• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS PEMILIHAN UMUM KEPALA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RENCANA STRATEGIS PEMILIHAN UMUM KEPALA (1)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

(PILKADA) SERENTAK TAHUN 2017

Perencanaan Strategis dalam Sektor Publik

IMAS QURHOTHUL AINIYAH 1306383155

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Daftar Isi... ii

Daftar Tabel... iii

Daftar Grafik... iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum... 1

1.2 Potensi... 3

1.3 Permasalahan... 4

1.4 Tujuan Rencana Strategis... 4

1.5 Sistematika Rencana Strategis... 4

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Visi, Misi, Manfaat dan Sasaran Kepala Daerah (Pilkada) Serentak... 6

2.2 Aktor-Aktor dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak... 7

2.3 Isu-isu Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak... 7

2.4 Upaya Antisipasi Isi-isu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak... 8

2.5 Tahapan Kegiatan dan Pendanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017... 10

BAB 3 PENUTUP... 12

(3)

DAFTAR TABEL

(4)

DAFTAR GRAFIK

(5)

PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum

Otonomi Daerah merupakan suatu hak, wewenang, dan kewajiban yang dimiliki oleh daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Hossein, 2011:25). Penyelenggaraan otonomi daerah berlandaskan atas pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat melalui lembaga-lembaga formal di daerah otonom. Menurut Hossein (2011:23-24) yang dimaksud dengan daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah tertentu dan memiliki lembaga pemerintah yang berwenang dalam mengatur dan mengurus kepentingan daerahnya sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan berdasarkan atas tiga asas, yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

Berdasarkan asas tersebut, maka dalam otonomi daerah pemerintah memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi politis dan fungsi administratif (Hossein, 2011:25). Fungsi politis merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam proses perumusan dan pengambilan kebijakan publik. Sedangkan fungsi administratif merupakan kewenangan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan kebijakan publik. Kedua fungsi dalam otonomi daerah tersebut bersifat kontinum yang mana fungsi administrative baru dapat dilaksanakan ketika fungsi politis telah selesai dilaksanakan.

Saat ini, otonomi daerah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Undang–Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik tolak dalam rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat termasuk mengembangkan potensi dan kekhasan dari daerah otonom. Tujuan dari pemberian otonomi daerah yaitu untuk meningkatkan dan memperbaiki pelayanan publik, mengembangkan kehidupan demokrasi, menciptakan keadilan nasional, dan mewujudkan pemerataan antar daerah. Selain itu, otonomi daerah juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta hubungan antar daerah, memberdayakan masyarakat daerah, mendorong inisiatif dan kreativitas daerah, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan serta mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Untuk mewujudkan tujuan dari otonomi tersebut, maka pemerintahan daerah harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pemerintahan daerah yang efektif dan efisien tercipta apabila pemerintahan dibentuk berdasarkan atas pesta demokrasi. Di Indonesia, demokrasi pemerintahan daerah diciptakan dengan melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak. Pemilihan umum kepala daerah serentak diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Pada peraturan perundang-undangan tersebut disebutkan bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak akan dilaksanakan dalam tujuh gelombang. Berikut disajikan jadwal tujuh gelombang Pilkada Serentak antara tahun 2015 hingga 2027 dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Tujuh Gelombang Pilkada Serentak

Gelombang I II III IV V VI VII

Jadwal Desember2015 Februari2017 2018Juni 2020 2022 2023 2027

(6)

Pada tabel tersebut, terlihat bahwa Pilkada serentak akan dilangsungkan selama tujuh gelombang. Gelombang pertama telah dilaksanakan pada tahun 2015 yang diikuti sebanyak 204 daerah (floresa.co, 2015). Sementara untuk tahun 2027, pilkada dilakukan secara serentak di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. Selanjutnya, pilkada akan dilaksanakan secara nasional setiap lima tahun.

