• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Sosial dalam Konstruksi Geraka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perubahan Sosial dalam Konstruksi Geraka"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Gerakan Lingkungan Hidup dan Perubahan Sosial

A. Sejarah Gerakan Lingkungan Hidup Global

Enam puluh sembilan tahun sejak kemerdekaan diproklamirkan oleh para pendiri bangsa, perjalanan menuju negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 masih jauh dari harapan, bahkan harus menempuh jalan yang terjal. Pembangunan yang dimulai sejak Orde Baru harus dibayar dengan akumulasi berbagai krisis multidimensional, krisis politik, ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Pembangunan dilakukan dengan mengeruk kekayaan sumber daya alam dan mengeksploitasi tenaga-tenaga rakyat yang berujung pada kemiskinan struktural, kesenjangan sosial serta kerusakan lingkungan hidup yang terus meningkat. Hal ini di akui Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, kondisi lingkungan hidup Indonesia memprihatinkan. Penilaian yang dilakukan oleh Yale University dan Columbia University yang berkolaborasi dengan World Economic Forum dan Joint Research Center of the

European Commission, Studi tersebut menghasilkan indeks yang disebut sebagai Environmental Performance Index (EPI). Dari 178 negara yang diuji kelayakan lingkungan

hidupnya, Indonesia menempati urutan ke-112 dengan point rata-rata 6,2. Penilaian berdasarkan kebersihan lingkungan perairan, udara dan tanah (KLH 2014). Gerakan lingkungan menjadi salah satu garda terdepan untuk menghentikan laju kerusakan lingkungan dan melakukan pemulihan agar lebih baik kedepan.

Gerakan Lingkungan adalah : Gerakan sosial dan politik yang di arahkan untuk pelestarian, restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup melalui pendidikan public, advokasi perubahan gaya hidup, perbaikan perencanaan komunitas, perubahan ekonomi uang serta perombakan kebijakan Negara (WALHI 2013). Sedangkan Gerakan sosial adalah perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. (Kamanto Sunarto, 2004).

Sedangkan kesejahteraan1 (welfare) mengutip dalam kamus Oxford, di artikan sebagai keadaan yang sehat, bahagia dan adanya kesempatan untuk mempengaruhi orang lain yang di miliki individu atau kelompok, serta kegiatan atau prosedur yang di desain guna memenuhi kebutuhan dasar fisik maupun materi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik

(well-being). Keadaan yang sehat sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan

hidup yang bersih dan sehat. Sesuai dengan UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 65 (1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Gerakan Lingkungan sering di kaitkan dengan Revolusi Hijau, dimana pengembangan teknologi pertanian dalam upaya meningkatnya hasil pangan, mengubah pertanian tradisonal menjadi pertanian yang lebih modern. Secara teoritis yang mendasari munculnya program Revolusi Hijau adalah teori Thomas Robert Malthus (1766-1836). Teori Malthus

(Malthus Teory) mengatakan bahwa peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung

(aritmatik : 1,2,3,4,…) sementara pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (geometric : 1,2,4,8,…..) artinya jumlah manusia mengalami pertumbuhan cepat (over population) sehingga melampui pertumbuhan produksi pangan. Jika demikian maka kelaparan menjadi ancaman yang nyata. Karenanya solusi harus segera di tentukan dengan jalan teknologi.2.

1

Oxford Advance Learner’s dictionary.p1352

(2)

2

Gerakan lingkungan berkembang seiring dengan industrialisasi barat pada pertengahan abad 20, Rachel Carson pada tahun 1962 menulis buku “The silent Spring” (musim semi yang sepi) yang melukiskan dunia yang sepi karena di tinggalkan penghuninya, baik manusia atau hewan, mati karena zat tercemar. Di dalam bukunya menjelaskan tentang rusaknya lingkungan oleh pemakaian bahan kimia dalam pertanian membrantas hama dan mamakai pupuk kimia untuk menaikan produksi. Kemudian pada tahun 1963 Senator Gaylorfd Nelson, menyatakan bahwa masalah lingkungan hidup akan terus-menerus bertambah parah, jika tidak didorong menjadi masalah sosial dan politik, oleh karenanya persoalan lingkungan perlu menjadi agenda politik nasional, regional dan internasional. Berawal dari keprihatinan sang senator akan kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas lingkungan, sejak tahun 1969 muncul ide untuk menggagas Gerakan lingkungan terbesar, bahwa kenapa tidak semua orang berusaha untuk mengatasi persoalan tersebut.

