1
OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT IPLT
1. UMUM
Pengoperasian instalasi pengolahan air lumpur tinja (IPLT) mengacu pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam. Ruang lingkup dalam petunjuk teknis ini memuat ketentuan teknis dan cara persiapan pengoperasian, pelaksanaan pengoperasian, pelaksanaan pemeliharaan dan pelaksanaan pengendalian IPLT.
Ketentuan umum yang harus dipenuhi untuk pengoperasian dan pemeliharaan IPLT adalah sebagai berikut:
a. di instalasi dilengkapi dengan gambar bangunan
b. setiap peralatan harus dilengkapi katalog dan daftar operasi dan pemeliharaan c. air Iimbah yang diolah adalah lumpur tinja
d. tersedia influen air Iimbah
e. tersedia fasilitas penyediaan air bersih yang memadai
f. telah diuji coba terhadap pengaliran air (profil hidrolis) dan kebocoran
g. ada penanggunjawab pengolah air Iimbah yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang h. tersedia biaya pengolahan yang dialokasikan pada institusi pengelola
i. kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan IPLT harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundangan pengolahan air Iimbah dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja
j. masyarakat sudah diberi informasi
2. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK UNIT-UNIT DALAM IPLT
Persyaratan teknis dalam operasional IPLT memuat ketentuan tentang kriteria dan persyaratan yang harus diikuti untuk mendapatkan efisiensi pengolahan sesuai dengan yang telah direncanakan. Persyaratan teknis ini meliputi kualitas dan kuantitas influent lumpur tinja (air limbah) yang akan masuk ke tiap unit pengolahan di dalam IPLT, waktu retensi (waktu tinggal) lumpur tinja di dalam tiap unit, serta kriteria disain lainnya.
Persyaratan teknis untuk kualitas lumpur tinja yang masuk ke dalam IPLT harus memenuhi: • Laju/kapasitas lumpur tinja (cairan dan endapan) sebesar 0,5 L/org/hari
• KOB (BOD5) = 5.000 mg/L • TS = 40.000 mg/L
2
Bila parameter-parameter influent lumpur tinja yang masuk ke IPLT melebihi konsentrasi tersebut, maka diperlukan pengenceran dengan persyaratan:
• Bahan yang digunakan sebagai pengencer tinja dapat menggunakan air sungai atau air pengencer lain dengan konsentrasi KOB (BOD5) maksimal 10 mg/L
• Unit pengolahan yang memerlukan pengenceran adalah influent pada tangki imhoff dengan kadar minyak dan lemak tinggi dan influent pada kolam stabilisasi fakultatif dengan KOB yang melebihi 400 mg/L
Persyaratan teknis untuk pengoperasian tangki imhoff • Zona sedimentasi:
o Kecepatan aliran horizontal I cm/det o Beban permukaan ≤ 30 m3/m2.hari
o Waktudetensi ≥ 1,5 jam
o Efisiensi pemisahan TSS = (40-60)% dan konsentrasi KOB berkisar (30-40)% • pH antara 7-8
• Ketinggian zona netral 0,5 m • Slot tidak boleh tersumbat
• Permukaan zona sedimentasi harus bersih dari buih dan kotoran mengambang • Lumpur matang mempunyai karakteristik:
o Kadar air (88-92)%
o Asam volatil < 2.000 mg/l
o Lumpur berwarna hitam, berbau ter, kental dan mudah meresap • Laju endapan lumpur 0,06 l/orang/hari dengan waktu retensi satu bulan
• Setiap pembuangan lumpur matang, pipa inlet dan distribusi harus digelontor atau dibersihkan
3
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi anaerobik • Permukaan kolam harus tertutup buih
• Beban KOB volumetrik berkisar antara (60-100) g KOB/m3. hari • Efisiensi pemisahan KOB ≥ 50%
• ph influen (8-9)
• Lumpur harus dikuras secara berkala dengan pompa
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi fakultatif • Permukaan air harus berwarna hijau yang menandakan adanya algae • Beban KOB volumetrik (60-100) g KOB/m3.hari
• KOB influen ≤ 400 mg/l
• Efisiensi pemisahan KOB ≥ 70% • pH antara 7-8
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi maturasi • Beban BOD volumetrik (40-60) g KOB/m3.hari
• Efisiensi pemisahan KOB 70%
• Efisiensi pemisahan E. Coli sebesar 95% (berdasarkan penurunan konsentrasi E. Coli dari kolam-kolam sebelumnya
Persyaratan teknis untuk pengoperasian kolam stabilisasi aerasi • Beban KOB volumetrik (400-600) g KOB/m3.hari
• Efisiensi pemisahan KOB 70% • Tenaga pengadukan:
o 6 Watt/m3 untuk kolam aerasi aerobik o (2-3) Watt/m untuk kolam aerasi fakultatif
Persyaratan teknis untuk pengoperasian bak pengering lumpur • Kadar air lumpur kering optimal (70-80)%
• Tebal lumpur kering di atas pasir (20-30) cm • Tebal lumpur basah di atas pasir (30-45) cm
• Media pasir yang harus diganti secara berkala dan dipasang pada lapisan teratas mempunyai kriteria seperti berikut:
4
o Tebal pasir (15-22,5) cm
o Kandungan kotoran ≤ 1 % terhadap volume pasir • Waktu pengeringan lumpur (7-10) hari
3. PERSYARATAN TEKNIS UNTUK KEGIATAN PENDUKUNG Ketentuan teknis lainnya yang dilakukan pada IPLT adalah sebagai berikut:
• Tenaga operator dibagi tiga shift dalam sehari dan setiap shift minimal terdiri dari dua orang yaitu masing-masing operator proses/lab dan operator mekanik/listrik
• Tenaga operator mekanik/listrik dengan kualifikasi minimal STM/SMU • Tenaga operator proses/Lab dengan kualifikasi minimal analisis/SMU • Setiap tenaga operator harus sudah mengikuti pelatihan sesuai bidangnya.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan IPLT diantaranya adalah sebagai berikut yaitu peralatan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan peralatan keselamatan dan kesehatan. Peralatan yang dibutuhkan untuk lebih detilnya dapat dilihat pada Petunjuk Teknis No. CT/AL/Op-TC/003/98 tentang Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam.
