Buku Kecamatan Tinggimoncong Dalam Angka 2021.
Danoedoro, P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital, Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Darkono.2006. Penggunaan Penginderaan Jauhdan Sistem Informasi Geografis untuk Menganalisa Perubahan Penutupan LahanTahun 1999 Hingga Tahun 2002 di DaerahAliran Sungai Siduk Kabupaten KetapangKalimantan Barat.
(skripsi) Pontianak :Fakultas Kehutanan, UniversitasTanjungpura.
Gracia, E. Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Perkembangan Vegetasi di Kabupaten Gowa Tahun 2015 dan Tahun 2020. Red, 30, 0-63.
Hansen, M. C., DeFries, R. S., Townshend, J. R., & Sohlberg, R. (2000). Global land cover classification at 1 km spatial resolution using a classification tree approach. International journal of remote sensing, 21(6-7), 1331-1364.
Hidayah, Z., Wiyanto, D. B., 2013. Analisa Temporal Perubahan Luas Hutan Mangrove Di Kabupaten Sidoarjo Dengan Memanfaatkan Data Citra Satelit. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 13 No. 2. 2013.
Indonesia, P. R. (1999). Undang Undang No. 41 Tahun 1999 Tentang:
Kehutanan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Januar, D., Suprayogi, A., & Prasetyo, Y. (2016). Analisis Penggunaan Ndvi Dan Bsi Untuk Identifikasi Tutupan Lahan Pada Citra Landsat 8 (Studi Kasus:
Wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip, 5(1), 135- 144.
Jatmiko SS. 2011. Pengembangan Peta Tiga Dimensi Interaktif Gedung Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Menggunakan Unreal Engine [tesis]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Lillesand dan Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Terjemahan dari: Remote Sensing and Image Interpretation. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
40 Loppies R. 2010. Analisis Penutupan/Penggunaan Lahan
MenggunakanKlasifikasi Kemiripan Maksimum(Maximum Likelihood Classification) di PulauSaparua dan Molana KecamatanSaparua. Jurnal Agroforestri. Vol. VNo.1.
NASA (National Aeronauties and Space Administration). (2013). Landsat Science NASA. Retrieved from http://landsat.gsfc.nasa.gov/
Hayatu, N., Madinawati, M., & Sulaeman, S. Pendampingan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak-Ikan Dengan Pendekatan Zero Waste Agriculture Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 7(1), 74-81l
Parman, S. (2010). Deteksi perubahan garis pantai melalui citra penginderaan jauh di Pantai Utara Semarang Demak. Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian, 7(1).
Permanasari, Intan. 2007. Aplikasi SIG Untuk Penyusunan Basisdata JaringanJalan Di Kota Magelang. Tugas Akhir Program Survey dan PemetaanWilayah Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas NegeriSemarang.
PermenLHK Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan Di Hutan Lindung dan Hutan Produksi
Rahmi, J. 2009. Hubungan Kerapatan Tajuk Dan Penggunaan Lahan Berdasarkan Analisis Citra Satelit Dan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rijal, S., Barkey, R. A., Nursaputra, M., Ardiansah, T., Tahir, M. A. S., & Radeng, A. K. (2019). Penginderaan Jauh Dalam Bidang Kehutanan. Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
Reksohadiprodjo, s., Brodjonegoro. 2000. Ekonomi Lingkungan. BPFE Yogyakarta. Edisi Kedua. Yogyakarta.
Sampurno, R. M., & Thoriq, A. (2016). Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat 8 Operational Land Imager (Oli) Di Kabupaten Sumedang (Land Cover Classification Using Landsat 8 Operational Land Imager (Oli) Data In Sumedang Regency). Jurnal Teknotan Vol, 10(2).
41 Sirait, R,H. 2015. Analisis Perubahan Penutupan Kawasan Hutan Mangrove Di
Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2011 Dan 2014. Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Jurnal Peronema Forestry Science. Vol 4, No 1, 2015.
