• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISET KHUSUS VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RISET KHUSUS VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT DI INDONESIA"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

I

PEDOMAN

PENGUMPULAN DATA VEKTOR

(NYAMUK)

DI LAPANGAN

RISET KHUSUS

VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

DI INDONESIA

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan R.I.

(2)

II

TIM PENYUSUN

Pengarah :

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan PenanggungJawab :

Kepala Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Kontributor :

Prof. Dr. Mohammad Sudomo Prof. Dr. Damar Tri Boewono, MS Prof. Dr. Yayuk Rahayuningsih Suharjono

Prof. drh. Upik Kusumawati Dewi, Ph.D Prof. dr. Chairil Anwar, DAP&E, PhD, SpParK

dr. Tri Baskoro Tunggul Satoto, M.Sc, Ph.D dr. Tri Wibawa, PhD, Sp.MK

Chairunnisa Ma’ruf, MSc

Drh. Rita Marleta Dewi, DTM&H, M.Kes Drs. Saptoro Rusmiarto

Tim Vektor Penyakit B2P2VRP: Dra. Widiarti, M.Kes

Drs. Hasan Boesri, MS R.A. Wigati, S.Si., M.Kes Triwibowo Ambar Garjito, S.Si., M.Kes

Riyani Setyaningsih, S.Si, M.Sc Siti Alfiah, SKM, M.Sc Lulus Susanti, SKM, MPH

Yusnita Mirna Anggraeni, S.Si, M.Biotech Sri Wahyuni Handayani, ST Sidiq Setyo Nugroho,S.Si.,MSc.

Ary Oktsari Yanti S., SKM Sapto Prihasto Siswoko, SKM Kusumaningtyas Sekar Nagari, SKM

Arum Triyas Wardani, S.Farm. Dwi Susilo, S.Si

Mujiyono

(3)

III

KATA PENGANTAR

Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) bertujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik yang baru ataupun yang muncul kembali) di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah pengumpulan data dan sampel lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku yang diterima secara global.

Pengumpulan sampel vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data sampel hasil riset dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan sampel vektor dan reservoir penyakit di lapangan.

Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora B2P2VRP, maka telah disusun buku pedoman teknis untuk koleksi data dan sampel vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

Buku pedoman bertujuan agar pengumpulan data dan sampel vektor dan reservoir penyakit dilakukan secara baik dan benar sesuai standar baku sehingga dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

(4)

IV

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ... II KATA PENGANTAR ... III DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR ... VII DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR BAGAN ... X DAFTAR LAMPIRAN ... XI

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN ... 4

BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA ... 6

BAB IV. PANDUAN PENGGUNAAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) ... 10

UNTUK RIKHUS VEKTORA ... 10

BAB V. PENGUMPULAN DATA VEKTOR ... 26

A. Tujuan ... 26

B. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Vektor ... 26

C. Alur Pengumpulan Data Vektor ... 33

BAB VI. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN DI LAPANGAN ... 35

BAB VII. LABORATORIUM LAPANGAN ... 45

A. Tujuan : ... 45

B. Persyaratan Laboratorium lapangan ... 45

C. Aktifitas di laboratorium lapangan... 46

BAB VIII. MORFOLOGI JENTIK DAN NYAMUK ... 47

A. Tujuan ... 47

B. Prinsip kerja ... 47

C. Bagian Morfologi tubuh Jentik dan Nyamuk ... 47

BAB IX. KLASIFIKASI DAN TAKSONOMI NYAMUK ... 54

A. Tujuan ... 54

B. Prinsip kerja ... 54

BAB X. PROSEDUR KOLEKSI JENTIK DAN NYAMUK ... 72

(SURVEI ENTOMOLOGI) ... 72

1. Jentik ... 87

(5)

V

A. Prosedur Penanganan Sampel Jentik... 88

1. Prosedur Pengawetan jentik21 ... 88

2. Prosedur Preparasi Sampel jentik Aedes sp. dengan RNA later untuk Pemeriksaan Dengue dan Chikungunya ... 89

B. Sampel Nyamuk ... 90

1. Prosedur Pembuatan spesimen nyamuk21 ... 90

2. Prosedur Preparasi Sampel Nyamuk dengan RNA later untuk Pemeriksaan Dengue dan Chikungunya ... 92

2. Prosedur Preparasi Sampel Nyamuk dengan RNA later untuk Pemeriksaan Japanese Enchephalitis (JE). ... 94

3. Prosedur Preparasi Spesimen untuk Pemeriksaan Sporozoit Pada Nyamuk ... 96

4. Prosedur Preparasi Sampel untuk Filaria Pada Nyamuk ... 97

5. Prosedur Preparasi Nyamuk untuk Pemeriksaan Pakan Darah... 99

100 102 BAB XII. PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL ... 103

A. Prosedur Pengemasan Spesimen Jentik... 103

B. Prosedur Pengemasan Sampel Kepala Toraks Nyamuk untuk Pemeriksaan DNA Malaria dan Filaria serta kertas saring untuk pemeriksaan Elisa pakan darah. ... 105

C. Prosedur pengepakan dan pengiriman sampel jentik dan nyamuk dalam RNA later untuk uji virus. ... 107

D. Prosedur Pengepakan dan pengiriman spesimen koleksi awetan nyamuk ... 109

BAB XIII. PROSEDUR PENGISIAN FORM ... 110

A. Tujuan : ... 110

G. FORM N-02 : Penangkapan Nyamuk Malam Hari ... 126

H. FORM N-03 : Penangkapan Nyamuk Pagi Hari ... 128

I. FORM N-04 (Sediaan Darah Abdomen) ... 129

(6)

VI

K. Form N-06 : Formulir Rekapitulasi Pemeliharaan Jentik ... 131

L. Form N-07 : Formulir Rekapitulasi Penangkapan pada Light Trap ... 132

M. Form CN-01 : formulir checklist pekerjaan ... 133

N. Form CN-02 : formulir checklist peralatan ... 134

O. Alur Pengisian Form ... 135

BAB XIV. PROSEDUR DOKUMENTASI... 137

A. Tujuan ... 137

B. Alat dan bahan ... 137

C. Prinsip Kerja ... 137

D. Cara kerja ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 142

(7)

VII

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kelengkapan perangkat GPS... 11

Gambar 2. Bagian-bagian GPS ... 11

Gambar 3. Jenis baterai pada GPS ... 12

Gambar 4. Bagian penutup baterai dan pemasangan baterai rechargable lithium-ion ... 12

Gambar 5. Pemasangan baterai AA ... 13

Gambar 6. Layar Touch Screen GPS. ... 13

Gambar 7. Pengaturan pengoperasian GPS. ... 14

Gambar 8. Pengaturan location services ... 14

Gambar 9. Deteksi Sinyal Satelit ... 15

Gambar 10. Proses mark waypoint ... 16

Gambar 11. Proses mark waypoint. ... 18

Gambar 12. Proses pengambilan foto... 19

Gambar 13. Tampilan software basecamp. ... 21

Gambar 14. Tampilan menu receive from device. ... 21

Gambar 15. Tampilan select device montera ... 21

Gambar 16. Tampilan titik koordinat GPS di basecamp ... 22

Gambar 17. Tampilan pembuatan List Folder ... 22

Gambar 18. Tampilan pembuatan new list ... 23

Gambar 19. Cara mengganti nama dalam list ... 23

Gambar 20. Tampilan export list data... 24

Gambar 21. Tampilan penyimpanan data GPS ... 24

Gambar 22. Jentik nyamuk dan bagian-bagiannya ... 48

Gambar 23. Morfologi jentik nyamuk dari genus Aedes (a), Culex (b) dan Anopheles (c) ... 48