Gaylord Nelson menyampaikan pidatonya di Seattle tahun 1969. Lewat kesempatan itu,

Nelson mendesak agar kurikulum perguruan tinggi mulai memasukkan isu-isu perihal lingkungan hidup. Agar menyamai model kurikulum masalah anti perang. Ide Nelson itu kemudian disambut baik banyak pihak.

Akhirnya tahun 1990 dibentuk sebuah Anugerah Lingkungan Goldman oleh aktivis lingkungan dan filantrofis Richard N. Goldman. Anugerah Lingkungan Goldman (Goldman

Environmental Prize) adalah sebuah penghargaan yang diberikan setiap tahun kepada para

aktivis lingkungan dari empat benua besar di dunia: Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Para pemenang dipilih oleh dewan juri internasional yang menerima nominasi rahasia yang dimasukkan sejumlah jaringan organisasi lingkungan dan individu.

Tepat pada tahun 1970 gerakan lingkungan yang melibatkan lebih dari 20 Juta manusia turun ke jalan untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, tercatat 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah ikut serta dalam aksi turun jalan dalam rangka menyuarakan gerakan lingkungan. Momentum itu kemudian di tetapkan sebagai Hari Bumi Internasional. Ide dan gagasan tentang hari bumi yang di gagas Gaylorfd Nelson, untuk memberikan kesadaran bagi semua orang agar berusaha untuk menciptakan satu tatanan kehidupan yang lebih baik (well being).Apa yang kita lakukan dan perbuat di muka bumi ini akan berdampak pula kepada kita. Oleh karenanya memperingati satu hari yang dianggap spesial di Bumi ini akan menjadi momen awal membangun kesadaran ditingkat masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dalam upaya bersama meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik. Penyataan yang paling popular adalah :

My primary objective in planning Earth Day was to show the political leadership of the Nation that there was broad and deep support for the environmental movement. While I was confident that a nationwide peaceful demonstration of concern would be impressive, I was not quite prepared for the overwhelming response that occurred on that day3.

Gerakan lingkungan ditingkat global tidak bisa di lepaskan dari berbagai kasus pencemaran lingkungan di dunia, pada tahun 1950an, pencemaran mercuri (hg) terjadi diteluk minamata akibat dari limbah sebah pabrik yang kemudian di kenal dengan penyakit minamata. Pencemaran juga terjadi pada sebuah sungai jinzu dari limbah tambang seng, dimana sungai terebut digunakan untuk saluran irigasi persawahan, implikasinya adalah masyarakat yang mengkonsumsi makan dari sawah yang dialiri sungai tersebut ikut

3

(3)

3

terkontaminasi zat beracun dalam tubuhnya, sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat nyeri pada tulang dan sendinya, dan kemudian terkenal dengan penyakit Itai-itai, dalan bahasa indonesianya aduh-aduh. Pada tahun 1952 pencemaran juga terjadi di di London, namun pencemaran yang terjadi akibat dari asap tercampur kabut terjadi selama kurang lebih 4 hari dan menyebabkan jarak pandang nol meter. Bahkah orang tidak dapat melihat kakinya sendiri. Kasus ini menyebabkan kurang lebih 4000 orang meninggal dunia. Dan kemudian terkenal dengan The Great Smog of London. Kasus –kasus lingkungan tersebut bukan kali pertama, tetapi telah terjadi sejak abad ke 18 setelah revolusi industry. Namun setelah pertengahan abad 20 intensitas menjadi sering dan membahayakan banyak orang. Sehingga berbagai respon terhadap persoalan lingkungan muncul dari individu dan kelembagaan ditingkat lokal, regional dan internasional.

