• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desentralisasi dan Otonomi Daerah. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Desentralisasi dan Otonomi Daerah. pdf"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Desentralisasi

dan Otonomi Daerah:

Teori,

Permasalahan,

(2)

Pendahuluan

?

Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999

merupakan momentum yang sangat baik untuk

memacu reformasi Pemda menuju Pemda yang

transparan, partisipatif, dan akuntabel.

(3)

Karakteristik Dasar Desentralisasi

1.

Unit-unit pemerintahan setempat bersifat

otonom, mandiri, dan jelas-jelas sebagai unit

pemerintahan bertingkat yang terpisah dari

pusat. Pusat melakukan sedikit, atau tidak ada

kontrol langsung oleh pusat terhadap unit-unit

tersebut.

(4)

Karakteristik Dasar Desentralisasi . . .

3. Pemerintah daerah mempunyai status dan kekuasaan mengamankan sumber daya yang dimiliki untuk

menjalankan fungsinya.

4. Implikasi desentralisasi adalah kebutuhan

mengembangkan pemerintahan lokal sebagai institusi, yang dilihat warga setempat sebagai organisasi yang memberikan pelayanan, dan sebagai unit

pemerintahan yang mempunyai pengaruh.

(5)

Rationale Kebijakan Desentralisasi

1.

Memungkinkan penyusunan rencana serta program

pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan wilayah

dan kelompok yang heterogen.

2.

Mampu memotong

red tape

dan prosedur yang rumit

sebagai karakteristik perencanaan dan manajemen

terpusat dan

over concentration

kekuasaan serta

sumber daya di pusat.

3.

Kontak/hubungan yang lebih dekat antara pejabat

pemerintahan dan masyarakat setempat

(6)

4. Dalam pembuatan keputusan dan alokasi sumber daya,

desentralisasi memungkinkan terwakilinya bermacam-macam kelompok kepentingan, seperti politik, agama, dan etnis.

5. Desentralisasi memberikan kesempatan kepada pejabat setempat untuk mengembangkan kecakapan manajerial dan teknis. Dengan desentralisasi juga dapat meningkatkan kemampuan pejabat

tersebut untuk menangani berbagai urusan yang biasanya tidak ditangani secara baik oleh instansi pusat (seperti pemeliharaan jalan dan infrasrtuktur yang jauh dari ibukota negara).

6. Efisiensi dari pemerintah pusat meningkat karena membebaskan pejabat pusat dari tugas-tugas rutin, di mana tugas-tugas tersebut bisa dilaksanakan secara lebih efektif oleh petugas lapangan atau pejabat lokal. Ini akan memungkinkan pejabat pusat untuk

menyusun perencanaan dengan lebih hati-hati, serta mengawasi kebijakan pembangunan secara lebih efektif.

(7)

7.

Desentralisasi memungkinkan pemerintahan yang

lebih fleksibel, inovatif dan kreatif. Daerah bisa

menjadi semacam laboratorium untuk eksperimen

kebijakan dan program baru dengan melokalisir

pada tempat-tempat tertentu.

8.

Desentralisasi dalam perencanaan pembangunan

dan fungsi manajemen memungkinkan pemimpin

lokal untuk memberikan pelayanan dan fasilitas

lebih efektif, mengintegrasikan daerah terpencil

dan terbelakang ke dalam ekonomi regional,

memonitor, dan mengevaluasi proyek-proyek

pembangunan secara lebih efektif dibandingkan

instansi perencanaan dari pusat.

(8)

Alasan Dianutnya Desentralisasi

1. Dilihat dari sudut politik, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang akhirnya dapat menimbulkan tirani;

2. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam

mempergunakan hak-hak demokrasi;

3. Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan, alasan desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai suatu

pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya

(9)

alasan dianutnya desentralisasi

. . .

4.

Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan

supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpahkan

kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi,

keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak

kebudayaan atau latar belakang sejarahnya;

5.

Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi,

(10)

Permasalahan Pokok

1.

Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan

otonomi daerah yang belum mantap

2.

Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang

belum memadai dan penyesuaian peraturan

perundangan-undangan yang ada dengan UU 22/

1999 masih sangat terbatas

3.

Sosialisasi UU 22 /1999 dan pedoman yang tersedia

belum mendalam dan meluas;

(11)

Permasalahan Pokok . . .

5. Pengaruh perkembangan dinamika politik dan aspirasi masyarakat serta pengaruh globalisasi yang tidak mudah dikelola;

6. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah;

7. Belum jelas dalam kebijakan pelaksanaan perwujudan konsep otonomi yang proporsional ke dalam pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sesuai prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta

(12)

Permasalahan Pokok . . .

?

Permasalahan pokok tersebut terefleksi dalam 7

elemen pokok yang membentuk pemerintah daerah

yaitu;

1. kewenangan,

2. kelembagaan,

3. kepegawaian,

4. keuangan,

5. perwakilan,

(13)

1. Kewenangan Daerah

Permasalahan:

1.

Friksi antara Pusat dengan Daerah

2.

Friksi antara Daerah Provinsi dengan

Kabupaten/Kota

(14)

Rekomendasi

1.

Penyesuaian terhadap pengaturan-pengaturan

yang tumpang tindih dan bertentangan

tentang suatu kewenangan

2.

