• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kependudukan dan keluarga berencana (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kependudukan dan keluarga berencana (2)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 25

KEPENDUDUKAN DAN

KELUARGA

(2)
(3)

BAB 25

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

I. PENDAHULUAN

Masalah-masalah pokok di bidang kependudukan dan keluarga berencana dalam Repelita IV terutama berupa jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, penyebaran yang tidak merata, dan struktur umur yang kurang seimbang serta masalah kualitas penduduk yang perlu ditingkatkan. Keadaan penduduk yang demikian, disatu pihak memberi peluang bagi peningkatan pembangunan disegala bidang tetapi di lain pihak memberi tan-tangan-tantangan permasalahan yang perlu diatasi.

Dalam rangka menangani masalah-masalah pokok kependudukan dan keluarga berencana tersebut, Garis-garis Besar Haluan Ne-gara memberikan penNe-garahan sebagai berikut :

a. Kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya. b. Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan

yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penuru-nan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang, perlu lebih diting-katkan.

c. Program keluarga berencana bertujuan ganda, ialah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

(4)

keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan pengen-dalian kelahiran, dan untuk mengendalikan pertumbuhan pen-duduk Indonesia.

d. Dalam rangka pengendalian pertumbuhan penduduk perlu diam-bil langkah-langkah untuk mempercepat Turunnya tingkat ke-lahiran. Untuk itu pelaksanaan program keluarga berencana makin diperluas dan diintensifkan keseluruh wilayah dan lapisan masyarakat termasuk daerah-daerah pemukiman baru. e. Jumlah peserta keluarga berencana perlu makin ditingkatkan

atas dasar kesadaran dan secara sukarela dengan mempertim-bangkan nilai-nilai Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu tetap dipelihara kelestarian peserta keluarga berencana yang telah ada. Untuk itu perlu ditingkatkan tersedianya fasilitas keluarga berencana yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Demikian pula perlu makin didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat mela-lui organisasi-organisasi masyarakat dan pemuka-pemuka ma-syarakat, dalam rangka mensukseskan program keluarga be-rencana.

f. Penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan bagi seluruh lapisan masyarakat baik wanita maupun pria, terutama generasi muda, perlu ditingkatkan dan lebih di-perluas agar makin disadari mendesaknya masalah kependu-dukan serta pentingnya keluarga kecil sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.

Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang tinggi dan struktur umur yang muda berarti tersedianya penduduk usia kerja yang berumur muda dan penuh vitalitas serta keterbukaan

(5)

bagi perubahan-perubahan dalam rangka meningkatkan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan. Demikian pula, penyebaran pendu-duk Indonesia diantara pulau-pulau yang lebih seimbang akan memberi peluang bagi pemanfaatan sumber alam dan lingkungan yang lebih optimal serta pembauran berbagai suku bangsa yang dalam jangka panjang dapat meningkatkan modal budaya bangsa bagi pembangunan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi menuntut usaha besar da-lam meningkatkan pemenuhan kebutuhan pokok khususnya di bi-dang pangan, lapangan kerja, pendidikan, kesehatan, dan peru-mahan. Usaha yang lebih besar lagi akan dibutuhkan bilamana kesejahteraan dan pemerataannya ingin ditingkatkan terus.

Dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai potensi pembangunan bangsa maka perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya manusia dengan meningkat-kan pembangunan di berbagai sektor antara lain dengan meng-utamakan pembangunan yang meningkatkan perluasan lapangan kerja, meningkatkan pengadaan pangan dan mutu gizi, memper-luas fasilitas dan memperbaiki mutu pendidikan dan latihan kerja serta meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan usaha-usaha tersebut diharapkan dapat tercipta manusia-manusia pem-bangunan yang tangguh, berbudi luhur, cakap, terampil, perca-ya pada diri sendiri dan bersemangat membangun.

Sebagian besar penduduk berada di pulau Jawa yang merupa-kan sebagian kecil wilayah Indonesia. Dalam pada itu, pertum-buhan penduduk kota relatif lebih cepat dibanding penduduk desa, walaupun jumlah penduduk desa melebihi jumlah penduduk kota. Penyebaran penduduk yang tidak merata mengurangi

(6)

ang untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Se-dangkan kepadatan penduduk yang tinggi didaerah mengakibatkan pengurasan sumber daya alam secara berkelebihan. Untuk menga-tasi masalah tersebut dibutuhkan langkah-langkah dan kebijak-sanaan dalam berbagai bidang pembangunan seperti transmigra-si, pembangunan daerah, dan lain-lain.

Langkah-langkah di bidang kependudukan dan keluarga be-rencana dalam Repelita IV merupakan bagian dari usaha jangka panjang dalam pembinaan kependudukan. Pembinaan kependudukan diarahkan agar mereka merupakan modal yang efektif dan me-nguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan. Dalam kaitan ini, maka kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu ditujukan bagi peningkatan mutu penduduk disatu pihak dan pe-ngendalian jumlahnya dilain pihak. Usaha-usaha peningkatan mutu penduduk dan pengendalian jumlah penduduk merupakan usa-ha yang saling berkaitan satu sama lain.

Dalam hubungan ini pelaksanaan keluarga berencana yang telah memberikan hasil-hasil yang cukup membesarkan hati per-lu terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Melaper-lui usaha pe-ngendalian kelahiran, maka bukan saja kelahiran dapat dicegah tetapi sumber daya manusia dapat ditingkatkan. Dengan demiki-an penduduk ydemiki-ang besar jumlahnya dapat dijadikdemiki-an modal ydemiki-ang bermanfaat bagi pembangunan.

Pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan dalam kaitan de-ngan lingkude-ngan hidup, baik lingkude-ngan fisik maupun lingkung-an sosial, tetap memeglingkung-ang teguh pelakslingkung-analingkung-an prinsip keserasi-an, keselarasan dan keseimbangan. Penduduk perlu ditingkatkan kemampuannya untuk memanfaatkan alam dan lingkungan guna ke-pentingan pembangunan, sementara lingkungan hidup perlu

(7)

tingkatkan pula kemampuannya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Dengan ditanganinya masalah-masalah kependudukan baik da-lam jumlah, mutu, dan penyebarannya dada-lam rangkaian kebijak-sanaan kependudukan yang bersifat menyeluruh dan terpadu, di-harapkan potensi penduduk sebagai modal dasar pembangunan da-pat dikembangkan kearah peningkatan taraf hidup, kesejahtera-an dkesejahtera-an kecerdaskesejahtera-an bkesejahtera-angsa serta tujukesejahtera-an-tujukesejahtera-an pembkesejahtera-angunkesejahtera-an na-sional lainnya.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Masalah kependudukan yang dihadapi dalam Repelita IV te-rutama mempunyai dua ciri pokok. Pertama, keadaan dan masalah kependudukan dalam Repelita IV merupakan bagian dari masalah jangka panjang, yang pemecahannya hanya dapat terlaksana da-lam waktu melebihi satu atau dua Repelita. Kedua, sebagaimana yang ditegaskan dalam GBHN, berbagai segi masalah dan keadaan kependudukan amat erat kaitannya satu dengan yang lain. Oleh karena itu langkah-langkah kebijaksanaan menanggulangi masa-lah-masalah kependudukan perlu dilaksanakan secara lebih ter-padu dan terkoordinasi dalam perspektif jangka panjang.

Sejalan dengan pokok pikiran diatas maka dapatlah dikemu-kakan bahwa masalah kependudukan dalam Repelita IV sesungguh-nya bersumber dari dua ciri pokok kependudukan Indonesia de-wasa ini yaitu pertumbuhan yang masih relatif belum cukup rendah, dan penyebaran yang tidak seimbang antar daerah, ser-ta kualiser-tas (mutu) penduduk yang perlu ditingkatkan.

1. Pertumbuhan Penduduk

Pada akhir tahun 1983 penduduk Indonesia diperkirakan

(8)

berjumlah sekitar 158,1 juta. Pada akhir tahun 1988 penduduk Indonesia diperkirakan akan berjumlah 175,6 juta. Dengan de-mikian berarti bahwa selama Repelita IV pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun diperkirakan sekitar 2%. Dalam tahun ter-akhir Repelita IV. pertumbuhan penduduk diperkirakan berada dibawah 2% yaitu sebesar 1,97% (lihat Tabel 25 - 1).

Tingkat pertumbuhan penduduk ini lebih kecil dari tingkat rata-rata pertumbuhan penduduk selama 1971 - 1980 yaitu sebe-sar rata-rata 2,3% dan tahun 1980 - 1983 rata-rata sebesebe-sar 2,2% per tahun.

Pertumbuhan penduduk sekitar 2% per tahun selama Repe-lita IV adalah hasil akhir dari dua hal penting, yaitu jum-lah kejum-lahiran dan jumjum-lah kematian. Migrasi internasional di-anggap tidaklah begitu besar untuk mempengaruhi pertambahan penduduk. Pada tahun 1983, jumlah kelahiran kasar per seribu penduduk diperkirakan 33,46 dan jumlah kematian kasar adalah 11,69 per seribu. Dengan demikian pertumbuhan penduduk secara alami adalah 2,177%. Pada tahun 1988, angka kelahiran, kema-tian, dan pertumbuhan penduduk masing-masing adalah 31,02 per seribu penduduk, 10,12 per seribu penduduk dan 2,0%.