Sumalia, N. (2020). Pelestarian dan pemanfaatan hutan Tukak pada masyarakat Desa Pangkal Niur di Kabupaten Bangka (Doctoral dissertation, Universitas Bangka Belitung).
Sutanto 1978. Dasar-dasar interpretasi fotoudara.FakultasGeografi UGM, Yogyakarta, 50 hal.
Somantri, L. 2009. Teknologi Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Utomo, R. W., & Sasmito, B. (2015). Deteksi Perubahan Tutupan Lahan Dengan Menggunakan Metode Linear Spectral Mixture Analysis Pada Citra Landsat 7 Tahun 2002 Dan Citra Landsat 8 Tahun 2013 (Studi Kasus:
Klaten, Jawa Tengah). Jurnal Geodesi Undip, 4(4), 257-266.
Wayan, I Rumada, A.A. Istri Kesumadewi dan R. Suyarto. 2015. Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Hutan Taman Raya Ngurah Rai Bali. Bali: Universitas Udayana.
42
LAMPIRAN
42 Lampiran 1
Klasifikasi Kelas Penutupan Lahan
No Kelas Kode Layer Keterangan
1 Hutan lahan kering
primer Hp/2001
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan (dataran tinggi dan subalpin) yang belum menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan kerdil, hutsn kerangas, hutan di atas batuan kapuar, hutan di atas ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan dan hutan lumut
2 Hutan lahan kering sekunder/
bekas tebang
Hs/2002
Seluruh kenampakan hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan yang telah menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas tebang). Termasuk hutan kerdil, hutan kerangas, hutan di atas batuan kapuar, hutan di atas ultra basa, hutan daun jarum, hutan luruh daun dan hutan dan hutan lumut.daerah berhutan bekas tebas bakar yang ditinggalkan, bekas kebakaran atau yang tumbuh kembali dari bekas tanah terdegradasi juga dimasukkan dalam kelas ini. Bekas tebangan parah bukan areal HTI, perkebunan atau pertaniandimasukkan savanna,semak belukar atau lahan terbuka.
3 Hutan Rawa Hrp/2005 Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang belum menampakkan bekas
penebangan, termasuk hutan sagu.
43 4. Hutanrawa sekunder
/ bekas tebangan Hrs/20051
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa, termasuk rawa payau dan rawa gambut yang belum menampakkan bekas penebangan, termasuk hutan sagu dan hutan rawa bekas terbakar. Bekas tebangan parah jika tidak memerlihatkan tanda genangan (liputan air) digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan bekas genangan atau tergenang digolongkan tuuh air (rawa).
5 Hutan mangrove
primer Hmp/2004
Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang belum menampakkan bekas penebangan pada beberapa lokasi, hutan mangrove berada lebih ke pedalaman.
6 Hutan mangrove sekunder
Hms/20041
Hutan bakau, nipah dan nibung yang berada di sekitar pantai yang belum menampakkan bekas penebangan dengan pola alur, bercak dan genangan atau bekas terbakar. khusus untuk bekas tebangan yang telah berubah fungsi
menjadi tambak/sawah
digolongkan menjadi
tambak/sawah, sedangkan yang tidak memperlihatkan pola dan masih tergenang digolongkan tubuh air (rawa)
7 Hutan Tanaman Ht/2006
Seluruh kawasan hutan tanaman yang sudah ditanami, termasuk hutan tanaman untuk reboisasi.
Identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan Peta Persebaran Hutan Tanaman.Catatan; lokasi hutan tanaman yang didalamnya adalah tanah terbuka dana tau semak belukar maka dideleneasi sesuai dengan kondisi tersebut dan diberi kode sesuai kondisi tersebut misalnya tanah terbuka (2014) dan semak belukar (2007).
