BAB IV
GAMBARAN UMUM MASAYARAKAT DESA OMBA RADE 4.1. Konteks Masyarakat Desa Omba Rade dan Pola Pemukiman
Masyarakat di Desa Omba Rade sebagai salah satu masyarakat adat yang masih
mempertahankan dengan baik adat-istiadatnya, Rumah adat yang berbentuk panggung seperti
kebanyakan rumah-rumah adat di Pulau Sumba pada umumnya. Pemukiman masyarakat di
Desa Omba Rade tersebar dengan beberapa tempat yang cukup berjahuan antara satu
kampung dengan kampung lainnya.
Kampung-kampung adat tersebut titak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari
adat-istiadat dan budaya yang telah ikut menjaga keasrian dan keaslian rumah-rumah adat hingga
sekarang, letaknya yang pada umumnya berada di dataran tinggi (bukit) dan dikelilingi
pepohonan, terkesan di dalamnya terdapat kehidupan yang bersosial tinggi, tradisional dan
jauh dari kehidupan modernisasi. Pola kehidupan orang Sumba terkususnya di Desa Omba
Rade Kab.Sumba Barat Daya sesungguhnya terdapat di perkampungan adat, penokohan
seseorang (Rato) yang secara turun temurun memimpin berbagai kegiatan adat adalah pola
pemimpin aristokrasi yang dipercaya telah turut menjaga hubungan antara manusia dengan
alam dan penguasa alam (Marapu), hal ini diwujudkan dengan berbagai ritual adat yang
melambangkan adanya sinkronisasi antara manusia dengan alam.
Pada umumnya masyarakat Desa Omba Rade sama dengan daerah-daerah lainnya
dengan budaya adat istiadat, suku, klan dan sebagainya merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat. Klan merupakan suatu satuan sosial yang para anggotanya memiliki hubungan
kekerabatan, dengan demikian, kesatuan klan didasarkan atas hubungan darah atau
keturunan. Biasanya klan atau kelompok kekerabatan ditarik berdasarkan garis keturunan.
Kelompok kekerabatan yang didasarkan pada garis keturunan dari pihak bapak dikenal
dengan istilah keturunan. Masyarakat desa Omba Rade mengatur sistem kekerabatan
patrilinel, bahwa garis keturunan berada di seorang ayah dengan demikian segalah kekuasaan
ada pada seorang ayah. Perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan harus berbeda
kabissu (suku). Pada umumnya masyarakat desa Omba Rade masi terorganisir dengan klan
(kabisu) ada beberapa Klan yang masi terus eksis sampai sekarang contohnya Nyurata.
Baijelo, Welewo, dan sebagainya. Klan ini berdiri dengan kampungnya sendiri dengan
Hegemoni adat telah mengikat dan mengontrol pola hidup sosial masyarakat agar
selalu patuh pada aturan-aturan adat yang telah disepakati bersama. Pola kehidupan
kekeluargaan yang sangat tinggi ini adalah pilar yang melestarikan tradisi-tradisi adat untuk
tetap terjaga, adanya kepatutan pada nilai-nilai ketaatan yang terwujud pada karakter
hubungan sosial, hal ini merupakan ciri khas kehidupan pada perkampungan-perkampungan
adat. Walaupun terkesan angker dan menyeramkan karena di beranda kampung adat terdapat
kubur-kubur batu, namun pesona ketradisional dan keunikan merupakan sisi tersendiri yang
jelas terekam dari luar bahwa dahulu penghormatan pada leluhur sangat tinggi. Para
tokoh-tokoh kharismatik, yang memimpin ritual-ritual adat (sebagai penghubung antara manusia
dengan Marapu) adalah panutan masyarakat, kemampuan dalam berkomunikasi dengan
roh-roh gaib adalah contoh bahwa kepemimpinan mereka tergolong unik dan berkarakter
penjiwaan (kepercayaan yang kuat pada sesuatu yang dianggap suci).
4.2. Nilai dan Makna Uma Kalada Di Desa Omba Rade
Rumah Adat memiliki ciri khas dengan bentuknya yang berbeda dengan Rumah Adat
di daerah lainnya, Rumah Adat di Pulau Sumba memiliki menara yang tinggi yang menjadi
ciri khas Rumah Adat di Pulau Sumba. Hal ini tidak jauh beda dengan Rumah Adat di Desa
Omba Rade dengan menara yang tinggi yang di yakini tempat tinggal Marapu (dewa).
