• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISET KHUSUS VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RISET KHUSUS VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOM AN

PEN GU M PU LAN DAT A

RESERV OI R (T I K U S)

DI LAPAN GAN

RI SET K H U SU S

V EK T OR DAN RESERV OI R PEN Y AK I T

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(2)

ISBN 978-602-373-012-4

Pedoman Pengumpulan Data Reserrvoir (tikus) di Lapangan Ukuran 210 x 297 mm, 122 hal

Cetakan Pertama: 2015

Hak Cipta dilindungi Undang Undang

Diterbitkan oleh:

Lembaga Penerbit Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Anggota IKAPI No. 468/DKXI/2013

Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telp: 021 4261008 ext. 223; Fax. 021 4243933

Email: LPB@litbang.depkes.go.id; Website: www.litbang.depkes.go.id

Didistribusikan oleh:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Copyright @ 2015 pada Lembaga Penerbit Balitbangkes, Jakarta

Sanksi Pelanggaran Undang Undang Hak Cipta 2002

1. Barang siapa dengan sengaja mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, menedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) dipidana paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak RP. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

(3)

TIM PENYUSUN

Pengarah:

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Penanggung jawab:

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Tim Teknis Reservoir:

Dr. Ristiyanto, M.Kes

Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE

DR. Vivi Lisdawati, M. Si, A.pt

Arief Mulyono, S.Si, M.Sc

Farida Dwi Handayani, S.Si, MS.

drh. Tika Fiona Sari, M.Sc

drh. Dimas Bagus Wicaksono Putro

drh. Ayu Pradipta Pratiwi

drh.Aryo Ardanto

Arum Sih Joharina, S.Si

Esti Rahardianingtyas, S.Si

drh. Anang S. Achmadi, M.Sc

Dr. drh. Joko Pamungkas, M.Sc

M. H Sinaga, S. Si

(4)

KATA PENGANTAR

Riset khusus vektor dan reservoir penyakit (Rikhus Vektora) merupakan bagian dari Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) dengan tujuan untuk pemutakhiran data dasar vektor dan reservoir penyakit sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir, baik yang baru ataupun muncul kembali, di Indonesia. Langkah utama penelitian adalah pengumpulan data dan spesimen di lapangan secara teliti, akurat, valid dan reliabel, serta pengelolaan spesimen koleksi dengan standar baku.

Pengumpulan spesimen vektor dan reservoir penyakit merupakan representasi dari jenis vektor dan reservoir penyakit yang terdapat di wilayah Indonesia. Diharapkan data spesimen hasil riset dapat berguna untuk pemutakhiran kajian taksonomi, zoogeografi, evolusi dan filogenetik, serta ekologi dan genetiknya. Selain itu dapat pula digunakan untuk memahami biologi serangga vektor dan hewan reservoir penyakit yang bermanfaat dalam pencegahan penularan penyakit bersumber binatang (zoonosis). Oleh karena itu diperlukan buku pedoman kerja untuk memberikan gambaran tentang teknik pelaksanaan pengumpulan data dan spesimen vektor dan reservoir penyakit di lapangan.

Dalam rangka pelaksanaan Rikhus Vektora, maka telah disusun buku pedoman teknis untuk koleksi data dan spesimen vektor dan reservoir di lapangan. Pedoman ini dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh para tenaga pengumpul data agar memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

Buku pedoman bertujuan agar pengumpulan data serta spesimen vektor dan reservoir penyakit dilakukan secara baik dan benar sesuai standar baku sehingga dapat menjadi informasi yang bermanfaat dan dapat dipertanggungjawwabkan secara ilmiah.

(5)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. PENGORGANISASIAN LAPANGAN ... 5

BAB III. PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA ... 9

BAB IV. PROSEDUR PENGGUNAAN GPS ... 13

BAB V. PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (tikus) ... 27

BAB VI. PENGENALAN ALAT DAN BAHAN ... 37

BAB VII. LABORATORIUM LAPANGAN ... 57

BAB VIII. KESELAMATAN HAYATI ... 61

BAB IX. PROSEDUR PENANGKAPAN TIKUS ... 67

BAB X. PROSEDUR PENGUKURAN PARAMETER LINGKUNGAN ... 73

BAB XI. PROSEDUR ANESTESI ... 77

BAB XII. PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH DAN KOLEKSI SERUM ... 79

BAB XIII. PROSEDUR KOLEKSI EKTOPARASIT ... 73

BAB XIV. PROSEDUR DOKUMENTASI ... 75

BAB XV. PROSEDUR IDENTIFIKASI TIKUS ... 79

BAB XVI. PROSEDUR PENGAMBILAN JARINGAN ... 83

BAB XVII. PROSEDUR PENGAMBILAN ORGAN DALAM TIKUS ... 85

BAB XVIII.PROSEDUR PEMBUATAN SPESIMEN AWETAN BASAH ... 89

(6)

BAB XIX. PROSEDUR PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN ... 97

BAB XX. PROSEDUR PENGISIAN FORMULIR ... 85

BAB XXI. PROSEDUR PENGKODEAN SPESIMEN ...105

DAFTAR PUSTAKA ...107

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rangkuman kegiatan pengumpulan data tikus ... 33

Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data tikus …….……… 33

Tabel 3. Pengelompokan paket pengiriman Rikhus Reservoir Tikus ………….……....102

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS... 14

Gambar 2. Bagian : GPS ... 14

Gambar 3: Jenis baterai. ... 15

Gambar 4: Bagian penutup baterai. ... 15

Gambar 5: Bagian penutup baterai. ... 15

Gambar 6: Pengoperasian GPS. ... 16

Gambar 7: Pengaturan GPS. ... 16

Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS. ... 17

Gambar 9: Deteksi sinyal satelit. ... 18

Gambar 10: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS... 19

Gambar 11: Form TK.02. ... 22

Gambar 12: Tampilan software basecamp. ... 23

Gambar 13: Tampilan menu receive from device. ... 23

Gambar 14: Tampilan select device montera. ... 24

Gambar 15: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp... 24

Gambar 16: Tampilan export data di basecamp. ... 24

Gambar 17: Tampilan penyimpanan data GPS. ... 25

Gambar 18. Alur pengumpulan data reservoir ... 28

Gambar 19. Bagan penataan nampan di meja pada laboratorium lapangan ... 59

Gambar 20. Cara menutup syringe yang telah digunakan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 21. Pemasangan perangkap di dalam dan luar rumah ... 70

Gambar 22 Proses memasukkan tikus ke dalam kantung ... 71

Gambar 23. Cara Anestesi Tikus ... 78

Gambar 24. Pengambilan darah ... 70

(9)

Gambar 25Proses koleksi serum ... 71

Gambar 26. Koleksi ektoparasit pada tikus... 74

Gambar 27. Dokumentasi spesimen tikus ... 76

Gambar 28. Contoh dokumentasi habitat tikus ... 77

Gambar 29. Skematis Tikus ... 79

Gambar 30. Perbedaan warna dan tektur rambut pada tikus ... 80

Gambar 31. Pengukuran morfometrik untuk identifikasi tikus ... 80

Gambar 32. Rumus putting susu ... 81

Gambar 33. Pengambilan Jaringan Telinga ... 84

Gambar 34. Proses pembedahan untuk koleksi sampel paru dan ginjal ... 86

Gambar 35. Pemprosesan sampel paru-paru pada FTA card ... 87

Gambar 36. Pemprosesan sampel ginjal ... 88

Gambar 37. Pembuatan awetan basah ... 90

Gambar 38. Kantong plastik hitam, plastik biohazard, dan sharp safety container ... Error! Bookmark not defined. Gambar 39. Contoh penanganan limbah benda tajam ... Error! Bookmark not defined. Gambar 40. Pengepakan spesimen serum dengan cold chain ... Error! Bookmark not defined. Gambar 41. Pengepakan spesimen ginjal, ektoparasit, FTA card, dan punch jaringan... Error! Bookmark not defined. Gambar 42. Alamat tujuan pengiriman spesimen ... 83

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. . Form Ekositem... Error! Bookmark not defined.09

Lampiran 2. Form Koordinat GPS Perangkap ... Error! Bookmark not defined.10

Lampiran 3. Form Lokasi Penangkapan tikus ... Error! Bookmark not defined.11

Lampiran 4. Form Koleksi Tikus ... Error! Bookmark not defined.12

Lampiran 5. Form Pengiriman Spesimen... Error! Bookmark not defined.14

Lampiran 6. Form Check list Kegiatan ... Error! Bookmark not defined.15

Lampiran 7. Form Check list Alat dan Bahan ... Error! Bookmark not defined.16

Lampiran 8. Form Berita cara Serah Terima Limbah ... Error! Bookmark not defined.17

Lampiran 9. Form Berita Acara Pemusnahan Limbah ... Error! Bookmark not defined.18

Lampiran 10. Berita Acara Serah Terima Spesimen ... Error! Bookmark not defined.19

Lampiran 11. Form Spesimen ... Error! Bookmark not defined.20

(11)

BAB I.

