• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA

DI KABUPATEN TERPILIH

(KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, MALUKU

BARAT DAYA DAN KARANG ASEM)

TAHUN 2015

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)
(3)

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA

DI KABUPATEN TERPILIH (KAPAHIYANG, TANGGAMUS,

GARUT, MALUKU BARAT DAYA DAN KARANG ASEM)

TAHUN 2015

DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

(4)
(5)

i KATA PENGANTAR

Pengembangan pembibitan ternak kambing/domba merupakan upaya strategis dalam kelestarian dan kecukupan sumber bibit di dalam negeri, sekaligus mengurangi ketergantungan impor. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati (mega biodiversity) termasuk sumber daya genetik (SDG) hewan dari berbagai jenis dan rumpun ternak. Jenis dan rumpun ternak tersebut sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat peternak secara turun temurun. Keanekaragaman SDG hewan merupakan bahan baku dalam pembentukan bibit yang harus dikelola secara optimal agar dapat dimanfaatkan dan dilestarikan untuk kesejahteraan sumberdaya manusia generasi sekarang dan yang akan datang.

Jumlah SDG Hewan yang telah ditetapkan hingga kini sebanyak 57 rumpun, diantaranya kambing Kaligesing, kambing Lakor, domba Kisar, domba Garut, domba Wonosobo, domba Batur, domba Sapudi, kambing Kacang, kambing Marica, domba Compass Agrinak dan kambing Senduro, semua rumpun ternak yang telah di tetapkan ditindak lanjuti dengan di daftarkan pada lembaga Dunia yaitu FAO. Rumpun kambing/domba yang di Indonesia dan akan dilestarikan serta dipertahankan pada lokasi kabupaten terpilih untuk tahun 2015 yaitu: domba Garut, kambing Peranakan Ettawa dan kambing Gemrong. Selain itu untuk rumpun ternak yang belum ditetapkan perlu di lestarikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk keberlangsungan rumpun yang telah ditetapkan untuk melestarikannya, maka perlu dilakukan kegiatan terobosan dan integratif dari seluruh stakeholders yang terkait dengan pembangunan peternakan secara berkelanjutan. Salah satu kegiatan tersebut adalah penguatan pembibitan kambing/domba di Kabupaten Terpilh ( Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya).

Untuk dapat terlaksananya kegiatan tersebut maka perlu disusun Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan Kambing/Domba di Kabupaten Terpilih sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanannya.

Jakarta, Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

SYUKUR IWANTORO

(6)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR FORMAT ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN ... ... vi

LAPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan ... 3

C. Keluaran ... 4

D. Sasaran ... 4

E. Pengertian ... ... 4

F. Ruang Lingkup ... 6

BAB II. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA.... 7

A. Sarana ... 7

B. Manajemen Pemeliharaan ... 8

C. Produksi Bibit ... 8

BAB III. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN ... 11

A. Persiapan ... 11

B. Pelaksanaan ... 11

BAB. IV. PENDANAAN ... 15

BAB V. PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN ... 16

A. Pembinaan ... 16

B. Pengorganisasian ... 16

BAB VI. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN SERTA INDIKATOR KEBERHASILAN ... ... 19

A. Pengendalian dan Pengawasan ... 19

B. Indikator Keberhasilan ... 19

BAB VII. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN ... 21

A. Pemantauan ... 21

B. Pelaporan ... 21

(7)

iii

iii DAFTAR FORMAT

Halaman

1. FORMAT 1. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK ... 24

2. FORMAT 2. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK ... 25

3. FORMAT 3. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA ... 26

4. FORMAT 4. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA ... 27

5. FORMAT 5. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN ... 28

6. FORMAT 6. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN ... 29

7. FORMAT 7. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK ... 31

8. FORMAT 8. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK ... 32

9. FORMAT 9. KARTU REKORDING PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH ... 33

10. FORMAT 10. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA ... 34

11. FORMAT 11. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA ... 35

12. FORMAT 12. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN ... 36

13. FORMAT 13. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN ... 37

14. FORMAT 14. MATERI PELATIHAN PENINGKATAN SDM PETERNAK ... 38

15. FORMAT 15. Contoh Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Kambing PE.... 41 16. FORMAT 16. Contoh Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Ternak Domba. 42

(8)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 1. Skema pembibitan kambing/domba di

Provinsi ... 3

(9)

v

v KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN NOMOR : 1213/Kpts/F/12/2014

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA DI KABUPATEN TERPILIH (KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM,

MALUKU BARAT DAYA ) TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

Menimbang : a bahwa dalam rangka melestarikan Sumber Daya Genetik Hewan (SDG Hewan) yang kita miliki, perlu adanya upaya –upaya yang dapat mempertahankan keberlangsungan dan ketersedian bibit dari SDG Hewan yang telah ditetapkan;

b. Bahwa upaya yang akan dilakukan untuk keberlangsungan SDG Hewan tersebut melalui suatu kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/Domba di Kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya);

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik, serta melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 perlu menetapkan Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun 2015;

Mengingat : 1. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara RI. No. 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara RI. No. 4286);

2. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaga Negara RI. No. 5 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI. No. 4355);

3. Undang-undang RI Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

(10)

vi

4. Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

5. Undang-undang RI Nomor 41 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015);

6. Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Angaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumberdaya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5260); 8. Peraturan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;

9. Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4214);

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

11. Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisaasi Kementerian Negara;

12. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019;

13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 64/Permentan/OT.140 /11/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/OT.140/7/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 102/Permentan/OT.140/7/2014 tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik;

(11)

vii MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA DI KABUPATEN TERPILIH (KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM DAN MALUKU BARAT DAYA) TAHUN 2015.

Pasal 1

Pedoman Pelaksanaan menetapkan Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan Kambing dan domba di kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun 2015, seperti tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, sebagai dasar hukum dan acuan pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing dan domba di kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun Anggaran 2015 bagi aparat pusat dan daerah dengan tujuan untuk memperlancar kegiatan secara tertib, efektif, efisien, akuntabel dan tranparan .

Pasal 3 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Di tetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN,

SYUKUR IWANTORO Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth :

1. Menteri Pertanian;

2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian. 4. Sekretaris dan Direktur Lingkup Ditjen PKH.