Perkiraan-perkiraan mengenai tingkat kelahiran dan ting-kat kematian seperti yang dikemukakan diatas didasarkan kepa-da kecenderungan penurunan besaran-besaran tersebut pakepa-da ta-hun-tahun sebelumnya. Kecenderungan tingkat pertumbuhan pen-duduk yang relatif masih tinggi terutama disebabkan oleh tingkat kelahiran yang masih tinggi dan tingkat kematian yang menurun lebih pesat, terutama dalam dekade 1970-an.

(9)

2. Struktur Umur Penduduk

Tingkat kelahiran berhubungan erat dengan masalah struk-tur umur penduduk. Tingkat kelahiran yang tinggi akan mengha-silkan penduduk dengan struktur umur muda. Walaupun tingkat kelahiran sudah menurun dalam satu dekade terakhir, tetapi pengaruh terhadap struktur umur penduduk belum begitu berarti. Diperkirakan pada tahun 1983 jumlah penduduk berumur 0 -14 tahun berjumlah 62,6 juta atau 39,6% dan pada tahun 1988 menjadi 67,2 juta atau 38,3% dari seluruh penduduk. Perubahan yang nyata dari struktur umur penduduk diperkirakan akan ter-lihat dalam jangka panjang, berupa pergeseran struktur pendu-duk yang berangsur-angsur menjadi lebih tua. Tingkat kelahir-an pada waktu itu diperkirakkelahir-an akkelahir-an berada relatif jauh di bawah 2% (Tabel 25 - 2).

Masih besarnya penduduk berumur muda membawa akibat anta-ra lain pada peningkatan kebutuhan pangan. Peningkatan jumlah pangan bukan hanya karena adanya unsur pertambahan penduduk tetapi juga penduduk usia muda membutuhkan lebih banyak pa-ngan bagi pertumbuhan fisiknya. Dalam pada itu, besarnya pen-duduk dalam usia dibawah lima tahun (Balita) akan meningkat-kan kebutuhan pelayanan kesehatan, perbaimeningkat-kan gizi dan pelba-gai kebutuhan hidup lainnya. Dengan demikian usaha-usaha pem-bangunan di bidang pangan, kesehatan, pendidikan dan kebutuh-an lainnya perlu ditingkatkkebutuh-an dalam Repelita IV.

Masalah lain yang dihadapi sebagai akibat besarnya pendu-duk berusia muda adalah peningkatan jumlah angkatan kerja. Pada tahun 1983 jumlah angkatan kerja, yaitu penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja atau mencari pekerjaan ada-lah 63,5 juta orang dan pada tahun 1988 meningkat menjadi

(10)
(11)

N 00

v

C

O

00

00

r r r r r

N O+ Oo

O O O O O

(12)

72,8 juta atau meningkat dengan rata-rata 2,8% per tahun, ja-uh diatas perkiraan pertumbja-uhan penduduk. Dengan demikian sa-lad satu masalah pokok yang dihadapi dalam Repelita IV adalah penyediaan lapangan kerja bagi sekitar 9,3 juta tambahan ang-katan kerja.

3. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk

Salah satu ciri lainnya daripada penduduk Indonesia ada-lah penyebarannya yang tidak merata, khususnya antara pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya. Jumlah penduduk pulau Jawa dalam tahun 1983 adalah kira-kira 96,9 juta orang dan mening-kat menjadi 106,0 juta pada tahun 1988, suatu peningmening-katan se-besar 1,8% per tahun. Kepadatan penduduk di pulau ini mening-kat dari 733 orang per kilometer persegi pada tahun 1983 men-jadi 801 orang pada tahun 1988. Penduduk Sumatera diperkira-kan adiperkira-kan meningkat dari 31 juta pada tahun 1983 menjadi 36 juta pada tahun 1988, suatu peningkatan sebesar 3%; penduduk Kalimantan meningkat dari 7,4 juta menjadi 8,4 juta atau 2,6% per tahun; Sulawesi dari 11,1 juta menjadi 12,3 juta atau 2,1% per tahun; Bali dan Nusa Tenggara dari 8,9 juta menjadi 9,8 juta atau 1,9% per tahun; Maluku dan Irian Jaya dari 2.8 menjadi 3,1 juta atau meningkat dengan 2,1% per tahun selama Repelita IV. Kepadatan penduduk di Sumatera meningkat dari 66 orang per km2 pada tahun 1983 menjadi 76 orang per km2 pada tahun 1988, Kalimantan dari 14 menjadi 16, Sulawesi dari 59 menjadi 65, Bali dan Nusa Tenggara dari 101 menjadi 111, Maluku dan Irian Jaya dari 5 menjadi 6 orang per km2 pada jangka waktu yang sama. Untuk seluruh Indonesia kepadat-an penduduk meningkat dari 82 orkepadat-ang pada tahun 1983 menjadi 92 orang per kilometer persegi pada tahun 1988. Dengan

(13)

kian kepadatan penduduk daerah luar Jawa lebih rendah baik dari kepadatan penduduk pulau Jawa maupun kepadatan penduduk secara nasional (lihat Tabel 25 - 3).

Ketimpangan kepadatan penduduk ini mempunyai pengaruh terhadap luas pemilikan tanah pertanian yang cenderung sema-kin berkurang dan menyempit terutama di Jawa. Sebagai akibat-nya, penyediaan lapangan kerja pertanian di pulau Jawa sema-kin terbatas. Petani penggarap dan petani yang mempunyai sedi-kit lahan pertanian semakin besar jumlahnya. Sementara itu, di luar Jawa tenaga kerja masih langka dan sumber alam masih cukup tersedia. Lahan pertanian dan sumber-sumber alam lain-nya balain-nyak yang belum dimanfaatkan. Selain itu penyebaran yang kurang serasi dan kurang seimbang akan menyebabkan usaha pemeliharaan kelestarian dan pengaturan ekosistem menjadi su-lit. Kepadatan penduduk di Jawa dan kelangkaan penduduk di luar Jawa pada hakekatnya mempunyai pengaruh langsung terha-dap keserasian hubungan antara manusia dan antara manusia de-ngan lingkude-ngannya.

Masalah penting lainnya adalah penyebaran penduduk yang kurang seimbang antara kota dan desa. Tingkat pertumbuhan penduduk di kota lebih cepat dari pada di desa, namun jumlah penduduk desa jauh lebih besar dari pada penduduk kota. Pada tahun 1971 penduduk desa adalah 83% dan penduduk kota adalah 17% dari seluruh penduduk Indonesia, dan pada tahun 1980, prosentase tersebut berubah menjadi 78% dan 22%. Dalam Repe-lita IV diperkirakan jumlah penduduk kota akan meningkat dari

37,9 juta pada tahun 1983 menjadi 48,4 juta pada tahun 1988

(lihat Tabel 25 - 4).

(14)
(15)

Tabel 25 - 4

JUMLAH DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA DAN DESA, 1971, 1980, 1983 dan 1988

(juta)

1971 1/ 1980 1/ 1983 2/ 1988 2/

(1) (2) (3) (4)

Kota 20,7 (17%) 32,8 (22%) 37,9 (24%) 48,4 (28%)

Desa 98,5 (83%) 113,9 (78%) 120,2 (76%) 127,2 (72%)

Jumlah 119,2 (100%) 146,7 (100%) 158,1 (100%) 175,6 (100%)

1/ Berdasarkan Sensus 1971 dan 1980

2/ Perkiraan

(16)

GRAFIK 25 - 2a

JUMLAH PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA, 1983 dan 1988

1983 1988

(17)
(18)

GRAFIK 25 - 2b

KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA,

1933 dan 1988

(19)

1983

Indonesia Jawa

1988

(20)
(21)

Lebih cepatnya pertumbuhan penduduk kota antara lain di-sebabkan oleh adanya perpindahan penduduk dari daerah pedesa-an ke daerah perkotapedesa-an. Adpedesa-anya pemusatpedesa-an penduduk pada be-berapa daerah yang relatif kecil menimbulkan berbagai masa-lah. Masalah ini menyangkut lingkungan hidup, keadaan pemu-kiman yang kurang sehat dan kebutuhan pembukaan lapangan ker-ja yang semakin mendesak.

Selain perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bersi-fat permanen, perpindahan penduduk yang bersibersi-fat non-permanen juga memerlukan perhatian. Perpindahan penduduk yang non-per-manen dapat mengambil bentuk perpindahan musiman. Penduduk pedesaan dalam musim tidak sibuk di daerah pedesaan pindah ke kota untuk mendapatkan lapangan kerja yang pada umumnya di sektor "informal" di kota. Selain itu, dengan meningkatnya pertumbuhan kota maka jumlah angkatan kerja yang bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di luar kota bersangkutan akan semakin besar. Dengan demikian gejala perpindahan yang bersi-fat ulang-alik akan membutuhkan lebih banyak perhatian.

