• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVOLUSI DALAM REVOLUSI DI KESULTANAN SE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVOLUSI DALAM REVOLUSI DI KESULTANAN SE"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

REVOLUSI DALAM REVOLUSI

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

▸ Baca selengkapnya: contoh kliping pahlawan revolusi

(2)

Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.

Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Evolusi dan Kelahiran Kesultanan Serdang

Evolusi dan Kelahiran Kesultanan Serdang

Berdirinya kerajaan Serdang diawali dari perang suksesi dalam perebutan tahta di Deli disekitar tahun 1820. Perang suksesi ini merupakan sebagai embrio terbentuknya bangsawan Melayu Serdang sekaligus telah mewujudkan kerajaan Serdang. Namun kerajaan yang didirikan oleh permaisuri Tengku Puan Sampali bersama putranya Tengku Umar Johan Pahlawan Alamsyah dan adiknya Tengku Tarwar serta mendapat bantuan dari Datuk Sunggal dan Datuk Tanjung Morawa marga Saragih Dasalah itu bukanlah merupakan tujuan semata – mata , melainkan hanyalah alat untuk mencapai cita – cita bangsa dan tujuan negara yakni membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan raja adil raja disembah raja zalim raja disanggah.

Kerajaan Serdang merupakan perkawinan antara kerajaan Perbaungan asal Minangkabau, Denai, Lubuk Pakam, Batang Kuis, Percut Sei Tuan sampai Selatan, sampai kebatas Sungai Ular melalui Namu Rambe dari Hulu sampai ke pantai Selat Malaka.

(3)

2. Puncak perjuangan Tengku Umar Johan Perkasa Alamsyah untuk memperebutkan tahta kerajaan Deli namun gagal;

3. Titik tolak untuk membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan raja adil raja disembah raja jalim raja disanggah.

Semenjak suksesi 1720 itu sejarah bangsa Melayu Serdang merupakan daripada suatu bangsa yang merdeka dan bernegara ; sejarah bangsa Melayu Serdang yang menyusun pemerintahannya.

Budaya Politik Tradisional Melayu Serdang

Jati diri Melayu umumnya mengajarkan kepada orang–orang Melayu akan adanya siklus antara daulat dan derhaka. Secara simbolik jati diri ini diaktualisasikan dalam tiga unsur mendasar yaitu Raja/Sultan, para pembesar dari berbagai hirarki, dan rakyat yang menjadi wadah untuk menjunjung kedua unsur terdahulu. Ketiga unsur ini bertalian erat diantara satu dengan lainnya. Bangsawan Serdang merupakan bagian dari bangsawan Melayu. Seseorang disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu sehari–harinya dan beristiadat Melayu. Dalam adat Melayu terdapat satu ungkapapan yang dipedomani. Ungkapan ini; “adat bersendi hukum syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Jadi orang Melayu itu adalah etnis secara kultural ( budaya ) dan tidak mesti secara genologis ( persamaandarahturunan ). Dalam hukum kekeluargaan orang Melayu menganut sistem “parental” ( kedudukan pihak ibu dan pihak bapak sama ). Pada awalnya ketika agama Islam mulai dikembangkan oleh orang Melayu ( pedagang ) ke seantero Nusantara; pengertian Melayu merupakan pengertian suatu wadah orang Islam dalam menghadapi golongan non–Islam.

(4)

untuk membuat mereka melakukan tindakan–tindakan yang kita kehendaki. Kekuasaan pada dirinya sendiri adalah sesuatu yang abstrak yang hanya menjadi kongkret dalam sebab–sebab dan akibatnya. Kekuasaan terdiri dalam hubungan tertentu antara orang–orang ataupun kelompok orang dimana salah satu pihak dapat memenangkan kehendaknya terhadap yang satunya. Kekuasaan muncul dalam bentuk yang beraneka ragam misalnya sebagai kekuasaan orang tua, karismatik, politik, fisik, finansial, inteletual, dan tergantung dari dasar empirisnya.

Dalam paham Melayu kekuasaan adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Sistem kerajaan–kerajaan Melayu yang tumbuh di Sumatera Timur dan ada sejak kerajaan Haru di Deli lenyap karena serangan Aceh pada 1539 M merupakan bersifat kerajaan Islam Mazhab Syafii yang mengutamakan mufakat ( konsensus ) dalam pemerintahan sehari–hari diantara Raja/Sultan yang dianggap sebagai

“zilullah fi’l alam” bayang–bayang Tuhan diatas dunia atau “kalifatullah fi’l

ard” wakil Tuhan di dunia dengan rakyat diwakili oleh para “Orang Besar” telah diciptakan ketika terjadi “kontrak sosial” antara sang sapurba dengan demang lebar daun di Bukit Seguntang Maha Meru seperti yang diceritakan oleh sejarah Melayu. Dalam “kontrak sosial” ini Raja/Sultan ( penguasa ) tidak boleh menghina dan memperkosa hak rakyat. Raja tidak akan membuat keputusan tanpa mufakat dan persetujuan segenap Orang Besar. Taatnya orang Melayu kepada Raja/Sultan yang dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia/kepala pemerintahan Islam/kepala adat sejak dahulu sebelumnya terungkap dalam pepatah “ada raja adat berdiri, tiada raja adat mati”. Oleh sebab itu Raja/Sultan mempunyai

(5)

merusak keseimbangan kosmos di alam tindakan mana disebut “Durhaka”, yang hukumnya sangat berat sampai melibatkan keluarga dan harta benda pendurhaka itu. Oleh sebab itu dapatlah kita lihat didalam sejarah kerajaan–kerajaan Melayu sebelum penjajahan Barat untuk melenyapkan ketidakadilan rakyat memakai tiga cara :

1. Cara pertama : Memprotes sesuai pepatah “Raja adil Raja disembah, Raja zalim Raja disanggah”. Pepatah ini memperlihatkan bahwa hak azasi manusia sudah lama dipraktekan pada orang Melayu dibandingkan orang diluar Melayu;

2. Cara kedua; sering kita lihat dengan meracuni raja itu hingga tewas; 3. Cara ketiga; rakyat yang merasa ditekan lalu berangkat pindah dengan

keluarganya ke kerajaan lain sehingga daulat raja itu jadi berkurang. Dalam hikayat Melayu sering hal itu dilukiskan dengan “negeri itu menjadi lengang ibarat disambar garuda”. Dengan banyak keluar rakayatnya maka raja yang zalim itu hilanglah pamornya ( daulatnya ) dan turunlah derarajat kerajaannya menjadi miskin.

(6)

pemimpin sebuah masyarakat yang besar dalam tradisi kemepimpinan Melayu– Islam ia perlu diakui sebagai khalifah di dunia.

Apabila merujuk kepada tradisi pribumi; rakyat suatu kerajaan atau suatu kesultanan dianggap sebagai tanah. Hanya unsur tanah saja yang boleh menumbuhkan pohon. Dan apabila mengambil contoh tradisi kepemimpinan Parsi, raja diibaratkan pohon dan rakyatnya diumpamakan sebagai akarnya. Hanya apakah ada akar barulah pohonnya boleh tumbuh dan berkembang. Tanah yang segar, akar yang kuat tentu dapat menghasilkan pohon yang subur dan baik. Perantaraan diantara raja atau sultan dengan rakyatnya adalah pembesar. Para pembesar dari pelbagai hirarki melaksakan fungsi–fungsi fiskal dalam melangsungkan kewibawaan dan berkuasanya seorang raja atau sultan terhadap seluruh rakyatnya. Tidak mungkin kesemua tanggungjawab itu dilakukan oleh raja atau sultan. Maka memang sangat diperlukanlah hal-hal yang bersifat kompleks itu dibagi–bagikan ( pembagian kekuasaan ) kepada para pembesar tersebut.

(7)

maka wujud dari kerajaan itu berwujud kesultanan. Instutusi inilah yang menjadi tonggak dari penggagasan, penumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan daripada suatu kerajaan dan warisan–warisan Melayu berikutnya. Begitu penting institusi ini dalam menyumbang untuk mewujudkan sebuah kerajaan sehingga diungkapkan secara falsafah dalam budaya politik Melayu “…negeri ( kerajaan ) kalah , apabila rajanya mati”.

(8)
(9)

kekuatan-kekuatan selain kekuatan pusat ( basis kekuasaan ) termasuk kekuatan-kekuatan alam masih bisa bergerak. Oleh karena itu kekuatan-kekuatan raja atau sultan terbukti dari akan adanya keteraturan dan kesuburan alam serta masyarakat. Jadi apabila semuanya tentram, bila tanah memberi panen yang berlimpah-limpah, bila setiap penduduk dapat makan dan berpakaian secukupnya dan semua orang merasa puas inilah yang dikatakan bahwa raja atau sultan masih memiliki kosmis yang direalisasikan sebagai keadaan yang “…negeri ( kerajaan ) apabila rajanya mati”.Apabila kosmis itu tidak dimiliki lagi oleh raja atau sultan tersebut maka akan terjadinya kekacauan, kritikan-kritikan, dan perlawanan–perlawanan. Apabila tidak ada lagi terdapat pusat-pusat kekuasaan yang belum tergantung daripadanya atau memberontak terhadap pemerintahan pusat dan apabila terjadi segala macam ganguan terhadap ketentraman serta keselarasan dalam wilayah kekuasaanya tersebut.

(10)

Pembesar dan para menteri yang menjalankan tugasnya dan menjunjung tinggi perintah raja/sultan dengan setianya. Filsuf mengungkapkan “bahwa kerja/titah raja dijunjung, kerja sendiri terabaikan, ini adalah idealismenya.

