• Tidak ada hasil yang ditemukan

implikasi penerapan kebijakan kurikulum. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "implikasi penerapan kebijakan kurikulum. pdf"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Angga Debby Frayudha

Implikasi Penerapan Kebijakan Kurikulum

2013 Pada Sekolah Dasar di Pedesaan Atau di

Daerah Pinggiran Dalam Perspektif

Manajemen Pendidikan

Authors Angga Debby Frayudha Department Of Management of Education

State University of Semarang UNNES Postgraduate S2 Program Semarang 50225

mpyenk@gmail.com

Abstrak. Pendidikan bukan hanya sekedar menjadi sebuah wacana untuk

digembar-gemborkan melalui berbagai program yang tidak tepat sasaran. Kurikulum 2013 lahir sebagai solusi tepat yang akan menjadi kurikulum pendidikan nasional di Indonesia. Namun perlu dipertimbangkan lagi kebijakan pelaksanaanya, mengingat, masih banyaknya sekolah-sekolah di pedesaan atau pedalaman yang tidak ditunjang oleh fasilitas yang lengkap, SDM guru yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas atau media belajar yang sudah ada pun perlu dibenahi, dan otonomi yang ada dalam Kurikulum 2013 sendiri untuk membebaskan para guru menyusun bahan ajar sendiri sesuai dengan daerah masing-masing meski harus mengacu pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan di bawah pengawasan dinas kabupaten atau kota, tidaklah sesuai dengan ujian akhir nasional yang kadang soal-soalnya bertentangan dengan apa yang selama 6 tahun dipelajari oleh para siswa di sekolah mereka masing-masing.

A. PENDAHULUAN

(2)

Angga Debby Frayudha

suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkah-langkah strategis dari pemerintah untuk menanganinya.

Di dalam pemerataan akses pendidikan bagaimana pentingnya setiap warga memproleh persamaan dalam memproleh pendidikan tanpa diskriminasi. Hal ini didasari oleh Critical Theory (Teori Kritis) yang memiliki esensi adalah konstruktivisme, yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter politis, terkait dengan kehidupan sosial dan politik.

Reformasi tahun 1998 telah melahirkan tuntutan publik termasuk pelayanan pendidikan yang adil dan berkualitas. Tuntutan publik terhadap adanya perubahan sistem, pengelolaan, maupun pelayanan pendidikan melahirkan suatu keputusan sekaligus kesepakatan untuk memberlakukan desentralisasi pendidikan yang merupakan bagian dari desentralisasi pemerintahan dalam bentuk otonomi daerah secara keseluruhan (Baedhowi, 2009:88).

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ditetapkan bahwa pendidikan dan kebudayaan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Untuk melaksanakan kebijakan otonomi daerah di bidang pendidikan dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 2000 yang diperbarui dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Tujuan otonomi bidang pendidikan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang penyelenggaraannya dilakukan dengan : (1) meningkatkan penyelenggaraan pendidikan yang transparan dan akuntabel. (2) meningkatkan efektifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan dan

(3)

Angga Debby Frayudha

Krisis global semakin membuat kehidupan yang sudah sulit menjadi semakin rumit bahkan telah menjadi suatu dilema dan masalah klasik yang tidak pernah kunjung selesai. permasalahan yang kian nampak dan semakin menjadi-jadi adalah semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dirasakan oleh mereka. Terkait dengan kemiskinan ini, publikasi dari BPS tanggal 2 Juli 2007, menyebutkan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 mencapai 37,17 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen). Badan Pusat Statistik memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 234,2 juta atau naik dibanding jumlah penduduk 2000 yang mencapai 205,1 juta jiwa ( KOMPAS.com Rabu, 23 Juni 2010). Dari data jumlah penduduk tersebut angka kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi. Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, jumlah penduduk miskin di Indonesia saat ini mencapai 31 juta jiwa (data ini masih menjadi perdebatan karena BPS dinilai telah memanipulasi data jumlah penduduk miskin). Sebanyak 78 persen di antaranya hidup di daerah Jawa dan Sumatera (Kompas.com Selasa 13 Juli 2010). memang jumlah penduduk miskin mengalami penurunan. Angka-angka tersebut adalah manifestasi dari kemiskinan yang berbanding lurus dengan tingkat pendidikan penduduk suatu negara. Kemiskinan itu pula yang menyebabkan sebagian masyarakat di negara ini lebih mengedepankan urusan perut untuk bertahan hidup daripada memikirkan bagaimana untuk membayar sekolah. Sehingga sudah dapat dipastikan masyarakat akhirnya terus terpuruk dalam belenggu kemiskinan.