44 8 Perkebunan/Kebun Pk/2010
Seluruh kawaan perkebunan yang sudah ditanami . identifikasi lokasi dapat diperoleh dengan Peta Persebaran Perkebunan. Catatan;
lokasi perkebunan/kebun yang didalamnya adalah tanah terbuka dana tau semak belukar maka dideleneasi sesuai dengan kondisi tersebut dan diberi kode sesuai kondisi tersebut misalnya tanah terbuka (2014) dan semak belukar (2007).
9 Semak belukar B/2007
Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak tidak menampakkan lagi bekas/ bercak tebangan.
10 Semak belukar rawa Br/20071
Kawasan bekas hutan lahan kering yang telah tumbuh kembali atau kawasan dengan liputan pohon jarang (alami) atau kawasan dengan dominasi vegetasi rendah (alami). Kawasan ini biasanya tidak tidak menampakkan lagi bekas/ bercak tebangan.
11 Savana/padang rumput S/300
Kenampakan non hutan alami berupa padang rumpu, kadang dengan sedikit semak atau pohon.
Kenampakan ini merupakan kenampakan alamai di sebagian Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan bagian Selatan Papua. Kenampakan ini dapat terjadi pada lahan kering
araupun rawa (rumput rawa).
45 12
Pertanian lahan
kerinig Pt/20091
Semua aktifitas pertanian di lahan kering seperti tegalan,
kebun campuran dan lading
13 Pertanian lahan kering campur semak/kebun campur
Pc/20092
Semua jenis pertanian lahan kering yang berselang seling dengan semak, belukar dan hutan bekas tebangan. Sering muncul pada areal perladangan berpindah, dan rotasi tanam lahan karst. Kelas ini juga memasukkan kelas kebun campuran
14 Sawah Sw/20093
Semua aktifitas pertanian lahan basah yang dicirikan oleh pola pematang. Yang perlu diperhatikan oleh penafsir adalah fase rotasi tanam yang terdiri dari fase penggenangan, tanaman muda, tanaman tua dan fase bera, kelas ini juga memasukkan sawah musiman, sawah tadah hujan, sawah irigasi, khusus sawah musiman di daerah rawa membutuhkan informasi tambahan
dari lapangan.
15 Tambak Tm/20094
Aktifitas perikanan darat (ikan/udang) atau penggaraman yang tampak dengan pola
pematang (biasanya) disekitar pantai.
16
Permukiman / Lahan terbangun
Pm/2012
Kawasan pemukiman, baik perkotaan, perdesaan industri dll.
Yang memperlihatkan pola alur rapat.
46 17 Transmigrasi Tr/20122
Kawasan permukiman transmigrasi beserta pekarangan disekitarnya.
Kawasan pertanian atau perkebunan di sekitarnya yang teridentifikasi jelas sebaiknya dikelaskan menurut pertanian atau perkebunan.
Kawasan transmigrasi yang telah berkembang sehingga polanya menjadi kurang teratur dikelaskan menjadi pemukiman
perdesaan
17 Transmigrasi Tr/20122
Kawasan permukiman transmigrasi beserta pekarangan disekitarnya.
Kawasan pertanian atau perkebunan di sekitarnya yang teridentifikasi jelas sebaiknya dikelaskan menurut pertanian atau perkebunan.
Kawasan transmigrasi yang telah berkembang sehingga polanya menjadi kurang teratur dikelaskan menjadi pemukiman pedesaan
18 Lahan terbuka T/2014
Seluruh kenampakan lahan terbuka tanpa vegetasi (singkapan batuan puncak gunung, puncak bersalju, kawah vulkan, gosong pasir, pasir pantai, endapan sungai), dan lahan terbuka bekas kebakaran.
Kenampakan lahan terbuka untuk pertambangan di kelas pertambangan sedangkan lahan terbuka bekas pembersihan dimasukkan kelas lahan terbuka.
Lahan terbuka dalam kerangka rotasi tanam sawah/tambak tetap dikelaskan sawah/tambak.
