• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN HUTAN DENGAN PENUTUPAN LAHAN HASIL PENAFSIRAN CITRA RESOLUSI SEDANG PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN HUTAN DENGAN PENUTUPAN LAHAN HASIL PENAFSIRAN CITRA RESOLUSI SEDANG PADA KAWASAN HUTAN PRODUKSI "

Copied!
106
0
0

Teks penuh

ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN HUTAN DENGAN HASIL TUTUP LAHAN DARI INTERPRETASI CITRA RESOLUSI MENENGAH PADA KAWASAN HUTAN PRODUKTIF. Analisis kesesuaian pemanfaatan hutan dengan interpretasi gambar resolusi sedang tutupan lahan menghasilkan kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

Latar Belakang

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis kesesuaian eksploitasi hutan dengan skor tutupan lahan dalam interpretasi citra resolusi sedang pada kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan data dan informasi kesesuaian tutupan lahan di Kabupaten Tinggimoncong yang akurat dan terkini untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kehutanan dan pembangunan kehutanan di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. .

Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kehutanan dengan jenis tutupan lahan hasil interpretasi citra Landsat 8 Tahun 2022 pada kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa. Sedangkan manfaat penelitian adalah memberikan informasi kesesuaian data tutupan dan penggunaan lahan pada kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Tinggimoncong dengan kondisi aktual di lapangan.

Sistem Informasi Georafis

Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Lahan terbuka (lahan terbangun/tidak terbangun) seperti pemukiman, jaringan jalan umum/kereta api, bandar udara/pelabuhan, dan lain-lain; Kawasan perairan seperti danau, waduk, rawa, sungai, jalur pelayaran, terumbu karang dan lain-lain (BSNI.

Pemanfaatan Hutan Produksi

Hutan produksi dikelompokkan menjadi 3 yaitu hutan produksi tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK). Hutan produksi terbatas ini merupakan hutan yang diperuntukkan bagi produksi kayu dengan intensitas rendah.

Pengindraan Jauh

Pada prinsipnya penggunaan kawasan hutan itu sendiri hanya dapat digunakan untuk kegiatan sektor kehutanan, yang dapat dilakukan di semua kawasan kecuali hutan cagar alam dan kawasan penting serta kawasan hutan di taman nasional. Namun UU Kehutanan memberikan kemungkinan penggunaan kawasan hutan untuk keperluan pembangunan di luar kegiatan kehutanan, yang hanya dapat dilakukan pada kawasan hutan produktif dan kawasan hutan lindung tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.

Citra Satelit

Jangka waktu ketersediaan data: data citra dapat diperoleh secara berkala dan teratur (untuk citra Landsat setiap 16 hari sekali) sehingga fenomena perubahan alam (pola perubahan hutan, kerusakan dan pertumbuhan hutan) dapat dipantau dan dipelajari; Murah (cost-efektif): dalam hal ini jika dibandingkan dengan melakukan survei langsung di lapangan untuk area yang sama dengan 1 scene citra Landsat yaitu 3,50 juta ha, jelas memerlukan biaya yang tidak sedikit, ditambah medan lapangan yang berat tentunya akan memakan banyak waktu dan juga biaya yang tidak sedikit. Besar kecilnya resolusi spasial citra satelit ini dipengaruhi oleh kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil, Satelit Landsat TM mampu merekam objek terkecil pada bidang 30 x 30 meter, Satelit Ikonos mampu merekam objek terkecil pada jarak 1 x 1 meter.

Citra Satelit Landsat 8

Setiap sensor mempunyai resolusi spasial yang berbeda-beda, bervariasi dari resolusi spasial 15 meter hingga 100 meter. Dirancang untuk menembus perairan, sehingga berguna untuk memetakan perairan pantai, juga berguna untuk membedakan tanah dan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar, dan tumbuhan runjung.

Tabel 1. Saluran Landsat 8
Tabel 1. Saluran Landsat 8

Waktu dan Tempat

16 Sedangkan materi yang digunakan adalah gambar Landsat 8 tahun 2022 liputan 12 April 2022, peta administrasi kabupaten Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan, peta kawasan hutan provinsi Sulawesi Selatan.

Sumber Data

Kegiatan pemantauan lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan sebenarnya tutupan lahan/hutan di lapangan dan membantu memperbaiki hasil interpretasi citra yang dilakukan. Selain itu, pengecekan lapangan juga dilakukan untuk membandingkan kondisi tutupan lahan di lapangan. lapangan. Selain pencatatan titik koordinat, juga dilakukan pengambilan informasi lain terkait tutupan lahan, seperti foto kondisi lapangan.