4. PERSIAPAN PENGOPERASIAN UNIT-UNIT IPLT 4.1 Persiapan Pembangkit Tenaga Listrik Generator
• Periksa tegangan listrik yang tersedia dan PLN • Periksa semua saklar ada pada posisi “off” • Pindahkan saklar utama pada posisi “on”
4.2 Persiapan Pompa
• Pastikan semua skrup dan baut dalam keadaan kencang/ketat • Periksa jumlah bahan bakar yang tersedia
• Periksa permukaan minyak pelumas mesin setiap kali akan menjalankan mesin atau minimal seminggu sekali tambahkan bila ketinggiannya berkurang.
• Periksa air radiator harus penuh, tambahkan bila kurang
• Pastikan tidak ada benda yang menghalangi aliran udara untuk mesin pendingin • Pastikan baterai dalam kondisi baik
• Periksa tegangan V-belt.
4.3 Pengujian Kolam Ekualisasi
5
• Pastikan kabel tenaga tersambung pada sumber daya dengan baik • Pastikan setiap komponen pompa dalam kondisi kering
4.4 Pengujian Tangki Imhoff dan/atau Kolam Stabilisasi Anaerobik
• Masukkan air kedalam unit ekualisasi melalui bagian inlet sampai air keluar pada bagian peluap.
• Ukur kedalaman air pada titik outlet, atur ketinggian sesuai ketentuan rancangan
4.5 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
• Masukkan lumpur tinja hingga penuh. Selama pengisian perlu diperhatikan agar tidak terjadi pergolakan aliran.
• Jaga derajat keasaman lumpur sesuai ketentuan teknis
• Tambahkan bibit mikrooganisme (dapat berupa buangan resapan tangki septik atau lumpur stabil dan unit digeser dan sistem pengolahan air Iimbah konvensional)
• Biarkan selama seminggu agar bakteri pembentuk asam dapat tumbuh dan berkembang, atau sebulan bila tidak dilakukan penambahan bibit. Selama waktu tersebut tidak boleh ada aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara aliran air Iimbah masuk dapat di bypass ke saluran terdekat yang direncanakan. Setelah waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dilaksanakan dimana air Iimbah dapat dialirkan secara kontinyu dan effluent dapat dibuka.
• Amati perkembangan edapan lumpur yang terjadi dengan mencatat kenaikan endapan lumpur untuk setiap penambahan lumpur tinja (rn/rn3)
• Arnbil sarnpel endapan lumpur terbawah setelah ketebalan Iurnpur rnencapai zona netral
• Lakukan analisis kandungan KOB (Kebutuhan Oksigen Biologis) dan Suspended Solid (SS) dalam sampel endapan lumpur
4.6 Pengujian Kolam Stabilisasi Fakultatif
Uji coba kolarn fakultatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Metode kultur
• Isikan air tawar biasa kedalarn kolam sesuai ketinggian yang ditetapkan • Tarnbahkan kultur algae sebagai bibit
• Jaga ketinggian perrnukaan air setiap hari dengan rnenambah air lirnbah baku secukupnya ke dalam kolam
6
• Biarkan selarna 2-3 han tanpa adanya pengaliran effluent
• Kolarn siap dioperasikan secara kontinyu dengan rnengalirkan air lirnbah baku secara terus rnenerus dan rnernbuka aliran pada pipa outlet
b) Metode alami:
• Isikan air limbah baku ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman operasi penuh • Biarkan selama 15 hari agar terjadi pembibitan secara alamiah
• Biarkan selama 15 hari lagi atau hingga jumlah algae yang terdapat di dalam kolam sesuai dengan ketentuan.
• Kolam siap dioperasikan secara kontinyu
4.7 Pengujian Kolam Aerasi
• Isi reaktor aerasi dengan air secara perlahan
• Hidupkan aerator bila air di reaktor aerasi sudah penuh • Tes semua pipa pembuang, katup, pintu air dan pompa
• Reaktor aerasi diisi dengan air Iimbah, sehingga aerator dapat mentransfer udara ke air Iimbah
4.8 Pengujian Kolam Maturasi
• Isikan air tawar biasa kedalam kolam maturasi yang dipasang seri
• Unit kolam maturasi pertama dapat menerima Iangsung effluent kolam fakultatif primer/sekunder yang telah diuji coba. Dalam hal ini lokasi outlet kolam fakultatif agar dibuat sedemikian rupa sehingga banyak algae yang lolos ke kolam maturasi
• Unit kolam maturasi kedua juga dapat menerima langsung buangan dan kolam maturasi pertama. Demikian seterusnya hingga pengaliran sampai pada unit kolam maturasi yang terakhir
• Kolam maturasi siap dioperasikan secara kontinyu dengan beban pengolahan sesuai perancangan yang disusun
5. OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNIT-UNIT IPLT 5.1 Operasi dan Pemeliharaan Truk Tinja
7
membedakannya maka truk penguras Lumpur tinja harus diberi warna yang berbeda, untuk truk tinja tangki maupun truk umumnya dicat dengan warna kuning.
Pengoperasian Truk Tinja
Untuk mengoperasikan vacuum truk yang tepat dan benar adalah penting untuk memperoleh hasil kerja secara efektif dan efisien. Operasi dan pemeliharaan truk tinja mengacu pada Petunjuk Teknis Tata Cara Operasi Dan Pemeliharaan Truk Tinja. Operator (pengemudi dan mekanik) harus benar-benar mengerti dan memahami petunjuk yang diberikan sebelum memulai operasi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pengoperasian truk tangki antara lain: a) Hentikan kendaraan pada tempat yang rata dan keras.
b) Hidupkan mesin kendaraan pada putaran yang rendah/idle. c) Hidupkan pompa vakum.
