• Tidak ada hasil yang ditemukan

INISIASI PEMBENTUKAN UPTD AIR LIMBAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INISIASI PEMBENTUKAN UPTD AIR LIMBAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

INISIASI PEMBENTUKAN UPTD AIR LIMBAH

1. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pengelolaan sanitasi (air limbah dan persampahan) secara umum berkaitan dengan 5 (lima) aspek, yaitu: aspek pengaturan, aspek institusi, aspek teknis operasional, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta masyarakat. Aspek pengaturan berkaitan dengan dengan kebijakan dan strategi yang akan dikembangkan dalam pengelolaan sanitasi. Aspek institusi berkaitan dengan urusan kewenangan, pengorganisasian, hubungan antar lembaga, kerjasama pengelolaan, serta dengan manajemen pelayanan. Selanjutnya aspek teknis operasional berkaitan dengan perencanaan sistem, operasi dan pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi. Aspek pembiayaan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi, pelaporan dan pertanggung jawaban. Kemudian aspek peran serta masyarakat berkaitan dengan peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan sanitasi. Mengingat luasnya aspek-aspek dalam pengelolaan sanitasi, kajian ini dibatasi hanya pada aspek institusi ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang ada.

Pengembangan organisasi pengelola sanitasi (air limbah) menurut Permen PU No 16/PRT/M/2008 diarahkan pada terbentuknya unit yang mengelola prasarana dan sarana air limbah permukiman di daerah berupa Dinas, Unit Pelaksana Teknis, Badan Layanan Umum, dan Badan Usaha Milik Daerah.

Sejalan dengan adanya pengaturan tentang kerja sama antar daerah dan kerjasama pembangunan perkotaan bertetangga dalam bidang pelayanan sanitasi, organisasi pengelola sanitasi diarahkan pada pembentukan Badan Kerjasama. Dalam perkembangannya organisasi pengelola sanitasi dibeberapa kabupaten/kota telah dikembangkan dalam bentuk perusahaan daerah.

Dalam praktek, pengembangan organisasi pengelola sanitasi umumnya dimulai dengan membentuk Dinas, Unit Pelaksana Teknis Daerah, Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Perusahaan Daerah (dibawah PDAM kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi Perusahaan Daerah), sampai dengan Badan Kerjasama Daerah. Pada gambar di bawah ini ditampilkan proses perkembangan organisasi pengelola sanitasi.

Gambar 1. Perkembangan Organisasi Pengelola Sanitasi

(2)

2. DASAR HUKUM

Dasar hukum bagi pembangunan kelembagaan pengelolaan air limbah adalah:

1. Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang – Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

3. Undang – Undang No. 4 tahun 1999 tentang Perumahan dan Pemukiman 4. Undang – Undang No. 25 tahun 2000 Program Pembangunan Nasional 5. Undang – Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

6. Undang – Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 7. Undang – Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

8. Undang – Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

9. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

10.Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum.

11.Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

12. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

13. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2010 tentang tata cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 14. Peraturan Daerah No. 16 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Kudus

15. Perda No. 14 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Kudus.

16. Perda No.12 tahun 2012 tentang retribusi penyediaan dan / atau penyedotan kakus

(3)

3. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI KABUPATEN KUDUS

Berdasarkan data kepemilikan saran sanitasi dasar di Kabupaten Kudus, diperoleh data sbb :

Tabel 1. Prosentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Kudus Tahun 2012