Disetiap rumah yang bermenara ini mempunyai tiga bagian yakni bagian bawah rumah,
tengah rumah dan atas rumah. Ketiga bagian tersebut dalam pandangan orang Sumba
seakan-akan simbol alam yang mempunyai makna, yakni alam bawah (tempat arwah-arwah), alam
tengah (tempat manusia) dan alam atas (tempat dewa-dewa). Rumah Adat tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Omba Rade atau seluru masyarakat Di Pulau
Sumba yang seperti dikatakan oleh Ama Tono dari hasil wawancara:
“Rumah Adat menjadi darah daging kita semua yang hidup di Rumah Adat ini, kenapa karna semua kegiatan atau segala macam aktivitas ritual pasti akan dilakukan di Rumah adat ini, contohnya adat kematian, adat perkawinan dan sebagainya”1
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dianalisis bahwa Rumah Adat
merupakan warisan yang tidak dapat dilupakan begitu saja segala aktifitas yang ada dalam
Rumah Adat akan berlasung terus menurus dengan generasi ke generasi dengan nilai-nilai
dan makna yang terkandung tersebut harus dijaga dan dilestarikan.
1
GAMBAR 1
Rumah Adat Tradisonal
4.2.1. Makna Menara Rumah Adat
Rumah Adat merupakan tempat yang sakral sesuatu yang berhubungan dengan
rumah adat tersebut akan berkaitan dengan nilai-nilai dan makna yang terkandung
dalam bagian rumah adat tersebut seperti Atap Rumah Adat. Atap Rumah (Toko Uma), Secara umum Toko Uma berarti tongkat rumah, dan dalam konteks ini berwujud menara tinggi dengan atap alang-alang. Jauh di puncak menara, tepatnya di
pojok kiri dan kanannya, tersemat dua tonggak kayu berukiran manusia yang disebut
dengan istilah kadu uma (tanduk rumah).
Tanduk Rumah (Kadu Uma) adalah simbol Ina-Ama (Ibu-Bapak), yaitu pasangan leluhur pendiri rumah yang hidup berdampingan dan mengawasi segalanya.
Tanduk rumah (Toko Uma) menjalankan fungsi praktis dan religiusnya sendiri yaitu
sebagai tempat persemayaman marapu serupa dewa yang berbentuk pusaka seperti
tombak, gong dan dan benda pusaka lainnya. Menara Rumah Adat juga berfungsi
GAMBAR 2
Menara Rumah Adat
Dengan perkembangan sekarang Rumah Adat terkusus Atap Rumah Adat
telah mengalami pembaharuan dengan merenofasinya, pembaharuan ini lebih pada
pembaharuan yang lebih bertahan lama dengan menggunakan bahan modern. Dengan
pembaharuan ini fungsi dari Rumah Atap tetap terjaga dengan tempat
bersemayangnya Marapu yang serupa Dewa yang berbentuk pusaka seperti tombak,
gong dan sebagainya dan tempat penyimpaan hasil panen seperti jagung, padi dan
umbi-umbian.
4.2.2. Makna Panggung Rumah Adat
Tempat Hunian (Bei Uma), merupakan bagian rumah tempat hunian. Dinding dan lantainya terbuat dari bambu Bei Uma terbagi menjadi area luar berupa beranda luas yang cenderung berfungsi sebagai area publik, dan area dalam tempat
berlangsungnya aktivitas domestik. Area dalam sedikit lebih tinggi, dan untuk
mencapainya tersedia anak tangga dari tanduk kerbau yang langsung terhubung ke
pintu masuk tanduk kerbau merupakan hasil dari acara adat yang menjadi tumbal dari
ritual dengan menggunakan tanduk kerbau untuk menjadi tangga untuk
memperlihatkan ciri khas Rumah Adat tersebut dan memperlihatkan tanduk kerbau
Hiasan-hiasan ini adalah peninggalan hewan korban yang disembelih saat
berlangsung ritual adat. Makin banyak hiasannya berarti telah banyak ritual yang
digelar oleh pemilik rumah adat, dengan demikian menjadi lambang prestise juga.