Pada saat penyedotan langkah prinsip yang dilakukan terdiri dari: a. Lakukan langkah 1,2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi. b. Siapkan lubang manhole tangki septik yang akan disedot. c. Masukan selang penyedot/penghisap ke dalam tangki septik.
d. Tutuplah katup (valve) penyedot dan pembuangan/discharge. Buatlah pompa dalam keadaan vakum dengan bantuan pompa.
e. Pastikan hubungan antar tangki dan pompa vakum dalam kondisi normal.
f. Tunggu sesaat, apabila manometer (pressure gauge) menunjukkan angka vakum (0 bar), atau minus (-40 psi s/d 0 psi), maka buka valve penyedot/suction valve.
g. Perhatikan tanda masuk lumpur ke tangki melalui sight glass, apabila ketinggian sudah mencapai maksimum, tutup kembali valve penyedot, kemudian matikan pompa vakum. h. Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan dalam perjalanan dan gulung selang
penyedot pada posisinya semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan.
Pada saat pembuangan, sistem sirkulasi pada peralatan vakum dapat dikemukakan sebagai berikut: • Lakukan langkah persiapan untuk operasi seperti diterangkan di atas
• Siapkan selang pembuangan ke dalam unit pengumpul.
• Normalkan tekanan dalam tangki sesuai dengan tekanan sekitar 1 bar. • Pastikan hubungan antar pompa vakum dan tangki dalam keadaan normal.
• Buka valve pembuangan, pastikan tekanan pada pressure gauge tidak lebih dari 20 psi di atas nol pada saat pembuangan.
8
• Periksa kelengkapan kendaraan untuk persiapan datam perjalanan dan gulung selang pembuangan pada posisi semula, untuk kemudian kendaraan dapat dijalankan
• Dalam proses penyedotan maka diperlukan waktu cukup untuk dapat ke kondisi vakum, sedangkan pada proses pembuangan aliran akan terjadi secara gravitasi
Gambar 1. Proses Penyedotan Lumpur Tinja Dari Tangki Septik (Sumber: Indah Water, 2011)
Pemeliharaan truk tinja
Setelah pengoperasian bila diperlukan untuk peralatan dan bagian-bagian kendaraan serta ujung dari selang yang kotor, maka dapat mengunakan air pada tangki air pembersih yang dapat diisi melalui lubang pengisian dengan air bersih. Langkah-langkah pencucian truk tangki adalah sebagai berikut: 1. Lakukan langkah 1, 2 dan 3 dalam Persiapan Untuk Operasi.
2. Putar valve mesin vakum pada posisi pressure.
3. Putar valve yang menghubungkan sistem sirkulasi pressure ke tangki air/water tank, ke arah on.
4. Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
5. Apabila proses pencucian sudah selesai, injak pedal kopling dan matikan vakum.
9
valve di putar ke arah water tank, kemudian drain dibuka dan melalui selang penyemprotan dapat difungsikan sebagai selang penyemprot air bersih. Dalam mengunakan air untuk mengisi maupun pembersihan, tidak dianjurkan mengunakan sistem pompa vakum karena kapasitas pompa yang besar tekanannya.
Beberapa petunjuk teknis mengatasi kemungkinan adanya gangguan saat operasi dan cara penggulangannya.
1. Pompa Vakum Tidak Berputar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain: • Buka drain dan bersihkan dengan semprotan air.
• Posisi switch belum on sehingga pompa vakum belum bekerja. • Kabel mesin vakum putus dan tidak bekerja.
• Sirkulasi oli pelumas pompa tidak bekerja. Oli habis tidak ada sama sekali, juga kemungkinan oli sudah kotor dan perlu penggantian dengan membuka plug.
• Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi. 2. Sirkulasi sistem penyedot dan pembuangan tidak bekerja
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kondisi ini antara lain: • Pompa vakum terlalu panas, karena terlalu lama beroperasi.
• Pompa vakum tidak berputar (penyebabnya seperti item 1 di atas). • Jumlah aliran oil pelumas terlalu banyak, atur penyetel valve pompa.
• Ada kebocoran pada sistem pipa, flens atau klem selang, diatasi dengan mengencangkan pada baut-bautnya.
• Terdapatnya jebakan air pada mesin vakum, diatasi dengan membuang air rembesan tersebut melalui plug.
3. Suction filter kotor, diatasi dengan membuka flens penutup untuk membersihkannya.
4. Ujung selang pada saat menyedot dalam tangki septik mampat oleh kotoran.
10 5.2 Operasi dan Pemeliharaan Bak Pengumpul
Operasional pemasukan lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul
Bak pengumpul atau tangki ekualisasi berupa bak penampung sementara yang langsung menerima influen lumpur tinja, berbentuk persegi panjang dengan kedalaman 2-3 meter. Bak pengumpul berfungsi untuk:
• Menyederhanakan debit dan konsentrasi akibat adanya variasi dan fluktuasi kedatangan mobil tinja
• Meningkatkan kemampuan dan menghemat biaya pengolahan unit berikutnya • Mengurangi ukuran dan biaya investasi pembangunan fasilitas pengolahan
Lokasi fasilitas akan bervariasi dan tergantung dari sistem yang digunakan, berupa tipe pengolahan, karakteristik sistem pengumpulan dan jenis lumpur tinja.
Operasional pemasukan (unloading) lumpur tinja dari truk ke dalam bak pengumpul dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Masukkan limbah cair ke dalam bak penyaring
• Amati aliran air yang mengalir ke dalam Sump Well, dimana apabila tidak lancar maka harus segera bersihkan screen/penyaring dari kotoran yang menyumbat
• Hasil buangan kotoran dan pasir dari bak penampung awal tidak diperkenankan dibuang ke dalam Sump Well dan ditempatkan ke dalam bak khusus
• Air dapat ditambah untuk memperlancar aliran dan membersihkan permukaan penyaring
Pemeliharaan bak pengumpul (
Platform
)
Letak bak pengumpul berada di hulu proses pengolahan sehingga unit ini memerlukan pemeliharaan yang seksama mengingat berpotensi terjadinya akumulasi lumpur didalamnya. Hal yang harus diperhatikan adalah pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam anaerobik agar jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang menutupi kolam. Buih tersebut berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke sekitar lingkungan kolam.