19 Pertambangan Tb/20141
Lahan terbuka yang digunakan untuk aktifitas pertambangan terbuka open pit (spt: batu bara, timah, tembaga dll), serta lahan pertambangan tertutup skala besar yang dapat diidentifikasikan dari citra berdasar asosiasi kenampakan objeknya, termasuk trailing ground
(penimbunan limbah
pertambangan).Lahan
pertambangan tertutup skala kecil
47 atau yang tidak teridentifikasi
dikelaskan menurut kenampakan permukaannya.
20 Tubuh air A/5001
Semua kenampakan perairan, termasuk laut, sungai, danau,waduk,termbu karang, padang lamun dll. Kenampakan tambak, sawah dan rawa-rawa telah digolongkan sendiri.
21 Rawa Rw/50011 Kenampakan lahan rawa yang
sudah tidak berhutan
22 Awan Aw/2500
Kenampakan awan yang menutupi lahan suatu kawasan dengan ukuran lebih dari 4cm pada skala penyajian. Jika liputan awan tipis
masih memperlihatkan
kenampakan dibawahnya dan memungkinkan ditafsir tetap didelineasi.
23 Bandara/Pelabuhan Bdr/Plb/20121
Kenampakan bandara dan pelabuhan yang berukuran besar dan memungkinkan untuk
didelineseasi tersendiri.
48 Lampiran 2
Klasifikasi dan Monogram Penutupan lahan No Kelas
Penutupan lahan
Kode Penutupan
Lahan
Petunjuk Orientasi
Tampilan Citra
Kelas Hutan 1 Hutan Lahan
Kering Primer
HP / 2001 Terlihat hijau tua, rona gelap, situs jauh dari
pemukiman 2 Hutan
Manggrove Primer
Hmp / 2004
Warna hijau, tekstur agak halus, pola tidak teratur, dekat dengan perairan.
3 Hutan Rawa Primer
Hrp / 2005 Rona gelap, warna hijau tua, tekstur halus s.d agak halus, pola tidak teratur, berada di dataran rendah, dekat dengan sungai 4 Hutan Lahan
Kering Sekunder
Hs /2002 Terlihat hijau muda, rona terang, adanya jaringan jalan
5 Hutan Manggrove Sekunder
Hms / 20041
Rona agak gelap warna hijau tua, tekstur agak halus, pola tidak teratur, biasanya terletak di daerah pantai.
6 Hutan Rawa Sekunder
Hrs / 20051
Rona agak terang, warna hijau muda dan tua, tekstur agak halus dan agak kasar, berada di daerah dataran rendah, dekat dengan sungai/
perairan (basah), pola tidak teratur
49 No Kelas
Penutupan lahan
Kode Penutupan
Lahan
Petunjuk Orientasi
Tampilan Citra
7 Hutan Tanaman
Ht / 2006 Rona terang s.d agak gelap, warna hijau tua campur muda, tekstur agak halus dan agak kasar, pola teratur, adanya jaringan jalan dan lahan terbangun , biasanya di dalam kawasan hutan, kenampakan homogen.
Kelas Non Hutan
8 Semak Belukar
B/ 2007 Rona agak terang, warna hijau muda kekuningan, tekstur agak kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak teratur, topografi landai s.d curam
9 Perkebunan
Pk / 2010 Rona agak terang, warna hijau muda sampai tua, tekstur agak halus dan agak kasar, bentuk beraturan, pola seragam dan terdapat pemukiman, bukaan lahan dan adanya jaringan jalan dan bangunan
10 Pemukiman
Pm / 2012 Rona terang, warna abu-abu, tekstur agak kasar, pola seragam, terdapat jaringan jalan, kenampakan lahan terbangun.
50 No Kelas
Penutupan lahan
Kode Penutupan
Lahan
Petunjuk Orientasi
Tampilan Citra
11 Tanah Terbuka
T / 2014 Rona agak terang, warna bercak kemerahan, tekstur agak kasar, pola seragam, adanya jaringan jalan, datar s.d bergelombnag, kenampakan lahan terbangun.
