TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Jamur Tiram
Menurut Rahmat dan Nurhidayat (2011), jamur tiram putih dapat
digolongkan kedalam Kingdom Myceteae (fungi) dengan divisio Amastigomycota, subdivisio Basidiomycota, kelas Basidiomycetes,
ordo Agaricales, family Agariceae, genus Pleurotus,danspesiesnya adalah (Pleurotus ostreatus).
Sel jamur tidak mengandung klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis seperti tumbuhan. Jamur memperoleh makanan secara heterotrof dengan mengambil makanan dari bahan organik. Bahan-bahan organik yang ada di sekitar tempat tumbuhnyadiubah menjadi molekul-molekul sederhana dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh hifa. Untuk selanjutnya molekul-molekul sederhana tersebut dapat diserap langsung oleh hifa. Jadi, jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanannya kemudian mencernakannya sebelum diserap (Gunawan, 2000).
Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, kokoh, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar (Gunawan, 2000).
Jamur tiram memiliki spora berbentuk elip berukuran 8-11 x 3-4 mikron, serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Wijoyo, 2011). Bentuk lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid (Gunawan, 2000).
Siklus Hidup JamurTiram
Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut:
1. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat yang lembab akan tumbuh dan berkecambah membentuk serat-serat halus menyerupai serat kapas, yang disebut miselium atau miselia. Pertumbuhan miselia ini meliputi dua tahap, yaitu (a) miselia primer sebagai miselia awal; dan (b) miselia sekunder sebagai miselia lanjutan.
2. Jika keadaan lingkungan tempat tumbuh miselia tersebut baik, dalam arti temperatur, kelembapan, kandungan C/N/P-Rasio substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselia tersebut akan membentuk primordia atau bakal tubuh buah jamur.
3. Bakal buah jamur tersebut kemudian akan membesar, dan pada akhirnya akan membentuk tubuh buah atau bentuk jamur yang kemudian dipanen. 4. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora. Spora ini tumbuh di
bagian ujung basidium, sehingga disebut basidiospora. Jika sudah matang atau dewasa, spora akan jatuh dari tubuh buah jamur.
Syarat Tumbuh Jamur Tiram Lingkungan
Budidaya jamur tiram dipilih lokasi atau daerah yang memiliki ketinggian antar 400–800 m dari permukaan laut (dpl). Namun tidak tertutup kemungkinan jamur tiram dapat tumbuh pada lokasi dataran rendah yang memiliki lingkungan dengan iklim dingin (sejuk) jauh dari polusi dan hangat menunjang pada lokasi
yang memiliki tingkat kelembaban cukup atau dekat pepohonan besar ( Dinas Pertanian Jawa Timur, 2007 )
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 24-290C dengan kelembaban 90-100% dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 21-280C (Wijoyo, 2011)
Derajat kemasaman atau pH media jamur tiram yang paling ideal adalah 5,5-7. Pada pH kurang dari 5, pertumbuhan jamur akan kurang baik, demikian juga jika pH-nya lebih dari 7 pertumbuhan jamur akan kurang baik. Pada pH antara 5,5-7 nutrisi pada media tanam akan mudah diserap, oleh sebab itu perlu
dijaga agar derajat kemasaman (pH) tetap dalam keadaan optimal (Warisno dan Dahana, 2010).
Secara umum jamur memerlukan kelembaban relatif yang cukup tinggi. Kelembaban relatif sebesar 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada kebanyakan jamur (Gunawan, 2000).
Media Tumbuh
Jika ditinjau dari cara hidupnya, sebagian besar jamur hidup sebagai saprofit.Jamur yang hidup sebagai saprofit memperoleh nutrien atau makanannya dari bahan organik yang tidak hidup, yaitu bahan organik yang telah mengalami pelapukan atau penguraian.Jamur saprofit dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan pada substrat bahan organik yang digunakan untuk kehidupannya. Jamur penghuni kayu tumbuh pada batang kayu dan tunggul pohon, misal Auricularia, Pleurotus, Lentinula, dan Tremella. Jamur ini memerlukan substrat yang mengandung lignin. Sementara jamur Volvariella memerlukan substrat merang atau jerami yang mengandung selulosa. Kelompok lain yaitu penghuni humus, misal Lepiota dan Moechella. Jamur tertentu seperti Agaricus dan Coprinus suka hidup pada kotoran hewan (Gunawan, 2000).
kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa (Sumarsih, 2003).
