tumbuh adalah gulma berbatang keras atau gulma beracun yang tidak pernah disentuh ternak. Sebaliknya pada kasus undergrazing ada sektor-sektor padang rumput yang tidak pernah diinjak ternak. Dengan demikian rumputnya akan tumbuh semakin tua dan semakin keras sehingga ternak tidak akan menyentuhnya. Akhirnya rumput tersebut akan berubah menjadi gulma.

(5)

Selain ditumbuhi gulma yang berasal dari rumput-rumput yang tua dan keras, padang rumput di Indoneisia juga ditumbuhi berbagai jenis gulma yang berdaun lebar. Gulma ini relatif sulit dikendalikan karena perakarannya yang dalam dan batangnya berkayu. Cara yang biasa dilakukan oleh peternak adalah cara manual (dibabad) dikombinasikan dengan cara pembakaran yang sering berakibat buruk bagi padang rumputnya sendiri. Selain itu cara manual sangat lambat sehingga gulma lebih cepat menyebar dan akhirnya mendominasi padang rumput.

Pengendalian dengan menggunakan herbisida tidak pernah dilakukan karena memerlukan keahlian dan biaya yang tinggi. Sebagai akibat dari lambatnya pengendalian, luas areal dan mutu padang rumput semakin menurun.

Beberapa jenis gulma padang rumput yang banyak tumbuh di I ndonesia dirangkum pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Beberapa jenis gulma yang banyak tumbuh di padang rumput di Indonesia

40 Nama botani Lantana camara Chromolaena odorata Eupatorium adenophorum Mimosa in visa Melastoma malabathricum Hiptis brevipus Urena lobata lpomoea pes-caprae Stachytarpheta jamaicensis Sida rhombifolia

Dari berbagai sumber

Saliara Kirinyuh Teklan Putri malu Harendong Bongborongan Pungpurutan Huhuian Jarong Sadagori Nama lain 5.2. Yang perpadua ternak, rumputsE Siste merupak, Dalam f naungan terutama menurun. 5.3. Siste Konsep rumput/ I II), dan bersama. sehingga kepada t tanaman gogo (G berhasil juga leb padang r

(6)

5.2. Silvipastura

Yang dimaksud dengan silvipastura atau silvopastura adalah perpaduan antara tanaman kayu-kayuan dengan tanaman pakan ternak, khususnya rumput-rumputan, seperti rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala dan lain-lain.

Sistem ini biasanya dikembangkan di daerah di mana ternak merupakan komponen yang penting di dalam usaha pertanian. Dalam hal ini tanaman pohon-pohonan selain memberikan naungan bagi ternak juga dapat menjadi sumber hijauan pakan, terutama pada musim kemarau pada saat produksi rumput menurun.

5.3. Sistem tiga strata

Sistem ini dikembangkan di Bali sekitar tahun 1980-an. Konsep utamanya adalah menanam hijauan pakan seperti rumput/ leguminosa menjalar (strata I), leguminosa perdu (strata II), dan leguminosa pohon (strata III) di satu bidang lahan bersama-sama dengan tanaman pangan sedemikian rupa sehingga sepanjang tahun terdapat hijauan yang dapat diberikan kepada ternak. Di samping itu di petak paling dalam ditanam tanaman pangan, seperti jagung, kacang tanah, bahkan juga padi gogo (Gambar 5.1). Menurut pencetusnya, sistem ini sudah berhasil diterapkan di Bali. Kondisi ternak pada lokasi tiga strata juga lebih balk dibandingkan dengan yang digembalakan di padang rumput.

(7)

x vvvvv x vvvvv

x

vvvvv x vv x vvvvv x vvvvv x vvvvv

x

Bidang untuk tanaman pangan

Gambar 5.1. Denah sistem tiga strata menurut Prof. I.M. Nitis Keterangan

x = pohon, jarak 5 m; v = perdu, jarak 10 cm

Stratum I yang terdiri atas rumput dan leguminosa unggul menyediakan hijauan pada empat bulan musim hujan, stratum II yang terdiri atas perdu leguminosa (gamal dan Iamtoro) menyediakan pakan pada empat bulan awal musim kemarau, dan stratum III yang berupa pohon bunut, santen, dan waru yang ditanam di sekeliling petak menyediakan pakan pada musim kemarau.

5.4. Pertanaman lorong

Sistem ini sudah diteliti dan diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia. Sistem pertanaman ini cocok untuk diterapkan di lahan-lahan dengan kemiringan 30-60%, baik yang sudah diteras bangku maupun yang belum. Selain mengendalikan erosi, sistem pertanaman lorong dengan leguminosa juga dapat meningkatkan produktivitas lahan. Di dalam sistem ini dikenal adanya tanaman pagar (pohon leguminosa seperti Iamtoro, glirisidia, turi dsb.)

yang ditanai dari baris kemiringan dapat ditan kacang-kac 5.5. Pac Pagar I-lahan deng membentub Tujuan uta ditanam sE sehingga F ternak. Ta gamal (Gar Cm P 42

T

eT

.~

(8)

yang ditanam berbaris mengikuti kontur, membentuk pagar. Jarak dari baris yang satu ke baris yang lain tergantung pada kemiringan lereng, tetapi biasanya di antara barisan itu harus dapat ditanami tanaman pangan (palawija) seperti jagung dan kacang-kacangan.

5.5. Pagar hidup

Pagar hidup biasanya ditanam sebagai pembatas satu bidang lahan dengan bidang lahan Iainnya. Tanaman pagar ini ditanam membentuk pagar dengan tinggi tanaman dipertahankan 1-1,5 m. Tujuan utamanya sebagai pembatas atau penghalang. Yang ditanam sebaiknya leguminosa pakan yang tahan pangkasan sehingga pemeliharaannya lebih mudah dan bermanfaat bagi ternak. Tanaman yang sering digunakan adalah lamtoro dan gamal (Gambar 5.2).

