MODUL
TEORI EKONOMI ISLAM (MAKRO
MIKRO ISLAM)
Oleh :
Penanggungjawab : Tia Meida
Tim Penyusun : Arin Dwijaya Mutia
Farida
Indri Oktavia Naila Amalah
Faris Azka Tia Meida
Editor : Hilmi Mu’tashim
Study Community of Islamic Economics
(SCIEmics)
Department Science Academic
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mata kuliah Mikro dan Makro Islam, kita akan mempelajari:
(1) Teori Konsumsi, Produksi, dan Distribusi
Kegiatan inti ekonomi untuk memenuhi kebutuhan.
(2) Pasar dalam Islam
Tempat atau kegiatan bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan
transaksi. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang pengertian, praktik
yang dilarang dalam pasar, konsep dan mekanisme pasar dalam presfektif
Islam.
(3) Kebijakan Fiskal Islam
Salah satu perangkat pemerintah dalam mencapai kesejahteraan
masyarakat secara syari’ah. Kebijakan fiskal pada zaman Rasulullah dan
Khulafa Ar-Rasyidun serta instrumen fiskal Islam.
(4) Kebijakan Moneter Islam
Sistem keuangan yang paling banyak dilakukan studi empiris dan
historisnya. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang konsep uang dalam
Islam, mazhab dan kebijakan moneter, instrumen kebijakan moneter, dinar
dan dirham.
(5) Peran Negara
Bagaimana peran ibadah, politik, dan tentunya ekonomi dalam
A. Sejarah Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro
Pengakuan dunia terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru
tercipta pada abad 18 M, setelah Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation
pada tahun 1776. masa ini merupakan masa awal bagi perkembangan ilmu
ekonomi dunia, sebab pasca munculnya Adam Smith yang disertai dengan
terbitnya bukunya itu, yaitu buku yang menjadi rujukan bagi ekonom seluruh
dunia, bahkan hingga saat ini, mampu merangsang para pemikir ekonomi barat
lainnya menerbitkan buku-buku lain yang kemudian pemikiran didalamnya juga
menjadi rujukan bagi ekonom seluruh dunia. Dan kemudian para penulis-penulis
buku tersebut menjadi tokoh yang dikagumi semua bangsa di dunia.
Mereka itu adalah tokoh-tokoh aliran klasik yang memiliki pemikiran yang
saling mendukung dengan pemikiran Adam Smith. Seperti David Ricardo (1815),
Thomas Robert Malthus (1798), Jean Baptise Say (1832) dan John Stuart Mill
(1848). Teori ekonomi dari pemikiran mereka ini sering disebut dan dianggap
sebagai pondasi dasar dari teori ekonomi mikro.
Pemikiran David Ricardo yang popular adalah teori harga relative berdasar
biaya-biaya produksi, yang kemudian melahirkan teori biaya sewa tanah, teori
biaya capital (bunga), dan teori upah tenaga kerja (nilai kerja dan upah alami).
Adapun Thomas Robert Malthus pemikirannya yang popular adalah teori
populasi, yang dari pemikirannya tersebut memicu pemerintahan untuk
menggalakkan dua hal, yaitu program Keluarga Berencana (KB) dan atau
meningkatkan produksi nasional (PDB). Demikian pula pemikiran ekonomi dari
nasional, sebab penawaran itu akan menghasilkan permintaannya sendiri, artinya
setiap produksi yang dihasilkan akan mampu dibeli/diserap oleh
konsumen/masyarakat. Dengan begitu, produksi harus terus ditingkatkan demi
mengatasi problem ekonomi dalam pandangan mereka, yaitu Scarcity
(kelangkaan)
Demikianlah teori-teori dari tokoh ekonomi dunia yang pemikirannya sejak
dahulu hingga saat ini menjadi rujukan bagi seluruh bangsa di muka bumi ini.
Pemikiran mereka menjadi kurikulum wajib bagi sekolah menengah dan apalagi
perguruan tinggi di negeri ini. Dan bukan hanya sekedar teori dalam mengikuti
pemikiran mereka ini, namun teori-teori tersebut juga dipraktekkan secara nyata
ditengah-tengah masyarakat, baik oleh bangsanya sendiri maupun oleh seluruh
bangsa di dunia ini.
Namun pemikiran ekonomi mereka adalah buah hasil dari pemikiran manusia
yang merupakan makhluk lemah, hingga dapat dipastikan apabila pemikiran yang
dihasilkan oleh makhluk yang lemah sudah barang tentu akan berbuah kelemahan
pula. Hingga hal ini dibuktikan pada tahun 1929, praktek dari pemikiran mereka
berbuah bencana. Terjadilah pada saat itu peristiwa monumental dalam sejarah
perekonomian dunia, The Great Depression di Amerika, dan bahkan tidak cukup
sampai di wilayah tersebut saja, dampaknya merambah keseluruh negara-negara
Eropa bahkan belahan dunia lainnya seperti Asia.
Depresei BesarGreat Depression adalah peristiwa yang menghancurkan
segala sendi perekonomian negara-negara dunia hingga ke level yang lebih kecil,
pengangguran yang merajalela terutama di Amerika dan Eropa, inflasi
melambung tinggi menambah daya beli masyarakat mencapai titik nol. Namun
dari peristiwa tersebut, sayangnya disikapi oleh para pemikir dan pengambil
kebijakan ekonomi mereka dengan terus dan tetap merujuk pada pemikiran
tokoh-tokoh mereka yang selama ini membuat perekonomian mereka maju, yaitu
pemikiran Adam Smith, David Ricardo dan kawan-kawannya. Akibatnya tak ayal
lagi, diprediksi dan dipastikan, dan terbukti masa depresi ini tak kunjung usai
bertahun-tahun lamanya, dan korban jiwa pun terus berjatuhan.
Pemikiran maenstrim/utama dari para tokoh seperti Adam Smith dan
kawan-kawannya tersebut adalah menolak segala bentuk campur tangan pemerintah. Jadi,
apabila terjadi suatu masalah ekonomi ditengah-tengah masyarakat, menurut
mereka harus dibiarkan saja, pemerintah tidak dikehendaki dalam memberikan
solusi. Sebab masalah tersebut akan terselesaikan sendiri secara alami, yaitu
diselesaikan oleh invisible hand. Dan invisible hand yang terbentuk adalah hasil
dari mekanisme pasar, yang merupakan titik hasil dari pertemuan sisi penawaran
dan sisi permintaan. Contoh mekanisme pasar adalah sebagai berikut: apabila
pada suatu masa harga beras mahal akibat sedikitnya jumlah produksi, maka
manusia akan jarang untuk bisa menikmati beras. Ini adalah sisi permintaan,
karena harga tinggi maka permintaan akan rendah. Namun disisi lain, disisi
penawaran, karena tingginya harga beras maka akan mengundang produsen lain
untuk berkecimpung dalam produksi beras, sebab memproduksi beras akan sangat
besar keuntungannya karena harganya yang tinggi. Maka akan melahirkan
meningkat. Sesuai hukum penawaran, semakin tingginya penawaran beras di
pasar oleh para produsen, tentu akan menurunkan harga beras tersebut, sebab
masing-masing produsen akan bersaing agar berasnya laku dengan cara
menurunkan harga. Akibatnya harga beras turun, dan berbisnis beraspun tidak lagi
menjadi ajang bisnis yang menggiurkan, maka satu demi satu produsen beras pun
beralih profesi meninggalkan bisnis berasnya. Sekali lagi produksi beras menjadi
sedikit, sehingga kembali melambungkan harga beras. Demikian seterusnya,
alhasil sisi permintaan dan penawaran pun bertemu di titik equilibrium.
