• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran

yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si

oleh

Yunida Ekawati 110321406344

Zul Farida Arini 110321406367 Elies Septiana Sari 120321419925

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA

(2)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Elies Septiana Sari, Yunida Ekawati, Zul Farida Arini Universitas Negeri Malang

E-mail: eriezu_sepuci@yahoo.co.id; e.yunida@gmail.com; zulfa.affanesa@gmail.com

ABSTRAK: Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun negative reinforcement merupakan faktor penting dalam teori belajar behavioristik. Ciri-ciri teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanistis. menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Beberapa tokoh dalam teori belajar behavioristik adalah Edwin Lee Thorndike, B.F. Skinner, Edwin Guthrie, Ivan Pavlov, Clark Hull, dan Albert Bandura. Kelebihan teori belajar behavioristik adalah menekankan pentingnya latihan sehingga output peserta didik adalah mampu memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidiknya. Teori belajar behavioristik cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan. Namun teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran memerlukan antara lain identifikasi perilaku awal siswa, pemberian stimulus, pengkajian respon siswa, dan pemberian stimulus baru bila diperlukan.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan pengetahuan. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge.

Berbicara tentang belajar dan pembelajaran adalah berbicara tentang sesuatu yang tidak akan pernah berakhir karena seiring dengan perkembangan zaman maka konsep tentang belajar dan pembelajaran juga semakin berkembang. Sampai saat ini, dikenal beberapa teori tentang belajar, amtara lain: teori belajar behavioristik, teori belajar kognitivistik, teori belajar konstruktivistik, maupun teori belajar sosial. Teori-teori tersebut hingga saat ini masih dapat dirasakan pengaruhnya di dalam berbagai praktik pembelajaran. Hal itu melatarbelakangi penulis dalam memaparkan salah satu teori belajar, yaitu teori belajar behavioristik dengan maksud untuk dapat mempelajari lebih dalam teori belajar behavioristik yang sampai sekarang ini masih diaplikasikan dalam beberapa praktik pembelajaran.

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage dan Berliner dalam Harland, 2013). Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin dalam Harland 2013). Seseorang dianggap telah mengalami proses belajar sesuatu jika

(4)

dia dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, hal terpenting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah: a. Apa pengertian teori belajar behavioristik? b. Apa ciri-ciri teori belajar behavioristik?

c. Apa macam-macam teori belajar behavioristik?

d. Bagaimana kelemahan dan kelebihan teori belajar behavioristik? e. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Mengetahui pengertian teori belajar behavioristik. b. Mengetahui ciri-ciri teori belajar behavioristik.

c. Mengetahui macam-macam teori belajar behavioristik.

d. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar behavioristik. e. Mengetahui penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulus adalah lingkungan belajar anak yang menjadi penyebab belajar sedangkan respon adalah akibat atau dampak berupa reaksi fisik terhadap stimulus. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-respon).

Faktor penting dalam teori belajar behavioristik adalah: a. Masukan atau input, yang berupa stimulus.

b. Keluaran atau output, yang berupa respon.

c. Faktor penguatan (reinforcement) baik positive reinforcement maupun

negative reinforcement.

2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Behavioristik

Beberapa ciri dari teori belajar behavioristik (Sunardin, 2013) adalah: a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil.

b. Bersifat mekanistis.

c. Menekankan peranan lingkungan. d. Mementingkan pembentukan respon. e. Menekankan pentingnya latihan.

(6)

g. Mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Pembelajaran behaviorisme bersifat molekular, artinya lebih menekankan kepada elemen-elemen pembelajaran, memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya molekul.

2.3 Macam-macam Teori Belajar Behavioristik

Berikut adalah uraian tentang beberapa macam teori belajar behavioristik. a. Teori Koneksionisme (Connectionism/S-R Bond)

Teori ini dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike (1874-1949). Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkret yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkret yaitu yang tidak dapat diamati.

Objek eksperimen Thorndike adalah seekor kucing. Jika di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing akan berusaha untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak disengaja kucing telah menyentuh kenop sehingga terbukalah pintu sangkar tersebut dan kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut apabila di luar diletakkan makanan.

Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha –usaha

(7)

atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu.

Bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau

selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum

tertentu, yaitu:

Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang atau dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus-respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

b. Teori Operant Conditioning

Teori ini dikemukakan oleh Burrhus Frederic Skinner (1904 – 1990). Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinner memiliki pengaruh paling besar terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.

Dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak skinner box yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar, tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari

(8)

untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif dapat berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Beberapa prinsip Skinner adalah:

• Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa. Jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

• Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. • Materi pelajaran menggunakan sistem modul.

• Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman.

• Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktifitas sendiri. • Dalam pembelajaran digunakan shapping.

c. Teori Classical Conditioning

Teori ini dikemukakan oleh Ivan Pavlov (1849 – 1936). Teori pengkondisian klasik merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Objek eksperimen Pavlov adalah seekor anjing. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov tentang keluarnya air liur anjing. Air liur anjing akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Terlebih dulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan.

(9)

Pada percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur anjing akan menetes walau belum melihat makanan. Artinya perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu.

Hukum belajar yang dikemukakan Pavlov adalah:

Law of Respondent Conditioning, atau hukum pembiasaan yang dituntut. Jika

dua stimulus dihadirkan secara serentak (dengan salah satunya berfungsi sebagai reinfocer) maka reflex dan stimulus lainnya akan meningkat.

Law of Respondent Extinction, atau hukum pemusnahan yang dituntut. Jika

refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinfocer, maka kekuatannya akan menurun.

J.B Watson adalah orang Amerika pertama yang menerapkan percobaan Pavlov tentang classical conditioning dengan menggunakan binatang seekor tikus dan seorang anak bernama Albert. Watson percaya bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosional seperti cinta, kebencian, dan kemarahan.

d. Teori Belajar menurut Edwin Guthrie

Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara. Oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.

(10)

Dalam teorinya, Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

f. Teori Belajar Sosial ( Social Learning ) Albert Bandura

Teori belajar sosial disebut juga dengan teori pembelajaran observasional. Bandura memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis terhadap stimulus melainkan juga akibat dari reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Dalam hal ini belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling).

Bandura juga memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian

reward dan punishment, seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku

social mana yang perlu dilaksanakan. Menurut teori ini individu menguasai lebih banyak dari sekedar yang diperlihatkan oleh perilakunya.

2.4 Kelemahan dan Kelebihan Teori Balajar Behavioristik

Kelebihan teori belajar behavioristik menekankan pentingnya latihan sehingga output peserta didik adalah mampu memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan oleh pendidiknya. Teori belajar behavioristik cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya adalah percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya (Sunardin, 2013).

(11)

Namun teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara stimulus yang diberikan dengan responnya. Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Menurut teori ini, belajar merupakan proses pembentukan atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.

Ada sejumlah kritik yang disampaikan oleh para ahli kependidikan sehubungan dengan kelemahan teori belajar behavioristik, yaitu:

• Teori ini tidak mengadaptasi berbagai macam jenis pembelajaran karena mengabaikan aktivitas pikiran.

• Teori ini tidak dapat menjelaskan beberapa jenis pembelajaran misalnya pengenalan terhadap pola-pola bahasa baru oleh anak-anak kecil karena di sini tidak ada mekanisme penguatan.

• Teori ini kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama.

• Teori ini tidak memperhatikan pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang dapat diamati sebagai akibat hubungan stimulus-respon.

2.5 Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran

Menurut teori ini sesuatu yang ada di dunia nyata sudah terstruktur rapi dan teratur, maka orang belajar harus dihadapkan pada aturan yang jelas (Refa’i, 2013). Selain itu, tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan. Aplikasi teori tergantung pada tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran. Sedangkan evaluasi

(12)

menekankan pada respon pasif siswa, biasanya menggunakan paper and pencil

test.

Langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori belajar behavioristik antara lain:

a. Menentukan tujuan pembelajaran.

b. Menganalisis lingkungan kelas terutama adalah melakukan identifikasi perilaku awal (entry behavior) siswa. Hal ini dapat dilihat sebagai refleksi terhadap pembelajaran terkait sebelumnya.

c. Menentukan materi pelajaran.

d. Memerinci materi menjadi bagian kecil-kecil meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan lain-lain).

e. Menyajikan materi pelajaran meliputi kegiatan pembuka, inti, dan penutup. f. Memberi stimulus yang dapat berupa pertanyaan, tes/kuis, latihan, maupun

tugas.

g. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa.

h. Memberikan penguatan (reinforcement) ataupun hukuman atau negative

reinforcement.

i. Memberikan stimulus baru berdasarkan penilaian terhadap respon sebelumnya. j. Mengamati, mengkaji, dan menilai respon baru yang diberikan siswa.

k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.

(13)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: • Menurut teori belajar behavioristik belajar merupakan perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

• Ciri-ciri teori belajar behavioristik diantaranya adalah menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan respon, menekankan pentingnya latihan, dan mementingkan mekanisme hasil belajar.

• Teori-teori yang tergolong dalam teori belajar behavioristik adalah teori koneksionisme, teori pengkondisian klasik, teori belajar Guthrie, teori belajar Hull, teori operant conditioning dan teori belajar sosial.

• Teori belajar behavioristik cocok digunakan untuk dipergunakan untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktik dan pembiasaan. Namun teori ini cenderung membuat siswa berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, juga tidak produktif.

• Aplikasi teori belajar behavioristik dalam pembelajaran memerlukan antara lain identifikasi perilaku awal siswa, pemberian stimulus, pengkajian respon siswa, dan pemberian stimulus baru bila diperlukan.

(14)

DAFTAR RUJUKAN

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasution. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara

Dahar, Ratna Dwi. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Adriyanto dan Adriy. 2011. Teori Belajar Behavioristik. (Online) (http://adriyanto –J.G-Adriy.weebly.com-teori-belajar-behavioristik.ppt) diakses tanggal 3 September 2013

Chietra. 2008. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Proses Belajar Mengajar. (Online) (http://pasca sarjana UNP/Strategi pembelajaran fisika/bahan/02 Teori belajar dan pembalajaran/11) diakses tanggal 3 September 2013 Sunaryo. 2010. Aplikasi Teori Pembelajaran. (Online) (http://Pasca sarjana

UNP/Strategi pembelajaran fisika/BAHAN/02 Teori Belajar dan Pembelajaran/Aplikasi Teori Pembelajaran) diakses tanggal 3 September 2013

Widyawati. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Online) (http://no-29-widya-wati-02-teori-belajar-dan-pembelajaran.pdf) diakses tanggal 3 September 2013

Sunardin. 2013. Implementasi Teori Behaviorisme dalam Pendidikan dan

Pembelajaran.(Online)

( http://uipjeuns.blogspot.com/2013/05/implementasi-teori-behaviorisme-dalam.html) diakses tanggal 1 September 2013

Referensi

Dokumen terkait

Uji ekstrak akar pepaya sebagai pupuk organik pada tanaman bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas ekstrak akar pepaya sebagai pupuk organik

Dari beberapa hal tersebut yang perlu menjadi sorotan di wilayah perbatasan adalah kondisi pendidikan yang rendah.. Secara teoritik pendidikan merupakan wahana yang paling ampuh

Berdasarkan penilaian secara hedonik panelis cenderung memberikan penilaian disukai pada perlakuan KN3 dan KN4 yaitu dengan rasio kolang-kaling 60-70% dan rasio buah naga

Dapat dilihat bahwa 7 dari 14 perusahaan mempunyai kepemilikan asing rendah tetapi memiliki tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang tinggi, jumlah yang

Pada Tabel 3., ketujuh hasil persilangan terinfeksi penyakit karat daun dengan notasi R (Resisten atau tahan) akan tetapi hasil pertanaman yang berbeda hal ini diduga disebabkan

Proses eksternalisasi yang terjadi di proses pembelajaran daring adalah ketika proses socialization bisa direkam, melalui fitur dalam microsoft Teams setiap pengajar

Beberapa penambahan perbaikan dalam fasilitas restorasi tentunya akan semakin meningkatkan kenyamanan berkendara pada perjalanan kereta api, beberapa perbaikan

Tindak lanjut atas resolusi tersebut menjadikan masing-masing negara memberikan batasan, definisi, tipologi teror, dan pengaturan penanggulangan terorisme ke dalam