PENDAHULUAN

Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit (Rikhus Vektora) merupakan salah satu

riset nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan dengan tanggung jawab pelaksana oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan

Litbangkes di Salatiga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir

Penyakit (B2P2VRP).

Rikhus Vektora adalah suatu kegiatan riset yang diarahkan untuk mengetahui gambaran

vektor dan reservoir penyakit, termasuk di dalamnya adalah data nyamuk, tikus dan kelelawar

dengan menggunakan hasil observasi bionomik, uji identifikasi dan pemeriksaan laboratorium.

1. Latar belakang:

a. Ancaman risiko penyakit tular vektor dan reservoir secara global dan nasional sangat

tinggi;

b. Data bio-diversitas fauna di Indonesia yang kompleks akibat kondisi bio-geografis

(pertemuan wilayah Oriental dan Australia) belum terbaharukan dengan baik;

c. Data penelitian terkait vektor dan reservoir penyakit belum terwakili secara nasional;

d. Data model penanggulangan secara lokal spesifik belum lengkap

Rikhus Vektora dilaksanakan di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Indonesia

secara berkesinambungan yang dirancang untuk dilaksanakan selama tiga tahun, mulai

tahun 2015 sampai dengan 2017.

2. Tujuan Umum riset khusus vektor dan reservoir penyakit adalah:

melakukan pemuktahiran data vektor dan reservoir penyakit secara nasional

sebagai dasar pengendalian penyakit tular vektor dan reservoir (baik jenis penyakit infeksi

baru maupun yang muncul kembali) di Indonesia

3. Tujuan khusus riset adalah:

a. Inkriminasi (penentuan vektor) dan konfirmasi spesies vektor dan reservoir penyakit;

b. Memperoleh peta sebaran vektor dan reservoir penyakit;

c. Mencari kemungkinan munculnya vektor dan reservoir penyakit baru/belum terlaporkan

yang berasal dari hasil koleksi sampel nyamuk, tikus dan kelelawar;

d. Mencari kemungkinan munculnya patogen penyakit tular vektor dan reservoir

baru/belum terlaporkan;

e. Mengembangkan spesimen koleksi referensi vektor dan reservoir penyakit;

(12)

f. Memperoleh data sekunder penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir

berbasis ekosistem

4. Manfaat riset adalah :

a. Bagi para pemangku kebijakan, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang

diperoleh sebagai dasar perencanaan dan evaluasi program pengendalian penyakit tular

vektor dan reservoir (zoonosis) di Indonesia;

b. Bagi masyarakat, dapat memanfaatkan dan menggunakan data yang diperoleh sebagai

dasar pemahaman tentang vektor dan reservoir penyakit serta meningkatkan peran

sertanya pada kegiatan penanggulangan/pengendalian di lingkungan;

c. Bagi kalangan ilmiah, dapat memanfaatkan dan menggunakan data koleksi spesimen

(sampel tersimpan maupun informasi biodiversitas terbaharukan), sebagai dasar

penelitian dan pengembangan berbagai produk inovasi (misal: kit diagnostik, vaksin dan

obat) terkait penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir (penyakit infeksi baru

maupun yang muncul kembali) di Indonesia.

5. Prinsip Rikhus Vektora:

a. Merupakan survei bertaraf nasional

b. Menggunakan unit pengumpulan data berupa ekosistem per provinsi

c. Mencakup data spesies dan patogen untuk penyakit tular vektor dan reservoir (baik

yang lama maupun yang baru ditemukan), peta sebaran serta model dan metode

penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir berbasis ekosistem lokal

d. Besar sampel mencakup data primer (penangkapan nyamuk1, penangkapan tikus dan

kelelawar2; sebagian sampel dijadikan spesimen koleksi referensi/awetan) dan data

sekunder (endemisitas penyakit di lokasi riset berikut data pengendalian penyakit tular

vektor dan reservoir, baik program nasional maupun metode pengendalian lokal)

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data vektor (nyamuk), reservoir (tikus dan kelelawar) serta data

sekunder pada Rikhus Vektora 2015 – 2017 bertujuan untuk melengkapi data primer terkait

penanggulangan penyakit tular vektor dan reservoir di Indonesia. Pemeriksaan

laboratorium juga dilakukan untuk memperkuat hasil analisis data di lapangan, sehingga

pada akhirnya mewakili tingkat provinsi secara nasional, mencakup ekosistem hutan,

non-hutan dan pantai yang dekat pemukiman serta jauh dari pemukiman penduduk.

Data reservoir (tikus) dikumpulkan meliputi: (a) data spesies dan habitat tikus; (b)

peta sebaran, potensi reservoir penyakit (tikus) baru/belum terlaporkan beserta jenis

(13)

patogen; (c) sampel tersimpan; serta (d) data sekunder penanggulangan penyakit tular

reservoir (tikus). Data reservoir yang akan dikumpulkan ini sangat penting karena

merupakan pemuktahiran data yang sahih untuk dikaitkan dengan data penanggulangan

penyakit tular reservoir (tikus) di masyarakat yang akan diperoleh dengan metode

observasional diskriptif menggunakan rancangan studi potong lintang (cross sectional

study).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka sangat perlu disusun Pedoman dengan

tujuan membantu tenaga pengumpul data memahami:

a. Mekanisme pengambilan sampel tikus sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) /

Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

b. Mekanisme identifikasi sampel tikus sesuai Pedoman Operasional Baku (POB) /

Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan;

c. Mekanisme pengambilan spesimen serum, ginjal, paru (RNA later), punch telinga,

serta pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus sesuai Pedoman

Operasional Baku (POB) / Standard Operational Procedure (SOP) yang telah

ditetapkan;

d. Cara-cara penyimpanan spesimen serum, ginjal, paru (RNA later), punch telinga, serta

pemilihan spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus sesuai Pedoman

Operasional Baku (POB) / Standard Operational Procedure (SOP) yang telah

ditetapkan;

e. Cara-cara pengemasan sampel dan spesimen tikus sesuai POB yang telah

ditetapkan;

f. Cara-cara pengiriman sampel dan spesimen tikus sesuai POB yang telah ditetapkan.

Jenis sampel dan spesimen untuk data tikus pada Rikhus Vektora 2015-2018

berupa: serum, ginjal, paru (RNA letter), ektoparasit, punch telinga, serta pemilihan

spesimen untuk pembuatan awetan basah tikus.

Identifikasi sampel dan pemeriksaan spesimen dilaksanakan di laboratorium

lapangan di daerah, yaitu sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dijadikan

laboratorium lapangan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), desa atau wilayah

dusun setempat.

Pemeriksaan pada tahun 2015-2017 yang langsung dilaksanakan di laboratorium

lapangan adalah identifikasi spesimen tikus. Pemeriksaan di laboratorium B2P2VRP,

Badan Litbangkes, pada tahun berjalan adalah pemeriksaan leptospirosis dan

(14)

Hantavirus. Sementara untuk pemeriksaan analisis lanjut akan dilaksanakan pada tahun

selanjutnya setelah pelaksanaan riset di suatu provinsi selesai dilaksanakan.

Secara lebih rinci, metode koleksi dan jenis pemeriksaan laboratorium untuk

sampel tikus yang dilakukan di laboratorium lapangan meliputi:

a. Koleksi tikus menurut CDC (1995)1;

b. Identifikasi spesies tikus secara morfologis;

c. Pembuatan spesimen tikus untuk koleksi referensi reservoir penyakit

(15)

BAB II.

PENGORGANISASIAN LAPANGAN

Kegiatan riset khusus vektor dan reservoir penyakit memerlukan pengorganisasian

lapangan pada saat melakukan survei di lapangan. Pengorganisasian perlu dilakukan agar

pelaksanaan kegiatan mulai survei pendahuluan, koordinasi, perijinan dan pengumpulan data

dapat terlaksana dengan baik dan dapat diperoleh data sesuai dengan yang diharapkan.

Setiap anggota tim perlu memiliki kompetensi sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan. Kompetensi tersebut antara lain kemampuan bekerjasama dalam kelompok, saling

memahami dan menghargai tugas pokok masing-masing dalam tim.

Pengorganisasian dalam riset khusus vektor dan reservoir penyakit disusun

berdasarkan objek disurvei, yaitu tim vektor, tim reservoir dan tim data sekunder.