Pertumbuhan penduduk dan penyebarannya mempengaruhi seca-ra langsung masalah-masalah yang dihadapi dalam upaya pening-katan mutu dan pemanfaatan sumber daya manusia. Pertumbuhan penduduk merupakan sumber utama peningkatan jumlah sumber da-ya manusia da-yang memerlukan pembinaan, pengembangan serta pe-manfaatan. Masalah-masalah yang timbul oleh karena penyebaran sumber daya manusia yang kurang seimbang dipertajam dengan adanya pertumbuhan penduduk yang masih tinggi, termasuk masa-lah tekanan kepada sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Perusakan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup baik lingkungan hidup fisik maupun sosial bukan hanya

(22)

tan dengan bertambahnya jumlah manusia, tetapi juga dengan belum meluasnya kesadaran dan penghayatan mengenai azas kese-imbangan dan keselarasan dalam peri kehidupan bermasyarakat. Masih belum meluasnya kesadaran ini antara lain disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai ber-bagai segi kependudukan, lingkungan hidup dan keserasian ke-pendudukan dan lingkungan hidup serta terbatasnya penyebaran informasi yang ada. Oleh karena itu pendidikan di bidang ke-pendudukan penting peranannya dalam upaya menanggulangi masa-lah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Selain dari pa-da itu penelitian di bipa-dang kependudukan terutama pa-dalam kai-tannya dengan pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidup baik fisik maupun sosial juga perlu dikembangkan dalam usaha meningkatkan kesadaran dan pengetahuan di bidang kependudukan dan lingkungan hidup, dan sekaligus dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan pembangunan.

Pertumbuhan penduduk berperan besar dalam keseluruhan usaha pembangunan. Dalam kaitan inilah pentingnya peranan luarga berencana sebagai bagian usaha untuk mengendalikan ke-lahiran dan mutu sumber daya manusia dan lingkungan hidup.

4.Kualitas Penduduk

Dengan pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi dan jumlah penduduk yang besar serta penyebaran yang tidak marata, maka kualitas penduduk menjadi masalah yang makin me-ningkat. Untuk dapat mendayagunakannya bagi pembangunan, pen-duduk perlu mempunyai produktifitas dan kualitas yang mema-dai, baik dari segi fisik dan non fisik. Tanpa peningkatan ini, penduduk yang besar akan dapat menimbulkan berbagai per-masalahan di masa depan dan merupakan beban pembangunan.

(23)

Kualitas fisik menyangkut kualitas fisik manusia itu sen-diri dan indikator-indikator fisik kependudukan lainnya se-perti angka kematian, harapan hidup dan sebagainya.

Angka kematian kasar dan kematian bayi Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya dikawasan Asia Tenggara ini. Hal ini disebabkan oleh lemahnya kondisi kualitas fisik penduduk, belum sehatnya lingkungan sehingga

menimbulkan penyakit menular, sehingga hal ini memerlukan pe

-nanganan yang makin meningkat dalam Repelita IV.

Kualitas non fisik menyangkut segi-segi produktifitas penduduk, kesetiakawanan sosial, martabat dan kemampuan pen-duduk untuk hidup dalam hubungan keselarasan dengan lingkung-an. Dalam Repelita IV berbagai segi kualitas non fisik kepen-dudukan ini perlu ditingkatkan.

Proses pembangunan disamping menghasilkan dampak yang po-sitif, juga dapat menghasilkan dampak negatif pada kehidupan sosial. Begitu pula pembangunan membawa perobahan yang ber-langsung cepat, sehingga memerlukan penyesuaian sosial budaya dalam masyarakat.

Dalam hubungan ini perlu diadakan penelitian dan pengka-jian secara cermat tentang hal-hal tersebut, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendorong pak positif pembangunan dan mengurangi atau memperkecil dam-pak negatif pembangunan kepada kehidupan penduduk dan masya-rakat.

5.Keluarga Berencana

Dalam GBHN dikemukakan bahwa program keluarga berencana

(24)

bertujuan ganda, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejah-tera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang se-jahtera.

Dalam Repelita I jumlah peserta baru, secara kumulatif adalah 4 juta, dalam Repelita II, 8,8 juta, dan dalam Repeli-ta III berjumlah sekiRepeli-tar 14,6 juRepeli-ta. Dengan demikian selama tiga Repelita, jumlah peserta baru secara kumulatif adalah 27,4 juta orang. Dalam pada itu, jumlah peserta lestari, yai-tu peserta yang secara terus menerus melaksanakan keluarga berencana, dalam Repelita I adalah 1,7 juta, dalam Repelita II 5,5 juta, dan dalam Repelita III sekitar 12,3 juta orang. Selama tiga Repelita, jumlah peserta lestari secara kumula-tif adalah 19,5 juta. Semakin banyak jumlah peserta semakin besar kemungkinan kelahiran dapat dicegah. Dalam Repelita III diperkirakan dapat tercegah 13,9 juta kelahiran.

Sasaran program keluarga berencana ke seluruh wilayah In-donesia dilakukan setahap demi setahap. Dalam Repelita I pro-gram ini hanya dilaksanakan di Jawa dan Bali, dalam Repelita II diperluas kesepuluh propinsi di luar Jawa dan Bali, dan dalam Repelita III diperluas lagi kesebelas propinsi yang be-lum di jangkau oleh program keluarga berencana sebebe-lumnya. Dengan demikian program keluarga berencana kini telah meli-puti seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan program keluarga berencana mempunyai pengaruh yang berarti pada angka kelahiran, perubahan struktur umur, usia kawin, angka kematian dan harapan hidup waktu lahir. Da-ri hasil-hasil Sensus Penduduk 1971 dan 1980 diperkirakan bahwa angka kelahiran kasar pada tahun 1971 adalah 44 per

(25)

ribu penduduk dan pada tahun 1980 turun 18% yaitu menjadi 36 per seribu penduduk. Jumlah angka kelahiran pada tahun 1971 sebesar 5,6 per wanita dan pada tahun 1980 turun 18% menjadi 4,6 per wanita. Perubahan struktur umur dimana penduduk usia muda kurang dari 15 tahun yang pada tahun 1971 sebanyak 44% dari seluruh penduduk maka pada tahun 1980 turun menjadi 41%. Rata-rata usia perkawinan pertama untuk daerah kota naik dari 21,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 21,8 pada tahun 1980, dan di daerah pedesaan naik dari 18,8 menjadi 19,4 tahun selama jangka waktu yang sama. Sebagai akibatnya prosentase wanita kawin umur 15 - 49 tahun pada tahun 1971 sebesar 72% dari seluruh jumlah wanita pada kelompok umur yang sama telah turun menjadi 70% pada tahun 1980.

Sementara itu, angka kematian kasar pada tahun 1971 sebe-sar 19,0 per seribu penduduk telah turun 34% menjadi 12,5 pa-da tahun 1980. Angka kematian bayi yang papa-da tahun 1971 sebe-sar 140 per seribu telah turun 29% menjadi 100 pada tahun 1980. Penurunan angka kematian diatas membawa pengaruh pada peningkatan umur harapan hidup waktu lahir yang dalam tahun 1971 adalah 46 tahun maka pada tahun 1980 telah naik menjadi 53 tahun.

Program keluarga berencana telah memberikan sumbangan

be-sar bagi tercapainya hasil-hasil yang dikemukakan diatas.

Ha-sil ini dimungkinkan karena adanya peningkatan dalam sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan program, baik langsung maupun tidak secara langsung, dan juga adanya mekanisme koor-dinasi yang mantap di semua tingkatan pelaksanaan. Serta ada-nya kegiatan penunjang lainada-nya seperti usaha dibidang kese-hatan, gizi, dan lain-lain. Namun masih banyak masalah yang

(26)

dihadapi, baik masalah yang baru muncul maupun masalah lama yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Pertama, walaupun tingkat pertumbuhan penduduk cenderung menurun tetapi pertambahan jumlah penduduk secara alamiah ma-sih tetap besar. Adanya pertambahan jumlah penduduk mengaki-batkan pertambahan pada jumlah pasangan usia subur yaitu wa-nita kawin yang berumur antara 15 - 44 tahun. Pasangan usia subur diperkirakan bertambah dari kira-kira 24,6 juta pada tahun pertama Repelita IV menjadi 27,5 juta pada akhir tahun Repelita IV. Dengan adanya penambahan jumlah pasangan usia subur berarti adanya penambahan kebutuhan pelayanan keluarga berencana.

Kedua, pengalaman keberhasilan pelaksanaan program kelu-arga berencana dalam hal penurunan kelahiran di Jawa dan Bali pada dasawarsa tujuh puluhan merupakan suatu hasil yang meng-gembirakan. Namun di beberapa daerah Jawa dan Bali jumlah me-reka yang pernah menjadi peserta kini dikhawatirkan cenderung mendekati titik jenuh. Dalam rangka mempertahankan kelangge-ngan para peserta diperlukan usaha yang lebih besar, baik di bidang program keluarga berencana, maupun di bidang kependu-dukan pada umumnya serta sektor-sektor pembangunan lainnya.