Saat ini, pilkada serentak berada pada gelombang kedua yang akan dilaksanakan pada 15 Februari 2017 (Natalyn dan Moh Nadlir, 2016). Komposisi daerah pada pilkada serentak tahun 2017 terdiri dari 7 provinsi, 76 Kabupaten dan 18 Kota. Berikut disajikan rincian daerah yang menjadi peserta pilkada serentak pada tahun 2017 dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Daerah Peserta Pilkada Serentak Tahun 2017

No. PemerintahanLevel Daerah Peserta Pilkada

1. Provinsi Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Provinsi Papua Barat

2. Kabupaten Aceh Besar, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh jaya, Bener Meriah, Pidie, Simeulue, Aceh Singkil, Bireuen, Aceh Barat Daya, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Tapanuli Tengah, Kepulauan Mentawai, Kampar, Muaro Jambi, Sarolangun, Tebo, Musi Banyuasin, Bengkulu Tengah, Tulang Bawang Barat, Pringsewu, Mesuji, Lampung Barat, Tulang Bawang, Bekasi, Banjarnegara, Batang, Jepara, Pati, Cilacap, Brebes, Kulonprogo, Buleleng, Flores Timur, Lembata, Landak, Barito Selatan, Kotawaringin Barat, Hulu Sungai Utara, Barito Kuala, Banggai Kepulauan, Buol, Bolaang Mongondow, Kepulauan Sangihe, Takalar, Bombana, Kolaka Utara, Buton, Boalemo, Muna Barat, Buton Tengah, Buton Selatan, Seram Bagian Barat, Buru, Maluku Tenggara Barat, Maluku Tengah, Pulau Morotai, Halmahera Tengah, Nduga, Lanny Jaya, Sarmi, Mappi, Tolikara, Kepulauan Yapen, Jayapura, Intan Jaya, Puncak Jaya, Dogiyai, Tambrauw, Maybrat, Sorong

3. Kota Banda Aceh, Lhoksumawe, Langsa, Sabang, Tebing Tinggi, Payakumbuh, Pekanbaru, Cimahi, Tasikmalaya, Salatiga, Yogyakarta, Batu, Kupang, Singkawang, Kendari, Ambon, Jayapura, Sorong

Sumber: Natalyn dan Moh Nadlir, 2016.

Pada tabel 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa komposisi daerah peserta pilkada terbanyak berada di Provinsi Aceh. Pilkada yang akan dilaksanakan di Provinsi Aceh meliputi pilkada provinsi, pilkada kabupaten sebanyak 16 Kabupaten dan pilkada kota sebanyak 4 kota. Pilkada serentak tahun 2017 diselenggarakan untuk kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada semester kedua tahun 2016 dan kepala daerah yang masa jabatannya berakhir pada tahun 2017 (floresa.co, 2015).

(7)

Perencanaan strategis (Fred) dilakukan secara sistematis dan terarah. Menurut David (2002) proses perencanaan strategis atau manajemen strategis adalah seni dan ilmu dalam rangka memformulasikan, menginplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan. Manajemen strategis dilaksanakan dalam tiga tahapan (David, 2002), yaitu:

1. Tahap memformulasikan strategi antara lain menetapkan visi, misi, manfaat dan sasaran dari organisasi atau program kerja organisasi yang mana dalam hal ini menentukan visi, misi, manfaat dan sasaran dari Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017.

2. Tahap mengimplementasikan strategi. Pada tahap ini strategi atau cara untuk mewujudkan pilkada yang demokratis dilaksanakan melalui kerjasama dari aktor-aktor dan stakeholder pilkada serentak.

3. Tahap mengevaluasi strategi berfungsi untuk mereview faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pilkada, dan menentukan strategi untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya masalah atau konflik dalam pilkada serentak tahun 2017.

1.2 Potensi

Keberhasilan pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017 akan tercipta apabila penyelenggara pilkada mampu memetakan dan mendeteksi potensi pelanggaran dan kerawanan dari Pilkada. Pemetaan dan deteksi terhadap potensi pelanggaran dan kerawanan pilkada berfungsi untuk mendorong Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak yang demokratis. Pada prinsipnya, pilkada yang demokratis dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:

1. Proses penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) yang bersifat langsung, rahasia, jujur, adil, transparan, dan mudah diakses.

2. Penetapan bakal calon kepala daerah dilakukan secara objektif serta sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Kemampuan penyelenggara pilkada untuk meningkatkan kualitas sosialisasi dan pendidikan politik bagi masyarakat serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pilkada.

Ketiga aspek tersebut memiliki pengaruh kuat dalam menentukan keberhasilan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana strategis yang sistematis untuk menghadapi pengaruh dan tantangan yang muncul baik pada masa pra pilkada, pilkada maupun masa pasca pilkada berlangsung. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor kepentingan (interest) dan kekuatan (power) yang muncul dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017, maka analisis potensi dan permasalahan ini didasarkan pada empat kategori diantaranya adalah kategori subjects, kategori players, kategori crowd dan kategori context setters (Bryson, 2004:338). Terdapat perbedaan dari empat kategori tersebut yakni terletak pada tinggi atau rendahnya kepentingan (interest) dan kekuatan (power) dari setiap stakeholder yang terlibat Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017.

