• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH PENGENDALIAN PENYAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH PENGENDALIAN PENYAKIT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR DAN NON MENULAR

Disusun oleh : Elisa Maharani 25010113120112

B 2013

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

Pendekatan epidemiologi untuk penyakit menular: 1. EPIDEMIOLOGIC TRIANGLE

Model tradisional epidemiologi atau segitiga epidemiologi yang dikemukana oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama host (pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan). Gordon berpendapat bahwa :

a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan manusia (host)

b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)

c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan (lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis) Pejamu (host) adalah semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Bibit penyakit (agent) adalah suatu subtansi tertentu yang keberadannnya atau ketidakberadannya diikuti kontak efektif pada manusia dapat menimbulkan penyakit atau memengaruhi perjalanan suatu penyakit. Environment (lingkungan) adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. ( Rajab, 2009 )

2. WEB OF CAUTION

Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh (1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis, kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.

(3)

penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu. (Azwar, 1998)

3. THE WHEEL OF CAUTION

Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003)

Sebagai contoh peranan lingkungan sosial lebih besar dari yang lainnya pada stress mental, peranan lingkungan fisik lebih besar dari lainnya pada sunburn, peranan lingkungan biologis lebih besar dari lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor (vektor borne disease) dan peranan inti genetik lebih besar dari lainnya pada penyakit keturunan. (Notoatmodjo, 2003)

Dengan model-model tersebut diatas hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit tidaklah diperuntukkan bagi usaha-usaha pemberantasan yang efektif. (Notoatmodjo, 2003)

Oleh karena banyaknya interaksi-interaksi ekologis maka seringkali kita dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya tanpa intervensi langsung pada penyebab penyakit. (Notoatmodjo, 2003)

(4)

Gordon model yang dikenal sebagai Trias Epidemiologi memiliki tiga faktor jika ditinjau dari sudut ekologis yaitu agent (penyebab penyakit), host (manusia), dan lingkungan (environment). Suatu keadaan dinyatakan sehat apabila terjadi keseimbangan pada ketiga faktor tersebut, sememntara keadaan sakit terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara tiga faktor tersebut misalnya faktor kualitas lingkungan yang menurun sehingga memudahkan agent penyakit masuk ke dalam tubuh manusia ( Chandra, 2009).

Permasalahan dalam penyelidikan penyebab suatu penyakit menular Ada beberapa permasalahan dalam penyelidikan penyebab suatu penyakit menular, diantaranya :

1. Penyakit tidak diketahui penyebabnya

2. Tidak diketahui cara terjadinya suatu penyakit 3. Tidak diketahui sumbernya

4. Tidak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit pada manusia

5. Tidak semua petugas kesehatan memiliki ilmu dan pengetahuan epidemiologi dalam menangani kasus penyakit

1. Pengertian agen penyakit

Agent penyakit adalah makhluk hidup atau mati yang memegang peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :

1. Golongan virus, misalnya influenza dan cacar 2. Golongan riketsia, misalnya tifus

3. Golongan bakteri, misalnya disentri

4. Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, dan sebagainya 5. Golongan jamur, misalnya panu

6. Golongan cacing, misalnya cacing perut seperti ascaris, cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya (Budiarto, 2003)

(5)

Dibagi menjadi 5 kelompok :

a. Agen biologis, contohnya virus, bakteri, fungi

b. Agen kimia, dapat bersifat endogenous, seperti asidosis, diabetes dan uremia atau bersifat exogenous seperti zat kimia, allergen, debu c. Agen nutrisi, contoh protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air d. Agen mekanik, contoh gesekan, benturan atau pukulan yang dapat

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh pejamu

e. Agen fisika, contoh panas, radiasi,dingin , kelembaban,tekanan, kebisingan

( Chandra, 2009 )