5.3 Operasi dan Pemeliharaan Pompa, Alat Ukur Debit dan Sump Well
Pemompaan limbah dari
sump well
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
11
• Pompa secara otomatis berhenti jika level air telah mencapai titik tertentu, dan apabila pompa masih tetap menyala maka lakukan pengecekan pada switch otomatisnya
• Hidupkan pompa I dan II (back up) secara bergantian dari waktu ke waktu
Pemeliharaan pompa & sump pit
a. Harus diperhatikan jangan sampai ada gangguan/halangan terhadap sistem dan peralatannya akibat masuknya benda-benda besar/tak terolah oleh Bangunan Pengolahan. Benda-benda padat tersebut umumnya masuk dalam unit sump pit melalui tutup manhole yang rusak/bocor
b. Bila waktu tinggal air limbah di sump pit terlalu lama akan berakibat timbulnya bau yang berlebihan
c. Waktu kerja pompa efluen dari sump pit dilakukan secara bergiliran dan bekerja bersama-sama pada saat beban puncak. Waktu detensi dapat diatur melalui level pada sensor d. Pada pompa sump pit secara periodk harus dilakukan perawatan karena air limbah yang
dipompa dapat mengandung senyawa-senyawa asam yang dapat mempersingkat umur pompa yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi pompa.
Pemeliharaan alat ukur debit aliran
a. Upayakan dilakukan pembersihan dari akumulasi kotoran, busa (slum), ganggang/alga yang mungkin terbentuk karena adanya proses fotosintesa sel, maksudnya agar kebocoran dan tumbuhan tersebut tidak mengganggu kecepatan aliran dan sistem pembaca alat ukur b. Upayakan menghindari adanya kerusakan akibat faktor lingkungan, karena alat ukur
umumnya dibangun secara terbuka
c. Untuk pemeriksaan rutin setiap hari kalibrasi (menentukan ukuran sesuatu) dan pemeriksanaan kebenaran pengukuran alat ini
5.4 Operasi dan Pemeliharaan Unit Penyaring
12
Tabel 1. Tipe-Tipe Saringan (Screen)
Pembagian Tipe
Saringan Batang Kasar 0,6 – 1,5 Besi, stainless steel Pra pengolahan
Lengkungan (tetap) Sedang 0,01 – 0,1 Stainless steel, kawat besi
berlubang piringan
Drum (berputar) Kasar
Sedang
Stainless steel, kawat besi berlubang
Stainless steel, kawat besi berlubang
Stainless steel, kawat besi berlubang
Stainles steel dan kain penyaring polyester
Cakram berputar Sedang
Halus
Sentrifugal Halus 0,002 – 0,02 Stainless steel dan variasi
penyaring polyester
Pengolahan primer, pengolahan sekunder dengan pengendapan materi padat
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Pembersihan saringan dilakukan setiap kali selesai pemasukan limbah dari mobil tinja, terutama untuk sampah non-tinja yang kemungkinan ditemukan seperti plastik, kondom dan pembalut. Pembersihan pada unit bar screen/mechanical screen dilakukan dengan cara:
a. Untuk bar screen (manual) secara periodik dibersihkan dari benda-benda yang tertahan di kisi-kisinya
b. Untuk mechanical screensecara periodik dilakukan perawatan pada motor kerja
c. Dilakukan pengencangan pada rantai dan memberikan tambahan pelumas secara teratur d. Melakukan pengaturan tekanan pada rantai kerja dan mengatur lengan kerja mechanical
13 5.5 Operasi dan Pemeliharaan Tangki Imhoff
Persiapan pengoperasian (start up)
a) Isi TangkiImhoff dengan air hingga penuh dan melimpah keluar melalui pipa outlet dan biarkan selama 2 (dua) hari
b) Masukkan lumpur tinja melalui ruang penerima lumpur tinja sebanyak duat atau tiga truk dan biarkan selama (2-5) hari
c) Buka kran pipa pembuang lumpur untuk mengalirkan lumpur ke bak pengering
d) Biarkan lumpur tersebar di bak pengering selama 10 hari dan buat catatan harian kondisi proses pengeringan lumpur
Tata cara pengoperasian tangki imhoff
Proses yang berlangsung adalah proses sedimentasi, dimana adanya pemisahan lumpur tinja menjadi bagian padat dan bagian cair yang terjadi dalam ruang sedimentasi. Bagian padat membentuk endapan lumpur di dasar tangki dan sedangkan bagian cair di lapisan atasnya disebut supernatan. Supernatan akan mengalir keluar melalui penyekat (baffle) dari pipa outlet menuju kolam stabilisasi. Endapan secara periodik dikeluarkan melaui pipa pembuang lumpur dan mengalir menuju bak pengering lumpur. Upayakan aliran lumpur didistribusikan secara merata dan hindari gejolak dalam tangki.
Pelaksanaan pemeliharaan tangki imhoff
Lumpur tinja dari truk dipompakan ke dalam TangkiImhoff melalui pipa ke ruang lumpur dengan hati-hati. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan Tangki Imhoffantara lain:
• Ruang penerima lumpur harus selalu dibersihkan sebelum dan sesudah pelaksanaan pemompaan lumpur ke tangki
• Pembersihan lemak dan zat-zat padat yang mengapung pada permukaan air di ruang sedimentasi harus dilakukan setiap hari
• Pengikisan/pengerukan zat pada yang menempel pada dinding dan pada bagian dasar yang landai dari ruang sedimentas dengan sikat atau sapu karet dan harus dilakukan setiap minggu • Pembersihan celah (slot) pada dasar ruang sedimentasi dengan menggunakan keruk rantai
harus dilakukan setiap minggu
• Pengendalian busa/buih yang terdapat pada ruang busa dengan menggunakan air bertekanan dan busa akan keluar setelah ketebalan 0,5m
14
volume lumpur yang dikeluarkan dari tangki kira-kira 20-25% volume lumpur tinja yang masuk
• Setelah pelaksanaan pengeluaran lumpur, pipa pembuang dibersihkan dengan penggelontaran menggunakan air bersih. Hal ini berguna untuk mencegah pengerasan dalam pipa
• Apabila terdapat endapan pasir maka pipa berpotensi tersumbat
• Saluran inlet dan outlet Tangki Imhoffharus dibersihkan secara berkala dari timbunan zat padat
5.6 Operasi dan Pemeliharaan Kolam-Kolam Stabilisasi
Sebuah IPLT pada umumnya akan terdiri dari beberapa kolam, yaitu: 1. Kolam/Bak Pengumpul
2. Kolam Anaerobik/Kolam Fakultatif 3. Kolam Maturasi
4. Kolam Pengeringan Lumpur
Adapun operasi dan pemeliharaan masing-masing adalah sebagai berikut: Operasional Kolam/Bak Pengumpul
Bak pengumpul telah dijelaskan pada bagian segingga sehingga tidak akan diuraikan lagi. Namun, perlu diingatkan agar pengaliran effluent dari bak pengumpul ke dalam kolam anaerobik jangan sampai merusak lapisan kerak buih yang berfungsi untuk mencegah keluarnya bau ke lingkungan di sekitar kolam.
