• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study Community of Islamic Economics (SCIEmics) Department Science Academic UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013/1434 H BAB I PENDAHULUAN - MODUL MAKRO MIKRO ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Study Community of Islamic Economics (SCIEmics) Department Science Academic UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2013/1434 H BAB I PENDAHULUAN - MODUL MAKRO MIKRO ISLAM"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

TEORI EKONOMI ISLAM (MAKRO

MIKRO ISLAM)

Oleh :

Penanggungjawab : Tia Meida

Tim Penyusun : Arin Dwijaya Mutia

Farida

Indri Oktavia Naila Amalah

Faris Azka Tia Meida

Editor : Hilmi Mu’tashim

Study Community of Islamic Economics

(SCIEmics)

Department Science Academic

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam mata kuliah Mikro dan Makro Islam, kita akan mempelajari:

(1) Teori Konsumsi, Produksi, dan Distribusi

Kegiatan inti ekonomi untuk memenuhi kebutuhan.

(2) Pasar dalam Islam

Tempat atau kegiatan bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan

transaksi. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang pengertian, praktik

yang dilarang dalam pasar, konsep dan mekanisme pasar dalam presfektif

Islam.

(3) Kebijakan Fiskal Islam

Salah satu perangkat pemerintah dalam mencapai kesejahteraan

masyarakat secara syari’ah. Kebijakan fiskal pada zaman Rasulullah dan

Khulafa Ar-Rasyidun serta instrumen fiskal Islam.

(4) Kebijakan Moneter Islam

Sistem keuangan yang paling banyak dilakukan studi empiris dan

historisnya. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang konsep uang dalam

Islam, mazhab dan kebijakan moneter, instrumen kebijakan moneter, dinar

dan dirham.

(5) Peran Negara

Bagaimana peran ibadah, politik, dan tentunya ekonomi dalam

(4)

A. Sejarah Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro

Pengakuan dunia terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri baru

tercipta pada abad 18 M, setelah Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation

pada tahun 1776. masa ini merupakan masa awal bagi perkembangan ilmu

ekonomi dunia, sebab pasca munculnya Adam Smith yang disertai dengan

terbitnya bukunya itu, yaitu buku yang menjadi rujukan bagi ekonom seluruh

dunia, bahkan hingga saat ini, mampu merangsang para pemikir ekonomi barat

lainnya menerbitkan buku-buku lain yang kemudian pemikiran didalamnya juga

menjadi rujukan bagi ekonom seluruh dunia. Dan kemudian para penulis-penulis

buku tersebut menjadi tokoh yang dikagumi semua bangsa di dunia.

Mereka itu adalah tokoh-tokoh aliran klasik yang memiliki pemikiran yang

saling mendukung dengan pemikiran Adam Smith. Seperti David Ricardo (1815),

Thomas Robert Malthus (1798), Jean Baptise Say (1832) dan John Stuart Mill

(1848). Teori ekonomi dari pemikiran mereka ini sering disebut dan dianggap

sebagai pondasi dasar dari teori ekonomi mikro.

Pemikiran David Ricardo yang popular adalah teori harga relative berdasar

biaya-biaya produksi, yang kemudian melahirkan teori biaya sewa tanah, teori

biaya capital (bunga), dan teori upah tenaga kerja (nilai kerja dan upah alami).

Adapun Thomas Robert Malthus pemikirannya yang popular adalah teori

populasi, yang dari pemikirannya tersebut memicu pemerintahan untuk

menggalakkan dua hal, yaitu program Keluarga Berencana (KB) dan atau

meningkatkan produksi nasional (PDB). Demikian pula pemikiran ekonomi dari

(5)

nasional, sebab penawaran itu akan menghasilkan permintaannya sendiri, artinya

setiap produksi yang dihasilkan akan mampu dibeli/diserap oleh

konsumen/masyarakat. Dengan begitu, produksi harus terus ditingkatkan demi

mengatasi problem ekonomi dalam pandangan mereka, yaitu Scarcity

(kelangkaan)

Demikianlah teori-teori dari tokoh ekonomi dunia yang pemikirannya sejak

dahulu hingga saat ini menjadi rujukan bagi seluruh bangsa di muka bumi ini.

Pemikiran mereka menjadi kurikulum wajib bagi sekolah menengah dan apalagi

perguruan tinggi di negeri ini. Dan bukan hanya sekedar teori dalam mengikuti

pemikiran mereka ini, namun teori-teori tersebut juga dipraktekkan secara nyata

ditengah-tengah masyarakat, baik oleh bangsanya sendiri maupun oleh seluruh

bangsa di dunia ini.

Namun pemikiran ekonomi mereka adalah buah hasil dari pemikiran manusia

yang merupakan makhluk lemah, hingga dapat dipastikan apabila pemikiran yang

dihasilkan oleh makhluk yang lemah sudah barang tentu akan berbuah kelemahan

pula. Hingga hal ini dibuktikan pada tahun 1929, praktek dari pemikiran mereka

berbuah bencana. Terjadilah pada saat itu peristiwa monumental dalam sejarah

perekonomian dunia, The Great Depression di Amerika, dan bahkan tidak cukup

sampai di wilayah tersebut saja, dampaknya merambah keseluruh negara-negara

Eropa bahkan belahan dunia lainnya seperti Asia.

Depresei BesarGreat Depression adalah peristiwa yang menghancurkan

segala sendi perekonomian negara-negara dunia hingga ke level yang lebih kecil,

(6)

pengangguran yang merajalela terutama di Amerika dan Eropa, inflasi

melambung tinggi menambah daya beli masyarakat mencapai titik nol. Namun

dari peristiwa tersebut, sayangnya disikapi oleh para pemikir dan pengambil

kebijakan ekonomi mereka dengan terus dan tetap merujuk pada pemikiran

tokoh-tokoh mereka yang selama ini membuat perekonomian mereka maju, yaitu

pemikiran Adam Smith, David Ricardo dan kawan-kawannya. Akibatnya tak ayal

lagi, diprediksi dan dipastikan, dan terbukti masa depresi ini tak kunjung usai

bertahun-tahun lamanya, dan korban jiwa pun terus berjatuhan.

Pemikiran maenstrim/utama dari para tokoh seperti Adam Smith dan

kawan-kawannya tersebut adalah menolak segala bentuk campur tangan pemerintah. Jadi,

apabila terjadi suatu masalah ekonomi ditengah-tengah masyarakat, menurut

mereka harus dibiarkan saja, pemerintah tidak dikehendaki dalam memberikan

solusi. Sebab masalah tersebut akan terselesaikan sendiri secara alami, yaitu

diselesaikan oleh invisible hand. Dan invisible hand yang terbentuk adalah hasil

dari mekanisme pasar, yang merupakan titik hasil dari pertemuan sisi penawaran

dan sisi permintaan. Contoh mekanisme pasar adalah sebagai berikut: apabila

pada suatu masa harga beras mahal akibat sedikitnya jumlah produksi, maka

manusia akan jarang untuk bisa menikmati beras. Ini adalah sisi permintaan,

karena harga tinggi maka permintaan akan rendah. Namun disisi lain, disisi

penawaran, karena tingginya harga beras maka akan mengundang produsen lain

untuk berkecimpung dalam produksi beras, sebab memproduksi beras akan sangat

besar keuntungannya karena harganya yang tinggi. Maka akan melahirkan

(7)

meningkat. Sesuai hukum penawaran, semakin tingginya penawaran beras di

pasar oleh para produsen, tentu akan menurunkan harga beras tersebut, sebab

masing-masing produsen akan bersaing agar berasnya laku dengan cara

menurunkan harga. Akibatnya harga beras turun, dan berbisnis beraspun tidak lagi

menjadi ajang bisnis yang menggiurkan, maka satu demi satu produsen beras pun

beralih profesi meninggalkan bisnis berasnya. Sekali lagi produksi beras menjadi

sedikit, sehingga kembali melambungkan harga beras. Demikian seterusnya,

alhasil sisi permintaan dan penawaran pun bertemu di titik equilibrium.