(12)
(13)

1

1 LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN

HEWAN

NOMOR : 1213 /Kpts/F/12/2014 TANGGAL : 12 Desember 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA DI 5 (LIMA) KABUPATEN TERPILIH

(KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM, MALUKU BARAT DAYA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan produktivitas kambing/domba akan bersifat permanen apabila diawali dengan pemanfaatan kambing dan domba yang mempunyai keunggulan genetik (kualifikasi bibit) sesuai sifat yang diinginkan dan pemberian lingkungan yang sesuai. Oleh karena itu diperlukan program pembibitan tanpa menguras SDG kambing dan domba yang sudah dilestarikan. Untuk tujuan tersebut pembibitan yang dilaksanakan adalah pembibitan dalam satu rumpun atau dikenal sebagai pembibitan ternak murni. Kambing dan domba merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing/domba mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Untuk mendukung pengembangan kambing/domba nasional di masa yang akan datang, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan peternakan.

Pembibitan kambing/domba saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan kambing/domba diarahkan pada suatu wilayah, baik wilayah khusus maupun terintegrasi dengan komoditas lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan dan pengawasannya.

Berdasarkan pertimbangan aspek kebijakan, ketersediaan sumber daya, sosial-ekonomi dan teknis, Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dan

1 LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN

HEWAN

NOMOR : 1213 /Kpts/F/12/2014 TANGGAL : 12 Desember 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN

PENGUATAN PEMBIBITAN KAMBING DAN DOMBA DI 5 (LIMA) KABUPATEN TERPILIH

(KAPAHIYANG, TANGGAMUS, GARUT, KARANG ASEM, MALUKU BARAT DAYA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan produktivitas kambing/domba akan bersifat permanen apabila diawali dengan pemanfaatan kambing dan domba yang mempunyai keunggulan genetik (kualifikasi bibit) sesuai sifat yang diinginkan dan pemberian lingkungan yang sesuai. Oleh karena itu diperlukan program pembibitan tanpa menguras SDG kambing dan domba yang sudah dilestarikan. Untuk tujuan tersebut pembibitan yang dilaksanakan adalah pembibitan dalam satu rumpun atau dikenal sebagai pembibitan ternak murni. Kambing dan domba merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan. Pengembangan kambing/domba mempunyai prospek yang baik karena di samping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Untuk mendukung pengembangan kambing/domba nasional di masa yang akan datang, jumlah dan mutu bibit merupakan faktor produksi yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan program pembangunan peternakan.

Pembibitan kambing/domba saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan pengembangan usaha pembibitan kambing/domba diarahkan pada suatu wilayah, baik wilayah khusus maupun terintegrasi dengan komoditas lainnya serta terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan dan pengawasannya.

Berdasarkan pertimbangan aspek kebijakan, ketersediaan sumber daya, sosial-ekonomi dan teknis, Pemerintah berkoordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dan

(14)

2

kabupaten pada tahun 2015 telah mengalokasikan kegiatan penguatan pembibitan di 5 (lima) kabupaten terpilih untuk pemurnian dan pelestarian pembibitan kambing/domba sebagai berikut :

1. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tanggamus jenis ternak kambing PE;

2. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelauatan Kabupaten Garut jenis ternak domba Garut;

3. Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dinas Pertanian Kabupaten Maluku Barat Daya jenis ternak kambing Lakor;

4. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Dinas Peternakan, Kelauatan dan Perikanan Kabupaten Karang Asem jenis ternak kambing Gemrong;

5. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, Dinas Peternakan, dan Perikanan Kabupaten Kepahiang jenis ternak kambing PE;

Kebijakan pembibitan kambing/domba oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten di daerah sebaran asli geografis rumpun kambing/domba tersebut, merupakan kebijakan yang perlu mendapat apresiasi dari Pemerintah. Di samping penyusunan kebijakan, juga diperlukan kepastian alokasi dana yang memadai dan berkelanjutan. Kepastian pendanaan ini sangat menentukan tingkat keberhasilan terbentuknya suatu wilayah sumber bibit kambing/domba menurut rumpun. Pada periode awal kegiatan, dukungan pendanaan dari Pemerintah cukup dominan, namun dengan berjalannya waktu, dominansi pendanaan berasal dari pemerintah daerah.

Secara ringkas untuk melaksanakan amanat salah satu pasal dari Undang-Undang Nomor 18/2009 melalui kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Kabupaten Terpilih yang merupakan wilayah sebaran geografis rumpun kambing/domba dimulai dari : (1) persiapan; (2) input; (3) proses; (4) output; dan (5) pengelolaan berkelanjutan. Skema program pembibitan dan pemurnian kambing/domba di Provinsi dan kabupaten tertera dalam gambar di bawah ini :

(15)

3

3 Gambar 1. Skema pembibitan kambing/domba di Provinsi

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

tersusunnya pedoman ini adalah sebagai acuan dasar utama dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun 2015.

2. Tujuan

a. Memfasilitasi sarana perbibitan.

b. Meningkatkan pengetahuan/keterampilan (kompetensi) SDM pembibit. c. Membentuk dan menguatkan kelompok peternak sebagai kelompok pembibit. d. Menumbuhkan dan menstimulasi peternak secara individu maupun kelompok

peternak dalam menerapkan pemurnian dan pelestarian serta menerapkan prinsip-prinsip pembibitan.  Koordinasi dengan stakeholder  Kesepakatan dengan masyarakat setempat  Kebijakan

 Analisis Potensi Wilayah  Penyusunan buku

pedoman pembibitan  Penyusunan proposal

jangka panjang program pembibitan

 Koordinasi pemerintah pusat-daerah  Membentuk Tim

Pelaksana

 Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis kegiatan menurut tahun anggaran

 Kelompok/gabungan kelompok peternak

 Sarana perbibitan  Populasi rumpun murni

kambing/domba  Pendanaan menurut tahun

anggaran

 Pelaksanaan kegiatan (t1.... tn) antara lain uji

performance, kontes ternak dll  Pembinaan (teknis dan kelembagaan)  Monitoring dan evaluasi kegiatan

 kambing/domba bibit yang memiliki potensi genetik lebih baik dari generasi sebelumnya

 Terbentuknya kelompok pembibit atau Badan Usaha Pembibitan  Peningkatan rataan produktivitas

kambing/domba dalam populasi target  Wilayah sumber bibit kambing/domba

 Berkembangnya usaha pembibitan kambing/domba rumpun murni  Terjaganya populasi rumpun murni  Meningkatnya kesejahteraan peternak

PERSIAPAN INPUT PROSES OUTPUT BERKELANJUTAN PENGELOLAAN

(16)

4

e. Menjadikan Provinsi (Bengkulu, Lampung Selatan, Jawa Barat, Maluku dan Bali) sebagai wilayah sumber bibit.

C. Keluaran

a. Termanfaatkannya sarana perbibitan.

b. Pengetahuan/keterampilan petugas dan peternak dibidang pembibitan meningkat. c. Terbentuknya calon dan kelompok pembibit.

d. Diterapkannya pemurnian dan pelestarian sertan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan oleh peternak baik secara individu maupun kelompok.

e. Tersedianya bibit secara berkelanjutan

f. Terbentuknya wilayah sumber bibit di Provinsi Jawa barat, bengkulu, lampung selatan, maluku dan bali.