Demikianlah pemikiran Adam Smith dalam perekonomian, tampak sebagai
solusi jitu dari setiap problem ekonomi yang muncul. Dan teori seperti inilah yang
menjadi pegangan bagi para pengambil kebijakan pada masa itu. Sebab diyakini
bahwa kondisi sulit pada masa tersebut (depresi besar) akan terselesaikan dengan
sendirinya sebagaimana terselesaikannya masalah harga beras seperti contoh
diatas. Dan ternyata hasilnya berkata lain, penderitaan akibat masa resesi tersebut
tak kunjung usai, bahkan telah banyak mengambil korban jiwa.
Di tengah-tengah masa resesi ini muncullah pemikir ekonomi John Maynard
Keyness bersama bukunya The General Theory of Employment, Interest and
Money (Teori Umum Pengangguran, Bunga dan Uang) pada tahun 1936.
pemikirannya mengkritik teori tokoh ekonomi seperti Adam Smith dkk. Yaitu
dengan mengharuskan adanya campur tangan pemerintah dalam mengatasi
permasalahan ekonomi. Dan bukannya Keyness tidak mempercayai pemikiran
Adam Smith mengenai invisible hand dari mekanisme pasar, namun apabila
lama masyarakat akan mati kelaparan dalam penantian hadirnya invisible hand
tersebut. Maka pemerintah secepat mungkin turut andil dalam persoalan ini.
Pikiran utama dari Keynes adalah bagaimana pemerintah mengatasi masalah
inflasi dan pengangguran pada masa resesi ini. Mengatasi inflasi yaitu dengan
menaik-turunkan tingkat suku bunga bank, yang biasa kita kenal dengan
kebijakan moneter. Dan mengatasi masalah pengangguran dengan seberapa besar
pemerintah menggalakkan program padat karya, dengan mengambil dana yang
berasal dari pajak, maka kebijakan seperti ini biasa kita kenal dengan kebijakan
fiskal. Dengan demikian, dua tema pokok inilah yang menyebabkan munculnya
pembahasan Ekonomi Makro. Sebab masalah inflasi dan pengangguran adalah
masalah kolektif (agregat) yang belum pernah terfikirkan oleh Adam Smith
bersama teman-temannya yang tergabung dalam aliran Klasik. Dan setiap
pemikiran dari para tokoh aliran Klasik inilah yang saat ini dikenal dengan
pembahasan Ekonomi Mikro. JM Keynes dikenal sebagai bapak Ekonomi Makro
karena melahirkan pemikiran agregatif, sedangkan setiap pemikiran tokoh aliran
Klasik dikenal sebagai teori-teori Ekonomi Mikro.
Jadi, lahirnya Ekonomi Makro pada tahun 1936 adalah sebagai bentuk solusi
dari permasalahan yang ditimbulkan oleh teori dan praktek Ekonomi Mikro yang
lahir sejak tahun 1776, permasalahan tersebut adalah inflasi dan pengangguran.
Dua tema utama yang menjadi pembahasan dalam ekonomi makro. Adapun
materi lain selain inflasi dan kesempatan kerja dalam ekonomi makro, merupakan
ekonomi makro menggapai sukses, seperti pembahasan PDB dan pendapatan
nasional.
Definisi Ekonomi Mikro dan Makro menurut Ekonomi Islam
Dari uraian sejarah singkat dari ekonomi mikro dan ekonomi makro
tersebut maka definisi ekonomi mikro dan ekonomi makro tidaklah lagi
sebagaimana definisi umum yang biasa kita kenal dalam buku-buku mengenai
keduanya. Yaitu ekonomi mikro disebutkan sebagai teori yang menelaah kegiatan
ekonomi secara individual dari sudut pandang hubungan antara produksi,
konsumsi, harga, permintaan dan penawaran. Dan ekonomi makro adalah teori
yang menelaah hubungan variable ekonomi secara agregat, seperti inflasi,
pengangguran, PDB dan pendapatan nasional dan lain-lain. Tidaklah demikian.
Sebagaimana sejarah menyebutkan, maka definisi dari ekonomi mikro dan makro
dapat kita definisikan dengan definisi yang lebih akurat, yakni sebagai berikut:
Bahwa Ekonomi Mikro adalah:
“Teori ekonomi yang menelaah kegiatan ekonomi antar individu dalam
suatu masyarakat, yang apabila teori tersebut dipraktekkan dalam kehidupan
nyata pasti akan menimbulkan masalah, yang masalah tersebut tidak akan pernah
dapat terselesaikan dengan cara apapun juga.”
Apabila ada sebuah solusi yang mampu meredam gejolak masalah
tersebut, pasti dikemudian hari masalah tersebut akan muncul kembali dengan
permasalahan yang jauh lebih besar.
“Teori ekonomi yang membahas masalah kebijakan yang diambil
pemerintah sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
praktek dari teori ekonomi mikro”
Sebenarnya dalam definisi baru dari ekonomi makro tersebut juga kurang
tepat, sebab solusi yang diberikan menurut pembahasan dalam ekonomi makro
tidak pernah menyentuh sumber penyakitnya atau sumber permasalahannya.
Sehingga bila diibaratkan, seperti seorang dokter yang memberi resep obat
penyakit asma, padahal penyakit yang diderita pasiennya adalah penyakit kangker.
Jelas tidak mungkin sembuh.
B. Mazhab Ekonomi IslaM
Dalam menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi Islam itu,
muncullah perbedaan pendapat di kalangan ekonom-ekonom muslim. Sampai saat
ini pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat diklasifikasikan
setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni mazhab Baqir al-Sadr, mazhab
mainstream dan mazhab alternatif-kritis.1
a. Mazhab Baqir al-Sadr2
Mazhab ini dipelopori oleh Baqir al-Sadr dengan bukunya yang fenomenal:
Iqtisaduna (ekonomi kita). Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi
(economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi,
danIslam tetap Islam. Keduanya tidak akan pernah bisa disatukan, karena
kedberasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Menurut mereka, perbedaan
1 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro (Jakarta: Karim Business
Konsulting, 2001), 7.
filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya dalam melihat
masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena
adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sementara sumber daya yang
tersedia untuk memuaskan keinginan manusia tersebut jumlahnya terbatas. Baqir
menolak pernyataan ini, karena menurut mereka, Islam tidak mengenal adanya
sumber daya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah al-Qur’an:
“ Sungguh telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang
setepattepatnya.”3
Dengan demikian karena segala sesuatunya sudah terukur dengan
sempurna, sebenarnya Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi
seluruh manusia di dunia. Pendapat bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas
juga ditolak, karena kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. Misalnya
seseorang yang sudah kenyang, maka dia akan hilang selera makannya dan tidak
ingin makan. Mazhab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena
adanya dirtribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang
membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat
memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya, sementara
yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga sulit bersaing.
Karena itu masalah ekonomi muncul bukan karena sumber daya yang terbatas,
tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.
Karena itu menurut mereka, istilah ekonomi Islam adalah istilah yang
bukan hanya tidak sesuai dan salah, tapi juga menyesatkan dan kontradiktif,
karena itu penggunaan istilah ekonomi Islam harus dihentikan. Sebagai gantinya,
ditawarkan istilah baru yang berasal dari filosofi Islam, yakni iqtisad. Iqtisad
berasal dari kata bahasa arab qasd yang secara harfiah berarti equilibrium atau
keadaan sama, seimbang atau pertengahan. Sejalan dengan itu, maka semua teori
yang dikembangkan oleh ilmu
ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini
berusaha menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan
dideduksi dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Tokoh-tokoh mazhab ini selain
Muhammad Baqir Sadr adalah Abbas Mirakhor, Baqir Hasani, Kadim
al-Sadr, Iraj Toutounchian, Hedayati dan lain-lain.
