• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wawancara dengan Penjual Sate Ayam dan K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Wawancara dengan Penjual Sate Ayam dan K"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Wawancara dengan Penjual Sate Ayam dan

Kambing Tentang Pendapatan Hariannya

(2)

kebetulan mengobrol dengan yang membuat sambalnya. Obrolan berikutnya berkaitan dengan

perbandingan antara pedagang dengan pekerja kantoran. Dan saya menyampaikan bahwa belum

tentu pendapatan orang kantoran lebih besar dari pada penjual sate seperti beliau. Saya coba

pancing untuk daya jual satu malemnya berapa. Ternyata jawabannya diluar estimasi saya, yakni

1000 tusuk atau dengan kata lain kalau dalam porsi 100 porsi. Dengan kata lain, setiap malam,

mereka melayani 100 pelanggan. Harga untuk sate ayam adalah 15.000 dengan lontong dan

22.000 dengan lontong untuk sate kambing. Itupun jam kerjanya dari jam 5 sore sampai jam 11

malam, biasanya sudah habis.

Jika diasumsikan bahwa yang laku adalah 50% sate ayam dan 50% sate kambing. Saya

jumlahkan pendapatannya adalah Rp. 1.850.000 dalam sehari. Jika asumsi untuk modalnya untuk

membeli daging ayam dan kambing adalah 850.000. Maka pendapatan bersihnya adalah

1.000.000, sedangkan jika dibagi menjadi dua, jadi per orang mendapatkan bagian 500.000 alias

sebulan 15.000.000. Dengan pendapatan tersebut di Jakarta gaji seorang penjual sate, dengan

modal hanya gerobak yang diparkir dipinggir jalan, tidak keliling ataupun memiliki lapak adalah

15.000.000. Jika dibandingkan dengan karyawan kantoran dengan gaji 15.000.000 adalah setara

Supervisor dan Manager.

Artikel ini tidak akan memperdebatkan apakah kita harus menjadi seorang penjual sate saja jika

ingin mendapatkan pendapatan segitu dengan cepat, atau menyimpulkan bahwa menjadi

pedagang lebih baik dari pekerja kantoran. Namun alangkah ironisnya jika kita merendahkan

profesi orang lain. Barangkali profesi orang lain yang menurut kita adalah profesi rendahan,

tidak prestisius, tidak membanggakan namun ternyata dapat mendatangkan pendapatan yang

dapat lebih besar dari pada pekerja kantoran.

Wawancara Pedagang Makanan kecil

Wawancara pedagang makanan kecil

Pedagang Pop Ice Dan Makanan-makanan Kecil

Rhenka : Permis ibu, maaf menganggu sebentar ,boleh kah kami mewawancarai ibu ? Narasumber : ya, silahkan dengan senang hati.

Rhenka : Siapakah nama ibu ?

Narasumber : Jadi saya berdagang di sini ada bosnya .Maksudnya saya berdagang seperti ini disuruh bos

Iqbal : Bagaimana awal nya ibu berdagang semacam makanan kecil dan minuman seperti pop ice ini

(3)

berdagang makanan kecil lainya tidak hanya berdagang pop ice saja

Iqbal : bu, kalau boleh saya tahu penghasilan perbulan / perharinya dari berdagang seperti ini berapa ?

Narasumber : Kalau perbulan nya saya tidak tahu, karena setiap hari hasil dari berjualansaya stor langsung ke bos .tapi klo perharinya 100-150 lahkira-kira ..

Iqbal : sebelum nya saya minta maaf yah bu ,sudah menanyakan hal yg pribadi Narasumber : iyaaa engga apa-apa

Iqbal : Bagai mana awal mulai bu berdagang seperti ini ?

Narasumber : Awalnya saya berdagang disini hanya berjualan pop ice saja ,tapi saya diminta bos Irvan : Berapa modal yang ibu keluar kan pada awal ibu membukausaha berdagang sperti ini ? Narasumber : Modal yang saya keluar kan untuk makanan kecil Rp.60.000,00,- kalau pop ice modal yang di keluar kan langsung dari bos saya jadi saya kurang tau

Irvan : Penghasilan yang ibu peroleh paling banyak dari berjualan kira-kira berapa ?

Narasumber : Kalau pop ice paling banyak sekitar Rp. 200. 000 tetepi kalau hasil dari makanan ringan sekitar kurang lebih Rp. 100. 000.

Irvan : kalaupenghasilan paling sedikitnyabu ? Narasumber : hmm, paling sekitarRp. 100. 000 lah

Irvan : Apa ibu pernah mengalami ada yang tidak bayar siswa atau siswi disekolah ini pada saat membeli ?

Narasumber : Ada aja sih satu dua orang yang tidak bayar kalau lagi rame ,mungkin mereka lupa membayar . tapi kadang mereka kembali lagi untuk membayarnya .

Rhenka : Kalau misal kanada yang pura-pura lupa membayar gimana bu ? Narasumber : yaa saya mah ikhlasi najamungkinitubukanrezekisayaJ

Rhenka : Oh jadi begitu toh ,,.. oya ibu membuka warung di sini dari jam berapa ? Narasumber : saya mulai berjualan dari jam setengah tujuh pagi ( 06.30 )

Rhenka : Kalau tutupnya jam berapa ?

Narasumber : yaa kalau tutupnya sekitar jam 4 sore .

Iqbal : Apa sebelumnya ibu pernah berpikir atau berkeinginan untuk berdagang yang lain selain pop ice atau makanan ringan ?

Narasumber : yaa adasih keinginan untuk menambahmakanan lain seperti gorengan ,cemilan dan sebagainya. tapi karna sudah banyak juga yang berjualan seperti itu makan yaudah saya tidak jadi hheeee.. Narasumber : sampe sekarang saya belum dikarunia anak .

Iqbal : kalau ibu berdagang suami ibu kerja apa ?

(4)

Narasumber : senang nya liat anak sekolah pada jajanaja gitu, kalau susahnya pas lagi istirahat, itu kan banyak yang mesen , jadi saya suka repot sendiri hheee

Irvan, iqbal dan Rhenka : hmmp sebelumnya kami mohon maaf apa bila ada kata-kata yang tidak mengenakan ibu pop ice .. wawancara kami selesai sampai disini

Narasumber : iyaasama-samadee

Wawancara Dengan Pengusaha Warnet

Berikut ada wawancara saya dengan pengusaha warnet yang sedang membuka cabang. Dia merantau dari kalimantan sejak tahun 2000 dan memulai usaha warnetnya dari tempat yang kecil, lalu dengan perjuangannya tersebut dia berhasil sukses dengan telah membuka 3 warnet di tempat berbeda.

Saya : Assalamualaikum wr wb.

Mas Fadli : Walaikumsalam wr wb.

Saya : Sebelum tinggal di bogor, darimanakah asal mas Fadli?

Mas Fadli : Saya berasal dari Kalimantan.

Saya : Sejak kapan pindah dari Kalimantan?

Mas Fadli : Saya pindah sejak tahun 2000.

Saya : Apa alasan mas Fadli untuk membuka usaha warnet?

(5)

Saya : Sebelum membuka cabang di Pura, di manakah mas Fadli membuka usaha warnet ini pertama kali?

Mas Fadli : Saya pertama kali membuka usaha warnet ini di daerah Stasiun Bojonggede.

Saya : Apa alasan Mas Fadli membuka cabang di Pura?

Mas Fadli : Alasan saya membuka cabang di Pura karena di daerah ini banyak sekali masyarakat yang tinggal, hal ini akan dapat menambah omset saya.

Saya : Saat mas Fadli akan menjalankan usaha warnet ini, pernah mas Fadli mengalami kerusakan atau masalah di warnet ini?

Mas Fadli : Sering sekali saya menemukan salah satu komputer yang mengalami kerusakan, mulai dari CPU terkena virus, CPU rusak, monitor yang sering mati, dan masih banyak lagi.

Saya : Dalam memulai usaha ini apakah mas Fadli mengalami kesulitan?

Mas Fadli : Iya memang, awalnya saya mengalami kesulitan.

Saya : Contohnya dalam hal apa?

Mas Fadli : Pada awalnya, saya membuka warnet ini masih jarang orang yang datang karena warnet ini saya mulai dari toko yang cukup kecil.

Saya : Lalu dengan cara apa mas Fadli menarik minat orang untuk datang?

Mas Fadli : Saya menarik orang datang dengan menggunakan tarif yang lebih murah, memindahkan ke tempat yang lebih luas, dan menambah jumlah komputer yang ada.

Saya : Tapi dengan hal tersebut, pasti mas Fadli membutuhkan lebih banyak dana?

Mas Fadli : Iya memang saya membutuhkan dana lebih, tetapi saya sudah menyimpan dana untuk membangun warnet saya ini.

Saya : Setelah warnet ini sukses, apakah mas Fadli akan membuka cabang yang baru?

Mas Fadli : Iya mungkin nanti saya akan membuka cabang yang baru, tetapi saya belum mempunyai lahan yang strategis untuk membuka warntet.

(6)

Mas Fadli : Sama-sama.

Referensi

Dokumen terkait