• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Partai Politik di Indonesia s

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Eksistensi Partai Politik di Indonesia s"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Eksistensi Partai Politik di Indonesia sebagai Pemenuhan Hasrat Kekuasaan Kaum Elite

Studi literature : Keberadaan Kaum elite pengusaha dan intelektual dalam partai politik Oleh : Setyana Budiarti1

Abstrak

Tulisan ini dilatari oleh eksistensi partai-partai politik yang ada di Indonesia sekarang, dengan banyaknya kaum elite yang memanuver dan mengambil alih di dalamnnya. Hal ini dapat di katakan adanya permainan kapitalis dan kelas sosial yang di dominasi oleh kelompok atau golongan yang mendominasinnya atau mendominasi golongan kelas lainnya. Kaum elite yang menggeluti disini bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan yang ada pada sistem pemerintahan, sehingga mereka dapat memenuhi hasrat kekuasaan mereka dan menggapai kepentingan yang sesuai dengan kepetingan golongannya.

Kata Kunci: Partai Politik, Kaum Elite, Birokrasi, Kelas dan Kekuasaan. LATAR BELAKANG

Partai politik atau yang sering dikatakan sebagai kendaraan politik adalah alat untuk ikut andil dalam kebijakan-kebijakan dan menjalankan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia yang berasaskan demokrasi pancasila. Sebagai lembaga politik, partai politik bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, partai politik boleh dibilang masih relative muda2. Kini sudah banyak perubahan dari fungsi awal partai politik sebagai wahana bagi

warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan memperjuangkan kepentingan dihadapan penguasa3. Namun, memang tak dapat di pungkiri

bahwa partai politik yang ada di Indonesia ini memiliki asas kepentingannya

masing-1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi A, angkatan 20masing-13. NIM 48masing-15masing-13masing-1303

(2)

masing. Kepentingan berdasarkan kelompok atau golongannya, karena partai politik dianggap sebagai alat yang tepat untuk mendapatkan kekuasaan di suatu negara dan menggerakan kebijakan yang dianggap penting oleh kelompok-kelompok kepentingan. Kelompok-kelompok kepentingan disini lebih kepada kelompok kepentingan kaum-kaum elite yang berlandaskan kapitalis, tak di pungkiri bahkan dalam dunia perpolitikan pun kapitalis tetap ada. Dalam perjalananya, partai politik dalam melakukan kegiatan partai dan mengikuti pemilu pastinya membutuhkan dana yang tidak sedikit. Maka dari itu, peran para kaum elite yang bermain disini. Dimana mereka tentunya memiliki dana untuk mengikuti perpolitikan yang ada di Indonesia, tentunya dengan harapan mereka memiliki kekuasaan dan mendapatkan hasil kembali atau feedback dari dana yang telah mereka keluarkan. Lalu bagaimana dengan eksistensi partai politik yang sesunguhnya jika memang partai politik terkini telah berganti fungsi menjadi suatu alat pemenuhan hasrat kekuasaan kaum elite semata? Dan digunakan agar dapat menjalankan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dan keinginan kaumnya? Tentunya juga dengan mndapatkan feedback sebanyak-banyaknya. Dan bagaimana dengan kaum bawah atau bukan dari kalangan kaum elite? Bagaimana dengan eksistensi mereka dalam partai politik?

(3)

Indonesia. Lalu bagaimana dengan fungsi partai politik yang sesungguhnya? Dengan banyaknya kaum elite yang menguasai partai-partai politik yang ada di Indonesia. Terlihat bagaimana para pengusaha yang berhasil membiayai dan memanuver kebijakan-kebijakan yang ada dalam Indonesia ini. Dan terlihat kelas sosial sangat bermain di dalamnya, dengan segala aturan dan keadaan yang ada.