Demikianlah pemikiran Adam Smith dalam perekonomian, tampak sebagai

solusi jitu dari setiap problem ekonomi yang muncul. Dan teori seperti inilah yang

menjadi pegangan bagi para pengambil kebijakan pada masa itu. Sebab diyakini

bahwa kondisi sulit pada masa tersebut (depresi besar) akan terselesaikan dengan

sendirinya sebagaimana terselesaikannya masalah harga beras seperti contoh

diatas. Dan ternyata hasilnya berkata lain, penderitaan akibat masa resesi tersebut

tak kunjung usai, bahkan telah banyak mengambil korban jiwa.

Di tengah-tengah masa resesi ini muncullah pemikir ekonomi John Maynard

Keyness bersama bukunya The General Theory of Employment, Interest and

Money (Teori Umum Pengangguran, Bunga dan Uang) pada tahun 1936.

pemikirannya mengkritik teori tokoh ekonomi seperti Adam Smith dkk. Yaitu

dengan mengharuskan adanya campur tangan pemerintah dalam mengatasi

permasalahan ekonomi. Dan bukannya Keyness tidak mempercayai pemikiran

Adam Smith mengenai invisible hand dari mekanisme pasar, namun apabila

(8)

lama masyarakat akan mati kelaparan dalam penantian hadirnya invisible hand

tersebut. Maka pemerintah secepat mungkin turut andil dalam persoalan ini.

Pikiran utama dari Keynes adalah bagaimana pemerintah mengatasi masalah

inflasi dan pengangguran pada masa resesi ini. Mengatasi inflasi yaitu dengan

menaik-turunkan tingkat suku bunga bank, yang biasa kita kenal dengan

kebijakan moneter. Dan mengatasi masalah pengangguran dengan seberapa besar

pemerintah menggalakkan program padat karya, dengan mengambil dana yang

berasal dari pajak, maka kebijakan seperti ini biasa kita kenal dengan kebijakan

fiskal. Dengan demikian, dua tema pokok inilah yang menyebabkan munculnya

pembahasan Ekonomi Makro. Sebab masalah inflasi dan pengangguran adalah

masalah kolektif (agregat) yang belum pernah terfikirkan oleh Adam Smith

bersama teman-temannya yang tergabung dalam aliran Klasik. Dan setiap

pemikiran dari para tokoh aliran Klasik inilah yang saat ini dikenal dengan

pembahasan Ekonomi Mikro. JM Keynes dikenal sebagai bapak Ekonomi Makro

karena melahirkan pemikiran agregatif, sedangkan setiap pemikiran tokoh aliran

Klasik dikenal sebagai teori-teori Ekonomi Mikro.

Jadi, lahirnya Ekonomi Makro pada tahun 1936 adalah sebagai bentuk solusi

dari permasalahan yang ditimbulkan oleh teori dan praktek Ekonomi Mikro yang

lahir sejak tahun 1776, permasalahan tersebut adalah inflasi dan pengangguran.

Dua tema utama yang menjadi pembahasan dalam ekonomi makro. Adapun

materi lain selain inflasi dan kesempatan kerja dalam ekonomi makro, merupakan

(9)

ekonomi makro menggapai sukses, seperti pembahasan PDB dan pendapatan

nasional.

Definisi Ekonomi Mikro dan Makro menurut Ekonomi Islam

Dari uraian sejarah singkat dari ekonomi mikro dan ekonomi makro

tersebut maka definisi ekonomi mikro dan ekonomi makro tidaklah lagi

sebagaimana definisi umum yang biasa kita kenal dalam buku-buku mengenai

keduanya. Yaitu ekonomi mikro disebutkan sebagai teori yang menelaah kegiatan

ekonomi secara individual dari sudut pandang hubungan antara produksi,

konsumsi, harga, permintaan dan penawaran. Dan ekonomi makro adalah teori

yang menelaah hubungan variable ekonomi secara agregat, seperti inflasi,

pengangguran, PDB dan pendapatan nasional dan lain-lain. Tidaklah demikian.

Sebagaimana sejarah menyebutkan, maka definisi dari ekonomi mikro dan makro

dapat kita definisikan dengan definisi yang lebih akurat, yakni sebagai berikut:

Bahwa Ekonomi Mikro adalah:

Teori ekonomi yang menelaah kegiatan ekonomi antar individu dalam

suatu masyarakat, yang apabila teori tersebut dipraktekkan dalam kehidupan

nyata pasti akan menimbulkan masalah, yang masalah tersebut tidak akan pernah

dapat terselesaikan dengan cara apapun juga.”

Apabila ada sebuah solusi yang mampu meredam gejolak masalah

tersebut, pasti dikemudian hari masalah tersebut akan muncul kembali dengan

permasalahan yang jauh lebih besar.

(10)

Teori ekonomi yang membahas masalah kebijakan yang diambil

pemerintah sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh

praktek dari teori ekonomi mikro

Sebenarnya dalam definisi baru dari ekonomi makro tersebut juga kurang

tepat, sebab solusi yang diberikan menurut pembahasan dalam ekonomi makro

tidak pernah menyentuh sumber penyakitnya atau sumber permasalahannya.

Sehingga bila diibaratkan, seperti seorang dokter yang memberi resep obat

penyakit asma, padahal penyakit yang diderita pasiennya adalah penyakit kangker.

Jelas tidak mungkin sembuh.

B. Mazhab Ekonomi IslaM

Dalam menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi Islam itu,

muncullah perbedaan pendapat di kalangan ekonom-ekonom muslim. Sampai saat

ini pemikiran ekonom-ekonom muslim kontemporer dapat diklasifikasikan

setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni mazhab Baqir al-Sadr, mazhab

mainstream dan mazhab alternatif-kritis.1

a. Mazhab Baqir al-Sadr2

Mazhab ini dipelopori oleh Baqir al-Sadr dengan bukunya yang fenomenal:

Iqtisaduna (ekonomi kita). Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi

(economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi,

danIslam tetap Islam. Keduanya tidak akan pernah bisa disatukan, karena

kedberasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Menurut mereka, perbedaan

1 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro (Jakarta: Karim Business

Konsulting, 2001), 7.

(11)

filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya dalam melihat

masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena

adanya keinginan manusia yang tidak terbatas sementara sumber daya yang

tersedia untuk memuaskan keinginan manusia tersebut jumlahnya terbatas. Baqir

menolak pernyataan ini, karena menurut mereka, Islam tidak mengenal adanya

sumber daya yang terbatas. Dalil yang dipakai adalah al-Qur’an:

Sungguh telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang

setepattepatnya.”3

Dengan demikian karena segala sesuatunya sudah terukur dengan

sempurna, sebenarnya Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi

seluruh manusia di dunia. Pendapat bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas

juga ditolak, karena kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. Misalnya

seseorang yang sudah kenyang, maka dia akan hilang selera makannya dan tidak

ingin makan. Mazhab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena

adanya dirtribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang

membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat

memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya, sementara

yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga sulit bersaing.

Karena itu masalah ekonomi muncul bukan karena sumber daya yang terbatas,

tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas.

Karena itu menurut mereka, istilah ekonomi Islam adalah istilah yang

bukan hanya tidak sesuai dan salah, tapi juga menyesatkan dan kontradiktif,

karena itu penggunaan istilah ekonomi Islam harus dihentikan. Sebagai gantinya,

(12)

ditawarkan istilah baru yang berasal dari filosofi Islam, yakni iqtisad. Iqtisad

berasal dari kata bahasa arab qasd yang secara harfiah berarti equilibrium atau

keadaan sama, seimbang atau pertengahan. Sejalan dengan itu, maka semua teori

yang dikembangkan oleh ilmu

ekonomi konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya mazhab ini

berusaha menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan

dideduksi dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Tokoh-tokoh mazhab ini selain

Muhammad Baqir Sadr adalah Abbas Mirakhor, Baqir Hasani, Kadim

al-Sadr, Iraj Toutounchian, Hedayati dan lain-lain.

2. Mazhab Mainstream

Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir. Mazhab

kedua ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang

terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. Memang

benar misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia

berada pada titik equilibrium. Namun pada waktu dan tempat tertentu sangat

mungkin terjadi kelangkaan sumber daya pada satu tempat dan kelimpahan

sumber daya pada tempat yang lain. Jadi keterbatasan sumber daya memang ada

paling tidak hal ini bisa terjadi disuatu tempat dan waktu tertentu. Dengan

demikian, pandangan mazhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada

bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah

yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi. Perbedaannya terletak

(13)

versus keinginan yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan

pilihan-pilihan atas keinginannya.