Ketiga, jangkauan pelayanan keluarga berencana dalam awal dasawarsa delapan puluhan telah mulai dikembangkan ke seluruh wilayah Indonesia, namun di beberapa daerah di luar Jawa dan Bali masih mengalami masalah keterbatasan sarana, prasarana dan komunikasi.

Keempat, dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat di dalam pelaksanaan keluarga berencana, masalah yang diha-dapi adalah pemantapan kelembagaan untuk mendapatkan peserta

(27)

keluarga berencana baru dan menjaga kelangsungan peserta les-tari, serta membantu meningkatkan koordinasi di lapangan.

Kelima, dalam rangka memantapkan azas sukarela dan kesa-daran di dalam pelaksanaan keluarga berencana diperlukan pe-ningkatan penerangan dan pendidikan mengenai masalah kependu-dukan berikut cara-cara pemecahannya. Kegiatan ini perlu di-dorong mengingat di beberapa daerah masih terdapat adat isti-adat masyarakat yang kurang mendukung nilai keluarga kecil yang bertanggung jawab.

Keenam, dengan semakin meningkatnya sasaran-sasaran kelu-arga berencana dan semakin meluasnya jangkauan wilayah pelak-sanaan, maka diperlukan pengembangan sistem pengumpulan, pe-ngolahan, penyajian dan pemanfaatan informasi kependudukan dan keluarga berencana dalam rangka mewujudkan sistem pelak-sanaan yang terpadu.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah di Bidang Kependu-dukan dan Keluarga Berencana.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk me-nunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya. Pelaksanaan kebijaksanaan dan program-program kependudukan yang meliputi antara lain pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang,

(28)

bangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan perlu makin ditingkatkan.

Dengan demikian maka arah dan sasaran-sasaran pokok kebi-jaksanaan kependudukan dalam jangka panjang meliputi :

1) Menurunkan tingkat kelahiran yang akan dilaksanakan melalui usaha-usaha langsung maupun usaha-usaha tidak langsung. Usaha-usaha langsung meliputi antara lain kegiatan-kegiatan penyebar luasan dan penyediaan sara-na-sarana keluarga berencana serta usaha meningkatkan pengetahuan dan praktek pelaksanaan keluarga berenca-na. Usaha-usaha tidak langsung meliputi antara lain berbagai kegiatan dan usaha yang mendorong para kelu-arga untuk melaksanakan norma kelukelu-arga kecil, sehat dan sejahtera.

2) Menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak yang akan dilaksanakan melalui berbagai upa-ya upa-yang meliputi upaupa-ya dibidang kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan, perumahan dan penyediaan air bersih dan lain-lain. Usaha-usaha menurunkan tingkat kematian terutama tingkat kematian anak-anak berkaitan erat, de-ngan upaya menurunkan tingkat kelahiran.

3) Meningkatkan tingkat harap4n hidup, yaitu meningkatkan umur rata-rata penduduk Indonesia. Hal ini akan dapat dicapai dengan berhasilnya dilaksanakan penurunan tingkat kematian dan tingkat kelahiran yang kesemuanya itu merupakan basil upaya pembangunan di berbagai bi-dang.

(29)

4) Menyebarkan penduduk dan tenaga kerja yang lebih sera-si dan seimbang yang akan dilaksanakan melalui berba-gai usaha dibidang transmigrasi, pembangunan daerah, pembangunan kota dan desa, pembangunan prasarana per-hubungan dan jasa angkutan, dan penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah yang lebih serasi, dan lain-lain.

Disamping itu kebijaksanaan kependudukan juga diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan-tujuan pembangunan lainnya me-lalui pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang yang meliputi antara lain bidang pendidikan, kesehatan, pangan dan gizi, pertanian, industri, perhubungan, pariwisata, koperasi, pe-ngembangan dunia usaha nasional dan golongan ekonomi lemah, tenaga kerja, transmigrasi, pembangunan daerah, sumber alam dan lingkungan hidup, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian, perumahan dan pemukiman, kesejahteraan sosial, generasi muda, peranan wanita, hukum, penerangan dan media massa, dan pendidikan P-4.

Dengan demikian arah dan sasaran kebijaksanaan kependudu-kan dalam jangka panjang juga meliputi usaha-usaha untuk me-ningkatkan kualitas kependudukan. Kualitas kependudukan perlu dikembangkan supaya penduduk Indonesia memiliki ketangguhan menanggapi dampak pembangunan terhadap lingkungan sosial-bu-daya serta memanfaatkan perkembangan-perkembangan yang meng-untungkan bagi pembangunan.

Dalam kaitan ini perlu dikemukakan bahwa sasaran-sasaran

(30)

ini erat hubungannya satu dengan lainnya sehingga pencapaian sasaran di berbagai bidang pembangunan akan sangat membantu pencapaian sasaran di bidang kependudukan dan keluarga beren-cana. Umpamanya, dengan semakin menurunnya tingkat kematian, meningkatnya umur untuk suatu perkawinan, meningkatnya pera-nan wanita dalam pembangupera-nan maka tingkat kesuburan dan kela-hiran akan cenderung semakin menurun.

Di lain pihak dengan semakin meningkatnya kegiatan pem-bangunan biaya bagi pembinaan sumber daya manusia baik bagi keluarga maupun masyarakat, langsung maupun tidak langsung, akan meningkat. Hal ini antara lain disebabkan semakin ting-ginya tingkat ketrampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Di samping itu, pendidikan minimum yang semakin tinggi akan semakin dapat dipenuhi. Hal ini dimungkinkan oleh karena meningkatnya pendapatan keluarga dan kemampuan pembia-yaan pendidikan. Selain itu, peranan anak sebagai sumber te-naga kerja berkurang. Jumlah angkatan kerja di bawah umur 15 tahun akan berkurang. Hal ini mengurangi dorongan untuk mem-punyai jumlah anak yang besar.

Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa tercapainya berbagai sasaran pembangunan secara langsung menyumbang ter-capainya sasaran jangka panjang di bidang kependudukan yaitu menurunkan tingkat kelahiran dengan 50% dari keadaan 1971, yakni dari 44 per seribu menjadi 22 per seribu penduduk.

Demikian pula dengan berhasilnya pelaksanaan berbagai upaya pembangunan akan sangat membantu di dalam penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang. Pembangunan pedesaan dan pembangunan kota-kota sedang dan kecil akan

(31)

dorong penyebaran penduduk yang lebih seimbang. Hal ini akan mengurangi kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa

dan diantara kota-kota besar, sedang dan kecil. Berkurangnya

kesenjangan tingkat hidup diantara kota dan desa dan diantara berbagai kota pada gilirannya akan membantu tercapainya sa-saran penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang secara berlanjut.

Demikian pula dengan tumbuh dan berkembangnya masyarakat daerah transmigrasi maka berbagai sasaran transmigrasi akan dapat dicapai. Sasaran ini meliputi peningkatan pembangunan daerah baik secara ekonomi maupun sosial-budaya. Daerah-dae-rah yang kekurangan tenaga kerja tetapi mempunyai potensi akan semakin mampu berkembang dan menarik tenaga kerja dari daerah-daerah yang padat penduduknya. Dengan demikian keseim-bangan antar daerah dan diantara sumber daya manusia dan alam khususnya pertanian akan semakin baik. Selain itu, perluasan areal dan peningkatan produksi pertanian dapat dilaksanakan. Demikian pula pertahanan keamanan akan dapat lebih terpeliha-ra.

Walaupun secara keseluruhan tingkat harapan hidup mening-kat, tingkat kematian khususnya kematian bayi menurun, ting-kat kesuburan menurun dan mutu pemanfaatan sumber daya manu-sia meningkat, namun perbaikan-perbaikan ini tidaklah sama derajatnya di semua daerah. Oleh karena itu usaha-usaha pen-capaian sasaran kependudukan dan keluarga berencana selama Repelita IV perlu memperhatikan keadaan masing-masing daerah dan pemerataan antara daerah.

Dalam Repelita IV secara keseluruhan tingkat kematian

(32)

sar diharapkan dapat diturunkan dari 11,69 per seribu pendu-duk pada akhir Repelita III menjadi 10,12 per seribu pada akhir Repelita IV. Tingkat kematian bayi diharapkan dapat di-turunkan dari 90,3 per seribu kelahiran pada akhir Repelita III menjadi setinggi-tingginya 70 per seribu kelahiran pada akhir Repelita IV. Kematian anak Balita (1 - 4 tahun) diha-rapkan akan turun dari 17,8 per seribu anak Balita pada akhir Repelita III menjadi 14,0 anak Balita pada akhir Repelita IV.

Dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran diatas maka dalam Repelita IV dilaksanakan usaha-usaha dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan. Usaha-usaha ini meliputi peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan upaya peningkatan kesehatan kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan kerja yang ada, misalnya tenaga kerja di bidang pertanian, perikanan, konstruksi, industri rumah tang-ga dan industri jasa. Dalam hubuntang-gan ini maka jumlah Puskes-mas maupun fungsinya ditingkatkan. PuskesPuskes-mas dikembangkan menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Di-harapkan pemerataan derajat kesehatan melalui Puskesmas akan dapat diusahakan dengan peningkatan fungsi Puskesmas maupun peranserta masyarakat.