A. Tim survei

Tim survei terdiri atas:

1. Koordinator Provinsi

Koordinator provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan di provinsi setempat.

2. Koordinator Lapangan Provinsi

Koordinator lapangan provinsi adalah Kepala Balai/Loka Litbangkes.

3. Penanggung Jawab Operasional Kabupaten

Penanggung jawab operasional (PJO) Kabupaten adalah petugas yang ditunjuk oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota yang menangani bidang pencegahan dan

pengendalian penyakit.

B. Tim koleksi data reservoir

1.

Tim koleksi data reservoir terdiri dari :

a. Koordinator teknis : 1 orang senior mamalogis/B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

b. Satu (1) orang staf teknis dari B2P2VRP/Balai/Loka Litbangkes

c. Satu (1) orang staf teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes setempat

d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1

Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII

Kesehatan Hewan dan memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

e. Enam (6) orang terdiri dari 5 tenaga lokal penangkap tikus dan kelelawar, dan 1

orang dari puskesmas.

(16)

2.

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota adalah sebagai berikut : a. Koordinator teknis

Tugas koordinator teknis adalah mengkoordinir seluruh anggota tim dalam

melakukan koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, handling spesimen

dari lapangan ke B2P2VRP, serta berkoordinasi dengan PJO untuk pemusnahan

limbah. Koordinator teknis dipilih dari tenaga mamalogis yang berasal dari

Balai/Loka Litbangkes maupun tenaga independen yang telah berpengalaman dan

menguasai survei tikus dan kelelawar. Koordinator teknis juga diharapkan telah

berpengalaman di dalam penanganansampel dan spesimen serta analisis habitat.

b. Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes

Tenaga teknis dari Balai/Loka Litbangkes bertugas untuk mendukung

tugas koordinator teknis dalam pelaksanaan survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan analisis habitat. Tenaga teknis adalah seseorang yang telah menguasai survei tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen dan

manajemen rantai dingin.

c. Tenaga teknis dari Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten/Kota

Tugas dari tenaga teknis Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes

Kabupaten/Kota adalah membantu tim reservoir dalam melakukan seluruh

kegiatan teknis di lapangan dan sebagai tenaga daerah yang membantu perijinan

dan pendekatan ke masyarakat di lokasi studi.

d. Lima (5) orang tenaga pengumpul data lainnya (S1 dokter hewan/S1 biologi/S1 Kesling/S1 Kesmas/S1 Kehutanan/S1 Peternakan/DIII Kesehatan Lingkungan/DIII

Kesehatan Hewan dan memiliki kemampuan di bidang survei tikus dan kelelawar)

Tugas dan tanggung jawabnya adalah bertugas secara penuh dalam

koleksi tikus dan kelelawar, pengambilan spesimen, manajemen rantai dingin, dan

identifikasi. Tenaga pengumpul data adalah tenaga yang direkrut dari mahasiswa

tingkat akhir atau baru lulus berasal dari bidang ilmu Biologi, Kedokteran Hewan,

Kesehatan Lingkungan. Tenaga pengumpul data dapat juga berasal dari bidang

ilmu lain yang memiliki kemampuan di bidang mamalogi.

e. Lima (5) orang tenaga penangkap tikus dan kelelawar

Tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu pemasangan perangkap

dan pemanenan tikus maupun kelelawar.

(17)

f. Satu (1) orang tenaga Puskesmas

Tugas dan tanggung jawabnya adalah membawa dan menitipkan sampel dari

lapangan ke fasilitas kesehatan yang memiliki lemari pendingin serta membantu

pemasangan perangkap dan pemanenan tikus maupun kelelawar.

(18)
(19)

BAB III.

PENENTUAN LOKASI PENGUMPULAN DATA

Penentuan lokasi pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam

Rikhus Vektora. Keberhasilan penentuan lokasi untuk survei nyamuk, tikus dan kelelawar akan

sangat mempengaruhi hasil pengumpulan data secara keseluruhan. Pemahaman definisi

operasional ekologi, ekosistem dan habitat, definisi operasional dan kriteria dari hutan, non

hutan serta pantai dengan baik mendukung dalam menentukan habitat ekosistem terpilih yang

mempunyai kemelimpahan nyamuk, tikus dan kelelawar, baik jenis maupun jumlahnya.

Selain faktor bio-ekologis yang mendukung keberadaan nyamuk, tikus dan kelelawar,

faktor aksesibilitas, keberadaan penyakit tular vektor dan reservoir di kawasan tersebut,

keamanan dan resiko lain yang dapat muncul di luar kepentingan riset menjadi pertimbangan

penting dalam menentukan lokasi pengumpulan data.

A. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk dapat memahami definisi operasional lokasi, kriteria dan cara penentuan titik

pengumpulan data di lapangan

b. Tujuan Khusus

1. Untuk dapat memahami definisi operasional ekologi, ekosistem dan habitat

2. Untuk dapat memahami definisi operasional dan kriteria ekosistem hutan, non-hutan

dan pantai yang dipergunakan dalam rikhus vektora

3. Untuk dapat mengetahui cara penentuan titik pengumpulan data

B. Definisi Operasional Ekologi, Ekosistem dan Habitat

1. Ekologi merupakan ilmu tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup

(organisme dan sesamanya) dengan lingkungan16,17

2. Ekosistem merupakan unit fungsional dasar dalam ekologi (satuan sistem ekologi) yang

terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya17,18

3. Habitat merupakan tempat hidup suatu makhluk hidup18.

4. Pantai merupakan tepi laut (shore) yang meluas kearah daratan hingga batas pengaruh

laut masih dirasakan.6 Definisi pantai dimaksud dalam Rikhus Vektora adalah batas

pantai berdasar data Land System of Indonesia and New Guinea yang dikeluarkan oleh

RePPProT (The Regional Physical Planning Programme for Transmigration) Badan

Informasi Geospasial.(http://databasin.org/datasets/

(20)

eb74fe29b6fb49d0a6831498b0121c99).

5. Hutan merupakan: (1) suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya alam hayati didominasi pepohonan, persekutuan alam lingkungan satu dengan

lainnya tidak dapat dipisahkan19; (2) Luas lebih dari 0,5 hektar dengan pepohonan tinggi

lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih dari 10 persen, atau pohon dapat mencapai

ambang batas ini di lapangan. Tidak termasuk lahan yang sebagian besar digunakan

untuk pertanian atau pemukiman20.

C. Kriteria Lokasi Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel atau sampling area, dalam riset khusus vektor dan reservoir

penyakit, diharapkan dapat mewakili beberapa ekosistem dengan beberapa tipe habitat

nyamuk, tikus dan kelelawar di daerah studi. Pemilihan lokasi diharapkan juga dapat

mewakili endemisitas penyakit tular vektor dan reservoir. Kawasan yang mewakili tiga

kelompok ekosistem adalah:

1. Ekosistem hutan

Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di daratan. Hutan

merupakan tempat tinggal bagi tumbuhan dan juga hewan. Di wilayah ekosistem hutan,

beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya membuat

pemukiman di pinggir atau di sekitar hutan. Namun demikian ada pula wilayah yang

jarang di akses oleh manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman.

Hutan jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016.

Dalam riset ini, kriteria hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

2. Ekosistem non-hutan

Ekosistem non-hutan merupakan kelompok ekosistem di antara hutan dan

pantai/pesisir. Ekosistem ini dapat berupa perkebunan, pekarangan rumah/ pemukiman,

sawah, ladang, belukar, maupun kebun monokultur, dsb. Di wilayah ekosistem

non-hutan, beberapa penduduk yang mata pencahariannya di wilayah tersebut umumnya

membuat pemukiman di pinggir atau di sekitar ekosistem non-hutan, misalnya petani

kebun. Mereka rata-rata membuat perkampungan terletak di sekitar kebun tempat

mereka mencari nafkah. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh

manusia, ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan non-hutan

jauh pemukiman ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam

riset ini, kriteria non-hutan jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

(21)

3. Ekosistem pantai/pesisir

Ekosistem pantai atau pesisir merupakan ekosistem yang ada di wilayah

perbatasan antara air laut dan daratan.Ekosistem ini memiliki dua macam komponen,

yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan

hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari

gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan komponen selain makhluk hidup lainnya.

Salah satu contoh ekosistem ini adalah hutan bakau (mangrove) dengan berbagai

macam hewan yang hidup di dalamnya.