3. Karakteristik agen biologi

a. Dosis infeksius ialah banyaknya agen biologi yang dibutuhkan untuk dapat menyebabkan suatu infeksi

b. Kemampuan untuk menginvansi ialah kemampuan suatu organisme untuk memasuki tubuh dan menyebar ke melalui jaringan tubuh. Contohnya virus rabies yang selalu menyang otak

c. Infektivitas ialah kemampuan suatu agen untuk memulai dan membuat terjadinya infeksi.

d. Patogenesitas ialah kapasitas suatu agen untuk menyebabkan suatu penyakit pada pejamu yang rentan

e. Virulensi ialah derajat patogenesitas suatu agen infeksius : kemampuan untuk dapat menyebabkan penyakit yang berat atau bahkan kematian f. Variasi antigenic ialah kemampuan suatu agen untuk mengubah komponen

– komponen antigenic yang bertanggung jawab terhadap spesifitas hasil kekebalan yang berasal dari infeksi agen tersebut.

g. Viabilitas dalam keadaan bebas ialah kemampuan suatu organisme untuk hidup diluar pejamu

(6)

i. Kemampuan untuk memiliki resistensi terhadap anti-mikrobial

j. Imunogenitas (kekebalan) ialah kemampuan suatu agen untuk merangsang suatu respn imunogenik

(Arias, 2010) 4. Pengertian host

Semua faktor yang terdapat pada manusia yang dapat memengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. ( Rajab, 2009 )

5. Faktor intrinsik pada host

a. Genetik, misalnya penyakit herediter seperti hemophilia

b. Umur, misalnya pada usia lanjut beresiko terkena penyakit jantung

c. Jenis kelamin, misalnya penyakit hipertensi cenderung menyerang pria dan penyakit kelenjar gondok cenderung menyerang wanita

d. Keadaan fisiologi, misalnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko penyakit anemia

e. Kekebalan, misalnya manusia yang tidak mempunyai kekebalan tubuh yang baik akan mudah terserang penyakit

f. Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid artritis yang mudah kambuh

g. Sifat-sifat manusia, misalnya higiene perorangan yang buruk akan menyebabkan mudah terserang penyakit

(Budiarto,2003).

6. Faktor ekstrinsik pada host

a. Kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan

b. Ras, beberapa ras tertentu yang diduga mengidap suatu penyakit tertentu c. Pekerjaan, keadaan atau situasi dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit tertentu

d. Lingkungan

7. Pengertian lingkungan

segala sesuatu yang berada disekitar manusia yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia ( Rajab, 2009)

8. Klasifikasi lingkungan

(7)

1. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia yang meliputi kondisi udara, musim, cuaca, kondisi geografi, dan geologinya yang dapat mempengaruhi host.

2. Lingkungan biologi, yaitu lingkungan yang berada disekitar manusia namun yang memiliki jenis dari golongan biotis (hewan,tumbuhan dan mikroorganisme)

3. Lingkungan non-fisik, yaitu lingkungan sebagai akibat dari interaksi manusia yang meliputi sosial-budaya, norma dan adat-istiadat

(Rajab,2009)

9. Hubungan antara agent host dan environment

Interaksi ini merupakan suatu keadaan saat agen penyakit, manusia dan lingkungan bersama – sama saling mempengaruhi dan memperbesar satu sama lain sehingga agen penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung mudah masuk ke dalam tubuh manuisa. Contoh, pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dapt menimbulkan waterborne diseases ( Chandra, 2007 ) 10. Pengertian reservoir

Reservoir adalah media atau habitat tempat patogen atau agen infeksius tumbuh subur, memperbanyak diri dan berkembangbiak dengan cepat (Timmreck,2005)

11. Macam reservoir a. Manusia b. Hewan

c. Artropoda dan lain –lain ( Budiarto, 2003 )

12. Tipe reservoir pada manusia, hewan dan lingkungan Tipe reservoir pada manusia :

1. Carrier, adalah orang yang terkena infeksi tetapi belum meiliki tanda tau gejala yang jelas, dan dapat menularkan infeksi yang diderita kepada orang lain. Carrier memiliki 3 tipe yaitu :