Bagian dalam rumah, baik secara simbolis maupun fungsional, terbagi menjadi dua
bagian: bagian untuk laki-laki yang lebih formal dan religius (mbale katounga) serta bagian untuk wanita yang lebih ke urusan rumah tangga (kere pandalu). Mbale katounga berwujud bale-bale panjang yang terentang mulai pintu masuk laki-laki
hingga ke ujung uma (menara/loteng). Ruang-ruang tersebut di atas jarang memiliki
partisi permanen, satu sama lain hanya dipisahkan oleh bale-bale pendek sehingga
jika tampak sekilas, interior rumah Sumba bagaikan sebuah ruang terbuka lebar.
Untuk pembagian pintu Ada dua pintu masuk, satu untuk laki-laki dan satunya lagi
untuk perempuan. Pembagian pintu tersebut untuk membedakan pekerjaan yang
terjadi dalam Rumah Adat seperti pintu untuk perempuan lebih ke pekerjaan rumaan
seperti memasak dan mempersiapkan kebutan sehari-hari dan kebutuan ritual
sedangkan untuk pintu untuk laki-aki lebih pekerjaan ritual seperti upacara-upacara
ritual.
GAMBAR 3
Panggung Rumah Adat
4.2.3. Makna Kolong Rumah Adat
kolong Rumah (Kali Kabunga), Merupakan kolong rumah yang sekelilingnya diberi pagar, berfungsi sebagai tempat pemeliharaan ternak seperti babi, kuda dan
peralatan-peralatan bertani. Sisa-sisa bahan makanan atau bahan memasak juga
dibuang melalui celah-celah bambu ke bawah agar dapat dimakan oleh hewan ternak
seperti babi.
Aktifitas dalam Rumah adat merupakan fenomena yang unik dengan tiga tingkatan
yang berbeda-beda dan fungsinya yang berbeda-beda juga, makna dan nilai yang terkandung
seperti atap rumah adat yang ditempati marapu serupa dewa, ruang tengah ditempati oleh
manusia dengan segalah kegiatan domestiknya sedangkan kolong Rumah Adat berfungsi
untuk pemeliharaan hewan. Fenomena ini merupakan hal yang menarik untuk dilestarikan
dan dipertahankan. Keunikan Rumah Adat di pulau Sumba merupakan hal yang harus
dipertahankan dan lisetarikan.
4.3. Perubahan Fisik Bahan Rumah Adat
Masyarakat pada dasarnya sudah mengalami perkembangan jaman hal ini yang
mengakibatkan masyarakat didesa Omba Rade menerima segala perubahan dalam bidang
apapun seperti pengetahuan, teknologi, dan pola pikir. Masyarakat Desa Omba Rade adalah
masyarakat yang sangat setia dan menjunjung tinggi norma, nilai, etika dan adat isti adat
yang diwariskan turun-temurun, Rumah adat merupakan warisan leluhur masyarakat Pulau
Sumba yang wajib untuk dilestarikan, namun semakin pesat perkembangan jaman semakin
banyak pula perubahan-perubahan yang terjadi baik dari segi tata nilai, norma dan juga tradisi
adat istiadatnya yang mulai dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk. Perkembangan
jaman dan kemajuan tekhnologi berpengaruh pada perubahan bentuk dan corak khas Rumah
Adat menjadi bentuk yang bergaya modern.