Gambar 24. Morfologi Nyamuk... 49

Gambar 25. Morfologi kepala (caput) nyamuk A. Tampak samping; B. Tampak depan(1&2); C. Bagian kepala(caput) nyamuk betina dan nyamuk jantan Culicinae (a,c) dan Anophelinae (b,d)12 ... 50

Gambar 26. Morfologi toraks nyamuk bagian lateral12 ... 51

Gambar 27. Morfologi toraks nyamuk bagian dorsal12 ... 51

Gambar 28. Morfologi abdomen nyamuk betina 12 ... 52

Gambar 29. Morfologi sayap nyamuk13 ... 52

Gambar 30. Morfologi kaki nyamuk ... 53

Gambar 31. Morfologi jentik Anopheles ... 56

Gambar 32. Morfologi abdomen jentik Anopheles8 ... 57

Gambar 33. Morfologi jentik Aedes29 ... 57

Gambar 34. Morfologi jentik Aedes29 ... 58

Gambar 35. Morfologi siphon jentik Mansonia ... 58

Gambar 36. Perbedaan morfologi jentik Mansonia dengan Coquillettidia ... 59

Gambar 37. Morfologi jentik Culex ... 60

Gambar 38. Morfologi jentik Toxorhynchites ... 61

Gambar 39. Morfologi nyamuk Anopheles ... 61

Gambar 40. Morfologi probosis dan palpus nyamuk Anopheles16 ... 62

(8)

VIII

Gambar 42. Vena sayap nyamuk Anopheles ... 63

Gambar 43. Morfologi kaki nyamuk Anopheles ... 63

Gambar 44. Morfologi nyamuk Aedes ... 64

Gambar 45. Morfologi probosis dan palpus Aedes ... 64

Gambar 46. Morfologi Skutelum Aedes ... 64

Gambar 47. Letak kuku kaki nyamuk Aedes ... 65

Gambar 48. Morfologi abdomen nyamuk Aedes dibandingkan nyamuk lain... 65

Gambar 49. Morfologi nyamuk Culex ... 66

Gambar 50. Morfologi probosis dan palpus nyamuk Culex ... 66

Gambar 51. Morfologi scutellum nyamuk Culex ... 66

Gambar 52. Morfologi sisik-sisik sayap nyamuk Culex ... 67

Gambar 53. Morfologi pulvilli claw nyamuk Culex ... 67

Gambar 54. Morfologi nyamuk Mansonia ... 68

Gambar 55. Morfologi probosis dan palpus nyamuk Mansonia ... 68

Gambar 56. Morfologi scutellum nyamuk Mansonia ... 68

Gambar 57. Morfologi sayap nyamuk Mansonia ditutup dengan sisik sayap asimetris ... 69

Gambar 58. Morfologi nyamuk Toxorhynchites ... 69

Gambar 59. Morfologi probosis dan palpus nyamuk Toxorhynchites ... 69

Gambar 60. Morfologi scutellum nyamuk Toxorhynchites ... 70

Gambar 61. Morfologi sayap nyamuk Toxorhynchites ... 70

Gambar 62. Morfologi nyamuk Armigeres ... 70

Gambar 63. Morfologi probosis nyamuk Armigeres ... 71

Gambar 64. Koleksi jentik non pemukiman ... 73

Gambar 65. Koleksi jentik pada berbagai habitat di dalam dan sekitar rumah ... 75

Gambar 66. Pemeliharaan jentik hasil koleksi lapangan ... 77

Gambar 67. Penangkapan nyamuk dengan umpan orang pada malam hari. ... 79

Gambar 68. Penangkapan nyamuk di sekitar kandang ternak ... 80

Gambar 69. Pemasangan Animal-baited trap net1... 82

Gambar 70. Penangkapan nyamuk dengan metode animal-baited trap net ... 82

Gambar 71. Penangkapan nyamuk menggunakan light trap ... 84

Gambar 72. Penangkapan nyamuk pagi hari di dalam dan luar rumah ... 86

Gambar 73. Posisi nyamuk saat pembuatan spesimen ... 92

Gambar 74. Pemotongan sambungan thoraks dan abdomen nyamuk ... 93

Gambar 75. Kertas sampel pemeriksaan pakan darah ... 100

Gambar 76. Posisi peletakan botol jentik dalam kardus Styrofoam ... 104

Gambar 77. Pengepakan sampel dengan coldchain.... 108

Gambar 78. Contoh dokumentasi habitat atau lokasi penangkapan nyamuk... 138

Gambar 79. Contoh dokumentasi nyamuk ... 139

Gambar 80. Contoh dokumentasi habitat spesifik jentik ... 139

Gambar 81. Contoh dokumentasi jentik dan/atau pupa... 140

(9)

IX

DAFTAR TABEL

(10)

X

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Alur Pengumpulan Data Daerah Non-DBD ... 33

Bagan 2. Alur Pengumpulan Data Daerah Endemis DBD... 34

Bagan 3. Alur Sampel Jentik ... 101

Bagan 4. Alur Sampel Nyamuk ... 102

Bagan 5. Alur pengumpulan data dan penggunaan form jentik... 135

(11)

XI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Glossary

Lampiran 2. Penyebaran Vektor di Indonesia1–7

Lampiran 3. Panduan penggunaan alat pengukur lingkungan Lampiran 4 .Panduan pembuatan larutan stok

Lampiran 5. Form J-01 Lampiran 6. Form J-02 Lampiran 7.Form J-03 Lampiran 8.Form J-04 Lampiran 9.Form J-05 Lampiran 10.Form N-01 Lampiran 11. Form N-02 Lampiran 12. Form N-03 Lampiran 13.Form N-04 Lampiran 14. Form N-05 Lampiran 15. Form N-06 Lampiran 16. Form N-07 Lampiran 17. Form CN-01 Lampiran 18.Form CN-02

(12)

1

BAB I. PENDAHULUAN

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP).

Rikhus Vektora adalah kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar dengan menggunakan hasil observasi lapangan, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium. Riset ini dilatarbelakangi oleh :

a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat tinggi; b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis (pertemuan

wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;

c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional; d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap

Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia secara berkesinambungan, yang dirancang untuk dilaksanakan selama empat tahun, mulai tahun 2015 sampai dengan 2018. Tujuan Umum Rikhus Vektora adalah melakukan pemutakhiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional, sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik jenis penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus Rikhus Vektora adalah:

a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit; b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit;

c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan, yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar;

d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir baru/belum terlaporkan;

e. Mengembangkan spesimen koleksi vektor dan reservoir penyakit;

(13)

2 Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Rikhus Vektora adalah :

a. Bagi pemangku kebijakan, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh, sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (zoonosis) di Indonesia;

b. Bagi masyarakat, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh, sebagai dasar pemahaman tentang vektor dan reservoir penyakit, serta meningkatkan peran sertanya dalam upaya mendukung kegiatan penanggulangan/pengendalian penyakit; c. Bagi kalangan ilmiah, dapat memanfaatkan dan menggunakan data koleksi spesimen

(sampel tersimpan maupun informasi bio-diversitas terbaharukan), sebagai dasar penelitian dan pengembangan berbagai produk inovasi (misal: perangkat diagnostik, vaksin dan obat) terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia.

Prinsip Rikhus Vektora adalah : a. Survei bertaraf nasional.

Unit pengumpulan data berupa ekosistem per-provinsi.

b. Data yang diperoleh meliputi, spesies dan patogen penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru maupun yang muncul kembali), peta sebaran serta model dan metode penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem.

c. Sampel mencakup data primer (hasil penangkapan nyamuk, penangkapan tikus dan kelelawar) dan data sekunder (endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian lokal spesifik).