1. Kategori Players

Kategori players mencakup pihak-pihak yang memiliki interest dan power yang tinggi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017. Kategori ini terdiri atas peserta pilkada dan pemilih. Peserta pilkada meliputi calon gubernur dan wakil gubernur, calon bupati dan wakil bupati serta calon walikota dan wakil walikota. Sementara pemilih merupakan masyarakat yang telah tercatat dalam Daftar Pemilih Pilkada dan berada di dalam wilayah pilkada.

(8)

Kategori subjects terdiri atas pihak-pihak yang memiliki interest tinggi dalam pilkada. Sementara power yang dimiliki dalam pilkada rendah. Adapun pihak-pihak yang termasuk ke dalam kategori ini adalah partai politik dam media massa.

3. Kategori Context Setters

Kategori context setters terdiri atas kelompok yang memiliki interest rendah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017. Namun, pada kategori ini kelompok tersebut memiliki power yang tinggi dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017. Beberapa pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Panitia Pengawas Pemilu.

4. Kategori Crowd

Kategori crowd mencakup kelompok yang memiliki interest dan power yang rendah dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017. Pihak-pihak yang termasuk dalam kategori ini adalah masyarakat non pemilih dan masyarakat yang berada di luar wilayah pilkada.

1.3 Permasalahan

Implementasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut datang dari para aktor yang terlibat langsung dalam pilkada serentak. Dimensi permasalahannya pun beragam, mulai dari yang bersifat konstitusional, institusional sampai dengan operasional. Oleh karena itu, proses identifikasi dan diagnosis terhadap permasalahan yang ada merujuk pada kondisi faktual Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak. Adapun permasalahan pilkada serentak dapat dikaji berdasarkan tiga aspek yaitu aspek penyelenggaraan, aspek kontestasi, dan aspek partisipasi (Bawaslu, 2016). Berikut penjelasan dari masing-masing aspek:

1. Aspek Penyelenggaraan

Pada aspek penyelenggaraan, persoalan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak berkaitan dengan integritas penyelenggara, profesionalitas dan kekerasan terhadap penyelenggara pemilu (Kantor Staf Presiden, 2016). Penyelenggara pilkada yang tidak professional akan memunculkan bias yang dapat memberikan keuntungan bagi pihak tertentu dan menimbulkan kerugian bagi pihak lainnya. Persoalan juga muncul akibat sikap yang tidak netral baik pada masa pra pilkada, pilkada maupun pasca pilkada.

2. Aspek Kontestasi

Persoalan pada aspek kontestasi berkaitan dengan pencalonan, kampanye, dan kontestan pilkada (Kantor Staf Presiden, 2016). Implementasi ketiga poin tersebut perlu dikawal dan dipantau agar pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, aspek ini juga menjadi penentu dari proses mobilisasi pemilih. Adapun masalah dalam aspek ini adalah money politic, politik dinasti dan black campaign.

3. Aspek Partisipasi

Aspek partisipasi berkaitan dengan data pemilih, pemantauan dan pengarahan opini publik atas pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak (Kantor Staf Presiden, 2016). Beberapa persoalan dalam aspek ini adalah adanya data pemilih yang tidak akurat dan rawan dimanfaatkan oleh kandidat dari petahana.

1.4 Tujuan Rencana Strategis

(9)

keputusan-keputusan yang mendasar dan strategi atau tindakan yang berguna sebagai panduan untuk merumuskan hal-hal apa yang akan dilakukan, siapa yang berhak melaksanakan, bagaimana cara melakukan hal tersebut dan mengapa hal tersebut perlu dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka pembuatan rencana strategis Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 bertujuan untuk menciptakan kesepakatan antara penyelenggaran pemillu, pemilih, peserta dan pemantau pilkada. Rencana strategis dibuat berdasarkan langkah-langkah kunci yang akan dilakukan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017.

1.5 Sistematika Rencana Strategis

Sistematika rencana strategis berisi uraian penjelasan mengenai sub bahasan yang dibahas dari masing-masing bab.

1.5.1 BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 berisi uraian penjelasan mengenai kondisi umum, potensi, permasalahan, tujuan rencana strategis dan sistematika rencana strategis.