2. Mazhab Mainstream
Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir. Mazhab
kedua ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang
terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Memang
benar misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia
berada pada titik equilibrium. Namun pada waktu dan tempat tertentu sangat
mungkin terjadi kelangkaan sumber daya pada satu tempat dan kelimpahan
sumber daya pada tempat yang lain. Jadi keterbatasan sumber daya memang ada
paling tidak hal ini bisa terjadi disuatu tempat dan waktu tertentu. Dengan
demikian, pandangan mazhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada
bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah
yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi. Perbedaannya terletak
versus keinginan yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan
pilihan-pilihan atas keinginannya.
Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari
yang paling penting sampai yang paling tidak penting Dalam ekonomi
konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera
pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh
juga mengabaikannya. Tetapi dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan ini tidak
dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap aspek
kehidupannya, termasuk ekonomi, selalu dipandu oleh Allah
lewat al-Qur’an dan sunnah.
Tokoh-tokoh mazhab ini di antaranya M. Umer Chapra, M. A. Mannan,
M. Nejatullah Siddiqi, dan lain-lain. Mayoritas bekerja di Islamic Development
Bank, yang memiliki dukungan dana dan akses ke bebagai negara sehingga
penyebaran pemikirannya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Mereka
adalah para Doktor dibidang ekonomi yang belajar di Universitas-universitas
barat. Karena itu, mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori
ekonomi konvensional4.
Salah satu tokohnya, Umer Chapra berpendapat bahwa usaha
mengembangkan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis
yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional
selama lebih dari seratus tahun terakhir.5 Mengambil hal-hal yang baik dan
4 Adiwarman, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro, 10
5 M. Umer Chapra, The Future of Economics, an Islamic Perspective (Leicester: Islamic
bermanfaat yang dihasilkan oleh bangsadan budaya non Islam sama sekali tidak
diharamkan. Nabi bersabda bahwahikmah/ ilmu itu bagi umat Islam adalah ibarat
barang yang hilang. Dimana saja ditemukan, maka umat muslimlah yang paling
berhak mengambilnya. Catatan sejarah menyebutkan, para ulama’ dan ilmuwan
muslim banyak meminjam ilmudari peradaban lain seperti Yunani, India, Persia,
Cina dan lain-lain. Yangbermanfaat diambil dan yang tidak bermanfaat dibuang,
sehingga terjaditransformasi ilmu dengan diterangi cahaya Islam.
3. Mazhab Alternatif-Kritis6
Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi di
University of Southern California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvard,
Malaya),mMuhammad Arif dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik kedua mazhab
sebelumnya. Mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk
menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain.
Menghancurkan teori lama, kemudian menggantinya dengan teori baru.
Sementara mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiblakan dari ekonomi
neoklasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabek zakat
serta niat. Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat
bahwa analisis kritis bukan hanya harus dilakukan terhadap sosialisme dan
kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri.7Hal ini bukan berarti
merekameragukan Islam, karena sesungguhnya Islam sudah pasti kebenarannya.
Akan tetapi Ekonomi Islam adalah hasil tafsiran ulama’ dan ilmuwan atas
al-Qur’an dan sunnah sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dalam
6
10 Adiwarman, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro, 10
menafsiri dan menjelaskannya. Oleh sebab itu, teori-teori yang berkembang dalam
ekonomi Islam juga harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan
BAB II
BAB III
KONSUMSI, PRODUKSI, DAN DISTRIBUSI
A. Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi yang kita ketahui dan pelajari dalam ekonomi
konvensional diantaranya adalah sumber daya alam, modal, tenaga kerja, dan
kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, sumber daya informasi
dianggapsebagai faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi
di era gobalisasi ini (Griffin R: 2006).
Di kalangan para ekonom Muslim sendiri belum ada kesepakatan tentang
faktor produksi, karena terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Ekonom
Islam yang cukup concern dengan teori produksi adalah Imam Al-Ghazali. Beliau
telah menguraikan faktor-faktor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan
manusia. Dalam uraiaannya beliau sering menggunakan kata kasab dan islah.
Yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya
manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar
mempunyai manfaat yang lebih tinggi.
Menurut Alharitsi faktor produksi terdiri dari sumber daya bumi (tanah,
sungai), bekerja, dan modal (besi, benih, pohon hewan). Menurut Al-Maududi dan
(capital). Uraiaan ini berbeda dengan M.A Mannan yang menyatakan bahwa
faktor produksi hanya berupa amal/kerja dan tanah.
Menurutnya capital (modal) bukanlah merupakan faktor produksi yang
independen, karena capital (modal) bukanlah merupakan faktor dasar.
Sedangkan modal (oleh Yusuf Qordhawi) dalam bentuk alat dan prasarana
diartikan sebagai hasil kerja yang disimpan. Dengan demikian, faktor utama yang
dominan dalam produksi adalah kualitas dan kuantitas manusia (labor), sistem
atau prasarana yang kemudian kita sebut sebagai teknologi dan modal (segala
sesuatu dari hasil kerja yang disimpan).
Menurut An-Najjar, faktor produksi hanya terdiri dari dua elemen, yaitu amal
(labor) da capital. Abu Sulaiman menyatakan, amal bukanlah merupakan faktor
produksi. Dalam syariah Islam, dasar hukum transaksi (muamalah) adalah ibahah
(diperbolehkan) sepanjang tidak ditemukannya larangan dalam nash atau dalil.
a. Amal/Kerja (Labour)
Amal adalah segala daya dan upaya yang dicurahkan dalam menghasilkan
dan meningkatkan kegunaan barang dan jasa, baik dalam bentuk teoritis
(pemikiran, ide, konsep) maupun aplikatif (tenaga, gerakan) yang sesuai
dengan syariah.
b. Bumi/Tanah (Land)
Land (tanah) meliputi segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar
ataupun disekitar bumi yang menjadi sumber-sumber ekonomi, seperti
pertambangan, pasir, tanah pertanian, sungai dan lain sebagainya.
Capital adalah bagian dari harta kekayaan yang digunakan untuk
menghasilkan barang dan jasa, seperti mesin, alat produksi, equipment
(peralatan), gedung, fasilitas kantor, transportasi dan lain sebagainya.
Pembahasan mengenai modal yang merupakan salah satu faktor produksi
dalam ekonomi Islam, adalah terkait dengan masalah kepemilikan harta
sedangkan pengembangannya itu sendiri tidak akan lepas dari suatu
mekanisme yang dipergunakan seseorang untuk menghasilkan
pertambahan kepemilikan tersebut
Dan dalam hal ini Islam menyerahkan masalah pengembangan harta
(mekanisme yang dipakai) tersebut kepada individu sesuai pandangan yang
menurutnya layak dipergunakan. Sistem pengembangan modal dalam ekonomi
Islam (termasuk modal produksi) sangat terkait dengan konsep kepemilikan Islam.
Menurut Islam, kepemilikan pada dasarnya adalah sebagai naluri alamiah yang
dimiliki manusia dan hanya berfungsi sebagai sarana penunjang untuk mencapai
tujuan yang lebih besar, karena semua yang ada di muka bumi (termasuk harta)
adalah milik Allah SWT.
B. Model Produksi dalam perspektif Islam
Produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka bumi ini semenjak
manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup
dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh
dari menyatunya manusia dan alam. Maka untuk menyatukan antara manusia dan
adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang
terhampar di muka bumi untuk dimaksimalkan fungsi dan kegunaannya.
Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang
telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan
keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus dihindari oleh
manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala
macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa
berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam
Islam. Nilai universal lain tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari
sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi serta
memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak
lain. Dengan demikian, penentuan input dan output dari produksi heruslah sesuai
dengan hukum Islam dan tidak mengarah pada kerusakan.
Adapun untuk lebih memahaminya teori produksi lebih jauh lagi, kita terlebih
dahulu harus mengetahui makna dan definisi dari fungsi produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output (yang berupa
barang atau jasa) yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode.
Q = f (Xa1, Xb1, Xc1, ..., Xn)
di mana Xa1, Xb1, Xc1, ..., Xn menunjukan jumlah dari kombinasi input dan Q
menunjukan jumlah output. Keberadaan input adalah mutlak harus ada dalam
suatu prokses produksi. Dalam kenyataannya, tidak semua input tersebut akan
memberikan kontribusi yang sama, dan karakteristik di antara input tersebut juga
jangka waktu yang pendek. Untuk lebih mempermudah analisis, dalam
pembahasan teori produksi ini kita akan mengasumsikan bahwa model (capital)
dan teknologi dalam jangka pendek diasumsikan tetap.
Karena semua input yang digunakan mengandung biaya, maka prinsip dari
produksi adalah bagaimana produksi dapat berjalan sehingga mampu mencapai
tingkat yang paling maksimum dan efisiensi dengan (1) memaksimalkan output
dengan menggunakan input tetap, (2) meminimalkan penggunaan input untuk
mencapai tingkat output yang sama
Fungsi produksi untuk memproduksi barang Q untuk dua variabel independen
dapat diformulasikan sebagai Q = f (K,L) yang menunjukan berpa jumlah
maksimal barang Q yang dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai
alternatif kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).
K
(JAM/MESIN)
L
(JAM/TENAGA KERJA)
Q1 Q2
Q3
Kurva fungsi produksi dengan tingkat produksi yang berbeda, yaitu para Q1, Q2, dan Q3
Pada gambar 6.1 ini input modal digambarkan pada sumbu vertikan (dengan
simbol K, dalam satuan jam mesin). Sedangkan input tenaga kerja digambarkan
pada sumbu horizontal (dengan simbol L, dala satuan jam tenaga kerja). Dengan
demikian, berbagai kombinasi input K dan L dapat dipetakan. Titik-titik kobinasi
input K dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling
dihubungkan sehingga membentuk suatu kurva isoquant (iso=sama,
quant=kuantitas outout).
Pada gambar 6.1 diatas, kita telah memetakan tiga buah kurva isoquant, yakni
kurva isoquant 1 (Q1), kurva isoquant 2 (Q2), dan kurva isoquant 3 (Q3).
Semakin kurva isouant menjauhi titik 0 maka semakin besar, dan jumlah output
semakin besar pula.
C. Teori Distribusi
Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah kepemilikan
(private) pribadi. Makanya permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan
mencolok pada kepemilikan, pendapatan harta pusaka peninggal leluhurnya
masing-masing. Milton H. Spencer (1977), menulis bukunya contemporary
Economics. “Kapitalisme merupakan sebuah system organisasi ekonomi yang
dicirikan oleh hak milik private (individu) atas alat-alat produksi dan distribusi
(tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api, dan sebagainya) dan pemanfaatannya
untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif .
Lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme.
Para individu memperoleh perangsang agar aktiva mereka dimanfaatkan
pendapatan karena individu-individu diperkenankan untuk menghimpun aktiva
dan memberikannya kepada ahli waris secara mutlak apabila mereka meninggal
dunia.
Menurut Taqyuddin An Nabhany, masalah ekonomi itu sebenarnya hanya
terletak pada distribusi harta dan jasa tersebut kepada tiap-tiap individu, dalam
rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer (basic needs) mereka secara
menyeluruh, serta membantu mereka berusaha untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sekunder hingga kebutuhan-kebutuhan lux mereka.
Perlu diingat bahwa kebutuhan primer manusia bersifat statis, jadi hal ini
lebih diutamakan untuk dipenuhi bila dibandingkan kebutuhan lux segelintir
manusia lainnya. Artinya produksi barang dan jasa yang lux seharusnya dilakukan
setelah semua kebutuhan primer seluruh penduduk telah terlebih dahulu dipenuhi.
Justru, perbedaan cara bangsa-bangsa mendistribusikan kekayaannya itulah kunci
perbedaan sistem ekonomi yang mereka punyai dan anut
Selain itu dalam ekonomi Islam dikenal dengan adanya asas pemerataan.
Asas ini adalah penerpan prinsip keadilan dalam bidang muamalah yang
menghendaki agar harta tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang sehingga harta
itu harus terdistribusikan secara merata diantara masyarakat baik kaya maupun
miskin, oleh karena itu dibuatlah hukum zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya
ْمُكْنِم ِءاَيِنْغَ ْلا َنْيَب ًةَلوُد َنوُكَي َل ْيَك
BAB IV
PASAR DALAM ISLAM
A. Pasar
Makna dan Fungsi Pasar Pasar dapat di artikan sebagai tempat dimana
pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka.para
ahli ekonomi mengunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli
dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu pproduk atau kelas produk
tertentu, misalya pasar perumahan, pasar besar dan lain-lain. Dengan demikian,
pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli, merupakan fasilitas publik
yang sangat fital bagi perekonomian suatu daerah.
Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun apa jadinya jika pusat, perekonomian
ini tidak tertara dengan baik.yang jelas, karena konsumen (pembeli) merasa tidak
nyaman, menyebabkan mereka malas mengujungi pasar. Kalau begini tidak hanya
pedagng yang rugi, tetapi pemerintah daerah selaku penarik pajak dari kegiatan
jual beli juga turut merugi, karena tidak bisa mengumpulkan pendapatan asli
daerah secara optimal. Kondisi seperti ini pada ahirya menyebabkan
ketidakderteramen dalam kehidupan masyarakat. Setiap angota masyarakat selalu
mendambakan adanya ketentraman dan kesembangan dalam kehidupan, semua
keinginan manusia dalam kehidupanya, termasuk didalamnya keinginan manusia
di dalam keinginan untuk hidup tentram, dapat di wujudkan apbila ada instrumen
dapat mewujudkan ketentraman itu adalah transaksi perdagagan yang di lakukan
atas dasar kejujuran serta terhindar dari penipuan dan kecurangan seperti
pengurangan ukuran, takaran dan timbangan.
Perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modren terlihat dari cara
transaksinya, pada pasar tradisional masih bisa di lakukan tawar menawar,
sedangkan di pasar modren tidak bisa di lakukan tawar menawar. Sedangkan
fasilitas tidak bisa di jadikan ukuran untuk menentukan tradisional atau modren
sebuah pasar. Artinya bila sebuah pasar dengan fasilitas yang serba modren tetapi
masih ada tawar menawar maka pasar tersebut dapat di kategorikan sebagai pasar
tradisional.
Beberapa kecurangan dalam transaksi perdaganga terjadi dalam pasar.
Kecurngan-kecurangan dalam transaksi perdagangan itu dapat di lihat dari
fenomena berikut ini.
1. Kecurangan di bidang berat timbangan seperti penjualan gula dengan berat
3 kg padahal berat sebenarnya hanya 800 atau 900 g.
2. Kecurangan di bidang ukuran sperti penjualan kain sepanjang 1 meter
teryata hanya 90 cm.
3. Kecurangan di bidang takaran seperti saat pedagang memakai takaran
yang bagian bawahnya menjorok keluar, tetapi apabila menjul memakai
takaran yang bagian bawahnya menjorok kedalam.