Berbagai kasus pencemaran di dunia memberikan inspirasi kepada seseorang aktivis, akaemisi, feminis dan pemikir dari india, beliau juga menjadi guru dan insiarsi maupun teori bagi pembela lingkungan di dunia.Vandana shiva tidak asing bagi aktivis lingkungan di dunia. Salah satu bukunya yang berjudul Staying Alive telah menjadi satu karya luar biasa bagi feminis dan aktivis lingkungan. Vandana Shiva memposisikan air sebagai salah satu focus kajian persoalan lingkungan. Artinya jika kondisi air tercemar maka kehidupan masyarakat juga akan mengalami persoalan yang serius. Air merupakan awal dari sebuah kehidupan. Gerakan lingkungan yang paling fenomenal yang di inisiasi oleh Vandana Shiva adalah gerakan Chipko. Gerakan ini lahir karana beliau kerap menyerukan Peluklah Pohon – Pohon Kita. Seruan Vandana Shiva “Peluklah Pohon Kita” terinspirasi dari kepahlawanan perempuan untuk menyelamatkan lingkungan 300 tahun lalu di Desa Bishnoiu, Rajastan India. Pohon Khejri ini menjadi saksi bisu atas perlawanan kaum perempuan India terhadap titah sang raja, Abhay Singh untuk menebang pohon Khejri. Masyarakat Desa Bishnoi melakukan protes dengan memeluk pohon Khejri, akibatnya 363 (tiga ratus enam puluh tiga) penduduk desa tewas terbunuh. Gerakan ini kemudian menginspirasi dunia, termasuk gerakan ekofeminisme yang diusung oleh Vandana Shiva. Tokoh Gerakan Lingkungan lain adalah Al Gore yang meneriakkan tentang bahaya global warming bagi dunia (melalui film “An Inconvenient the Truth” dimana film itu memperoleh Oscar pada tahun 2007 ). Bahwa bumi ini sedang mengalami perubahan iklim yang sangat ekstrim dengan ditandai oleh bencana ekologis dimana – mana, suhu yang meningkat tajam dalam 20 atau 10 tahun terakhir ini, penyakit-penyakit bermunculan dan mengancam keberlangsungan mahluk hidup di dunia ini serta permukaan air laut yang semakin meningkat karena es di kutub utara yang mencair, seakan menunjukkan bahwa bumi kita terancam oleh bahaya besar.

(4)

4

dunia baik yang di inisiasi oleh individu dan organisasi-organisasi lingkungan yang masih ada hingga saat ini.

Seiring perjalanan waktu isu lingkungan hidup terus menjadi bola salju di berbagai belahan dunia, khususunya di negara-negara maju mulai menyadari dampak buruk dari pembangunan bagi lingkungan dan keberlangsungan hidupnya. Namun setelah 10 tahun berjalan tumbuh keprihatinan bahwa tidak ada greget mengubah pola pembangunan yang masih saja meruska lingkungan, sehingga lahir kebutuhan untuk mengkaji permasalahan. 10 tahun pasca gerakan lingkungan (1972 – 1982) Stockholm, PBB menggelar Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi. Dimana sebagaian besar peserta yang hadir tidak puas dengan hasil kerja yang dicapai selama 10 tahun terakhir.

Pasca Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Nairobi tahun 1982, hampir setiap Negara memasukan agenda lingkungan dalam konsep pemerintahan dan pembangunannya. Respon Indonesia sendiri membuat kementrian lingkungan dan kependudukan serta merintis sebuah kebijakan lingkungan melalui UU mengenai pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup UU NO 4 TAHUN 1982. Jauh sebelum UU pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup di buat, pada tahun 1973 Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam secara rasional juga telah di tuangkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan pada tahun tahun 1978 telah dibetuk Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup yang di pimpin oleh Prof Dr. Email Salim.

Pada tahun 1992, PBB kembali menggelar konfrensi lingkungan 10 tahun paska Nairobi. Konferensi lingkungan hidup dilaksanakan di Rio de Janeiro Brazil atau yang sering di kenal dengan KTT bumi ( Earth Summit). KTT ini menjadi Puncak Gerakan lingkungan.