Operasional Kolam Anaerobik /Kolam Fakultatif
Kolam anaerobik dapat diletakkan setelah bak pengumpul, atau juga dapat berfungsi sebagai penerima apabila bak pengumpul tidak ditemukan. Hal yang harus diperhatikan pada kolam ini adalah:
• Kolam ini beroperasi tanpa adanya oksiden terlarut DO (dissolved oxygen)
• Pembersihan terhadap screen harus dilakukan secara regular agar tidak mengganggu pengisian kolam
• Apabila pengoperasian bar screen secara otomatis maka perlu diberikan oli/pelumas pada alat-alat mekanik
• Tanaman disekitar tanggul kolam diusahakan pendek (tanaman perdu) dan jangan sampai meluas ke dalam kolam
• Buih (scum) dan alga dari kolam fakultatif dikurangi dan dibersihkan
15
• Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
• Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Operasional Kolam Maturasi
Penempatannya adalah setelah Kolam Fakultatif dengan proses aerobik penuh sehingga kolam ini relatif dangkal (< 1 m) dan mempunyai waktu tinggal (retention time) selama 5-7 hari. Operasi dan pemeliharaannya adalah sebagai berikut:
a. Inlet dan outlet harus dijaga kelancaran pengolahannya, dimana inlet harus bebas dari lumpur
b. Alga yang terbentuk tidak boleh tinggal dan harus dibuang dari permukaan karena berpotensi menimbulkan bau
c. Tidak boleh adanya tumbuhan/tanaman keras disektiar tanggul kolam, namun rumput boleh asalkan disekeliling tanggung
d. Pencatatan debit, kualitas efluen, inlet dan outlet dilakukan agar proses dapat dikontrol dari segi kualitas (efluen, beban aliran hidrolik dan organik) maupun kuantitas (kebocoran, dsb)
e. Pemeriksaan rutin terhadap kerusakan tanggul akibat gangguan binatang, dan apabila perluditambah dengan racun atau perangkap binatang
f. Pemagaran untuk menghindari hal-hal yang mungkin terjatuh ke dalam kolam
Adapun estimasi keperluan tenaga kerja untuk kolam ini akan tergantung dari jumlah populasi yang dilayani. Estimasi kebutuhan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan Tenaga
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000 Catatan:
(*) : tergantung jumlah peralatan yang dipakai (**) : tergantung ada tidaknya laboratorium di lokasi
16
Pada saat pengoperasian, beberapa masalah dapat dihindari dengan adanya perencanaan yang baik dan waktu istirahat yang memadai. Masalah yang mungkin terjadi beserta penanggulangannya adalah sebagai berikut:
Operasional Aerator Dan Tangki Aerasi
• Proses aerasi/penguraian zat organik harus berfungsi secara baik sehingga menghasilkan efluen yang dapat diendapkan dengan baik pada unit clarifier
• Sistem mekanis aeratornya harus berfungsi dengan baik serta pengamatan terus-menerus terhadap zat/bahan pengganggu proses biologis yang ada pada influent air limbah domestik
Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi
No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi
1. Bau pada kolam fakultatif Biasanya terjadi apabila akumulasi busa (scum) dan peningkatan alga biru karena proses anaerobik mendominasi proses pada sistem. Agar segera dibersihkan scum dari permukaan air/pinggiran kolam. Bila pH < 7 maka tambahkan kapur pada inletnya
2. Rembesan tinggi pada kolam
Kondisi ini sering terjadi pada dasar kolam, yang nantinya akan tertutup dengan sendirinya. Kolam memerlukan bahan proteksi air misalnya plastik, semen, dsb. Alternatif lain adalah memakai penutup/sealing secara menyeluruh dengan tanah liat
3. Tanaman yang tumbuh Semua jenis tanaman harus dijauhkan dari dasar kolam sebelum kolam diisi
4. Lapisan alga tumbuh pada kolam fakultatif dan maturasi
Semprotkan air dengan tekanan tinggi secara teliti pada permukaan, atau tambahkan CuSO4 dengan konsentrasi 1
mg/liter
5 Ketinggian tanaman di kolam
Pemotongan dilakukan secara periodik untuk menjaga agar tanaman tersebut dikendali dan tidak tumbuh liar
6. Tumbuhan berkembang sampai permukaan kolam
Kedalaman kolam ditambah atau ditingkatkan beban untuk menutup cahaya dari dasar kolam. Rumput liar harus dihilangkan secara hati-hati dari dasar kolam dengan alat (perahu) agar lapisan kedap air tidak rusak
7. Lubang hewan dan serangga pada tanggul kolam
17
Tabel 4. Permasalahan dalam Pengoperasian Kolam Maturasi (lanjutan)
No. Masalah/Gangguan Penanggulangan/Solusi
8. Gangguan hewan terbang Usahakan agar bagian pinggir kolam dalam keadaan bersih dari tumbuhan liar
9. Konsentrasi alga yang tinggi pada efluen aliran penerima
Hentikan aliran dari bawah ke permukaan dimana populasi alga rendah, pakai aliran horisontal dengan filter dari batu kerikil 10. Terjadinya aliran pendek yang
mengakibatkan efisiensi treatment rendah
Perbaiki sistem aliran (sirkulasi) dengan menambahkan inlet atau outlet dengan penyekat (baffle), perbaiki sistem sirkulasi arah air bila mungkin dan bersihkan lumpur serta daur ulang Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
• Pengukuran Biomasa
• Untuk mengetahui beban lumpur yang mengendap digunakan pengukuran secara manual dengan melihat ketinggian yang ada. Konsentrais lumpur sebaiknya diukur di laboratorium sebagai MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid), tingkat keterendapan lumpur sebaiknya diukur sebagai SVI (Sludge Volume Index).