Kemudian manusia membuat skala prioritas pemenuhan keinginan, dari

yang paling penting sampai yang paling tidak penting Dalam ekonomi

konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera

pribadi masing-masing. Manusia boleh mempertimbangkan tuntutan agama, boleh

juga mengabaikannya. Tetapi dalam ekonomi Islam, keputusan pilihan ini tidak

dapat dilakukan semaunya saja. Perilaku manusia dalam setiap aspek

kehidupannya, termasuk ekonomi, selalu dipandu oleh Allah

lewat al-Qur’an dan sunnah.

Tokoh-tokoh mazhab ini di antaranya M. Umer Chapra, M. A. Mannan,

M. Nejatullah Siddiqi, dan lain-lain. Mayoritas bekerja di Islamic Development

Bank, yang memiliki dukungan dana dan akses ke bebagai negara sehingga

penyebaran pemikirannya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Mereka

adalah para Doktor dibidang ekonomi yang belajar di Universitas-universitas

barat. Karena itu, mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori

ekonomi konvensional4.

Salah satu tokohnya, Umer Chapra berpendapat bahwa usaha

mengembangkan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis

yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional

selama lebih dari seratus tahun terakhir.5 Mengambil hal-hal yang baik dan

4 Adiwarman, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro, 10

5 M. Umer Chapra, The Future of Economics, an Islamic Perspective (Leicester: Islamic

(14)

bermanfaat yang dihasilkan oleh bangsadan budaya non Islam sama sekali tidak

diharamkan. Nabi bersabda bahwahikmah/ ilmu itu bagi umat Islam adalah ibarat

barang yang hilang. Dimana saja ditemukan, maka umat muslimlah yang paling

berhak mengambilnya. Catatan sejarah menyebutkan, para ulama’ dan ilmuwan

muslim banyak meminjam ilmudari peradaban lain seperti Yunani, India, Persia,

Cina dan lain-lain. Yangbermanfaat diambil dan yang tidak bermanfaat dibuang,

sehingga terjaditransformasi ilmu dengan diterangi cahaya Islam.

3. Mazhab Alternatif-Kritis6

Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi di

University of Southern California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvard,

Malaya),mMuhammad Arif dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik kedua mazhab

sebelumnya. Mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk

menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain.

Menghancurkan teori lama, kemudian menggantinya dengan teori baru.

Sementara mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiblakan dari ekonomi

neoklasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabek zakat

serta niat. Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat

bahwa analisis kritis bukan hanya harus dilakukan terhadap sosialisme dan

kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri.7Hal ini bukan berarti

merekameragukan Islam, karena sesungguhnya Islam sudah pasti kebenarannya.

Akan tetapi Ekonomi Islam adalah hasil tafsiran ulama’ dan ilmuwan atas

al-Qur’an dan sunnah sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dalam

6

10 Adiwarman, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Mikro, 10

(15)

menafsiri dan menjelaskannya. Oleh sebab itu, teori-teori yang berkembang dalam

ekonomi Islam juga harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan

(16)

BAB II

(17)

BAB III

KONSUMSI, PRODUKSI, DAN DISTRIBUSI

A. Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi yang kita ketahui dan pelajari dalam ekonomi

konvensional diantaranya adalah sumber daya alam, modal, tenaga kerja, dan

kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, sumber daya informasi

dianggapsebagai faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi

di era gobalisasi ini (Griffin R: 2006).

Di kalangan para ekonom Muslim sendiri belum ada kesepakatan tentang

faktor produksi, karena terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Ekonom

Islam yang cukup concern dengan teori produksi adalah Imam Al-Ghazali. Beliau

telah menguraikan faktor-faktor produksi dan fungsi produksi dalam kehidupan

manusia. Dalam uraiaannya beliau sering menggunakan kata kasab dan islah.

Yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua adalah upaya

manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar

mempunyai manfaat yang lebih tinggi.

Menurut Alharitsi faktor produksi terdiri dari sumber daya bumi (tanah,

sungai), bekerja, dan modal (besi, benih, pohon hewan). Menurut Al-Maududi dan

(18)

(capital). Uraiaan ini berbeda dengan M.A Mannan yang menyatakan bahwa

faktor produksi hanya berupa amal/kerja dan tanah.

Menurutnya capital (modal) bukanlah merupakan faktor produksi yang

independen, karena capital (modal) bukanlah merupakan faktor dasar.

Sedangkan modal (oleh Yusuf Qordhawi) dalam bentuk alat dan prasarana

diartikan sebagai hasil kerja yang disimpan. Dengan demikian, faktor utama yang

dominan dalam produksi adalah kualitas dan kuantitas manusia (labor), sistem

atau prasarana yang kemudian kita sebut sebagai teknologi dan modal (segala

sesuatu dari hasil kerja yang disimpan).

Menurut An-Najjar, faktor produksi hanya terdiri dari dua elemen, yaitu amal

(labor) da capital. Abu Sulaiman menyatakan, amal bukanlah merupakan faktor

produksi. Dalam syariah Islam, dasar hukum transaksi (muamalah) adalah ibahah

(diperbolehkan) sepanjang tidak ditemukannya larangan dalam nash atau dalil.

a. Amal/Kerja (Labour)

Amal adalah segala daya dan upaya yang dicurahkan dalam menghasilkan

dan meningkatkan kegunaan barang dan jasa, baik dalam bentuk teoritis

(pemikiran, ide, konsep) maupun aplikatif (tenaga, gerakan) yang sesuai

dengan syariah.

b. Bumi/Tanah (Land)

Land (tanah) meliputi segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar

ataupun disekitar bumi yang menjadi sumber-sumber ekonomi, seperti

pertambangan, pasir, tanah pertanian, sungai dan lain sebagainya.

(19)

Capital adalah bagian dari harta kekayaan yang digunakan untuk

menghasilkan barang dan jasa, seperti mesin, alat produksi, equipment

(peralatan), gedung, fasilitas kantor, transportasi dan lain sebagainya.

Pembahasan mengenai modal yang merupakan salah satu faktor produksi

dalam ekonomi Islam, adalah terkait dengan masalah kepemilikan harta

sedangkan pengembangannya itu sendiri tidak akan lepas dari suatu

mekanisme yang dipergunakan seseorang untuk menghasilkan

pertambahan kepemilikan tersebut

Dan dalam hal ini Islam menyerahkan masalah pengembangan harta

(mekanisme yang dipakai) tersebut kepada individu sesuai pandangan yang

menurutnya layak dipergunakan. Sistem pengembangan modal dalam ekonomi

Islam (termasuk modal produksi) sangat terkait dengan konsep kepemilikan Islam.

Menurut Islam, kepemilikan pada dasarnya adalah sebagai naluri alamiah yang

dimiliki manusia dan hanya berfungsi sebagai sarana penunjang untuk mencapai

tujuan yang lebih besar, karena semua yang ada di muka bumi (termasuk harta)

adalah milik Allah SWT.

B. Model Produksi dalam perspektif Islam

Produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka bumi ini semenjak

manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup

dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh

dari menyatunya manusia dan alam. Maka untuk menyatukan antara manusia dan

(20)

adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang

terhampar di muka bumi untuk dimaksimalkan fungsi dan kegunaannya.

Tanggung jawab manusia sebagai khalifah adalah mengelola resources yang

telah disediakan oleh Allah secara efisien dan optimal agar kesejahteraan dan

keadilan dapat ditegakkan. Satu yang tidak boleh dan harus dihindari oleh

manusia adalah berbuat kerusakan di muka bumi. Dengan demikian, segala

macam kegiatan ekonomi yang diajukan untuk mencari keuntungan tanpa

berakibat pada peningkatan utility atau nilai guna resources tidak disukai dalam

Islam. Nilai universal lain tentang produksi adalah adanya perintah untuk mencari

sumber-sumber yang halal dan baik bagi produksi dan memproduksi serta

memanfaatkan output produksi pada jalan kebaikan dan tidak menzalimi pihak

lain. Dengan demikian, penentuan input dan output dari produksi heruslah sesuai

dengan hukum Islam dan tidak mengarah pada kerusakan.