Paska pertemuan ini pula di kenal dengan pembangunan berkelanjutan / agenda 21. Yang

merupakan sebuah rencana kegiatan pembangunan berkelanjutan bagi seluruh dunia. Termasuk di dalamnya adalalah Indonesia. Hal ini di dasarkan dari hasil evaluasi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir pasca konferensi Stockholm, lingkungan masih belum menjadi pilar utama dalam pembangunan. Kemudia pada tahun 2002, kembali di laksanakan KTT pembanguan berkelanjutan di johannesburg Afrika Selatan, dalam konferensi ini menghasilkan sebuah kesepakatan dari pembangunan single track, menjadi multi track (ekonomi, sosial dan lingkungan). Pembangunan sasaran jangka pendek menjadi jangka panjang melalui keberlanjutan, ekonomi, sosial, dan lingkungan, Pembangunan konvensional menjadi berkelanjutan untuk keseimbangan ekosistem. Memprioritaskan kesejahteraan pribadi menjadi keadilan sosial.

Konferensi yang terbaru adalah Pada tahun 2012, yaitu KTT Pembangunan Berkelanjutan atau KTT Rio+20, diikuti oleh 191 negara dihadiri 105 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dan 487 menteri. KTT Rio+20 menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen tersebut memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Green Economy in the context of sustainable development and

poverty eradication, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan

(5)

5

Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan

secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). Kebijakan Pemerintah Indonesia “growth, poor, job,

pro-environment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam

sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau “Sustainable Growth with Equity”.

B. Gerakan Lingkungan Hidup di Indonesia

Gerakan lingkungan hidup di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari persoalan politik yang terjadi pada kurun waktu tahun 1970-1980 dimana setelah masa kepemimpinan Soekarno beralih pada masa Soeharto. Kebijkan pembangunan pada masa itu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Akibatnya persoalan sumber daya alam dan lingkungan dikesampingkan demi peningkatan ekonomi. Hal ini juga tidak terlepas dari pengaruh negara-negara dunia pertama. Perubahan sistem kepemimpinan ini membawa akibat pokok pada politik lingkungan hidup dari ecopopulism menuju eco developmentalism. Menurut Ton Dietz dalam Entitlements to Nature Resources of Political Environment Geography (1998) ideologi gerakan Iingkungan digolongkan menjadi tiga, pertama Eco Pascism yaitu kelompok yang memperjuangkan, masalah Iingkungan demi lingkungan itu sendiri, kedua

Eco Populism yaitu gerakan lingkungan yang dilakukan untuk kepentingan rakyak banyak

demi kesejahteraan sosial, ketiga Eco developmentalism yaitu gerakan lingkungan yang dilakukan, demi kelangsungan pertumbuhan okonomi.

Pola pembangunan negara maju yang di adopsi negara berkembang seperti Indonesia, yang menitik beratkan pada pertumbuhan Ekonomi, diasumsikan jika ekonomi suatu negara baik maka persoalan lingkungan akan selesai dengan sendirinya, sehingga masyarakat tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan ekonomi karena sudah di anggap sejahtera. Asumsi ini mungkin ada benarnya, tapi bukan berarti tidak ada yang salah. Karena jika melihat kodrat manusia yang tidak pernah merasa puas, maka persoalan menjadi lain. “Bumi ini mencukupi

seluruh kebutuhan manusia, tapi tidak akan cukup untuk satu orang yang serakah”,

Demikian yang di sampaikan Mahatma Gandi, mengingatkan kita pada potensi perusak yang ada disetiap manusia. Dan potensi tersebut semakin berpeluang ketika masnusia tersebut memiliki kekuatan, baik berupa jabatan maupun modal. Persoalan yang muncul dari pola pembangunan yang menitik beratkan pada aspek ekonomi adalah terjadinya benturan kepentingan. Ini terjadi karena perbedaan persepsi dalam menilai makna “sejahtera” sebagai target dari pembangunan itu sendiri. Hampir seluruh birokrasi dan pemilik modal, memaknai sejahtera dengan pendapatan materi. Artinya, jika terjadi peningkatan pendapatan, maka secara otomatis kesehteraan masyarakat meningkat pula. Padalah tidak semudah itu dalam memaknai kesejateraan. Karena selain yang bersifat metari, ada yang paling hakiki yakni kemerdekaan sebagai manusia. Dan itu menjadi prinsip dari kebanyakan orang di dunia. Tony Fitzpatrick dalam karyanya yang berjudul Welfare

(6)

6

kesejahteraan (kebagiaan, jaminan, pilihan, kebutuhan, kelayakan mendapat hadiah, dan hukuman serta perbandingan relative) 4.Pilihan yang dimaksud tentu tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam aspek-aspek yang lain. Dalam kerangka fikir Sen (1999) pilihan sebagai social opportunity merupakan pilar penting menuju kemerdekaan

(freedoms)5. Artinya kesejahteraan tidak bisa hanya bicara tentang materi.