Teknik Analisis Data .1 Pengolahan Citra

Analisis Kelas Penutupan Lahan

Dalam pengklasifikasian kelas tutupan lahan dilakukan kombinasi (overlay) peta dasar yang digunakan yaitu peta administrasi kecamatan Tinggimoncong, peta Kawasan Hutan Kabupaten Gowa yang kemudian dianalisis berdasarkan citra landat 8. Perubahan yang terjadi yang terjadi pada tampilan mosaik gambar harus diubah menjadi data vektor, yang dilakukan dengan menggunakan digitalisasi manual pada layar.

Uji Akurasi

Dalam analisis kesesuaian hutan dengan tutupan kawasan, data digabungkan antara peta tutupan, peta kawasan hutan dan hasil pemeriksaan lapangan, dimana hasil gabungan data tersebut ditumpangkan pada izin pemanfaatan yang diperoleh dari Dinas Kehutanan untuk melihat kesesuaian pemanfaatan secara terbatas. kawasan hutan produksi dengan tipe tutupan kawasan saat ini. Sedangkan upaya pemanfaatan hutan pada hutan produksi dilakukan sebagaimana dimaksud oleh perusahaan multi kehutanan melalui kegiatan.

Konsep Oprasional

Pemanfaatan kayu Hasil hutan adalah kegiatan memanfaatkan dan menumbuhkan hasil hutan yang berupa kayu, tanpa merusak lingkungan hidup dan tanpa mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah kegiatan memanfaatkan dan membudidayakan hasil hutan bukan kayu tanpa merusak lingkungan hidup dan tanpa mengurangi fungsi pokoknya. Penggunaan lahan adalah seluruh campur tangan manusia, baik permanen maupun siklis, terhadap sekelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan secara keseluruhan, yang disebut tanah, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya, baik material maupun spiritual, atau kedua-duanya.

Klasifikasi adalah pengelompokan sesuatu dengan proses membedakan dan membagi jenis “benda” ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Pemetaan merupakan pengelompokan kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis yang meliputi dataran tinggi, pegunungan, sumber daya dan potensi penduduk, yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, mempunyai ciri khusus bila menggunakan skala yang tepat.

Risalah Umum Lokasi Penelitian

Tutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Klasifikasi kelas tutupan lahan hasil interpretasi Citla Landsat 8 No kelas Luas tutupan lahan (ha) Persentase luas. Diagram persentase kelas tutupan lahan untuk kawasan hutan dengan produksi terbatas ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Berdasarkan hasil interpretasi Gambar Landsat 8 tahun 2022 di atas yang dilakukan pada kawasan hutan produksi terbatas di Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa diperoleh 6 kelas tutupan lahan yang didominasi oleh kelas hutan dengan luas 1.238,93 Ha atau 62,27% dari luas wilayah.

28 Kawasan hutan produktif di Kecamatan Tinggimoncong dan kawasan non hutan seluas 729,04 ha atau 37,05% dari luas hutan produktif di Kecamatan Tinggimoncong. Sedangkan kelas tutupan lahan terbesar adalah hutan kering sekunder seluas 1.225,62 ha atau 62,27%, dan luas terkecil adalah hutan tanaman seluas 13,31 ha atau 0,68% dari luas hutan produktif di Kecamatan Tinggimoncong.

Tabel 5. Klasifkasi kelas Pentupan lahan hasil Interpretasi Citla Landsat 8  No  Kelas Tutupan lahan  Luas (Ha)  Persentase terhadap Luas
Tabel 5. Klasifkasi kelas Pentupan lahan hasil Interpretasi Citla Landsat 8 No Kelas Tutupan lahan Luas (Ha) Persentase terhadap Luas

Groundcheck / Cek Lapangan dan Uji Akurasi

18 Perdu Perdu Cocok 19 Perdu Perdu Perdu Cocok 20 Hutan Tanaman Hutan Tanaman Sumber terkait : Hasil Interpretasi Citra dan Pengendalian Lapangan Tahun 2022. Dari data pada tabel diatas dapat dilakukan uji ketelitian untuk mengukur kualitas data yang dihasilkan apakah itu bisa diterima atau ditolak. Pengujian hasil interpretasi citra dilakukan dengan menghitung keakuratan keseluruhan hasil ground control menggunakan matriks konfusi.

Matriks konfusi merupakan perhitungan kesalahan-kesalahan pada setiap tutupan lahan/bentuk penggunaan lahan dari hasil klasifikasi citra.

Kesesuaian Pemanfaatan Hutan dengan Jenis Tutupan Lahan di Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT)

33 Berdasarkan tabel diatas, upaya pemanfaatan pada kawasan yang termasuk dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kecamatan Tinggimoncong seluas 460,49 Ha atau sekitar 23,39% dari total luas 1.967,98 Ha dengan pemanfaatan pengumpulan hasil hutan bukan kayu berupa getah pinus atas nama PT. Adimitra Pinus Utama (Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor: 1/L/15/PTSP/2018 tanggal 09 Juli 2018 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dari Hutan Tanaman Secara Terbatas Kawasan hutan produksi atas nama PT Luas tutupan lahan dan penggunaan hutan produksi terbatas di kabupaten Tinggimoncong Tidak ada tutupan lahan.