Apabila tidak memungkinkan melakukan pengumpulan data di salah satu

ekosistem, maka dapat digantikan oleh ekosistem lain yang mewakili keberadaan

penyakit tular vektor/reservoir. Seperti hanya ekosistem hutan dan non-hutan, di wilayah

ekosistem pantai penduduk di wilayah tersebut membuat pemukiman di pinggir atau di

sekitar pantai. Namun demikian ada pula wilayah yang jarang di akses oleh manusia,

ditunjukkan oleh posisinya yang jauh dari pemukiman. Kawasan pantai jauh pemukiman

ini menjadi salah satu kriteria pula dalam rikhus vektora 2016. Dalam riset ini, kriteria

pantai jauh pemukiman apabila berjarak 3-5 km dari pemukiman.

D. Cara Penentuan Titik Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dilakukan berdasarkan stratifikasi

geografis dan ekosistem. Pengambilan sampel dilakukan di titik terpilih yang mewakili 3 tipe

ekosistem (hutan, non-hutan dan pantai), baik yang jauh maupun dekat dengan pemukiman.

Di setiap kabupaten terpilih, pengambilan sampel akan dilakukan di 6 titik, yaitu :

1. Hutan dekat dengan pemukiman (HDP)

2. Hutan jauh dari pemukiman (HJP)

3. Non-hutan dekat dengan pemukiman (NHDP)

4. Non-hutan jauh dari pemukiman (NHJP)

5. Pantai dekat dengan pemukiman (PDP)

6. Pantai jauh dari pemukiman (PJP)

Selain dasar stratifikasi geografis dan ekosistem, dasar penentuan titik tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Wilayah (provinsi/kabupaten) tersebut memiliki informasi yang cukup atau memiliki

dugaan kuat sebagai sumber penularan penyakit bersumber vektor dan reservoir

2. Memiliki kondisi lingkungan yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk,

seperti adanya rawa, kolam ikan tidak digunakan lagi, lagun dan sebagainya.

(22)

3. Lokasi relatif mudah diakses dan terdapat cukup fasilitas yang dibutuhkan

4. Lokasi harus dapat dikunjungi dan tidak memiliki risiko tinggi di luar kepentingan

riset (bencana, keamanan, dsb)

(23)

BAB IV.

PROSEDUR PENGGUNAAN GPS

(Global Positioning System)

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta memahami pengoperasionalan dan penggunaan GPS

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat mengoperasikan GPS dengan benar

2. Peserta dapat mengambil titik koordinat dengan benar

3. Peserta dapat mengambil foto dan video dengan benar

4. Peserta dapat mentransfer data dari GPS dengan benar

GPS (Global Positioning System) merupakan alat survei yang dapat digunakan dalam berbagai

bidang termasuk bidang kesehatan. Pada riset khusus vektora ini dilakukan pemetaan

persebaran vektor dan reservoir daerah penelitian. Pengambilan koordinat dilakukan pada

habitat sampel vektor dan reservoir diambil. GPS yang digunakan adalah Garmin Monterra.

GPS Monterra merupakan bagian dari pengembangan GPS Montana dan Sistem Operasi

perangkat mobile Android. Monterra dapat digunakan sebagai GPS navigator maupun sebagai

GPS survei lapangan untuk plot waypoint maupun tracking. Memiliki desain kokoh dan tahan

cuaca (weather sealed) serta didukung fitur beragam membuat GPS ini sangat cocok untuk

untuk kegiatan lapangan di negara tropis seperti Indonesia. Fitur Garmin Monterra antara lain

Penggabungan Pemetaan 3D, kamera digital 8 megapixel autofocus, sistem baterai ganda

state-of-the-art, kompas elektronik built-in 3-axis accelerometer dan dengan gyro, sensor UV

built-in, Wi-Fi, Bluetooth dan NFC, Memuat peta dan jutaan geocaches, Radio dan lain-lain.

Seluruh fitur dikemas dalam sistem operasi android versi 4.0.4 yang universal untuk digunakan

oleh pemula maupun surveior berpengalaman. Berdasarkan penilaian tersebut, GPS ini sangat

tepat digunakan untuk rikhus vektora.

Metode dalam pemetaan ini adalah metode Stop and Go, pengambilan koordinat dilakukan

dengan cara pengambil koordinat berhenti sejenak di lokasi survei kemudian menunggu GPS

mendapatkan sinyal stabil. Koordinat dapat disimpan di GPS ataupun ditulis dalam form GPS.

Setelah pencatatan koordinat selesai kemudian dilanjutkan untuk lokasi berikutnya.

Semoga pedoman singkat ini bermanfaat bagi kita semua

(24)

PENJELASAN UMUM

1. Kelengkapan1 Unit GPS Monterra

2. Bagian – Bagian GPS

Tampilan Bagian Depan: Tampilan Bagian Belakang:

Gambar 2. Bagian : GPS

Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS

(25)

3. Baterai

GPS Garmin Monterra memiliki sistem baterai ganda state-of-the-art. GPS ini dapat

menggunakan baterai rechargable lithium-ion atau menggunakan baterai AA.

a. Cara memasang baterai rechargable lithium-ion:

1) Putar ring berlawanan arah jarum jam, dan tarik ke atas untuk melepaskan

penutup (Gambar 5).

2) Cari kontak logam baterai lithium – ion.

3) Masukkan baterai ke dalam kompartemen.

4) Tekan baterai ke tempatnya.

5) Tutup kembali penutup baterai (ring) dan putar searah jarum jam.

6) Catatan baterai rechargeble lithium dapat di-charge pada kisaran suhu 0oC-50oC.

b. Cara memasang baterai AA:

1) Putar ring berlawanan arah jarum jam dan tarik ke

atas untuk melepaskan penutup (Gambar 6).

2) Pasang tiga baterai AA perhatikan arah baterai yang

ditunjukkan pada gambar di belakang alat, dan

jangan sampai terbalik.

Baterai rechargable lithium-ion Baterai Alkaline

B

Gambar 3: Jenis baterai.

A

Gambar 4: Bagian penutup baterai.

Gambar 5: Bagian penutup baterai.

(26)

3. Langkah Pengoperasian

Setelah selesai memasang baterai maka kita dapat mengoperasikan GPS. Langkah

mengoperasikan GPS Garmin Monterra adalah sebagai berikut:

a.

Tekan tombol power.

b.

Tunggu beberapa saat sampai GPS stabil.

c.

Gerakkan jari di layar sentuh untuk menggeser atau

menutup tampilan.

d.

Memperbesar atau memperkecil tampilan dengan

menggunakan kedua jari tangan.

e.

Sentuh icon untuk kembali kehalaman sebelumnya.

f.

Sentuh icon untuk kembali ke layar awal.

g.

Sentuh icon untuk mengatur sistem.

4. Langkah pengaturan pada GPS (Langkah ini HARUS dilakukan pertama kali

sebelum GPS dioperasikan dan hanya dilakukan SATU KALI saja dalam penggunaan GPS)

a. Nyalakan GPS dengan menekan tombol power pada bagian samping kanan atas

(lihat gambar 7).

b. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 7)

c. Pilih icon unit.

1) Ubah bagian unit GPS dibawah ini:

2) Distance and speed : metric

Gambar 6: Pengoperasian GPS.

Gambar 7: Pengaturan GPS.

(27)

d. Pilih position format.

1) Ubah positin format : hddd0mm’ss.s’’

2) Map Datum : WGS 84

e. Pilih position format

f. Kembali ke menu utama.

g. Pilih icon satelit.

5. Langkah kalibrasi GPS

Kalibrasi GPS dilakukan setiap pergantian ekosistem agar koordinat yang diambil lebih akurat.

a. Pilih iconsetting aplikasi, kemudian pilih more (gambar 8)

b. Pilih Heading.

c. Pada menu Compass Mode pilih on untuk mengaktifkan menu heading.

d. Pilih Calibrate compass, kemudian klik. start.

e. Gerakkan GPS sesuai dengan gerakkan di layar GPS.

f. GPS akan memberikan respon apakah kalibrasi berhasil atau tidak. Jika tidak

anda perlu mengulangi putaran dengan sedikit lebih pelan lagi. Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS.

(28)

A. TEKNIS PENGAMBILAN TITIK KOORDINAT

1. Pemasangan perangkap di Ekosistem Dekat Pemukiman

Pengambilan titik koordinat hanya dilakukan sekali untuk setiap dua perangkap yang

dipasang didalam rumah sedangkan untuk perangkap yang dipasang diluar rumah atau

lingkungan maka titiik koordinat diambil di setiap perangkap tikus.

2. Pemasangan perangkap di Ekosistem Jauh Pemukiman

Pengambilan titik koordinat dilakukan pada semua perangkap yang dipasang

3. Jika dilakukan pemindahan perangkap karena sesuatu hal: misal umpan dikerubuti

semut maka dilakukan pengambilan koordinat lagi dan jaraknya lebih dari sepuluh (10)

meter.