4. Ada di antara pedagang yang memiliki dua timbangan atau lebih. Satu
timbangan yang benar dipakai saat ia lakulakan, sedang yang satu
tersebut semangkin terlihat ketika menjelang hari raya yang biasanya jual
beli kebutuhan bahan pangan dan perhiasan meningkat tajam.
Dalam transaksi timbangan dipakai sebagai tolak ukur untuk menjamin isi serta
bobot barang yang di beli konsumen, namun di sisi lain ada sejumlah pedagang
ada yang mempermainkan alat timbangan atau ukuran. Misalnya mengurangi
bobot takaran atau isi. Misalnya ketika konsumen membeli daging di pasar 1 kg,
setiba di rumah di timbang ulng teryata hanya 950 g.
Kecurangan-kecurangan dalam transaksi perdangan dan ketidak
keteraturan kondisi pasar semestinya tidak terjadi karena di larang dalam islam.
Fenomena tersebut mengambarkan terjadi pelangaran terhadap nilai-nilai dan
hukum agama islam yang sudah sangat tegas melarang dan mencela segala bentuk
kecurangan dalam transaksi jual beli. Selain pelangaran terhadap nilai-nilai agama
juga terjadi pelangaran terhadap hukum perundang-undangan negara republik
indonesia. Menurut UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 8
ayat 1 a dan b dinyatakan bahwa pelaku usaha di larang memproduksi dan
memperdagangkan barang dagang yang tidak sesuai dengan beratbersih atau neto,
tidak sesuai degan ukuran, takara, dan timbangan menurut ukuran yang
sebenarnya. Allah swt. Telah menyatakan dalam al qur’an bahwa orang-orang
yang elakukan kecurangan dalam menakar dan menimbang akan mendapatkan
kebinasaan karena di anggap sebagai orang yang melupakan hari pembalasan,
karena pada saat itu semua manusia menghadap allah untuk
mempertangungjawabkan setiap perbuatanya.
Celakalah besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi, dan apabila
mereka menakar untuk orang lain, mereka mengurangi. Tindakan orang-orang
itu yakni, bahwa sesunguhya mereka akan di bangkitkan, pada suatu hari yang
besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap tuhan semesta alam.
Kejujuran dalam perdagangan tetap dapat di wujudkan.
Misalnya perdangangan harus mengatakan dengan jujur bahwa barang
yang di jualnya berkualitas baik tanpa ada campuran degan barang kualitas buruk.
Pedagang juga harus jujur dalam menakar, mengukur dan menimbang.
Pedagang yang tidak jujur mendapat celaan dari allah dan rasulnya. Abu hurairah
meriwayatkan sebuah hadis tentang inpisasi pasar yang di lakukan rassullulah
sebagai berikut: ‘’Pada suatu hari rasullulah berjalan di pasar dan mendapati
setumpuk makanan (kurma) kemudian beliau memasukan tangan kedalam
tumpukan kurma tersebut dan beliau mendapati ada yang basah, beliau bertanya
kkepada perdangang mengapa ini ? pedagang menjawab: terkena hujan ya
rasullulah. Beliau mengatakan mengapa tidak engkau letakan yang basah itu di
atas agar orang dapat melihatnya? barang siapa menipu bukan golonganku.’’
Islam mengharamkan segala betuk penipuan baik dalam masalah jual beli,
maupun dalam muamalah lainya.seorang muslim di tuntut untuk berlaku jujur
dalam seluruh urusanya, sebab dalam keiklasan dalam beragama nilai lebih tinggi
daripada seluruh usaha duniawi. Tetapi jika mereka berdusta dan
menyembunyikan (ciri dagangannya) maka barakah daganganya itu akan
Rasulullah bersabda: Penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar,
apabila keduanya jujur dan menjelaska cacat barangya niscaya allah akan
menurunkan keberkahan, tetapi apabila keduanya saling berbohong dan
menyembunyinkan cacat barangnya niscaya, allah akan mencabut keberkahah dari
transaksi perdaganganya. Salah satu bentuk penipuan dalam jual beli ialah
mengurangi takaran dan timbangan.
Al-qur’an mengangap penting persoalan ini sebagai salah satu bagian dari
mu’amalah. Dalam surat an-an’am allah berfirman:
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,kecuali dengan cara yang lebih
bermangfaat, hingga sampai ia hingga dewasa. Dan sernakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah
kamu berlaku adil kendatipun dia adalah keraba r(mu) dan penuhila janji allah,
yang demikian itu di perintahkan allah kepadamu agar kamu ingat. Sedangkan
orang yang jujur dalam menakar dan menimbang dianggap telah melakukan
perbuatan yang sangat terpuji.
Allah berfirman: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan
apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Qs al isra’35. Dalam al qur’an
terdapat kisah dalam suatu kaum yang senang melakukan kecurangan dalam
bidang mu’amalah dan menyimpang dari kejujuran dalam hal takaran dan
timbangan. Kalau menjual barang pada orang lain selalu di kurangi
lebihkan. mereka yang di maksud ialah kaum nabi syu’aib. Beliau pun menyere
kepada umatnya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan: dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan
janganlah kamu merugikam manusuia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Qs Al-syu’ara’ 181-183)
B. Mekanisme pasar islam
Mekanisme pasar di bangun atas dasar kebebasan yaitu kebebasan individu
untuk melakukan transaksi barang dan jasa sesua yang ia sukai. Ibn Taimiyah
menepatkan kebebasan pada tempat yang tinggi bagi individu dalam kegiatan
ekonomi, walaupun beliau memberikan batasanya-batasanya. Batasan yang di
maksud adalah tidak bertentangan dengan tidak terjadi konflik kepentingan. mulai
dari lingkungan terdekat, yaitu kerabat dan tetanga sampai masyarakat dalam
lingkungan yang lebih luas. Secara alamiah manusia merupakan mahluk sosial,
karenanya merupakan fitnah manusia untuk saling berkerja sama antara yang satu
dengan yang lain.
C. Larangan dalam Pasar
Beberapa larangan dalam mekanisme pasar islam :
1. Larangan curang dalam takaran dan timbangan
Kecurangan dalam menakar dan menimbang mendapat perhatian khusus
dalam al Qur’an karena praktek seperti telah merampas hak orang lain. Selain itu
praktek seperti ini juga menimbulkan dampak yang sagat vital dalam duni
yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat ancaman siksa di
akhirat.
Allah berfirman: Celakalah besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi
dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi tidakah orang orang itu yakin, bahwa mereka akan di bangkitkan,
pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap tuhan
semesta alam. (Qs al mutaffifin (83): 1-6 )
Hal ini bisa di lakukan pedagang apabila pad saat ku lakukan ia selalu
memilih barang yang berkualitas baik yang ia sendiri sukai barang itu dan tidak
berlebihan dalam mengambil keuntungan. Kondisi seperti inilah
yangmenyebabkan allah akan menurunkan keberkahan dalam perdagangan, tanpa
harus melakukan penipuan. Penipuan sulit untuk di hindari oleh karena pada
umumya mereka tidak mau mengambil sedikit keuntungan, usaha untuk meraup
keuntungan yang besar jarang yang terhindar dari penipuan.
2. Larangang terhadap rekayasa harga
Ralullah saw menyatakan bahwa harga di pasar itu di tentukan oleh allah.