Rumah Adat atau Uma Kalada yang biasa disebut oleh masyarakat Desa Omba Rade
adalah bangunan yang memiliki ciri khas, Rumah adat merupakan salah satu representasi
kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat. Keberadaan rumah
adat di masyarakat terkususnya di Desa Omba Rade sangat berarti dan mempunyai arti yang
penting dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan masyarakat dalam sebuah
peradaban. Rumah Adat di Desa Omba rade adalah merupakan Lambang dari perwujudan
sistem budaya pada masyarakat yang memilki arsitektur pada tata cara, prilaku dan tata nilai
Hal-hal yang dipertimbangkan yang seperti disebutkan di atas ini mencadi
perundingan disetiap kepala kelurga di Rumah adat tersebut, untuk melakukan perubahan
dimana setiap kepala keluarga yang tinggal di Rumah Adat mediskusikan atau merundingkan
untuk pembangunan Rumah adat. Dalam perundingan ini akan muncul keputusan untuk tetap
melestarikan Rumah adat ini dengan merenofasi, renofasi yang dilakukan dengan mengikuti
perkembangan jaman saat ini. Hal ini yang membuat Rumah Adat mencadi Modern karna
hanya bentuk fisik yang berubah saja, segala aktifitas atau hal-hal yang berhubungan yang
sakral tetap ada di Rumah Adat Modern ini. Rumah Adat tradisional tidak jauh beda dengan
Rumah Adat Semi Modern segala ritual yang dilakukan di Rumah Adat tradisional tetap
sama dengan Rumah Adat Modern. Seperti yang hasil wawncara;
“Memang Rumah Adat sudah berkembang dengan kemajuan jaman tapi Rumah adat Ya Rumah Adat. Rumah Adat yang dulu yang ditepati nenek moyang kita bisa dibilang jamannya mereka juga dan sekarang jaman telah berubah jadi kita harus mengikuti perkembangan jaman, walaupun kita mengikuti perkembangan jaman bukan berarti kita harus melupakan segala titipan nenek moyang karna Rumah Adat yang sakral tidak direnofasi, banyak ritual yang dilakukan untuk melakukan perubahan tersebut seperti ritual minta ijin untuk merubah bentuk atau fisik rumah Adat, Rumah Adat harus dijaga dan lestarikan walaupun ada perubahan-perubahan”2
Rumah Adat menjadi simbol masyarakat Sumba pada umumnya Rumah adat ini
merupakan titipan nenek moyang untuk dijaga dan dilestarikan hal-hal yang terjadi
dikehidupan tidak dapat di hindari segala kemajuan akan diikuti begitu saja oleh masyarakat
saat ini, setiap kehidupan akan berkembang mengikuti jaman hal ini tidak dapat di hindari
contohnya dari pola pikir dimana masyarakat sudah berkembang dan harus mengikuti
perkembangan jaman, oleh karena itu Rumah adat di jaman sekarang dapat dikatakan dengan
modern. Banyak hal yang dipertimbangkan oleh masyarakat khusus Desa Omba Rade dalam
membangun Rumah Adat dengan perkembangan sekarang contohnya dari segi ekonomi, atau
dari bahan-bahan alam yang digunakan dalam membangun Runah Adat, dan sebagainya.
Seperti yang dikatakan dari hasil wawancara;
“Yang menjadi pertimbangan untun merenofasi Rumah Adat ini adalah dari segi ekonomi dan bahan-bahan alam yang digunakan dalam
2
membangun Rumah adat kalo diliat dari segi ekonomi kita bisa bandingkan dengan pengunaan bahan-bahan modern dengan menggunakan bahan-bahan alam tidak terlalu jauh beda dari segi ekonomi dengan perkembangan sekarang yang di gunakan adalah bahan-bahan modern seperti seng, paku, keramik dan sebagainya, dalam penggunaan bahan-bahan modern ini bisa bertahan lama dan tidak susah untuk menemukan bahan ini sedangkan bahan-bahan alami atau bahan-bahan-bahan-bahan alam sudah masuk kawasan lindung pemerintah dan susuh dapat bahan-bahan alami yang berkualitas untuk membnagun Rumah Adat yang bertahan lama kalo dari segi ekonomi”3
Dari apa yang dijelaskan oleh Bapa Moda dimana Rumah Adat tidak dapat diprediksi
apa yang akan terjadi kedepannya, hal ini yang membuat masyarakat selalu mengikuti
perkembangan dan tidak akan menyangka kalau perubahan-prubahan tersebut berakibat fatal
dengan keberlangsungan Rumah Adat itu sendiri. Menurut hasil wawancara;
“Uma Kalada atau Rumah Adat ini harus dipertahankan 20 tahun atau 30 tahun kedepan walaupun kita sudah mati, kenapa terjadi perubahan dengan Rumah Adat ini dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di toko seperti semen, seng, paku dan sebagainya untuk mempertahankan kondisi fisiknya dan penggunaan bahan toko ini bisa bertahan lama yang bisa bertahan sekitar 20 tahun atau 30 tahun
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dimana masyarakat Desa Omba Rade hanya
bisa mengikuti perkembangan jaman walaupun perubahan penggunaan bahan atau fisik
Rumah Adat tersebut bukan berarti Rumah Adat tersebut akan meninggalkan segala kegiatan
yang sakral di Rumah Adat, hal ini tidak dapat dipungkiri karna masyarakat menerima atau
mengukuti perkembangan jaman disatu sisi memang kita bisa terima karna ada beberapa hal
yang di pertimbangkan contohnya dari segi ekonomi dan pengadaan bahan bangunan yang
tradisional atau alam dan juga panjangnya umur bangunan.