PEMBAHASAN

Partai Politik dan Birokrasi di Indonesia

Partai politik atau yang sering disingkat dengan parpol merupakan sebuah alat untuk dapat masuk ke dalam dunia pemerintahan ataupun parlemen. Partai politik juga merupakan sebuah alat untuk mewadahi pluralitas aspirasi dan kepentingan masyarakat4. Mengapa bisa

demikian? Karena di dalam partai politik pasti terdiri dari beragam idividu dan tiap-tiap individu tersebut tentunya unik dan berbeda. Selain itu, partai politik juga sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi masyarakat karena partai politik yang nantinya akan berada dalam sistem pereintahan yang ada di Indonesia dan dapat menentukan kebijakan-kebijakan. Idealnya partai politik itu terdiri dari berbagai individu dan karakter meskipun tiap-tiap partai politik memiliki golongan dan kepentingan yang berbeda-beda. Partai politik juga sebagai sarana untuk masyarakat untuk di negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia.

Di Indonesia sendiri yang merupakan negara demokrasi yang berlandaskan pancasila atau demokrasi pancasila menganut sistem multipartai yang sejak awal kemerdekaan pun sudah diwarnai dengan adanya partai politik. Kemudian sejak pemilu tahun 1977 hanya tiga partai politik yang diperbolehkan mengikuti pemilu, yaitu PPP atau Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia atau PDI, dan Golongan Karya atau Golkar ( dalam Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi, 2014:2 ). Hal ini terjadi karena adanya otoriter pemerintahan era Soeharto, dimana seain partai politik yang di tahan

(4)

kebebasannya, begitu juga dengan kebebasan pers atau media massa. Lalu kemudian Indonesia juga bisa menggunakan sistem multi partai yang seharusnya dengan ikutnya 48 partai politik dalam pemilu tahun 1999. Dan hingga sekarang partai politik di Indonesia berjumlah 15 partai politik dengan 3 partai politik local aceh, entah itu partai politik yang berlandaskan religi atau agama, buruh atau pekerja maupun partai politik yang berlandaskan golongan.

Partai politik di Indonesia sudah menjadi sesuatu yang penting, karena dengan adanya partai politik sebagai penyalur ke dalam parlemen dan pemerintahan yang lainnya. Negara Indonesia yang berasaskan ideology pancasila tentunya akan menjalankan pemerintahan dengan seidealnya, dengan menjalankan tatanan birokrasi dalam suatu kenegaraan yang sesuai dengan kondisi negaranya. Dalam partai-partai poitik tersebut tentunya akan mengirimkan angota-anggotanya dalam kontes perebutan kursi parlemen atau pemerintahan entah itu dalam tingkat nasional ataupun daerah yang disebuut dengan Pemilu atau Pemilihan Umum. Karena dalam pemilu ini partai-partai politik bisa menempatkan anggotanya untuk masuk ke bagian-bagian yang ada panda pemerintahan dan juga menjadi presiden dan kabinetnya. Tentunya, di dalam setiap birokrasi kenegaraan pastinya ada bagian-bagian atau sistem yang mengatur dan menjalankan kebijakan dan pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Max Weber tentang bagaimana birokrasi itu, menurut Weber birokrasi itu harus berdasarkan birokrasi yang rasional. Menurut Weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara berikut:5

1. Individu pejabat secara rasional bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas dalam menggunakan jabatannya untuk keperluan pribadinya.

2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkat hierarki dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya tentunya adanya atasan dan bawahan.

(5)

3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya.

4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus di jalankan. 5. Setiap pejabat di seleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya.

6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pension sesuai dengan tingkatan hierarki jabatannya.

7. Terdapat struktur pengembangan karier yang dengan promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pandangan yang obyektif.

8. Setiap pejabat tidak dibenarkan menjalankan jabatannya untuk kepentingan pribadinya.

9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang di jalankan secara disiplin. (Weber, 1978 dan Albrow, 1970 dalam Birokrasi dan Politik di Indonesia, 2012: 18)

Berdasarkan tipe-tipe ideal yang dikemukakan oleh Weber, bisa dilihat bagaimana partai politik menempatkan anggota-anggotanya di dalam birokrasi yang ada di Indonesia. Dengan harapan untuk bisa menjalankan birokrasi yang ideal seperti yang dikemukakan Weber. Namun, dengan eksistensi parpol atau partai politik yang terbanjiri oleh kaum elite dan kelas bermain di dalamnya, birokrasi yang ideal itu dapat terpenuhi? Memang tidak disetiap bentuk pemerintahan cocok dengan tipe birokrasi yang ideal atau rasional weber. Weber juga mengemukakan bahwa birokrasi itu lebih kepada sistem kekuasaan ( Miftah Thoha dalam Birokrasi dan Politik di Indonesia, 2012: 22). Sistem kekuasaan yang dimaksudkan disini adalah bagaimana yang memiliki jabatan di atas dan jabatan yang di bawah, bagaimana mengontrol dan memanuver birokrasi dengan sistem kekuasaan tersebut.