D. Sasaran

a. Jangka Pendek

- Tersedianya sarana perbibitan.

- Terlaksananya penerapan prinsip-prinsip pembibitan di kelompok peternak rumpun kambing PE di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Kapahiyang, Kambing gembrong di Kabupaten Karang Asem, Kambing Lakor di Kabupaten Maluku Barat Daya, domba garut di Kabupaten Garut.

b. Jangka Menengah

Terbentuknya kelompok pembibit rumpun kambing PE di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Kapahiyang, Kambing gembrong di Kabupaten Karang Asem Kambing Lakor di Kabupaten Maluku Barat Daya , domba garut di Kabupaten Garut. c. Jangka Panjang

- Terbentuknya wilayah sumber bibit rumpun kambing PE di Provinsi Lampung Selatan dan Provinsi Bengkulu, domba garut di Provinsi Jawa Barat, kambing Lahor di Provinsi Maluku dan kambing Gemrong di Provinsi Bali.

- Terlaksananya pengelolaan wilayah sumber bibit secara berkelanjutan. E. Pengertian

Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan:

a. Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit ternak untuk keperluan sendiri atau untuk diperdagangkan.

b. Bibit ternak adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.

c. Ternak lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar negeri yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang telah beradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat.

(17)

5

5 d. Ternak asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari Indonesia, dan proses

domestikasinya terjadi di Indonesia.

e. Rumpun adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai ciri-ciri fenotipe yang khas dan dapat diwariskan pada keturunannya.

f. Silsilah adalah catatan mengenai asal-usul keturunan ternak yang meliputi nama, nomor dan performans dari ternak dan tetua penurunnya.

g. Pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi genetik pada sekelompok ternak dari satu rumpun atau galur guna mencapai tujuan tertentu. h. Seleksi adalah kegiatan memilih tetua untuk menghasilkan keturunannya melalui

pemeriksaan dan atau pengujian berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu dengan menggunakan metoda atau teknologi tertentu.

i. Wilayah sumber bibit adalah suatu kawasan agroekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administrasi pemerintahan dan mempunyai potensi untuk pengembangan bibit dari jenis atau rumpun tertentu.

j. Sertifikasi bibit ternak adalah rangkaian pemberian sertifikat terhadap bibit ternak yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi melalui pemeriksaan lapangan, pengujian laboratorium dan atau pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan.

k. Pengawasan bibit adalah proses pengawasan mutu bibit yang dilakukan oleh petugas pemerintah yang memenuhi syarat untuk melaksanakan pengawasan bibit ternak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

l. Kambing/domba kriteria bibit adalah kambing/domba secara performance memenuhi persyaratan kualitatif dan kuantitatif pada SNI/PTM.

m. Standar Nasional Indonesia adalah spesifikasi teknis yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait. n. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disebut PTM adalah batasan terendah

dari spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

o. Dinas adalah instansi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi/kabupaten/kota.

p. Tim Pusat adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan pakar yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.

(18)

6

q. Tim Pembina Provinsi dan pakar adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Dinas Provinsi dan instansi terkait lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Provinsi.

r. Tim Teknis Kabupaten/Kota adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur Dinas Kabupaten/Kota dan instansi terkait lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

s. Recording/pencatatan adalah suatu kegiatan yang meliputi identifikasi, pencatatan silsilah, pencatatan produksi dan reproduksi, pencatatan manajemen pemeliharaan dan kesehatan ternak dalam populasi terpilih.

t. Rekorder adalah petugas yang melakukan pencatatan individu ternak.

u. Populasi terpilih adalah kumpulan ternak dengan rumpun sama yang dipelihara dalam satu wilayah yang terdiri atas beberapa kelompok atau gabungan kelompok. v. Produktivitas adalah kemampuan seekor ternak untuk menghasilkan produksi yang

optimal per satuan waktu. F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Kabupaten Terpilih (Kapahiyang, Tanggamus, Garut, Karang Asem dan Maluku Barat Daya) Tahun 2015 meliputi:

a. Penerapan Prinsip-Prinsip Pembibitan Kambing/domba b. Persiapan dan Pelaksanaan

c. Pendanaan

d. Pembinaan dan Pengorganisasian e. Monitong, Evaluasi dan Pelaporan

(19)

7

7 BAB II

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PEMBIBITAN KAMBING/DOMBA

Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskannya serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48/2011 tentang Sumber Daya Genetik dan Perbibitan Ternak). Persyaratan bibit yang diedarkan wajib memiliki sertifikat layak bibit yang memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri keunggulannya, yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi produk (benih dan/atau bibit ternak). Karena sudah ada pengertian “bibit” dan persyaratan peredarannya yang baku dan mempunyai kekuatan hukum, untuk selanjutnya seluruh masyarakat agar menyamakan persepsi tentang istilah bibit. Hal ini dikarenakan masih banyak khalayak yang menyatakan bahwa bibit adalah ternak yang dapat digunakan untuk perkembangbiakan (induk dan jantan dewasa) tanpa melihat keunggulan genetiknya.

Upaya untuk mendapatkan ternak dengan kualifikasi bibit dapat dilakukan melalui pemuliaan. Pengertian pemuliaan adalah rangkaian kegiatan untuk mengubah komposisi genetik pada sekelompok ternak dari suatu rumpun atau galur guna mencapai tujuan tertentu. Cara untuk mengubah komposisi genetik dapat dilakukan dengan melakukan seleksi dan pengaturan perkawinan. Pengaturan perkawinan dapat dilakukan dalam rumpun murni (within breed) atau antar rumpun/persilangan (between breed).

Untuk mempertahankan kemurnian dan menghindari penurunan mutu genetik kambing asli/ lokal, pelaku pembibitan harus menerapkan prinsip-prinsip pembibitan sesuai dengan Pedoman Pembibitan Kambing/domba yang Baik (Good Breeding Practice/GBP). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip-prinsip pembibitan antara lain : sarana, manajemen pemeliharaan, produksi bibit (perkawinan, recording, seleksi, replacement dan sertifikasi).