Ini berarti bahwa harga di pasar tidak boleh di investasi oleh siapapun. Di atas
telah di sebutkan bahwa rasulullah tidak mau menentukan harga. Hal ini
menunjukan bahwa ketentuan harga itu di serahkan kepada mekanisme pasar yang
alamiah. Hal ini dapat di lakukan ketika pasar dalam keadaan normal, tetapi apabi
tidak dalam keadaan sehat yakni terjadi kezaliman seperti terjadinya kasus
menentukan harga pada tingkat yang adil sehingga tidak ada pihak yang di
rugikan. Dengan demikian, pemerintah hanya memiliki wewenang untuk
menetapkan harga apabila terjadi praktik kezaliman di pasar.dagangkan Islam
pada perinsipnyan tidak melarang perdagangan, kecuali ada unsur-unsur
kezaliman, penipuan, penindasan, dan mengarah kepada sesuatu yang di larang.
Misalya memperdagangkan arak, babi, narkoba, berhala patung dan sebagainya,
yang sudah jelas oleh islam diharamkan, baik memakanya, mengerjakanya atau
memangfatkanya. semua pekerjaan yang di peroleh dengan jalan haram adalah
dosa.
3. Larangan terhadap peraktik riba
Rasulullah mengajarkan agar para pedagang senantiasa adil, baik,
kerjasama, amanah, tawakal, qana’ah, sabar, dan tabah. Sebaliknya beliau juga
menasehati agar pedagang meningalkan sifat kotor dalam perdagangan yang
hanya memberikan keuntungan sesaat, tetapi merugikan diri sendiri duniawi dan
ukhrawi. Akibatya kredibilitas hilang, pelangan lari, dan kesempatan berikutnya
sempit. praktek riba yahudi ini telah di ketahui beliau sejakmdi makah karena
ayat-ayat yang turun di makkah ada yang menceritakan praktik kotor orang yahudi
tersebut. Allah berfirman:
Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka
Telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang
dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir
Dan riba (tambahan) yang kamu berikan dapat menambah harta manusia, Maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang
berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(QS
AL-rum 39). Namun teguran al qur'an ini tidak di hiraukan oleh beberapa sahabat
yang terlanjur terlibat dalam praktik tersebut. Kemudian datang teguran
berikutnya agar memberikan pinjaman jangan menetapkan riba yang berlipat
ganda. 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.(QS Ali imron 130 ).
Dengan teguran yang kedua ini banyak para sahabat yang meningalkan
riba. Hanya orang yahudi saja yang tetap melakukjan praktek itu dengan alasan
bahwa tidak ada bedanya antara jual beli dengan riba, sebab keduanya sama-sama
praktik mencari selisih dari modal yang di putarkan. Tetapi al qur’an membantah
alasan tersbut.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba
4. Larangan terhadap penimbunan (ihtikar)
Islam mengajak kepada para pemilik harta untuk mengembangkan harta
dan tidak memfungsikanya.Tidak heran jika al-qur’an memberikan peringatan
kepada orang-orang yang menyimpan harta dan yang bersikap mementingkan
dirinya sendiri dengan ancaman yang berat. Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu
dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan
punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu."(QS AL-taubah 34-35). Namun demikian islam juga
memberikan batasan terhadap pemilik hata dalam pengembangan dan
pengnfestasian dengan cara -cara yang benari) dan tidak bertentan dengan akhlaq,
norma dan nilai-nilai kemulian. Seperti yang pernah di yakini oleh kaum syuaib
dahulu, bahwa mereka bebas untuk mempergunakan harta mereka sesuai dengan
keiginan mereka al-quran mengungkapkan hal itu sebagagai berikut: Mereka
berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal.(QS Hud 87). Karena itulah
(menimbun disaat orang membutuhkan). Rasulullah sangat mengecam tindakan
penimbunan harta, bahkan menggoncangkan pelakunya sebagai pendosa
danbarang siapa yang menimbun makanan selama empat puluh hari, maka ia telah
terlepas dari allah dan allah pun terlepas darinya.
D. Konsep pasar dalam islam
Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada
dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah
satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam
Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada
gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar.
Mekanisme pasar banyak dikaji dalam pemikiran sarjana Muslim klasik.
Abu Yusuf menguraikan hukum supply and demand dalam perekonomian dengan
teori “bila tersedia sedikit barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia
banyak barang, maka harga akan murah. Ibnu Taymiyah menganalisis mekanisme
pasar dengan teori harga dan kekuatan supply and demand cukup penting dalam
memahami politik ekonomi negara. Di dalam sebuah pasar bebas, harga
dipengaruhi dan dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan
(supply and demand).
Ibnu Taymiyah menentang adanya intervensi pemerintah dengan peraturan
yang berlebihan saat kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga
yang kompetitif. Dengan tetap memperhatikan pasar tidak sempurna, ia
harga yang lebih tinggi dibandingkan harga modal, padahal orang membutuhkan
barang itu, maka penjual diharuskan menjualnya pada tingkat harga ekuivalen.
Dalam pandangan al-Ghazali, peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar
yang harganya bergerak sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan. Pasar
merupakan bagian dari keteraturan alami. Pandangan lainnya tentang elastisitas
permintaan, yaitu mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga
yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gilirannya
akan meningkatkan keuntungan.
Pemikiran penting lainnya tentang mekanisme pasar dapat ditelusuri dari
pandangan Ibnu Khaldun tentang “harga-harga di kota”. Menurutnya, jenis barang
dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, barang kebutuhan pokok, kedua barang
mewah. Bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka pengadaan
barang-barang kebutuhan pokok mendapat prioritas, sehingga penawaran
meningkat dan akibatnya harga menjadi turun. Sedangkan untuk barang-barang
mewah, permintaannya akan meningkat, sejalan dengan perkembangan kota dan
berubahnya gaya hidup. Akibatnya, harga barang mewah menjadi naik.
E. Al-Hisbah
Al-Al-Hisbah secara etimologis berarti menghitung, berfikir, memberikan
opini, pandangan dan lain-lain. Sedangkan secara secara istilah Ibnu Taimiyah
mendefinisikan Al-Al-Hisbah sebagai lembaga yang bertujuan untuk
memerintahkan apa yang disebut sebagai kebaikan (al-ma’ruf) dan mencegah apa
menjadi kewenangan pemerintah untuk mengaturnya, mengadili dalam wilayah
umum-khusus lainnya, yang tidak bisa dijangkau oleh institusi biasa.
Jika dilihat dari pengertian diatas, maka Al-Al-Hisbah tidak hanya
berfungsi sebagai institusi yang mengawasi pasar saja (ekonomi) tetapi untuk
bidang hokum juga. Berdasarkan kajian Hafas Furqani (2002) menyebutkan
beberapa fungsi al-Hisbah, yaitu :
1. Mengawasi timbangan, ukuran, dan harga.
2. Mengawasi jual-beli terlarang, praktek riba, maisir, gharar dan penipuan.
3. Mengawasi kehalalan, kesehatan, dan kebersihan suatu komoditas.
4. Pengaturan (tata letak) pasar.
5. Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan.
6. Melakukan intervensi pasar.
7. Memberikan hukuman terhadap pelanggaran.
Adapun Landasan Al-Hisbah terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 104;
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”
Dari pemaparan diatas , sudah sangat jelas bahwa lembaga pengawasan itu
sangat penting dalam menjaga agar mekanisme pasar berjalan sesuai dengan
fungsinya. Jika kita lihat di Indonesia maka peran al-Hisbah tidak akan kita lihat
secara nyata karena di Indonesia lembaga al-Hisbah ini tidak dibuat secara
pemerintahan yang dianut oleh Indonesia bukan berasaskan Islam walaupun
mayoritas penduduknya adalah muslim sehingga hal ini menjadi suatu hal yang
wajar terjadi.