Adapun untuk lebih memahaminya teori produksi lebih jauh lagi, kita terlebih

dahulu harus mengetahui makna dan definisi dari fungsi produksi. Fungsi

produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dan output (yang berupa

barang atau jasa) yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode.

Q = f (Xa1, Xb1, Xc1, ..., Xn)

di mana Xa1, Xb1, Xc1, ..., Xn menunjukan jumlah dari kombinasi input dan Q

menunjukan jumlah output. Keberadaan input adalah mutlak harus ada dalam

suatu prokses produksi. Dalam kenyataannya, tidak semua input tersebut akan

memberikan kontribusi yang sama, dan karakteristik di antara input tersebut juga

(21)

jangka waktu yang pendek. Untuk lebih mempermudah analisis, dalam

pembahasan teori produksi ini kita akan mengasumsikan bahwa model (capital)

dan teknologi dalam jangka pendek diasumsikan tetap.

Karena semua input yang digunakan mengandung biaya, maka prinsip dari

produksi adalah bagaimana produksi dapat berjalan sehingga mampu mencapai

tingkat yang paling maksimum dan efisiensi dengan (1) memaksimalkan output

dengan menggunakan input tetap, (2) meminimalkan penggunaan input untuk

mencapai tingkat output yang sama

Fungsi produksi untuk memproduksi barang Q untuk dua variabel independen

dapat diformulasikan sebagai Q = f (K,L) yang menunjukan berpa jumlah

maksimal barang Q yang dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai

alternatif kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).

K

(JAM/MESIN)

L

(JAM/TENAGA KERJA)

Q1 Q2

Q3

Kurva fungsi produksi dengan tingkat produksi yang berbeda, yaitu para Q1, Q2, dan Q3

(22)

Pada gambar 6.1 ini input modal digambarkan pada sumbu vertikan (dengan

simbol K, dalam satuan jam mesin). Sedangkan input tenaga kerja digambarkan

pada sumbu horizontal (dengan simbol L, dala satuan jam tenaga kerja). Dengan

demikian, berbagai kombinasi input K dan L dapat dipetakan. Titik-titik kobinasi

input K dan L yang menghasilkan tingkat output yang sama dapat saling

dihubungkan sehingga membentuk suatu kurva isoquant (iso=sama,

quant=kuantitas outout).

Pada gambar 6.1 diatas, kita telah memetakan tiga buah kurva isoquant, yakni

kurva isoquant 1 (Q1), kurva isoquant 2 (Q2), dan kurva isoquant 3 (Q3).

Semakin kurva isouant menjauhi titik 0 maka semakin besar, dan jumlah output

semakin besar pula.

C. Teori Distribusi

Konsep dasar kapitalis dalam permasalahan distribusi adalah kepemilikan

(private) pribadi. Makanya permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan

mencolok pada kepemilikan, pendapatan harta pusaka peninggal leluhurnya

masing-masing. Milton H. Spencer (1977), menulis bukunya contemporary

Economics. “Kapitalisme merupakan sebuah system organisasi ekonomi yang

dicirikan oleh hak milik private (individu) atas alat-alat produksi dan distribusi

(tanah, pabrik-pabrik, jalan-jalan kereta api, dan sebagainya) dan pemanfaatannya

untuk mencapai laba dalam kondisi-kondisi yang sangat kompetitif .

Lembaga hak milik swasta merupakan elemen paling pokok dari kapitalisme.

Para individu memperoleh perangsang agar aktiva mereka dimanfaatkan

(23)

pendapatan karena individu-individu diperkenankan untuk menghimpun aktiva

dan memberikannya kepada ahli waris secara mutlak apabila mereka meninggal

dunia.

Menurut Taqyuddin An Nabhany, masalah ekonomi itu sebenarnya hanya

terletak pada distribusi harta dan jasa tersebut kepada tiap-tiap individu, dalam

rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer (basic needs) mereka secara

menyeluruh, serta membantu mereka berusaha untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sekunder hingga kebutuhan-kebutuhan lux mereka.

Perlu diingat bahwa kebutuhan primer manusia bersifat statis, jadi hal ini

lebih diutamakan untuk dipenuhi bila dibandingkan kebutuhan lux segelintir

manusia lainnya. Artinya produksi barang dan jasa yang lux seharusnya dilakukan

setelah semua kebutuhan primer seluruh penduduk telah terlebih dahulu dipenuhi.

Justru, perbedaan cara bangsa-bangsa mendistribusikan kekayaannya itulah kunci

perbedaan sistem ekonomi yang mereka punyai dan anut

Selain itu dalam ekonomi Islam dikenal dengan adanya asas pemerataan.

Asas ini adalah penerpan prinsip keadilan dalam bidang muamalah yang

menghendaki agar harta tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang sehingga harta

itu harus terdistribusikan secara merata diantara masyarakat baik kaya maupun

miskin, oleh karena itu dibuatlah hukum zakat, shadaqah, infaq dan sebagainya

ْمُكْنِم ِءاَيِنْغَ ْلا َنْيَب ًةَلوُد َنوُكَي َل ْيَك

(24)

BAB IV

PASAR DALAM ISLAM

A. Pasar

Makna dan Fungsi Pasar Pasar dapat di artikan sebagai tempat dimana

pembeli dan penjual bertemu untuk mempertukarkan barang-barang mereka.para

ahli ekonomi mengunakan istilah pasar untuk menyatakan sekumpulan pembeli

dan penjual yang melakukan transaksi atas suatu pproduk atau kelas produk

tertentu, misalya pasar perumahan, pasar besar dan lain-lain. Dengan demikian,

pasar sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli, merupakan fasilitas publik

yang sangat fital bagi perekonomian suatu daerah.

Selain sebagai urat nadi, pasar juga menjadi barometer bagi tingkat

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Namun apa jadinya jika pusat, perekonomian

ini tidak tertara dengan baik.yang jelas, karena konsumen (pembeli) merasa tidak

nyaman, menyebabkan mereka malas mengujungi pasar. Kalau begini tidak hanya

pedagng yang rugi, tetapi pemerintah daerah selaku penarik pajak dari kegiatan

jual beli juga turut merugi, karena tidak bisa mengumpulkan pendapatan asli

daerah secara optimal. Kondisi seperti ini pada ahirya menyebabkan

ketidakderteramen dalam kehidupan masyarakat. Setiap angota masyarakat selalu

mendambakan adanya ketentraman dan kesembangan dalam kehidupan, semua

keinginan manusia dalam kehidupanya, termasuk didalamnya keinginan manusia

di dalam keinginan untuk hidup tentram, dapat di wujudkan apbila ada instrumen

(25)

dapat mewujudkan ketentraman itu adalah transaksi perdagagan yang di lakukan

atas dasar kejujuran serta terhindar dari penipuan dan kecurangan seperti

pengurangan ukuran, takaran dan timbangan.

Perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modren terlihat dari cara

transaksinya, pada pasar tradisional masih bisa di lakukan tawar menawar,

sedangkan di pasar modren tidak bisa di lakukan tawar menawar. Sedangkan

fasilitas tidak bisa di jadikan ukuran untuk menentukan tradisional atau modren

sebuah pasar. Artinya bila sebuah pasar dengan fasilitas yang serba modren tetapi

masih ada tawar menawar maka pasar tersebut dapat di kategorikan sebagai pasar

tradisional.

Beberapa kecurangan dalam transaksi perdaganga terjadi dalam pasar.

Kecurngan-kecurangan dalam transaksi perdagangan itu dapat di lihat dari

fenomena berikut ini.

1. Kecurangan di bidang berat timbangan seperti penjualan gula dengan berat

3 kg padahal berat sebenarnya hanya 800 atau 900 g.

2. Kecurangan di bidang ukuran sperti penjualan kain sepanjang 1 meter

teryata hanya 90 cm.

3. Kecurangan di bidang takaran seperti saat pedagang memakai takaran

yang bagian bawahnya menjorok keluar, tetapi apabila menjul memakai

takaran yang bagian bawahnya menjorok kedalam.

4. Ada di antara pedagang yang memiliki dua timbangan atau lebih. Satu

timbangan yang benar dipakai saat ia lakulakan, sedang yang satu

(26)

tersebut semangkin terlihat ketika menjelang hari raya yang biasanya jual

beli kebutuhan bahan pangan dan perhiasan meningkat tajam.