Orang kebanyakan baik yang berada di tanah Melayu sendiri ataupun kawasan–kawasan yang menjadi taklukan Melayu menjadi rakyat kebawah Duli Yang Maha Mulia. Secara idealnya mereka melindungi sebaliknya mereka adalah penegak daulat raja. Interaksi mereka dengan raja adalah renggang tetapi untuk menyeimbangi kereanggangan tersebut dibarengi dengan kepercayaan dan pendukungan terhadap daulat secara spiritual, peranan, dan fungsi pembesar ke atas mereka.

Hadirnya kerjasama , saling topang – menopang , dan dukung–mendukung secara langsung maupun secara tidak langsung diantara ketiga unsur ( raja/sultan, pembesar, dan rakayat ) ini. Dengan fenomena ini akan terbentuk suatu konsensus masyarakat yang diaktualisasikan kepada pegangan dan kepatuahan kepada wadah ( kontrak sosial ) “sang spurba taram seri tri buana ( pihak yang diperintah )” dengan “demang selebar daun ( pihak yang diperintah )”. Ini merupakan suatu tradisi turun–temurun dalam politik Melayu.

(11)

oleh pendahulu–pendahulu terdahulu secara turun–temurun mengenai asal usul dari raja/sultan tersebut.

(12)

ekspor budak–budak ( biasanya orang–orang kafir ) yang dijual oleh pedagang Cina ke Malaya didaerah pertambangan timah dan perak di Perak dan Selangor. Didaerah–daerah yang ditaklukkannya raja–raja itu pada umumnya tidak pernah meninggalkan pasukan tetap tetapi mengambil salah seorang anak raja yang dikalahkannya atau pengganti raja untuk dididik di istananya. Sering pula raja penakluk itu menunggu datangnya utusan–utusan pemberian upeti ( Bunga Emas dan menerima pendapatan hasil cukai dari raja– raja taklukkan. Intervensi di daerah–daerah jajahan dalam bidang pemerintahan hampir tidak ada. Mengenai biaya untuk pemerintahan ditanggung bersama–sama oleh kepala daerah–daerah taklukkan , dan biaya–biaya untuk peperangan biasanya ditanggung sebagian oleh mereka.

Orang Besar kerajaan atau Rijsgroten adalah dimaksudkan sebagai para fungsionaris yang menjadi kepala–kepala daerah di daerah–daerah yang menjadi bagian dari daerah suatu kerajaan tersebut atau juga mereka berfungsi sebagai kepala daerah didaerah Sultan ( reechtstreek Sulthansgebied ). Bahwa susunan dewan kerajaan Serdang umumnya hampir sama dengan negeri Melayu lainnya yang ada di Sumatera Timur yang didapat dari pengaruh kerajaan Melayu Melaka dan Johor–Riau serta Siak.

(13)

perkara yang dianggap tidak penting; kepala peradilan mengenai keturunan– keturunan raja atau orang – orang besar ; dan kepala peradilan mengenai penghuni–penghuni istana atau keraton. Dialah Menteri Tunggal yang sangat berkuasa dan merupakan kepala pemerintahan sehari–hari. Dibawhnya ada Tumenggung yang berfungsi sebagai jaksa merangkap kepala kepolisian. Selanjutnya Laksamana yang berfungsi sebagai panglima angkatan laut dan merngkap panglima angkatan perang. Hulubalang merupakan panglima perang yang ditugaskan sebagai panglima perang angkatan darat. Syahbandar fungsinya sebagai mengurus cukai dipelabuhan, mengurus imigrasi, dan untuk urusan perdagangan. Betara kanan adalah merupakan ajudan Raja/Sultan. Betara Kiri merupakan sebagai penghulu istana dan penghulu bangsawan ( Kepala rumah tangga istana ) yang sering juga disebut sebagai Betara Dalam dan Betara Luar.

Adapun asal kata Wazir di Serdang dan Bendahara dilain negeri Melayu itu ialah karena ia merupakan sebagai tempat pembendaharaan segala rahasia raja dan memberikan kebajikan atas bumi yang dilingkari raja itu ( asal kata Mangkubumi ). Mereka – mereka itu dibawah pimpinan Menteri Utama ( Wazir ) yang mengurus jalannya pemerintahan sehari – hari dalam negara. Disamping itu ada lagi Dewan Menteri yang terdiri dari Orang Besar Berempat yang merupakan

(14)

Paduka Raja. Mereka inilah yang membantu raja dalam penentuan pengganti raja–raja dan penambalan raja–raja baru, membuat perjanjian, menentukan keadaan perang, dan lain–lain hal yang dianggap penting.

Sewaktu kerajaan Serdang masih kecil dan mulai berkembang dari Sampali ke Sungai Serdang, keempat Wazir ini belum mempunyai daerah sendiri. Fungsi Wazir ini sebagai kawan Raja dalam musyawarah untuk hubungan – hubungan politik.

Bangsawan Serdang Dalam Jaman Kekuasaan

Asing ( 1863 – 1945 )

(15)

mereka lebih banyak menyekolahkan anaknya kesekolah Belanda bahkan perguruan tinggi di negeri Belanda atau Betawi. Juga di dalam partai atau organisasi “pergerakan nasional” mereka dominan dan aktif. Rasa terancam karena ketidakberdayaan terhadap tekanan pemerintahan Hindia Belanda maupun karena merasa terdesak oleh “orang pendatang”; sejumlah tokoh dibeberapa kerajaan Melayu menganggap perlu membentuk persatuan dan menegakan jati diri Melayu ( Islam mazhab Syafii, budaya dan adat serta bahasa Melayu ) melalui pendidikan dan organisasi seperti itu di Serdang maka terbentuklah Bangsawan Sepakat ( 1923 ) Syairus Sulaiman; persatuan raja–raja Melayu seperti Syirkatul Muluk ( 20 September 1932 ), dan Persatuan Sumatera Timur ( 1941 ). Tetapi kecurigaan akibat taktik pecah belah kaum penjajah, organisasi itu tidak banyak artinya dalam mempertahankan hegemoni penduduk asli Melayu. Bahkan karena perjuangan mempertahankan hak adat tanah jaluran di areal perkebunan tembakau, pihak kerajaan Melayu mendapat tekanan tiap tahun dari pihak perkebunan asing dan pemerintah Hindia Belanda.

Sejak permulaan priode ini birokrasi Belanda terus–menerus berusaha secara berangsur–angsur menggugah raja/sultan yang berada dibawah “politik kontrak” itu kejurusan situasi yang “normal”, dengan menurunkan penghasilan dan kekuasaan otonominya ketingkat raja–raja yang berstatus Korte Verklaring.

(16)

karena itu menerima penghormatan yang tertinggi dan pendapatan yang besar, tetapi meskipun demikian tugasnya akan jadi senang saja. Tugas pemerintahan yang sebenarnya terletak pada Raja Muda yang kadang–kadang kekuasaannya sering menyamai Sultan dan kadang–kadang melampaui kekuasaan Sultan.

(17)
(18)

Pernyataan seperti ini memang kiranya agak menyesatkan. Namun benar bahwa tidak semua bangsawan yang berlatarbelakang bangsawan kerjanya hanya menghambur–hamburkan uang mengikuti nafsu kemewahan hidupnya yang berlebih–lebihan. Tidak halnya dengan Sultan Sulaiaman yang dengan uang pribadinya sendiri dan dari kas kerajaan membuka Serdang Kanaal, melempangkan sungai Serdang untuk mengeringkan air bah dan rawa–rawa. Tujuan pembangunan ini tidak lain diperuntukan untuk mengairi sawah rakyat seluas 2000 Ha yang tidak lain untuk mensejahterakan rakyat petani.

Setelah masuknya Jepang, pemerintahan militer Jepang merupakan penguasa tertinggi atas negara ini. Pmerintahan militer Jepang telah mendomonasi negara atas rakyat Indonesia khususnya di kerajaan Serdang. Gambaran ini merupakan ciri utama dari sistem pemerintahan militer yang di terapkan Jepang. Kemampuan ekonomi dan militer negara sangat besar; kekuasaan negara dilaksanakan melalui patronanse dan penindasan. Berdiri di atas kaki sendiri dijadikan modal untuk membangun apa yang disebut perang Asia Timur Raya. Pengawasan negara atas rakyat dapat berjalan secara efektif; hal ini dapat terlihat dari campur tangannya pemerintahan militer Jepang atas seluruh wilayah kehidupan rakyat. Aristokrat diangkat sebagai klien negara dalam tingkat regional yang mengontrol dan memantau hampir seluruh kegiatan dari rakyat Serdang. Surat rekomendasi dari berbagai kantor militer dan sipil diperlukan penduduk yang akan melamar pekerjaan, memasuki pendidikan tinggi, pindahan, menikah, dan lain–lainnya. Struktur rezim Jepang dengan pengawasan militer pada tingkat nasional, regional, dan lokal serta lembaga kecamatannya yang sangat kuat.

(19)

yang dapat dibeli kesetiaannya untuk tidak berperan sebagai oposisi bagi pemerintahan militer Jepang ; misalnya pemerintah memberikan jabatan atau kedudukan untuk menetralisirkan ( setidak – tidaknya tidak menentang atas kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh negara atau bila perlu mau bergabung dengan pemerintah untuk bekerja sama ) ; disamping itu juga pemerintah dalam membeli kesetiaan para pembangkang potensial dari golongan agama dan golongan intelektual , pemerintah menggunakan cara untuk mengambil hati dari pemimipin – pemimpinya ; seperti dengan membangunkan rumah – rumah ibadah dan kebebasan – kebebasn dalam mengeluarkan ide bagi pemimpin – pemimpin intelektual.

Rezim pemerintahan militer Jepang telah menetapkan sebuah sistem korporatis yang disambungkan dengan wahana bela negara. Kelompok–kelompok kepentingan korporatis yang itu bersatu dibawah jaringan PETA; seperti Persatoean Oelama Soematera Timoer dijadikan sebagai satu–satunya instituisi keulamaan umat Islam; Persatoean Oelama Kerajaan–Kerajaan Soematera Timoer, dijadikan sebagai satu–satunya institusi dari bangsawan Melayu, HEIHO

merupakan organisasi dalam ketentaraan yang dibentuk oleh Jepang karena Jepang kekurangan prajurit dalam angkatan perangnya. GYUGUN ( Tentara Pembela Tanah Air ), organisasi ini yang akhirnya merupakan sebagai inti dari TNI sekarang.

Tingkat urbanisasi dan industrialisasi perang ditambah lagi dengan isolasi dari pihak Sekutu maka di kerajaan Serdang terjadinya multi krisis yang pada akhir–akhir dari kekalahan Jepang di tahun 1945 merupakan petunjuk bahwa kelas menengah dan pekerja masih cukup kecil untuk mengerti akan arti kemerdekaan bangsa. Ini menjadi masalah sebab sejarah membuktikan bahwa kelas rakyat biasa dan unsur–unsur dari golongan kirilah yang paling mendukung untuk kemerdekaan bangsa dan berdirinya negara Indonesia.

(20)

merupakan hasil pembangunan militerlisme yang berlangsung selama masa pendudukan Jepang di kerajaan Serdang tersebut. Kerajaan Serdang telah mengalami periode panjang dari pertumbuhan ekonominya dibandingkan negara – negara tetangganya yang ada di Sumatera Timur tersebut dengan kemungkinan pertumbuhan pertaniannya yang mampu menjadi lumbung padi semasa pendudukan Jepang di Sumatera Timur. Pembangunan industri militer ini menciptakan kelas sosial baru yang bisa jadi menuntut janji–janji kemerdekaan. Di satu sisi dinyatakan bahwa performasi militer yang berkembang akan menciptakan tuntutan terhadap partisipasi politik dari kelas menengah yang sedang tumbuh. Di sisi lain; pembangunan militerlistik yang terjadi di kerajaan Serdang mengantarkan negara pada standar persiapan menuju revolusi yang baik bagi kebanyakkan orang tetapi juga pada kesenjangan yang lebih besar antara kelas atas dan menengah kaya yang jumlahnya terus bertambah dengan golongan miskin; ini jugalah yang merangsang terjadinya gerakan oposisi yang tidak kalah dari kelas menengah yang sedang tumbuh tersebut.

(21)

dalam menciptakan berbagai organisasi militer dan kuasi–[ sic ] militer di negara ini selama peralihan pemerintahan.

Revolusi di Indonesia ( 1945–1950 ) menyisakan banyak masalah diseluruh daerah–daerah yang termasuk dalam wilayah Hindia Belanda yang akhirnya menjadi Indonesia. Misalnya Sumatera Timur yang wilayahnya ikut serta terimbas dalam prahara revolusi; revolusi Indonesia khususnya di kerajaan Serdang.

Pekik merdeka yang merabah ke kerajaan Serdang megelombang mewarnai saat – saat akhir dari kejatuhan rezim pemerintahan militer Jepang tanpaknya membawa petunjuk bahwa masa yang akan datang kerajaan Serdang akan mengalami transformasi yang sifatnya mendasar. Gejala–gejala yang terjadi menyertai gelombang kemerdekaan membawa tanda–tanda terjadinya perubahan– perubahan kualitatif maupun stuktural dalam perkembangan sejarah di kerajaan Serdang. Motivasi dominasi disertai dengan penindasan yang makin menyatu dengan politik dan kekerasan terhadap rakyat merupakan arus utama yang amat kuat mewarnai perubahan–perubahan diakhir rezim pemerintahan militer Jepang. Dalam konteks seperti itu mempercepat terjadinya revolusi di kerajaan Serdang itu sendiri yang merupakan sebagai bagian dari gelombang sejarah revolusi Indonesia pada umumnya dan sejarah di kerajaan Serdang pada khususnya.

Lahirnya Revolusi Indonesia Tahun 1945

(22)

menyerah, Sjarir mendesak Hatta agar bersama Soekarno, dia segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dan menyakinkan bahwa Hatta boleh mengharapkan dukungan dari para gerilyawan dan banyak unit PETA. Takkala Soekarno dan Hatta baru pulang dari Dalat pada tanggal 14 Agustus 1945, Sjarir memberitahukan mereka bahwa Jepang sudah minta diadakan gencatan senjata dan sekali lagi berusaha mendesak memproklamirkan kemerdekaan. Soekarno dan Hatta belum begitu yakin bahwa Jepang telah menyerah , merasa bahwa para gerilyawan belum lagi mampu menghimpun kekuatan untuk mengalahkan Jepang dan khawatir bila hal ini mengakibatkan pertumpahan darah yang sia – sia.

Namun demikian, Sjarir yang percaya bahwa Soekarno bersedia memproklamirkan kemerdekaan dengan deklarasi kemerdekaan berisikan kata– kata sangat anti–Jepang yang telah disiapkan Sjarir dan kawan – kawannya, segera mengorganisir para gerilyawan dan pelajar Jakarta untuk mengadakan demostrasi umum dan kerusuhan – kerusuhan militer. Tembusan dan deklarasi kemerdekaan mereka yang anti – Jepang itu sudah dikirim ke semua pelosok pulau Jawa untuk segera diterbitkan begitu Soekarno memproklamirkan kemerdekaan yang diharapkan bakal terlaksana pada tanggal 15 Agustus 1945. Setelah persiapan – persiapan mulai dilakukan , menjadi jelas bahwa Soekarno dan Hatta tidak bersedia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945. Sjarir tidak dapat menghubungi semua pemimpin organisasinya pada waktu yang tepat untuk memberitahukan pembatalan ini. Revolusi satu – satunya telah meletus di Cirebon pada tanggal 15 Agustus 1945 dibawah Dr. Sudarsono , tetapi segera dipadamkan.

(23)

menggerakan pemberontakan rakyat. Lebih – lebih lagi keduanya merasa bahwa setiap deklarasi harus benar – benar meliputi seluruh penduduk Indonesia , karena itu harus dilaksanakan lewat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mewakili seluruh rakyat Indonesia. Menurut mereka dengan cara itu seluruh rakyat Indonesia akan bangkit bersama – sama menegaskan kemerdekaan , dan akan lebih banyak kesempatan menggerakan penduduk secara berhasil melawan Jepang. Suatu rapat panitia tersebut direncanakan akan diadakan pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi dan kemudian mereka mengusulkan untuk memproklamirkan kemerdekaan.

Mr. Teuku Moh. Hasan dan Dr. Amir mengikuti acara proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Mereka diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Sumatera dan Menteri Negara tanpa porto polio. Keduanya tiba di Medan pada tanggal 28 Agustus 1945 dengan letih dan lesu. Dr. Amir yang menjadi dokter kerajaan Langkat kembali ke Tanjung Pura tempat tinggal isterinya seorang wanita Belanda ; sementara Mr. Teuku Moh. Hasan hanya berdiam diri di Medan. Ketika Xarim M.S , yang berpengaruh di kalangan pemuda mengetahui dari dokter A.K Gani di Palembang tentang proklamasi itu ia dapat mendesak para pemuda , sehingga Letnan Gyugun Ahmad Tahir berhasil mengundang para pemuda bekas Gyugun dan Heiho pada tangga 23 September 1945 untuk secara rahasia dan tertutup mengadakan rapat di jalan Istana dan kemudian di asrama Rensheikei ( Hotel Dirga Surya sekarang ).

(24)

Timur pada 25 Agustus 1945 mengundang beberapa tokoh masyarakat untuk berunding di rumahnya. Pertemuan itu dihadiri antara lain oleh Mr. Moh. Yusuf , Xarim M.S , dan lain – lain. Maka dikeluarkanlah pengumuman untuk menjaga keamanan dan dibentuklah suatu panitia kecil yang diketuai oleh Sultan Langkat untuk menjelaskan kepada tentara Sekutu mengapa selama mereka mengadakan kerjasama dengan Jepang. Panitia inilah yang kemudian diisyukan oleh PKI sebagai “panitia penyambutan Belanda” ( Comite van ontvangat ) yang antara lain tugasnya adalah menangkapi orang pergerakan yang bekerjasama dengan Jepang.

Isu Commite Van Ountvangst

Berita akan adanya suatu panitia untuk menyambut kedatangan Belanda yang dilakukan oleh bangsawan ini Sebenarnya masih sebatas isu. Kebenaran akan adanya permasalah ini masih sangat diragukan oleh karena apabila masih – masing pihak diberikan tanggapan atas peristiwa ini masing – masing pihak selalu membenarkan pernyataan yang mereka perbuat dengan memperkuat penyataan tersebut oleh masing – masing pihak ; sehingga kebenaran akan peristiwa ini perlu dikaji lebih mendalam lagi dalam waktu yang mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui akan peristiwa tersbut.

Menurut salah satu sumber bahwa peristiwa ini terjadi pada 25 Agustus 1945 yang dilakukan oleh beberapa diantara dari bangsawan dari berbagai kerajaan yang ada di Sumatera Timur dengan mendirikan Comitte van Ontvangst untuk menerima kedatangan Belanda. Panitia ini diketuai oleh Sultan Langkat dan Dr. Tengku Mansur.

(25)

untuk mencegah tindakan balas dendam dan mengadukan “kolabultor – kolabulator” kepada Sekutu yang akan mendarat. Pertimbangan ini diperbuat oleh Dr. Mansur dengan pertimbangan melihat situasi kelahiran republik yang hanya beredar dalam desas – desus yang mengakibatkan situasi masyarakat dan negara ( kota – kota di Suamtera Timur) tidak relevan dengan peristiwa besar ini dan bahwa beberapa orang dari sebagian besar para pemimpin di daerah ini hanya semata tertumpu kepada akibat – akibat yang dibawa oleh pertukaran rezim kolonial itu terhadap perimbangan posisi antara kelompok – kelompok di daerah ini ( orang – orang Indonesia ) yang saling bersaing dan sulit untuk dipersatukan tersebut. Kenyataannya pertemuan ini bukan semata diadakan dari bangsawan oleh bangsawan dan untuk bangsawan tetapi pertemuan ini diadakan dengan mengundang kelompok – kelompok diluar bangsawan itu sendiri tetapi yang hadir hanya diantaranya seperti Xarim M.S dan Mr. Joesoef.

Sementara itu menurut pendapat salah seorang bangsawan bahwa isu ini dibuat oleh orang komunis karena kebencian orang – orang komunis ini terhadap bangsawan tanpa alasan – alasan yang masuk akal. Mereka menggap bangsawan itu sarang feodal yang banyak menyengsarakan rakyat banyak akibat kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh bangsawan tersebut.

Pemuda Dalam Dunia Bergerak

(26)

dan bertugas di kota – kota lainnya tidak ada alat pengangkutan untuk memulangkan mereka kembali ke kampungnya masing – masing. Sebagian besar mereka termasuk dalam lapisan masyarakat miskin yang menyedihkan , diterlantarkan , dibuang sebagai sampah setelah tidak diperlukan lagi oleh oleh tentara pendudukan Jepang. Mereka pun menjadi bulan – bulanan pokok kemarahan masyarakat miskin yang paling mengalami penderitaan dibawah kekuasaan Jepang.

Situasi inilah yang menjadi pangkal gerak pertama berdirinya organisasi – organisasi. Menjelang akhir Agustus , beberapa bekas perwira Giyugun menghubungi Xarim M.S yang dulunya merekrut mereka ke dalam barisan itu dan melayani mereka lewat Bompa. Xarim juga menjadi pengawas atas milik dan peralatan bekas Bompa yang sekarang dipakainya untuk menampung para prajurit – prajurit Indonesia di Sumatera Timur yang terlantar itu. Suatu badan penyantun , “Pelita penolong penganguran Heiho dan Gyugun” telah dibentuk untuk mengurus makan mereka dari persediaan beras digudang Bompa dan sebagian mereka ditempatkan di kantor – kantor Bompa. Kemudian perwira – perwira Gyugun itu segera mendirikan kelompok yang lebih luas , “Persatuan Pemuda Latihan” yang menghimpun dan membela mereka yang pernah mendapatkan latihan Jepang sebagai polisi , pegawai , maupun prajurit terhadap tuduhan fasis atau kolaborator. Lewat himpunan – himpunan seperti ini , para pemuda bekas latihan Jepang ini sering berkumpul membicarakan berita dan kabar – kabar angin tentang maksud – maksud sekutu maupun tentang perkembangan di pulau Jawa.

(27)

yang samar – samar itu yang juga sudah tidak mempunyai kapasitas tujuan lagi. Adalah Xarim M.S yang menjadi rantai penghubung antara ketiga unsure ini dan mungkin beralasan jika dia pada minggu – minggu pertama setelah menyerahnya Jepang bertindak hati – hati sekali. Nyatanya hanya setelah telegram dari Dr. Gani pada 15 September 1945 itu dia memberitahukan kepada pemuda yang menjadi pembantunya , Abdul Razak tentang perkembangan gerakan Republik di Jawa. Secepat mungkin Razak dan beberapa rekan – rekanya dari Giyugun mencoba menjumpai Mr. Hasan. Gagal menjupainya mereka berangkat ke Tanjung Pura pada 19 September 1945. Akhirnya dari Dr. Amir mendapat tahu sepenuhnya tentang apa yang telah terjadi di Jakarta dan mereka berjanji dan menyokong setiap inisiatif yang diambil pemimpin – pemimpin tua untuk memproklamasikan Republik.

(28)
(29)

sebelum tindakan itu. Kemudian dia tanam sejumlah rampasannya ini yang terdiri dari pistol dan amunisi di suatu tempat dekat terjadinya sergapan itu.

Pusat gerakan bawah tanah lainnya adalah Nathar Zainuddin , veteran komunis Islam itu yang telah menggunakan kelonggaran dan hak – hak istimewanya dari Kempetai untuk membangun jaringan marxis dan nasionalis radikal yang dinamakannya “Gerakan Anti – Fasis”. Dalam gerakan ini termasuk Urbanus Pardede , Bustami , dan Junus Nasution , juga bekas pemimpin Parpindo ; Marzuki Lubis. Kelompk ini pasti tidak mempunyai kontak dengan Sekutu dan sedikit dengan kelompok gerakan bawah tanah Cina. Dan bukan tidak mungkin satu dua perwira Jepang tahu dan menyetujui jaringan peotensial anti – Belanda yang dibangun Nathar Zainuddin itu. Setelah menyerahnya Jepang , kelompok “Anti – Fasis” ini bekerja untuk “perkumpulan informasi intel” yang kemudian dipergunakan dalam siaran – siaran pamflet nasionalis. Kedua kelompok bawah tanah ini mengadakan kontak pada menjelang akhir September , ketika Selamat Ginting berada di Medan. Bersama Marzuki Lubis dia menjumpai Xarim M.S untuk menggertak mendorong dia bertindak lebih aktif. Ketika mereka menodongkan pistolnya ; Xarim M.S lantas bertanya apa mereka masih mempunyai senjata – senjata lagi. Hasilnya sekitar dua puluh pistol dari simpanannya Selamat Ginting diserahkan kepada Xarim. Selama bulan Oktober mereka berhasil membentuk landasan pertama suatu pasukan bersenjata yang dipimpin putranya Xarim ; Nip Xarim yang merupakan satu bagian yang longgar dari jaringan “Anti Fasis”.

(30)

pembentukan suatu organisasi kesejahteraan pemuda yang lain tetapi kemudian dijuruskan kepada tujuan revolusioner yang tegas oleh para pemuda yang sudah matang politik terutama Abdul Razak dan B.H Hutajulu dari lingkungan kelompok Xarim di Gyugun / BOMPA , dan pemuda yang penuh semangat dan keras ; Aminuddin Nazir dari pasukan pengawalan partainya Inoue. Menjelang petang telah terbentuk badan Pemuda Indonesia ( BPI ) dengan tujuan mempertahankan kemerdekaan. Ahmad Tahir dipilih sebagai ketua I dan seorang guru Muhammadiyah ; aktivis Malik Munir sebagai ketua II. Dirasa perlu adanya seorang tokoh pemimpin yang berpengalaman dan pilihan jatuh kepada Sugondo Kartoprodjo seorang tokoh yang populer dikalangan pemuda lewat organisasi pendidikan Taman Siswanya dan seorang tokoh yang tidak mempunyai kedudukan apapun dalam pemerintahan pendudukan Jepang yang sekarang tidak disenangi itu. Dua ratus lima puluh undangan telah disampaikan kepada tokoh – tokoh politik penting BOMPA dan tokoh – tokoh pemuda dari seluruh Sumatera Timur.

Proklamasi Republik Di Sumatera Timur

"Hanya bangsa yang tinggi budinya dapat mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan kemerdekaan. Kemerdekaan dapat dicapai oleh sembarang bangsa ; tetapi kemerdekaan sejati hanyalah hasil daripada budi pekerti yang luhur. Sejarah telah menunjukan jatuhnya negara - negara "besar" , oleh karena budi pekertinya tidak luhur.1

Suasana proklamasi di Sumatera Timur dalam bulan – bulan Agustus itu berlain sama sekali dengan keadaan di daerah – daerah lain seperti Bukit Tinggi , Palembang , dan Jambi. Di tempat – tempat yang telah saya sebutkan terdahulu

(31)

ini pemimpinya berhasil membentuk KNI di bulan Agustus juga sesuai dengan petunjuk – petunjuk yang diberikan oleh Mr. Teuku Moehamad Hasan.

Ketika Mr. Teuku Moehamad Hasan tiba di Medan setelah lawatannya dari Jakarta untuk mengikuti acara deklarasi kemerdekaan Indonesia tersebut dia melihat banyak diantara para pemimpin telah melarikan diri ke luar kota atau keluar Sumatera Timur. Mereka tidak berani menghadapi situasi yang sudah berubah ini. Perubahan – perubahan ini mulai tanpak pada 20 Agustus 1945 , ketika itu Panglima Tentara Jepang di Sumatera membubarkan semua pasukan – pasukan pembantu buatan Jepang seperti Gyugun , Heiho , Tokubetsu , dan lain – lain.

Suatu hal yang sulit dimengerti oleh para pemuda ketika itu adalah sikap Mr. Teuku Moehamad Hasan yang sejak awal bulan September 1945 banyak diantara kelompok pemuda menemuinya dikediamannya di jalan Bintang. Mereka tidak mengerti mengapa Mr. Teuku Moehamad Hasan berdiam diri dan tidak bertindak. Padahal pada waktu itu ia telah ditetapkan sebagai wakil Pemimpin Besar Bangsa untuk Sumatera. Ketetapan ini diberikan di Jakarta pada 22 Agustus 1945 dan seharusnya Mr. Teuku Moehamad Hasan segera membentuk pemerintahan.

(32)

Hasan sendiri ; ia tidak bisa membentuk pemerintahan sebelum diangkat secara resmi sebagai Gubernur Sumatera. Ketika masih berada di Jakarta ia hanya diberi surat keputusan sebagai Wakil Pemimpin Besar. Namun kedudukan ini bukanlah kedudukan administratif. Memang sudah ditentukan bahwa ia akan menjabat sebagai Gubernur Sumatera , tetapi pengangkatannya belum ada. Karena desakan – desakan pemuda inilah maka ia mengirimkan sebuah telegraf pada pemerintah pusat agar ia diangkat secara resmi. Surat pengangkatan itu baru dikeluarkan di Jakarta pada 29 September 1945 dan baru sampai pada 2 Oktober 1945. Pada 2 Oktober 1945 itu terbentuklah KNI Sumatera Timur. Tindakannya pertama yang dilakukan oleh Mr. Teuku Moehamad Hasan adalah menghunjuk 10 orang Residen untuk Sumatera.

(33)

Sejak saat proklamasi itu diberbagai tempat diselenggarakan pawai dan pembentukan kesatuan militer yang mulanya hanya bersenjatakan bambu runcing. Diluar kota Medan aparat kerajaan masih berkuasa , ada yang hanya menunggu perkembangan dan perintah dari yang berkuasa tetapi ada pula yang segera aktif dan tegas mendukung NRI seperti Sultan Siak dan Sultan Serdang. Bendera merah – putih dinaikkan di keraton Perbaungan dan Sultan Serdang mengajukan kepada pemuda bangsawan agar bergabung ke dalam barisan bersenjata terutama tentera keamanan rakyat yang nantinya akan menjadi TNI , serta Sultan Serdang juga mengajukan para bangsawannya agar masuk partai – partai politik.

Serdang , Deli , dan Langkat : Jalan Sendiri – Sendiri

(34)

mengatakan bahwa usul – usul rencana konstitusi mereka mengancam kedudukannya , ditempatkan dibawah “dominasi Jawa”. Apa yang diinginkannya ialah suatu hubungan langsung dengan mahkota Belanda dibawah seorang komisaris tinggi dan menempatkan raja – raja Melayu diluar setiap bentuk negara Indonesia. Pada pertengahan Desember Sultan ini masuk rumah sakit untuk seminggu lamanya ; “tidak begitu sebagai pasien tetapi supaya tidak bisa bebas sejenak dari merah – putih yang telah membikin hidupnya tidak tertahankan”.

Sementara bangsawan Melayu Langkat , mereka menganggap bahwa kerajaan mereka ini adalah merupakan kerajaan yang kecil. Jadi tanpa pengaruh dari bangsawan Melayu Serdangpun dalam mendukung revolusi Indoneisa mereka telah mendukung revolusi Indonesia karena sebelumnya ada tekanan – tekanan yang dilakukan oleh pemuda atas bangsawan Melayu Langkat ini walaupun sebelumnya mereka telah berhubungan dengan Inggris dan NICA

Pendaratan Sekutu Dan Tindakan Kekerasan Di Sumatera Timur

(35)

komando Asia Tenggara ( SEAC , South – East Asia Command ) yang dipimpin oleh Laksamana Mounbatten. Rencana persetujuan ini telah diluaskan sampai meliputi seluruh Indonesia sejak 15 Agustus 1945. Persetujuan ini berisikan ketentuan – ketentuan bahwa panglima – panglima sekutu ( Inggris ) tidak akan menjalankan wewenang resmi supaya tidak merusak kedaulatan Belanda. Mereka cukup menyatakan maksud tujuannya hanyalah untuk membebaskan para tawanan perang , memulangkan Jepang kenegerinya , dan menjaga keamanan serta ketertiban umum sampai pemerintah yang sah kembali dapat berfungsi. Namun akan ada suatu tingkat persiapan dalam pendudukan itu bahwa sementara ketertiban ditegakkan , pejabat – pejabat NICA akan sepenuhnya tunduk kepada kekuasaan militer Sekutu , dan hanya bertindak lewat kekuasaan Sekutu ini.

Perkembangan – perkembangan selama bulan September sudah cukup terang menjelaskan kepada Mounbetten dan panglimanya di Hindia Belanda , Letjen Cristison bahwa pasukan – pasukan Inggris yang ada di Jawa dan Sumatera meskipun ditambah dengan tiga brigade lagi tidak akan dapat diharapkan lebih daripada hanya menguasai kota – kota besar saja. Di luar ini Jepang dan kekuasaan Indonesia harus diandalkan untuk terpeliharanya keamanan dan ketertiban. Oleh sebab itu kebijaksanaan politik harus disesuaikan untuk mendapatkan kerjasama dari republik dan bersamaan itu menyakinkan Belanda bahwa ini tidak mengandung pengertian pengakuan terhadap republik. Reaksi kemarahan Belanda terhadap pernyataan Cristison pada 29 Septemeber 1945 itu tentu mempunyai pengaruh khusus yang peka terhadap Brigjen Kelly dalam melaksanakan rencana kerjanya.

(36)

yang dinyatakan dalam ketentuan – ketentuan tugas mereka meskipun Dr. Amir atau Mr. Josuf telah mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan dari hubungan – hubungannya dengan Inggris. Diantara pengumuman – pengumuman resminya yang pertama ialah perintah kepada seluruh penduduk Indonesia di Sumatera “terutama pemuda … supaya tidak mengganggu ketentraman orang Jepang , Sekutu , Cina atau Belanda”. Terhadap Belanda pernyataan pertamanya sangat keras.

Orang Belanda salah raba jika mereka masih memikirkan bahwa keadaan sekarang masih sama dengan semangat dahulu sebelum perang. Belanda lebih baik jangan mencari akal atau mencari kaki tangan untuk menduduki Indonesia kembali karena hal ini akan mengganggu ketentraman umum sebab rakyat Indonesia umumnya dan pemuda – pemuda Indonesia pada khususnya memandang kaki tangan Belanda sebagai penghianat tanah air. Karena itu percobaan mereka sedemikian itu sangat berbahaya bagi keselamatan diri orang – orang Belanda dan kaki tangannya apalagi jika salah seorang pemimpinnya memperoleh cedera karenanya tentu kemungkinan besar sekali yang orang Belanda dan kaki tangannya itu akan disingkirkan dari masyarakat.

(37)
(38)

pemuda menjalar cepat ke Pematang Siantar. Suatu detasemen terdiri lima serdadunya Brondgeest telah ditempatkan menginap di hotel Siantar untuk mencegah larinya serdadu – serdadu Jepang dari pusat pengumpulan besar di kota itu. Pada 15 Oktober 1945 pertempuran terjadi antara para pemuda dan orang – orang Belanda ini. Hotel itu dikepung dan akhirnya dibakar , sedangkan semua orang Belanda itu mati terbunuh kecuali seorang perwiranya yang bisa meloloskan diri sampai ke Medan untuk melapor. Juga mati terbunuh sekitar sepuluh orang Ambon , dua pemuda juga mati terbunuh di pihak republik , dan empat orang Swiss yang mengelola hotel itu.

(39)

pelayanan umum di kota itu. Segera ini diprotes Belanda malah Brondgeest bermaksud menangkap Hasan , Amir , dan lain – lainnya. Brigjen Kelly terpaksa harus menyangkal setiap kesimpulan bahwa pembicaraan – pembicaraannya dengan Mr. Luat merupakan pengakuan terhadap republik.

(40)

Bangsawan Revolusioner :

Munculnya Tuanku Sulaiman

Shaiful Alam Shah

Tuanku Sulaiman Shaiful Alam Shah dilahirkan pada saat – saat keadaan yang sangat memprihatinkan. Masih balita Tuanku Sulaiman dihadapkan dalam suatu keadaan dari kebijakan pemerintah Belanda dengan dikeluarkanya beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 1 / 1865 tertanggal 25 Agustus 1865. Bersamaan dengan dikeluarkanya beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda maka dikirimkalah suatu kekuatan balatentara Hindia Belanda yang sangat besar pada waktu itu untuk menaklukan kerajaan Serdang dan kerajaan Asahan. Eksepedisi militer ini dikenal dengan “Expeditie Tegen Serdang en Asahan” yang terdiri dari pasukan infantri , marinir , artileri , kesehatan dan lain – lain yang diangkat oleh tujuh kapal perang. Kapal – kapal perang ini dilengkapi dengan 49 pucuk meriam besar itu mengangkut 1000 orang tentara. Setelah menyerang dan mendarat di Asahan sebagian besar balatentara Belanda itu menembaki dan mendarat di Serdang pada 30 September 1865. Bersamaan dengan dua tahun genap usia Tuanku Sulaiman terjadi perlawan pejuang – pejuang Serdang untuk membatalkan ekspedisi militer ini namun perlawanan – perlawanan yang dilakukan oleh pejuang – pejuang Serdang tersebut dapat dipatahkan dan bersamaan dengan kegagalan perlawanan ini berakibat dengan ditangkapnya Sultan Basyaruddin Syaiful Alam Shah beserta Raja Muda Mattakir dan Temenggong Tan Sidik. Sebagai hukuman atas pembangkangan kerajaan Serdang ini maka wilayah Padang , Bedagai , Percut , dan Denai diambil alih oleh Belanda dan selanjutnya diserahkan serta masuk dalam wilayah dari kerajaan Deli. Kekalahan kerajaan Serdang atas ekspedisi militer Belanda ini mematahkan semangat Sultan Basyaruddin sehingga Sultan ini sering mengucilkan diri dan banyak menyerahkan administrasi pemerintahan kepada Raja Muda Tan Aman yang akhirnya membuat Serdang dalam keadaan semakin hari semakin lemah.

(41)

dengan meninggalnya Sultan Basyaruddin ini maka para Orang Besar dan rakyat Serdang menambalkan Tuanku Sulaiman Shaiful Alam Shah sebagai Sultan Serdang ke – 5. Karena usia beliau masih dibawah umur , maka sebagai walinya diangkat Tengku Mustafa. Pengangkatan Sultan ke – 5 Serdang ini tidak diakui oleh pemerintah Hindia Belanda akibatnya pada tahun 1882 Belanda memaksakan agar sebagian dari wilayah Sinembah diserahkan kepada Deli dan daerah Sungai Tuan dimasukkan juga ke Deli. Sebagai imbalanya Deli menyerahkan kembali Negeri Denai kepada Serdang. Setelah itu semua selesai meskipun dengan protes keras dari Serdang barulah Belanda mengakui Tuangku Sulaiman Shaiful sebagai Sultan Serdang pada 29 Januari 1887.

Dalam tahun 1891 Konteril Serdang ; H.C.H. Douwes Dekker memindahkan ibukota Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu digenangi oleh air bah. Sultan Sulaiman tidak mau mengikuti ajakan agar harus pindah ke Lubuk Pakam sebaliknya beliau membuat keraton dan istana di Perbaungan ( keraton Kota Galuh ) dalam tahun ini juga. Ibukota ini belau bangun bersamaan dengan juga dibangunya kedai , pasar ikan , dan pertokoan sehingga terbangunlah sebuah kota kecil Simpang Tiga Perbaungan. Kota inilah yang dijadikan beliau sebagai tandingan atas ibukota kerajaan Serdang yang dibangun oleh pemerintah Belanda melalui pejabat Kontelirnya. Dalam tahun 1891 ini juga beliau menikahi Permaisuri Tengku Darwisyah , cucu dari pahlawan nasional ; Sultan Bagagarsyah Pagaruyung pada 21 Maret 1891 tetapi tidak mempunyai anak. Beliau kemudian menikah lagi dengan Encik Kurnia br. Purba dan mempunyai anak seperti Tengku Puteri Nazry dan Tengku Putera Mahkota Rajib Anwar. Kemudian Tuanku Sulaiman menikah kembali dengan Encik Raya br. Purba dan mempunyai anak seperti Tengku Zahry ( perempuan ) dan Tengku Shahrial. Yang terahir Tuanku Sulaiman kembali menikahi Encik Hj. Zaharah dan mempunyai anak seperti Tengku Zainabah ( perempuan ) , Tengku Abunawar , Tengku Lukcman Sinar , dan Tengku Abukasim.

(42)

dan kemudian mendarat di Yokohama Jepang serta ingin menghadap kaisar Jepang. Tetapi karena Serdang adalah Jajahan Belanda , maka pertemuan resmi tidak diterima tetapi secara incognito beliau bisa menghadap dan meminta bantuan Jepang untuk mengusir penjajah Belanda dari bumi Serdang , sebagai tanda persahabatan Tenno Heika Meiji itu memberikan gambar dengan tandatangannya. Di jaman pemerintahan Kaisar Meiji inilah Jepang maju dalam teknologi sehingga disebut “Meiji Restorasi”. Sepulang lawatan beliau dari Jepang , Tuanku Sulaiman telah membawa dua orang ahli irigasi dari Jepang untuk membangun proyek irigasi persawahan di Bendang dengan tujuan agar hasil persawahan dari proyek irigasi ini diberikan secara cuma – cuma kepada rakyat Serdang. Begitu juga industri pekerjaan tangan kepandai putri berkembang didik oleh Tuan Ohori. Sultan Sulaiman juga mendirikan “Bank Batak” di Serdang hulu untuk memajukan pertanian di daerah tersebut. Sultan Sulaiman juga mendirikan badan pendidikan pribumi “Syairussulaiman” di Perbaungan. Salah seorang lulusannya ialah Haji Abdurrahman , Syihab asal Melayu Galang yang kemudian hari sebagai tokoh pendiri “Al Jamiatul Washiyah”. Sultan Sulaiman juga terkenal sebagai satu – satunya Sultan di Sumatera Timur yang mengayomi kesenian rakyat. Di Serdang terkenal dengan kesenian silat , zapin , ronggeng , makyong bangsawan dan lain – lain yang diambil dari kalangan rakyat dan untuk menghibur rakyat dengan cuma – cuma.

(43)
(44)

dalam tahun ini juga Sultan Sulaiman juga membuka pula perkebunan karet dan memperkerjakan sebagai administraturnya orang Swis ( konsul Swis di Medan ).

Dalam tahun 1911 – 1915 bertugaslah di Lubuk Pakam Dr. R. Sutomo pendiri “Budi Utomo” selaku dokter kerajaan Serdang. Sultan Sulaiman berhubungan baik dengannya dan selalu bertukar pikiran mengenai tekanan pihak kolonial Belanda terhadap pribumi Indonesia.

Dalam tahun 1919 Sultan Sulaiman , atas permintaan dari dan bekerjasama dengan Dr. R. Sutomo ; Sultan Sulaiman menampung buruh perkebunan ( kuli kontrak ) orang Jawa yang habis kontraknya atau lari dari kebun Belanda. Kepada mereka ini diberikan 100 buah tanah kosong di Kotosan ( kecamatan Galang sekarang ) dan mereka dijadikan rakyat oleh Sultan Serdang. Begitu juga kepada suku – suku pendatang dari luar Sumatera Timur seperti dari Sumatera Barat , Tapanuli Selatan , Kalimantan , dan lain – lain diberikan oleh Sultan Sulaiman tanah pertanian setelah mereka membaur dengan penduduk asli Melayu dan memperoleh hak tanah penunggu ( jaluran ). Sultan Sulaiman memperjuangkan agar rakyat kampung disekitar konsensi perkebunan tembakau dibenarkan mengerjakan tanah untuk tanaman padi didalam areal yang sedang dibelukarkan setiap tahun. Tetapi baik pihak perkebunan asing maupun pihak ambtenar Belanda selalu saja mempersulit pelaksanaan hak itu dengan alasan yang dicari – cari , bahkan tidak henti – hentinya mereka menganjurkan agar peraturan adat itu dihapuskan saja. Untuk menghilangkan suara – suara negatif ini Sultan Sulaiman dan Orang – orang Besarnya lalu membuat kodifikasi yang pertama mengenai “hak adat rakyat penunggu” itu sehingga peraturan tersebut dijadikan pedoman dan unifikasi untuk seluruh kerajaan lainnya. Dalam peraturan ini dibuka juga kesempatan kepada rakyat pendatang yang sudah bersemenda dan memenuhi syarat tertentu untuk memperoleh hak jaluran. Berbagai cara ambtenar Belanda menyabot pelaksanaan peraturan ini yang antara lain dengan gagasan agar hak mengerjakan tanah penunggu itu diganti saja dengan sejumlah uang atau sejumlah 300 gantang padi per jaluran , sehingga menjadi rakyat penunggu sebagai penyewa atau rentenir saja. Hal ini ditentang oleh Sultan Sulaiman.

(45)

Jepang mesin dan baling – baling pesawat terbang Jepang untuk dipakai disalah satu kapal beliau , dan itu dipasang oleh seorang mekanik bangsa Jepang yang disebut “Tuan Muda” yang membuka workshop di Perbaungan.

Untuk kesejahteraan kerajaan Serdang dan berkembangnya penduduk Serdang , Sultan Sulaiman menjalankan politik pintu terbuka yang lembut terhadap suku bangsa Indonesia lainnya yang datang dari luar Sumatera Timur. Bukan saja untuk memperoleh kemudahan tempat tinggi buat berniaga tetapi juga kemudahan memperoleh hak tanah tidak berbeda dengan penduduk asli ( Melayu Karo dan Timur ) di Serdang. Banyak orang pendatang seperti Mandailing , Jawa , dan Minangkabau yang diangkat menjadi penghulu – penghulu kampung dan pegawai – pegawai kerajaan. Bahkan di Serdanglah satu – satunya kerajaan Melayu dimana seorang pendatang ; Jaksa Kupang Nasution diangkat menjadi salah salah satu Orang Besar kerajaan Serdang yaitu Wakil Sultan wilayah Batak Timur.

(46)

mengatasi hal ini Sultan Sulaiman memakai sistem komunikasi langsung atau tatap muka dengan rakyat jelata. Apabila tidak dipenuhi oleh acara sidang kerapatan atau acara resmi lainnya maka baginda duduk ditangga depan istana sejak pagi untuk menerima semua rakyat dari segenap lapisan berbincang dengan santai dari hati ke hati. Sambil mencicipi langsung bawaan ( oleh – oleh ) dari rakyat itu yang berupa buah – buahan atau penganan baginda berbahas soal kesulitan yang dihadapi ataupun baginda akan menanyakan pikiran mereka mengenai suatu rencana pembangunan atau akan menanyakan kebijaksanaan baru yang akan dilaksanakan didalam wilayah mereka. Tidak jarang suatu keputusan yang sudah diambil dalam rapat Orang Besar bisa berubah kembali karena baginda mendengar adanya pandangan positif dari rakyat biasa itu. Disamping itu baginda hampir tiap minggu turun kedaerah pesisir dan kampung – kampung ataupun ke pesanggerahan baginda di daerah hulu yaitu Gunung Paribuan sehingga dapat bertemu muka dengan pembesar – pembesar rendahan dan rakyat jelata. Perkembangan politik dan kejadian didalam maupun diluar negeri baik melalui pers maupun radio diikuti baginda setelah menerima ulasan dari keponakannya , Tengku Syahril.

(47)
(48)

Timur mulai mengorganisir kaum muslimin untuk mempropagandakan mendukung “Perang Asia Timur Raya” dengan menenmpatkan ketua “Muhammadiyah” Sumatera Timur ; Hamka menjadi ketua “Persatoean Oelama Soematera Timoer” ( POEST ) , maka Sultan Sulaiman membentuk pula bersama – sama raja – raja Melayu lainnya suatu organisasi “Persatoean Oelama Keradjaan - Keradjaan Soematera Timoer” ( POKST ) yang diketuai oleh Tengku Yafzham ( ketua Majelis Syar’i kerajaan Serdang ) yang menghalangi tuan Usugane , kepala jawatan agama militer Jepang ( syumuhan ) untuk mengadu domba umat Islam.

Ketika balatentara ke – 25 Jepang di Bukittinggi pada 10 Oktober 1944 mendirikan “Tyo Sangi In” ( semacam DPR sementara Sumatera ) maka diutus dari residensi Sumatera Timur Tengku Putera Mahkota Serdang Rajib Anwar , Dr. Pringadi , Adinegoro , Raja Kaliamsyah Sinaga , dan Shu Hua Chang.

(49)

siatusi yang kritis tidak menentu dengan tegas berpihak kepada perjuangan bangsa Indonesia dan Republik Indonesia meski situasi di Sumatera Timur ketika itu masih seperti telur diujung tanduk.

Atas prakarsa Gubernur T. M. Hasan karena melihat situasi yang panas dikobarkan oleh pihak kiri ( PKI , PESINDO , dan antek – anteknya ) , maka dikumpulkanlah raja – raja Sumatera Timur di Gedong Suka Mulia Medan pada 3 Febuari 1946. Dalam pertemuan itu Sultan Langkat atas nama seluruh raja – raja membacakan ikrar mematuhi pemerintahan RI dan akan melaksanakan demokratisasi dalam tubuh kerajaan sesuai tuntutan revolusi. Panitia penyusun undang – undang itu yaitu Mr. Mahadi ( seketaris Sultan Deli ) , Tengku Mr. Bahriun ( kotapinang ) dan Wan Umaruddin Baros ( Orang Besar Serdang ) sudah sempat menyerahkan konsep undang – undang itu kepada wakil gubernur Dr. Amir tetapi tidak pernah digubris sampai kemudian meletusnya apa yang disebut revolusi sosial di Sumatera Timur.

(50)
(51)
(52)

rakyat meminta agar baginda dikebumikan disebelah mesjid raya Perbaungan itu dengan upacara kebesaran raja – raja , tetapi oleh peutera tertuanya ; Tengku Rajib Anwar diminta agar dimakamkan dengan upacara sederhana saja. Meskipun demikian ia dimakamkan juga dengan upacara militer. Dalam pidato yang disampaikan oleh Bupati Munar S. Hamijoyo maupun oleh Jenderal Mayor Timur Pane disebutkan tentang jasa dan sikap beliau yang anti kolonial semasa hayatnya dan sikapnya yang tegas dalam mendukung republik Indonesia. Mereka menyayangkan usia baginda yang sudah lanjut benar , karena jika ia masih muda pasti beliau akan turut aktif dalam perjuangan fisik untuk empertahankan kemerdekaan Indonesia. Diantara hadirin rakyat yang berjubel mengeluarkan air mata mengingat jasa – jasa beliau yang merakyat itu. Putera – putera baginda yaitu Tengku Syahrial dan Tengku Abunawar juga turut berjuang melawan Belanda sejak agresi I dan agresi II sehingga resmi menjadi anggota legium veteran RI. Sesuai dengan politik bumihangus , ketika agresi I pada 29 Juli 1947 , Belanda mendarat di Pantai Cermin dan menduduki Perbaungan yang strategis itu ; maka pasukan Indonesia membakar istana dan kraton kota Galuh dan toko – toko di pekan Perbaungan kepunyaan Sultan Sulaiman sehingga rata dengan tanah. Dengan demikian bangunan – bangunan itu tidak dapat dipergunakan oleh tentara Belanda. Menurut tutur mantan Gubernur Sumatera ; T. M. Hasan ketika diwawancarai tim sejarah dari fakultas sastra USU pada 1 Agustus 1990 di Brastagi dan di Medan , diceritakan oleh beliau bahwa harta mantan Sultan Sulaiman di bank dagang nasional Indonesia Siantar sudah dirampas tentara Belanda ketika agresi I. Kami taksir semua harta benda beliau yang dikorbanlkan untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia ditaksir sekitar lebih – kurang Rp. 5.000.000.000.000. Tidak terlalu berlebihan jika kepada almarhum Sulatan Sulaiman oleh Pemda / rakyat Sumatera Utara diberikan surat penghargaan tanda dharma bakti menegakkan NRI di Sumatera Utara untuk menjadi kenangan rasa terima kasih dan suri tauladan kita dan generasi yang akan datang.

(53)

Tengku Nurdin Jadi Radi Revolusioner

Tengku Nurdin yang terlahir sebagai seorang bangsawan dilahirkan pada 6 November 1922. Meskipun tidak langsung beratokan Sultan Serdang , namun kemewahan hidup dapat dirasakan oleh Tengku Nurdin. Layaknya sebagai seorang bangsawan ; perlakuan yang diberikan kepada Tengku Nurdin sama dengan bangsawan – bangsawan lainnya. Sebagai seorang anggota keluarga kesultanan , Tengku Nurdin merupakan salah satu diantara bangsawan yang dapat merakyat. Semasa kecil Tengku Nurdin telah memiliki suatu sikap melanggar “tatakrama” bangsawan dengan membaur dengan rakyat biasa seperti bermain dengan dengan anak – anak diluar istana. Nurdin tidak pernah mengerti mengapa saat – saat berbaur dengan rakyat biasa membuat hatinya senang dan berbunga – bunga.

Akibat merakyatnya Tengku Nurdin , dia telah tahan menerima hukuman yang diberikan oleh aturan istana namun pikirannya juga sering menerawangkan pertanyaan diseputar tidak habis pikir , dan gerangan dosa besar apa yang dia lakukan jika dia bemain dengan kebanyakan kanak – kanak itu ; apakah berada di pasar merupakan suatu kejahatan bahkan dia melihat atok Sultan juga pergi ke pasar berbincang dan terkekeh – kekeh dengan para pedagang disana dan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya mengapa dia tidak boleh melakukan hal yang sama. Pertanyaan – pertanyaan seperti ini dengan tidak sabar dia tanyakan kepada ende dan maka dapatlah jawabannya bahwa kalangan istana tidak mau dia terlampau berbaur dengan rakyat sehingga meninggalkan tatakrama istana , apalagi segala aturan kesultanan Serdang yang belum benar – benar merasuk kealam pikirannya. Yang lebih meresahkan diluar sana ada Belanda yang terus menerus mengintip serta memata – matai setiap gerakan anggota istana dengan mata liciknya. Tengku Nurdin menyadari bahwa larangan untuk berbaur terhadap rakyat biasa memiliki banyak pertimbangan. Kekuatiran hanyalah kulit luarnya saja ; tetapi isi sebenarnya adalah kebencian terhadap penjajah Belanda.

(54)

tunduk dibawah perintah Belanda. Namun kolonial tidak bisa sembarangan mengambil tindakan karena jika ditilik dari wilayah kekuasaan , Serdang yang sangat berpengaruh itu harus benar – benar diperhitungkan.

Perjalan waktu jualah yang mengatarkan Tengku Nurdin jadi revolusioner yang dimulai dari kebencian yang sesungguhnya kepada Belanda baru membahana ketika bersekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs ( MULO ) di tahun 1939. Di sekolah IVOORNO ( Instituut Voor Nasional Onderwijs ) kebenciaan Tengku Nurdin akan Belanda memuncak ke kepala. Pada saat itu usianya 17 tahun , dia telah mengerti apa dan siap Belanda. Jika selama ini dia mendengar kisah atok Sultan ; kini dia bisa melihat dengan mata kepala sendiri dan bahkan ikut merasakan penghinaannya. Hal itu terjadi ketika dia dan teman – temannya berniat berenang di kolam renang ( di jalan Sisingamangaraja , Medan sekarang ). Ketika dia masuk bersama temannya mereka ditahan dan dihardik oleh penjaga kolam tersebut dengan “Inlender tidak boleh masuk” dan penjaga itu menunjuk kediding dengan berkata “apa Julie tidak baca tidak baca tulisan itu ; kemudian Nurdin menolehkan kepala ke dinding dan membaca tulisan yang sangat menusuk perasaan seperti “Verboden voor hoden en inlenders ( dilarang masuk bagi anjing dan pribumi )”. Dengan perlakuan seperti ini Nurdin menjadi marah ; alangkah tidak sopannya Belanda – Belanda ini , kami yang punya tanah ini benar – benar rakyat bangsa ini ; seenaknya perutnya disamkan dengan anjing , alangkah menyakitkan penghinaan ini.

(55)

Lubis ( mantan pegawai PTP Medan ) , dan Mahidin Gani ( pengusaha dan mantan polisi militer DIP IV ) setelah mereka selesai mandi di kolam renang mereka lalu membuang air serta mengatakan ; rasakan Belanda – Belanda pasti mandi akan air kencing.

Menjelang kemerdekaan di Sumatera Timur ; BPI telah lahir dan semua setuju. Kelahiran BPI dibidani oleh 52 pemuda itu tidak hanya bergema diruangan Fujidori No.6 saja tetapi bergaung luas diseluruh pelosok terutama di Sumatera Timur. Pembicaraan bergeser ke hal – hal teknis untuk meresmikan BPI. Ternyata dibutuhkan forum lebih besar dengan peserta lebih banyak. Maka Tengku Nurdin beserta kawan – kawan menyusun rencana untuk mengadakan rapat akbar ( rapat pemuda ). Rapat pemuda diadakan di Gedung Taman Siswa di jalan Amplas , Medan. Jadwal ditetntukan pada 28 September 1945. Terburu – buru memang , hanya seminggu setelah BPI dicanangkan tetapi hal ini mutlak. Suasana mengharuskan Tengku Nurdin beserta kawan – kawannya untuk bergerak cepat. Dua ratus lima puluh undangan disiapkan dalam tempo singkat. Sungguh kerja yang sangat tidak mudah , namun untuk peresmian organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa tidak ada hal yang tidak mungkin. Meskipun akhirnya rapat pemuda itu diundurkan dua hari , namun itu bukanlah kemunduran semangat. Hari Minggu pasti lebih baik karena setiap orang sedang berlibur dan bisa hadir di Taman Siswa. Tengku Nurdin beserta teman – temannya berharap tentara Jepang juga sedang lengah disaat liburan begini. Maka terjadilah apa yang harus terjadi. Matahari sudah memancarkan sinar yang sehat sejak subuh. Acara dimulai pukul sembilan lewat seperempat , gedung Taman Siswa sudah penuh sesak dengan undangan. Beberapa diantara yang hadir seperti Muhammad Said dan Jahja Jacob , wartawan yang penuh kobaran semangat. Dari kalangan tua terlihat Abdul Racmat Sjihab dan Egon yang masih tetap sehat. Luar biasa suasana pada saat itu , walaupun undangan hanya disiapkan hanya dua ratus lima puluh undangan saja namun yang hadir hampir dua kali lipat. Semua bersalam – salaman dan berteriak merdeka.

(56)

terutama yang pernah menjadi tentara pembantu Jepang dalam suatu wadah yang lebih konggret. Tengku Nurdin dan teman – temannya merasa bahwa rintangan yang dihadapi mereka adalah kekuatan rakyat yang belum terorganisir rapi. Meskipun dukungan rakyat Sumatera Timur sudah jelas , namun menurut Tengku Nurdin dan teman – temannya bahwa rakyat Sumatera Timur ini terpencar – pencar dan tidak mampu menyagga aksi merdeka. Negara pastilah membutuhkan lebih dari sekedar dukungan , maka dengan dasar inilah Tengku Nurdin dan teman – temannya beranggapan bahwa untuk mendukung revolusi Indonesia satu – satunya fondasi ialah melalui pembentukan kekuatan militer untuk menerapkan setiap kebijakan – kebijakan yang diambil. Kekuatan militer mutlak perlu sebagai unsur penekan dan pertahannan negara. Tengku Nurdin dan teman – temannya berangaggapan bahwa tugas itu tidak akan bisa diemban oleh BKR yang cenderung hanya menjaga keamanan dan ketertiban semata. Apalagi dari Jakarta , Soekarno sudah mengeluarkan instruksi pembubaran BKR dan menggantinya dengan TKR ini tentu lebih baik.

(57)
(58)

bayonetnya ke ulu hati salah seorang perwira tersebut hingga tewas. Melihat keadaan yang tidak mengenakan yang diperlakukan massa terhadap perwira Belanda itu , maka beberapa prajurit dari arah pension menembaki kerumunan massa sehingga beberapa dari orang yang ada dikerumunan itu ambruk ketanah. Melihat keadaan ini beberapa pemuda dari kerumunan massa itu tanpa mengenal rasa takut menyerbu pension. Peristiwa di pension itu mengakibat tujuh prajurit NICA tewas dan 96 orang luka – lula ; sementara dipihak pemuda yang menyerbu pension itu hanya satu orang yang tewas dan satu orang lagi dalam keadaan luka berat.

Pengakuan kedaulatan Indonesia membuat Indonesia menjadi negara yang yang sepenuhnya merdeka. Bisa menentukan nasib sendiri dan boleh mempersiapkan segala sesuatu untuk membawa bangsa menuju alam kemakmuran. Dengan pengakuan kedaulatan Indonesia tersebut , maka berahirlah untuk sementara episode dari revolusionernya bangsawa Melayu Serdang yang bernama Tengku Nurdin tersebut.

Politik Nasional Republik : 1946 – 1947

(59)

Indonesia mengalami penderitaan , terutama ada juga keuntungan - keuntungan yang di dapat selama terjadinya proses penjajahan tersebut.

Secara militer pihak Jepang juga sangat berperan dalam mempengaruhi arah masa depan politik dan masa depan TNI pada umumnya dan angkatan darat pada khusunya. Hal ini tercermin dari upaya - upaya Jepang dalam menciptakan berbagai organisasi di negara ini selama masa peralihan pemerintahan.

Dalam kebanyakan masyarakat Barat peran militer pada dasarnya adalah untuk mendukung aspirasi politik masyarakat di bawah kepemimpinan sipil. Ketika militer "menyimpang" dari perannya sebagai pendukung kepemimpinan sipil ia dianggap telah melakukan intervensi politik. Karena itu campur tangan militer pada dasarnya dipandang secara negatif dan militer dituduh melakukan petualangan dimana sama sekali ia tidak berhak. Kekhawatiran terhadap campur tangan militer berhubungan dengan asumsi bahwa tindakan ilegal telah dilakukan.

Asal usul TNI pada umumnya dan angkatan darat pada khususnya amat menetukan pembentukan pandangan tentang peran dan tempatnya dalam masyarakat. Angkatan darat merupakan angkatan bersenjata ciptaan kolonial Belanda dan warisan pemerintahan militer Jepang dan sejauh itu angkatan darat melihat dirinya berada diatas politik dan proses - proses politik.

(60)

dalam negara ini untuk ikut menentukan jalannya masyarakat. Sebagaimana telah berulang kali dinyatakan pada sebagian doktrin angkatan darat ; angkatan darat diciptakan untuk berjuang bagi kemerdekaan nasional. Asal usul itulah yang menjadi basis norma prilaku angkatan darat menganggap dirinya sebagai pengejawatahan dari perjuangan bersenjata dari rakyat dan karena itulah merupakan tentara rakyat , tentara nasional , dan tentara pejuang kemerdekaan.

Kedua ; angkatan darat memfaktakan bahwa pemuda dan anggota angkatan darat memandang diri mereka sendiri sebagai pejuang kemerdekaan yang telah ikut memperjuangkan kemerdekaan bagi negara. Kenyataan ini khususnya pada waktu pemimpin politik siap untuk "menyerah" ; menegaskan bahwa militer dan pendekatan perjuangan bersenjata lebih kuat daripada pendekatan sipil dan diplomasi dalam memengkan kemerdekaan dan kebebasan negara. Dengan demikian muncullah perasaan berhak atas keikutsertaan angkatan darat dalam menentukan arah politik negara.

Ketiga ; dan sama pentingnya menurut angkatan darat adalah fakta bahwa para politikus sipil cendrung terpecah - pecah dan hanya mementingkan diri atau partainya sendiri sementara angkatan darat muncul sebagai kekuatan satu -satunya yang nampak mempunyai sifat - sifat "nasional".

(61)

Setelah Jepang menyerah kepemimpinan politis negara ini dibawah Soekano dan Hatta memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kepemimpinan politis pada umumnya terdiri dari "generasi tua" yang telah menjadi sebagai pemimpin nasional dibawah pemerintahan Belanda. Penjajahan Jepang telah membangkitkan generasi politik baru yang disebut pemuda yang dikemudian hari mengkristal menjadi Angkatan 45. Banyak pemimpin nasionalis didik dan dilatih di Barat dan biasanya datang dari kelas bangsawan ; elit pribumi feodal tradisional. Orang Jepang menghancurkan otoritas politik dan prestise bangsawan dengan mengijinkan vakum politik yang ada untuk diisi pemuda yang banyak diantaranya merupakan anggota militer dan yang pada akhirnya menjadi kelas politik terkemuka dinegara ini selama beberapa dasawarsa berikutnya. Dampak pemuda pada politik Indonesia segera dirasakan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar tersebut secara umum, penggunaan elemen bara api dengan berbagai variasi diameter kawat nikelin yang diuji mampu meningkatkan efisiensi dibandingkan

Sedangkan margarin, biasanya terbuat dari lemak nabati dan kandungan lemak jenuhnya Sedangkan margarin, biasanya terbuat dari lemak nabati dan kandungan lemak

GEMA NUSA perlu selalu mengadakan evaluasi terhadap faktor – faktor bauran pemasaran khususnya harga, kualitas produk , bauran promosi serta saluran distribusi untuk

Untuk peneliti selanjutnya dapat lebih detail dalam memaparkan apa saja identitas Yogyakarta dan menganalisis elemen artistik program Angkringan dan Wedang Ronde

Dalam pelaksanaan kegiatan ini! )*N terlebih dahulu berkonsultasi dengan mentor  tentang tindakan "ang akan dilaksanakan dan tingkat kecocokan media "ang akan

cincin pada elang jawa yang akan dilepas. Balai Besar KSDA Jawa Timur bekerjasama dengan Raptor Indonesia mengadakan pelaihan bagi para penelii dan pemerhai elang di Jawa

[r]

PENGARUH PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI IBADAH SHALAT DAN MOTIVASI MEMBACA AL- QUR’AN SISWA.. KELAS VII DI MTS AL- MA’ARIF PON -PES PANGGUNG TULUNGAGUNG TAHUN