Pengumpulan data vektor pada Rikhus Vektora 2015 – 2018 dilakukan dalam rangka memperbaharui dan melengkapi data primer nyamuk dan patogen yang dibawanya untuk mendukung upaya penanggulangan penyakit tular vektor di Indonesia. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan penyakit tular vektor di ekosistem hutan, non-hutan dan pantai. Data vektor yang dikumpulkan meliputi; (a) data spesies dan habitat nyamuk; (b) hasil konfirmasi spesies vektor penyakit; (c) peta sebaran vektor penyakit baru; (d) potensi vektor penyakit yang belum terlaporkan; (e) potensi jenis patogen penyakit tular vektor; serta (f) sampel tersimpan.

(14)

3 a. Pengorganisasian lapangan

b. Pengenalan alat dan bahan di lapangan c. Penentuan laboratorium lapangan

d. Pengenalan Morfologi jentik dan Nyamuk e. Klasifikasi dan Taksonomi Nyamuk f. Prosedur Koleksi jentik dan Nyamuk;

g. Prosedur Penanganan Sampel di Lapangan; h. Cara Pengepakan dan pengiriman sampel; i. Prosedur Pengisian Form;

j. Prosedur Dokumentasi.

(15)

4

BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN

Pengorganisasian merupakan salah satu kegiatan pengumpulan data di lapangan. Kegiatan pengorganisasian lapangan diperlukan agar pelaksanaan kegiatan mulai dari perijinan, koordinasi, survei pendahuluan dan pengumpulan data dapat terlaksana dengan baik dan memperoleh data sesuai yang diharapkan.

A.

Organisasi Tim Lapangan

Setiap anggota tim perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Kemampuan tersebut meliputi kerjasama dalam kelompok dan kemampuan dasar survei vektor. Pengorganisasian lapangan tim vektor dalam Rikhus Vektora terdiri dari;

1. Ketua tim, satu (1) orang staf teknis dari B2P2VRP/Balai/Loka/Subdit Pengendalian Vektor/BTKL/orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dibidang survei entomologi kesehatan dan identifikasi nyamuk.

2. Wakil ketua tim, satu (1) orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman dibidang survei entomologi kesehatan dan identifikasi nyamuk.

3. Anggota tim, terdiri dari lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 Biologi/ S1 Kesling/S1 Kesmas dan/atau memiliki kemampuan dibidang survei entomologi

kesehatan).

4. Satu (1) orang tenaga teknis bidang Pengendalian Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

5. Satu (1) orang tenaga administrasi lapangan, untuk dua tim, vektor dan reservoir.

6. Delapan (8) orang tenaga lokal penangkap nyamuk, termasuk satu (1) orang koordinator tenaga lapangan (Puskesmas).

B.

Tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim

1. Ketua tim

(16)

5 2. Wakil ketua tim

Wakil ketua tim bertugas untuk mendukung tugas ketua tim dalam pelaksanaan survei jentik, survei nyamuk, analisis habitat dan penyusunan laporan.

3. Anggota tim

Tenaga pengumpul data bertugas secara penuh dalam koleksi jentik dan nyamuk, analisis habitat, identifikasi dan pembuatan preparat awetan maupun preparasi sampel sebelum diidentifikasi patogennya. Tenaga pengumpul data adalah tenaga yang direkrut dari mahasiswa tingkat akhir atau fresh graduate student (mahasiswa baru lulus) bidang ilmu Biologi, Kedokteran Hewan, Entomologi Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan. Tenaga pengumpul data dapat berasal dari bidang ilmu lain yang memiliki kemampuan bidang survei entomologi kesehatan.

4. Tenaga teknis bidang Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes Kabupaten/Kota

Tenaga teknis bidang P2 Dinkes Kabupaten/Kota bertugas membantu tim vektor dalam seluruh kegiatan teknis di lapangan dan sebagai tenaga daerah yang membantu perijinan, administrasi dan pendekatan ke masyarakat di lokasi penelitian.

5. Tenaga administrasi

Tenaga administrasi, bertugas membantu kegiatan teknis dan administrasi tim di lokasi penelitian. Satu orang tenaga administrasi bertanggungjawab terhadap administrasi dua tim, vektor dan reservoir.

6. Koordinator tenaga lapangan

Koordinator tenaga lapangan bertugas mengkoordinir seluruh petugas penangkap nyamuk. 7. Tenaga penangkap nyamuk

(17)

6

BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA

Penentuan lokasi pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam Rikhus Vektora. Keberhasilan penentuan lokasi untuk survei nyamuk akan sangat mempengaruhi hasil pengumpulan data secara keseluruhan. Pemahaman yang baik mengenai definisi operasional ekologi, ekosistem, habitat, dan pemukiman,serta kriteria dari hutan, non hutan dan pantai akan dapat mendukung di dalam menentukan habitat dari ekosistem terpilih yang mempunyai kemelimpahan nyamuk, baik dari segi jenis maupun jumlahnya.

Selain faktor bio-ekologis yang mendukung keberadaan nyamuk yang akan di survei, faktor aksesibilitas, keberadaan penyakit tular vektor di kawasan tersebut, keamanan dan resiko lain yang dapat muncul di luar kepentingan riset menjadi pertimbangan yang penting di dalam menentukan lokasi pengumpulan data.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memahami definisi operasional lokasi, kriteria dan cara penentuan titik pengumpulan data di lapangan

2. Tujuan Khusus

a. Memahami definisi operasional ekologi, ekosistem, habitat dan pemukiman

b. Memahami definisi operasional dan kriteria ekosistem hutan, non-hutan, dan pantai yang dipergunakan dalam rikhus vektora

c. Mengetahui cara penentuan titik pengumpulan data

B. Definisi Operasional Ekologi, Ekosistem dan Habitat

1. Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup (organisme dan sesamanya) dengan lingkungannya16,17

2. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi (satuan sistem ekologi) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya17,18

3. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup18.

4. Pantai merupakan tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh laut masih dirasakan.6 Definisi pantai yang dimaksud dalam Rikhus Vektora adalah batas pantai

(18)

7 5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan19; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan pepohonan

yang tingginya lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau pohon dapat mencapai ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang sebagian besar digunakan untuk pertanian atau pemukiman20.

6. Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu-satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana dan utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Sedangkan kawasan pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.27

C. Kriteria Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel atau sampling area, dalam riset ini diharapkan dapat mewakili beberapa ekosistem dengan beberapa tipe habitat nyamuk, tikus dan kelelawar pada daerah penelitian. Pemilihan lokasi diharapkan juga dapat mewakili endemisitas penyakit tular vektor dan reservoir. Kawasan yang mewakili tiga kelompok ekosistem adalah:

1. Ekosistem hutan

Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati yang paling tinggi di daratan. Hutan merupakan tempat tinggal bagi tumbuhan dan juga hewan. Pada wilayah ekosistem hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar hutan. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia yang ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Hutan yang jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria hutan yang jauh dari pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

2. Ekosistem non-hutan

(19)

8 jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan yang jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2017. Dalam riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

3. Ekosistem pantai/pesisir

Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya. Salah satu contoh ekosistem ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan berbagai macam hewan yang hidup di dalamnya.