N

O KECAMATAN PUSKESMAS

JUMLAH KELUARG

A

JAMBAN TEMPAT SAMPAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH

KELUARGA

DIPERIKSA KELUARGAMEMILIKI SEHAT KELUARGADIPERIKSA KELUARGAMEMILIKI SEHAT KELUARGADIPERIKSA KELUARGAMEMILIKI SEHAT

JML % JML % JML % JML % JML % JML % JML % JML % JML %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 1 KALIWUNGU KALIWUNGU 14,460 1,128 7.8 854 75.70 646 75.7 1,128 7.8 748 66.30 562 75.1 1,128 7.8 713 63.19 549 77.03 2 KALIWUNGU SIDOREKSO 7,303 621 8.5 528 85.10 366 69.3 621 8.5 534 86.10 393 73.6 621 8.5 449 72.39 348 77.40 3 KOTA KUDUS WERGU WETAN 8,040 796 9.9 792 99.50 677 85.5 796 9.9 696 87.50 606 87.0 796 9.9 742 93.19 666 89.80 4 KOTA KUDUS PURWOSARI 7,113 754 10.6 697 92.40 644 92.5 754 10.6 697 92.40 589 84.6 754 10.6 704 93.39 520 73.90 5 KOTA KUDUS RENDENG 7,451 723 9.7 581 80.40 567 97.5 723 9.7 663 91.70 599 90.4 723 9.7 670 92.69 523 78.10 6 JATI JATI 12,748 1,249 9.8 1,249 100.00 1,166 93.3 1,249 9.8 988 79.10 870 88.0 1,249 9.8 1,033 82.69 694 67.20 7 JATI NGEMBAL KULON 10,612 966 9.1 764 79.10 607 79.4 966 9.1 768 79.50 617 80.4 966 9.1 768 79.49 593 77.30 8 UNDAAN UNDAAN 10,541 896 8.5 622 69.40 514 82.7 896 8.5 753 84.00 623 82.8 896 8.5 638 71.19 501 78.60 9 UNDAAN NGEMPLAK 7,113 747 10.5 734 98.30 642 87.4 747 10.5 606 81.10 483 79.8 747 10.5 523 69.99 401 76.80 10 MEJOBO MEJOBO 8,266 595 7.2 513 86.20 437 85.1 595 7.2 496 83.30 391 78.8 595 7.2 451 75.79 360 79.90

11 MEJOBO JEPANG 8,557 659 7.7 525 79.7

(4)

JUMLAH KAB. KUDUS 186,818 16,744 9.0 14,073 84.05 11,552 82.1 16,744 9.0 42 13,7 82.07 11,186 81.4 16,744 9.0 13,315 79.52 10,273 77.15

(5)

Dari tabel terlihat bahwa dari 186.818 keluarga di Kabupaten Kudus, sebanyak 16.744 keluarga telah dilakukan pengecekan kepemilikan sarana sanitasi dasar, dimana untuk kepemilikan jamban sehat (menggunakan tangki septik) sejumlah 11.552 keluarga atau sejumlah 68,99 % dari seluruh sampling keluarga. Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 5 orang, maka jumlah jiwa yang telah memanfaatkan jamban dengan tangki septik adalah sebanyak 57.760 jiwa.

Sarana dan prasarana pengelolaan limbah rumah tangga komunal di Kabupaten Kudus yang terbangun sampai dengan tahun 2012 sebanyak 22 unit, terdiri dari 15 unit dari program USRI dan 7 unit dari program SLBM. Dengan perkiraan setiap MCK Komunal dapat melayani rata-rata sebanyak 170 jiwa, maka dari unit-unit yang terbangun tersebut telah menambah cakupan layanan sebanyak 3.740 jiwa.

Untuk melihat jumlah pelayanan limbah permukiman yang telah tercapai dengan membandingkan jumlah penduduk Kabupaten Kudus tahun 2011 sebanyak 743.291 jiwa dengan jumlah pelayanan eksisting, baik dibidang pelayana individu maupun komunal. Dengan melihat data tersebut diatas, pelayanan limbah permukiman individu adalah sebesar 7,77% dan pelayanan limbah permukiman komunal sebesar 0,5%.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2010 tentang Standart Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dijelaskan bahwa SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) sektor Air limbah permukiman :

a) Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai sebesar 60% di tahun 2014.

b) Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota sebesar 5% di tahun 2014.

4. KELEMBAGAAN PENGELOLA SANITASI

Peraturan Pemerintah (PP) No. 38/2007 tentang pembagian tanggung jawab antara tiga tingkat pemerintahan (pusat, provinsi dan kota/kabupaten) menyatakan bahwa pemerintah didasarkan pada dua prinsip kewenangan – kewenangan wajib dan pilihan (Bagian 7, Sub Bagian 2 dan 3). Prosedur untuk menerapkan kedua prinsip ini ditetapkan dalam PP No. 41/2007 pada organisasi pemerintah.

Organisasi pemerintah Kabupaten Kudus ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus. Disebutkan bahwa Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang cipta karya dan tata ruang berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang cipta karya dan tata ruang;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang cipta karya dan tata ruang;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang cipta karya dan tata ruang;

(6)

d. Pelaksanaan tugas di bidang perumahan, permukiman, tata bangunan dan lingkungan, pemanfaatan dan pengendalian ruang, kebersihan, pertamanan, dan pertanahan;

e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang cipta karya dan tata ruang; f. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang menyebutkan bahwa Pemerintah daerah kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sesuai dengan SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagaimana dimaksud berkaitan dengan pelayanan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, meliputi jenis pelayanan Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) :

1. Air limbah permukiman

a. Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai. b. Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota. 2. Pengelolaan sampah

a. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan. b. Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan. 3. Drainase

Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun.

Dari beberapa penjelasan diatas, pelayanan air limbah permukiman

(domestik) merupakan kewenangan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, akan tetapi pada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus belum

ada seksi khusus yang menangani pengelolaan air limbah.