A. Sarana

Sarana yang harus dimiliki kelompok peternak sehingga dapat menerapkan prinsip-prinsip pembibitan antara lain : (nomor identitas ternak, timbangan ternak, tongkat ukur, pita ukur, kartu ternak dan komputer).

a. Nomor Identitas Ternak

Nomor identitas ternak untuk mengidentifikasi (penandaan) ternak sehingga dapat dilakukan pencatatan individu dalam kartu ternak dan seleksi. Nomor identitas ternak dapat berupa ear tag, microchip, kalung dan lainnya.

b. Timbangan Ternak

Timbangan ternak di perlukan untuk mengetahui bobot ternak kambing/domba mulai saat lahir sampai masuk usia bibit sesuai SNI. Bobot ternak kambing/domba tersebut digunakan sebagai salah satu dasar seleksi.

(20)

8

Timbangan ternak adalah timbangan digital yang spesifik digunakan untuk kambing/domba.

c. Tongkat ukur

Tongkat ukur digunakan untuk mengukur tinggi pundak dan panjang badan kambing/domba. Tongkat ukur berskala dan spesifik digunakan untuk kambing/domba.

d. Pita ukur

Pita ukur digunakan untuk mengukur lingkar dada dan lingkar scrotum kambing/domba. Pita ukur berskala dan spesifik digunakan untuk kambing/domba.

e. Kartu ternak

Kartu ternak digunakan untuk mencatat hasil penimbangan dan pengukuran sekaligus sebagai bukti tertulis yang menggambarkan kondisi ternak kambing/domba (tertera pada format terlampir).

f. Komputer

Komputer digunakan untuk menyimpan dan mengolah data hasil penimbangan dan pengukuran ternak kambing/domba serta data lainnya yang dibutuhkan dalam seleksi calon bibit.

B. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan meliputi pemberian pakan dan minum, pemberian vaksin dan obat-obatan, perkawinan, pembersihan kotoran dan biosecurity. Tatalaksana pemeliharaan juga dibedakan antara pemeliharaan pedet, kambing/domba muda, calon induk dan calon pejantan, induk bunting dan induk melahirkan. Secara rinci manajemen pemeliharaan terdapat pada Pedoman Pembibitan Kambing/domba Yang Baik.

C. Produksi Bibit a. Perkawinan

Dalam upaya memperoleh bibit yang sesuai standar, teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara intensifikasi kawin alam atau inseminasi buatan (IB) Secara rinci pengaturan perkawinan terdapat pada Pedoman Pembibitan Kambing/domba Yang Baik.

b. Rekording

Pencatatan/Rekording meliputi catatan rumpun, identitas, silsilah, perkawinan (tanggal, pejantan/kode semen, IB/kawin alam, induk), induk melahirkan (tanggal, tunggal/kembar, normal/distokia), pedet lahir (tanggal, tunggal/kembar,

(21)

9

9 bobot lahir, jenis kelamin, induk, pejantan/kode semen, tinggi gumba, panjang badan), penyapihan (tanggal, bobot kambing/domba, tinggi gumba, panjang badan), vaksinasi, pengobatan (tanggal, perlakuan/treatment) dan mutasi (pemasukan dan pengeluaran). Proses pencatatan/rekording meliputi penimbangan, pengukuran dan penghitungan.

c. Penimbangan dan Pengukuran

Tabel 1. Penimbangan dan Pengukuran bibit sesuai dengan SNI/PTM dilakukan pada umur :

Parameter Umur ternak (Tahun) Kambing Domba Bobot lahiran (Kg) (0,5-1), (>1-2), (>2-4)

Bobot sapih (Kg) - 3

Bobot badan dewasa (Kg) - 18 Panjang badan (0,5-1), (>1-2), (>2-4) 18 Panjang telinga (0,5-1), (>1-2), (>2-4) - Lingkar dada (0,5-1), (>1-2), (>2-4) 18 Tinggi pundak (0,5-1), (>1-2), (>2-4) 18 Panjang bulu / rawos /

gembyeng/surai

(0,5-1), (>1-2), (>2-4) -

Cara menentukan umur dari ternak yang tidak diketahui catatan kelahirannya dapat dilihat dari kondisi gigi seri tetap.

d. Penghitungan

Penghitungan dilakukan untuk mengetahui rataan hasil pengukuran dan penimbangan terhadap populasi yang digunakan sebagai dasar seleksi. Penghitungan dilakukan menggunakan komputer.

e. Seleksi

Pelaksanaan seleksi mengikuti petunjuk pedoman yang usulan tim pakar pusat dan daerah.

Seleksi bibit kambing/domba dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit kambing/domba tersebut, dengan mempergunakan kriteria seleksi sebagai berikut :

1) Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di bawah bimbingan petugas yang berwenang.

2) Seleksi calon bibit jantan dipilih 10% terbaik dari hasil keturunan, sedangkan calon bibit betina dipilih 25% terbaik dari hasil keturunan untuk selanjutnya digunakan sebagai replacement.

(22)

10

f. Replacement (ternak pengganti)

Replacement dilakukan untuk mempertahankan keseimbangan ternak dalam suatu populasi.

g. Sertifikasi

Untuk mendapatkan sertifikasi bibit kelompok harus menerapkan GBP dan sistem manajemen mutu sesuai ISO 9001:2008, dan produk yang dihasilkan sesuai SNI.

Kondisi saat ini menunjukkan belum semua pelaku usaha dapat memenuhi persyaratan untuk mensertifikasikan produknya ke Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Atas dasar hal tersebut, diupayakan dengan penerbitan Surat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Ternak, setelah dinilai kesesuaian produk bibit ternak terhadap standar (SNI/PTM/Standar Daerah) yang telah ada. Diharapkan surat keterangan tersebut dapat menjadi awal bagi proses sertifikasi, setelah melalui pembinaan terhadap pelaku usaha ke arah pembibitan secara terus menerus. Secara rinci pengaturan penerbitan SKLB ternak terdapat pada Petunjuk Teknis Surat Keterangan Layak Bibit Ternak.

(23)

11

11 BAB III

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN A. Persiapan

1. Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) Tahun 2015 dapat dituangkan dalam Pedoman Pelaksanaan yang disusun oleh Tim Pusat, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Tim Pembina Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan oleh Tim Teknis Kabupaten.

2. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan ini diberikan kepada pelaksana/aparat pusat dan daerah yang terkait, kelompok yang menjadi sasaran dan dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung dilaksanakan melalui rapat koordinasi dan pembinaan kegiatan secara intensif dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten sampai tingkat lapangan.

Sosialisasi dilaksanakan oleh Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten sesuai dengan tingkatannya. Sosialisasi secara tidak langsung dilaksanakan melalui bahan publikasi.

B. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan disesuaikan pada alokasi dana yang ada pada DIPA masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Secara garis besar kegiatan ini meliputi antara lain : (1) Penyusunan grand design pembibitan kambing/domba (2) Penyusunan pedoman pembibitan kambing/domba (3) Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan (4) Pengadaan sarana dan prasarana (pembangunan kandang, sarana rekording, optimalisasi padang pengembalaan, pengadaan peralatan puskeswan, pembangunan embung dan sumber air lainnya) (5) Inventarisasi kambing keriteria bibit dan penerbitan SKLB (6) Penjaringan atau pengadaan ternak (7) Penguatan kelompok pembibitan (9) Operasional penetapan wilayah sumber bibit (10) Penyusunan regulasi (11) Peningkatan SDM (pembentukan Tim Teknis, pembinaan rekorder, pembinaan teknis manajemen pembibitan dan pembinaan kelembagaan pembibitan) (12) Operasional kegiatan (rekording, pendampingan dan pembinaan) dan (13) Adminstrasi.

(24)

12

1. Sarana Prasarana

Secara garis besar pengadaan sarana prasarana untuk pemurnian dan pelestarian kambing/domba di Provinsi antara lain berupa : pembangunan kandang, sarana rekording, optimalisasi padang pengembalaan, pengadaan peralatan puskeswan, pembangunan embung dan sumber air dan sumber air lainnya.

2. Inventarisasi Kambing/domba Kriteria Bibit dan penerbitan Surat Keterangan layak Bibit (SKLB).

Pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kambing/domba terhadap kriteria kualitiatif dan kuantitatif sesuai persyaratan SNI/PTM dalam penerbitan SKLB ternak mengacu pada Petunjuk Teknis Surat Keterangan Layak Bibit Ternak.

3. Penjaringan atau pengadaan ternak

a. Ternak kambing/domba yang dijaring harus memenuhi persyaratan kualitatif dan kuantitatif sesuai SNI/PTM masing-masing rumpun

b. Memiliki surat keterangan layak bibit (SKLB) yang dikeluarkan oleh Dinas asal ternak

c. Penjaringan/ pengadaan ternak dapat berasal dari kelompok pembibit 4. Penguatan kelompok pembibitan

Penguatan kelompok dilakukan agar kelompok peternak menerapkan prinsip-prinsip pembibitan sehingga terbentuk kelompok pembibit dan sebagai kelompok inti di Provinsi tersebut. Kelompok yang mendapatkan penguatan memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria kelompok

- Minimal kelompok tingkat lanjut dan/atau berprestasi di tingkat kabupaten/kota.

- Memiliki minimal 60 ekor induk dengan rumpun sama dan memiliki SKLB. - Ada anggota kelompok berpendidikan minimal SLTA/ sederajat.

- Menerapkan prinsip-prinsip pembibitan. - Jumlah anggota minimal 20 orang.

- Pengurus dan anggota kelompok tidak bermasalah dengan perbankan. - Telah mengajukan proposal kepada pemerintah dan mendapat rekomendasi

dari kepala dinas provinsi/kabupaten/kota. b. Tata Cara Seleksi Kelompok Peternak

Proses seleksi calon kelompok peternak dilakukan oleh Tim Dinas Provinsi/Kabupaten, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(25)

13

13 5. Operasional Penetapan Wilayah Sumber Bibit

Operasional penetapan wilayah sumber bibit dimaksudkan untuk mendorong daerah mengusulkan lokasi yang berpotensi sebagai wilayah sumber bibit untuk ditetapkan menjadi wilayah sumber bibit.

Operasional yang dimaksud antara lain mengatur : a. Sosialisasi kegiatan perwilayahan sumber bibit.

b. Identifikasi ke wilayah yang berpotensi sebagai wilayah sumber bibit.

c. Koordinasi dengan dinas Provinsi dan Perguruan Tinggi atau Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat dalam rangka penyusunan proposal penetapan wilayah sumber bibit.

d. Konsultasi dan Koordinasi ke Pusat. e. Monitoring dan evaluasi.

6. Penyusunan Regulasi

Regulasi dimaksudkan untuk mendukung keberhasilan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Regulasi yang dimaksud antara lain mengatur :

a. Program perbibitan yang dilaksanakan oleh dinas (pemurnian, pelestarian dan seleksi dll) sampai terbentuknya wilayah sumber bibit.

b. Pemasukan dan/atau pengeluaran kambing/domba di wilayah kegiatan. c. Pengelolaan ternak di kelompok.

d. Keberlanjutan program. 7. Peningkatan SDM

Secara garis besar peningkatan SDM pembibitan Kambing/domba yang Baik (Good Breeding Practice (GBP) dialokasikan bagi petugas maupun peternak antara lain, meliputi : pelatihan Tim Teknis, rekorder, teknis manajemen pembibitan dan kelembagaan pembibitan dan Pelatihan inseminator. Khusus untuk pelatihan bagi petugas diutamakan untuk pengawas bibit ternak dan calon pengawas bibit ternak yang akan ditugaskan di lokasi tersebut.

Lokasi dan pelaksanaan pelatihan :

a. Pelatihan rekording dan inseminator dapat dilakukan di UPT Perbibitan.

b. Pelatihan bagi seluruh anggota kelompok diselenggarakan oleh dinas dengan materi pelatihan yang tertera pada format terlampir.

8. Administrasi

Salah satu keberhasilan kegiatan ditunjukkan oleh pelaksanaan tertib administrasi untuk setiap kegiatan/aktivitas. Pengelolaan administrasi harus dilakukan sesuai dengan ketentuan.

(26)

14

9. Operasional kegiatan

Optimalisasi kegiatan dalam pelaksanaan pembinaan dan bimbingan secara secara kontinyu perlu adanya jasa untuk pembina, petugas tekis, petugas dinas rekorder dan kelompok dalam penerapan prinsip-prinsip pembibitan (pencatatan rekording individu ternak, penerapan Good Breeding Practice dan penertiban administrasi kelompok peternak.

(27)

15

15 BAB IV

PENDANAAN

Pendanaan Kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) Tahun 2015 masing-masing dialokasikan dalam DIPA Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi dan Kabupaten

Uraian kegiatan dan pendanaan secara rinci terdapat pada masing-masing satker. Secara umum berada dalam jenis belanja barang, sehingga tatakelola pemanfaatan dan pertanggung jawabannya sesuai akun tersebut yang diatur sesuai ketentuan. Pendanaan tersebut berada pada masing-masing SKPD Provinsi sehingga pemanfaatan dana secara tepat dan benar menjadi tanggungjawab masing-masing SKPD provinsi.