Namun dalam gerakan lingkungan di Indonesia tidak perlu di perdebatkan antara selamatkan lingkungan dulu ,baru konomi atau sebaliknya. Yang di perlukan alur berfikir bersama agar tidak berbenturan, karena keduanya mempunyai prespektif masing sesuai dengan cara pandangnya. Jika mengacu pada kesepakatan konfrensi di afrika selatan (Johannesburg Plan of Implementation 2002), Semula pembangunan ekonomi, menjadi sutu sistem dengan lingkungan yang biasa di sebut pembangunan berkelanjutan, dari ekonomi saja menjadi ekonomi, sosial dan lingkungan. Namun faktanya kepentingan ekonomi paling dominan, sehingga persoalan lingkungan di abaikan. Menutakan alur ekonomi seperti di atas tentu tidak akan berkelanjutan. Menciutnya hutan tidak akan menghasilkan bahan bagi industri kayu, ikan yang terkuras habis akan membangkrutkan perusahaan prikanan, sungai yang tercemar mematikan tanaman beririgasi, pantai laut yang trcemar mematikan industri pariwisata, ringkasnya lingkungan rusak mematikan pembangunan ekonomi. Ekonomi hanya bisa tumbuh jika di dukung ekosistem sebagai penopang kehidupan yang berfungsi sebagai jaringan kehidupan6.

Gerakan Lingkungan di Indonesia hadir dalam rangka menghadang dan merespon kebijakan pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan meninggalkan sosial dan lingkungan, yang berimplikasi pada perubahan sosial yang mendasar bagi bangsa dan masyarakat Indonesia. Ideologi pemerintah yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi, adalalah satu idiologi yang tidak sepenuhnya benar, pola peradaban yang baru, perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk peningkatan hasil pertanian, telah berimplikasi pada perubahan sosial di level meso ( kelompok-kelompok petani) dan di tingkat mikro (keluarga). Hadirnya organisasi berbasis perkumpulan, yayasan dan organisasi hoby, atau yang lebih popular organisasi lingkungan hidup.

Di era tahun 1980, hadirnya sebuah Wahana lingkungan yang di motori oleh kelompok 10 yang sepuluh (Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia (IALI), Yayasan Indonesia Hijau (YIH), Biologi Science Club (BCS), Gelanggang Remaja Bulungan,Perhimpunan Burung Indonesia (PBI), Perhimpunan Pecinta Tanaman (PPT), Grup Wartawan Iptek, Kwarnas Gerakan Pramuka, Himpunan Untuk Kelestarian Lingkungan Hidup (HUKLI), Sekolah Tinggi Publisistik, Srutamandala) adalah wadah ukar informasi dan komunikasi terkait dengan lingkungan hidup di Indonesia dan dunia. Berawal dari kasus, pencemaran teluk Jakarta, dimana beberapa anak meninggal di Teluk Jakarta diindikasikan sama dengan kejadian di Minamata, Jepang. Mereka tewas akibat keracunan logam berat,merkuri. Serta Kasusnya, pencemaran air oleh limbah pabrik Dukuh Tapak, Semarang. Yang mengakibatkan lahan pertanian, air tanah dan tambak masyarakat tercemar tercemar logam

berat, mengindikasikan persoalan lingkungan yang semakin komplek mendorong Kelompok

4

Tony Fitzpatrick .Welfare Theory ; AN Introduction.PALGRAVE.2001.p 5-9

5 Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10. Kemerdekaan (freedom) terdiri dari

lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik, terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity), jaminan transparansi dan adanya jaminan.