• Pengolahan lumpur
‐ Lumpur berlebihan yang dihasilkan setiap hari harus dibuang untuk menjaga F/M ratio (rasio makanan dengan jumlah mikroba) atau waktu tinggal sel yang sudah ditetapkan
‐ Kelebihan lumpur dialirkan ke tangki primer/tangki pengentalan
‐ Kelebihan lumpur juga dapat dikeluarkan dengan cara membuang mixed liquor langsung dari pipa effluent ke tangki aerasi
Gambar 2. Pengolahan Biologis Pada IPLT
18
5.7 Operasi dan Pemeliharaan Kolam Pengering Lumpur
Untuk mengoperasikan kolam ini dengan efisien perlu diketahui sumber, karakteristik dan kuantitas dari lumpur yang akan diolah. Permasalahan yang terkait dengan penanganan lumpur sangat kompleks karena:
• Komposisi lumpur sebagian besar memiliki karakter buangan yang tidak terolah
• Lumpur yang berasal dari pengolahan biologi memerlukan pembuangan terdiri dari materi organik yang berasal dari lumpur tinja atau air limbah tetapi dalam bentuk yang berbeda, dimana lumpur tersebut dapat terdekomposisi dan menjadi tidak stabil
• Hanya sedikit bagian dari lumpur yang berupa materi padat
Perbedaan karakteristik lumpur tergantung dari sumber lumpur, tipe pengolahan yang menghasilkan lumpur tersebut, penambahan zat-zat kimia dalam proses pengolahan, kandungan pH, alkanitas serta asam organik. Adapun karakteristik lumpur dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT
No. Lumpur/Padatan Karakteristik
1. Penyaring/screening Menyangkut semua tipe materi organik and anorganik yang banyak tersaring pada jaring-jaring
2. Buih dan lemak Buih mengandung materi-materi terapung yang tersaring dipermukaan pada proses pengendapan. Buih mengandung lemak dan minyak yang berasal dari hewan dan tumbuhan
3. Lumpur pada pengolahan primer
Biasanya tipis, berwarna abu-abu, dan sering berbau menusuk. Lumpur ini mudah terurai
4. Lumpur aktif/activated sludge
Umumnya berwarna coklat dan berupa gumpalan-gumpalan. Jika berwarna hitam maka lumpur tersebut dalam kondisi septik (tidak mengandung oksigen). Jika berwarna lebih terang maka lumpur tersebut telah diaerasi. Lumpur aktif akan terurai dengan sendirinya atau ketika bercampur dengan lumpur primer
5. Lumpur yang terurai secara aerobik
Umumnya berwarna hitam kecoklatan dan berupa gumpalan. Baunya tidak terlalu menusuk dan lumpur yang terurai dengan baik secara biologi akan mudah dikeringkan pada bak pengering lumpur
6. Lumpur yang terurai secara anaerob
19
Tabel 5. Sumber dan Karakteristik Lumpur di IPLT (lanjutan)
No. Lumpur/Padatan Karakteristik
7. Lumpur hasil
pengomposan
Umumnya berwarna coklat kehitaman, namun juga bervariasi jika terdapat zat-zat lain dalam proses pengomposan seperti golongan-golongan kayu tidak akan menimbulkan bau busuk
8. Lumpur tangki septik Umumnya berwarna hitam walaupun lumpur tersebut terurai dengan baik melalui proses penyimpanan yang lama, berbau menusuk karena mengandung gas H2S
Sumber: Balai Pelatihan Air Bersih Dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, 2000
Volume Lumpur
Volume lumpur bergantung pada kandungan airnya. Sebagai contoh lumpur yang terdiri dari 90% air dan 10% materi padatan akan disebut lumpur 10%. Kuantitas lumpur yang memasuki suatu sistem pengolahan akan berfluktuatif sehingga faktor-faktor seperti rata-rata aliran lumpur maksimum dan kapasitas penyimpanan dari unit pengolahan harus diperhatikan saat mendesain sebuah IPLT.
Operasional Pengolahan Lumpur
Secara umum, pengolahan lumpur terbagi atas 2 jenis yaitu pengolahan secara biologi dan bukan biologi dengan tahapan mulai dari stabilisasi, pengkondisian dan akhirnya pengeringan.
a) Stabilisasi Lumpur Tujuannya adalah:
• Mereduksi bakteri patogen • Mengurangi bau
• Mencegah, mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor pembusukan
Keberhasilan dari stabilisasi lumpur tergantung dari pengaruh proses stabilisasi terhapat materi-materi organik yang dikandung oleh lumpur tersebut. Kemampuan hidup bakteri patogen, pembebasan bau dan pembusukan yang terjadi selama mikroorganisme menghancurkan materi organik di dalam lumpur, yang meliputi:
• Pengurugan meteri organik secara biologi • Oksidasi secara kimia materi organik • Penambahan zat-zat kimia ke dalam lumpur
20 b) Pengkondisian
Bertujuan untuk mempermudah pengeringan, yang dapat dilakukan dengan metode kimia maupun metode panas.
c) Pengeringan
Bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung dalam lumpur. Hal yang harus dipertimbangkan dalam tahap pengeringan antara lain:
• Biaya yang diperlukan untuk mengangkut lumpur kering akan lebih murah apabila telah dikeringkan
• Penguraian kadar air dilakukan untuk mencegah bau dan pembusukan • Lahan yang tersedia
Pengeringan dapat di lalukan pada bak pengering lumpur, dimana keuntungannya antara lain biaya operasi yang murah, tidak dibutuhkan operator yang banyak, tidak dibutuhkan keahlian khusus untuk mengoperasikannya, keperluan energi yang kecil, serta tidak terlalu sensitif terhadap variasi perubahan lumpur. Lumpur dapat diperoleh dari dua sumber, yaitu dari unit pengolahan awal (preliminary treatment) dan dari unit pengolahan sekunder (kolam fakultatif dan kolam maturasi). Lama waktu yang diperlukan untuk mengeringkan lumpur adalah sekitar (1-2) minggu (tergantung pada ketebalan lumpur yang ditampung).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian dan pemeliharaan bak pengering lumpur adalah:
• Ketebalan lumpur di dalam setiap sel bak pengering harus selalu dijaga setebal 0,1-0,3 m • Pengisian bak pengering lumpur dilakukan secara bertahap (satu per satu atau sel demi sel) • Pengambilan lumpur kering dari setiap sel kolam pengering dilakukan setelah lumpur
menetap selama 10 hari setelah waktu pengisiannya
• Apabila setelah hujan lebat, di atas permukaan pasir yang masih kosong biasanya akan terdapat kotoran-kotoran yang menggumpal dan akan mengganggu proses perembesan sehingga perlu dibersihkan atau dikeruk
• Pada saat pengerukan, perhatikan apakah ada lapisan pasir yang terangkat. Apabila ada maka perlu penambahan pasir agar ketebalan media di dalam bak pengering lumpur tetap terjaga
21
5.8 Operasi dan Pemeliharaan Unit Pengolahan Kimia
• Sebagian besar klorin digunakan di pengolahan air limbah domestik untuk desinfeksi dan mengontrol bau busuk
• Klorin juga digunakan pada pembersih nitrogen, melalui sebuah proses yang menghubungkan titik patah klorinasi (break point chlorination). Untuk pembersihan nitrogen cukup ditambahkan klorin ke air limbah untuk mengkonversi mengubah semua amonium nitrogen ke gas nitrogen. Kira-kira 10 mg/liter klorin harus ditambahkan setiap 1 mg/liter amonium nitrogen air limbah
• Untuk desinfeksi dengan klorin, waktu kontak antara klorin dengan aliran air limbah selama direncanakan selama 30 menit sehingga dapat mematikan organisme penyebab penyakit yang ditemukan di pengolahan air limbah domestik.
6 PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM DAN PROSES/TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
6.1 Program Pemeliharaan
Tujuan utama program pemeliharaan adalah untuk memanfaatkan modal investasi yang telah ditanam dalam pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, agar dapat dioperasikan dengan efisien dan kinerja yang optimum. Jenis-jenis program pemeliharaan diantaranya yang penting adalah sebagai berikut:
• Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenance): jadwal operasi pemeliharaan harus direncanakan dengan sistematis dan ketat, agar dapat memperkecil gangguan (misal: pelapis/coating tidak cepat keropos akibat korosi) dan memperbaiki kemacetan (misal: pelumasan peralatan) serta memperlancar operasi setempat (misal: pengetesan alat-alat seperti ada mur baut yang akan lepas) sehingga umur efektifnya panjang
• Pemeliharaan Perbaikan (Corrective Maintenance): Pemerliharaan perbaikan meliputi normalisasi jaringan pipa, perbaikan atau mengganti peralatan atau perlengkapan yang telah rusak. Kerusakan pada saluran diklasifikasikan ke dalam 2 tipe yaitu kerusakan struktur dan kerusakan fungsi
• Pemeliharaan Urusan Rumah Tangga (House Keeping Maintenance): menjaga kebersihan dan keindahan semua unit fasilitas yang ada
22
6.2 Permasalahan Operasi yang Sering Terjadi dan Penanganannya Permasalah hidrolis
Ketersediaan air penggelontor sangat kecil, sehingga transportasi tinja tidak selalu dapat berang hanyut, melainkan sebagian kandas, tertinggal dan lengket pada dasar saluran. Hal ini dapat mengakibatkan kekerasan pipa menjadi besar dan mengecilnya ruang dalam pipa, di samping itu emisi gas H2S tidak dapat dihindari. Alternatif penanganan:
• Sistem penggelontor di setiap WC distandarisasi, misal 15 liter
• Mejaga agar kotoran pada dari luar tidak masuk ke dalam pipa dengan membuat saringan pada setiap inlet pemasukan, misal inlet pengenceran air hujan dan pada bak kontrol pada tanah persil
• Pembersihan saluran diintensifkan, terutama pembilasan air dari terminal clean out sering dilakukan, serta sistem penggelontor yang ada diefektifkan
• Elevasi setiap bak kontrol dibuat lebih tinggi dari elevasi permukaan tanah disektiarnya, agar tidak terbenan oleh limpasan air hujan yang mungkin dapat masuk dan membawa kotoran yang hanyut
• Sistem drainase jalan yang dilalui jalur perpipaan diperbaiki, agar air infiltrasi yang masuk celah-celah lubang tutup manhole tidak membawa hanyutan benda-benda padat kasar yang berpotensi menyebabkan penyumbatan
Program kerja pemeliharaan pencegahan meliputi pekerjaan rutin terjadwal pengawasan dan pembersihan saluran. Dimulai dengan pengawasan pendahuluan diperoleh metoda dan jenis pemeliharaan dan pencegahan berikutnya sehingga dapat diketahui peralatan yang diperlukan.
Permasalah Endapan dan Sampah
Sistem drainasei yang buruk menyebabkan infiltrasi air hujan yang membawa hanyutan suspensi diskrit padat dan sampah. Hal ini berpotensi untuk membuat sumbatan-sumbatan aliran sehingga menghasilkan gas H2S, CO2 dan methan.