Dari tabel di atas, luas lahan yang seharusnya layak untuk digunakan pada hutan produksi terbatas namun tidak layak untuk digunakan pada hutan produksi terbatas (HPT) adalah sekitar 84,47 Ha atau sekitar 18,98. Ketidaksesuaian pemanfaatan hutan dengan fungsi kawasan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan atau masyarakat di sekitar hutan. Dari hasil analisis kesesuaian penggunaan tutupan hutan, terdapat beberapa lokasi usaha yang sebaiknya dijadikan hutan produksi terbatas, namun dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti:

Kenyataan di lapangan cukup banyak lahan hutan produksi terbatas yang dialihfungsikan oleh masyarakat menjadi lahan pertanian dan perkebunan, hal ini harus menjadi perhatian bagi pemegang izin usaha eksploitasi dalam menangani lokasi izin usaha eksploitasi. Salah satu tanggung jawab pemegang izin usaha eksploitasi adalah melaksanakan perlindungan dan pengamanan kawasan hutan di wilayah kerjanya serta menjaga tegakan hutan alam yang ada sebagai media hidup atau penyangga kehidupan HHBK yang dibudidayakan. , tapi diketahui. bahwa pada kawasan hutan dengan produksi terbatas yaitu pada areal izin usaha pemanfaatan/pemungutan HHBK meliputi tanaman intensif/penggunaan lahan masyarakat seperti pertanian, persawahan, pemukiman, dan juga terdapat golongan tutupan lahan di bentuk perdu.

Tabel  9.  Luas  Tutupan  lahan  dan  Pemanfaatan  Hutan  pada  Produksi  Terbatas Di Kecamatan Tinggimoncong  No  Tutupan Lahan
Tabel 9. Luas Tutupan lahan dan Pemanfaatan Hutan pada Produksi Terbatas Di Kecamatan Tinggimoncong No Tutupan Lahan

V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dengan mempertimbangkan kelayakan pemanfaatan hutan untuk pengelolaan hutan yang lebih baik, maka usulan penulis adalah: Perlu dikaji lebih dekat faktor-faktor penyebab perubahan lahan guna menentukan pemanfaatan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Hrp / 2005 Warna gelap, warna hijau tua, tekstur halus sampai agak halus, pola tidak beraturan, terletak di dataran rendah, dekat sungai 4 Kawasan Hutan. Corak agak gelap, hijau tua, tekstur agak halus, corak tidak beraturan, biasanya terdapat di daerah pantai. Warna agak terang, warna hijau muda dan tua, tekstur agak halus dan agak kasar, terletak di daerah dataran rendah, dekat sungai.

Ht / 2006 Naungan terang sampai agak gelap, hijau tua bercampur terang, tekstur agak halus dan agak kasar, pola teratur, keberadaan jaringan jalan dan bangunan, sebagian besar di kawasan hutan, kenampakan homogen. B/ 2007 Naungan agak terang, warna hijau agak kekuningan, tekstur agak kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak beraturan, topografi landai sampai curam. Pk/2010 Corak warna cukup terang, warna hijau muda sampai hijau tua, tekstur agak halus dan agak kasar, bentuk teratur, corak seragam, terdapat pemukiman, bukaan tanah serta jaringan jalan dan bangunan. .

Pm / 2012 Warna terang, warna abu-abu, tekstur agak kasar, pola seragam, jaringan jalan, kenampakan terbangun. T/2014 Warna agak terang, bintik kemerahan, tekstur agak kasar, pola seragam, jaringan jalan, datar sampai bergelombang, bentang alam terbangun. PT/20091 Naungan agak terang, warna merah jambu dan bintik hijau, tekstur agak kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak beraturan, dekat dengan pemukiman terdapat jaringan jalan.

PC / 20092 Naungan agak terang, merah muda dengan bintik-bintik hijau, tekstur agak kasar sampai kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak beraturan. TB / 20141 Warna agak terang, warna putih kebiruan, tekstur halus, pola teratur hingga tidak beraturan, adanya jaringan jalan. RW / 50011 Warna gelap, biru kehitaman, tekstur halus, pola tidak beraturan, dekat jaringan sungai, topografi dataran rendah 19 Perairan.

Gambar

Tabel 1. Saluran Landsat 8
Tabel 2. Kegunaan Saluran Landsat 8
Gambar 1.  Skema Kerangka Fikir
Tabel 3. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di   Kecamatan Tinggimoncong
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Materials used Methodology Factors investigated considering acoustic absorption Key findings References Coir fiber Perforated plates backed by coir fibers Position of perforation