(7)

7

Sepuluh berniat memperluas dampak programnya dengan menyelenggarakan Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) I. Di sinilah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), terbentuk pada oktober 1980, di motori oleh Erna Witular dan Zen Rachman. Lahirnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) berkontribusi terhadap munculnya gerakan-gerakan lingkungan hidup di Indonesia sampai saat ini, atau yang lebih keren di sebut “environmentalisme atau kaum environmentalis”.

Environemntalisme adalah gerakan sosial yang dimotori kaum penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara, tanpa kekerasan mulai dari aksi jalanan,lobi politik, hingga pendidikan public untuk melindungi kekayaan alam dan ekosistem. Sedangkan kaum Environmentalis peduli pada isu-isu pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dan rekayasa

genetika pada produk-produk makanan. Gerakan Environmentalisme saat ini telah

bermetamorfosa menjadi Gerakan Antikorporasi dan Gerakan Anti-Globalisasi. Mengapa? Karena, penguasa dan perusak lingkungan terbesar di dunia adalah perusahaanperusahaan transnasional. Kaum Environmentalis adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendukung setiap tujuan gerakan lingkungan hidup. Umumnya secara politik di sebut sebagai “Greens” atau “Kaum Hijau”. Kaum Environmentalis memiliki pandangan yang kuat atas isu-isu lingkungan hidup dan mengamalkan nilai-nilainya sebagai aktivis, relawan, akademisi dan profesional. Kaum environmentalis sering disamakan dengan Kaum Konservasionis, kelompok yang berjuang melakukan pelestarian, restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Kaum Environmentalis yang radikal sering dilabel sebagai Eco-Terrorism. Mereka melakukan cara-cara kekerasan, sabotase, vandalisme, perusakan properti dan intimidasi dengan terang-terangkan mengatasnamakan paham Environmentalisme.

Hingga aat ini gerakan lingkungan di Indonesia tampaknya tidak hanya menjadi milik para aktivis lingkungan saja tetapi sudah menjadi hal yang lazim yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, ada semacam difusi kebudayaan, secara antropologis, dan ada semacam internalisasi, secara sosiologis, bahwa yang namanya gerakan lingkungan hidup, dalam konteks ini sebagai bentuk dari perubahan sosial untuk penyelamatan lingkungan hidup. Bahkan gerkan lingkungan juga sudah sampai pada tingkat anak-anak kecil, di sekolah dan dirumah pendidikan lingkungan sudah harus dan wajib di ajarkan kepada anak-anak. Di Yogyakara, pada tahun 2009, hadi sebuah forum yang menggabungkan anak dan keluarga dalam gerakan lingkungan (FOKAL) Forum Keluarga dan Anak Pecinta Lingkungan. Gerakan-gerakan lingkungan yang di motori anak-anak juga banyak di temukan di Indonesia, menggabar dan mewarni dengan tema lingkungan hingga sampai melakukan aksi penanaman pohon. Di tingkat kampus, dan setiap fakultas lahir organisasi pecinta alam yang mendedikasikan visinya untuk pelestarian lingkungan hidup. Di setiap instansi pemerintah di tingkat daerah dan nasional, jargon dan progam yang berprespektif lingkungan juga semakin banyak. Misalnya program kementrian kehutanan satu orang menanam satu pohon, dalam rangka gerakan satu milyar tanah pohon. Gerakan segosegawe yang di inisiasi walikota Yogyakara periode yang lalu (sepeda kanggo sekolah dan nyambut gawe) sepeda untuk sekolah dan bekerja dan lain sebagainya.

(8)

8

agar public dan masyarakat semakin sadar dan peduli terhadap kondisi lingkungan yang ada saat ini.

C. Analisa

Pola pembangunan yang di terapkan di Indonesia yang menitik beratkan pada sisi ekonomi sama halnya industrialisasi menjadi prioritas, menempatkan pemanjaan berlebih pada ; teknologi berbasis capital, industry berbasis teknologi tinggi, industry yang berbasis pada sumber daya manusia supar terdidik dan industry berbasis pada sumber daya asing.7 Eksploitasi sumber daya alam dengan menghadirkan investasi asing melalui kebijakan penanaman modal asing di Indonesia menjadi sangat ideologi pemerintah saat itu. Ketika industrialisme berkembang dan menggejala di seluruh dunia, jarak struktur institusional dan sistem nilai dan keyakinan akan semakin berkurang. Semua masyarakat, apapun jalan yang dilaluinya untuk memasuki dunia industri, cenderung menyerupai masyarakat industri yang sebenarnya (Goldthrope, 1971:263). Hal ini sejalan dengan teori Neoevolusionisme dalam antropologi kultural (White dan Langkah Ke Determinisme) melukiskan kultur sebagai alat penyesuain diri dengan alam terutama dengan memanfaatkan energi bebas dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peran utama yang dimainkan adalah sistem teknologi. Begitu juga dengan pemikiran modernisasi khusus teori konvergensi (Kerr, Huntington,