Peningkatan fungsi Puskesmas dilakukan melalui berbagai kegiatan pokok yang meliputi kesejahteraan ibu dan anak; ke-luarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pen-cegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisa-si; penyuluhan kesehatan masyarakat; pengobatan termasuk pe-layanan darurat kecelakaan; kesehatan sekolah; perawatan ke-sehatan masyarakat; keke-sehatan gigi dan mulut; keke-sehatan jiwa;

(33)

dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat di wilayah kerjanya.

Dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan maka dalam Repelita IV dilaksanakan usaha-usaha bagi peningkatan mutu lingkungan di pedesaan dengan pendekatan pembangunan keseha-tan masyarakat desa. Dalam kaikeseha-tan ini akan terus diusahakan agar semakin besar jumlah relatif penduduk pedesaan mendapat-kan air bersih, menggunamendapat-kan sarana jamban keluarga, dan me-ngelola air limbah.

Peningkatan status gizi penduduk amat penting peranannya dalam pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan dibidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi peningka-tan upaya penyediaan pangan dan penganeka ragaman pola kon-sumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi pendu-duk yang semakin bermutu secara merata. Namun secara khusus dalam rangka menurunkan tingkat kematian dan memperpanjang tingkat harapan hidup, maka kebijaksanaan pangan dan perbai-kan gizi ditujuperbai-kan bagi peningkatan keadaan gizi kelompok-ke-lompok tertentu yang mengalami penyakit kurang gizi, yaitu, penyakit kurang kalori protein, kekurangan vitamin A, gondok endemik dan anemi gizi besi. Sasaran kelompok tertentu terse-but adalah golongan penduduk rawan gizi termasuk secara khu-sus anak balita, ibu hamil dan menyusui, dan anak-anak seko-lah dasar, baik di kota maupun di desa, serta golongan masya-rakat berpendapatan rendah.

Kegiatan penanggulangan kurang kalori protein (KKP) pada anak balita akan dilaksanakan melalui perluasan dan

(34)

katan mutu Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Kegiatan UPGK terdiri dari penimbangan balita secara berkala dan ter-atur dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), penyuluhan gizi dan perawatan bayi serta anak termasuk segi kebersihan, pemberian makanan tambahan, pemberian paket pertolongan gizi berupa kapsul vitamin A, pil zat besi, preparat campuran gula dan garam (Oralit) untuk diare; pemanfaatan pekarangan dan lain-lain. Pelaksanaan kegiatan ini dipadukan dengan berbagai kegiatan pembangunan lainnya seperti penyediaan air bersih, imunisasi, keluarga berencana, intensifikasi pekarangan, ane-ka ternak kecil, dakwah keagamaan, PKK dan upaya pembangunan desa lainnya.

Dalam rangka menanamkan pengetahuan gizi dan kebiasaan makan yang sehat pada masyarakat, maka disamping penyuluhan gizi masyarakat secara luas akan diberi perhatian lebih khu-sus terhadap pendidikan gizi kepada anak-anak sekolah teruta-ma di tingkat tateruta-man kanak-kanak dan sekolah dasar. Untuk itu pelajaran tentang gizi pada sekolah-sekolah tersebut akan le-bih diintensifkan dengan berbagai cara.

Pendidikan penting peranannya dalam usaha mencapai sasa-ran-sasaran kependudukan. Kesadaran dan kemampuan yang dibu-tuhkan dalam rangka melaksanakan cara hidup sehat, pengenda-lian kelahiran dan peningkatan daya mampu sumber daya manusia hanyalah bisa ditingkatkan melalui pendidikan. Bidang pendi-dikan besar peranannya dalam memasyarakatkan wawasan kesera-sian kependudukan dan lingkungan hidup. Oleh karena itu dalam Repelita IV, sejalan dengan semakin meningkatnya penduduk usia sekolah, usaha-usaha di bidang pendidikan akan terns di-tingkatkan.

(35)

Salah satu masalah yang dihadapi dalam Repelita IV adalah meningkatkan kesempatan belajar pada pendidikan SD dan seko-lah menengah. Dalam hubungan ini, maka perluasan kesempatan memperoleh pendidikan di dalam dan di luar sekolah pada ting-kat pendidikan dasar dilakukan dalam rangka melaksanakan wa-jib belajar. Perluasan kesempatan belajar pada tingkat pendi-dikan menengah dilakukan dengan meningkatkan daya tampung di dalam maupun di luar sekolah dan meningkatkan partisipasi perguruan swasta.

Jumlah murid tingkat sekolah dasar 7 - 12 tahun sepenuh-nya perlu ditampung. Pada tingkat SLP dan SLA, dan perguruan tinggi tingkat partisipasi kasar, yaitu jumlah murid sebagai prosentase dari seluruh penduduk usia yang bersangkutan akan ditingkatkan.

Dalam rangka pemanfaatan sumber daya manusia dan memenuhi kebutuhan tenaga profesional dalam berbagai sektor pembangu-nan dan sekaligus untuk meningkatkan produktivitas serta mutu dan efisiensi kerja maka pendidikan politeknik dan kejuruan akan dikembangkan. Bidang yang dikembangkan dalam pendidikan politeknik antara lain adalah bidang teknologi dan bidang ta-ta niaga. Pengembangan bidang-bidang ini merupakan sebagian dari usaha pelaksanaan perencanaan tenaga kerja nasional.

Usaha untuk meningkatkan penghayatan mengenai norma kelu-arga kecil dan pelembagaan etika lingkungan dilakukan melalui pendidikan kependudukan. Usaha di bidang pendidikan kependu-dukan yang telah dimulai sejak Repelita II dan dilanjutkan dalam Repelita III, dalam Repelita IV akan ditingkatkan te-rus. Unsur pendidikan kependudukan diintegrasikan kedalam berbagai pendidikan umum maupun pendidikan kejuruan,

(36)

kan formal, dan pendidikan non-formal. Dengan makin meluasnya pendidikan kependudukan diharapkan akan semakin meluas pula kesadaran akan pentingnya usaha-usaha pengendalian kelahiran dan semakin di hayatinya keserasian sikap kependudukan dan lingkungan hidup. Melalui pendidikan kependudukan maka setiap anak didik diharapkan memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan tingkah laku yang rasional serta bertanggung jawab ten-tang pengaruh pertambahan penduduk pada kehidupan manusia yang menyangkut segi-segi sosial, ekonomi, politik, dan kebu-dayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan du-nia.

Untuk dapat memanfaatkan sumber daya manusia yang mening-kat sehubungan dengan meningmening-katnya jumlah penduduk amatlah penting untuk mengembangkan sikap kemandirian, kewiraswastaan dan swakarsa di kalangan generasi muda, khususnya di kalangan anak didik. Oleh karena itu metode dan isi pendidikan akan lebih diarahkan bagi pengembangan sikap yang demikian.

Laju pertumbuhan penduduk dikendalikan melalui usaha pe-nurunan tingkat kelahiran dan pengembangan program lainnya yang mendukung penghayatan dan pelaksanaan norma keluarga kecil, sehat dan sejahtera.

Penurunan tingkat kelahiran dilakukan atas dasar kesadar-an dkesadar-an tkesadar-anggung jawab keluarga dkesadar-an masyarakat dengkesadar-an memper-timbangkan nilai-nilai Agama serta Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan kegiatan penurunan tingkat kelahi-ran dijaga agar tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama maupun adat istiadat setempat. Penentuan jumlah anak untuk masing-masing keluarga tetap diserahkan sepenuhnya kepada ke-luarga yang bersangkutan. Yang perlu diusahakan adalah adanya

(37)

pengertian dari setiap keluarga akan pentingnya usaha-usaha pengendalian kelahiran dalam rangka membentuk tingkah laku kependudukan yang bertanggung jawab.

Sehubungan dengan usaha-usaha penurunan tingkat kelahiran maka dalam Repelita IV ditingkatkan jangkauan program keluar-ga berencana serta pembinaan dan pelembakeluar-gaan norma keluarkeluar-ga kecil yang bahagia dan sejahtera. Peningkatan jangkauan dan kegiatan akan mencakup semua lapisan masyarakat termasuk WNI keturunan Cina. Usaha-usaha menurunkan tingkat kelahiran di-maksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ke-luarga khususnya ibu dan anak. Oleh karena itu maka penurunan tingkat kelahiran diintegrasikan dengan usaha-usaha menurun-kan tingkat kematian terutama kematian di kalangan anak-anak serta usaha-usaha lain yang ditujukan untuk memperpanjang harapan hidup.