1.5.2 BAB 2 PEMBAHASAN

Bab 2 berisi pemaparan mengenai visi, misi dan sasaran Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017, Aktor-aktor yang terlibat, isu-isu penyelenggaran Pilkada) Serentak, Upaya untuk mengatasi isu-isu Pilkada) Serentak dan target kinerja dan pendanaan.

1.5.3 BAB 3 PENUTUP

(10)

Perencanaan strategis merupakan upaya sistematis dan terencana dalam rangka membuat keputusan dan tindakan untuk mengarahkan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya (Bryson, 2004:6). Perencanaan strategis dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 meliputi pembahasan mengenai hal-hal apa yang akan dikerjakan pada masa pra pilkada, masa pilkada dan pasca pilkada, aktor-aktor yang terlibat dalam pilkada, isu-isu terkait penyelenggaraan pilkada, dan upaya untuk megatasi isu-isu yang muncul dalam pilkada.

2.1 Visi, Misi, Manfaat dan Sasaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak

Visi dari pemilihan kepala daerah serentak adalah untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas anggaran pilkada (Komisi Pemilihan Umum, 2015). Apabila pemilihan gubernur, bupati, dan walikota dilaksanakan secara bersamaan, maka dapat menghemat anggaran terutama dalam membiayai honor petugas TPS (Komisi Pemilihan Umum, 2015). Pembiayaan untuk petugas TPS untuk pilkada serentak hanya perlu dibayarkan satu kali meliputi biaya bimbingan teknis, biaya sosialisasi, dan biaya lainnya untuk pembiayaan satu kali pemilihan. Pada pilkada serentak, honorarium petugas TPS ditujukan untuk beberapa pekerjaan seperti proses rekapitulasi pemilihan gubernur, proses pemungutan dan penghitungan suara bupati, serta proses pemungutan dan penghitungan suara walikota.

Pada prinsipnya, pilkada serentak akan diselenggarakan untuk memilih kepala daerah antara lain untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur di tingkat provinsi, Bupati dan Wakil bupati di tingkat kabupaten serta memilih Walikota dan Wakil Walikota di tingkat Kota (Komisi Pemilihan Umum, 2015). Strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan visi dari pilkada serentak yaitu:

1. Menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak secara demokratis, berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

2. Menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pemerintah daerah.

3. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak dilaksanakan setiap lima tahun sekali. 4. Setiap bakal calon Kepala Daerah harus mengikuti uji publik.

5. Membangun Sumber Daya Manusia yang kompeten dan professional sebagai Serentak untuk mengantisipasi potensi kerawanan Pilkada Serentak.

8. Memetakan peran para pemangku kepentingan dalam proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak.

9. Meningkatkan kualitas sosialisasi dan pendidikan politik bagi masyarakat serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada) secara berkelanjutan.

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 memiliki sejumlah manfaat, antara lain:

1. Mewujudkan efisiensi anggaran pemilihan umum kepala daerah. 2. Mewujudkan efektivitas lembaga pemilihan umum.

(11)

4. Mencegah munculnya kutu loncat dalam pemilihan umum, yakni calon yang gagal di satu wilayah akan kembali mencalonkan diri di wilayah lain.

5. Mendorong perencanaan pembangunan yang bersinergi antara pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat.

Berdasarkan visi, misi, dan manfaat tersebut, maka sasaran yang hendak dicapai dari rencana strategis Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 adalah sebagai berikut (Susilo, 2016):

1. Meningkatkan kualitas pengetahuan politik masyarakat melalui sosialisasi dan pendidikan terkait pemilihan umum seperti menyelenggarakan pendidikan pemilih berkelanjutan dengan segmen para pemilih pemula meliputi pra pemilih dan pemilih pemula, memberikan kursus kepada komunitas peduli pemilu dan pendidikan demokrasi kepada pelajar, serta memfasilitasi komisioner KPU untuk menjadi pembina upacara secara berkelanjutan di sekolah-sekolah dasar.

2. Meningkatkan partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak yang digelar pada tahun 2017 hingga mencapai 77,5% sehingga dapat menekan prosentase angka golput dalam pemilihan umum.

3. Mendorong partisipasi aktif para pra pemilih dan pemilih pemula untuk menyalurkan hak suaranya dalam pemilihan umum.

4. Memodifikasi sistem pemilu menjadi sistem kepartaian pluralism untuk memperkecil besaran kursi pemilihan yang direbutkan di setiap daerah.