(4)

Angga Debby Frayudha

kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial. Pendidikan akan menciptakan masyarakat terpelajar (educated people) yang menjadi prasyarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri, demokratis, sejahtera, dan bebas dari kemiskinan. Dalam amandemen UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) dan (2) menegaskankan, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(5)

Angga Debby Frayudha

sementara jumlah usia yang non produktif mencapai rendah. Bisa dibayangkan apabila pada masa ini jumlah yang produktif ini tidak produktif (kementrian pendidikan dan kebudayaan 2013 – Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SD/MI).

Dalam mengembangkan kebijakan pendidikan yang mampu dirasakan oleh rakyat miskin maka harus diperhatikan adalah bagaimana pendidikan itu mengemas sistem pendidikan dengan seluruh komponen, yaitu kurikulum, materi pendidikan, sarana prasarana, lingkungan siswa, guru dan tenaga pendidikan lainnya, proses pendidikan dan lainnya. Sehingga diperlukanlah membangun sistem pendidikan yang demokratis. Dalam Democracy Theory (Teori Demokrasi) mengajarkan bahwa anggota masyarakat mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam proses perumusan dan penentuan kebijaksanaan pemerintahan. Dengan kata lain, pemerintah (government) melakukan apa yang dikehendaki oleh rakyat, setidak-tidaknya pemerintah menghindarkan diri dari apa yang tidak dikehendaki oleh anggota masyarakat.Teori yang digagas oleh JJ. Rousseau (Abad XIX) ini memiliki tujuan mencapai kebaikan kehidupan bersama di dalam wadah suatu negara, khususnya dalam tata hubungan antara manusia sebagai warganegara dengan negaranya. Dan pada prinsipnya Teori Demokrasi bercita-cita membangun pendidikan bagi seluruh masyarakat.

B. PEMBAHASAAN

(6)

Angga Debby Frayudha

produktif mencapai rendah. Bisa dibayangkan apabila pada masa ini jumlah yang produktif ini tidak produktif. karakterisitik kurikulum 2013 antara lain :

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

B.1 Organisasi Kompetensi

(7)

Angga Debby Frayudha

Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Dengan pendekatan ini maka Struktur Kurikulum SD/MI menjadi lebih sederhana karena jumlah mata pelajaran berkurang.

Di kelas IV, V, dan VI nama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial tercantum dalam Struktur Kurikulum dan memiliki Kompetensi Dasar masing–masing. Untuk proses pembelajaran, Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial, sebagaimana Kompetensi Dasar mata pelajaran lain, diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Oleh karena itu, proses pembelajaran semua Kompetensi Dasar dari semua mata pelajaran terintegrasi dalam berbagai tema.

Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Sedangkan substansi muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.

B.2 Tujuan Satuan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur;

b. berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; c. sehat, mandiri, dan percaya diri; dan

d. toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

B.3 Struktur Kurikulum dan Beban Belajar

1. Struktur Kurikulum

(8)

Angga Debby Frayudha

mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Dalam struktur kurikulum menggambarkan ide kurikulum mengenai posisi belajar seorang peserta didik yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, dan beban belajar.

2. Beban Belajar

(9)

Angga Debby Frayudha

C. Perspektif manajemen pendidikan dalam Kurikulum 2013

Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan.

Menurut Mulyani A. Nurhadi Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu.

(10)

Angga Debby Frayudha

Dalam rangkaian penerapan kurikulum 2013 itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan yang hanya tujuanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan dari penerapan kurikulum ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa untuk mengelola pendidikan secara baik dan bermutu. Dalam proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu. Jadi dimaksudkan dalam sudut pandang manajemen pendidikan maka kurikulum 2013 bisa dikelola dengan baik dan pengelolaan itu tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien.

D. Perspektif Kurikulum 2013 yang diterapkan di Sekolah Dasar pada daerah Pedesaan atau daerah Pinggiran

Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema dengan menerapkan pendekatan pembelajaran.

Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.

(11)

Angga Debby Frayudha

Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya maka sekolah juga dituntut agar kelengkapan pembelajaran juga lengkap namun sekolah dasar di daerah pedesaan atau di daerah pinggiran mengalami kesulitan dalam hal tersebut sehingga hasil dari pendekatan pembelajaran tersebut kurang begitu maksimal.

Dampak dari penerapan kurikulum 2013 didaerah pedesaan atau pinggiran antara lain :

1. Guru mengajar di dua atau tiga sekolah demi mengejar kekurangan jam agar memperoleh tunjangan sertifikasi. Kadang jarak antarsekolah tempatnya mengajar sangat jauh sehingga para guru sudah kelelahan dan tidak lagi memiliki waktu untuk belajar hal baru.

2. Pengurangan jam mata pelajaran atau penghapusan mata pelajaran akan menyebabkan kelebihan guru.

3. Postur anggaran cenderung mengutamakan pembangunan fisik, seperti membangun dan memperbaiki sekolah, membeli alat, dan melengkapi sarana/prasarana. Sementara itu, sangat minim anggaran untuk membangun kapasitas guru.

4. kurikulum 2013 itu lebih berorientasi kepada manusia karakter dari pada manusia berilmu. Oleh karena itu, sistem penilaian pun mestinya menggunakan penilaian kualitatif.

5. Buku Kurikulum 2013 sangat spesifik, terlebih buku untuk Sekolah Dasar (SD) (kelas 1-3) karena hanya berlaku setahun saja dan hal ini akan menggerogoti uang BOS demi kurikulum 2013.

(12)

Angga Debby Frayudha

Semarang, di hasilkan “model implementasi kebijakan pendidikan hasil pengembangan adalah model implementasi kebijakan pendidikan yang menerapkan prinsip interaktif, partisipatif, manajemen dan good governance”.

Interaktif dalam implementasi kebijakan pendidikan maksudnya bahwa implementasi kebijakan pendidikan adalah sebagai suatu proses yang dinamis, sehingga setiap pihak yang terlibat baik sebagai penentu, pelaksana dan pengguna kebijakan sesuai dengan kapasitasnya dapat mengusulkan perubahan dalam setiap tahapan pelaksanaan, apabila di pandang terdapat kekurangan atau kelemahan yang mengganggu pencapaian tujuan kebijakan. Disamping itu setiap hasil evaluasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan kebijakan lebih lanjut. Sehingga setiap tahapan implementasi kebijakan bidang pendidikan selalu dievaluasi, dan segala potensi, kekuatan, dan kelemahan dalam setiap tahapan implementasi dapat diketahui dan segera diperbaiki untuk mencapai tujuan kebijakan pendidikan yang diharapkan (Grindle, 1995).

Penyelenggaraan pendidikan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan harus diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan harus menerapkan fungsi manajemen secara baik, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan (actuating), dan pengendalian (controlling). Dalam tahap penetapan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan pelaksana, prinsip manajemen dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengendalian. Sedangkan dalam pelaksanaan/eksekusi kebijakan pendidikan, implementator menerapkan fungsi pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian. Pelaksanaan/eksekusi kebijakan pendidikan sebagai penentu berhasil tidaknya kebijakan pendidikan harus menerapkan prinsip good governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, fairness, dan responsivitas. Sehingga kebijakan pendidikan benar-benar dapat menjamin adanya peningkatan mutu pendidikan.

(13)

Angga Debby Frayudha

masalah ini secara tepat pemerintah perlu untuk mengklasifikasi pelayanan dengan saling mengoreksi antara swasta dan negeri, subsidi dan non subsidi, yang mencari keuntungan dan tidak mencari keuntungan diseluruh pedesaan dan perkotaan, untuk mengungkap informasi yang krusial seperti bagaimana ivestasi pemerintah menguntungkan atau tidak menguntungkan orang miskin. Data yang tidak dihitung secara regional mengenai perluasan dan frekuensi pelayanan menggunakan (pendaftaran dan partisipasi dalam hal jumlah jam, jumlah hari perminggu dan perbulan ) dapat juga membantu pemerintah menyampaikan ketidak merataan dalam jenjang partisipasi.

Pelatihan guru adalah salah satu dari banyak faktor yang menentukan kualitas pelayanan, tetapi yang penting dapat berbentuk kuatitatif lebih mudah dari yang lain. Sampai sekarang di Indonesia data aspek penting mengenai kualitas kurang. Latar belakang laporan ini menyediakan beberapa data mengenai kualifikasi dan tingkat pelatihan tenaga kerja anak usia dini, tetapi tim review tidak melihat laporan resmi mengenai hal ini. Juga tidak mendapatkan data yang relevan di referensi internasional. Distribusi guru yang bermutu di daerah-daerah (pedesaan dan perkotaan) akan menjadi indikator yang bermanfaat membuktikan ketidak merataan kualitas regional.

E. Perspektif Kurikulum 2013 Dalam Evaluasi Kebijakan Publik

(14)

Angga Debby Frayudha

(15)

Angga Debby Frayudha

outcome ” adalah akibatakibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya suatu kebijakan. Adapun yang dimaksud dengan “Policy output” ialah dari apaapa yang telah dihasilkan dengan adanya program proses perumusan kebijakan pemerintah (Islamy, 1986 : 114-115).