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

ber-keluarga kecil yang' bahagia, sejahtera dan bertanggung jawab

maka diusahakan agar program keluarga berencana benar-benar merupakan gerakan yang meluas dalam masyarakat. Untuk maksud itu maka usaha-usaha meningkatkan motivasi kearah keluarga kecil dilanjutkan dan diintegrasikan dengan usaha-usaha pem-bangunan lainnya. Dalam kaitan ini kebijaksanaan dan lang-kah-langkah yang memberikan dorongan bagi pelaksanaan norma keluarga kecil, langsung maupun tidak langsung, di sektor Pe-merintah maupun swasta, akan terus dikembangkan selama Repe-lita IV. Usaha-usaha penerangan mengenai kemanfaatan keluarga kecil yang bertanggung jawab baik bagi keluarga yang bersang-kutan maupun bagi pembangunan bangsa dan negara akan terus ditingkatkan.

(38)

Usaha-usaha peningkatan pendidikan dan ketrampilan di-arahkan untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan par-tisipasi produktif angkatan kerja guna mengurangi beban ke-tergantungan khususnya wanita dan pemuda. Usaha-usaha pemera-taan pendapatan dan kesempatan kerja diharapkan akan dapat mengurangi motivasi kearah keinginan mempunyai anak dalam jumlah yang banyak. Juga pemerataan dibidang kesehatan, pe-ningkatan pelayanan dibidang gizi dan kesehatan lainnya seca-ra terpadu dihaseca-rapkan akan dapat menguseca-rangi tingkat kematian anak. Oleh karena itu langkah-langkah dan kebijaksanaan pem-bangunan bagi perluasan lapangan kerja dan pemerataan penda-patan dilanjutkan dan ditingkatkan antara lain dalam rangka pengendalian kelahiran.

Penundaan usia bagi suatu perkawinan baik bagi pria ma-upun wanita akan memperlambat kelahiran. Kawin pada usia muda cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang tinggi dan masa waktu reproduksi yang lebih lama. Oleh karena itu berbagai usaha kearah peningkatan umur bagi suatu perkawinan terus di-laksanakan dan ditingkatkan. Diusahakan agar laki-laki menem-puh hidup baru serendah-rendahnya pada usia 19 tahun dan wa-nita pada usia 16 tahun sesuai dengan Undang-Undang Perkawin-an. Dalam hubungan ini usaha-usaha penerangan dan konsultasi perkawinan akan terus ditingkatkan.

Peningkatan peranan dan status wanita akan berpengaruh positif pada penundaan usia perkawinan dan ini berarti akan menurunkan tingkat kelahiran. Oleh karena itu kebijaksanaan dan usaha peningkatan status dan peranan wanita dalam pem-bangunan terus dilaksanakan. Dalam kaitan ini maka partisi-pasi organisasi-organisasi wanita yang ada dalam berbagai aspek pembangunan akan terus didorong.

(39)

Usaha-usaha dibidang kesehatan dan gizi dimaksudkan untuk menurunkan angka kematian khususnya dikalangan anak-anak yang sekaligus akan memperlemah keinginan untuk memiliki anak ba-nyak. Peningkatan pelayanan kesehatan akan meningkatkan moti-vasi para pasangan usia subur untuk melaksanakan keluarga be-rencana. Dalam hubungan ini maka kebijaksanaan nasional meng-integrasikan kegiatan keluarga berencana kedalam tiap bagi-an di tempat pelaybagi-anbagi-an kesehatbagi-an seperti Rumah Sakit, Puskes-mas, dan Klinik terus ditingkatkan pelaksanaannya.

Dalam rangka meningkatkan kelestarian peserta keluarga berencana serta meningkatkan kesejahteraan keluarga, kegiatan terpadu penyuluhan gizi dan keluarga berencana dalam wadah Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) akan ditingkatkan dan dimantapkan dengan koordinasi dan tats kerja yang lebih baik. Sasaran utama usaha perbaikan gizi secara langsung adalah go-longan anak usia 0 - 5 tahun, wanita hamil dan menyusui, dan golongan penduduk di daerah rawan pangan. Dalam rangka pe-ningkatan dan pemantapan keterpaduan tersebut, tenaga lapang-an keluarga berenclapang-ana aklapang-an dilengkapi dlapang-an diperkuat denglapang-an tenaga yang paham dan trampil dalam bidang gizi.

Ketimpangan penyebaran penduduk didaerah mengakibatkan bahwa didaerah padat penduduk sumber daya alam menderita te-kanan eksploitasi berlebihan, sedang didaerah jarang penduduk sumber daya alam tidak dikelola secara efektif. Oleh karena itu kebijaksanaan penyebaran penduduk tertuju pada tercapai-nya perimbangan penduduk terhadap sumber daya alam yang lebih serasi supaya memungkinkan pendayagunaannya secara optimal.

Peningkatan pembangunan didaerah jarang penduduk dapat memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu

(40)

ngunan dan pengembangan sumber daya alam didaerah jarang pen-duduk akan lebih ditingkatkan dengan mendorong peran serta masyarakat yang lebih besar dan memperkecil dampak negatif dan memperbesar dampak positif pembangunan kepada lingkungan. Sejalan dengan itu pemilihan lokasi pengembangan central pem-bangunan seperti perkebunan inti rakyat dan pengembangan ka-wasan industri akan memperhitungkan kepentingan penyebaran penduduk yang makin seimbang.

Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai dalam rangka penyebaran penduduk dan angkatan kerja yang lebih serasi dan seimbang adalah mengurangi prosentase jumlah penduduk yang berada di daerah-daerah padat penduduk dan meningkatkan pro-sentase jumlah penduduk yang mendiami daerah-daerah yang pen-duduknya masih langka. Dalam hubungan ini maka berbagai kebi-jaksanaan pembangunan antara lain yang menyangkut pembangunan daerah, transmigrasi, dan usaha-usaha perluasan lapangan ker-ja di daerah ditujukan dalam rangka memperbaiki pola penye-baran penduduk dan angkatan kerja diantara berbagai pulau.

Peningkatan pembangunan di daerah yang langka penduduknya akan memperbesar arus perpindahan penduduk. Oleh karena itu berbagai usaha yang telah di laksanakan dalam Repelita III dalam rangka pembangunan daerah yang langka penduduknya akan terus ditingkatkan dalam Repelita IV. Dalam hubungan ini maka pembangunan dan pengembangan dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam di daerah langka penduduk dilanjutkan dan diting-katkan dalam Repelita IV. Pengembangan ini dilaksanakan ngan memperhatikan dampak kehidupan lingkungan hidup dan de-ngan meningkatkan peran serta masyarakat setempat.

Salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan

(41)

rah adalah pelaksanaan program transmigrasi. Pelaksanaan pro-gram transmigrasi di tujukan untuk mengisi kekurangan tenaga kerja di daerah-daerah yang tenaga kerjanya langka tetapi me-miliki potensi alam untuk dikembangkan. Dengan demikian pro-gram transmigrasi sekaligus juga ditujukan bagi penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih seimbang diantara berba-gai pulau. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan program transmi-grasi dalam Repelita IV akan ditingkatkan dan terus disempur-nakan.

Kebijaksanaan perpindahan (migrasi) penduduk akan selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, seperti daya du-kung alam, kemampuan ruang untuk menampung penduduk dan ke-adaan sosial budaya penduduk. Dalam hubungan ini maka kebi-jaksanaan transmigrasi perlu mempertimbangkan lingkungan fi-sik maupun sosial, sehingga mempermudah usaha-usaha mening-katkan kesejahteraan para transmigran ditempat baru. Dengan mempertimbangkan lingkungan sosial di daerah penerima disatu pihak dapat dihindarkan pembenturan-pembenturan sosial dan dipihak lain dapat ditingkatkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

Dalam rangka penyebaran penduduk, maka dalam Repelita IV ditingkatkan usaha pemukiman kembali penduduk yang hidupnya terpencar-pencar. Usaha pemukiman kembali penduduk juga di-laksanakan dalam rangka meningkatkan keserasian hubungan antara manusia dengan alam.

Kegiatan antar kerja antar daerah diarahkan untuk meme-nuhi kebutuhan akan tenaga kerja di daerah-daerah tipis pen-duduk. Tujuan dari kegiatan antar kerja antar daerah adalah untuk mempertemukan permintaan dengan penawaran tenaga kerja

(42)

melalui penyebar luasan informasi pasar kerja dan bantuan ke-pada badan-badan atau lembaga-lembaga yang membutuhkan tenaga kerja. Selain itu dilaksanakan langkah-langkah untuk mengata-si hambatan-hambatan dalam meningkatkan mobilitas tenaga ker-ja. Dengan demikian diharapkan penyebaran tenaga kerja dari daerah banyak tenaga kerja ke daerah yang kurang tenaga kerja akan dapat terlaksana dengan lebih lancar.

Usaha penyebaran penduduk dan angkatan kerja yang lebih seimbang dan serasi juga menyangkut usaha pengarahan arus perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dalam kaitan ini akan diusahakan agar arus perpindahan penduduk tidak tertuju kepa-da beberapa kota besar saja tetapi ke banyak kota-kota kecil. Langkah dan kebijaksanaan dalam rangka mengusahakan tercapai-nya sasaran diatas akan diserasikan dengan pembangunan pede-saan, pembangunan perkotaan dan kaitan diantara keduanya.