2.2 Aktor-Aktor dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak melibatkan beberapa aktor utama antara lain penyelenggara, pemilih, peserta, dan pemantau. Berikut penjelasan dari masing-masing aktor tersebut.

2.2.1 Penyelenggara

Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak terdiri atas: a. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kota.

b. Petugas Tempat Pemungutan Suara. 2.2.2 Pemilih

Pemilih merupakan seseorang yang telah terdaftar dalam Daftar Pemilih Pemilu baik daftar pemilih tetap maupun daftar pemilih sementara. Daftar pemilih pemilu ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum berdasarkan ketentuan dan aturan yang berlaku.

2.2.3 Peserta

Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak terdiri atas: a. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur

b. Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati c. Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota d. Peserta Incumbent.

2.2.4 Pemantau

Lembaga/Badan yang bertugas dalam memantau pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak terdiri atas:

a. Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)

b. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota c. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kecamatan

d. Lembaga Swadaya Masyarakat atau Non Governmental Organization e. Media Massa

(12)

2.3 Isu-isu Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak

Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 tidak terlepas dari berbagai persoalan. Beberapa persoalan yang dapat memicu konflik dalam pelaksanaan pilkada diantaranya (Jambak, 2016) adalah adanya penyalahgunaan atau penyelewengan anggaran pemerintah (APBD). Penggunaan anggaran semestinya ditujukan untuk menyelenggarakan pilkada secara demokratis. Di sisi lain, masalah pilkada juga terjadi akibat adanya pembelokan program pemerintah daerah ke arah kampanye terselubung petahana serta adanya kemungkinan dari para pejabat daerah yang maju sebagai pesaing incumbent, seperti wakil gubernur, wakil bupati/wali kota, termasuk sekretaris daerah dan asistennya. Masalah lain yang mungkin muncul adalah adanya mobilisasi pegawai negeri sipil (PNS) ke tempat-tempat kampanye dan mendorong PNS untuk menjadi tim sukses pilkada (Jambak, 2016).

Menurut Peneliti Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI) – Amril Jambak (2016), peserta pilkada serentak tahun 2017 adalah para kepala daerah dengan wakilnya saat ini yang maju lagi dalam pilkada serentak tahun 2017, atau wakilnya maju sendiri, dan para pejabat struktural seperti pejabat sekretariat daerah/asisten daerah. Hal itu dapat memicu tingginya tingkat kerawanan dalam hal penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan dari pejabat yang bersangkutan (Jambak, 2016). Dengan kata lain, kemungkinan muncul potensi bias antara program pemerintah lokal dengan aktivitas kampanye dari pejabat yang bersangkutan. Untuk menghindari potensi kerawanan pilkada tersebut, maka perlu adanya pengawasan secara khusus kepada para pemangku kepentingan agar tidak menggunakan kewenangan yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi atau golongan dalam memenangkan pilkada. Sehingga pelaksanaan pilkada serentak dapat berlangsung secara demokratis, aman, serta damai.

Konflik pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak dapat terjadi dalam tiga tahapan (Kantor Staf Presiden, 2016). Pertama, tahap verifikasi. Konflik pada tahap ini disebabkan karena adanya aksi massa yang mendukung kandidat calon kepala daerah yang tidak lolos proses verifikasi. Para pendukung tersebut seringkali menilai KPUD berpihak pada kandidat tertentu dan tidak independen (Kantor Staf Presiden, 2016). Kedua, tahap pelaksanaan pemungutan suara. Pada tahap ini, persoalan yang muncul berkaitan dengan angka golput, pemilih siluman, mobilisasi pemungutan suara dan integritas dari petugas tempat pemungutan suara (TPS). Ketiga, tahap pengumuman hasil Pilkada. Konflik pada tahap ini terjadi karena biasanya terdapat pihak-pihak atau kelompok yang tidak mau menerima hasil dari perolehan suara dan menggap hasil pilkada tersebut tidak sah.