(28)

16

BAB V

PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN A. Pembinaan

Upaya untuk memperoleh meningkatkan kinerja kelompok pembibitan kambing/domba, perlu adanya upaya dilakukan pembinaan teknis dan manajemen serta pembinaan kelembagaan. Pembinaan teknis dan manajemen dilakukan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip perbibitan antara lain rekording, seleksi, yang mengacu pada GBP kambing/domba dan pemuliaan/pemurniaan dalam meningkatkan kualitas mutu genetik. Pembinaan manajemen dilakukan dalam rangka peningkatan tatakelola pemeliharaan antara lain penyediaan, pemberian pakan, air minum, perkandangan dan kesehatan hewan. Sedangkan pembinaan kelembagaan diberikan dalam rangka mengarahkan kelompok peternak berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi atau usaha berbadan hukum sehingga berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

B. Pengorganisasian

Kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) Tahun 2015 dilaksanakan secara terkoordinasi mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat lapangan. Oleh karena itu dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaannya diperlukan pengaturan organisasi untuk memperjelas tugas dan fungsi dari setiap lini kelembagaan, sebagai berikut :

1. Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Dalam pelaksanaan kegiatan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih dan Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih, Tim Pusat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Menyusun Pedoman Penguatan Pembibitan Kambing/domba di Provinsi Terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) Tahun 2015;

b. Mengkoordinasikan kegiatan di tingkat Pusat dan daerah; c. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan;

d. Melakukan monitoring dan evaluasi;

e. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

(29)

17

17 2. Tim Pembina Provinsi

a. Menyusun petunjuk pelaksanaan dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik masing-masing daerah yang ditetapkan oleh kepala dinas provinsi.

b. Melakukan verifikasi terhadap calon kelompok terpilih.

c. Menetapkan kelompok peternak penerima kegiatan penguatan pembibitan kambing/domba.

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait di tingkat Pusat, provinsi dan kabupaten.

e. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan serta penanganan masalah di tingkat provinsi.

f. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta penanganan masalah di tingkat provinsi.

g. Menyusun dan melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan untuk disampaikan kepada kepala dinas provinsi dan kemudian diteruskan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

3. Tim Teknis Kabupaten

Dalam pelaksanaan kegiatan, tim teknis kabupaten, mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Menyusun petunjuk teknis kegiatan dengan mengacu kepada petunjuk pelaksanaan dan disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah yang ditetapkan oleh dinas kabupaten.

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan instansi terkait di tingkat kabupaten.

c. Mengusulkan kelompok peternak calon penerima kepada Kepala dinas provinsi untuk ditetapkan sebagai kelompok peternak penerima.

d. Melakukan sosialisasi dan pembinaan kegiatan di tingkat kabupaten. e. Melakukan seleksi calon penerima dan calon lokasi kelompok (CP/CL). f. Melakukan pendampingan pelaksanaan kegiatan.

g. Melakukan monitoring dan evaluasi.

h. Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten yang kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas Provinsi.

4. Kelompok Penguatan Pembibitan

Kelompok penguatan pembibitan mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Melakukan pemeliharaan ternak dengan baik dan menerapkan prinsip-prinsip pembibitan antara lain melakukan pencatatan/rekording individu ternak (silsilah, penimbangan, pengukuran, perkawinan,dll) dan seleksi.

(30)

18

b. Melakukan perkawinan ternak dengan pejantan/semen beku unggul yang serumpun.

c. Mengikuti bimbingan dan pembinaan dari Tim Pembina/Tim Teknis.

d. Bersedia mengikuti kegiatan pembibitan lainnya (manajemen pembibitan terpadu, dll).

e. Semua aset yang sudah dilimpahkan ke kelompok merupakan tanggungjawab kelompok.

f. Melaporkan perkembangan kegiatan setiap tiga bulan sekali kepada dinas yang membindangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan.

5. Petugas Rekorder Dinas dan Kelompok

a. Melakukan kegiatan pengukuran dan penimbangan performan anak dan individu calon bibit kambing/domba dengan menggunakan sarana rekording (timbangan ternak, tongkat ukur dan pita ukur).

b. Melakukan pencatatan kartu ternak dan penghitungan atas hasil pengukuran dan penimbangan performan anak dan individu calon bibit kambing/domba yang dilakukan oleh petugas rekorder dinas dan kelompok;

c. Melaporkan hasil rekapitulasi perkembangan kegiatan pembibitan dan penghitungan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Kabupaten yang kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas Provinsi.

(31)

19

19 BAB VI

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN SERTA INDIKATOR KEBERHASILAN A. Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di provinsi. Pengawasan fungsional kegiatan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal, dan pengawasan internal oleh Pimpinan pelaksana SKPD melalui Satlak SPI. Pengawasan dapat dilakukan setiap saat selama kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok, terdapat 8 tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Penyusunan Pedoman Pelaksanaan oleh Tim Pusat, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Tim Provinsi, Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Tim Kabupaten. 2. Sosialisasi pedoman/Juklak/Juknis oleh Tim Pusat, Tim Pembina Provinsi dan

Tim Teknis Kabupaten.

3. Pelaksanaan Seleksi calon penerima dan calon lokasi (CP/CL yang dilakukan dan diusulkan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.

4. Pelaksanaan verifikasi yang dilakukan oleh Tim Pembina Provinsi. 5. Pengadaan bibit kambing/domba dan sarana pendukung.

6. Penyerahan bibit dan sarana pendukung kepada kelompok yang disertai berita acara serah terima.

7. Pelaksanaan pembibitan oleh kelompok.

8. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pertangungjawaban output dan outcome. B. Indikator Keberhasilan

1. Indikator Input

Tersedianya dana yang dialokasikan pada masing-masing Satker Provinsi. 2. Indikator Keluaran (Output)

a. Kelompok harus menerapkan prinsip-prinsip pembibitan dan Good Breeding Practice (GBP) kambing/domba di 5 (lima) Provinsi;

b. Data inventarisasi kambing/domba kriteria bibit;

c. Jumlah penjaring atau pengadaan kambing/domba yang kriteria bibit. 3. Indikator Hasil (Outcomes)

a. kelompok peternak pembibit dapat berkembang menjadi gabungan kelompok, koperasi atau usaha berbadan hukum sehingga berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

b. Ketersediaan bibit kambing/domba secara berkelanjutan;

(32)

20

4. Indikator Manfaat (Benefit) a. Penetapan wilayah sumber bibit; b. Perbaikan harga satuan bibit; c. Pengelolaan wilayah sumber bibit.

(33)

21

21 BAB VII

PEMANTAUAN DAN PELAPORAN A. Pemantauan

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan diperlukan pemantauan untuk mengetahui perkembangan realisasi (segi fisik maupun keuangan). Disamping itu dapat terkendalikan secara cepat berbagai kendala – kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kelompok serta memberikan saran alternatif pemecahan masalah.