(6)

kursi dalam parlemen atau pemerintahan itu tidaklah murah. Tentunya dengan feedback atau keuntungan kembali yang bisa lebih besar jika partai politik tersebut dapat menang dalam perlombaan perebutan kursi atau pemilu.

Sumber Dana dan Keuangan Partai Politik di Indonesia

Partai politik yang ada di Indonesia memiliki tiga sumber keuangan bagi partainya, sesuai dengan pasal 17 ayat (1) UU No. 31 Tahun 2002 tentang sumber pendanaan partai politik, yaitu (a) iuran anggota; (b) sumbangan yang sah menurut hukum; dan (c) bantuan dari anggaran negara6. Sementara itu, AD/ART PPP tentang sumber pendanaan

partai politik yaitu dari: (a) uang pangkal dan iuran anggota; (b) iuran wajib anggota yang duduk sebagai anggota legislative, pejabat eksekutif, dan pejabat lembaga pereintahan lainnya; (c) penerimaaan yang halal dan tidak mengikat; (d) bantuan dari negara atau pemerintah.

Dalam realitasnya, sumber pendanaan partai politik sebagian besar dari subsidi negara dan sumbangan yang sah menurut hukum yang ada, karena jika di lihat dalam realitas partai politik di Indonesia sekarang ini, iuran anggota masih menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Sumber pendanaan partai yang berasal dari iuran para anggota panda umumnya tidak begitu signifikan secara nominal karena relative belum melembagannya tradisi berpartai secara sukarela di negeri ini.7

Kaum Elite dan Kaitannya dalam Partai Politik dan Pemerintahan

Kaum elite adalah golongan kelompok atau kumpulan individu yang melebihi masyarakat mayoritas lainnya dalam hal kualitas dan kekayaan, atau dapat dikatakan kaum elite disini adalah kaum berada di atas dalam segi harta atau orang kaya. Keberadaan kaum elite di dalam partai politik ini memang tidak dapat di pungkiri, dan

6 Lihat dalam Syamsuddin Haris. 2014. Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 82.

(7)

selalu mendapatkan tempat yang khusus di partai politik. Mengapa demikian? Karena para kaum elite ini dapat mengeluarkan cost dan seakan-akan membeli kekuasaan tersebut. Dilihat dari pemilu yang ada di Indonesia panda tahun 2014 ini, banyak anggota partai politik yang mengeluarkan para kaum elite sebagai perwakilannya. Selain mendapatkan perhatian dari para pemilih dengan uang, juga memiliki kemampuan untuk nantinya dapat membantu partai politik yang mendidiknya.

Hal ini yang menyebabkan banyak kaum elite yang menempati kursi-kursi parlemen dan bahkan mencalonkan diri sebagai presideng Republik Indonesia. Hampir tidak terlihat kaum-kaum bawah yang menempati posisi-posisi tersebut, atau menggeluti dunia politik dengan ikut dalam partai politik, dengan alasan ketidak mampuan dalam hal harta atau uang untuk cost yang dikeluarkan dalam dunia perpolitikan. Terlihat jelas bahwa peran kelas dan kapitalis bermain dalam segi atau ranah perpolitikan yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnnya partai politik. Seperti pemikiran Marx tentang kelas sosial, bahwa sejarah dari segala bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan8. Golongan yang dimaksud disini adalah golongan

antara bourguise dan ploretar, dimana golongan bourguise disini yang mengendalikan kaum ploretar. Sama halnya dengan keberadaan kaum elite yang ada dalam ranah partai politik dan birokrasi. Kaum elite dalam ranah partai politik disini bertingkah sebagai dalang dari sebuah pewayangan kaum-kaum di bawah. Kaum elite disini selain para pengusaha juga kaum elite intelektual yang berperan besar dalam pergerakan partai politik.