Apabila ada salah satu ekosistem yang tidak memungkinkan dilakukan pengumpulan data, maka wilayah tersebut dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah ekosistem pantai beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat pemukiman di sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia yang ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan pantai yang jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria pantai jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

D. Cara Penentuan Titik Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan berdasarkan stratifikasi geografis dan ekosistem. Pengambilan sampel dilakukan pada titik terpilih yang mewakili 3 tipe ekosistem (hutan, non-hutan dan pantai), baik yang jauh maupun dekat/berada di pemukiman. Setiap kabupaten terpilih, pengambilan sampel dilakukan di 6 titik, yaitu :

1. Hutan dekat pemukiman (HDP), yaitu titik yang berada di wilayah pemukiman yang berada/dekat dengan ekosistem hutan.

2. Hutan yang jauh dari pemukiman (HJP), yaitu titik yang berada di kawasan ekosistem hutan yang jauh dari pemukiman (jarak 3 – 5 km dari pemukiman)

3. Pemukiman yang berada di non-hutan (NHDP), yaitu titik yang berada di wilayah pemukiman yang berada/dekat dengan ekosistem non-hutan

(20)

9 5. Pemukiman yang berada di wilayah pantai (PDP), yaitu titik yang berada di wilayah

pemukiman yang berada/dekat dengan ekosistem pantai

6. Pantai yang jauh dari pemukiman (PJP), yaitu titik yang berada di kawasan ekosistem pantai yang jauh dari pemukiman(jarak 3 – 5 km dari pemukiman)

Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah sebagai berikut;

1. Wilayah (propinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki dugaan kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir

2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk, seperti adanya rawa, kolam ikan yang tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.

3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan

4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan riset (rawan bencana, keamanan, dsb)

(21)

10

BAB IV. PANDUAN PENGGUNAAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

UNTUK RIKHUS VEKTORA

GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada habitat sampel vektor dan reservoir diambil. Tipe GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra.

GPS Garmin Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem Operasi perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun sebagai GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk untuk kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda state-of-the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV built-in, Wi-Fi, Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain. Seluruh fitur dikemas dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan oleh pemula maupun surveyor berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat tepat digunakan untuk rikhus vektora.

Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS. Setelah pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memahami cara penggunaan GPS 2. Tujuan Khusus

(22)

11 B. Penjelasan Umum

1. Kelengkapan Perangkat GPS

Gambar 1. Kelengkapan perangkat GPS

2. Bagian – Bagian GPS

Tampilan Bagian Depan: Tampilan Bagian Belakang:

(23)

12 3. Baterai

GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.

Gambar 3. Jenis baterai pada GPS

a. Cara memasang baterai rechargable lithium-ion

1) Putar ring berlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup (Gambar 4).

2) Cari kontak logam baterai lithium – ion. 3) Masukkan baterai ke dalam kompartemen. 4) Tekan baterai ke tempatnya.

5) Tutup kembali penutup baterai (ring) dan putar searah jarum jam.

6) Catatan: baterai rechargeble lithium dapat di-charge pada kisaran suhu 00-500C.

Gambar 4. Bagian penutup baterai dan pemasangan baterai rechargable lithium-ion

b. Cara memasang baterai AA

Baterai rechargable lithium-ion Baterai Alkaline

(24)

13 1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke atas untuk melepaskan penutup

(Gambar 5).

2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang ditunjukkan pada gambar di belakang alat, dan jangan sampai terbalik.

Gambar 5. Pemasangan baterai AA

4. Langkah Pengoperasian

Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:

a. Tekan tombol power.

b. Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.

c. Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser atau menutup tampilan.

d. Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan menggunakan kedua jari tangan.

e. Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya f. Sentuh icon untuk kembali ke layar awal

g. Sentuh icon untuk mengatur sistem.

Gambar 6. Layar Touch Screen GPS

.

5. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali sebelum GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)

a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas b. Pilih icon setting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7)

(25)

14 Gambar 7. Pengaturan pengoperasian GPS

.

c. Pilih icon unit.

Ubah bagian unit GPS dibawah ini: 1) Distance and speed : metric

2) Elevation : meters

3) Depth : meters

4) Temperatur : celcius

5) Pressure : millimeters (Hg) 6) Vertical speed : meters (m/sc)

7) Klik tombol satu kali untuk kembali ke menu setting.

d. Pilih position format.

1) Ubah positin format : hddd°mm’ss.s’’

2) Map Datum : WGS 84

e. Pilih Location services, lalu centang semua pilihan yang ada

Gambar 8. Pengaturan location services

f. Kembali ke menu utama. g. Pilih icon satelit.

6. Langkah kalibrasi GPS

Kalibrasi GPS dilakukan setiap pergantian ekosistem agar koordinat yang diambil lebih akurat.

(26)

15 b. Pilih Heading.

c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading. d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.

e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.

f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak anda perlu mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi.

CATATAN:

Sebelum pengambilan titik koordinat, WAJIB berhenti sejenak untuk mendapatkan koordinat yang lebih akurat (Metode Stop and Go)

C. Langkah Menentukan

Waypoint

atau Titik Koordinat Lokasi Survai

Sebelum penentuan titik koordinat, dipastikan langkah pengaturan

setting

seperti yang

dijelaskan dalam butir A.5

1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit dalam kondisi stabil. Semakin banyak satelit terdeteksi maka semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.

Gambar 9. Deteksi Sinyal Satelit

2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi survey jentik dan nyamuk. GPS dimatikan setelah survey jentik dan nyamuk pada hari itu selesai.

(27)

16 Pilih menu edit:

a. Jentik:

1) Survei jentik daerah pemukiman

 Ganti nama yang ada di GPS dengan nama pemilik rumah

Note diisi dengan kode tipe ekosistem dan nomor urut sampel rumah tangga yang disurvey

Contoh: 16043001, (arti kode: 16 = Provinsi, 04 = Kabupaten, 3 = tipe Ekosistem, 001 = No urut sampel RT).

Prov : 16 (Sumsel) Kabupaten : 04 (Lahat) Tipe ekosistem : 3 (NHDP) No. Urut RT : 001 (Bp. Agus)

 Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan tipe ekosistem (contoh : HDP, HJP, NHDP, dll).

Simbol untuk kode ekosistem sebagai berikut : HDP ( Hutan Dekat Pemukiman ) HJP ( Hutan Jauh Pemukiman ) NHDP ( Non Hutan Dekat Pemukiman) NHJP ( Non Hutan Jauh Pemukiman ) PDP ( Pantai Dekat Pemukiman ) PJP ( Pantai Jauh Pemukiman )

(28)

17 Tabel 1. Form Koordinat Titik GPS

Keterangan:

- Lokasi survey diisi dengan nama pemilik rumah

- N/S: (North (utara)/South (selatan); D: Degere (derajat); M: Minutes (Menit); S:

Second (detik); m: meter.

2) Survei jentik daerah non-pemukiman

 Ganti nama yang ada di GPS dengan nama habitat spesifik positif jentik  Note diisi dengan kode tipe habitat spesifik

(contoh: 1604309, arti kode: 16 = Provinsi, 04 = Kabupaten, 1 = tipe Ekosistem, 09 = Jenis habitat spesifik).

Prov : 16 (Sumsel) Kabupaten : 04 (Lahat) Tipe ekosistem : 3 (NHDP) Jenis Habitat spesifik : 09 (Kobakan)

 Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan kode ekosistem (contoh : HDP,HJP,NHDP dll).

(29)

18 Gambar 11. Proses mark waypoint.

 Mengisi titik koordinat dalam form koordinat GPS

Tabel 2. Form Koordinat Titik GPS

Keterangan:

- Lokasi survey diisi dengan nama pemilik rumah

- N/S: (

North

(utara)/

South

(selatan); D:

Degree

(derajat); M:

Minutes

(Menit); S:

Second

(detik); m: meter.

b. Nyamuk:

(30)

19 4. Pengambilan foto rumah atau lokasi survey dengan cara menyentuh icon gambar foto.