2.4 Upaya Antisipasi Isi-isu Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak

Untuk mengatasi berbagai isu yang muncul dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017, maka pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

2.4.1 Menerbitkan Peraturan Perundang-undangan

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 didasarkan atas sumber hukum formal, antara lain:

a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

c. Undang-Undang No. 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

(13)

2.4.2 Membuat Grand Design Sosialisasi dan Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum.

Grand design tersebut memuat beberapa hal pokok (KPU Provinsi Jawa Tengah, 2015) antara lain, memetakan daerah-daerah dengan tingkat partisipasi pemilih dibawah rata-rata pemilihan nasional (75% untuk pileg, 71% untuk pilpres), mengadvokasi kelompok masyarakat pada daerah terisolir yang rawan manipulasi, memetakan daerah yang bermasalah pada penyelenggaraan pemilu sebelumnya terutama yang melibatkan penyelenggara pemilu, dan memetakan daerah yang disinyalir memiliki transaksi money politics tinggi. Upaya lain yang dapat ditempuh untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pilkada yaitu memperbaiki fasilitas pilkada bagi kelompok marjinal atau kelompok masyarakat yang terbentuk akibat konflik, kelompok masyarakat disabilitas dan pasien rumah sakit yang menjalani perawatan khusus, dan kelompok pemilih pemula terutama mereka yang tidak mengenyam pendidikan formal (KPU Provinsi Jawa Tengah, 2015). Selanjutnya, perlu dilakukan sosialisasi kepada para opinion leader atau para tokoh masyarakat mengenai pentingnya pemilu yang berkualitas untuk mendorong penyebarluasan informasi yang lebih akurat dan merekrut media massa sebagai mitra dalam penyebarluasan informasi terkait pilkada serentak.

2.4.3 Menetapkan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP)

Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) merupakan ukuran untuk memetakan dan mendeteksi sejak dini mengenai wilayah-wilayah rawan dalam pemilihan umum (Aisyah, 2016). IKP berfungsi sebagai pedoman identifikasi atas wilayah-wilayah prioritas yang berpotensi menimbulkan kerawanan dalam proses pemilu yang demokratis. Proses identifikasi kerawanan pemilu dilakukan dengan melihat ciri, karakteristik, dan kategori kerawanan dari berbagai wilayah yang akan melangsungkan Pemilu (Aisyah, 2016). Hasil dari identifikasi kerawanan pemilu dapat digunakan sebagai referensi dalam menentukan strategi dan langkah-langkah untuk mengantisipasi, mencegah, dan meminimalisir potensi kerawanan yang muncul pada pelaksanaan Pemilu. Selain itu, IPK juga dapat digunakan untuk mengembangkan Database Kepemiluan karena dilakukan berbasis riset deret waktu (time series).

Menurut Sri Eko Wardani dari Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia terdapat 10 poin utama deteksi dini yang merupakan hasil refleksi IKP Tahun 2017 (Aisyah, 2016), yaitu sebagai berikut:

1. Isu intimidasi dan kekerasan. Terdapat sejumlah daerah di mana penyelenggara pemilu rawan mengalami intimidasi dan kekerasan yaitu:

a. Provinsi Aceh, Banten, Papua Barat

b. Kabupaten/Kota: Tolikara, Tambraw, Jayapura

2. Isu integritas. Terdapat sejumlah daerah yang memiliki potensi kerawanan yang tinggi terkait integritas penyelenggara pemilu, yaitu:

a. Provinsi: Papua Barat

b. Kab/kota: Tolikara, Intan Jaya, Nduga, Lanny Jaya, Yepen, Sarmi, Aceh Tengah, Mentawai, Tapanuli Tengah, Musi Banyuasin, Buton, Kendari

3. Isu profesionalitas. Skor kerawanan profesionalitas penyelenggara pemilu dengan rentang sedang-tinggi meliputi beberapa daerah:

a. Provinsi: Papua Barat, Aceh, Banten, Sulawesi Barat b. Kab/kota: Tolikara

(14)

5. Isu pencalonan. Pencalonan kepala daerah paling rawan terlihat pada pilkada provinsi. hal itu dipengaruhi oleh persaingan antar elit politik, dinamika internal partai politik, dan adanya calon petahana.

6. Isu kampanye. Kampanye pilkada serentak tahun 2017 yang memiliki potensi kerawanan tinggi yaitu kampanye di Banten dan DKI Jakarta.

7. Isu partisipasi. Tingkat kerawanan untuk isu partisipasi relatif rendah karena memiliki rata-rata skor 1 hingga 2. Artinya, sistem pendaftaran pemilih telah menjamin hak pilih masyarakat. Hal itu menunjukkan partisipasi politik di daerah mengalami perberkembangan.

8. Isu hak pilih. Isu ini dilatarbelakangi karena pencatatan daftar pemilih belum baik sehingga menimbulkan kerawanan di sejumlah daerah.

9. Isu penyelenggara pilkada. hal ini perlu mendapat perhatian dari KPU dan BAWASLU guna memperkuat integritas dan profesionalitas jajaran penyelenggara pilkada.

10. Isu pemantauan. Masyarakat dan media massa perlu terlibat dalam proses pemantauan pemilu sebagai agen kontrol publik untuk mewujudkan pilkada yang transparan dan demokratis.

2.5 Tahapan Kegiatan dan Pendanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017

2.5.1 Tahapan Kegiatan Pilkada Serentak tahun 2017

Rangkaian kegiatan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 dilaksanakan berdasarkan lampiran PKPU Nomor 3 Tahun 2016 tentang tahapan program dan jadwal penyelenggaraan pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, dan wali kota dan wakil wali kota. Pada prinsipnya, penyelenggaraan pilkada meliputi serangkaian kegiatan yang bersifat kontinum. Berikut disajikan daftar rangkaian kegiatan pilkada serentak tahun 2017 dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rangkaian Kegiatan Pilkada Serentak Tahun 2017

No. Kegiatan Jadwal

20 Juli 2016 – 2 Agustus 2016

3. Pendaftaran Pasangan Calon 19 – 21 September 2016

4. Pemeriksaan Kesehatan 19 – 25 September 2016

5. Penetapan Pasangan Calon 22 Oktober 2016

6. Pengundian dan Pengumuman nomor urut pasangan calon

23 Oktober 2016

7. Kampanye 26 Oktober 2016 – 11 Februari 2017

8. Masa Tenang 12 – 14 Februari 2017

9. Pencoblosan 15 Februari 2017

10. Penetapan Pasangan Calon Terpilih tanpa permohonan perselisihan hasil pilkada serentak

8 – 10 Maret 2017

11. Penetapan pasangan calon terpilih dengan permohonan perselisihan hasil pilkada serentak

Mengikuti Jadwal dari Mahkamah Konstitusi

(15)

2.5.2 Pendanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun 2017 Pendanaan pemilihan umum Pemerintah daerah dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) masing-masing daerah peserta pilkada serentak. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2017 adalah sebesar Rp 2,9 triliun (Kementerian Dalam Negeri, 2016). Berikut disajikan grafik prosentase penggunaan dana pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2017.

82.76% 14.69%

2.55%

Penyelenggaraan Pemilu

Pengawasan Pemilu

Pengamanan Pemilu

Grafik 2.1 Prosentase Penggunaan Dana dalam Pilkada Serentak Tahun 2017

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2016

(16)

Rencana strategis Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 adalah dokumen perencanaan yang dibuat sebagai panduan bagi para penyelenggara pemilihan umum kepala daerah, pemilih, peserta pemilu serta seluruh unit yang melakukan pemantauan dan pengawasan pemilihan umum kepala daerah. Dokumen ini berisi tentang visi, misi, manfaat, dan sasaran rencana strategis pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak tahun 2017. Selain itu, dokumen rencana strategis juga memuat tentang pihak-pihak yang terlibat dalam Pilkada serentak, isu-isu terkait penyelenggaraan Pilkada serentak, upaya antisipasi terhadap permasalahan yang muncul dalam Pilkada serentak, serta tahapan kegiatan dan pendanaan dari Pilkada serentak. Rencana strategis Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 merupakan wujud komitmen bersama seluruh pihak yang terlibat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah (provinsi, kabupaten, kota) untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Rencana strategis ini tidak akan berarti apapun, apabila tidak dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017. Oleh karena itu, perlu adanya tindak lanjut atas dokumen rencana strategis ini yaitu dengan menyusun petunjuk teknis oleh setiap lembaga/badan yang terlibat dalam pilkada serentak, rencana kinerja, dan penetapan kinerja bagi masing-masing lembaga/badan sehingga implementasi dari target pilkada serentak akan lebih mudah direalisasikan. Demikian dokumen rencana strategis Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 ini disusun, semoga visi dan sasaran dari Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Serentak Tahun 2017 dapat terwujud.

Depok, 24 Oktober 2016

Direktur Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintah Umum, Kementerian Dalam Negeri

(17)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Anggraini, Titi. (2015). Menuju Pilkada Serentak Nasional 2021: Substansi Dan Strategi Perubahan UU No 1/2015. Jakarta: Yayasan Perludem.

Bryson, John M. (2004). Strategic Planning For Public And Nonprofit Organizations: A Guide To Strengthening And Sustaining Organizational Achievement (3rd Ed.). San Francisco: Jossey-Bass.

David, Fred. (2002). Manajemen Strategis: Konsep. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.

Hoessein, Bhenyamin. 2011. Perubahan Model, Pola, Dan Bentuk Pemerintah Daerah: Dari Era Orde Baru Ke Era Reformasi. Depok: DIA FISIP UI.

Publikasi Elektronik

Admin. (07 Maret 2015). Ini Tujuh Gelombang Pilkada Serentak 2015 Sampai 2027.

http://www.floresa.co/2015/03/07/ini-tujuh-gelombang-pilkada-serentak-2015-sampai-2027/. Diakses pada 23 Oktober 2016

Aisyah, Siti. (31 Agustus 2016). Bawaslu Launching Indeks Kerawanan Pemilu Tahun 2017.

http://www.bawaslu-riauprov.go.id/berita-274--bawaslu-launching-indeks-kerawanan-pemilu-tahun-2017.html. Diakses pada 21 Okober 2016.

Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI. (29 Agustus 2016). Bawaslu Luncurkan Indeks Kerawanan Pilkada Serentak 2017. http://www.bawaslu.go.id/id

/content/bawaslu-luncurkan-indeks-kerawanan-pilkada-serentak-2017. Diakses pada 23

Oktober 2016.

Jambak, Amril. (10 Oktober 2016). Mewaspadai Kerawanan Pilkada Serentak 2017.

http://www.neraca.co.id/article/75616/mewaspadai-kerawanan-pilkada-serentak-2017.

Diakses pada 21 Okober 2016.

Kantor Staf Presiden. (02 September 2016). Menangkal Potensi Konflik Pilkada Serentak 2017. http://ksp.go.id/menangkal-potensi-konflik-pilkada-serentak-2017/. Diakses pada 21 Okober 2016.

Kementerian Dalam Negeri. (06 April 2016). Dana Pilkada 2017 Sebesar 2,9 Triliun.

http://www.kemendagri.go.id/news/2016/04/06/dana-pilkada-2017-sebesar-29-triliun.

Diakses pada 21 Okober 2016.

Komisi Pemilihan Umum. (08 Apr 2015). Arief: Tujuan Pilkada Serentak Untuk Terciptanya Efektivitas dan Efisiensi Anggaran. http://www.kpu.go.id/index.php/post/read /

2015/3829/Arief-Tujuan-Pilkada-Serentak-Untuk-Terciptanya-Efektivitas-dan-Efisiensi-Anggaran/berita. Diakses pada 21 Okober 2016

KPU Provinsi Jawa Tengah. (30 Januari 2015). 9 Kelompok Masyarakat Sasaran KPU Dalam Kegiatan Sosialisasi Pemilu.

http://kpu-jatengprov.go.id/2015/01/9-kelompok-masyarakat-sasaran-kpu-dalam-kegiatan-sosialisasi-pemilu/. Diakses pada 21 Okober

2016.

Saputra, Novi. (19 April 2016). Jadwal Tahapan-tahapan Penting Pilkada Serentak 2017. Diakses pada 21 Okober 2016.

http://pontianak.tribunnews.com/2016/04/19/jadwal-tahapan-tahapan-penting-pilkada-serentak-2017.

(18)

Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Republik Indonesia. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia. UU No. 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Walikota Menjadi Undang-Undang.

Gambar

Tabel 2.1 Rangkaian Kegiatan Pilkada Serentak Tahun 2017
Grafik 2.1 Prosentase Penggunaan Dana dalam Pilkada Serentak Tahun 2017Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2016

Referensi

Dokumen terkait

Pola perilaku konsumtif memiliki empat dimensi yaitu (a) pemenuhan keinginan, yaitu rasa puas yang tidak pernah habis dan semakin meningkat terhadap K-pop

Perairan Pantai Sasak Pasaman Barat dapat dibedakan menjadi 6 kelompok yaitu Kelompok I yang disusun oleh 3 titik sampling (titik sampling 7,8 dan 9) secara dominan daerah

Ia juga menambah maklumat sejarah terutama mengenai Mat Kilau yang selama ini kebanyakan para penulis tidak menyebut peranan guru dan ayah angkatnya Haji Uthman bin

Pengoptima- lisasian partisipasi siswa pada taha- pan TPS mampu memberi siswa ke- sempatan untuk mengembangkan ke- terampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi ADL training yaitu pada kelompok eksperimen

Kegiatan pengembangan Hotel dan Resort di tahun 2009 difokuskan pada pembangunan Pullman Bali Legian Nirwana yang ditargetkan untuk dapat beroperasi pada pertengahan

Untuk mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMD-PTSP) Kota