Untuk menjaga transparansi penggunaan dana di satker tersebut, perlu dilakukan pemantuan secara intensif dan berjenjang dengan mekanisme sebagai berikut :

1. Tim Pusat melakukan pemantauan baik progres realisasi fisik maupun keuangan di Provinsi dan kelompok.

2. Tim Pembina Provinsi dan tim teknis melakukan pemantauan baik progres realisasi fisik maupun keuangan;

B. Pelaporan

Pelaksanaan pelaporan diperlukan untuk mengetahui serta dapat mengevaluasi berbagi perkembangan dan progres kegiatan. Untuk itu perlu tertulis dan ditetapkan mekanisme secara berjenjang sebagai berikut :

1. Kelompok wajib membuat laporan pelaksanaan kegiatan, setiap 3 (tiga) bulan kepada Dinas Kabupaten.

2. Dinas Kabupaten melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari kelompok dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan kepada Dinas Provinsi.

3. Dinas Provinsi melakukan rekapitulasi seluruh laporan yang diterima dari Dinas Kabupaten dan melaporkan perkembangan kegiatan yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan c.q. Direktur Perbibitan Ternak.

(34)

22

BAB VIII PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan ini dapat tersusun untuk kegiatan penguatan pembibitan kambing/domba dan sebagai dasar utama dalam acuan pelaksanaan kegiatan 5 (lima) Provinsi terpilih (Jawa Barat, Bengkulu, Lampung Selatan, Maluku dan Bali) di Tahun 2015 mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan tingkat lapangan.

Berbagai hal yang bersifat spesifik dan belum diatur atau tertuang dalam pedoman ini maka dapat dituangkan lebih lanjut di Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang diterbitkan oleh Dinas Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) yang diterbitkan oleh Dinas Kabupaten dengan memperhatikan berbagai potensi dan kondisi masing-masing wilayah.

Jakarta 12 Desember 2014

DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

(35)

23

23 CONTOH KARTU REKORDING

KAMBING/DOMBA

Kartu rekording pada masing-masing status fisiologik ternak dibuat dengan format bolak-balik

(36)

24

FORMAT 1. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Tipe lahir : 1/2/3/4/5**) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) pilih sesuai jenis ternak ; **) pilih sesuai tipe lahir

TK Pjt TB JL

(ek) Nomor Anak (kg) BL (j/b) JK (ek) JS (kg) BS

TK : tanggal kawin; Pjt : Nomor pejantan; TB : tanggal beranak JL : jumlah anak dilahirkan; BL : bobot lahir; JK : jenis kelamin; JS : jumlah anak disapih; BS : bobot sapih

Foto k/d (sisi kiri)

(37)

25

25 FORMAT 2. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) INDUK

Tgl Kawin Kawin Tgl Bera-nak Anak Nomor Pejantan

/straw*) Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir

JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina)

*) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

(38)

26

FORMAT 3. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak :

Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*) Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu

**) ditulis pada saat k/d anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir 3 6 12 18 Keterangan :

PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk k/d jantan

Foto k/d (sisi kiri)

(39)

27

27 FORMAT 4. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) ANAK–MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

(40)

28

FORMAT 5. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak :

Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*) Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu

**) ditulis pada saat k/d anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir 3 6 12 18 Keterangan :

PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum

Foto k/d (sisi kiri)

(41)

29

29 FORMAT 6. KARTU REKORDING KAMBING/DOMBA*) PEJANTAN

Tanggal

mengawini Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi k/d betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

(42)

30

CONTOH KARTU REKORDING KAMBING PERAH

Kartu rekording pada masing-masing status fisiologik ternak dibuat dengan format bolak-balik

(43)

31

31 FORMAT 7. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK

Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak : Rumpun : Tanggal lahir : Tipe lahir : 1/2/3/4/5**) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) pilih sesuai jenis ternak ; **) pilih sesuai tipe lahir

TK Pjt TB JL

(ek) Nomor Anak (kg) BL (j/b) JK (ek) JS (kg) BS

TK : tanggal kawin; Pjt : Nomor pejantan; TB : tanggal beranak JL : jumlah anak dilahirkan; BL : bobot lahir; JK : jenis kelamin; JS : jumlah anak disapih; BS : bobot sapih

Foto k/d (sisi kiri)

Foto k/d (sisi kanan)

(44)

32

FORMAT 8. KARTU REKORDING KAMBING PERAH INDUK Tgl Kawin Kawin Tgl Bera-nak Anak Nomor Pejantan

/straw*) Rumpun Nomor BL (kg) JK

Keterangan : BL : bobot lahir

JK : jenis kelamin (J = jantan; b = betina)

*) : untuk kawin dengan IB adalah nomor/kode straw. Induk yg lebih dari 3 kali kawin, perlu dicurigai adanya kemajiran, rendahnya kualitas semen, atau prosedur IB yg tidak tepat.

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

(45)

33

33 FORMAT 9. KARTU REKORDING PRODUKSI SUSU KAMBING PERAH Nama peternak :

Nomor ternak : Laktasi ke :

Bulan laktasi pengukuran Tanggal Produksi Susu (liter) Lemak Kadar Susu (%) Sore Pagi Jumlah

Bulan – 1 Bulan – 2 Bulan – 3 Bulan – 4 Bulan – 5 Bulan – 6 Bulan – 7 Bulan – 8

Produksi per Laktasi Cara mengukur produksi susu :

1) Waktu pencatatan produksi susu satu kali setiap bulannya selama satu masa periode laktasi;

2) Pencatatan pertama dimulai hari ke 4-7 setelah beranak;

3) Pencatatan produksi susu dilakukan dua kali yaitu sore dan pagi hari (hari .berikutnya). 4) Satuan ukuran adalah liter (l) untuk produksi susu dan persentase (%) untuk kadar

lemak susu dengan ketelitian pencatatan 1 (satu) angka dibelakang koma

(46)

34

FORMAT 10. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak :

Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*) Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan

:

*) coret salah satu

**) ditulis pada saat anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal (cm) PB (cm) LD TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir 3 6 12 18 Keterangan :

PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP : tinggi pundak

BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum, hanya untuk kambing jantan

Foto kamb (sisi kiri)

(47)

35

35 FORMAT 11. KARTU REKORDING KAMBING PERAH ANAK – MUDA

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya

(48)

36

FORMAT 12. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN Nama Peternak : Nama Kelompok : Alamat : RT : RW : Desa : Kecamatan : Kabupaten/Kota : Provinsi : Nomor ternak :

Jenis kelamin : Jantan/betina*)

Rumpun : Tanggal lahir : Tipe kelahiran : 1/2/3/4/5*) Tipe sapih **) : 1/2/3/4/5*) Nomor induk : Rumpun induk : Nomor bapak/straw : Rumpun bapak : Warna tubuh dominan :