Rostow) : Determinisme teknologi paling dominan dalam menentukan arah perubahan

sosial. Evolusi penggunaan energi dimulai dengan menggunakan teknologi, tenaga binatang hingga traktor. Hal ini bisa dilihat bagaimana proses pertanian di Indonesia saat ini mayoritas menggunakan Traktor di dukung dengan penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa kendali dan penggunaan pupuk kimia. Walaupun masih ada yang menggunakan energi tadisonal, binatang dan orang serta dukungan benih lokal.

Pola-pola yang di jelaskan di atas berdampak pada perubahan sosial pertanian di Indonesia, para petani tradisonal terdesak dan dipaksa untuk mengikuti pola peradaban yang baru, perluasan areal tanam , penggunaan benih import, penggunaan pestisida kimia yang tanpa kendali dan penggunaan pupuk kimia yang melebihi kebutuhan merupakan upaya untuk peningkatan hasil pertanian, dan dimulailah sebuah perusakan sumber daya hayati dan perubahan fungsi lahan yang pada akhirnya merubah pola konsumsi pangan lokal menjadi pola konsumsi yang sturukturalis, yaitu beras sentris. Menurut Ritzer : Perubahan sosial adalah variasi-variasi hubungan-hubungan diantara individu, kelompok, kebudayaan, dan masyarakat yang terjadi lintas waktu. Dalam hal kasus di atas terjadinya perubahan sosial yang terjadi lintas waktu adalah di awali ideology pembangunan yang berimplikasi pada system pertanian dan pola konsumsi masyarakat Indoneia saat ini, proses-proses pertanian sekarang mayoritas menitik beratkan pada teknologi traktor. Sedangkan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang dulunya didasarkan pada sumber produksi pangan di wilayah mereka (umbi-umbian), harus berganti dengan beras. Faktanya mayoritas penduduk Indonesia mengikuti pola konsumsi yang menitikberatkan pada beras sentris, jika tidak mengkonsumsi berat di anggap miskin. Dalam hal ini sama dengan orang yang tidak makan beras dan masih mengkonsumsi makanan lokal di anggap miskin dan ketinggalan zaman. Artinya hal ini sesuai dengan penjelasn (Ogburn) teknologi menciptakan masalah sosial yang memerlukan tindakan-tindakkan masyarakat, pemakaian teknologi baru membutuhkan penyesuaian tindakan masyarakat, jika tidak maka akan terjadi ‘cultural lag’.

(9)

9

Gerak dan langkah dari gerakan lingkungan di Indonesia terbagi dalam berbagai bentuk organisasi dan strategi. Ada yang mengarahkan kepada public campaign, pemberdayaan masyarakat, kajian dan riset serta advokasi pada pemerintah. Semua di lakukan dalam rangka melakukan tindakan untuk perubahan lingkungan yang lebih baik. Jika dianalis melalui teori perubahan sosial, Talcott Parson dalam kerangka Adptation, Goal, Integration

dan Laten (AGIL) maka upaya yang di lakukan oleh kelompok gerakan lingkungan

mengarah pada advvokasi kebijakan pemerintahan dalam kaitannya advokasi lingkungan, lebih bagaimana merubah goal sebagai tujuan kelembagaan pemerintah yang selama ini mengacu proses pembangunan yang berorientasi ekonomi, karena kebijakan yang di buat di dasarkan kepada keputusan politik. Sedangkan upaya yang di lakukan kelompk gerakn lingkungan yang di arahkan pada pemberdayaan masyarakat lebih pada bagaimana mendorong norma dan etika berprilaku ramah lingkungan, dengan mengitegrasikan system normal yang berlaku di tingkat masyarakat. Upaya gerakan lingkungan yang lebih teknis yang di dasarkan pada pengalaman-pengalam empiris adalah teory yang di kembangkan oleh Merton. Dimana setiap system sosial memiliki fungsi-fungsi sendiri dalam upaya penyelamatan sumber daya alam dan lingkungan.