Berbagai langkah dan kebijaksanaan meningkatkan pemerata-an pembpemerata-angunpemerata-an di pedesapemerata-an dpemerata-an perkotapemerata-an diharapkpemerata-an akpemerata-an men-dorong tumbuhnya kota-kota sedang dan kecil. Peningkatan pem-bangunan pertanian akan meningkatkan pendapatan dan produkti-fitas tenaga kerja di sektor pertanian dan dengan demikian memperkuat daerah belakang dari kota-kota kecil. Demikian pu-la kebijaksanaan meningkatkan pembangunan industri kecil di pedesaan dan industri pertanian mendorong pertumbuhan perko-taanyang lebih merata.

Pemerataan dibidang pembangunan perkotaan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan banyak kota dan tidak terbatas kepada beberapa kota besar saja. Dalam hubungan ini penting untuk ditingkatkan kemampuan kota-kota kecil didalam pengelolaan kota. Usaha-usaha perluasan lapangan kerja di kota-kota kecil

(43)

melalui pembinaan sektor industri kecil di perkotaan dan usa-ha-usaha kecil lainnya dibidang perdagangan dan jasa akan mendorong pertumbuhan kota-kota kecil.

Dalam rangka penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang lebih serasi dan seimbang maka pembangunan kota-kota yang langsung merupakan pusat-pusat bagi pengembangan daerah transmigrasi dan sekitarnya ditingkatkan dalam Repelita IV.

Dalam rangka penyebaran penduduk secara lebih terarah ke banyak kota maka pengembangan kota akan memperhatikan fungsi dan hierarki kota-kota bersangkutan. Pengembangan kota-kota sedang dan kecil akan mengutamakan kota-kota dengan potensi pengembangan yang besar.

Untuk meningkatkan daya guna dan basil guna daya tampung penduduk, maka pengembangan daerah perkotaan perlu memperha-tikan tata ruang, baik untuk kawasan pemukiman maupun untuk kawasan kegiatan kerja penduduk. Penataan perumahan penduduk diarahkan pada perumahan yang bersih dan sehat. Dalam pemba-ngunan pemukiman di perkotaan, akan diutamakan pembapemba-ngunan perumahan yang murah dan terjangkau oleh masyarakat berpeng-hasilan rendah. Pembangunan lingkungan pemukiman kota akan diarahkan kepada pembangunan pemukiman untuk penduduk yang berpendapatan rendah yang merupakan bagian terbesar dari pen-duduk kota. Pembangunan perkotaan juga akan memperhatikan ke-butuhan para migran agar dapat berperanserta secara lebih berarti dalam pembangunan. Dalam kaitan ini maka sektor-sek-tor informal di perkotaan akan dikembangkan.

Dalam rangka pemecahan masalah peningkatan jumlah pendu-duk kota, maka pengembangan kota-kota besar dilaksanakan cara lebih terkoordinasi dengan kota-kota lebih kecil di

(44)

kitarnya. Pengembangan kota-kota satelit dilanjutkan dan di-tingkatkan. Penelitian dan pengkajian masalah-masalah perko-taan termasuk penelitian mengenai cara-cara meningkatkan pe-ranserta penduduk kota dalam ikut serta memecahkan masalah-masalah perkotaan ditingkatkan dalam Repelita IV.

Kebijaksanaan dan langkah-langkah dibidang kependudukan perlu didukung oleh pembangunan di berbagai bidang. Dalam ka-itan ini pembangunan dibidang hukum dalam rangka mendukung kebijaksanaan dibidang kependudukan dilanjutkan dalam Repeli-ta IV. Selain itu dalam RepeliRepeli-ta IV terus dikembangkan pene-litian dan kebijaksanaan-dibidang kependudukan. Bidang-bidang kebijaksanaan yang perlu dikembangkan antara lain menyangkut cara-cara mempercepat penurunan tingkat kelahiran, cara-cara meningkatkan peranserta masyarakat didalam memecahkan masa-lah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup serta pelemba-gaan etika sosial, cara-cara mendorong terwujudnya sikap ke-mandirian, kewiraswastaan dan swakarsa masyarakat, dan lain-lain.

Dalam Repelita IV pelaksanaan program keluarga berencana ditujukan untuk :

1. Membantu tercapainya sasaran penurunan tingkat kelahiran dalam jangka panjang, yaitu menurunnya dengan 50% tingkat kelahiran dalam jangka panjang. Dalam kaitan ini maka da-lam Repelita IV tingkat kelahiran diperkirakan akan tu-run dari 33,46 per seribu penduduk menjadi 31,02 per se-ribu penduduk.

2. Meningkatkan jumlah peserta keluarga berencana atas dasar kesadaran dan sukarela dengan mempertimbangkan

(45)

lai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memelihara peserta keluarga berencana lestari.

3. Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan ke-sejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak dibawah lima tahun, serta memperkecil kematian ibu karena kehamilan dan persalinan.

4. Menghimpun bahan-bahan bagi penyusunan kebijaksanaan ke-pendudukan yang menyeluruh dan terpadu baik tingkat nasi-onal maupun daerah yang diarahkan untuk mewujudkan pendu-duk Indonesia dengan ciri perilaku demographist yang me-nguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan nasional.

5. Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat terhadap masa-lah kependudukan yang menjurus kearah penerimaan dan penghayatan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejah-tera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.

6. Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita serta ge-nerasi muda dalam pelaksanaan upaya-upaya untuk menanggu-langi masalah kependudukan.

7. Meningkatkan kesadaran, peranan dan tanggung jawab kelu-arga dan masyarakat dalam pengelolaan program kelukelu-arga berencana.

8. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumber daya manusia untuk perbaikan taraf hidup, kecerdasan dan kese-jahteraan keluarga dan masyarakat dalam rangka memperce-pat pelembagaan nilai-nilai keluarga kecil.

9. Meluaskan dan mengintensifkan program keluarga berencana di seluruh wilayah tanah air dan lapisan masyarakat

(46)

masuk masyarakat di daerah pemukiman baru dan masyarakat Indonesia keturunan asing.

Secara operasional tujuan-tujuan diatas dapat dicapai de-ngan cara :

1. Mendorong pasangan usia subur yang istrinya belum berusia 30 tahun dan atau jumlah anak kurang dari 3 orang agar mempunyai anak maksimal 2 orang.

2. Membantu pasangan usia subur yang istrinya lebih dari 30 tahun atau anaknya 3 orang atau lebih agar tidak menambah anak yang dimilikinya.

3. Mengarahkan generasi muda untuk menghayati nilai keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta mendorong mereka untuk lebih banyak bergiat dalam bidang pendidikan, ke-trampilan, kepramukaan, olah raga, kesenian dan sebagai-nya.

4. Memperkuat proses pelembagaan secara fisik dalam usaha luarga berencana sehingga secara kelompok proses an program semakin menjadi bagian yang tak terpisahkan ri kegiatan masyarakat sendiri.

5. Memperkuat proses pelembagaan yang bersifat mental spiri-tual dan lebih bersifat dukungan psikologis.

Adapun jumlah peserta baru keluarga berencana yang diper-kirakan akan dapat dicapai dalam Repelita IV adalah sekitar 24,7 juta. Jumlah ini merupakan lebih dari 63% pasangan usia subur pada akhir Repelita IV. Perincian peserta baru keluarga berencana per pulau adalah Sumatera 3,2 juta, Jawa 17,8 juta,

(47)

Nusa Tenggara 1,4 juta, Kalimantan 0,7 juta, Sulawesi 1,3 ju-ta dan Maluku dan Irian Jaya 0,3 juju-ta.

Dalam rangka menjaga kelestarian peserta keluarga beren-cana maka usaha pembinaan program akan terus ditingkatkan da-lam Repelita IV. Jumlah peserta lestari pada akhir Repelita IV diperkirakan mencapai 17,2 juta. Perincian peserta lestari per pulau adalah Sumatera 2,8 juta, Jawa 12,0 juta, Nusa Tenggara 0,8 juta, Kalimantan 0,6 juta, Sulawesi 0,9 juta, dan Maluku dan Irian Jaya 0,1 juta (lihat Tabel 25 5). Bi-lamana dilihat dari komposisi pemakaian kontrasepsi maka me-reka yang menggunakan IUD rata-rata 35%, pil 44%, suntikan 12%, kondom 4%, dan lain-lain 5%. Pemakai-pemakai IUD, sunti-kan, dan lain-lain cenderung meningkat, sedangkan pemakai pil dan kondom cenderung menurun.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah yang Menunjang Pelaksanaan Keluarga Berencana.

Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan bahwa dalam rangka mengendalikan pertumbuhan penduduk dan mencipta-kan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera maka program ke-luarga berencana yang telah menunjukkan hasil-hasilnya yang positif perlu diperluas, diintensifkan dan dipercepat pelak-sanaannya. Demikian pula makin ditingkatkan dan diperluas ke-bijaksanaan-kebijaksanaan yang dapat menunjang pelaksanaan program keluarga berencana.