5. IPLT DI KABUPATEN KUDUS

Profil IPLT di Kabupaten Kudus adalah sebagai berikut :

Lokasi : TPA Tanjungrejo

Kapasitas : 12 M3/Hari (rata – rata penggunaan 3 M3/hari)

Luas area : 6.750 m2

Dibangun : Tahun 1996 dan direnovasi tahun 2011

melalui dana dari Provinsi Jateng

Kondisi : Beroperasi

Adapun permasalahan yang saat ini dihadapi dalam pengelolaan IPLT adalah :

a. Belum tersedia dana pemeliharaan dan operasiolan IPLT

b. Belum ada tenaga khusus pengelola IPLT, saat ini pengelolaan IPLT terikat dengan TPA

c. Belum ada rumah pompa dan instalasi listrik di IPLT

(7)

Pengolahan lumpur tinja yang digunakan pada IPLT menggunakan pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada didalamnya. Oleh karena sifatnya sebagai makhluk hidup, maka pengolahan limbah dengan mikroba memerlukan kehati-hatian terkait dengan kualitas influent yang masuk karena akan mempengaruhi kinerja mikroba.

A. Fasilitas Utama dan Fasilitas Penunjang

Fasilitas Utama meliputi : 1. Bak Pengumpul

2. Bak Anaerob yang terdiri dari 2 seri 3. Bak Fakultatif pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.

Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut :

a. Setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan

b. Air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja c. Tersedia influen air Iimbah

b. Tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai

c. Telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran d. Ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang

e. Tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja.

Dari ketentuan tersebut diatas perlu adanya lembaga khusus yang mengelola dan sebagai operator IPLT sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuannya sebagai prasarana penanganan limbah domestik khususnya di permukiman.

(8)

A. Tugas dan Fungsi Lembaga Pengelola

1. Mengoperasikan layanan truk vakum desludging / penyedotan tinja dan pengangkutan lumpur ke IPLT.

2. Memulai pencatatan dan pemeriksaan di tempat unit pengolah lumpur tinja,

3. Melakukan kontrak kerjasama dengan operator penyedotan tinja swasta

4. Memberikan bimbingan kepada masyarakat dan sektor swasta dalam memanajemen limbah rumah tangga

5. Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal 6. Pengecekan berkala fasilitas sanitasi komunal

B. Kebutuhan tenaga kerja :

Administrasi kepegawaian dan pengelola barang

PERKIRAAN BIAYA OPERASI DAN PEMELIHARAAN IPLT

NO. URAIAN KEGIATAN SATUAN VOLUME SATUANHARGA JUMLAH HARGA PER BULAN PER TAHUN

A. O & P pengolahan

1 Kegiatan Rutin Berkala Perbaikan Perpipaan tahun 1 12.000.000 1.000.000 12.000.000

2 Kegiatan Rutin Berkala Perbaikan Mesin dan Pompa

tahun 1 12.000.000 1.000.000 12.000.000

(9)

NO

. URAIAN KEGIATAN SATUAN VOLUME SATUANHARGA

JUMLAH HARGA

PER BULAN TAHUNPER

3 Kegiatan Belanja Bahan Bakar 10 l/hari liter 3000 4.500 13.500.000 162.000.000

4 Pemantauan kualitas pengolahan IPLT 2 kali/minggu

kali 8 100.000 800.000 9.600.000

JUMLAH A 16.300.000 195.600.000

B. Biaya pengoperasianuntuk satu truk vakum

1

2 Untuk minyak pelumas (asumsi 10% dari bahan bakar )

4 Biaya penggantian suku cadang (asumsi 15% dari bahan bakar)

LS 1 540.000 540.000 6.480.000

5 Biaya perpanjangan STNK dan KIR LS 1 1.500.000 1.500.000

JUMLAH B 5.040.000 61.980.000

C. Gaji Pegawai

1 Kepala instalasi org/bln 1 1.500.000 1.500.000 18.000.000 2 Tenaga keuangan org/bln 1 1.200.000 1.200.000 14.400.000 3 Tenaga laboratorium org/bln 1 1.200.000 1.200.000 14.400.000 4 Tenaga supervisi org/bln 1 1.200.000 1.200.000 14.400.000 5 Tenaga mekanik org/bln 1 1.200.000 1.200.000 14.400.000 6 Tenaga administrasi org/bln 1 1.200.000 1.200.000 14.400.000 7 Tenaga pembelian org/bln 1 1.000.000 1.000.000 12.000.000 8 Supir truk org/bln 1 800.000 800.000 9.600.000 9 Tenaga kebersihan org/bln 1 850.000 850.000 10.200.000 10 Tenaga keamanan org/bln 1 850.000 850.000 10.200.000

JUMLAH C 11.000.000 132.000.000

D. Biaya Administrasi danUmum

1 ATK LS 1 2.000.000 2.000.000 24.000.000 2 Listrik Bln 1 2.000.000 2.000.000 24.000.000

JUMLAH D 4.000.000 48.000.000

JUMLAH (A + B + C + D) 36.340.000 437.580.000

7. PILIHAN OPERATOR PENGELOLA IPLT

(10)

Ada beberapa pilihan institusional yang tersedia untuk mengatur jasa pelayanan tersebut. Dalam rangka pelayanan menyangkut pengelolaan dan pengaturan otonomi keuangan, antara lain:

a. Penguatan Lembaga (Dinas) – Sebuah dinas memiliki anggaran sendiri, tetapi setiap pendapatan dilewatkan ke kas pemerintah daerah. Operasional pemerintah daerah yang paling teknis, baik yang menghasilkan pendapatan ataupun tidak dikelola oleh dinas;

(+) Tidak diperlukan membentuk lembaga baru

(- ) Kurang optimal dalam pendanaan dan pengelolaan

b. UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) - UPTD adalah sub-unit dari dinas, didirikan untuk melakukan teknis operasional di wilayah fungsional atau geografis tertentu;

UPTD Air Limbah : UPTD yang berfungsi mengelola IPLT dan Pendampingan manajemen MCK Plus dan fasilitas Sanitasi Komunal (+) Lebih optimal dalam pendanaan dan pengelolaan

(- ) diperlukan membentuk lembaga baru dan regulasi

8. ASPEK PEMBIAYAAN

Bidang penanganan IPLT merupakan salah satu penanganan sarana umum yang termasuk ‘cost recovery’ yang diperoleh melalui retribusi. Penentuan besarnya retribusi mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau Penyedotan Kakus.

Perhitungan biaya operasi dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan alat pengangkutan lumpur dan alat pengolah lumpur tinja. Dengan memperhatikan unsur biaya operasi dan pemeliharaan, yaitu volume dan harga satuan dasar maka dapat dilakukan penyusunan anggaran biaya operasi dan pemeliharaan.

Hal-hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan aspek finansial IPLT adalah sebagai berikut :

a. Kajian terhadap tarif retribusi yang tidak memberatkan masyarakat dan mampu menutup biaya operasional

b. Alokasi dana untuk rehabilitasi

c. Penetapan dana wajib untuk kebutuhan operasional dan pemeliharaan IPLT pada APBD Kabupaten

Sedangkan beberapa opsi sumber pendanaan untuk OP IPLT adalah sebagai berikut :

a. Jasa Layanan Sedot Tinja b. Jasa pengelolaan IPLT

c. Dana PSO dari Pemkab, PemProv, PemPusat

(11)

9. ASPEK REGULASI

Dalam rangka menunjang operasional IPLT maka diperlukan peraturan yang menunjang antara lain :

a. Penerapan tarif retribusi sedot WC dan pengelolaan lumpur, tertuang dalam Perda No.12 tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan / atau Penyedotan Kakus

b. Penetapan bentuk lembaga pengelola IPLT dengan Peraturan Bupati c. Membuat peraturan yang mengatur tentang penanganan dan pengelolaan

lumpur tinja (Perda Air Limbah)

(12)

KAJIAN INISIASI

PEMBENTUKAN UPTD

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

KABUPATEN KUDUS

Disusun oleh :

Pokja Sanitasi Kabupaten Kudus

Bekerja sama dengan IUWASH

TAHUN 2013

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Organisasi Pengelola Sanitasi
Tabel 1. Prosentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Kudus Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dibangunnya Sirkuit nya Medan International Circuit sebagai pusat aktivitas olahraga otomotif di Indonesia, diharapkan Indonesia dapat menjadi tuan rumah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis. Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana

Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata Indeks Williamson Antar Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2015. Kabupaten/Kota Kabupaten

KETUA PROGRAM STUDI.. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI UBIKAYU DI JAWA TIMUR TAHUN 1986 - 1999.. DIAJUKAN OLEH: ANANG

Resistensi yang ingin disampaikan oleh fokalisator adalah visi Mabel dalam mengusahakan kaum perempuan untuk tidak lagi bodoh dan bisa mencari jalan keluar dari

Ranai, 17 September 2012 Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Natuna. Tahun

Sekarang ini penggunaan computer sudah berkembang sangat pesat sehingga membuat setiap orang merasa wajib untuk mengetahui dan menggunakan jasa komputer dalam tiap pekerjaan

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan dapat kembali rebound mengikuti positifnya burs Wallstreet tadi malam, investor diperkirakan akan kembali masuk pada