Gambar 12. Proses pengambilan foto

5. Pengambilan foto tidak hanya melalui mark waypoint saja, namun wajib juga melalui menu Camera pada GPS dengan Icon

a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi, pilih Icon

b. Kemudian pilih icon untuk mulai mengambil gambar c. Lakukan pengambilan gambar di setiap ekosistem

d. Selain itu, lakukan pengambilan gambar di setiap lokasi survai jentik dan nyamuk Keterangan: Pengambilan gambar HARUS dalam kondisi GPS menangkap sinyal satelit setidaknya 5 satelit untuk memberikan akurasi letak pengambilan foto (GEO

TAGGING )

6. Kemudian pilih DONE.

7. Setelah titik koordinat diambil kemudian dilakukan pengambilan video pada lokasi survey jentik atau nyamuk. Langkah pengambilan video adalah sebagai berikut:

a. Pilih menu camera pada aplikasi b. Pilih icon.

c. Kemudian pilih icon untuk memulai merekam. d. Jika sudah selesai maka pilih icon.

Keterangan: Setiap ekosistem hanya diambil satu video saja.

Lokasi Pengambilan titik Koordinat Pemberian nama

(31)

20

D. Keterangan Tambahan

1. Cara mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut: a. Pilih waypoint manager.

b. Pilih icon untuk mencari nama waypoint.

c. Pilih all dan pilih type symbol untuk mencari symbol yang akan digunakan untuk waypoint.

d. Pilih icon search near untuk lokasi atau titik koordinat yang ada pada peta. e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.

2. Cara mengedit (memperbaiki informasi) waypoint a. Pilih waypoint manager

b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.

c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki. d. Tekan DONE.

3. Langkah untuk menghapus waypoint a. Pilih waypoint manager.

b. Pilih dan tekan waypoint sampai muncul icon c. Tekan icon untuk hapus data.

E. Langkah transfer data dari GPS ke

software

basecamp

Setelah survai selesai di satu ekosistem, selanjutnya tim melakukan transfer data dari GPS

ke softwarebasecamp.

1. Download software basecamp-nya yang terbaru disini

https://www8.garmin.com/support/download_details.jsp?id=4435

2. Setelah di download kemudian di extract dan lakukan install program.

3. Setelah basecamp diinstall kemudian sambungkan GPS yang sudah diaktifkan ke komputer menggunakan kabel data yang terdapat pada GPS.

(32)

21 Gambar 13. Tampilan software basecamp.

a. Pilih menu transfer, pilih receive from device.

Gambar 14. Tampilan menu receive from device.

b. Setting receive from device akan muncul devices dan GPS akan terekam secara otomatis. Klik nama devices yang akan di download kemudian klik OK.

(33)

22 7. Kemudian akan muncul tampilan seperti ini, pilih titik koordinat yang akan di download.

Gambar 16. Tampilan titik koordinat GPS di basecamp

8. Pembuatan List Folder dan New List untuk menempatkan data pengambilan titik koordinat di lapangan dengan sofware basecamp.

a. Pilih My Collection > Pilih File > Pilih New > Pilih List Folder (List Folder akan muncul di dalam link My Collection dengan nama New Folder).

Gambar 17. Tampilan pembuatan List Folder

b. Pilih New Folder > klik kanan pilih rename dan ganti nama New Folder dengan nama

Kabupaten_kode wilayah dan kode hewan. Contoh: Pati_33112V (arti kode: Pati

= Kabupaten Pati, 33 = Kode Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 2 = Kode Ekosistem,

V = Vektor).

(34)

23 Gambar 18. Tampilan pembuatan new list

9. Pilih data pengambilan titik koordinat beserta data pengambilan gambar dilapangan sesuai ekosistem dengan cara: klik datanya sambil menekan tombol ctrl > klik kanan pilih copy > pilih list HDP (New List yang telah dibuat) > klik kanan paste. Data GPS sesuai

ekosistem (yang kita pilih) otomatis terduplikasi di list yang kita buat. Data ini akan di

kirim via email tiap ekosistem dalam bentuk *.gpx.

(35)

24 10. Pilih list yang dibuat > Pilih file > Export > Export list ‘Nama List’

Gambar 20. Tampilan export list data

11. Apabila muncul warning maka klik OK.

 Pilih folder penyimpanan > Pilih format penyimpanan dalam bentuk *.gpx > kemudian beri nama file yang akan disimpan > Save.

 Penamaan file dilakukan dengan cara menuliskan kode propinsi-kode kabupaten-kode ekosistem-jenis survei. Contoh penamaan file adalah 33116V. Pengertian dari kode tersebut adalah 33=kode propinsi , 11=kode kabupaten, 6=kode ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, V = Vektor.

(36)

25 12. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu kirim pada alamat email:

pemetaan.rikhus2017@gmail.com

dengan format subyek: kode provinsi-kode kabupaten-kode ekosistem-jenis survai.

 Contoh penamaan file adalah 33116V.

Pengertian dari kode tersebut adalah 33 = Kode Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 6 = Kode Ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, V = Vektor

(37)

26

BAB V. PENGUMPULAN DATA VEKTOR

Proses pengumpulan data merupakan salah satu bagian terpenting dalam riset khusus vektora. Pengumpulkan data vektor baik jentik atau nyamuk memerlukan ketrampilan dan ketekunan serta disiplin sesuai jadwal/waktu yang telah ditentukan. Bab Pengumpulan Data Vektor berisi informasi kegiatan yang dilakukan selama pengumpulan vektor (jentik dan nyamuk) di lapangan serta alur kegiatan pengumpulan data vektor untuk mempermudah pemahaman pelaksanaan dan jadwal pengumpulan data.

A. Tujuan

1. Tujuan Umum:

Memberikan informasi kegiatan pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk) di lapangan

2. Tujuan Khusus:

a. Memberikan informasi mengenai alur pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk) di lapangan .

b. Memberikan gambaran kegiatan selama pengumpulan data vektor (jentik dan nyamuk) c. Memberikan informasi perbedaan kegiatan yang dilakukan pada daerah endemis dan

bukan endemis DBD.

B. Pelaksanaan Kegiatan Pengumpulan Data Vektor

Pengumpulan data dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian; 5 hari pengumpulan data pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan dimulai pada ekosistem dekat pemukiman. Rincian kegiatan masing-masing ekosistem dijelaskan sebagai berikut;

1. Daerah bukan endemis DBD

 Koordinasi dan persiapan survey;

Tim pengumpul data melakukan koordinasi dengan Pimpinan wilayah (Camat, Kepala PKM, Kepala Desa) untuk survei lokasi, tenaga lokal sebagai penangkap nyamuk (8 orang), penentuan rumah untuk base camp, laboratorium lapangan, penangkapan nyamuk (3 rumah untuk penangkapan didalam rumah dan 3 rumah penangkapan diluar rumah).

a. Hari Ke-1

1) Koleksi jentik dimulai Pukul 06.30 waktu setempat, dilakukan pada semua jenis habitat yang ada di wilayah ekosistem survei sesuai SOP.

(38)

27 3) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk, identifikasi sampai

dengan tingkat spesies.

Khusus Aedes aegypti dan Aedes albopictus dipreparasi dalam RNA later, selain kedua spesies tersebut, dibuat spesimen awetan.

4) Persiapan alat dan bahan survei untuk penangkapan nyamuk

Pukul 16.00 waktu setempat, tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan nyamuk malam hari, pemasangan animal baited trap, light trap, weather station, pengambilan titik ordinat pada tempat pemasangan animat baited trap, light trap, rumah tempat menangkap nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan.Tim melakukan koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan kelompok penangkapan. Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium lapangan selama dilakukan penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan baik. Tenaga lokal dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu kelompok menangkap nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua orang tersisa beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai penjadwalan yang disepakati.

5) Pelaksanaan penangkapan nyamuk

Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan penangkapan nyamuk sesuai SOP (sesuai kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode koleksi.

6) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil diidentifikasi, dipreparasi dan dicatat dalam log book sesuai SOP

7) Spesimen nyamuk dalam satu ekosistem disimpan di kotak serangga berstiker kode lingkungan sesuai form. Nyamuk yang belum teridentifikasi disimpan dan diverifikasi keesokan harinya atau dikirim ke laboratorium pusat (B2P2VRP) sesuai SOP

b. Hari Ke-2

1) Pada pukul 06.00-09.30 dilakukan penangkapan nyamuk pagi hari didalam dan luar rumah. Penangkapan dilakukan oleh 6 orang tenaga pengumpul data didampingi tenaga lokal.