D. Kesimpulan

Pada dasarnya, setiap proses perubahan social selalu ada persoalan. Persoalan mendasar dari proses tersebut adalah : kenapa perubahan social terjadi dan kemana visi perubahan social. Yang lebih penting lagi adalah : atas kepentingan siapa perubahan terjadi, dan siapa yang akan menikmati perubahan tersebut8. Gerakan lingkungan di Indonesia semakin banyak bermetamorvosa, dari gerakan individu, kelompok dan organisasi baik di tingkat lokal, nasional dan Global. Hampir semua orang berasumsi bahwa gerakan lingkungan sebagai proses menuju kehidupan yang lebih baik dan sehat untuk kehidupan yang lebih baik. Tetapi tentu ini menjadi pertanyaan besar apakah semua gerakan lingkungan yang ada sebagai upaya untuk perubaan sosial yang makin baik kedepan, atau sebaliknya.

Oleh karenanya tantangan yang semakin besar dimasa mendatang mengharuskan kita untuk melakukan reposisi gerakan lingkungan agar bentul betul menjadi gerakan sosial yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat secara berkalanjutan. Karena gerakan lingkungan menjadi salah untuk menghadapi dominasi pasar dan globalisasi ketika negara tidak lagi mempunyai fungsi sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, karena perannya telah dihilangkan oleh pasar bebas. Sebuah gerakan tidak serta merta dapat terbentuk, untuk itulah gerakan lingkungan harus segera berbenah, dan melakukan penguatan terhadap basis-basis gerakan lingkungan di tingkat individu, organisasi dan sistem di pemerintahan, sebagai basis gerakan secara kolektif aar kita tidak terkontaminasi Idiologi pasar bebas.

Refrensi :

1. Amartya Sen. Development AS Freedoms.New York.Anchor Book.1999.p 10. Kemerdekaan (freedom) terdiri dari lima pilar penting yakni;kemerdekaan politik, terpenuhinya fasilitas ekonomi, kesempatan sosial (social opportunity), jaminan transparansi dan adanya jaminan.

2. Bruce J Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta, 1992

8

(10)

10

3. Briefing Paper, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Oxfam GB, Jakarta 2013

4. Email Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Kompas, Jakarta, Juni 2010

5. Faqih, Mansoer; Masyarakat sipil dan perubahan social di Indonesia, dalam buku Menuju Massyarakat Terbuka, Insis Press, 1999

6. Gaylord Nelson, Earth Day '70: What It Meant , [EPA Journal - April 1980] 7. Hening Parlan, Bingkai WALHI dalam Gerakan, WALHI,

2004

8.

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi), FEUI, Jakarta, 2004

9.

Kartasapoetra, G dan Kreimers, L.J.B, Sosiologi Umum, Bina Aksara, Jakarta. 1987.

10.

Referensi

Dokumen terkait

Pada variasi sinyal sinusoidal 120Hz – Square 160Hz, pada gambar 4.17 berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat untuk kontur temperatur, seperti dilihat pada gambar

Sedangkan faktor internal yang akan mempengaruhi perekonomian Kabupaten Samosir untuk Tahun 2012 diperkirakan adalah Pertama, persentase belanja Tidak Langsung terhadap

Dari hasil magang dapat diketahui bahwa kegiatan magang sangat bermanfaat bagi peserta. Peserta magang akhirnya tahu dan mampu melaksanakan pembuatan bibit jamur, budidaya jamur,

Efektivitas implementasi kebijakan Peraturan Daerah kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW 2011-2031 terkait rendahnya penataan ruang terbuka hijau privat

1) Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan: suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering

Berdasarkan kondisi permasalahan diatas dan betapa pentingnya peran auditor internal di sebuah organisasi guna menjaga keberlanjutan organisasi itu sendiri dalam

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut: Apakah dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share