4. Jumlah titik koordinat lebih banyak dari jumlah perangkap, KARENA ada proses

pemindahan perangkap.

5. Titik koordinat lama TIDAK DIHAPUS, KARENA menggambarkan persebaran

perangkap

B. LANGKAH MENENTUKAN TITIK KOORDINAT DI LOKASI PERANGKAP TIKUS

(Sebelum penentuan titik koordinat, pastikan langkah pengaturan setting seperti butir A.5 sudah dilakukan)

1. Hidupkan GPS, tunggu sampai terdeteksi minimal 5 satelit

dalam kondisi stabil. Semakin banyak satelit terdeteksi maka

semakin tinggi tingkat akurasi lokasi pegambilan koordinat.

Gambar 9: Deteksi sinyal satelit.

(29)

2. GPS dinyalakan pada saat akan berangkat ke lokasi pemasangan perangkap tikus.

GPS dimatikan setelah pengambilan koordinat selesai.

3. Ambil koordinat tempat pemasangan perangkap tikus dengan cara sentuh icon

mark waypoint pada GPS.

4. Pilih menu edit:

- Ganti nama pada GPS dengan nomor perangkap tikus (contoh 001) dan pada

note diisi kode lokasi ekosistem (contoh: 16041001, arti kode: 16 = Provinsi, 04 = Kabupaten, 1 = Ekosistem, 02 = Kode no urut perangkap tikus).

a. Simbol Waypoint dibedakan berdasarkan kode ekosistem/site (contoh: HDP,

HJP, NHDP dll).

Simbol untuk kode ekosistem sebagai berikut:

HDP (Hutan Dekat Pemukiman) HJP (Hutan Jauh Pemukiman)

NHDP (NonHutan Dekat Pemukiman) NHJP (Non Hutan Jauh Pemukiman)

PDP (Pantai Dekat Pemukiman) PJP (Pantai Jauh Pemukiman)

Gambar 10: Proses mark waypoint

(30)

b. Nama yang ada di GPS dengan nomro perangkap tikus ( contoh : HDP-001/(D01/L00), arti kode:

 HDP = Hutan Dekat Pemukiman (kode ini menyesuaikan site misalnya HDP, HJP,

NHDP, dll),

 001 = Perangkap nomor 001 yang tertulis di pita pada perangkap

 D 01 = di dalam rumah nomor stiker 01,

 L 00 = Luar rumah atau lingkungan,

c. Pilih menu edit :

• Pada note diisi kode lokasi ekosistem

• Contoh: 33163-P/N, arti kode :

33 = Provinsi,

16 = Kabupaten,

3 = Ekosisstem,

P = Positif tertangkap tikus / ada tikus,

N = Negatif tikus / tidak ada tikus

(31)

5. Ambil foto perangkap tikus dengan cara menyentuh icon gambar foto

6. Sebelum titik koordinat disimpan pada GPS, JANGAN LUPA mencatat nomor perangkap, titik koordinat dan nilai elevasi (ketinggian) pada form TK.02GPS.

7. Kemudian pilih DONE.

8. Pengambilan foto diharuskan tidak hanya lewat mark waypoint saja. Namun, juga

melalui menu Camera pada GPS dengan Icon

a. Untuk mengambil gambar pilih menu camera pada aplikasi

b. Pilih Icon

c. Kemudian pilih icon untuk mulai mengambil gambar

9. Setelah titik koordinat diambil kemudian dilakukan pengambilan video pada lokasi

pemasangan perangkap tikus. Langkah pengambilan video adalah sebagai berikut:

a. Pilih menu camera pada aplikasi

b. Pilih icon.

c. Kemudian pilih icon untuk memulai merekam.

d. Jika sudah selesai maka pilih icon.

Keterangan: Disetiap ekosistem hanya diambil satu video saja.

Gambar 11: Menyimpan koordinat dan dokumentasi foto pada GPS.

Catatan:

1. Pengambilan foto dilakukan di setiap rumah dipasangi perangkap

2. Pengambilan foto perangkap di luar rumah dilakukan per habitat berdasar jenis vegetasi tempat pemasangan perangkap

3. Pengambilan foto dilakukan dalam kondisi GPS menangkap setidaknya 5 satelit untuk mendapatkan akurasi letak pengambilan foto (geo tagging)

(32)

10. Setelah hasil penangkapan selesai diidentikasi, kemudian pada form TK.02 diisi kode

spesimen pada kolom KODE SPESIMEN, contoh 33161T005. Keterangan 33161

merupakan keterangan tempat pengambilan sampel yang terdiri dari kode Provinsi,

kode Kabupaten, dan kode ekosistem, untuk T005 merupakan nomor urut spesimen.

Contoh pengisian form sebagai berikut :

KETERANGAN TAMBAHAN

1. Apabila ingin mencari waypoint yang sudah dibuat maka dapat dilakukan langkah

sebagai berikut:

e. Pilih titik koordinat yang ada pada daftar.

2. Cara memperbaiki informasi (edit) waypoint

a. Pilih waypoint manager

b. Pilih titik waypoint yang akan diperbaiki.

c. Perbaiki informasi dengan menekan informasi yang diperbaiki.

d. Tekan DONE.

3. Langkah untuk menghapus waypoint

a. Pilih waypoint manager.

b. Pilih dan tekan waypoint sampai muncul icon.

c. Tekan icon untuk hapus data.

Keterangan: N/S: (North (utara)/South (selatan); D: Degere (derajat); M: Minutes (Menit); S:

Second (detik); m: meter.

Gambar 12: Form TK.02.

(33)

C. Langkah untuk mentransfer data dari GPS ke basecamp

Setelah survei di satu ekosistem selesai selanjutnya tim melakukan transfer data dari GPS

ke softwarebasecamp.

1. Download softwarebasecamp terbaru disini:

https://www8.garmin.com/support/download_details.jsp?id=4435

2. Extract hasil download dan lakukan install program.

3. Setelah basecamp diinstall, aktifkan GPS kemudian sambungkan ke komputer

menggunakan kabel data yang terdapat pada GPS.

4. Mengaktifkan program

basecamp.

5. Pilih menu transfer, pilih

receive from device.

Gambar 13: Tampilan software basecamp.

Gambar 14: Tampilan menu receive from device.

(34)

Kotak dialog Select Device

aktif, Klik nama devices yang

akan di download kemudian

klik OK. Data GPS akan

terekam secara otomatis..

6. Kemudian akan muncul

tampilan seperti ini, pilih titik

koordinat yang akan di

download.

7. Pilih File > Export > Export

selection

Gambar 15: Tampilan select device montera.

Gambar 16: Tampilan titik koordinat GPS di basecamp.

Gambar 17: Tampilan export data di basecamp.

(35)

8. Apabila muncul warning maka klik OK.

9. Pilih folder penyimpanan > Pilih

format penyimpanan dalam

bentuk *.gdb > kemudian beri

nama file yang akan disimpan >

Save.

Penamaan file dilakukan dengan cara menuliskan kode propinsi_kode kabupaten_kode

ekosistem_jenis survei. Contoh penamaan file adalah 33116R . Pengertian dari kode

tersebut adalah 33=kode provinsi , 11=kode kabupaten, 6=kode ekosistem Pantai Jauh

Pemukiman, R=Reservoir

10. Setelah file dipindahkan dari GPS ke komputer lalu dikirim ke email

pemetaanrikhus2016@gmail.com dengan format subyek: kode provinsi_kode

kabupaten_kode ekosistem_jenis survei. Contoh penamaan file adalah 33116R .

Pengertian dari kode tersebut adalah 33 = Kode Provinsi, 11 = Kode Kabupaten, 6 =

Kode Ekosistem Pantai Jauh Pemukiman, R = Reservoir

11. Pengiriman email ini dilakukan setiap satu ekosistem yang sudah selesai.

Gambar 18: Tampilan penyimpanan data GPS.

(36)
(37)

BAB V.

PENGUMPULAN DATA RESERVOIR (tikus)

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta memahami pengorganisasian lapangan dan pengumpulan data reservoir

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat menerapkan pengorganisasian lapangan dengan benar 2. Peserta dapat menerapkan alur pengambilan data dengan benar

Pengumpulan data dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5 hari pengumpulan data

pada tiap ekosistem. Jadwal pengumpulan data pada masing masing ekosistem terbagi menjadi

koleksi pengumpulan data tikus pada hari 1 sampai 3 diteruskan pengumpulan data kelelawar

pada hari 3 – 4 dan diteruskan penyelesaian administrasi serta persiapan pindah lokasi.

Pengorganisasian tim menjadi sangat penting dalam memanajemen semua kegiatan

pengumpulan data yang dilaksanakan selama 30 hari di 6 titik terpilih pada ekosistem hutan,

non hutan dan pantai.