12 Pertanian Lahan Kering
Pt / 20091 Rona agak terang, warna merah muda dan bercak-bercak hijau, tektur agak kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak teratur, dekat dengan pemukiman terdapat jaringan jalan
13
Pertanian Lahan Kering Campur Semak
Pc / 20092 Rona agak terang, warna merah muda dan bercak warna hijau, tekstur agak kasar s.d kasar, bentuk tidak beraturan, pola tidak beraturan
14 Persawahan
Sw / 20093 Rona agak terang sampai gelap, wana biru bercak merah muda, tekstur halus, pola seragam sekat dengan pemukiman dan perairan
15 Tambak
Tm / 20094 Rona agak gelap, warna biru
kehitaman, tekstur halus, pola
seragam, terdapat lahan
terbangun/jalan
51 No Kelas
Penutupan lahan
Kode Penutupan
Lahan
Petunjuk Orientasi
Tampilan Citra
dekat muara
sungai/ pinggir laut
16 Tambang
Tb / 20141 Rona agak terang, warna putih kebiruan, tekstur halus, pola teratur s.d tidak teratur, adanya jaringan jalan.
17 Belukar Rawa
Br / 20071 Lahan bekas hutan basah yang telah mengalami suksesi kembali. Warna hijau bercampur kuning dan merah.
Tekstur lebih halus disbanding dengan semak belukar
18 Rawa
Rw / 50011 Rona gelap, warna biru kehitaman, tektur halus, pola tidak teratur, dekat dengan jaringan sungai, topografi dataran rendah 19 Tubuh Air
A / 5001 Rona gelap, warna biru kehitaman, tekstur halus, pola tidak teratur
20 Savana / Padang Rumput
S / 3000 Kenampakan non hutan alami berupa padang rumput, kadangkadang dengan sedikit semak atau pohon.
Kenampakan ini dapat terjadi pada lahan kering ataupun rawa (rumput rawa).
52 No Kelas
Penutupan lahan
Kode Penutupan
Lahan
Petunjuk Orientasi
Tampilan Citra
21 Transmigrasi
Tr /20122 Kawasan permukiman transmigrasi beserta pekarangan di sekitarnya.
Kawasan pertanian atau perkebunan di sekitarnya yang teridentifikasi jelas
22 Bandara / Pelabuhan
Bdr/Plb / 20121
Kenampakan bandara dan pelabuhan yang berukuran besar dan memungkinkan untuk didelineasi tersendiri.
53 LAMPIRAN 3. PETA HASIL PENAFSIRAN CITRA RESOLUSI SEDANG
54 LAMPIRAN 4. PETA LOKASI TITIK PENGECEKAN LAPANGAN
55 LAMPIRAN 5. PETA LOKASI TITIK PENGECEKAN LAPANGAN
56 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPLE 1
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPLE 1
LAMPIRAN 6. DOKUMENTASI TAMPILAN CITRA DAN KONDISI LAPANGAN
57 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 2
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 2
58 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 3
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 3
59 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 4
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 4
60 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 5
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 5
61 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 6
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 6
62 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 7
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 7
63 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 8
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 8
64 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 9
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 9
65 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 10
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 10
66 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 11
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 11
67 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 12
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 12
68 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 13
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 13
69 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 14
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 14
70 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 15
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 15
71 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 16
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 16
72 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 17
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 17
73 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 18
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 18
74 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 19
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 19
75 CUPLIKAN CITRA TITIK SAMPEL 20
KEADAAN LAPANGAN TITIK SAMPEL 20
76 LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI PENELITIAN DI LAPANGAN
PENGECEKAN TITIK SAMPEL PADA KELAS BERHUTAN
PENGECEKAN TITIK SAMPEL PADA KELAS PERTANIAN 77
78 PENGECEKAN TITIK SAMPEL PADA KELAS SEMAK
PENGECEKAN TITIK SAMPEL PADA KELAS HUTAN TANAMAN 79