Dalam transaksi timbangan dipakai sebagai tolak ukur untuk menjamin isi serta

bobot barang yang di beli konsumen, namun di sisi lain ada sejumlah pedagang

ada yang mempermainkan alat timbangan atau ukuran. Misalnya mengurangi

bobot takaran atau isi. Misalnya ketika konsumen membeli daging di pasar 1 kg,

setiba di rumah di timbang ulng teryata hanya 950 g.

Kecurangan-kecurangan dalam transaksi perdangan dan ketidak

keteraturan kondisi pasar semestinya tidak terjadi karena di larang dalam islam.

Fenomena tersebut mengambarkan terjadi pelangaran terhadap nilai-nilai dan

hukum agama islam yang sudah sangat tegas melarang dan mencela segala bentuk

kecurangan dalam transaksi jual beli. Selain pelangaran terhadap nilai-nilai agama

juga terjadi pelangaran terhadap hukum perundang-undangan negara republik

indonesia. Menurut UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 8

ayat 1 a dan b dinyatakan bahwa pelaku usaha di larang memproduksi dan

memperdagangkan barang dagang yang tidak sesuai dengan beratbersih atau neto,

tidak sesuai degan ukuran, takara, dan timbangan menurut ukuran yang

sebenarnya. Allah swt. Telah menyatakan dalam al qur’an bahwa orang-orang

yang elakukan kecurangan dalam menakar dan menimbang akan mendapatkan

kebinasaan karena di anggap sebagai orang yang melupakan hari pembalasan,

karena pada saat itu semua manusia menghadap allah untuk

mempertangungjawabkan setiap perbuatanya.

(27)

Celakalah besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang

apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi, dan apabila

mereka menakar untuk orang lain, mereka mengurangi. Tindakan orang-orang

itu yakni, bahwa sesunguhya mereka akan di bangkitkan, pada suatu hari yang

besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap tuhan semesta alam.

Kejujuran dalam perdagangan tetap dapat di wujudkan.

Misalnya perdangangan harus mengatakan dengan jujur bahwa barang

yang di jualnya berkualitas baik tanpa ada campuran degan barang kualitas buruk.

Pedagang juga harus jujur dalam menakar, mengukur dan menimbang.

Pedagang yang tidak jujur mendapat celaan dari allah dan rasulnya. Abu hurairah

meriwayatkan sebuah hadis tentang inpisasi pasar yang di lakukan rassullulah

sebagai berikut: ‘’Pada suatu hari rasullulah berjalan di pasar dan mendapati

setumpuk makanan (kurma) kemudian beliau memasukan tangan kedalam

tumpukan kurma tersebut dan beliau mendapati ada yang basah, beliau bertanya

kkepada perdangang mengapa ini ? pedagang menjawab: terkena hujan ya

rasullulah. Beliau mengatakan mengapa tidak engkau letakan yang basah itu di

atas agar orang dapat melihatnya? barang siapa menipu bukan golonganku.’’

Islam mengharamkan segala betuk penipuan baik dalam masalah jual beli,

maupun dalam muamalah lainya.seorang muslim di tuntut untuk berlaku jujur

dalam seluruh urusanya, sebab dalam keiklasan dalam beragama nilai lebih tinggi

daripada seluruh usaha duniawi. Tetapi jika mereka berdusta dan

menyembunyikan (ciri dagangannya) maka barakah daganganya itu akan

(28)

Rasulullah bersabda: Penjual dan pembeli boleh melakukan khiyar,

apabila keduanya jujur dan menjelaska cacat barangya niscaya allah akan

menurunkan keberkahan, tetapi apabila keduanya saling berbohong dan

menyembunyinkan cacat barangnya niscaya, allah akan mencabut keberkahah dari

transaksi perdaganganya. Salah satu bentuk penipuan dalam jual beli ialah

mengurangi takaran dan timbangan.

Al-qur’an mengangap penting persoalan ini sebagai salah satu bagian dari

mu’amalah. Dalam surat an-an’am allah berfirman:

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim,kecuali dengan cara yang lebih

bermangfaat, hingga sampai ia hingga dewasa. Dan sernakanlah takaran dan

timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah

kamu berlaku adil kendatipun dia adalah keraba r(mu) dan penuhila janji allah,

yang demikian itu di perintahkan allah kepadamu agar kamu ingat. Sedangkan

orang yang jujur dalam menakar dan menimbang dianggap telah melakukan

perbuatan yang sangat terpuji.

Allah berfirman: Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan

apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang

lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Qs al isra’35. Dalam al qur’an

terdapat kisah dalam suatu kaum yang senang melakukan kecurangan dalam

bidang mu’amalah dan menyimpang dari kejujuran dalam hal takaran dan

timbangan. Kalau menjual barang pada orang lain selalu di kurangi

(29)

lebihkan. mereka yang di maksud ialah kaum nabi syu’aib. Beliau pun menyere

kepada umatnya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang merugikan: dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan

janganlah kamu merugikam manusuia pada hak-haknya dan janganlah kamu

merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Qs Al-syu’ara’ 181-183)

B. Mekanisme pasar islam

Mekanisme pasar di bangun atas dasar kebebasan yaitu kebebasan individu

untuk melakukan transaksi barang dan jasa sesua yang ia sukai. Ibn Taimiyah

menepatkan kebebasan pada tempat yang tinggi bagi individu dalam kegiatan

ekonomi, walaupun beliau memberikan batasanya-batasanya. Batasan yang di

maksud adalah tidak bertentangan dengan tidak terjadi konflik kepentingan. mulai

dari lingkungan terdekat, yaitu kerabat dan tetanga sampai masyarakat dalam

lingkungan yang lebih luas. Secara alamiah manusia merupakan mahluk sosial,

karenanya merupakan fitnah manusia untuk saling berkerja sama antara yang satu

dengan yang lain.

C. Larangan dalam Pasar

Beberapa larangan dalam mekanisme pasar islam :

1. Larangan curang dalam takaran dan timbangan

Kecurangan dalam menakar dan menimbang mendapat perhatian khusus

dalam al Qur’an karena praktek seperti telah merampas hak orang lain. Selain itu

praktek seperti ini juga menimbulkan dampak yang sagat vital dalam duni

(30)

yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat ancaman siksa di

akhirat.

Allah berfirman: Celakalah besar bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang

orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi

dan apabila mereka menakar dan menimbang untuk orang lain, mereka

mengurangi tidakah orang orang itu yakin, bahwa mereka akan di bangkitkan,

pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap tuhan

semesta alam. (Qs al mutaffifin (83): 1-6 )

Hal ini bisa di lakukan pedagang apabila pad saat ku lakukan ia selalu

memilih barang yang berkualitas baik yang ia sendiri sukai barang itu dan tidak

berlebihan dalam mengambil keuntungan. Kondisi seperti inilah

yangmenyebabkan allah akan menurunkan keberkahan dalam perdagangan, tanpa

harus melakukan penipuan. Penipuan sulit untuk di hindari oleh karena pada

umumya mereka tidak mau mengambil sedikit keuntungan, usaha untuk meraup

keuntungan yang besar jarang yang terhindar dari penipuan.

2. Larangang terhadap rekayasa harga

Ralullah saw menyatakan bahwa harga di pasar itu di tentukan oleh allah.

Ini berarti bahwa harga di pasar tidak boleh di investasi oleh siapapun. Di atas

telah di sebutkan bahwa rasulullah tidak mau menentukan harga. Hal ini

menunjukan bahwa ketentuan harga itu di serahkan kepada mekanisme pasar yang

alamiah. Hal ini dapat di lakukan ketika pasar dalam keadaan normal, tetapi apabi

tidak dalam keadaan sehat yakni terjadi kezaliman seperti terjadinya kasus

(31)

menentukan harga pada tingkat yang adil sehingga tidak ada pihak yang di

rugikan. Dengan demikian, pemerintah hanya memiliki wewenang untuk

menetapkan harga apabila terjadi praktik kezaliman di pasar.dagangkan Islam

pada perinsipnyan tidak melarang perdagangan, kecuali ada unsur-unsur

kezaliman, penipuan, penindasan, dan mengarah kepada sesuatu yang di larang.