(38)

A. ALUR PENGUMPULAN DATA

Gambar 19. Alur pengumpulan data reservoir

(39)

B. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data (puldat) oleh tim dilaksanakan selama ± 30 hari dengan rincian: 5

hari puldat pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan mulai pada ekosistem hutan

dekat pemukiman (5 hari), kemudian berturut-turut dilanjutkan pada ekosistem hutan jauh

pemukiman, non-hutan dekat pemukiman, non-hutan jauh pemukiman, pantai dekat

pemukiman, dan pantai jauh pemukiman. Rincian kegiatan pada masing-masing ekosistem

dijelaskan sebagai berikut:

Hari ke-1

a. Koordinasi Lapangan dengan perangkat desa untuk administrasi lapangan, survei lokasi,

penentuan tenaga lokal, laboratorium lapangan sesuai kriteria dan pembekuan gel pack di

lokasi setempat.

b. Ketua tim melakukan koordinasi dan pembekalan teknis kepada tenaga lokal

c. Persiapan alat dan bahan survei tikus (persiapan: umpan, perangkap, label perangkap,

label rumah, GPS dan formulir)

d. Pukul 15.00 (waktu setempat) ketua tim dan 1 orang anggota bersama seluruh tenaga lokal

melakukan pemasangan perangkap tikus sesuai Prosedur Penangkapan Tikus (Form

TK.01)

e. Dua orang anggota tim lain melakukan pengambilan titik koordinat pemasangan perangkap

sesuai Prosedur Penggunaan GPS (Form TK.02)

f. Dua orang anggota tim lainnya melakukan pengambilan/pengukuran data lingkungan sesuai

Prosedur Pengambilan Parameter Lingkungan (Form T.03)

Hari ke-2

1. Pengambilan tikus

a. Pukul 06.00-08.00 (waktu setempat) dua orang anggota tim dibantu seluruh tenaga lokal

mengambil tikus yang tertangkap sesuai Prosedur Penangkapan Tikus dan membawa

ke laboratorium lapangan. Perangkap negatif (tidak berisi tikus) yang dipasang di

pemukiman, harus dipindah ke ruangan lain.

b. Anggota tim lainnya mempersiapkan laboratorium lapangan sesuai Prosedur Persiapan

Laboratorium Lapangan.

(40)

2. Pemrosesan tikus di laboratorium lapangan

a. Satu orang anggota tim mempersiapkan pelabelan tikus (Label Lapangan: lampiran)

b. Dua orang anggota tim melakukan anestesi dan pengambilan serum tikus yang sudah

dilabel sesuai SOP Prosedur Anastesi dan Prosedur Pengambilan Serum dan diisikan

di Form T.04 serta Form TK.11 yang sudah dilengkapi data dari Form TK.01 dan T.03.

c. Satu orang anggota tim melakukan koleksi ektoparasit sesuai Prosedur Pengambilan

Koleksi Ektoparasit (Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11)

d. Dua orang anggota tim melakukan identifikasi tikus sesuai Prosedur Identifikasi Tikus,

Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11) serta pengambilan foto

Prosedur Dokumentasi, Form T.04 bagian Koleksi spesimen I.

e. Satu orang anggota tim menyiapkan pengambilan spesimen bedah: punch (Prosedur

Pengambilan Organ, Form T.04 bagian koleksi speseimen II) dan (Form TK.11) serta

pengambilan ginjal (Prosedur Pengambilan Organ, Form T.04 bagian koleksi spesimen

II) dan (Form TK.11).

f. Satu orang anggota tim menyiapkan pengambilan spesimen paru sesuai Prosedur

Pengambilan Organ (Form T.04 bagian koleksi spesimen II) dan (Form TK.11).

g. Dilakukan pemilihan spesimen untuk membuat awetan basah bagi tikus yang telah

teridentifikasi sesuai Prosedur Identifikasi Tikus, Form T.04 bagian identifikasi dan

morfometri serta Form TK.11 oleh anggota tim yang bertugas melabel.

h. Semua tikus yang belum teridentifikasi dibuat awetan basah tanpa dipilih sesuai

Prosedur Pembuatan Awetan Basah (Form T.04 Bagian Koleksi spesimen II) dan

(Form TK.11).

i. Ketua tim mengkoordinasikan penyimpanan boks serum tikus yang terkumpul dihari ke

dua ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki lemari es.

j. Dua orang anggota Tim melakukan entry data seluruh hasil yang diperoleh dihari

pertama dan kedua (Form TK.01-Form TK.02).

k. Ketua dan anggota tim tersisa memeriksa check list kegiatan pada Form TK.06

(validasi internal).

3. Pengelolaan limbah

a. Dua orang anggota tim mengelola limbah non karkas dan limbah cair yang dikemas

sesuai Prosedur Pengolahan Limbah (Form. TK.08 Serah Terima) dan diserahkan ke

PJO untuk dimusnahkan.

b. Karkas tikus dikubur sesuai Prosedur Penanganan Limbah (Form. TK.09).

(41)

4. Penangkapan tikus tahap 2

a. Dua orang anggota tim dan tenaga lokal melakukan persiapan pemasangan perangkap

yang telah berisi tikus pada tahap 1 (persiapan: umpan, perangkap, dan label

perangkap).

b. Pukul 15.00 (waktu setempat) ketua tim dan satu orang anggota bersama seluruh

tenaga lokal melakukan pemasangan perangkap tikus sesuai SOP (Prosedur

Penangkapan Tikus) (Form TK.01).

Hari ketiga

1. Pengambilan tikus dan perangkap

a. Pukul 06.00-08.00 (waktu setempat) dua orang anggota tim dibantu seluruh tenaga lokal

mengambil tikus tertangkap dan seluruh perangkap sesuai Prosedur Penangkapan

Tikus dan membawa ke laboratorium lapangan.

b. Anggota tim lainnya mempersiapkan laboratorium lapangan sesuai Prosedur Pembuatan

Laboratorium Lapangan.

2. Pemrosesan tikus di laboratorium lapangan

a. Satu orang anggota tim mempersiapkan pelabelan tikus (Label Lapangan: lampiran)

b. Dua orang anggota tim melakukan anestesi dan pengambilan serum tikus yang sudah

dilabel sesuai SOP Prosedur Anastesi dan Prosedur Pengambilan Serum dan diisikan di

Form T.04 serta Form TK.11 yang sudah dilengkapi data dari Form TK.01 dan T.03.

c. Satu orang anggota tim melakukan koleksi ektoparasit sesuai Prosedur Pengambilan

Koleksi Ektoparasit (Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11).

d. Dua orang anggota tim melakukan identifikasi tikus sesuai Prosedur Identifikasi Tikus,

Form T.04 bagian koleksi spesimen I) dan (Form TK.11) serta pengambilan foto

Prosedur Dokumentasi, Form T.04 bagian Koleksi spesimen I.

e. Satu orang anggota tim menyiapkan pengambilan spesimen bedah: punch (Prosedur

Pengambilan Organ, Form T.04 bagian koleksi speseimen II) dan (Form TK.11), serta

pengambilan ginjal (Prosedur Pengambilan Organ, Form T.04 bagian koleksi spesimen

II) dan (Form TK.11).

f. Satu orang anggota tim menyiapkan pengambilan spesimen paru sesuai Prosedur

Pengambilan Organ (Form T.04 bagian koleksi spesimen II) dan (Form TK.11).

g. Dilakukan pemilihan spesimen untuk membuat awetan basah bagi tikus yang telah

teridentifikasi sesuai Prosedur Identifikasi Tikus, Form T.04 bagian identifikasi dan

morfometri) serta Form TK.11 oleh anggota tim yang bertugas memberi label.

(42)

h. Semua tikus belum teridentifikasi dibuat awetan basah tanpa dipilih sesuai Prosedur

Pembuatan Awetan Basah (Form T.04 Bagian Koleksi spesimen II) serta (Form TK.11).

i. Ketua tim mengkoordinasikan penyimpanan kotak serum tikus yang terkumpul dihari ke

dua ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki lemari es.

j. Dua orang anggota Tim melakukan entry data seluruh hasil yang diperoleh dihari

pertama dan kedua (Form TK.01-Form T.04).

k. Ketua dan anggota tim tersisa memeriksa check list kegiatan pada Form TK.06 (validasi

internal) dan checklist alat dan bahan (Form TK.07).

l. Tenaga lokal melakukan pengepakan alat dan bahan survei tikus.

3. Pengelolaan limbah

a. Dua orang anggota tim dan tenaga lokal mengelola limbah non karkas dan limbah cair

yang dikemas sesuai Prosedur Pengolahan Limbah (Form. TK.08 Serah Terima

Limbah) dan diserahkan ke PJO untuk dimusnahkan.

b. Satu orang anggota tim dan tenaga lokal mengubur karkas tikus sesuai Prosedur

Penanganan Limbah (Form. TK.09 Pemusnahan Limbah).

Hari keempat

1. Pengepakan spesimen tikus

Spesimen tikus dikemas sesuai Prosedur Pengepakan dan Pengiriman Spesimen, Form

Rekap Pengiriman Spesimen ( Form TK.05 Pengiriman Spesimen).

Hari Kelima

1. Ketua tim melakukan koordinasi penyelesaian administrasi

2. Ketua tim melakukan serah terima paket spesimen tikus dan kelelawar non awetan

basah kepada PJO Kab. ( Form TK.10 Serah Terima Spesimen ).

3. Perpindahan lokasi.

(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

BAB VI.

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta mengetahui alat dan bahan yang digunakan saat pengumpulan data

Tujuan Pembelajaran Khusus:

Peserta dapat menggunakan alat dan bahan yang dipakai saat pengumpulan data

Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data tikus

No. Alat Bentuk kemasan Kegunaan

1 Alkohol 70%

Alkohol untuk desinfeksi

(meja, alat dan tangan), merendam ginjal dan ektoparasit

2 Aquadest Larutan untuk pengenceran

formalin dan PBS

3 Benang nilon

Benang untuk mengikat label lapangan pada kain blacu, pyta dimo, dan kertas kalkir

4 Biopsy punches Alat untuk mengambil sampel

jaringan telinga tikus

(48)

5 Canoe drum 30 liter

Bejana penyimpan awetan basah tikus berisi formalin 10%

6 Cardboard cryobox 81 well (untuk serum)

Kotak untuk menampung sampel serum

7 Clip board Alas menulis

8 Cool box 30 liter Kotak untuk membawa bahan

laboratorium

9 Cool box 72 liter Kotak untuk membawa bahan

laboratorium

10 Cryovial tube Tabung untuk menampung

serum

11 Cutter Memotong bahan

(49)

12 Dissecting kits

Berbagai macam alat untuk membedah dan mengambil spesimen tikus

13 Dimo Embossing tape Pita untuk label pada tikus

tertangkap

15 Etanol absolut 2.5 liter

Larutan kimia yang digunakan untuk merendam jaringan telinga yang dikoleksi

16 Formalin 37% Larutan yang digunakan

untuk pengawetan tikus

17 Forceps 30 cm

Digunakan untuk pencelupan awetan basah tikus ke dalam ember berisi larutan formalin 10%

19 Gas

Gas yang digunakan sebagai bahan bakar kompor gas

portable.

(50)

20 Gel pack

Sebagai pendingin spesimen serum, diletakkan di dalam

Stirofom kardus.

21 GPS

Alat untuk melakukan penentuan koordinat titik di enam ekosistem

22 HT Sebagai alat komunikasi

anggota tim

23 Isolasi bening 5 cm

Digunakan untuk merekatkan paket pengiriman dan melapisi kertas alamat.

24 Jangka sorong digital Alat ukur panjang bagian

tubuh tikus.

25 Jarum 18G

Jarum yang digunakan pada syringe 20 ml untuk menyuntik formalin

(51)

26

Jas lab

Jas sebagai alat pelindung diri yang digunakan pengumpul data pada saat pemrosesan tikus di laboratorium lapangan.

27 Kacamata goggle

Alat pelindung mata dari bahan infeksius dan bahan kimia saat bekerja di laboratorium lapangan

28 Kain kasa

Digunakan sebagai pembungkus awetan basah

tikus ketika akan dikirim menggunakan canoe drum.

29 Kantong plastik hitam Kantong untuk menampung

sampah non infeksius

30 Kantung kain (blacu) jaringan yang akan disuntik atau diambil darah.

Kardus yang digunakan untuk pengepakan ektoparasit,

ginjal, dan punch telinga.

(52)

33 Kardus packing tidak bersekat.

Kardus yang digunakan untuk

pengepakan spesimen FTA

card.

34 Kawat

Digunakan untuk memperbaiki/ menutup lubang pada perangkap tikus apabila terdapat lubang pada perangkap tikus

35 Ketamin 50 ml

Bahan kimia yang digunakan untuk anestesi tikus, dicampur bersama xylasin.

36 Kompor gas portable

kompor untuk membakar kelapa yang digunakan sebagai umpan

Kuas halus Untuk pengambilan

ektoparasit pada tikus

37 Kursi lipat Kursi sebagai tempat duduk

di laboratorium lapangan

38 Label lapangan

Kertas label yang diikatkan pada kantong blacu berisi tikus, untuk menuliskan nomor perangkap.

(53)

39 Label tikus

Label berisi keterangan tentang tikus yang dijadikan spesimen awetan basah

40 Lakban coklat Lakban untuk menutup

kardus paket.

41 Live trap Alat yang digunakan untuk

menangkap tikus

42 Lup

Alat yang digunakan untuk membantu melihat ektoparasit tikus yang berukuran kecil

43 Map binder plastik

Map yang digunakan untuk menyatukan formulir-formulir dalam 1 titik ekosistem.

44 Masker tali

Alat pelindung diri bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di laboratorium lapangan.

(54)

45 Masker 7502 + filter 6005

Melindungi bagian muka dari percikan dan inhalasi bahan infeksius pada saat bekerja di

laboratorium lapangan,

Meja yang digunakan di laboratorium lapangan

Mikropipet 200 µl

Mikropipet tips + rak

47 Nampan putih

Nampan untuk meletakkan tikus pada pengambilan ektoparasit.

48 Nampan plastik Nampan untuk meletakkan

tikus yang akan diibedah.

49 Parafilm

Bahan untuk

melapisi/menyegel vial tube

spesimen (ginjal, serum, ektoparasit, dan punch)

(55)

50 PBS 10X

Larutan digunakan pada saat proses penghancuran paru-paru tikus

51 Pelindung kepala

Alat pelindung kepala dan rambut dari percikan bahan infeksius dan bahan kimia, saat bekerja di laboratorium lapangan

53 Pencetak label Dimo

Alat pencetak huruf dan angka pada kertas Dimo, hasil cetakan timbul

54 Penggaris besi 30 cm Alat ukur panjang bagian

tubuh tikus.

55 Penggaris besi 60 cm Alat ukur panjang bagian

tubuh tikus.

56 Permanent marker Pena dengan tinta permanen

untuk menuls label spesimen

57 PH tanah Alat ukur pH tanah

(56)

58 Pinset ujung lancip-lancip

Alat yang digunakan untuk mengambil ektoparasit

60 Pipet plastik

Pipet untuk mengambil

alkohol 70% yang akan di letakkan pada tabung ektoparasit dan ginjal

62 Pita jepang

Pita untuk menandai letak perangkap tikus, apabila pada proses penangkapan dilakukan di luar rumah dan

live trap

63 Plastik biohazard Plastik yang digunakan untuk

menampung limbah infeksius.

64 Plastik klip

Plastik untuk membungkus spesimen punch telinga dan kardus serum pada saat pengiriman.

65

Plastik packing tebal

(untuk packing kuisioner)

Plastik untuk melapisi form pengiriman

66 Rak tabung reaksi Rak untuk meletakkan

vacutainer.

(57)

67 Rak vial tube Rak untuk meletakkan cryotube

68 Salinometer Alat untuk mengukur kadar

garam/salinitas

69 Sarung tangan kain

tebal

Melindungi tangan pada saat memegang perangkap tikus dan menyusun live trap

70 Sarung tangan nitril

Melindungi tangan dari bahan infeksius saat bekerja di laboratorium lapangan

71 Scalpel ujung tombak

Alat yang digunakan untuk mengambil ektoparasit yang jatuh di nampan plastik

72 Sekop besar

Alat yang digunakan untuk mengubur limbah karkas tikus.

73 Seng

Seng yang digunakan sebagai alas saat membakar kelapa

(58)

74 Sepatu boot

Pelindung kaki saat berjalan di lokasi pemasangan perangkap.

75 Sharp safety box Tempat untuk menampung

limbah benda tajam.

76 Sikat pakaian Sikat untuk koleksi

ektoparasit tikus

77 Silica gel

Bahan yang dimasukkan

dalam plastik FTA card untuk

mengurangi kelembaban.