Lembaga-lembaga yang telah mewakili fungsi al-Hisbah di Indonesia
adalah LPPOM-MUI yang ada dalam bagan diatas, dimana dengan adanya
LPPOM-MUI ini fungsi al-Hisbah dalam mengawasi kehalalan, kesehatan dan
kebersihan suatu komoditas telah terwakili oleh lembaga ini, kemudian dari segi
pelarangan jual beli terlarang yang mengandung riba, maisir, gharar dan penipuan
dalam setiap aktivitas ekonomi itu telah diatur pengawasannya oleh MUI melalui
DSN-MUI dengan mengeluarkan fatwa keharaman dari aktivitas diatas. Selain itu
lembaga pengawasan pasar juga di wakili oleh YLKI yang berfungsi untuk
melindungi hak-hak konsumen yang harus dipenuhi oleh para produsen sehingga
dengan demikian para produsen tidak akan seenaknya membuat produk yang pada
esensinya itu membahayakan para konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan
BAB V
KEBIJAKAN FISKAL ISLAM
A. Struktur APBN masa Rasulullah SAW dan Khilafaurrasyidin
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah gambaran terhadap
kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh pendapatan dan
pengeluaran untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Di zaman pemerintahan Islam, sudah dikenal struktur APBN, misalnya
di zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin. Bentuk APBN tersebut
adalah sebagai berikut:
Penerimaan Pengeluaran
1. Kharaj
2. Zakat
3. Khums
4. Jizyah
5. Ushr
6. Penerimaan lain
1. Penyebaran Islam
2. Pendidikan dan kebudayaan
3. Pengembangan ilmu pengetahuan
4. Pembangunan infrastruktur
5. Pembangunan armada perang dan
keamanan
6. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial
1. Kharaj
Kharaj adalah pajak terhadap tanah, di Indonesia setara dengan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Namun perbedaan mendasar dengan sistem kharaj
adalah bahwa kharaj ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas dari tanah (land
productivity) bukan berdasarkan zoning. Kewajiban kharaj dilaksanakan satu
tahun sekali. Yang menentukan jumlah besar pembayaran kharaj adalah
pemerintah. Secara spesifik, besarnya kharaj ditentukan berdasarkan tiga hal
yaitu:
a. Karakteristik tanah/tingkat kesuburan tanah;
b. Jenis tanaman (termasuk marketability dan quantity);
c. Jenis irigasi.
Kaharaj ini dibayarkan oleh seluruh anggota masyarakat baik orang-orang
Muslim maupun orang-orang non-Muslim.
2. Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau
lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Dalam buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menyebutkan
bahwa:
KETENTUAN UMUM ZAKAT
Pasal 669
Zakat wajib bagi setiap orang atau badan dengan syarat-syarat sebagai
berikut:
b. Mencapai nishab dengan kepemilikan sempurna walaupun sifat harta
itu berubah di sela-sela haul.
c. Memenuhi syarat satu haul bagi harta-harta tertentu.
d. Harta itu tidak bergantug pada penggunaan seseorang.
e. Harta itu tidak terikat oleh utang sehingga menghilangkan nishab.
f. Harta bersama dipersamakan dengan harta perseorangan dalam hal
mencapai nishab.
HARTA YANG WAJIB DIZAKATI
Bagian Pertama
Zakat Emas dan Perak
Pasal 670
Zakat wajib pada emas dan perak apabila:
a. Telah melampaui satu haul.
b. Banyaknya nishab emas adalah 85 gram, sedangkan nishab perak
adalah 595 gram.
c. Besarnya zakat emas dan perak adalah 2,5%.
d. Tidak disyaratkan emas dan perak yang dizakati itu harus dicetak atau
dibentuk.
Bagian Kedua
Zakat Uang dan Yang Senilai Dengannya
Zakat wajib pada uang baik uang lokal maupun asing, dan seluruh
kertas-kertas berharga yang senilai dengan uang, hara-harta yang disimpan
dengan ketentuan:
a. Harta-harta tersebut diatas harus mencapai nishab dan melampaui satu
haul.
b. Nishab emas harta tersebut senilai dengan 85 gram emas.
c. Besarnya zakat yang harus diayarkan adalah 2,5%.
Bagian Ketiga
Zakat perdagangan
Pasal 672
(1) Zakat perdagangan antara lain mencakup usaha industri, perhotelan,
dan usaha ekspor-impor, kontaktor, real estate, percetakan atau
penerbitan, swalayan dan supermarket.
(2) Zakat wajib pada barang-barang dagangan yang memiliki nilai
ekonomis, baik barang bergerak maupun tidak bergerak, dengan
syarat-syarat:
a. Mencapai nishab, dan adanya maksud atau niat diperdagangkan.
b. Besarnya nishab zakat barang-barang perdagangan adalah senilai
dengan 85 gram emas.
c. Zakat yang harus dibayarkan adalah sebesar 2,5%; dan
d. Waktu pembayaran zakat barang-barang perdagangan setelah
digunakan untuk perdagangan, zakatnya satu kali ketika
menjualnya, dan untuk pertanian pada saat memanennya.
Pasal 673
Zakat diwajibkan terhadap barang-barang hasil produksi apabila telah
memenuhi syarat.
Pasal 674
Zakat dikenakan juga pada produk lembaga keuangan syariah, baik bank
maupun non bank, yang ketentuannya disesuaikan menurut akad
masing-masing produk.
Bagian Keempat
Zakat Pertanian
Pasal 675
(1) Zakat hasil pertanian mencakup zakat tanaman-tanaman dan/hasil dari
tanaman.
(2) Nishab zakat hasil pertanian senilai dengan 1481 (seribu empat ratus
delapan puluh satu) Kg gabah atau 815 (delapan ratus lima belas) Kg
beras yang dikeluarkan pada setiap panen.
(3) Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibayar oleh pemilik,
penggarap, atau penyewa tanah.
(4) Kadar zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 10% jika
pengairan tanah itu diperoleh secara alami dan 5% jika pengairan tanah
Bagian kelima
Zakat Pendapatan
Pasal 676
(1) Zakat diwajibkan dari pendapatan angkutan baik angkutan darat, laut,
dan udara dan kendaraan-kendaraan lainnya.
(2) Nishab zakat pendapatan senilai dengan zakat emas yaitu 85 gram
(3) Besarnya zakat yang wajib di keluarkan adalah 2,5%.
Bagian Keenam
Zakat Madu dan Sesuatu yang Dihasilkan dari Binatang
Pasal 677
(1) Zakat wajib dikeluarkan pada madu jika telah mencapai 70 kg setelah
dikurangi biaya produksi dengan besarnya zakat yang harus
dikeluarkan sebanyak 5%.
(2) Zakat diwajibkan pula terhadap sesuatu yang dihasilkan dari binatang
seperti susu, telur, sarang burung, sarang ulat sutera, dan lain-lain.
Ketentuannya mengikuti ketentuan zakat barang-barang yang bernilai
ekonomis.
(3) Zakat wajib dikeluarkan pula pada setiap yang dihasilkan dari laut
seperti ikan, mutiara, dan lain-lain dengan besarnya zakat sebanyak
2,5%.
Bagian Ketujuh
Zakat profesi
Yang berkewajiban zakat adalah orang atau badan hukum.
Pasal 679
(1) Zakat dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan kemudian
dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup.
(2) Besarnya nishab sama dengan besarnya nishab pada zakat barang yang
memiliki nilai ekonomis, yaitu 85 gram emas.