Jamur tiram tumbuh soliter tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Secara alami jamur tiram putih banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari (Parjimo dan Andoko, 2007).
Bahan baku pembuatan media tanam dalam budidaya jamur kayu antara lain adalah serbuk kayu, bekatul dan kapur. Kegunaan dari masing-masing bahan baku tersebut yaitu serbuk kayu berfungsi sebgai media tumbuh jamur yang dapat mengurai dan memanfaatkan komponen kayu sebagai sumber nutrisinya. Bekatul merupakan bagian untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta sebagai pemicu pertumbuhan tubuh buah jamur; kaya vitamin terutama vitamin B kompleks, sedangkan kapur tohor (gamping) berguna untuk mengatur pH media agar mendekati netral atau basa (Suriawiria, 2003).
Serbuk kayu digunakan sebagai tempat tumbuh jamur karena mengandung serat organik (selulosa, serat dan lignin). Kandungan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan jamur. Kayu yang sering digunakan adalah kayu sengon (Albasia falcata), kayu akasia (acacia confusa) dan kayu kelapa (Cocos nucifera) juga baik
untuk dijadikan bahan media tumbuh jamur tiram (Stevanie, 2011).
umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein (Suryani, 2007). Menurut Brady (1990) gula, protein sederhana adalah bahan yang mudah terdekomposisi, sedangkan lignin yang akan lambat terdekomposisi
. Persyaratan serbuk kayu yang baik digunakan untuk membudidayakan jamur tiram antara lain serbuk kayu berasal dari tanaman kayu yang keras dan tidak boleh mengandung minyak atau resin, tidak boleh menggunakan kayu-kayu yang bergetah, serbuk kayu tidak busuk dan tidak berjamur serta bebas dari kotoran seperti kerikil, tanah dan daun (Warisno dan Dahana, 2010).
Jenis kayu untuk tumbuhnya jamur tergantung dari keras lunaknya kayu tersebut. Proses pelapukan kayu sangat erat hubungannya dengan penanaman atau pertumbuhan jamur kayu, sebab jamur kayu akan tumbuh baik pada kayu yang telah melapuk atau yang mengalami proses pelapukan (Suhardiman, 1990).
Substrat atau media adalah faktor utama bagi kehidupan jamur. Jamur akan hidup subur pada bahan-bahan yang melapuk atau terdekomposisi. Bahan organik yang mengandung selulosa dan lignin dalam jumlah besar akan mendukung pertumbuhan miselium dan perkembangan tubuh buah (Stevanie, 2011).
Kayu karet memiliki komponen kimia berupa kadar selulosa sebesar 43,98% dan kadar lignin sebesar 26,39% (Safitri, 2003). Sedangkan sifat kimia dan keawetan kayu kemiri yakni kayu kemiri (Aleurites moluccana Willd) mengandung 44,4 % selulosa; 24,9% lignin; 16,1% pentosa; dan 1,4% abu (Paimin, 1997). Kemiri merupakanbahan dasar cat, pernis, tinta, sabun,pengawet kayu, minyak rambut danbahan pembatik, sedang isi biji sebagai bumbu masak (Hayne, 1987).kadar lignin dari batang kayu kelapa (Cocos nucifera) adalah 26,65% dan kadar selulosa sebesar 36,77% (Yusnaini dan Rodianawati, 2014). Karena kandungan selulosa dan lignin yang cukup tinggi maka kayu kemiri, kayu karet, dan kayu kelapa berpotensi digunakan sebagai bahan baku media tumbuh jamur tiram
Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Pupuk majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl) (Chandra, 2011)
Pupuk yang memberikan N, P, dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (Grade atau analisis) merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan
Penggunaan pupuk majemuk dinilai lebih praktis, karena hanya dengan satu kali penebaran (Novizan, 2005). Penggunaan pupuk majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P, dan K tertentu. Di Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi N, P, dan K yang beragam (Chandra, 2011).
Hampir semua pupuk majemuk kecuali bila memperoleh perlakuan tertentu, bertendensi menciptakan residu yang bereaksi masam.Hal ini karena disebabkan oleh pembawa N bersifat ammonia (Hasibuan, 2006).
Pada jamur tiram unsur fosfor diperlukan jamur tiram untuk membentuk