3
GAMBAR 2
Perubahan penggunaan bahan modern dalam memebangun Rumah Adat
4.3.1. Perubahan Menara Rumah Adat
Pada umumnya perubahan yang terjadi pada rumah adat Sumba terkusunya di
desa Omba Rade adalah perubahan penggunaan bahan-bahan yang dulunya
penggunaan bahan alami dan sekarang menggunakan bahan-bahan modern seperti
tabel dibawah ini;
Tabel 1
Bahan-bahan alami dan bahan modern
No Bahan-bahan alami Bahan-bahan modern
1
2
3
4
5
6
Kayu
Bambu
Tali Rotan
Alang-alang
Seng
Batu Beton
Paku
Keramik
Semen
Dengan perubahan penggunaan bahan modern ini pada menara Rumah Adat
merupakan keinginan masyarakat itu sendiri seperti menggunakan bahan modern.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada menara Rumah Adat dengan penggunaan
bahan modern seperti pada tabel diatas, karna bahan-bahan alam seperti alang-alang,
kayu dan tali rotan yang tidak terjangkau dan pembiayaan yang mahal dan pencarian
bahan-bahan alam ini susuh ditemukan atau ketersediaan bahan ini yang masuk dalam
kawasan hutan lindung pemerintah. Dengan perubahan tersebut tidak ada fungsi yang
tergantikan dalam menara Rumah Adat walaupun terjadi perubahan penggunaan
bahan modern fungsi Rumah Adat tetap terjaga seperti tempat berdiamnya marapu
serupa dewa dan penyimpanan benda pusaka yang digunakan untuk ritual seperti
parang, tombak, dan gong, dan berfungsi juga untuk penyimpanan bahan makanan
seperti padi, jagung dan umbi-umbian.
4.3.2. Perubahan Panggung Rumah Adat
Seperti halnya yang dijelskan di atas perubahan yang terjadi dengan
menggunakan bahan modern untuk menggatikan bahan alam penggunaan bahan
modern sebenarnya untuk membuatnya tahan lama. Penggunaan bahan alam utama di
panggung Rumah Adat ialah bambu, tali rotan dan sebagainya, panggung Rumah Ada
yang dibetuk dengan menggunaka bahan alam seperti bambu yang disusun seperti
bale-bale yang memiliki cela, cela-cela tersebut berfungsi untuk membuang sisah
makanan yang dikonsumsi manusia, dan langsung dibuang dibawah kolong Rumah
Adat untuk makanan hewan pelehiraan.
Segala aktifitas dalam Rumah Adat terkusus panggung Rumah Adat yang
mencadi pusat ritual seperti upacara adat kematian, syukuran, perkawinan dan
sebagainya. Walaupun terjadi perubahan tetap fungsi utama dalam panggung Rumah
Adat tetap terjaga seperti ritual-ritual adat. Dengan perkembangan sekarang panggung
Rumah Adat telah direnofasi dengan menggunakan bahan-bahn modern seperti paku,
semen, keramik beton dan ebagainya, dengan segala perubahan ini segala aktifitas
tetap terlaksana di Rumah Adat terkusus di panggung Rumah Adat. Dalam perubahan
penggunaan bahan-bahan modern untuk lebih terlihat bagus dan bahan-bahan modern
ini bisa betahan lama. Perubahan dalam penggunaan bahan modern tidak berarti akan
merubah bentuk dan tata cara seperti ritual yang dilakukan dalam Rumah Adat
4.3.3. Perubahan Kolong Rumah Adat
Kolong rumah Adat merupakan tempat peliharaan hewan seperti kerbau, kuda,
babi dan sebagainya. Perubahan yang terjadi pada Kolong Rumah Adat seperti hal
yang dijelaskan ditas perubahan yang terjadi dengan menggunakan bahan-bahan
modern seperti semen, paku, besi beton. Perubahan ini unutuk lebih memperbaharui
dengan mengunakan bahan-bahan modern. Hal ini diinginkan dengan tidak
menggunakan lagi bahan-bahan alami. Walaupun terjadi pembaharuan terhadap
kolong Rumah Adat fungsi dan kegunaannya untuk perlindungan hewan tetap terjaga