78 Sisir serit Sisir untuk koleksi ektoparasit

tikus

(59)

79 Spidol permanen besar Spidol untuk menulis alamat pengiriman pada kardus

80 Spryer

Alat yang digunakan untuk menyemprotkan alkohol pada

saat desinfeksi meja, alat

laboratorium maupun tangan

81 Spuit 1 cc

Alat yang digunakan untuk penyuntikkan ketamine dan xilasin bahan anestesi

82 Spuit 20 cc

Syringe untuk menampung formalin yang akan disuntikkan organ tikus yang akan diawetkan

83 Spuit 3 cc Alat untuk mengambil darah

(60)

85

Stiker Fragile

Stiker yang ditempel pada

kardus dan canoe drum

supaya dalam proses pengiriman kardus tidak dibanting

86 Stiker jangan dibalik

(panah atas )

Stiker yang ditempel pada

kardus dan canoe drum

supaya dalam proses pengiriman kardus tidak di bolak balik

87 Stiker rikhus (logo)

stiker yang ditempel pada

kardus dan canoe drum

sebagai identitas paket.

Stiker kemenkes

Stiker pengirim

Stiker penerima

88 Tabung duran 250 ml Tabung untuk menyimpan

larutan PBS

(61)

89 Tabung duran 500 ml Tabung untuk menyimpan larutan ethanol absolute

90 Tabung kaca

ektoparasit

Tabung untuk menampung sampel ektoparasit, ginjal dan jaringan tikus

Tabung kaca ginjal

91 Talenan

Alat yang digunakan untuk alas pada saat memotong kelapa

92 Tang

Alat yang digunakan untuk memperbaiki/menutup lubang pada perangkap

93 Tang potong

Alat memotong kawat yang

digunakan untuk memperbaiki/ menutup lubang pada perangkap tikus

94 Taplak plastik meja

pemrosesan

Taplak untuk melapisi meja yang digunakan pada laboratorium lapangan

(62)

95 Tempat kapas alkohol

Tenda yang digunakan untuk tidur dilapangan saat lokasi jauh dari pemukiman penduduk

97 Tenda pemrosesan

Tenda yang digunakan untuk pembuatan laboratorium lapangan di lokasi jauh dari pemukiman.

98 Thermohigrometer

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.

99 Thermometer digital

Alat yang digunakan untuk memantau suhu serum pada saat pengiriman

100 Timbangan digital Alat yang digunakan untuk

menimbang berat tikus

101 Tissue gulung

Tissue digunakan untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan

(63)

102 Tissue towel

Tissue digunakan untuk membersihkan meja dan alat laboratorium lapangan

104 Umpan kelapa Kelapa yang telah dibakar

sebagai umpan

Tabung untuk koleksi punch telinga tikus dan paru paru yang akan dihancurkan.

107 Xylasin 50 ml Bahan kimia yang digunakan

untuk anestesi tikus.

109 Perforator

Alat untuk melubangi form pada saat akan disusun dalam map plastik

(64)

110 Sentrifuse Alat untuk memisahkan darah dengan serum

111 Staples Alat untuk menyatukan

form/dokumen

113 Emergency lamp Alat penerangan

116 Kamera DSLR Alat yang digunakan untuk

mendokumentasikan kegiatan

117 Stiker logo kementerian

kesehatan

Stiker yang ditempel pada kardus dan canoe drum sebaga identitas paket spesimen

(65)

118 Stiker penerima

Stiker yang ditempel pada kardus dan canoe drum sebagai identitas paket spesimen

119 Stiker pengirim

Stiker yang ditempel pada kardus dan canoe drum sebagai identitas paket spesimen

122 Tips 200 µl

Alat yang digunakan bersama dengan mikrpipet untuk mengambil serum

124 RNA Later

PAKET RESERVOIR

KEPADA YTH.

KEPALA BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN VEKTOR DAN RESERVOIR PENYAKIT (B2P2VRP)

(66)
(67)

BAB VII.

LABORATORIUM LAPANGAN

Tujuan Pembelajaran Umum:

Peserta memahami cara penyusunan laboratorium lapangan

Tujuan Pembelajaran Khusus:

1. Peserta dapat melakukan cara kerja di laboratorium lapangan dengan benar

2. Peserta dapat mengikuti alur pemeriksaan, identifikasi, pengambilan spesimen di

laboratorium lapangan dengan benar

Pengumpulan data oleh masing-masing tim dilaksanakan selama ± 30 hari dengan

rincian: 5 hari pengumpulan data pada tiap ekosistem. Pengumpulan data diutamakan dimulai

pada ekosistem hutan dekat pemukiman (5 hari), kemudian berturut-turut dilanjutkan pada

ekosistem hutan jauh pemukiman, non-hutan dekat pemukiman, non-hutan jauh pemukiman,

pantai dekat pemukiman, dan pantai jauh pemukiman. Rincian kegiatan pada masing-masing

ekosistem dijelaskan sebagai berikut:

A. Persyaratan Laboratorium Lapangan

Pemeriksaan tikus dilakukan di laboratorium lapangan dengan syarat/kondisi

sebagai berikut :

a. Memiliki penyimpanan sementara untuk spesimen serum dan organ berupa alat

pendingin atau kulkas (refrigerator), jika hal tersebut tidak bisa terpenuhi maka

alternatifnya adalah mengunakan styrofoam box diisi dengan gel pack yang telah

dibekukan sebelumnya (minimal 8 jam sebelum dibawa ke laboratorium lapangan).

Apabila tidak tersedia listrik maka ketua tim akan berkoordinasi dengan PJO untuk

penyewaan genset.

b. Memiliki sumber listrik memadai selama 24 jam untuk tempat penyimpanan

serum/organ sementara sebelum dikirim. Apabila di lokasi pengumpulan data tidak

terdapat akses listrik 24 jam, maka ketua tim berkoordinasi dengan PJO untuk

penyewaan cadangan listrik (genset,dll).

c. Memiliki ruangan tertutup atau tempat/ruang/tenda yang memenuhi syarat untuk

pemrosesan dengan ventilasi dan penerangan cukup.

(68)

B. Persiapan di Laboratorium Lapangan

a. Tenaga Pengumpul data malakukan pemeriksaan kelengkapan alat dan bahan

laboratorium lapangan serta seluruh formulir (identifikasi tikus, habitat, penyerta

spesimen, ektoparasit, spesimen ginjal, spesimen paru, awetan basah).

b. Pemeriksaan ketersediaan almari es di laboratorium lapangan. Bila tidak ada maka

disiapkan 2 unit cool box untuk sampel serum dan paru. Pastikan gel pack selalu

dalam kondisi beku, jika gel pack sudah mencair maka diganti yang masih beku.

c. Menyiapkan meja dan kursi untuk pemrosesan spesimen.

d. Menyiapkan dan mengatur alat bahan untuk pengambilan dan pemeriksaan spesimen

ginjal, paru, serum dan ektoparasit.

e. Menyiapkan tempat pembuangan limbah medis (sharps safety box dan plastik

biohazard) serta non medis

C. Pembekuan gel pack

Membekukan gel pack sejumlah dibutuhkan (minimal 8 lembar) untuk 1 lokasi ke dalam

lemari pendingin yang telah disiapkan sebelumnya dengan berkoordinasi bersama PJO

Kabupaten. Gel packdibekukan minimal selama 12 jam.

(69)

Gambar 20. Bagan penataan nampan di meja pada laboratorium lapangan

(70)

Gambar

Gambar 1 Kelengkapan perangkat GPS
Gambar 3: Jenis baterai.
Gambar 7: Pengaturan GPS.
Gambar 8: Pengoperasian pengaturan GPS.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan hara K pada ubikayu di lahan kering masam perlu mendapat perhatian besar, sebab: (a) areal ubikayu telah dan akan terus berkembang ke lahan kering masam yang tersedia

Seluruh kenampakan hutan di dataran rendah (0 – 1200 meter), yang belum menampakan penebangan, termasuk vegetasi rendah alami yang tumbuh di atas batuan massif.. 2 Hutan lahan

Satu kajian telah dilaksanakan terhadap komuniti haiwan primat yang menghuni habitat mengalami tahap gangguan berbeza iaitu dari habitat hutan primer kepada habitat hutan yang

Tekan tombol Cover dan isikan kolom – kolom yang tersedia mulai dari nama instansi sampai gambar cover. Jika melakukan pengeditan silahkan kembali tekan tombol Cover dan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

dalam Diktum Ketiga, Tim Teknis dan Tim Manajemen berkewajiban menyampaikan laporan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepada Kepala Badan

Bacillus thuringiensis var israelensis (H-14) adalah bakteri yang dapat dikomersialkan, efektif untuk mengendali- kan larva nyamuk tetapi harganya cukup mahal bagi

Uji Organoleptik Nori Artifisial Lembar penilaian sensori rumput laut kering Nama panelis : ……… Tanggal : ………  Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan