• Tidak ada hasil yang ditemukan

COVER LAPORAN SIGN SMART

N/A
N/A
ulil amri

Academic year: 2023

Membagikan "COVER LAPORAN SIGN SMART"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN SIGN SMART

Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2023

Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2023

(2)

Pendahuluan

Sebagai negara yang sangat rentan terhadap dampak negatif meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, Indonesia berkomitmen untuk berpartisipasi aktif terhadap berbagai inisiatif, aksi, program dan kegiatan dalam mengendalikan perubahan iklim. Salah satu langkah penting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah dengan menyatakan komitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim melalui Nationally Determined Contribution (NDC). Capaian penurunan emisi dari NDC tersebut diawali dengan proses inventarisasi dan pengukuran emisi GRK yang memenuhi kriteria transparansi, akurasi, konsistensi, lengkap, dan komparabel (TACCC).

Untuk memenuhi prinsip TACCC (Transparancy, Accuracy, Completeness, Comparability, dan Consistency), maka kegiatan inventarisasi GRK di Indonesia perlu dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. Untuk itu, Indonesia telah membangun sistem aplikasi SIGN-SMART yaitu Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional-Sederhana, Mudah, Akurat, Ringkas, dan Transparan. Sistem tersebut bertujuan untuk menyediakan data dan informasi yang valid, akurat dan terbarukan mengenai emisi GRK serta berfungsi untuk meningkatkan efektifitas pengolahan data dan estimasi GRK baik tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten/kota. SIGN-SMART ini merupakan penyederhanaan dari metode IPCC yang dapat diakses secara luas baik nasional dan internasional.

Sistem ini didesain untuk menjadi simpul dari berbagai laporan inventarisasi GRK yang disampaikan oleh Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan lainnya. Aplikasi SIGN-SMART selain berfungsi dalam sistem basis data, juga menampilkan data dan informasi status, tingkat dan kecenderungan penurunan atau peningkatan emisi gas rumah kaca dari sektor terkait yaitu sektor kehutanan, pertanian, proses industri dan penggunaan produk (IPPU), energi, limbah, dan penggunaan lahan. Sistem ini dapat diakses secara online melalui website https://signsmart.menlhk.go.id.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB sebagai salah satu simpul dari Pemerintah Daerah yang menggunakan aplikasi SIGN-SMART untuk keperluan laporan emisi GRK khususnya dari sektor kehutanan (penutupan lahan). Laporan ini memuat hasil dari perhitungan nilai emisi GRK yang sudah dilaporkan melalui aplikasi SIGN-SMART.

(3)

Metodelogi

1. Input Data

Input data ke dalam aplikasi SIGN-SMART dapat dilakukan oleh pengguna di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota yang ditunjuk oleh instansi penyelenggara inventarisasi GRK sebagai operator.

Untuk melakukan input data pada Matriks Transisi Perubahan Tutupan Lahan pada Tanah Mineral dan Matriks Transisi Perubahan Tutupan Lahan pada Tanah Gambut diperlukan pengolahan data tutupan lahan dengan melakukan Pivot Table pada aplikasi Microsoft Excel terlebih dahulu sehingga data yang diperlukan sesuai dengan format input.

2. Proses (Kalkulasi Emisi)

Setelah semua proses input data selesai maka tahapan selanjutnya adalah proses perhitungan emisi/serapan oleh sistem aplikasi dengan cara pilih/klik menu “kalkulasi Emisi” kemudian pilih/klik “Kalkulasi Emisi” (warna biru) selanjutnya akan muncul plilihan level (nasional, provinsi kabupaten/kota) dan pilihan sektor (energi, IPPU, pertanian, kehutanan dan limbah) yang akan dikalkulasi kemudian pilih/klik simpan data. Selanjutnya sistem akan menampilkan pengguna yang melakukan kalkulasi emisi dengan sistem antrian.

3. Output

Setelah proses kalkulasi emisi dinyatakan selesai oleh sistem, maka selanjutnya dapat melihat output melalui menu “Laporan” dan menu “Grafik”. Pada menu laporan dapat dilihat worksheet, CRF (Common Reporting Format), KCA (Key Category Analysis) dan Uncertainty Analysis. Sedangkan pada menu grafik dapat dilihat grafik emisi baik agregat maupun per sektor.

4. Sumber Data

Data yang dibutuhkan sebagai input pada kategori ini yaitu Matriks Transisi Perubahan Penutupan Lahan (Ha) yang bersumber dari data digital penutupan lahan hasil penafsiran citra Landsat liputan tahun 2011-2022, Direktorat Invetarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan.

5. Sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya

Laporan ini memuat sumber emisi GRK dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya yang dihitung di dalam SIGN-SMART sesuai dengan kategori yang terdapat pada IPCC Guideline 2006 untuk kategori Carbon Stock Change in All Land-Use. Pada kategori ini, emisi/serapan dari setiap kategori penggunaan lahan diduga dari perubahan biomassa atau tampungan karbon untuk: (1) lahan yang tetap/tersisa dalam kategori penggunaan lahan yang sama, dan (2) lahan yang berubah ke pengunaan lahan tersebut dari penggunaan lahan lain. IPCC Guideline 2006 membagi kategori ini menjadi beberapa sub-kategori sebagai berikut :

a) Forest remaining Forest (3B1a)

(4)

b) Non-Forest to Forest (3B1b)

c) Cropland remaining Cropland (3B2a) d) Non-Cropland to Cropland (3B2b) e) Grassland remaining Grassland (3B3a) f) Non-Grassland to Grassland (3B3b) g) Wetland remaining Wetland (3B4a) h) Non-Wetland to Wetland (3B4b)

i) Settlement remaining Settlement (3B5a) j) Non-Settlement to settlement (3B5b) k) Other land remaining Otherland (3B6a) l) Non-Otherland to Otherland (3B6b)

(5)

Hasil

Dari hasil pengolahan data melalui aplikasi SIGN-SMART, untuk kategori Carbon Stock Change in All Land-Use di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 10 sub-kategori penutupan lahan sebagaimana tabel di bawah ini. Adapun kategori yang tidak terdapat di NTB yaitu: Wetland remaining Wetland (3B4a) dan Non-Wetland to Wetland (3B4b).

Tabel 1. Sub-kategori penutupan lahan di Provinsi NTB

No Kode Simbol Keterangan Penutupan Lahan

Semula Menjadi

1 3B1a FL-FL Forest remaining Forest

Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman

Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman 2 3B1b OL-FL Non-Forest to Forest Perkebunan, Pertanian Lahan

Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Belukar, Savana/

Padang Rumput, Belukar Rawa, Transmigrasi, Badan Air, Rawa, Pemukiman, Tanah Terbuka, awan, Tambak, Bandara/ Pelabuhan, Pertambangan

Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman

3 3B2a CL-CL Cropland remaining Cropland

Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Transmigrasi

Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Transmigrasi 4 3B2b OL-CL Non-Cropland to

Cropland Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman, Belukar, Pemukiman, Tanah terbuka, Awan, Savana/ Padang Rumput, Badan air, Belukar Rawa, Tambak, Bandara/

Pelabuhan, Pertambangan, Rawa

Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Transmigrasi

5 3B3a GL-GL Grassland remaining

Grassland Belukar, Savana/ Padang Rumput,

Belukar Rawa Belukar, Savana/ Padang

Rumput, Belukar Rawa 6 3B3b OL-GL Non-Grassland to

Grassland Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman,

Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Transmigrasi, Pemukiman, Tanah terbuka, Awan, Badan air, Tambak, Bandara/

Pelabuhan, Pertambangan, Rawa

Belukar, Savana/ Padang Rumput, Belukar Rawa

7 3B5a SL-SL Settlement remaining

Settlement Pemukiman Pemukiman

8 3B5b OL-SL Non-Settlement to

settlement Hutan lahan kering primer, Hutan

lahan kering sekunder, Hutan rawa Pemukiman

(6)

No Kode Simbol Keterangan Penutupan Lahan

Semula Menjadi

primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman, Belukar, Savana/ Padang Rumput, Belukar Rawa, Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Transmigrasi, Tanah terbuka, Awan, Badan air, Tambak, Bandara/ Pelabuhan, Pertambangan, Rawa

9 3B6a OL-OL Other land remaining

Otherland Tanah Terbuka, awan, Tambak,

Bandara/ Pelabuhan, Pertambangan Tanah Terbuka, awan, Tambak, Bandara/ Pelabuhan,

Pertambangan 10 3B6b NL-OL Non-Otherland to

Otherland Hutan lahan kering primer, Hutan lahan kering sekunder, Hutan rawa primer, Hutan rawa sekunder, Hutan mangrove primer, Hutan mangrove sekunder, Hutan Tanaman,

Perkebunan, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Campur, Sawah, Belukar, Savana/

Padang Rumput, Belukar Rawa, Transmigrasi, Badan Air, Rawa, Pemukiman

Tanah Terbuka, awan, Tambak, Bandara/ Pelabuhan,

Pertambangan

Data emisi dari masing-masing sub-kategori tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2012-2014, Provinsi NTB memiliki serapan karbon sebesar -4,438.21 GgCO2. Hal ini dapat tercapai karena kemampuan untuk mempertahankan tutupan lahan perupa hutan. Sedangkan sejak tahun 2015 sampai dengan 2022, walaupun tutupan lahan berupa hutan tidak berubah secara signifikan, tetapi terdapat perubahan yang tinggi dari tutupan vegetasi selain hutan (semak belukar) menjadi tutupan lahan pertanian yang menjadi penyebab tingginya emisi GRK. Emisi tertinggi pada tahun 2015 mencapai 48,003.20 GgCO2 dan kemudian terus menurun sampai dengan tahun 2022 menjadi 2,296.93 GgCO2.

Tabel 2. Data Emisi Sektor Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (GgCO2)

NO. ITEM 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 FL-FL -4,254.67 -4,250.69 -4,250.69 -4,202.98 -3,949.73 -3,899.81 -4,106.53 -3,860.70 -4,439.97 -4,421.27 -4,393.49 2 OL-FL 0.00 0.00 0.00 -0.97 -965.25 -383.29 -0.28 -925.83 -57.88 -90.82 -253.34 3 CL-CL -744.31 -744.94 -740.65 -342.71 -558.20 -723.68 -712.32 -667.17 -696.07 -715.44 -622.62 4 OL-CL 104.31 152.05 233.70 38,925.50 32,470.23 9,054.55 3,128.85 12,055.40 11,527.90 4,038.79 6,540.81

5 GL-GL 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6 OL-GL 325.83 108.61 20.76 -150.90 -6,370.88 18,956.51 1,971.07 1,551.62 753.18 629.06 545.79

7 SL-SL 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

8 OL-SL 0.00 0.00 185.74 2,070.42 1,112.60 419.90 42.53 35.08 7.81 135.09 97.71

9 OL-OL 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

10 NL-OL 56.39 0.23 112.93 11,704.84 956.96 326.72 457.27 4,910.34 347.74 614.56 382.07 JML -4,512.44 -4,734.74 -4,438.21 48,003.20 22,695.74 23,750.90 780.58 13,098.74 7,442.72 189.96 2,296.93

(7)

Dari gambar grafik di bawah ini dapat dilihat bahwa serapan emisi yang terdapat di Provinsi NTB dihasilkan dari sub kategori Forest remaining Forest, Non-Forest to Forest, Cropland remaining Cropland dan sebagian pada Non-Grassland to Grassland. Sedangkan emisi GRK terbesah dihasilkan dari Non-Cropland to Cropland yaitu perubahan tutupan lahan menjadi lahan pertanian.

Gambar 1. Grafik Emisi Sektor Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (GgCO2)

Selanjutnya dapat dilihatt pengaruh dari masing-masing sub-kategori setiap tahunnya selama 2012 sampai dengan 2022 sebagaimana penjelasan dibawah ini. Dari 10 sub-kategori tersebut terdapat 3 sub-kategori yang tidak mempengaruhi perubahan emisi GRK yaitu Grassland remaining Grassland, Settlement remaining Settlement dan Other land remaining Otherland.

Dari tahun 2018-2019 ke tahun 2019-2020 terdapat peningkatan serapan karbon karena adanya penambahan luas Hutan sekunder yang cukup besar dari 373.102 Ha ditahun 2018-2019 menjadi 510.436 Ha di tahun 2019-2020 dan bertahan terus ditahun 2021 dan 2022. Penambahan Hutan Sekunder tersebut sebagian besarnya berasal dari semak belukar di tahun 2018 yang berubah menjadi Hutan sekunder tahun 2019 dan bertahan tetap menjadi Hutan sekunder sampai dengan tahun 2020.

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 -20,000.00

-10,000.00 0.00 10,000.00 20,000.00 30,000.00 40,000.00 50,000.00 60,000.00

NL-OL OL-OL OL-SL SL-SL OL-GL GL-GL OL-CL CL-CL OL-FL FL-FL

(8)

Perubahan Non-Forest to Forest mengalami peningkatan serapan karbon di tahun 2015- 2016 yang berasal dari perubahan Belukar seluas 139.211 Ha di tahun 2014-2015 menjadi hutan sekunder. Kemudian di tahun 2016-2017 hutan sekunder yang bertahan menjadi sekitar 33.653 Ha dan semakin berkuran ditahun 2017-2018 menjadi 63,27 Ha. Fluktuasi yang serupa juga terjadi ditahun 2018-2019 dan 2019-2020.

Lahan pertanian yang tetap bertahan menjadi lahan pertanian cenderung stabil dalam penyimpanan serapan karbon kecuali di tahun 2014-2015 terjadi penurunan karena adanya 163.688 Ha Pertanian lahan Kering Campuran ditahun 2013-2014 yang berubah menjadi Pertanian Lahan Kering di tahun 2014-2015 dan kemudian kembali menjadi Pertanian lahan Kering Campuran ditahun setelahnya.

Perubahan dari tutupan lahan non pertanian menjadi pertanian mengalami peningkatan emisi karbon paling tinggi ditahun 2014- 2015 disebabkan karena adanya pembukaan semak belukar menjadi pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering campuran seluas 157.672 Ha.

Perubahan Non-Grassland to Grassland mengalami peningkatan serapan karbon di tahun 2015-2016 karena terdapat perubahan tutupan lahan dari tanah terbuka menjadi belukar seluas 40.773 Ha. Kemudian mengalami peningkatan emisi karbon di tahun 2016-2017 karena perubahan hutan sekunder menjadi belukar seluas 136.491 Ha.

(9)

Perubahan tutupan lahan Non-Settlement to Settlement cenderung stabil dan hanya mengalami perubahan peningkatan emisi karbon ditahun 2014-2015 yang disebabkan oleh perubahan belukar, sawah dan pertanian lahan kering campuran menjadi pemukiman seluas 14.644 Ha.

Perubahan tutupan lahan dari Non-Otherlan to Otherland menyebabkan peningkatan emisi yang sgnifikan di tahun 2014-2015 disebabkan oleh perubahan tutupan lahan dari belukar menjadi tanah terbuka seluas 47.395 Ha dan ditahun 2018-2019 disebabkan oleh perubahan belukar dan hutan sekunder menjadi tanah terbuka seluas 13.332 Ha.

(10)

Penutup

Sistem inventarisasi GRK nasional (SIGN) yang telah dibangun ini, mengadopsi prinsip-prinsip sederhana, mudah, akurat, ringkas dan transparan (SMART). Keluaran/output dari sistem ini berupa informasi terkait tingkat, status dan kecenderungan emisi GRK menjadi parameter penting untuk menilai kinerja, strategi dan kebijakan dalam upaya dan aksi pengendalian perubahan iklim.

Keluaran/output dari aplikasi SIGN-SMART ini diharapkan mampu memberikan informasi yang komprehensif dan akurat tentang kondisi dan status terkini emisi GRK sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya di NTB, dan juga dapat dipergunakan untuk menyusun rencana aksi dan strategi serta merancang kebijakan pengelolaan kehutanan.

Untuk itu, SIGN-SMART ini akan terus di kembangkan untuk mendukung kebijakan One GHG Data Policy (Satu data Emisi Gas Rumah Kaca Nasional) serta berperan dalam peningkatkan kualitas data dalam berbagai aktivitas pembangunan, termasuk penyusunan rencana aksi adaptasi/mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional dan daerah yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dan pembangunan rendah karbon.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan penutupan lahan adalah sebuah proses bertambah dan berubahnya suatu fungsi lahan dari tutupan yang satu ke tutupan lahan lainnya, juga dengan berkurangnya tipe

Buss that costs in the appeal should be met from the estate that as the late Samson the father of the parties was responsible for the position which led the Appellant to believe that he