Permasalahannya adalah operasi pembersihan endapan tidak dapat dilakukan karena adanya gas CO2 yang bisa meracuni operator. Agar dihindari pengujian dengan nyala lampu lilin atau lantera, karena bisa menimbulkan ledakan bila konsentrasi gas methan tinggi. Disarankan untuk perbaikan di dalam pipa menggunakan tabung udara. Alternatif penanganan:
• Perbaikan sistem drainase
• Kebersihan jalan masuk dan jalan akses dijaga
23
• Inspeksi rutin sistem penyaluran air limbah baik kinerja maupun peralatan dan perlengkapan
Permasalah Akar Pohon
Akar pepohonan disekitar jalur perpipaan berpotensi untuk:
• Merubah dudukan peletakan pipa, yang dapat mengangkat, menurunkan, menggeser, dan mungkin mengakitbatkan sambungan pipa lepas atau patah
• Akar serabut yang halus dapat masuk ke dalam celah-celah sambungan pipa sehingga mengakibatkan kebocoran dan mengganggu jalannya aliran yang akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan
Alternatif Penanganan:
• Dilarang menanam pohon terlalu dekat dengan jalur perpipaan, terutama jenis pohon berakar panjang dan serabut
• Pemeliharaan rutin dan bila telah diperlukan harus dilakukan pembersihan dengan alat (root cutting saw)
7. PEMELIHARAAN SISTEM PERPIPAAN
Beberapa masalah teknis yang sering terjadi dalam pemeliharaan suatu sistem perpipaan air limbah adalah:
Masalah Hidrolis
• Belum seluruh saluran kakus (water closet) memakai tangki penggelontor, sehingga air untuk menggelontor saluran tidak mencukupi dan ini akan dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan partikel-partikel padat sepanjang saluran
• Perlu dilakukan upaya penggelontoran yang cukup keras, sehingga adanya kedalaman berenang yang cukup untuk menghanyutkan benda-benda keras yang ada di dalamnya
Masalah Endapan
• Sistem drainase sepanjang jalur air limbah domestik harus diperbaiki
• Tutup manhole air limbah harus jauh dari bahaya limpasan air hujan, yakni harus dijaga jangan sampai terbuka
• Perlu membangun kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan penetapan peraturan agar tidak membuang sampah ke dalam manhole
24
• Untuk sistem setempat perlu dilakukan penggelontoran secara periodik dan pembuatan bak kontrol untuk mengawasi timbul endapan yang berlebihan
Metoda Pembersihan Endapan
• Pembersihan manual menggunakan pipa bambu dengan sikat kawat
• Alat angkat dengan gulungan tangan harus digunakan dalam satu set yang terdiri dari 2 unit. Alat gulung mempunyai tali kawat yang akan dimasukkan ke dalam saluran pipa yang akan dibersihkan melalui manhole. Sebelum dimasukkan, pasang ember pada ujung kawat. Dengan alat angkat ini, tanah dan pasir dapat diangkat dari dasar lautan
Gambar 3. Metoda Pembersihan Endapan Dalam Pipa
• Mesin pengangkat dengan ember penjepit (bucket machine), yaitu mesin yang dilengkapi dengan alat angkat dengan gulungan mesin dilengkapi dengan suatu rangka dengan alat penarik dipasang pada kendaraan atau traktor trailer
• Mesin pemberih khusus, yang terdiri dari 2 tipe yaitu tipe manual dan tipe tenaga penggerak. Pembersih dipasang pada tongkat (rod) yang dapat diputar dengan handle dan bergerak maju mundur untuk membuang tanah, pasir dan sampah
• Kendaraan pembersih berkecepatan tinggi dilengkapi dengan pompa dan tangki air. Dengan mengoperasikan pompa bertekanan tinggi, mesin menekan air dalam tangki air sehinigga terbentuk pancaran air (water jet) sebesar 70-100 kg/cm2 yang keluar dari nozzle khusus yang dipasang pada kepala/ujung pipa dan mendorong pasir dan tanah yang berada dalam pipa saluran keluar melalui manhole
25
• Mobil penghisap (vaccum vehicle/vaccum truck), yang dapat diklasifikasikan dalam 2 tipe yaitu tipe mobil penghisap dengan tenaga reguler dan mobilpenghisap dengan tenaga tinggi
Sistem pemeliharaan tutup manhole, yang diterapkan sebagai berikut:
• Konstruksi tutup manhole harus diberi lubang penghawaan (vent) dan dikunci
• Harus dihindarkan jalur saluran air limbah domestik, khususnya yang memiliki banyak manhole, berada pada jalur jalan lalu lintas kelas berat
• Perlu dilalukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap urgensi pemeliharaan sistem penyaluran air limbah domestik melalui program penyuluhan
8. PEMELIHARAAN BANGUNAN PADA IPLT
Pemeliharaan bangunan pengolahan air limbah sistem terpusat maupun setempat merupakan upaya menjamin operasional bangunan berjalan optimal sesuai dengan tujuan dari pengelolaan yang dilakukan. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan operasi dan pemeliharaan, antara lain:
a. Pemeriksaan peralatan dan memastikan bahwa semua peralatan yang ada sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) atau manual operasi yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya
b. Seluruh operator yang bertugas harus melewati penataran/training agar dapat melakukan operasisesuai denganjuklak yang ada
c. Seluruh operator dan pengawas yang bertugas pada bangunan pengolahan air limbah domestik tersebut mengerti fungsi dan letak dari masing-masing peralatan yang ada dalam bangunan tersebut
d. Program pemeliharaan harus sesuai dengan instruksi yang ada pada manual operasi dan pemeliharaan
e. Semua buku juklak harus siap dibaca sesuai dengan kepentingan/keperluan serta harus diletakkan pada tempat yang mudah untuk ditemukan secara cepat
f. Buku catatan/laporan harian harus dipergunakan setiap hari/dibuat untuk memudahkan pengawasan keadaan sehari-hari
9. PEMANTAUAN (MONITORING)
26
bahwa IPLT bermasalah dan tidak berjalan dengan baik. Parameter yang rutin dipantau dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
27
Tabel 6. Lembar Pemantauan Pengujian Kuantitas Dan Kualitas Air Limbah Pada IPLT (Lanjutan)