Misalya memperdagangkan arak, babi, narkoba, berhala patung dan sebagainya,

yang sudah jelas oleh islam diharamkan, baik memakanya, mengerjakanya atau

memangfatkanya. semua pekerjaan yang di peroleh dengan jalan haram adalah

dosa.

3. Larangan terhadap peraktik riba

Rasulullah mengajarkan agar para pedagang senantiasa adil, baik,

kerjasama, amanah, tawakal, qana’ah, sabar, dan tabah. Sebaliknya beliau juga

menasehati agar pedagang meningalkan sifat kotor dalam perdagangan yang

hanya memberikan keuntungan sesaat, tetapi merugikan diri sendiri duniawi dan

ukhrawi. Akibatya kredibilitas hilang, pelangan lari, dan kesempatan berikutnya

sempit. praktek riba yahudi ini telah di ketahui beliau sejakmdi makah karena

ayat-ayat yang turun di makkah ada yang menceritakan praktik kotor orang yahudi

tersebut. Allah berfirman:

Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka

Telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang

dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir

(32)

Dan riba (tambahan) yang kamu berikan dapat menambah harta manusia, Maka

riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa

zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang

berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(QS

AL-rum 39). Namun teguran al qur'an ini tidak di hiraukan oleh beberapa sahabat

yang terlanjur terlibat dalam praktik tersebut. Kemudian datang teguran

berikutnya agar memberikan pinjaman jangan menetapkan riba yang berlipat

ganda. 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba

dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapat keberuntungan.(QS Ali imron 130 ).

Dengan teguran yang kedua ini banyak para sahabat yang meningalkan

riba. Hanya orang yahudi saja yang tetap melakukjan praktek itu dengan alasan

bahwa tidak ada bedanya antara jual beli dengan riba, sebab keduanya sama-sama

praktik mencari selisih dari modal yang di putarkan. Tetapi al qur’an membantah

alasan tersbut.

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata

(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah

Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

4. Larangan terhadap penimbunan (ihtikar)

Islam mengajak kepada para pemilik harta untuk mengembangkan harta

(33)

dan tidak memfungsikanya.Tidak heran jika al-qur’an memberikan peringatan

kepada orang-orang yang menyimpan harta dan yang bersikap mementingkan

dirinya sendiri dengan ancaman yang berat. Allah swt berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari

orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta

orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan

Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa

mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu

dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan

punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang

kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa

yang kamu simpan itu."(QS AL-taubah 34-35). Namun demikian islam juga

memberikan batasan terhadap pemilik hata dalam pengembangan dan

pengnfestasian dengan cara -cara yang benari) dan tidak bertentan dengan akhlaq,

norma dan nilai-nilai kemulian. Seperti yang pernah di yakini oleh kaum syuaib

dahulu, bahwa mereka bebas untuk mempergunakan harta mereka sesuai dengan

keiginan mereka al-quran mengungkapkan hal itu sebagagai berikut: Mereka

berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami

meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami

memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu

adalah orang yang sangat Penyantun lagi berakal.(QS Hud 87). Karena itulah

(34)

(menimbun disaat orang membutuhkan). Rasulullah sangat mengecam tindakan

penimbunan harta, bahkan menggoncangkan pelakunya sebagai pendosa

danbarang siapa yang menimbun makanan selama empat puluh hari, maka ia telah

terlepas dari allah dan allah pun terlepas darinya.

D. Konsep pasar dalam islam

Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada

dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah

satunya menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam

Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada

gangguan yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar.

Mekanisme pasar banyak dikaji dalam pemikiran sarjana Muslim klasik.

Abu Yusuf menguraikan hukum supply and demand dalam perekonomian dengan

teori “bila tersedia sedikit barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia

banyak barang, maka harga akan murah. Ibnu Taymiyah menganalisis mekanisme

pasar dengan teori harga dan kekuatan supply and demand cukup penting dalam

memahami politik ekonomi negara. Di dalam sebuah pasar bebas, harga

dipengaruhi dan dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan

(supply and demand).

Ibnu Taymiyah menentang adanya intervensi pemerintah dengan peraturan

yang berlebihan saat kekuatan pasar secara bebas bekerja untuk menentukan harga

yang kompetitif. Dengan tetap memperhatikan pasar tidak sempurna, ia

(35)

harga yang lebih tinggi dibandingkan harga modal, padahal orang membutuhkan

barang itu, maka penjual diharuskan menjualnya pada tingkat harga ekuivalen.

Dalam pandangan al-Ghazali, peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar

yang harganya bergerak sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan. Pasar

merupakan bagian dari keteraturan alami. Pandangan lainnya tentang elastisitas

permintaan, yaitu mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga

yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gilirannya

akan meningkatkan keuntungan.

Pemikiran penting lainnya tentang mekanisme pasar dapat ditelusuri dari

pandangan Ibnu Khaldun tentang “harga-harga di kota”. Menurutnya, jenis barang

dibagi menjadi dua, yaitu: pertama, barang kebutuhan pokok, kedua barang

mewah. Bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka pengadaan

barang-barang kebutuhan pokok mendapat prioritas, sehingga penawaran

meningkat dan akibatnya harga menjadi turun. Sedangkan untuk barang-barang

mewah, permintaannya akan meningkat, sejalan dengan perkembangan kota dan

berubahnya gaya hidup. Akibatnya, harga barang mewah menjadi naik.

E. Al-Hisbah

Al-Al-Hisbah secara etimologis berarti menghitung, berfikir, memberikan

opini, pandangan dan lain-lain. Sedangkan secara secara istilah Ibnu Taimiyah

mendefinisikan Al-Al-Hisbah sebagai lembaga yang bertujuan untuk

memerintahkan apa yang disebut sebagai kebaikan (al-ma’ruf) dan mencegah apa

(36)

menjadi kewenangan pemerintah untuk mengaturnya, mengadili dalam wilayah

umum-khusus lainnya, yang tidak bisa dijangkau oleh institusi biasa.

Jika dilihat dari pengertian diatas, maka Al-Al-Hisbah tidak hanya

berfungsi sebagai institusi yang mengawasi pasar saja (ekonomi) tetapi untuk

bidang hokum juga. Berdasarkan kajian Hafas Furqani (2002) menyebutkan

beberapa fungsi al-Hisbah, yaitu :

1. Mengawasi timbangan, ukuran, dan harga.

2. Mengawasi jual-beli terlarang, praktek riba, maisir, gharar dan penipuan.

3. Mengawasi kehalalan, kesehatan, dan kebersihan suatu komoditas.

4. Pengaturan (tata letak) pasar.

5. Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan.

6. Melakukan intervensi pasar.

7. Memberikan hukuman terhadap pelanggaran.

Adapun Landasan Al-Hisbah terdapat dalam Surat Ali Imran ayat 104;

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,

merekalah orang-orang yang beruntung”

Dari pemaparan diatas , sudah sangat jelas bahwa lembaga pengawasan itu

sangat penting dalam menjaga agar mekanisme pasar berjalan sesuai dengan

fungsinya. Jika kita lihat di Indonesia maka peran al-Hisbah tidak akan kita lihat

secara nyata karena di Indonesia lembaga al-Hisbah ini tidak dibuat secara

(37)

pemerintahan yang dianut oleh Indonesia bukan berasaskan Islam walaupun

mayoritas penduduknya adalah muslim sehingga hal ini menjadi suatu hal yang

wajar terjadi.

Lembaga-lembaga yang telah mewakili fungsi al-Hisbah di Indonesia

adalah LPPOM-MUI yang ada dalam bagan diatas, dimana dengan adanya

LPPOM-MUI ini fungsi al-Hisbah dalam mengawasi kehalalan, kesehatan dan

kebersihan suatu komoditas telah terwakili oleh lembaga ini, kemudian dari segi

pelarangan jual beli terlarang yang mengandung riba, maisir, gharar dan penipuan

dalam setiap aktivitas ekonomi itu telah diatur pengawasannya oleh MUI melalui

DSN-MUI dengan mengeluarkan fatwa keharaman dari aktivitas diatas. Selain itu

lembaga pengawasan pasar juga di wakili oleh YLKI yang berfungsi untuk

melindungi hak-hak konsumen yang harus dipenuhi oleh para produsen sehingga

dengan demikian para produsen tidak akan seenaknya membuat produk yang pada

esensinya itu membahayakan para konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan

(38)

BAB V

KEBIJAKAN FISKAL ISLAM

A. Struktur APBN masa Rasulullah SAW dan Khilafaurrasyidin

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah gambaran terhadap

kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam memperoleh pendapatan dan

pengeluaran untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Di zaman pemerintahan Islam, sudah dikenal struktur APBN, misalnya

di zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin. Bentuk APBN tersebut

adalah sebagai berikut:

Penerimaan Pengeluaran

1. Kharaj

2. Zakat

3. Khums

4. Jizyah

5. Ushr

6. Penerimaan lain

1. Penyebaran Islam

2. Pendidikan dan kebudayaan

3. Pengembangan ilmu pengetahuan

4. Pembangunan infrastruktur

5. Pembangunan armada perang dan

keamanan

6. Penyediaan layanan kesejahteraan sosial

(39)

1. Kharaj

Kharaj adalah pajak terhadap tanah, di Indonesia setara dengan Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB). Namun perbedaan mendasar dengan sistem kharaj

adalah bahwa kharaj ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas dari tanah (land

productivity) bukan berdasarkan zoning. Kewajiban kharaj dilaksanakan satu

tahun sekali. Yang menentukan jumlah besar pembayaran kharaj adalah

pemerintah. Secara spesifik, besarnya kharaj ditentukan berdasarkan tiga hal

yaitu:

a. Karakteristik tanah/tingkat kesuburan tanah;

b. Jenis tanaman (termasuk marketability dan quantity);

c. Jenis irigasi.

Kaharaj ini dibayarkan oleh seluruh anggota masyarakat baik orang-orang

Muslim maupun orang-orang non-Muslim.

2. Zakat

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau

lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya. Dalam buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menyebutkan

bahwa:

KETENTUAN UMUM ZAKAT

Pasal 669

Zakat wajib bagi setiap orang atau badan dengan syarat-syarat sebagai

berikut:

(40)

b. Mencapai nishab dengan kepemilikan sempurna walaupun sifat harta

itu berubah di sela-sela haul.

c. Memenuhi syarat satu haul bagi harta-harta tertentu.

d. Harta itu tidak bergantug pada penggunaan seseorang.

e. Harta itu tidak terikat oleh utang sehingga menghilangkan nishab.

f. Harta bersama dipersamakan dengan harta perseorangan dalam hal

mencapai nishab.

HARTA YANG WAJIB DIZAKATI

Bagian Pertama

Zakat Emas dan Perak

Pasal 670

Zakat wajib pada emas dan perak apabila:

a. Telah melampaui satu haul.

b. Banyaknya nishab emas adalah 85 gram, sedangkan nishab perak

adalah 595 gram.

c. Besarnya zakat emas dan perak adalah 2,5%.

d. Tidak disyaratkan emas dan perak yang dizakati itu harus dicetak atau

dibentuk.

Bagian Kedua

Zakat Uang dan Yang Senilai Dengannya

(41)

Zakat wajib pada uang baik uang lokal maupun asing, dan seluruh

kertas-kertas berharga yang senilai dengan uang, hara-harta yang disimpan

dengan ketentuan:

a. Harta-harta tersebut diatas harus mencapai nishab dan melampaui satu

haul.

b. Nishab emas harta tersebut senilai dengan 85 gram emas.

c. Besarnya zakat yang harus diayarkan adalah 2,5%.

Bagian Ketiga

Zakat perdagangan

Pasal 672

(1) Zakat perdagangan antara lain mencakup usaha industri, perhotelan,

dan usaha ekspor-impor, kontaktor, real estate, percetakan atau

penerbitan, swalayan dan supermarket.

(2) Zakat wajib pada barang-barang dagangan yang memiliki nilai

ekonomis, baik barang bergerak maupun tidak bergerak, dengan

syarat-syarat:

a. Mencapai nishab, dan adanya maksud atau niat diperdagangkan.

b. Besarnya nishab zakat barang-barang perdagangan adalah senilai

dengan 85 gram emas.

c. Zakat yang harus dibayarkan adalah sebesar 2,5%; dan

d. Waktu pembayaran zakat barang-barang perdagangan setelah

(42)

digunakan untuk perdagangan, zakatnya satu kali ketika

menjualnya, dan untuk pertanian pada saat memanennya.

Pasal 673

Zakat diwajibkan terhadap barang-barang hasil produksi apabila telah

memenuhi syarat.

Pasal 674

Zakat dikenakan juga pada produk lembaga keuangan syariah, baik bank

maupun non bank, yang ketentuannya disesuaikan menurut akad

masing-masing produk.

Bagian Keempat

Zakat Pertanian

Pasal 675

(1) Zakat hasil pertanian mencakup zakat tanaman-tanaman dan/hasil dari

tanaman.

(2) Nishab zakat hasil pertanian senilai dengan 1481 (seribu empat ratus

delapan puluh satu) Kg gabah atau 815 (delapan ratus lima belas) Kg

beras yang dikeluarkan pada setiap panen.

(3) Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dibayar oleh pemilik,

penggarap, atau penyewa tanah.

(4) Kadar zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 10% jika

pengairan tanah itu diperoleh secara alami dan 5% jika pengairan tanah

(43)

Bagian kelima

Zakat Pendapatan

Pasal 676

(1) Zakat diwajibkan dari pendapatan angkutan baik angkutan darat, laut,

dan udara dan kendaraan-kendaraan lainnya.

(2) Nishab zakat pendapatan senilai dengan zakat emas yaitu 85 gram

(3) Besarnya zakat yang wajib di keluarkan adalah 2,5%.

Bagian Keenam

Zakat Madu dan Sesuatu yang Dihasilkan dari Binatang

Pasal 677

(1) Zakat wajib dikeluarkan pada madu jika telah mencapai 70 kg setelah

dikurangi biaya produksi dengan besarnya zakat yang harus

dikeluarkan sebanyak 5%.

(2) Zakat diwajibkan pula terhadap sesuatu yang dihasilkan dari binatang

seperti susu, telur, sarang burung, sarang ulat sutera, dan lain-lain.

Ketentuannya mengikuti ketentuan zakat barang-barang yang bernilai

ekonomis.

(3) Zakat wajib dikeluarkan pula pada setiap yang dihasilkan dari laut

seperti ikan, mutiara, dan lain-lain dengan besarnya zakat sebanyak

2,5%.

Bagian Ketujuh

Zakat profesi

(44)

Yang berkewajiban zakat adalah orang atau badan hukum.

Pasal 679

(1) Zakat dihitung dari seluruh penghasilan yang didapatkan kemudian

dikurangi oleh biaya kebutuhan hidup.

(2) Besarnya nishab sama dengan besarnya nishab pada zakat barang yang

memiliki nilai ekonomis, yaitu 85 gram emas.

Bagian Kedelapan

Zakat Barang Temuan dan Barang Tambang

Pasal 680

Zakat wajib dikeluarkan sebanyak 20% pada barang-barang temuan dan

barang tambang yang dihasilkan baik dari dalam tanah maupun laut, baik

berbentuk padatan, cairan, atau gas setelah dikurangi biaya penelitian dan

produksi.

Bagian Kesembilan

Zakat Fitrah

Pasal 681

(1) Zakat fitrah diwajibkan atas setiap muslim baik tua atau muda, baik

dikeluarkan oleh diri sendiri atau orang yang menanggungnya dan

diserahkan kepada fakir pada 15 hari terakhir pada bulan Ramadhan

sampai sebelum melaksanakan shalat ‘Id.

(2) Seorang muslim yang terkena wajib zakat fitrah ini apabila memiliki

(45)

(3) Besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah sebanyak satu sha’

(2,5 kg) makanan pokok atau yang senilai dengannya.

Bagian Kesepuluh

Mustahik Zakat

Pasal 682

Mustahik zakat adalah kelompok masyarakat yang berhak menerima zakat

yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan terdiri dari: fakir, miskin,

‘amilin, muallaf, hamba sahaya, gharimin, di jalan Allah, dan ibnu sabil.

Bagian Kesebelas

Hasil Zakat dan Pendistribusiannya

Pasal 683

(1) Yang berhak mengelola zakat adalah negara yang kemudian

didistribusikan kepada 8 mustahik zakat.

(2) Zakat terlebih dahulu didistribusikan kepada mustahik zakat yang

berada di daerah pengumpulan zakat.

Pasal 684

Barang siapa yang melanggar ketentuan zakat ini maka akan dikenai

sanksi sebagaimana diatur sebagai berikut:

a. Barang siapa yang tidak menunaikan zakat maka akan dikenai denda

dengan jumlah tidak melebihi dari besarnya zakat yang wajib

(46)

b. Denda sebagaimana dimaksud dalam angka (1) didasarkan pada

putusan pengadilan.

c. Barang siapa yang menghindar dari menunaikan zakat, maka

dikenakan denda dengan jumlah tidak melebihi (20%) dari besarnya

zakat yang harus dibayarkan.

d. Zakat yang harus dibayarkan ditambah dengan denda dapat diambil

secara paksa oleh juru sita untuk diserahkan kepada badan amil zakat

daerah kabupaten/kota.

3. Khums

Terjadinya Perang Badar pada abad ke-2 Hijriah, negara mulai mempunyai

pendapatan dari seperlima rampasan perang (ghanimah) yang disebut Khums. Di

dalam Al-Qur’an (Qs. Al-Anfal [8]: 41) dijelaskan bahwa Khums itu ada tidak

terbantahkan.

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,

kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika

kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada

hamba kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua

pasukan, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa bagian 1/5 adalah hak

Allah, Rasul, kerabat Rasul, golongan yatim, golongan miskin, dan ibnu sabil.

(47)

perang tersebut. Pada masa Khulaur rasyidin membagi bagian yang 1/5 itu kepada

3 bagian dengan menghapuskan saham Rasul dan kerabatnya.

Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama Syi’i dan ulama-ulama

sunni. Para ulama Syi’i mengatakan bahwa sumber pendapatannya apa pun harus

dikenakan khums sebesar 20%, sedangkan ulama sunni beranggapan bahwa ayat

ini hanya berlaku untuk harta rampasan perang saja.

4. Jizyah

Jizyah adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai

pengganti fasilitas sosial-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya serta untuk

mendapatkan perlindungan keamanan dari Negara Islam. Besarnya jizyah satu

dinar per tahun untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Jizyah

merupakan hak Allah yang diberikan kepada kaum Muslimin dari orang-orang

kafir sebagai tanda tunduknya mereka pada Islam. Tujuan utamanya adalah

kebersamaan dalam menanggung beban negara yang bertugas memberikan

perlindungan, keamanan, dan tepat tinggal bagi mereka dan juga sebagai

dorongan kepada kaum kafir untuk masuk Islam. Jizyah diambil dari orang-orang

kafir laki-laki, telah baligh dan berakal sehat. Jizyah akan berhenti dipungut oleh

negara jika orang kafir tersebut telah masuk Islam. Juga jizyah tidak wajib jika

orang kafir yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan membayarnya

karena kefakiran atau kemiskinannya. Firman Allah dalam Qs. At-Taubah: 29.

5. Ushr

Ushr adalah bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang, dibayar

(48)

dari 200 dirham. Ushr juga dipungut terhadap pedagang kafir dzimmi yang

melewati perbatasan, disebabkan adanya perjanjian damai antara kaum Muslimin

dengan mereka, yang salah satu poinnya menyebutkan tentang ushr ini. Tetapi jika

ushr tidak disebutkan dalam perjanjian damai, maka tidak boleh mengambil ushr

dari pedagang kafir dzimmi. Jadi,ushr dipungut karena adanya sebab-sebab syara’.

Sedangkan jika tidak ada sebab-sebab seperti diatas, maka pungutan terhadap

perdagangan lintas negara (cukai) hukumnya haram.

6. Penerimaan lain

 Kaffarah yaitu denda, misalnya denda yang dikenakan kepada

suami istri yang berhubungan di siang hari pada bulan Ramadhan.

 Amwal Fadhla yaitu harta benda kaum Muslimin yang meninggal

tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang Muslim

yang meninggalkan negerinya.

 Nawaib yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan

kepada kaum Muslimin yang kaya dalam rangka menutupi

pengeluaran negara selama masa darurat dan ini pernah terjadi

pada masa Perang Tabuk.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sumber penerimaan pada masa

(49)

Kaum Muslim Non-Muslim Sumber lain a. Zakat

b. Ushr

c. Zakat fitrah

d. Wakaf

e. Amwal fadhla

f. Nawaib

g. Shadaqah,

seperti qurban

dan kafarat

a. Jizyah

b. Kharaj

c. Ushr

a. Ghanimah

b. Fa’i

c. Uang tebusan

d. Hadiah dari

pemimpin dan

(50)

BAB VI

KEBIJAKAN MONETER ISLAM

Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan,

salah satu sistem yang terus berkembang serta paling banyak dilakukan studi

empiris dan historis bila dibandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi lain adalah

sistem keuangan. Sistem keuangan pada zaman Rasulallahmenggunakan

bimetalic standard (emas dan perak/dinar dan dirham) karena keduanya adalah

alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukarya pada saat itu

relatif stabil dengan nilai kurs 1:10. Namun dengan adanya ketidak simbangan

antara supply dan demand, menyebabkan adanya gangguan dalam stabilitas nilai

kurs. Misalkan, pada masa pemerintahan Umayyah (41/662-132/750) rasio kurs

dinar dirham 1:12, lalu masa Abbasiyah (132/750/656/1258) yaitu 1:15.

Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami 3 hal

evolusi yaitu:

 The Gold Coin Standard : logam emas mulia sebagai uang yang aktif

dalam peredaran

 The Gold Bullion Standard : Logam emas bukanlah alat tukar yang

beredar, namun otoritas moneter menjadikannya sebagai parameneter

dalam menentukan nilai tukar uuang yang beredar.

 The Gold Exchange Standard (Bretton Woods System) : Otoritas moneter

(51)

di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang dimiliki. Dan dengan

perkembangan yang sangat pesat, munculah uang fiducier (kredit money)

yaitu uang yang keberadaannya tidak di back-up oleh emas dan perak.

1. Konsep Uang Dalam Islam

Konsep uang dalam ekonomi islam berbeda dengan konsep uang dalam

ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, uang adalah uang dan uang

bukanlah capital. Bertolak belakang dengan konsep uang dalam ekonomi

konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability) yaitu uang sebagi

uang dan juga uang sebagai capital.

Selain itu, dalam ekonomi islam uang adalah sesuatu yang bersifat flow

concept dan capital bersifat stock concept. Dalam ekonomi konvensional

Frederick S. Mishkin, mengemukakan konsep Irving Fisher yang menyatakan

bahwa :

MV = PT

Ket :

M = Jumlah uang

V = Tingkat perputaran uang

P = Tingkat harga barang

T = Jumlah barang yang diperdagangkan

Gambar

Gambar 6.1. Fungsi produksi dengan Dua variabelpara Q1, Q2, dan Q3

Referensi

Dokumen terkait

Ber- dasarkan hasil analisis ditemukan bentuk kekerasan verbal berbasis gender berdasarkan posisi subjek objek berupa dominasi perempuan terhadap laki-laki maupun perempuan lain

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode Tube Dilution Test untuk membuktikan pengaruh ekstrak infusa tanaman sangket (Basilicum

Metode yang digunakan peneliti yaitu metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu mengkaji secara cermat mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk

Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan, maka sisa investasi dimiliki

Untuk masalah diagnosa yang muncul pada pasien dengan congestive heart failure (CHF) antara lain pola nafas yang tidak efektif sudah teratasi dengan memberikan

“Muncullah pandangan, muncullah pengetahuan, muncullah pengertian, muncullah pengalaman langsung, muncullah kejelasan mengenai hal-hal yang belum pernah terdengar sebelumnya:

Gaya penyajiannya menggunakan bentuk interlinier.Pusat penyajian teks menggunakan metode orang ketiga yang bersifat obyektif.Gaya bahasa teks terdiri atas kosakata,

tentang tomat yang digunakan sebanyak 180 g dengan kandungan likopen 23 g dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 1,2 mg/dl pada penderita diabetes selama 3