Perlu adanya penataan ulang kewenangan

antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dengan

memperhatikan aspek

economies of scale

,

(15)

2. Kelembagaan

Permasalahan:

Dengan adanya batas maksimum dalam

penetapan jumlah dinas, akan terjadi

(16)

Rekomendasi

1. Untuk mengatasi kekecewaan ataupun konflik

kepegawaian dan organisasi yang diakibatkan oleh para pejabat yang dirasionalisasi, dapat dikembangkan

Jabatan Fungsional bagi mereka yang masih memenuhi persyaratan.

2. Diperlukan adanya pengaturan secara tegas mengenai kemungkinan optimalisasi kelembagaan Pemda.

3. Memilih kelembagaan publik dalam pembentukan unit-unit organisasi otonom, atau menyerahkan urusan

kepada pihak swasta (privatisasi), atau kemitraan antara pihak Pemda dengan swasta (public private partnership)

(17)

3. Kepegawaian Daerah

Permasalahan:

1.

Pegawai Daerah cenderung dikooptasi oleh

kekuatan-kekuatan politik yang ada di Daerah

2.

Status kepegawaian Daerah menjadi sangat statis

3.

Mencuatnya isu "Putera Daerah" karena penafsiran

otonomi yang sempit

4.

Tidak adanya

tour of area

akan membahayakan

keutuhan NKRI

5.

Merangsang Daerah untuk mengangkat pegawai baru

6.

Adanya kerancuan antara jabatan politis (

political

(18)

Rekomendasi

1.

Pegawai pada tingkatan tertentu (misal Sekda)

sebaiknya menjadi kewenangan Pusat

2.

Penyesuaian antara UU 22/1999 dengan UU

43/1999 beserta PP pelaksanaannya.

3.

Pemisahan yang tegas dan jelas antara Pejabat

Karir dengan Pejabat Politik

4.

Diperlukan adanya standar kompetensi yang

(19)

4. Keuangan Daerah

Permasalahan:

1. Konflik penguasaan kewenangan yang menghasilkan penerimaan

2. Keuangan daerah yang kurang mencukupi (Financial Insufficiency).

3. Kurangnya kepatuhan pada peraturan dan lemahnya penegakan hukum.

4. Overhead cost pemda yang tinggi.

5. Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD

6. Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan

7. Terbatasnya pemanfaatan DAK

8. Kurangnya manajemen aset

(20)

Rekomendasi

1. Keuangan Pemda harus dikaitkan dengan pembiayaan pelayanan yang dilakukan

2. Sumber-sumber perekonomian nasional yang ada di Daerah dikelola oleh Pusat atau kemitraan antara Pusat dan Daerah

3. Sistem subsidi didasarkan atas fiscal gap yang muncul atas dasar perbandingan antara fiscal capacity dengan fiscal need

4. Pembiayaan pelayanan khususnya untuk pelayanan kebutuhan dasar disusun berdasarkan atas standar pelayanan yang ditetapkan oleh Pemerintah

5. Diadakan pemisahan biaya gaji pegawai dari DAU

6. Untuk dapat meningkatkan dana DAU, maka perlu adanya

rasionalisasi dana Sektoral yang masih besar dalam alokasi APBN

(21)

5. Perwakilan Rakyat Daerah

Permasalahan:

1. Kemitraan yang tidak jelas

2. Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD

3. Kerancuan LPJ

4. Kuatnya pengaruh parpol dalam proses pemilihan kepala daerah

5. Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD

6. Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir

7. Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan perundangan

(22)

Rekomendasi

1.

Peningkatan hubungan DPRD dengan

masyarakat

2.

Peningkatan akuntabilitas DPRD dan kepala

daerah

3.

LPJ didasarkan atas pengukuran kinerja

(23)

6. Manajemen Pelayanan Publik

Permasalahan:

1.

Semakin rendahnya kualitas pelayanan

2.

Kaburnya pemahaman konsep-konsep

perencanaan daerah

3.

Masih besarnya peranan pemda dalam

penyediaan pelayanan

4.

Tidak jelasnya standard pelayanan

(24)

Rekomendasi

1.

Identifikasi dan standarisasi pelayanan Pemda

2.

Penentuan standar pelayanan baik yang

bersifat kualitatif maupun kuantitatif

(25)

7. Pengawasan

Permasalahan:

1.

Kurangnya pengawasan dari Gubernur kepada

daerah

2.

Kurangnya sanksi terhadap pelanggaran

peraturan

(26)

Rekomendasi

1.

Perlunya unit dekonsentrasi sebagai perangkat

Gubernur

2.

Revitalisasi peran Gubernur sebagai wakil

pusat di daerah

3.

Perlunya sosialisasi peraturan perundangan

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teori empirisme bahwa lingkungan memiliki hubungan yang tidak bisa dipisahkan dari perilaku individu bahkan individu menjadi “ditiadakan” dengan kehadiran lingkungan

a. Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan pada

Tingkat kerentanan di pedesaan kawasan pesisir Kecamatan Sayung khususnya Desa Sriwulan, Desa Bedono, Desa Timbulsloko dan Desa Surodadi, secara keseluruhan

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa factor persepsi pribadi seperti kepercayaan kepada toko online, persepsi kenyamanan dalam berbelanja secara online,

Lampiran 4 Grafik

Berdasarkan hasil analisis, dapat disim- pulkan bahwa kawasan Rawa Pening yang di- wakili oleh 12 desa yang mengelilingi Danau Rawa Pening memiliki potensi yang

Penelitian ini berjudul Kajian Kelayakan Operasi Pecah Beban Penyulang Beta SJ-2 untuk Kehandalan Sistem Kelistrikan Kota Bitung, kajian ini dilakukan untuk