(9)

Gambar 5.3. Rumput gajah sebagai pagar hidup

Untuk kepentingan peternakan, apabila akan digunakan tanaman lain yang bukan leguminosa perlu dipilih tanaman yang bisa dimakan ternak . Selain itu rumput yang pertumbuhannya tinggi (rumput gajah, rumput raja, rumput benggala) juga bisa digunakan (Gambar 5 .3).

5.6. Strip rumput

Sistem strip rumput mirip dengan sistem pertanaman lorong namun tanaman pagarnya adalah rumput pakan ternak . Strip dibuat mengikuti kontur dengan lebar 50 cm atau lebih . Tujuan utamanya adalah untuk mengendalikan erosi . Dalam hal ini semakin lebar strip, semakin efektif pengendalian erosi dan semakin banyak hijauan pakan dihasilkan .

Apabila populasi ternak ruminansia cukup tinggi strip rumput dapat diperlebar. Jenis rumput yang ditanam adalah rumput yang 44 -4 efektif unt disenangi atau setae dipilih dare 5.7. Pe Tanarr atau menc ditanam d Dengan a( tampingan menjaga s rumput /le( Berber ditanam d beragam 1 ditanam . F bisa juga curam seb lamtoro, gl tidak begit dan rumpu Apabil yang men yang tidal Rumput B karena to mengganc

(10)

o.,r r' ~7" lowlr a-=r ∎w -r II I`

efektif untuk mencegah erosi dan jugs cukup palatabel atau disenangi ternak. Biasanya yang digunakan adalah rumput gajah, atau setaria. Apabila menggunakan rumput brachiaria harus dipilih dari spesies yang kurang agresif agar tidak menjadi gulma.

5.7. Penguat teras

Tanaman penguat teras dimaksudkan untuk konservasi tanah atau mencegah erosi. Pada lahan yang sudah berteras, rumput ditanam di bibir teras atau di tampingannya (Gambar 5.4.). Dengan adanya tanaman penguat teras baik pada bibir maupun tampingan teras, selain dapat mengendalikan erosi juga dapat menjaga stabilitas teras dan menambah pendapatan dari hasil rumput /leguminosa pakan.

Berbeda dengan pertanaman lorong, tanaman penguat teras ditanam di lahan-lahan yang sudah diteras. Jenis tanamannya beragam tergantung pada di bagian mana tanaman tersebut ditanam. Apabila ditanam di bibir teras bisa digunakan rumput, bisa juga leguminosa. Untuk lahan yang curam atau sangat curam sebaiknya digunakan leguminosa pohon atau perdu seperti lamtoro, glirisidia atau stylosanthes. Sedangkan untuk lahan yang tidak begitu curam bisa digunakan rumput seperti rumput setaria dan rumput gajah.

Apabila ditanam di tampingan teras bisa digunakan rumput yang menjalar seperti rumput kawat, Paspalum notatum atau yang tidak menjalar seperti rumput pahit dan rumput karpet.

Rumput Brachiaria brizantha dan B. decumbens tidak dianjurkan karena terlalu agresif sehingga berubah menjadi gulma yang mengganggu tanaman pangan yang ditanam di bidang olah.

(11)

46

Gambar 5.4. Rumput pakan sebagai penguat teras dan batas lahan pada pertanaman palawija

Selain sebagai penguat teras, jenis-jenis rumput tertentu bisa juga ditanam di pematang. Biasanya untuk ditanam di pematang dipilih jenis-jenis rumput yang pertumbuhannya tidak terlalu tinggi dan perkembangannya tidak terlalu agresif, misalnya rumput setaria.

Gambar

Tabel 5.1. Beberapa jenis gulma yang banyak tumbuh di padang rumput di Indonesia
Gambar 5.1. Denah sistem tiga strata menurut Prof. I.M. Nitis Keterangan
Gambar 5.2. Gamal sebagai pagar hidup
Gambar 5.3. Rumput gajah sebagai pagar hidup
+2

Referensi

Dokumen terkait

1.4 Batasan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini penulis membatasi masalah bilangan dominasi dan sisi tak sensitif pada dominasi graf lintasan kabur yang dimulai dari graf

Dengan menggunakan monitoring berbasis notifikasi E-mail administrator tidak perlu selalu mengecek secara berkala untuk mengetahui terjadi perubahan aktifitas

Berdasarkan hasil temuan penelitian, analisis data, dan refleksi setiap siklus, disimpulkan metode ini dapat meningkatkan hasil belajar belajar matematika materi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran komputer akuntansi pada kompetensi membuat daftar pelanggan,, daftar pemasok dan memasukkan

Adapun Activity Diagram data HPP dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Tambah Data HPP Hapus Data HPP Simpan Data HPP Edit Data HPP Batal Data HPP Isi Data HPP Edit Data

1) Pemeriksaan tanpa merusak. Radiasi sinar gamma dapat digunakan untuk memeriksa cacat pada logam atau sambungan las, yaitu dengan meronsen bahan tersebut. Tehnik ini

Manual desain perkerasan ini digunakan untuk menghasilkan desain awal yang kemudian hasil tersebut diperiksa terhadap pedoman desain perkerasan Pd T- 01-2002-B, dan Software

Tiga simpulan dari makalah ini ialah (1) ketersediaan sumber daya alam yang melimpah tidaklah serta merta berkorelasi positif dengan perbaikan tingkat kesejahteraan, (2)