(16)

Angga Debby Frayudha F. PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa, model impelementsi yang sesuai untuk diterapkan di semua daerah meliputi perkotaan, pedesaan dan daerah pinggiran adalah model interaktif, partisipatif, fungsi manajemen dan good governance Karena dengan model tersebut pelaksanaan kebijakan pendidikan dapat dilakukan dengan transparan, akuntabel, memberdayakan semua komponen stakeholder pendidikan, sehingga mutu pendidikan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. walaupun perlu adanya penyendirian kualitas sekolah karena pada sekolah pinggiran atau pedesaan yang pada umumnya dari struktur pengajar, alat kelengkapan dan manajemen yang tidak sama dengan perkotaan perlu diantisipasi tersendiri agar tidak menimbulkan kesan kesenjangan bagi sekolah tersebut dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan bagi sekolah di daerah pinggiran atau pedesaan sangatlah penting. namun bagi sekolah tersebut perbedaan kelengkapan peralatan sekolah-sekolah atau hal-hal lain yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran seharusnya tidak menjadi penghambat yang begitu signifikan terhadap proses belajar mengajar dan dapat menggangu kebijakan pemerintah untuk menerapkan Kurikulum 2013 di seluruh Stakeholder pendidikan dari kota sampai desa dari sekolah negeri sampai swasta dan disini dibutuhkan peran guru yang sangat besar guna pencapaian kurikulum 2013 agar bisa dilaksanaakan dengan baik.

Saran pertama, berdasarkan kesimpulan diatas maka dalam penetapan

(17)

Angga Debby Frayudha

prinsip good goverenance yaitu transparansi, akuntabilitas, fairnes dan

responsivitas. Ketiga, perlu adanya kebijakan Khusus dari Pemerintah bagi

daerah pedesaan atau pinggiran untuk menerapan kurikulum 2013.

DAFTAR PUSTAKA

Griffiths,L.V. 1983. Masalah Pendidikan di Daerah Pedesaan, Unesco

Abdul Wahab, Solichin, 1990. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara, Rineka Cipta, Jakarta.

Soedijarto. 2013. Pendidikan yang mencerdaskan Kehidupan Bangsa dan

Memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia, Kompas, Jakarta

Daulay, Hanum, Latifah. 2008. EVALUASI KEBIJAKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. Jurusan Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatra Utara

http://muna.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-ontent/uploads/sites/65/2013/03/dokumen-kurikulum-2013.pdf. diakses tanggal tanggal 30 september jam 10:26

http://urip.files.wordpress.com/2013/02/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-sd-ver-3-3-2013.pdf. diakses tanggal tanggal 30 september jam 10:28

http://www.man1pekanbaru.sch.id/file_download/kurikulum-2013-kompetensi-dasar-sma-ver-3-3-2013.pdf diakses tanggal tanggal 30 september jam 10:33

http://www.lpmpjabar.go.id/sites/default/files/IMPLIKASI%20KURIKULUM%2

02013.doc. didownload tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:12

http://unesdoc.unesco.org/images/0013/001385/138522ind.pdf. didownload

(18)

Angga Debby Frayudha

http://dikmen.kemdikbud.go.id/dak/Peraturan%20DAK%20DIKDAS%202013%2

0pada%20rakor%20Dikmen.pdf. didownload tanggal 6 oktober 2013

pukul 11:43

http://unesdoc.unesco.org/images/0007/000764/076492indb.pdf. didownload

tanggal 6 oktober 2013 pukul 19:39

http://re-searchengines.com/imamhanafie3-07-2.html diakses tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:21

http://tempo-institute.org/kurikulum-sekolah-bagi-si-miskin-di-pedalaman/

diakses tanggal 6 oktober 2013 pukul 11:21

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metode untuk memprediksi harga emas yaitu dengan fuzzy time series, penelitian ini telah dilakukan untuk memprediksi kurs rupiah terhadap dollar amerika [1]

Berikut ini akan dibahas neraca massa dimana reaksi terjadi di dalam sistem yang ditinjau.. Dalam reaksi kimia, stoikiometri reaksi kimia

Penelitian dilakukan dengan metode uji laboratorium, dari hasil penelitian diperoleh aktifnya mesin gerinda secara otomatis terjadi tatkala sensor Photo Dioda1 terhalang

yang disampaikan secara online melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) untuk paket kegiatan: Pada hari ini Senin Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua

kehadiran Bapak /Saudara untuk menghadiri acara “Pernikahan Anak kami” yang bernama :.. Husen

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas ijin-Nya, pada hari ini kita dapat berkumpul di

Berdasarkan tabel 1 (kondisi awal larutan 7900 ml air laut dan 100 ml amoniak mempuyai PH 14 yaitu kondisi basa sedangkan setelah diperlakukan dengan waktu paparan 336 jam bahwa

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DARI KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. Dalam penyusunan Karya Tulis