Para pengusaha dan kaum elite intelektual disini yang banyak menempati posisi-posisi penting dalam partai politik karena mereka mengetahui tentang perekonomian dan industry, sehingga mereka dapat meluncurkan kebijakan-kebijakan dan strategi politik yang mumpuni dalam perpolitikan di Indonesia ini. Dengan demikian, dunia perpolitikan pun tak jauh dari permainan kapitalis. Dengan kaum elite yang berkuasa dalam ranah partai politik, sehingga mereka dapat mengakses kekuasaan birokrasi di

(8)

suatu negara terutama negara Indonesia. Tak lain dari para kaum elite disini yang pada awalnya memang sudah memiliki kekuasaan di bidangnya atau dalam usahanya, namun masih memiliki tekad untuk menggapai kekuasaan suatu negara.

Karena dengan masuk dalam ranah politik dan dapat menduduki kursi-kursi parlemen hingga presiden dan kabinetnya, tentunya akan dapat memanuver kebijakan dan kepentingan yang di inginkannya atau sesuai dengan kelompoknya. Selain itu Marx berpendapat bahwa birokrasi berusaha secara terus menerus untuk mempertahankan dan memperpanjang fungsi dominasinya9. Dengan demikian birokrasi yang sudah dikuasai

oleh suatu kelas dominasi atau dalam hal ini, kaum elite yang sudah mendominasi partai-partai politik dan pemerintahan yang ada di Indonesia berusaha untuk mempertahankan dominasinya untuk tetap bisa mengonsolidasi dan mempertahankan kekuasaannya dalam ranah perpolitikan ini. Dengan begitu mereka bisa menguasai suatu negara dan kelas-kelas sosial lainnya dalam cangkupan yang lebih luas dengan memasuki pemerintahan di Indonesia itu sendiri.

KESIMPULAN

Keberadaan kaum elite memang tak dapat dipungkiri di dalam birokrasi yang ada di Indonesia, khususnya langkah awal mereka di dalam parpol atau partai politik. Kaum elite disini menempati posisi-posisi penting untuk memanuver kebijakan dan kepentingan golongan mereka. Namun, tak dapat di pungkiri eksistensi partai politik sekarang ini yang banyak digelantungi oleh kaum elite bertujuan untuk mendapat kekuasaan yang di dominasinnya. Pemikiran yang dikemukakan oleh Marx ( Miftah Thoha dalam Birokrasi dan Politik di Indonesia, 2012 : 23 ) birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya. Kelas sosial yang dimaksud mendominasi dalam ranah perpolitikan ini adalah kaum elite yang banyak menggelantungi dan memainkan partai politik sampai masuk ke dalam pemerintahan Indonesia. Dan

(9)

kelas sosial disini adalah kelas-kelas bawah atau yang bukan termasuk dalam kaum elite yang ada di dalam partai politik.

(10)

Daftar Pustaka

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Haris, Syamsuddin. 2014. Partai, Pemilu, dan Parlemen Era Reformasi. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Thoha, Miftah. 2012. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George. 2011. Teori Sosiologi. Yogyakarta: PT Kreasi Kencana. Irewati, Awani. 2007. Jurnal Penelitian Politik: Demokrasi Mati Suri. Emilia

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis solida- ritas sosial di kalangan laki-laki feminin, studi kasus pada Komunitas A+ Organizer di Padang Sumatera

Intelegensi siswa dan program remedial teaching mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VI di MI

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengemukakan penerapan metode semi analitik pada penyelesaian persamaan difusi menggunakan metode garis dan galat yang dihasilkan.. Serta

Kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan nama kanker serviks, menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di

Kriteria pengambilan keputusan dari hasil olah data model regresi adalah, apabila nilai probability value atau significant-t lebih kecil dari 5% maka dapat

abnormal, dan benih yang belum tumbuh), laju perkecambahan, indeks vigor, bobot segar kecambah, dan bobot kering kecambah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan ayah dengan perilaku seksual remaja.Sebagian besar ayah bekerja dengan perilaku remaja kurang baik.Hal

Hal seperti itu dapat terjadi karena kebiasaan guru dalam menyajikan pembelajaran terlalu mengacu pada target pencapain kurikulum sehingga mengabaikan hal yang nampaknya sepele