Program keluarga berencana merupakan usaha langsung yang ditujukan untuk mengurangi tingkat kelahiran melalui penggu-naan alat kontrasepsi yang berkelanjutan. Dewasa ini penca-paian hasil program keluarga berencana yang telah mulai

(48)

TABEL 25 - 5

Baru Peserta KBLestari Peserta KBBaru Peserta KBLestari

1. D.I. Aceh 41 164 238 234

2. Sumatera Utara 180 618 1.046 807

3. Sumatera Barat 72 251 423 321

4. Riau 33 101 191 157

5. Jambi 31 92 185 125

6. Sumatera Selatan 94 344 547 465

7. Bengkulu 23 68 134 83

8. Lampung 81 441 473 589

Sumatera 555 2.049 3.237 2.781

9. DKI Jakarta 241 611 1.402 705

10. Jawa Barat 1.003 2.747 5.822 3.537

11. Jawa Tengah 798 2.713 4.633 3.316

12. DI Yogyakarta 109 312 636 347

13. Jawa Timur 908 3.574 5.271 4.140

Jawa 3.059 9.957 17.764 12.045

14. Bali 57 309 334 338

15. Nusa Tenggara Barat 153 249 776 280

16. Nusa Tenggara Timur 44 102 257 166

17. Timor Timur 12 12 75 20

Nusa Tenggara 246 672 1.442 804

18. Kalimantan Barat 60 183 353 217

19. Kalimantan Tengah 7 39 42 57

20. Kalimantan Selatan 31 181 183 214

21. Kalimantan Timur 22 71 128 94

Kalimantan 120 474 706 582

22. Sulawesi Utara 42 174 248 210

23. Sulawesi Tengah 10 84 60 79

24. Sulawesi Selatan 156 331 907 570

25. Sulawesi Tenggara 18 30 109 41

Sulawesi 226 789 1.324 900

(49)

27. Irian Jaya 23 33 139 55

Maluku dan Irian Jaya 49 79 292 128

(50)

sakan perlu lebih dimantapkan dan dilembagakan dalam masyara-kat. Dalam rangka pemantapan dan pelembagaan ini program ke-luarga berencana dipadukan dengan program-program pembangunan lainnya.

Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan yang diren-canakan dan dilaksanakan guna mencapai kesejahteraan masyara-kat. Pemerataan kegiatan dan basil pembangunan mempunyai pe-ngaruh yang positif terhadap usaha pengendalian kelahiran. Berbagai usaha pemerataan di berbagai bidang pembangunan seca-ra tidak langsung telah membantu usaha keluarga berencana. Pemerataan dibidang kebutuhan pokok khususnya pangan dan pe-layanan kesehatan akan meningkatkan mutu gizi dan derajat ke-sehatan di kalangan keluarga yang kurang mampu yang pada umumnya adalah keluarga-keluarga dengan tingkat kelahiran relatif tinggi.

Bilamana perbaikan dan kesehatan ibu meningkat maka di-perkirakan akan mengurangi keguguran kandungan. Bilamana ter-dapat peningkatan gizi maka kesehatan anak cenderung mening-kat dan hal ini akan mengurangi tingmening-kat kematian anak. Keada-an ini semua akKeada-an membawa kepada pengurKeada-angKeada-an kebutuhKeada-an kela-hiran yang lebih sering dan memungkinkan penjarangan kelakela-hiran sehingga pada akhirnya tingkat kelahiran akan dapat diku-rangi.

Begitu pula halnya dengan usaha pemerataan dibidang lapa-ngan kerja dan pendapatan yang diperkirakan akan berpengaruh positif kepada usaha pengendalian pertumbuhan penduduk. Sema-kin luas lapangan kerja produktif akan semaSema-kin merata penda-patan yang diperoleh oleh masyarakat. Bilamana pendapenda-patan su-dah relatif merata dan meningkat maka hal ini berarti akan

(51)

memperbesar kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik dan makanan yang lebih bergizi. Dalam pada itu, meluasnya lapangan kerja khususnya bagi wanita akan me-rupakan pula pilihan penggunaan waktu yang produktif dan hal ini memperkecil tingkat ketergantungan. Semakin banyak wanita yang bekerja akan semakin besar pendapatan keluarga, dan se-makin banyak kesibukan wanita di luar rumah akan cenderung semakin turun tingkat kelahiran.

Dalam Repelita IV usaha keluarga berencana di daerah ra-wan dan padat penduduk akan dipadukan dengan usaha-usaha perluasan kesempatan kerja produktif. Kegiatan ini penting artinya bagi kelestarian peserta keluarga berencana mengingat salah satu alasan ingin mempunyai anak banyak bagi suatu keluarga adalah untuk membantu meningkatkan tambahan pendapatan bagi keluarga yang bersangkutan.

Pemerataan kesempatan pendidikan penting artinya bagi usaha pengendalian kelahiran. Semakin tinggi tingkat pendidi-kan maka biasanya semakin sedikit jumlah anggota keluarganya. Dengan adanya peningkatan pendidikan berarti adanya peningka-tan mutu dan kegunaan anak didik serta adanya penurunan jum-lah buts huruf. Dengan dipenuhinya sarana dan fasilitas pen-didikan bagi seluruh anak didik di semua tingkatan diharapkan akan meningkatkan umur perkawinan dan meningkatkan pengertian serta kesadaran mengenai perlunya dilaksanakan pengaturan ke-lahiran. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan akan berarti juga adanya pemerataan di bidang lapangan kerja dan pendapatan bagi semua generasi. Dengan demikian pemerataan di bidang pendidikan mempunyai pengaruh yang berarti pada pelak-sanaan keluarga berencana didalam pengendalian pertumbuhan penduduk baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

(52)

Pengembangan dibidang kesejahteraan sosial dimaksudkan agar jumlah keluarga buruh yang mendapat fasilitas jaminan sosial dapat meningkat dan merata. Oleh karena itu, program asuransi tenaga kerja untuk buruh swasta yang telah dimulai sejak Repelita-Repelita yang lalu akan terus dilanjutkan da-lam Repelita IV. Diharapkan semakin meratanya jaminan sosial akan membantu usaha pengendalian kelahiran.

Program kebudayaan dapat mempunyai peranan panting dalam usaha pengendalian kelahiran. Dalam hubungan ini program ke-budayaan akan diarahkan antara lain untuk menyebar luaskan ide keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui penyam-paian pesan yang berisi cara-cara penjarangan kelahiran, ca-ra-cara meningkatkan kesehatan anak melalui gizi yang sehat dan pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain. Melalui pesan-pe-san yang tepat akan dikembangkan suapesan-pe-sana pendapat umum teru-tama di pedesaan bahwa kawin muda kurang tepat bagi pemba-ngunan dan kesejahteraan keluarga. Dengan demikian umur bagi suatu perkawinan akan dapat ditingkatkan baik bagi laki-laki maupun wanita.

Pengembangan di bidang lingkungan hidup akan mempengaruhi pola pertumbuhan penduduk di daerah yang bersangkutan. Dalam Repelita IV akan ditingkatkan usaha-usaha untuk menghindarkan dampak negatif dari kerusakan-kerusakan lingkungan yang dise-babkan adanya pembangunan seperti di bidang industri, pertam-bangan, pertanian, dan juga karena kurang diperhatikannya pe-ngembangan lingkungan pemukiman di kota dan di desa.

I V . PROGRAM-PROGRAM 1. Program Kependudukan

Kegiatan dan usaha program kependudukan dalam Repelita IV

Gambar

TABEL 25 - 2
TABEL 25 - 3
Tabel 25 - 4
GRAFIK 25 - 2a
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mengupdate Produk, Kategori,Status Order,data pelanggan Sumber: Syafii, 2005 Membuka Halaman Web Melakukan Registrasi Pendaftaran Masukkan Data Calon Pelanggan Login Display

(responden) terhadap kemampuan Rumah Sakit Umum Swasta di kota Singaraja yang berkaitan dengan kemudahan dalam pemesanan, kemudahan dalam pembayaran ongkos,

Nilai tukar berperan penting dalam setiap perdagangan internasional, semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) maka akan meningkatkan

penyelesaian transaksi yang cepat dengan biaya yang relatif murah. Untuk mencapai tujuan yang telah dikemukakan di atas, bursa efek wajib menyediakan

Hasil ini sesuai dengan penelitian Bambang Dwi Hartono dan Zubaidah (2017)” The Influence of Leadership, Organizational Culture and Work Discipline on Teacher Performance

Salah satu algoritma partitional yang dapat mengelompokkan dokumen yang belum berlabel adalah Expectation-Maximization, yaitu algoritma yang berfungsi untuk

(1) Monitoring dan evaluasi terhadap Penebaran Kembali dan Penangkapan Ikan Berbasis Budi Daya dilakukan oleh Direktur Jenderal, direktur jenderal yang menangani

Kalibrasi sensor load cell dilakukan setelah sistem terkonfigurasi dengan mikrokontroler, dengan cara membandingkan data akusisi sensor terhadap nilai pengukuran