Bagian Kedelapan
Zakat Barang Temuan dan Barang Tambang
Pasal 680
Zakat wajib dikeluarkan sebanyak 20% pada barang-barang temuan dan
barang tambang yang dihasilkan baik dari dalam tanah maupun laut, baik
berbentuk padatan, cairan, atau gas setelah dikurangi biaya penelitian dan
produksi.
Bagian Kesembilan
Zakat Fitrah
Pasal 681
(1) Zakat fitrah diwajibkan atas setiap muslim baik tua atau muda, baik
dikeluarkan oleh diri sendiri atau orang yang menanggungnya dan
diserahkan kepada fakir pada 15 hari terakhir pada bulan Ramadhan
sampai sebelum melaksanakan shalat ‘Id.
(2) Seorang muslim yang terkena wajib zakat fitrah ini apabila memiliki
(3) Besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak satu sha’
(2,5 kg) makanan pokok atau yang senilai dengannya.
Bagian Kesepuluh
Mustahik Zakat
Pasal 682
Mustahik zakat adalah kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat
yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan terdiri dari: fakir, miskin,
‘amilin, muallaf, hamba sahaya, gharimin, di jalan Allah, dan ibnu sabil.
Bagian Kesebelas
Hasil Zakat dan Pendistribusiannya
Pasal 683
(1) Yang berhak mengelola zakat adalah negara yang kemudian
didistribusikan kepada 8 mustahik zakat.
(2) Zakat terlebih dahulu didistribusikan kepada mustahik zakat yang
berada di daerah pengumpulan zakat.
Pasal 684
Barang siapa yang melanggar ketentuan zakat ini maka akan dikenai
sanksi sebagaimana diatur sebagai berikut:
a. Barang siapa yang tidak menunaikan zakat maka akan dikenai denda
dengan jumlah tidak melebihi dari besarnya zakat yang wajib
b. Denda sebagaimana dimaksud dalam angka (1) didasarkan pada
putusan pengadilan.
c. Barang siapa yang menghindar dari menunaikan zakat, maka
dikenakan denda dengan jumlah tidak melebihi (20%) dari besarnya
zakat yang harus dibayarkan.
d. Zakat yang harus dibayarkan ditambah dengan denda dapat diambil
secara paksa oleh juru sita untuk diserahkan kepada badan amil zakat
daerah kabupaten/kota.
3. Khums
Terjadinya Perang Badar pada abad ke-2 Hijriah, negara mulai mempunyai
pendapatan dari seperlima rampasan perang (ghanimah) yang disebut Khums. Di
dalam Al-Qur’an (Qs. Al-Anfal [8]: 41) dijelaskan bahwa Khums itu ada tidak
terbantahkan.
“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada
hamba kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa bagian 1/5 adalah hak
Allah, Rasul, kerabat Rasul, golongan yatim, golongan miskin, dan ibnu sabil.
perang tersebut. Pada masa Khulaur rasyidin membagi bagian yang 1/5 itu kepada
3 bagian dengan menghapuskan saham Rasul dan kerabatnya.
Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama Syi’i dan ulama-ulama
sunni. Para ulama Syi’i mengatakan bahwa sumber pendapatannya apa pun harus
dikenakan khums sebesar 20%, sedangkan ulama sunni beranggapan bahwa ayat
ini hanya berlaku untuk harta rampasan perang saja.
4. Jizyah
Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai
pengganti fasilitas sosial-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya serta untuk
mendapatkan perlindungan keamanan dari Negara Islam. Besarnya jizyah satu
dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Jizyah
merupakan hak Allah yang diberikan kepada kaum Muslimin dari orang-orang
kafir sebagai tanda tunduknya mereka pada Islam. Tujuan utamanya adalah
kebersamaan dalam menanggung beban negara yang bertugas memberikan
perlindungan, keamanan, dan tepat tinggal bagi mereka dan juga sebagai
dorongan kepada kaum kafir untuk masuk Islam. Jizyah diambil dari orang-orang
kafir laki-laki, telah baligh dan berakal sehat. Jizyah akan berhenti dipungut oleh
negara jika orang kafir tersebut telah masuk Islam. Juga jizyah tidak wajib jika
orang kafir yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan membayarnya
karena kefakiran atau kemiskinannya. Firman Allah dalam Qs. At-Taubah: 29.
5. Ushr
Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar
dari 200 dirham. Ushr juga dipungut terhadap pedagang kafir dzimmi yang
melewati perbatasan, disebabkan adanya perjanjian damai antara kaum Muslimin
dengan mereka, yang salah satu poinnya menyebutkan tentang ushr ini. Tetapi jika
ushr tidak disebutkan dalam perjanjian damai, maka tidak boleh mengambil ushr
dari pedagang kafir dzimmi. Jadi,ushr dipungut karena adanya sebab-sebab syara’.
Sedangkan jika tidak ada sebab-sebab seperti diatas, maka pungutan terhadap
perdagangan lintas negara (cukai) hukumnya haram.
6. Penerimaan lain
Kaffarah yaitu denda, misalnya denda yang dikenakan kepada
suami istri yang berhubungan di siang hari pada bulan Ramadhan.
Amwal Fadhla yaitu harta benda kaum Muslimin yang meninggal
tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang Muslim
yang meninggalkan negerinya.
Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan
kepada kaum Muslimin yang kaya dalam rangka menutupi
pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi
pada masa Perang Tabuk.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sumber penerimaan pada masa
Kaum Muslim Non-Muslim Sumber lain a. Zakat
b. Ushr
c. Zakat fitrah
d. Wakaf
e. Amwal fadhla
f. Nawaib
g. Shadaqah,
seperti qurban
dan kafarat
a. Jizyah
b. Kharaj
c. Ushr
a. Ghanimah
b. Fa’i
c. Uang tebusan
d. Hadiah dari
pemimpin dan
BAB VI
KEBIJAKAN MONETER ISLAM
Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan,
salah satu sistem yang terus berkembang serta paling banyak dilakukan studi
empiris dan historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi lain adalah
sistem keuangan. Sistem keuangan pada zaman Rasulallahmenggunakan
bimetalic standard (emas dan perak/dinar dan dirham) karena keduanya adalah
alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukarya pada saat itu
relatif stabil dengan nilai kurs 1:10. Namun dengan adanya ketidak simbangan
antara supply dan demand, menyebabkan adanya gangguan dalam stabilitas nilai
kurs. Misalkan, pada masa pemerintahan Umayyah (41/662-132/750) rasio kurs
dinar dirham 1:12, lalu masa Abbasiyah (132/750/656/1258) yaitu 1:15.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami 3 hal
evolusi yaitu:
The Gold Coin Standard : logam emas mulia sebagai uang yang aktif
dalam peredaran
The Gold Bullion Standard : Logam emas bukanlah alat tukar yang
beredar, namun otoritas moneter menjadikannya sebagai parameneter
dalam menentukan nilai tukar uuang yang beredar.
The Gold Exchange Standard (Bretton Woods System) : Otoritas moneter
di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki. Dan dengan
perkembangan yang sangat pesat, munculah uang fiducier (kredit money)
yaitu uang yang keberadaannya tidak di back-up oleh emas dan perak.
1. Konsep Uang Dalam Islam
Konsep uang dalam ekonomi islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, uang adalah uang dan uang
bukanlah capital. Bertolak belakang dengan konsep uang dalam ekonomi
konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability) yaitu uang sebagi
uang dan juga uang sebagai capital.
Selain itu, dalam ekonomi islam uang adalah sesuatu yang bersifat flow
concept dan capital bersifat stock concept. Dalam ekonomi konvensional
Frederick S. Mishkin, mengemukakan konsep Irving Fisher yang menyatakan
bahwa :
MV = PT
Ket :
M = Jumlah uang
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan