• Tidak ada hasil yang ditemukan

gambaran religiusitas dengan perilaku me

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "gambaran religiusitas dengan perilaku me"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini dimana teknologi sudah berkembang dengan pesat dan canggih, memberikan kemudahan untuk umat manusia dalam mengakses informasi dan komunikasi. Dengan adanya internet manusia dapat mengakses apa saja dengan mudah. Internet dapat di manfaatkan baik untuk mencari informasi, belajar, dan sebagai alat berkomunikasi dengan banyak orang dan di berbagai negara. Seperti yang di katakan West dan Turner (2008) bahwa internet telah meningkatkan masyarakat dalam cara-cara yang berbeda seperti internet memiliki potensi untuk meningkatkan beberapa indera, termasuk penglihatan dan pendengaran. kemudian keberadaan internet telah meningkatkan aksebilitas informasi. Misalnya, kita sekarang dapat mendapatkan catatan kelahiran, jumlah tagihan kartu kredit dan informasi mengenai orang yang hilang melalui internet. Selain itu internet dapat meningkatkan pembagian ketika terlalu banyak batasan ada pada sebuah medium, memberikan semua orang kemudahan untuk mencari hiburan.

Saat ini internet sudah dapat di akses oleh seluruh kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, wanita maupun pria. Terlebih internet bisa dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja. Internet bisa di manfaatkan oleh siapa saja baik orang dewasa, remaja dan tidak terkecuali anak-anak, sangatlah mudah untuk mendapatkan akses internet (Furqon,2009). Pendapat tersebut di perkuat dengan adanya penelitian dari Yuliana (2000) mengenai penggunaan internet diseluruh dunia berkisar 200 juta orang, 67 juta diantaranya berada di Amerika Serikat, sedangkan penggunaan dan pemanfaatan internet di Indonesia berlipat dua kali setiap 100 hari. Menurut hasil penelitian Yuliana mengatakan bahwa penggunaan internet di Indonesia sekitar 70% berusia 20 tahun, sekitar 25% usia 30-42 sisanya usia diatas itu. Begitu banyak kemudahan yang di berikan di dalam

(2)

2

internet untuk semua orang. Di karenakan begitu banyaknya kemudahan yang di berikan serta manfaat yang luar biasa positif untuk semua orang bukan berarti tidak ada dampak buruk atau negatif dari internet.

Menurut data penelitian mengenai banyak waktu penggunaan internet yang dilakukan oleh Noviyarto (2010) berdasarkan waktu akses internet yang di teliti sepanjang waktu, pagi-malam antara pukul 08.00-20.00, malam antara pukul 20-24.00, tengah malam-pagi antara pukul 24.00-05.00 menyatakan bahwa hasil penelitian dengan prosentasi tertinggi 45% adalah waktu pagi-malam. Menurut Noviyarto, warga DKI Jakarta dalam sehari dapat mengakses internet selama 3-6 jam/ hari dengan prosentase 31%, sedangkan lama mengakses internet lebih dari 12 jam memiliki prosentase rendah sebanyak 7%.

Internet juga membuat masyarakat dapat dengan mudah mengakses hal-hal mengenai pornografi, konten-konten yang mencantumkan kekejaman dan kesadisan tanpa adanya sensor, penipuan melalui internet dan masih banyak lagi. Pornografi bukanlah hal baru lagi dalam internet, dengan adanya kemudahan yang di berikan internet konten-konten pornografi dapat di akses dengan mudah dan tanpa adanya sensor seperti yang dikatakan oleh Rahmania di dalam penelitiannya (2010). Tidak sedikit orang mencantumkan dan memasukkan konten-konten pornografi dalam internet. Baik itu berupa gambar-gambar wanita telanjang, suara, film, video, animasi bergerak, dan lain-lain yang dapat di akses oleh orang dewasa. Hasil survei juga menunjukan bahwa 50% akses internet digunakan untuk menjelajahi situs-situs porno (Rachmawati dkk, 2002). Menurut Andini (2009) fasilitas internet seperti ini sangat di minati oleh sebagian besar kalangan pria dewasa awal.

(3)

Bahkan dari hasil data tren pencarian kata kunci pada mesin pencari di internet menyajikan fakta bahwa kata kunci seperti ‘porn’, ‘sex’, atau ‘xxx’ memang mendapat peringkat yang cukup tinggi dan Indonesia masuk kedalam urutan ke 7 sebagai negara yang paling sering menggunakan kata kunci ‘sex’ dalam mengakses interntet (Sulianta, 2010). Menurut Sulianta, orang dewasa termasuk laki-laki dewsa juga mengakses pornografi yang dapat mereka lakukan dimana saja asal terkoneksi ke internet. Fakta menunjukkan bahwa didapati 40 juta orang dewasa di Amerika mengakses website pornografi secara reguler dan laki-laki dewasa yang mengakses pornografi di tempat kerjanya sebanyak 20%.

Menurut Sukma dalam bukunya yang berjudul menguak identitas barumu (2005) mengatakan bahwa ada banyak dampak negatif yang disebabkan dari menonton film atau membaca buku yang bernuansa pornografi, yaitu adalah film atau buku bernuansa porno dapat merusak mental dan pribadi seseorang apa lagi terhadap pria dewasa. Menurutnya bila seorang apa lagi seorang laki-laki dewasa sering mengakses hal-hal tentang pornografi lama kelamaan akan muncul menyebabkan konsentrasi belajar atau bekerja akan terganggu. Saat belajar atau bekerja kita membutuhkan kerja keras dan konsentrasi yang konsisten. Bagaimana bisa seorang laki-laki dewasa dapat konsentrasi dalam perkerjaan bila pikiran dan minatnya hanya tertuju pada masalah pornografi. Otak seseorang yang sudah dipenuhi oleh pornografi akan sulit berbuat kreatif dan inovatif. Selain itu dampak buruk yang di akibatkan oleh pornografi yang terakhir adalah terlibat pergaulan yang buruk. Menurutnya pergaulan sosial seseorang akan menjadi tidak sehat karena pornografi.

(4)

4

seks sepanjang hari, setiap wanita yang ia lihat akan terlihat seperti lensa pornogafi. Pada laki-laki terdapat beberapa bahan kimia penting dalam gairah seksual dan respon saat mereka mengkonsumsi konten pornografi, yang pertama testoteron yang merupakan hormon laki-laki yang mendorong minat seksual. Testoteron tampaknya menjadi kemungkinan dari adanya dorongan seks dan di produksi oleh otak. Kemudian yang kedua adalah dopamin, dimana dopamin menjadi neurotransmitter yang membuat seorang laki-laki menjadi kecanduan dan menimbulkan rasa menyenangkan. Yang dimaksudkan disini adalah bahwa dopamin mengarahkan seseorang untuk segera memuaskan atau melampiaskan hasrat seksualnya ketika mereka melihat pornografi.

Pendapat Struthers tentang pornografi sejalan dengan pendapat yang di kemukakan oleh Haryatmoko (2007) yang mengatakan bahwa pornografi di anggap dapat memicu dan menimbulkan rangsangan seksual sehingga akan mendorong perilaku yang membahayakan atau merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Keingina laki-laki dewasa untuk menonton film atau melihat hal-hal berbau pornografi biasanya di karenakan adanya dorongan hasrat biologis seseorang seperti hormon. Setelah seorang laki-laki dewasa menonton video dan film-film porno, individu tersebut akan terdorong untuk melakukan tindakan-tindakan seksual yang menyimpang. Mulai dari mastrubasi, seks bebas, seks sejenis (homoseks) hingga melakukan tindakan kriminal (Hasan dan Nasma, 2005). Tentu saja tindakan seperti ini selain melanggar norma dan moral, juga melanggar aturan agama.

(5)

Pornografi di larang agama karena kekuatan imajinasi seks yang menggunakan media atau tidak pada dasarnya, pada hakikatnya sama yaitu dapat menyebabkan individu terangsang secara seksual. Sedangkan segala pemuasan syahwat tanpa melalui perkawinan yang sah di larang agama. (Faoziyah,2010). Karena pornografi dapat merusak akhlak seseorang maka oleh sebab itu agama sangat melarang keras umatnya mengkonsumsi hal-hal seperti ini. Dalam agama islam pornografi sangatlah dilarang.

Berdasarkan dengan ayat tersebut sudah jelas bahwa pornografi dilarang karena pornografi mengandung unsur ketelanjangan dan memperlihatkan aurat yang seharusnya tidak boleh kita lihat. Agama islam melarang seseorang untuk melihat aurat lawan jenisnya yang bukan pasangan hidupnya melalui pernikahan. Ini semua dikarenakan dapat menimbulkan syahwat, dan menyebabkan seorang laki-laki ingin menyalurkan syahwatnya, hal seperti ini dikatakan mendekati zina. Oleh sebab itu dalam ayat tersebut menegaskan untuk setiap individu dan di khususkan untuk laki-laki dewasa agar mampu mengendalikan dirinya termasuk dalam hal menjaga dorongan seksual dan meningkatkan religiusitas dalam diri (Agustina dan Hafiza, 2013).

Sebagai sikap batin, religiusitas tidak dapat dilihat secara langsung namun bisa tampak dari implementasi perilaku religiusitas itu sendiri. Laki-laki yang religius biasanya takut akan dosa dan lebih mendekatkan diri pada tuhan. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Andisti dan Ritandiyono (2008) menyatakan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh sebesar r = -0,378 dengan taraf signifikansi sebesar 0,007 (p < 0,01) yang berarti adanya signifikan antara tingkat religius seseorang terhadap perilakunya dalam hal-hal berbau pornografi terutama seks bebas. Menurutnya semakin tinggi religiusitas makan akan semakin rendah perilakunya dalam melakukan hal-hal yang di larang agama seperti seks bebas dan mengakses pornografi..

(6)

6

Agama mengatur segala gerak-gerik manusia di bumi. Dengan adanya aturan agama membuat laki-laki terutama dalam konteks mengakses pornografi menimbulkan dilema dalam hatinya untuk memilih mengikuti hawa nafsu atau tetap berpegang teguh pada agama. Laki-laki yang cenderung mengikuti hawa nafsunya dengan tetap menonoton tontonan pornografi biasanya memiliki tingkat religiusitas yang rendah dan tidak menghayati agamanya dengan baik sehingga dapat saja perilakunya tidak sesuai dengan ajaran agama (Andisti dan Ritandiyono,2008).

Laki-laki yang mementingkan hawa nafsunya dalam konteks menonton film porno dikatakan memiliki religiusitas yang rapuh, teori ini di perkuat menurut Kapinus dan Gorman (2004) bahwa laki-laki yang memiliki religiusitas yang rapuh, dengan mudah dapat di tembus oleh daya atau kekuatan yang ada pada hasrat seksualnya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan memandang agamanya sebagai tujuan utama hidupnya, sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam setiap tindakannya dan hawa nafsunya sehingga memiliki perasaan takut, cemas dan bersalah bahkan berdosa untuk mengikuti hawa nafsunya dalam menonton atau melihat hal-hal berbau pornografi (Andisti dan Ritandiyono,2008).

Pada tingkat religiusitas, bukan peraturan atau hukum yang bicara, akan tetapi keikhlasan, kesukarelaan, kepasrahan diri kepada tuhan (Pratiwi, 2009). Hasil penelitian pada 79 mahasiswa di UNWAMA Yogyakarta tahun 2004 pada mahasiswa laki-laki yang sudah dewasa kisaran usia 21 tahun ke atas menunjukkan adanya hubungan positif antara tingkat religiusitas adanya hubungan positif antara tingkat religiusitas dengan pengendalian dorongan seksual. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka pengendalian dorongan seksualnya juga semakin tinggi (Shanti, 2004).

(7)

larang oleh ajaran agamanya. Perilaku yang di atur oleh tuntutan agama akan mengarahkan seseorang dalam mengandilikan dirinya (Khairunnisa,2013).

(8)

8

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat gambaran religiusitas pada laki-laki dengan keccenderungan mengakses pornografi. Juga bertujuan untuk melihat adakah hubungan antara religiusitas pada laki-laki dewasa awal dalam kecenderungan mengakses pornografi.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini dapat dibedakan ke dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Toritis

Penelitian ini di harapkan memberikan gagasan, menambah ilmu pengetahuan dan informasi untuk memperkaya wawasan pembaca di bidang psikologi, khusunya bidang psikologi yang menyangkut agama seperti psikologi agama, psikologi perkembangan serta pendidikan dan perkembangan seks pada laki-laki dewasa yang menjelaskan pentingnya memahami makna hubungan religiusitas dengan kecenderungan perilaku mengakses pornografi pada laki-laki dewasa.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi peneliti dalam penelitian selanjutnya mengenai religiusitas sebagai salah satu bahan acuan peneliti. Juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi baru terutama dalam bidang psikologi agama, psikologi perkembangan dan bidang-bidang psikologi lainnya. 2. Bagi Subjek Penelitian

(9)

dewasa bahwa adanya larangan serius yang agama berikan untuk mereka karena mengakses konten-konten pornografi yang dapat memicu syahwat. Juga memberikan informasi agar dapat lebih memilah-milah mengakses konten-konten baik yang ada di internet maupun acara atau tontonan yang lebih positif.

3. Bagi Masyarakat Umum

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas

Agama berasal dari kata religion (inggris), religi (latin) atau relegere yang berarti mengumpulkan dan membaca kemudian religiare berarti mengikat. Dengan demikian mengandung makna bahwa religi atau agama umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus di patuhi dan dilaksakan oleh pemeluknya (Khairunnisa, 2013).

Ada pula teori yang menjelaskan tentang religiusitas, bahwa religiusitas adalah sikap batin pribadi (personal) setiap manusia di hadapan tuhan yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain yang mencakup totalitas kedalam pribadi manusia (Andisti dan Ritandiyono, 2008).

Tidak jauh berbeda dengan pendapat dari Agustina dan Hafiza (2013) mengenai definisi religiusitas. Keduanya berpendapat bahwa religiusitas adalah internalisasai nilai-nilai agama dalam diri seseorang. Internalisasi yang di maksud adalah berkaitan dengan kepercayaan terhadap ajaran-ajaran agama baik di dalam hati ataupun dalam ucapan. Kepercayaan ini kemudian di aktualisasikan dalam perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.

Jadi dari berbagai definisi yang dikemukan ke tiga tokoh diatas, religiusitas dapat disimpulkan bahwa, religiusitas adalah sebagai sikap personal individu dalam menginternalisasikan dan mengaplikasikan aturan-aturan dalam agama dan kewajiban yang dipatuhi oleh individu tersebut.

2. Dimensi Religiusitas

Menurut Masruroh dalam skripsinya (2015),religiusitas memiliki beberapa dimensi di dalamnya, yaitu :

(11)

a. Dimensi keyakinanan atau ideologis

Dimensi keyakinan adalah tingkatan sejauh mana seeorang menerima hal-hal dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan kepada tuhan, malaikat, surga dan neraka. Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan adanya unsur ketaan bagi setiap pengikutnya. Adapun dalam agama yang di anut oleh sesorang, makna yang terpenting adalaah kemauan untuk mematuhi aturan yang berlaku dalam ajaran agama yang di anutnya. Jadi dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus di taati oleh penganut agama. Dengan sendirinya dimensi keyakinan ini menuntut dilakukaknnya praktek-praktek peribadatan yang sesuai dengan nilai-nilai islam.

b. Dimensi praktik agama atau ritualistik

Dimensi praktik agama yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Unsur yang ada dalam dimensi ini mencakup pemujaan, ketaatan, serta hal-hal yang lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang di anutnya. Wujud dari dimensi ini adalah perilaku masyarakat pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang berkaitan dengan agama. Dimensi praktek dalam agama islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah shalat, puasa, zakat, haji ataupun praktek muamalah lainnya.

c. Dimensi pengalaman atau ekperiensial

Dimensi pengalaman adalah perasaan-perasaan atau pengalaman yang pernah di alami dan di rasakan. Misalnya merasa dekat dengan tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan, diselamatkan oleh tuhan dan sebagainya.

d. Dimensi pengetahuan agama atau intelektual

(12)

12

tidak seseorang yang beragama harus mengetahui hal-hal pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi. Dimensi ini dalam islam meliputi pengetahuan tentang isi Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan, dan sebagainya.

e. Dimensi konsekuensi

Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, misalnya apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang yang kesulitan, mendermakan hartanya dan sebagainya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Pratiwi (2009) menyebutkan ada 2 faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas:

a. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu. Terdiri dari faktor hereditas (keturunan), tingkat usia, kepribadian, kondisi kejiwaan.

b. Faktor ekstern. Dapat dilihat dari lingkungan dimana seseorang itu hidup. Terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan institusional, lingkungan masyarakat.

4. Aspek-aspek Religiusitas

Aspek-aspek religiusitas dalam islam menurut Ancok (2001), terdiri atas:

a. Aspek keyakinan atau akidah, menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agmanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamaental dan dogmati, seperti keyakinan tentang Allah, malaikat, Nabi/ Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

(13)

pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, zikir, kurban dan lain-lainnya

c. Aspek penghayatan, menunjukkan pada seberapa jauh tingkat muslim dala melaksanakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius, seperti perasaan dekat dengan allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan bertawakal (pasrah diri secara positif) kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.

d. Aspek akhlak atau pengalaman, menunjukkan pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain, seperti suka menolong, bekerja sama berderma, berlaku jujur, memaafkan, tidak berjudi, mematuhi norma-norma islam dalam berperilaku seksual.

e. Aspek ilmu atau pengetahuan, menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab suci, seperti pengetahuan tentang isi Al-Qur’an , rukun iman dan rukun islam, hukum-hukum islam, sejarah islam dan sebagainya.

5. Pengukuran Religiusitas

Menurut Mardiah (2011) berdasarkan teori Glock dan Stark aspek-aspek yang di ukur dalam religiusitas ada lima yaitu:

a. Keyakinan (the belief) mencakup keyakinan terhadap tuhan, mukjizad (keajaiban) dari tuhan, kehidupan setelah kematian, kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan.

(14)

14

c. Pengalaman (the experience) mencakup pengalaman yang memperkuat dan pengalaman responsif.

d. Pengetahuan (knowledge) mencakup pengetahuan tentang ajaran dan dasar-dasar agam yang di anut dan pengetahuan terhadap isi kitab suci. e. Konsekuensi (the consequence) mencakup sabar, jujut, ikhlas dan

memaafkan.

B. Dewasa Awal

1. Dewasa Awal

Masa dewasa awal biasanya dimulai pada akhir usia belasan atau permulaan usia 20-an dan berlangsung sampai usia 30-an. Masa dewasa awal merupakan waktu untuk membentuk kemandirian pribadi dan ekonomi (Santrock, 2003).

Yang dimaksud dewaasa awal menurut usia, adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah). Adulthood (status dalam keadaan kedewasaan) di tunjukkan pada usia 21 tahun untuk awal masa dewasa dan sering dihitung sejak 7 atau 8 tahun seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak masa pubertas. Dewasa dilihat dari sudut pandang dimensi biologis juga bisa dilihat dari segi fisik, dimana manusia dewasa memiliki karakteristik khas seperti mampu memilih pasangan hidup, siap berumah tangga dan melakukan reproduksi (Ali, 2007).

(15)

C. Perilaku 1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain yaitu berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang di amati langsung, maupun yang tidak dapat di amati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Sedangkan Sarwono (1993) berpendapat bahwa perilaku adalah sebagai sesuatu yang di lakukan oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (innert Behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersbut disamping aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif.

Berbeda dengan Sarwono dan Walgito, Chaplin (1999) justru memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefiniskan sebagai segala sesuatu yang di alami seseorang. Pengertia yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang di lakukan oleh manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan baik secara emosional dan motorik.

D. Pornografi 1. Definisi Pornografi

(16)

16

Dengan demikian arti dari pornografi adalah tulisan, sketsa, atau gambar tentang perempuan sebagai pelacur kelas murah (Irianto, 2006).

Sedangkan menurut Chatib (2012) dalam kamus besar bahasa Indonesia pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks.

Berbeda dari mereka menurut Mariani dan Bachtiar (2010) pornografi adalah gambar yang mengeksploitasi seksual, kecabulan dan/atau erotika. Yang termasuk pornografi adalah gambar orang dewasa telanjang, gambar hubungan seksual, gambar kelamin dan payudara.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pornografi adalah berupa gambar, sketsa yang mengeksploitasi bagian tubuh seperti alat kelamin, payudara dan adegan hubungan seksual guna membangkitkan nafsu seksual.

E. Hipotesis Penelitian

(17)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang di lakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sarwono, 2010). Prosedur pemecahan masalah pada metode ini adalah dengan cara menggambarkan objek penelitian pada saat keadaan sekarang berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya (Siregar,2010). Selanjutnya hasil penemuan akan di deskripsikan yaitu dengan melakukan pengamatan serta menggambarkan sifat atau peristiwa yang tengah berlangsung pada saat peristiwa dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu (Wardhani, 2013). Penelitian ini di gunakan untuk mengkaji parameter populasi yang berbentuk penggambaran melalui responden yang terlibat dalam penelitian. Penelitian ini mengkaji gambaran religiusitas pada laki-laki dewasa awal dengan kecenderungan mengakses pornografi.

A. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini melibatkan satu variabel, yaitu religiusitas. Religiusitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai sikap personal individu dalam menginternalisasikan dan mengaplikasikan aturan-aturan dalam agama dan kewajiban yang dipatuhi oleh individu tersebut.

B. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian, Teknik Pengambilan Sample

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di acara majelis Rasulullah untuk daerah Jakarta, Rohis-rohis masjid daerah sekitar bekasi dan perkumpulan rohis di Universitas Gunadarma Kalimalang.

(18)

18

2. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, yang di terapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sample adalah bagian yang akan dipelajari dan diamati untuk di teliti (Sarwono, 2010).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh laki-laki dewasa yang terlibat dalam aktifitas keagaaman seperti rajin mengikuti doa bersama dan kegiataan keagamaan majelis Rasulullah. Selain itu populasi penelitian ini adalah ditujukan kepada seluruh laki-laki dewasa awal yang mengikuti kegiatan rohis baik di masjid sekitar bekasi dan rohis di Universitas Gunadarma sebanyak ± 100 orang. b. Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap serta di anggap mewakili populasi. Sampel merupakan bagian yang akan dipelajari dan di amati untuk di teliti (Sarwono, 2010).

3. Teknik Pengambilan Sampel

(19)

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang di perlukan (Siregar, 2010). Dalam sebuah penelitian pengumpulan data merupakan suatu proses yang sangat penting. Data-data yang telah peneliti kumpulkan akan di gunakan guna pemecahan masalah yang sedang di teliti atau menguji hipotesis yang dibuat. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah penyebaran kuesioner (angket) pada seluruh anggota rohis laki-laki di masjid At-taq’wa dan masjid-masjid di sekitar daerah bekasi juga untuk beberapa anggota laki-laki majelis Rasulullah yang sudah dewasa (dewasa awal).

Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di berikan respon sesuai dengan permintaan peneliti. Angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri dari responden atau setidak-tidaknya pada pengetahuan, keyakinan, maupun sikap pribadi responden (Widoyoko, 2012). Alat ukur untuk penelitian ini adalah skala tingkat religiusitas dan kecenderungan perilaku mengakses situs porno yang telah di kembangkan oleh Faoziyah (2010).

D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

(20)

20

Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa validitas adalah sebagai sejauhmana tes mampu mengukur atribut yang seharusnya diukur. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan menghasilkan eror pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang di peroleh oleh alat ukut tersebut tidak jauh beda dari skor yang sesungguhnya (Azwar, 2015).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukuran. Dalam metode kuantitatif, data reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti yang sama dalam waktu berbeda menghasilkan data yang sama atau sekelompok data bila dibagi menjadi dua kelompok menunjukkan data yang tidak berbeda (Lapau,2012).

Sedangkan menurut Priyano (2013) reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran instrumen dapat di percaya. Suatu alat ukur dikatakan reliabel bila alat itu mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang sama.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori, dan satuan uraian dasar. Tujuan dari analisis data adalah untuk mempersiapkan jawaban terhadap masalah penelitian. Data di kategorikan,diatur dan diringkas. Beberapa atribut ini biasanya yang ingin di temukan oleh peneliti (Lapau,2012) :

1. Karakteristik data, dimana peneliti ingin mengetahui mean dan mode dari metode suatu masalah yang di gunakan atau median.

2. Varian data,dimana peneliti tertarik tidak hanya pada rata-rata karakteristik dari suatu kelompok tetapi juga pada variasa dalam kelompok.

(21)
(22)

22

Daftar Pustaka

Agustina, Ike., Fauzan, Hafiza. (2013). Religiusitas dan perilaku cybersex pada kalangan mahasiswa. Jurnal Psikologi. Vol.18. No.1.

Ancok, Djamaludin. (2001). Psikologi islami. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Andini, Ida Ayu Putu Sri (2009). Sikap terhadap perilaku seks maya berdasarkan jenis kelamin pada dewasa awal. Jurnal Psikologi. Vol. 2. No.2.

Referensi

Dokumen terkait

Saya dapat salah mengambil keputusan dalam berinvestasi pada saat saya sedang buruk (badmood).. Dalam berinvestasi emas, saya selalu menghitung keuntungan yang akan diperoleh.

Rijken mengatakan bahwa klausula eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi

1) Kemampuan siswa dalam menulis teks prosedur siswa kelas VII H SMP Mutiara 4 Bandung dengan model pembelajaran Active Learning melalui media gambar pada

Data Hasil Observasi Kegiatan Mencari Unsur Intrinsik Cerita Siswa Kelas VI SDN Jogosatru Dengan Menggunakan Media Audio Visual Menyimak Cerita Dalam VCD Dongeng

dan pembacaan do’a serta rangkuman materi hari kemarin yang disampaikan oleh Ketua Kelas, pada hari kelima pemberian materi dimulai tepat pukul 08.00 dan berjalan lancar, semua

Selain itu pada bagian ini akan membahas mengenai metodologi pengembangan sistem dan kakas pemodelan yang akan digunakan dalam membangun E-learning Dengan

Melalui kegiatan mengamati wujud benda padat dalam power point, peserta didik dapat menyebutkan 5 contoh benda padat yang ada disekitarnya dengan benar.. Melalui kegiatan