*) coret salah satu

**) ditulis pada saat kambing anak berumur 3 bulan

Umur (bln) tanggal PB (cm) LD (cm) TP (cm) BB (kg) LS (cm) lahir 3 6 12 18 Keterangan :

PB : panjang badan; LD : lingkar dada; TP: tinggi pundak BB : bobot badan; LS : lingkar scrotum

Foto kamb (sisi kiri)

(49)

37

37 FORMAT 13. KARTU REKORDING KAMBING PERAH PEJANTAN

Tanggal

mengawini Nomor Betina

Keterangan (diisi a.l. kondisi kambing betina saat dikawini (kurus, sedang, gemuk), kawin pada pagi, siang, sore hari, dll)

Tanggal Keterangan

Keterangan :

Diisi dengan kejadian seperti : penyakit (tanda-tanda sakit, pengobatan dengan apa, dan hasil pengobatan); keguguran; dijual dan harga jual; mati; dipotong; digaduhkan; kondisi pakan; lainnya.

(50)

38

FORMAT 14. MATERI PELATIHAN PENINGKATAN SDM PETERNAK

Keterangan ;

A. Pemahaman bibit ternak, yang meliputi ;

1. Melihat silsilah ternak dan performan antara lain :

NO MATERI PEMBELAJARAN TUJUAN WAKTU (Jam) KET TEORI PRAKTEK JML 1. Pemahaman Bibit Ternak : a. Pengenalan Rumpun Kambing/domba b. Melihat silsilah ternak dan performan. c. Pengukuran ternak d. Pencatatan ternak - Peternak memahami jenis rumpun kambing/domba. - Peternak mengetahui dan memahami cara mendapatkan bibit ternak. - Peternak mengetahui dan memahami tentang silsilah Ternak, asal usul, perkawinan, kesehatan dll bibit ternak yang baik dan benar 3 12 15 2. Manajemen Pemeliharaan : a. Perkandangan b. Pakan c. Kesehatan Ternak d. Umur ternak - Peternak mengetahui dan memahami tata cara memelihara bibit ternak yang baik

3 12 15 3. Manajemen Reproduksi meliputi ; a. Umur kambing/domba b. Umur pertama dikawinkan c. Masa kering d. Kesehatan reproduksi - Peternak mengetahui dan memahami kondisi reproduksi individu dan masa

produktif ternak. 3 5 8

4. Kapita selekta 2 - 2

(51)

39

39 a. menerangkan tentang tetua ternak bibit yang dipilih/dipelihara;

b. dapat mengetahui tidak terjadi kawin sedarah (Crosbreeding); c. membedakan ciri-ciri bangsa ternak/strain;

d. membedakan bentuk tubuh ternak.

2. Pengukuran Ternak, meliputi tata cara pengukuran: a. berat badan;

b. tinggi gumba; c. panjang badan; d. lingkar scrotum.

3. Pencatatan ternak, meliputi :

a. Catatan bangsa, tetua, asal usul, identitas, dan jenis kelamin ternak;

b. catatan produksi meliputi berat lahir, berat (satu, dua, tiga) bulan, berat kambing/domba, berat dewasa, pemberian susu;

c. catatan reproduksi meliputi waktu pertama kali dikawinkan, umur beranak pertama, masa laktasi (perah), waktu kering kandang, masa lepas kambing/domba;

d. catatan tentang ternak mengenai kesehatan, pemilik dll. B. Manajemen pemeliharaan ternak, meliputi ;

1. Sistem tatalaksana perkandangan antara lain :

a) macam-macam sistem perkandangan (kelebihan dan kekurangan) b) cara-cara perawatan kandang (kebersihan dan kesehatan). 2. Pakan, yang meliputi ;

a) pengolahan lahan pakan dan penyediaannya; b) tata cara pemberian pakan dan air minum; c) pengawetan HPT.

3. Kesehatan ternak, meliputi ; a. kebersihan kandang dan ternak; b. pemeriksaan kesehatan secara rutin; c. pemberian obat cacing secara rutin; d. pemberian vitamin dan mineral; e. kebersihan kandang.

4. Menentukan umur ternak, meliputi :

a. Dengan cara melihat data/catatan pada kartu ternak (Lampiran 2); b. Cara melihat dengan gigigeligi ternak/tanduk.

C. Manajemen Reproduksi ternak, meliputi : 1. Umur kambing/domba menerangkan :

a. umur berapa ternak mulai dikambing/domba;

(52)

40

b. berat badan berapa ternak dikambing/domba. 2. Umur mulai bisa dikawinkan pertama kali :

a. umur dan berat badan berapa ternak bisa dikawinkan; b. mulai kapan ternak tersebut bisa dikawinkan. 3. Masa kering kandang, meliputi :

a. kapan mulai seekor ternak mulai dikeringkan; b. tata cara kering kandang.

4. Kesehatan Reproduksi, meliputi : a. siklus dan interval berahi; b. inseminasi buatan/kawin alam; c. pemeriksaan kebuntingan; d. pemeriksaan alat reproduksi;

e. terapi secara hormonal/untuk pengobatan. D. Kapita selekta, meliputi :

1. tata cara pembuatan laporan; 2. sistem pelaporan.

(53)

41

41 Format 16. Contoh Suarat Keterangan Layak Bibit (SKLB) Kambing PE

(54)

42

(55)
(56)

Gambar

Tabel 1. Penimbangan dan Pengukuran bibit sesuai dengan SNI/PTM  dilakukan  pada umur :
Foto kamb sisi kanan
Foto kamb sisi kanan

Referensi

Dokumen terkait

PERBUATAN MELIBATKAN ANAK UNTUK MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

tertentu, maka transformasi ke domain yang lain akan mudah

Seharusnya dengan kualitas air tambak yang menunjukkan bahwa wilayah tambak di Kecamatan Brangsong berada di kelas S 1 (sangat sesuai) dan S 2 (cukup

(3) Jumlah piutang yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pokok pinjaman yang diberikan oleh

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pernikahan usia muda di tahun 2015 dengan perbandingan tahun 2011, tingginya pernikahan usia muda sebagian besar

Melalui langkah sosialisasi yang terpadu, kini masyarakat luas sudah mengenal Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta sebagai rumah rakit yang melayani pasien umum dan merupakan salah

Allah  mengawalinya dengan wanita, karena ia adalah fitnah paling besar bagi laki-laki, lalu anak-anak yang dijadikan sebagai kebanggaan, kemudian harta yang dikumpulkan serta

 perencanaan struktur abutment uktur abutment jembatan dari jembatan dari beton bertulang beton bertulang yang meliputi yang meliputi perhitungan dan perhitungan dan gambar