2) Penangkapan nyamuk dalam rumah dilakukan oleh 3 orang. Tenaga pengumpul data menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah dilakukan penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.

(39)

28 4) Setelah penangkapan nyamuk anggota tim berbagi tugas:

- mengecek alat dan bahan survei

- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik

- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum diproses lebih lanjut

- entry data

- mengidentifikasi nyamuk hasil koleksi pagi hari

- melakukan preparasi sediaan darah perut nyamuk hasil penangkapan nyamuk pagi hari dan penangkapan dengan light trap.

- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.

c. Hari Ke-3

1) Anggota tim berbagi tugas:

- mengecek alat dan bahan survei

- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik

- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum diproses lebih lanjut

- entry data

- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.

2) Tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan nyamuk malam hari, pemasangan animal baited trap, light trap, weather station, pengambilan titik ordinat pada tempat pemasangan animal baited trap, light trap, rumah tempat menangkap nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan. Tim melakukan koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan kelompok penangkapan. Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium lapangan selama dilakukan penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan baik. Tenaga lokal dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu kelompok menangkap nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua orang tersisa beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai penjadwalan yang disepakati.

3) Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan koleksi nyamuk sesuai SOP (sesuai kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode koleksi. 4) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil

(40)

29 5) Nyamuk yang belum teridentifikasi disimpan dan diverifikasi keesokan harinya atau

dikirim ke laboratorium pusat (B2P2VRP) sesuai SOP

d. Hari Ke-4

1) Pada pukul 06.30-09.30 dilakukan penangkapan nyamuk pagi hari didalam dan luar rumah. Penangkapan dilakukan oleh 6 orang tenaga pengumpul data didampingi tenaga lokal.

2) Penangkapan nyamuk dalam rumah dilakukan oleh 3 orang. Tenaga pengumpul data menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah dilakukan penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.

3) Penangkapan nyamuk diluar rumah dilakukan oleh 3 orang pada habitat asli seperti rumpun bambu, semak, tebing sungai, lubang pangkal batang pohon.

4) Setelah penangkapan nyamuk anggota tim berbagi tugas: - mengecek alat dan bahan survei

- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik

- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum diproses lebih lanjut

- entry data

- mengidentifikasi nyamuk hasil koleksi pagi hari

- melakukan preparasi sediaan darah perut nyamuk hasil penangkapan nyamuk pagi hari dan penangkapan dengan light trap

- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.

e. Hari Ke-5 :

1) Hari terakhir, dua orang melakukan verifikasi pada semua form yang sudah terisi; 2) Empat orang lainnya menangani dan mengemas spesimen di laboratorium lapangan 3) Melakukan serah terima paket spesimen dilakukan dari tim ke PJO (2 minggu sekali)

dengan menandatangani berita acara serah terima spesimen;

4) Tim mengisi checklist pekerjaan (CN-01) serta checklist peralatan (CN-02);

(41)

30 2. Daerah Endemis DBD

 Koordinasi dan persiapan survey;

Tim pengumpul data melakukan koordinasi dengan Pimpinan wilayah (Camat, Kepala

PKM, Kepala Desa) untuk survei lokasi, tenaga lokal sebagai penangkap nyamuk (8 orang), penentuan rumah untuk base camp, laboratorium lapangan, penangkapan

nyamuk (3 rumah untuk penangkapan didalam rumah dan 3 rumah penangkapan diluar rumah).

a. Hari Ke-1

1) Hari pertama dilakukan koordinasi lapangan, persiapan alat dan bahan survei jentik 2) Pukul 07.00 waktu setempat, tim mulai melakukan koleksi jentik pagi hari pada semua

jenis habitat yang ada di wilayah ekosistem yang dilakukan survei sesuai SOP. 3) Setelah tim sampai di basecamp wadah jentik ditempatkan pada lokasi yang aman

(tidak mudah jatuh dan jauh dari jangkauan hewan pengganggu, contoh: semut, kucing, anjing, dll), kemudian dilakukan pemeliharaan sesuai SOP.

4) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk,proses identifikasi dilakukan sampai tingkatspesies.Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus digerus dan dipreparasi pada RNA later,selain 2 spesies tersebut dibuat spesimen nyamuk.

b. Hari Ke-2

1) Pukul 07.00 waktu setempat, tim mulai melakukan survei jentik DBD sesuai SOP. Jumlah rumah yang di survei minimal sebanyak 100 rumah. Jentik hasil koleksi kemudian ditempatkan pada wadah yang sudah diberi label (berisi keterangan tanggal dan lokasi penangkapan).

2) Setelah tim sampai di basecamp, wadah jentik ditempatkan pada lokasi yang aman (tidak mudah jatuh dan jauh dari jangkauan hewan pengganggu, contoh: semut, kucing, anjing, dll), kemudian dilakukan pemeliharaan sesuai SOP.

3) Apabila dari hasil koleksi jentik ada yang berubah menjadi nyamuk, proses identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies. Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus

80% dari jumlah nyamuk digerus dan dipreparasi pada RNA later, 20% dibuat awetan nyamuk. Nyamuk selain Aedes aegypti dan Aedes albopictus dibuat spesimen nyamuk. Jentik yang tidak berubah menjadi nyamuk sampai hari keempat akan disimpan sebagai spesimen jentik yang akan dilakukan pemeriksaan selanjutnya di laboratorium B2P2VRP Salatiga.

(42)

31 c. Hari Ke-3

1) Anggota tim berbagi tugas:

- mengecek alat dan bahan survei

- mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik

- melakukan preparasi dalam RNA later untuk nyamuk dari lapangan yang belum diproses lebih lanjut

- entry data

- Pengisian checklist pekerjaan, logbook dan evaluasi, tim beristirahat.

2) Tim menyiapkan alat dan bahan untuk penangkapan nyamuk malam hari, pemasangan animal baited trap, light trap, weather station, pengambilan titik ordinat pada tempat pemasangan animal baited trap, light trap, rumah tempat menangkap nyamuk dan mencatat kondisi lingkungan. Tim melakukan koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal sekaligus membagi jadwal dan kelompok penangkapan. Penjadwalan kelompok agar kegiatan dilaboratorium lapangan selama dilakukan penangkapan nyamuk semalam suntuk berjalan dengan baik. Tenaga lokal dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing tiga orang. Satu kelompok menangkap nyamuk di dalam rumah, kelompok lain di luar rumah dan dua orang tersisa beristirahat. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian sesuai penjadwalan yang disepakati.

3) Pukul 18.00-06.00 waktu setempat tim melakukan koleksi nyamuk sesuai SOP (sesuai kelompok) dan direkap pada form N-02, N-03 atau N-04, tergantung metode koleksi. 4) Tim pengumpul data melakukan kontrol penangkapan nyamuk setiap jam. Hasil diidentifikasi, dipreparasi dan dicatat dalam log book sesuai SOP

(43)

32 d. Hari Ke-4

1) Pukul 06.00-09.00 waktu setempat, dilakukan koleksi nyamuk pagi hari sesuai SOP. 2) Penangkapan nyamuk didalam rumah dilakukan oleh 4 orang tenaga penangkap

nyamuk. Mereka menangkap nyamuk yang istirahat didalam rumah, setiap rumah dilakukan penangkapan selama 15 menit oleh 1 orang.

3) Penangkapan diluar rumah dilakukan pada habitat saat nyamuk beristirahat seperti seperti, rumpun bambu, semak semak, tebing sungai, lubang pangkal batang pohon. Penangkapan dilakukan oleh 4 orang tenaga penangkap nyamuk.

4) Tim dibagi beberapa kelompok menyelesaikan administrasi; melakukan cek alat dan bahan survei; mengidentifikasi nyamuk hasil pemeliharaan jentik dan melakukan preparasi pada RNA later; melakukan entry data; mengidentifikasi, mencatat dan melakukan preparasi sediaan darah perut nyamuk hasil penangkapan pagi hari, light trap dan pengelolaan spesimen.

e. Hari Ke-5 :

1) Hari terakhir, dua orang melakukan verifikasi pada semua form yang sudah terisi 2) Dua orang menyelesaikan administrasi 2 orang

3) Empat orang lainnya menangani dan mengemas spesimen di laboratorium lapangan 4) Melakukan serah terima paket spesimen dilakukan dari tim ke PJAL (2 minggu sekali)

dengan menandatangani berita acara serah terima specimen spesimen 5) Tim mengisi checklist pekerjaan (CN-01) serta checklist peralatan (CN-02)

(44)

33 C.

Alur

Pengumpulan Data Vektor

1. Daerah bukan endemis DBD

Bagan 1. Alur Pengumpulan Data Daerah Non-DBD Hari 5

1. Penanganan dan pengepakan spesimen 2. Serah terima paket spesimen

3. Berkemas 4. Pindah lokasi Hari 4

1. Penangkapan nyamuk pagi hari (06.30 – 09.30) 2. Melanjutkan identifikasi dan preparasi sampel hari

ke-3.

3. Pemeliharaan jentik hasil koleksi

4. Identifikasi nyamuk yang muncul dari pupa 5. Pengelolaan spesimen

6. Entry data Hari 3

1. Mengecek alat dan bahan survei

2. Mengidentifikasi nyamuk pemeliharaan jentik

3. Melakukan preparasi dalam RNA later dari pemeliharaan jentik

4. Entry data

5. Penangkapan nyamuk ke-2 (18.00 – 06.00) Hari 2

1. Penangkapan nyamuk pagi hari (06.30 – 09.30)

2. Melanjutkan identifikasi dan preparasi sampel pada hari ke-1

3. Entry data

4. Pengisian chek list pekerjaan , log book dan evaluasi Hari 1

1. Koleksi jentik (06.30 sampai selesai) 2. Pemeliharaan jentik hasil koleksi 3. Entry data

(45)

34 2. Daerah endemis DBD

Bagan 2. Alur Pengumpulan Data Daerah Endemis DBD Hari 5

1. Penanganan dan pengepakan spesimen 2. Serah terima paket spesimen

3. Berkemas 4. Pindah lokasi Hari 4

1. Koleksi nyamuk pagi hari (06.30 – 09.30) 2. Pemeliharaan jentik hasil koleksi

3. Identifikasi nyamuk yang muncul dari pupa

4. Melakukan preparasi dalam RNA later dari pemeliharaan jentik

5. Entry data Hari 3

1. Mengecek alat dan bahan survei

2. Mengidentifikasi nyamuk pemeliharaan jentik

3. Melakukan preparasi dalam RNA later dari pemeliharaan jentik

4. Entry data

5. Penangkapan nyamuk (18.00 – 06.00)

Hari 2

1. Koleksi jentik DBD di pemukiman(07.00 – selesai) 2. Pemeliharaan jentik hasil koleksi

3. Entry data Hari 1

1. Persiapan alat dan bahan survei (anggota tim) 2. Koleksi jentik non DBD(06.30 sampai selesai) 3. Pemeliharaan jentik hasil koleksi

(46)

35

BAB VI. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN DI LAPANGAN

Alat dan bahan dalam pengumpulan data riset khusus vektora digunakan berdasarkan prosedur yang dilakukan. Prosedur yang dilakukan secara garis besar dibedakan menjadi: koleksi jentik, nyamuk, penanganan sampel dan pengiriman spesimen. Sebelum melaksanakan kegiatan, pemahaman alat dan bahan sangat penting guna kelancaran kegiatan (menghindari kecelakaan kerja dan gagalnya kegiatan). Alat dan bahan dapat rusak atau bahkan berbahaya jika tidak sesuai prosedur pemakaian.

A. Tujuan :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan di lapangan dalam kegiatan riset khusus vektora serta mengetahui kegunaannya.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk dapat memahami nama, bentuk fisik dan cara penggunaan alat dan bahan di lapangan

b. Untuk dapat menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar sesuai peruntukan.

B. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data vektor di lapangan sebagai berikut;

Tabel 3.Alat Dan Bahan No. Nama alat,

bahan Bentuk fisik Kegunaan

Koleksi jentik dan nyamuk

1. Aspirator Menangkap nyamuk yang sedang

hinggap, menggigit atau beristirahat dan memindahkan nyamuk ke dalam gelas

Tempat penampung sementara nyamuk pada saat proses penangkapan nyamuk. Karet gelang

Untuk mengikat penutup (kain kasa) dengan gelas kertas.

Kain kasa

Penutup gelas kertas penyimpan nyamuk.

Kapas

(47)

36 - Media kapilaritas larutan gula untuk

makanan nyamuk

- Media kapilaritas ethanol absolute. Gunting

- Memotong kain kasa

Mempersiapkan gelas kertas untuk tempat penyimpanan nyamuk selama penangkapan:

- Gelas kertas ditutup dengan kain kasa yang telah dipotong sesuai ukuran gelas, diikat menggunakan karet gelang

- Kain kasa diberi lubang ditengahnya kira-kira 15 mm, kemudian lubang ditutup dengan gumpalan kapas.

3. Masking tape, kertas stiker, spidol

permanen F

Menulis identitas asal lingkungan, habitat, dll pada gelas plastik, dll.

4. Senter, head lamp, baterai

Alat penerangan pada saat penangkapan nyamuk malam dan pagi hari serta pengambilan jentik pada kontainer-kontainer dalam rumah.

5. Map binder plastik, stepler, perforator.

Meletakkan, menyusun dan menyimpan form yang telah diisi, dengan dibedakan per kegiatan, lingkungan dan habitatnya.

6. Animal-baited trap net

Perangkap nyamuk yang resting pada dengan umpan hewan

7. Tali tambang, parang

(48)

37 8. Light trap,

octanol

Light trap

Perangkap nyamuk berumpan cahaya. Octanol

Bahan yang digunakan sebagai atraktan.

9. Sweep net, tangkai tambahan, pegangan plastik

Menangkap nyamuk yang istirahat di semak-semak

11. Pipet tetes Mengambil atau memindahkan jentik

12. Botol jentik Menyimpan sementara jentik hasil koleksi lapangan.

13. Stiker kode rumah

Penanda rumah yang dilakukan koleksi jentik di pemukiman.

14. Sepatu boots Melindungi kaki pada saat bekerja di lapangan

15. GPS, baterai tipe AA

Menentukan titik koordinat lokasi sampel vektor dalam Rikhus Vektora

(49)

38

Mengambil atau memindahkan jentik pada kontainer yang tidak memungkinkan diambil dengan pipet plastik.

Nampan plastik

Tempat penampungan jentik sementara sebelum dipindahkan ke dalam botol Saringan teh

Menyaring jentik untuk mempermudah pemindahan jentik ke dalam botol plastik. Cara penggunaan pipet selang:

- Isi selang plastik dengan air sampai penuh.

- Arahkan ujung selang alumunium pada kontainer yang terdapat jentik - Lakukan gerakan menekan,

membuka berulang-ulang pada ujung pipa selang sampai air dapat mengalir

- Tampung air yang keluar menggunakan saringan teh dan nampan plastik untuk mempermudah mengambil jentik. - Pindahkan jentik yang tertangkap

menggunakan pipet tetes. 18. Handy talkie Alat komunikasi anggota tim

19. Weather station

Mengukur data cuaca (kecepatan angin, suhu minimum maksimum, kelembaban, tekanan udara, rainfall history)

20. Salinity refractometer

Mengukur salinitas air dengan satuan per

mill (‰).

21. pH meter air Mengukur derajat keasaman air

(50)

39 Penanganan sampel

1. Mikroskop dissecting

Melihat objek yang kecil dan sulit dilihat secara kasat mata, minimal perbesaran 5 x

2. Cawan petri Tempat penyimpanan nyamuk sebelum diproses (identifikasi dan preparasi sampel untuk pemeriksaan patogen) 3. Etil asetat,

chloroform

Bahan yang digunakan untuk mematikan nyamuk

4. Pinning block Menyamakan ketinggian paper point dan kertas label pada proses pembuatan spesimen nyamuk

5. Jarum serangga No 3, cat kuku transparan

Alat untuk pinning spesimen nyamuk

6. Point punch Memotong kertas untuk pinning nyamuk

7. Insect box

Kotak penyimpan spesimen nyamuk Kapur barus

Bahan yang digunakan pada proses pengawetan spesimen kering.

Cara meletakkan kapur barus: - Ambil 5 buah kapur barus

- Gulung dengan kain kasa sampai padat dan kencang, tali pada kedua ujungnya

(51)

40 8. Microdissecting

kit

Seperangkat peralatan identifikasi hingga pembedahan spesimen

9. Kertas label Kertas untuk menuliskan identitas spesimen.

Sp : nama spesies nyamuk Date : tanggal koleksi

Loc : kode ekosistem (5 digit) Coll : metode koleksi

: Nomor urut spesimen

10. Kertas buffalo Kertas yang digunakan sebagai paper point

11. Gelas plastik, kain kasa, karet gelang, kapas

Memelihara jentik nyamuk di lapangan

13. Vial 1,5 ml, rak vial, RNA later

Vial 1,5 ml

Menyimpan spesimen hasil koleksi lapangan

Rak vial

Tempat tabung vial 1,5 ml

RNA later

Bahan preparasi spesimen untuk menstabilkan RNA

14. Mikropipet, pipet tips

Mengambil cairan dengan volume sangat kecil (µl).

15. Filter paper Kertas sebagai bahan untuk menyimpan sampel darah nyamuk.

16. Silica gel, plastik zipper

(52)

41

19. Tissue Membersihkan meja kerja dan alat

laboratorium lapangan

20. Gelas ukur Mengukur volume cairan (dalam

pengenceran konsentrasi larutan)

21. Tabung conical, rak conical, botol gelap

Tabung conical

Menghomogenkan larutan gliserol alkohol.

Rak conical

Tempat tabung conical Botol gelap

Tempat menyimpan larutan dalam kemasan lebih kecil

22. Sarung tangan, masker

Alat pelindung diri saat penanganan sampel

23. Gliserol, alkohol Gliserol

Pengawet spesimen jentik Alkohol

Bahan campuran gliserol dalam pengawet spesimen jentik dan sterilisasi

24. Kotak plastik Menyimpan alat lapangan berukuran kecil

25. Ember, gayung palstik

Tempat menyimpan air yang digunakan dalam pemeliharaan (rearing) spesimen jentik menjadi dewasa.

26. Kompor gas, tabung gas

Kompor untuk memanaskan air yang digunakan mematikan jentik (spesimen awetan jentik)

(53)

42 28. Screw cap vials Menyimpan spesimen jentik didalam

alkohol glyserol untuk dikirim ke

30. Kantong plastik sampah

Menampung sampah sisa bahan penelitian vials yang berisi awetan jentik nyamuk

3. Ice gel pack Pendingin spesimen yang menggunakan

reagen RNA later.

Cara penggunaan ice gel pack: - Potong ice gell pack menjadi 2

bagian

- Rendam ice gel pack selama 3-5 menit dalam air tawar bersih suhu 60OC hingga mengembang kencang

dan padat

- Tiriskan dan masukkan ice gel pack ke dalam plastik zipper

- Masukan ke Freezer selama 12-24 jam

- Ice gel pack dapat digunakan setelah beku.

4. Kardus sterofoam

(54)

43 5. Thermometer

digital Alat pengukur suhu sampel rantai dingin

6. Cutter, tali rafia, lakban coklat, spidol

Alat pengepakan dan menulis identitas pada stiker pengirim dan penerima

7. Lakban bening Merekatkan paket pengiriman dan melapisi stiker penerima dan pengirim pada kardus sterofoam.

8. Stiker penerima Stiker alamat tujuan pengiriman sampel paket vektor pada kardus

9. Stiker pengirim Stiker alamat pengirim sampel paket vektor pada kardus

10. Stiker logo rikhus

Stiker yang ditempel pada kardus sebagai identitas Riset

11. Stiker fragile Stiker yang ditempel pada kardus sebagai penanda isi paket

12. Stiker jangan dibalik

Stiker yang ditempel pada kardus sebagai penanda posisi paket

13. Plastik zipper ukuran 25x35cm

(55)

44 Alat lapangan

1. Tenda alat Tenda untuk meletakkan alat, bahan dan tempat melakukan pemrosesan hasil pengumpulan data pada lokasi jauh dari pemukiman

2. Tenda doom Tenda yang digunakan untuk tidur dan istirahat pada lokasi jauh dari pemukiman

3. Terpal Atap atau alas tambahan apabila

diperlukan

4. Bendera Rikhus Identitas kelompok kegiatan Rikhus Vektora. Bendera ditempel pada tempat yang mudah dilihat.

(56)

45

BAB VII. LABORATORIUM LAPANGAN

Laboratorium lapangan merupakan tempat aktifitas selama proses pengumpulan data vektor di lapangan. Laboratorium lapangan dalam survei entomologi dibagi menjadi 2, yaitu: laboratorium lapangan di lingkungan pemukiman dan laboratorium lapangan jauh dari pemukiman. Berdasarkan peran spesifik, laboratorium lapangan dibagi menjadi laboratorium catching station dan laboratorium base camp. Pemahaman yang baik mengenai fungsi dari setiap laboratorium lapangan diharapkan dapat mendukung terselenggaranya pengumpulan data di lapangan.

A. Tujuan :

1. Tujuan Umum

Memahami prinsip laboratorium lapangan dalam pelaksanaan pengumpulan data di lapangan 2. Tujuan Khusus

a. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan di pemukiman

b. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan jauh dari pemukiman c. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan catching station d. Memahami kriteria dan fungsi laboratorium lapangan base camp

B. Persyaratan Laboratorium lapangan

Laboratorium lapangan yang akan digunakan dalam survei entomologi dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Laboratorium lapangan di pemukiman

Pada saat koleksi nyamuk dilakukan di ekosistem dekat pemukiman (hutan, non-hutan, dan pantai), laboratorium lapangan dipilih dengan syarat sebagai berikut:

a. Rumah penduduk/polindes yang memiliki kamar mandi/tempat mandi memadai, sehingga aktifitas mandi cuci kakus (MCK) anggota tim tidak terkendala. Pada daerah sulit air, dipilih rumah yang paling memungkinkan untuk MCK.

b. Memiliki sumber listrik memadai. Apabila daerah tersebut tanpa listrik, genset dapat digunakan sebagai pengganti.

c. Mempunyai ventilasi dan penerangan cukup.

Gambar

Gambar 1. Kelengkapan perangkat GPS
Gambar 19. Cara mengganti nama dalam list
Gambar 25.  Morfologi kepala (caput) nyamuk A. Tampak samping; B. Tampak depan(1&2); C
Gambar 26.  Morfologi toraks nyamuk bagian lateral12
+7

Referensi

Dokumen terkait