1. Para carrier yang terjangkit infeksinya tidak terlihat selama infeksi itu berkembang.

2. Para carrier yang berada pada tahap inkubatori 3. Para carrier yang berada dalam tahap pemulihan

(8)

3. Orang yang sakit maksudnya adalah orang yang terinfeksi dan mempunyai tanda dan gejala penyakit (Arias, 2010)

Tipe reservoir hewan yaitu :

1. Orang yang makan daging binatang yang menderita penyakit 2. Melalui gigitan binatang sebagai vektornya

3. Binatang penderita penyakit langsun menggigit manusia (Notoatmodjo,2007)

Tipe reservoir pada lingkungan

Air dan tanah merupakan reservoir lingkungan utama untuk beberapa agen patogenik bagi manusia. Contohnya Pseudomonas yang dapat hidup dan berkembangbiak di air dan Coccidioides adalah jamur yang hidup di tanah pada zat organik yang busuk. Infeksi jamur ini ditularkan melalui pernapasan (Arias, 2010)

13. Jelaskan chain of infection (selengkap2nya)

(9)

14. Jelaskan riwayat alamiah penyakit (selengkap2nya)

Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan penyakit yang alami tanpa pengobatan apapun, yang mulai terjadi dari keadaan sehat hingga timbul penyakit.

Riwayat alamiah penyakit dapat dibagi menjadi 5 kategori :

1. Tahap prapatogenesis, yaitu host masih dalam keadaan sehat namun telah terpajan dan beresiko terhadap penyakit

2. Tahap inkubasi, yaitu bibit penyakit telah masuk ke manusia namun gejala belum tampak

3. Tahap peyakit dini, yaitu timbul gejala penyakit, yang sifatnya masih ringan dan masih dapat beraktivitas

4. Tahap penyakit lanjut, yaitu pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat beraktivitas sehingga membutuhkan perawatan

(10)

Namun ada beberapa penyakit yag kejadiannya tidak sesuai sehingga dikenal dengan istilah :

1. Self limiting disease, yaitu proses penyakit terhenti sendiri dan tubuh kembali normal

2. Penyakit inapparent, yaitu penyakit yang verlangsung tanpa gejala klinis, penderita penyakit sudah mulai menularkan penyakitnya sebelum masa inkubasi selesai, atau penderita penyakit tertentu mulai menularkan penyakitnya setelah gejala klinis muncul

3. Masa latent, yaitu masa antara masuknya agen sampai penderita dapat menularkan penyakitnya

4. Periode menular, yaitu penderita mampu menularkan penyakit ketika keadaan penderita pulih atau sembuh dan pilih atau sembuh sesudah penyakit tidak menunjukkan gejala klinis

5. Periode akut, yaitu penyakit berlangsung dalam waktu singkat 6. Periode kronis, yaitu penyakit berlangsung beberapa tahun

(Rajab,2009)

 Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit :

a. Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan

jenis penyakit, misalnya jika terjadi KLB (kejadian luar biasa).

b. Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyabab dan rantai

perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.

c. Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya biasanya diarahkan ke fase

paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit itu terapi tepat sudah perlu diberikan.

(Bustan, 2007)

 Level Pencegahan Penyakit a. Pencegahan Primer

(11)

promkes : berbagai upaya yang dilakukan terhadap orang yang sehat & belum punya risiko. Pada tingkat rentan →perlindungan khusus

b. Pencegahan Sekunder

Merupakan tahap pencegahan yang dilakukan untuk menemukan penderita yang sakit sedini mungkin. Tujuan : Memperpendek masa durasi/ progresifitas penyakit, Mengubah tingkat keganasan penyakit, Mengurangi komplikasi

c. Pencegahan tersier

Pencegahan yang dilakukan mulai tingkat klinik sampai tingkat cacad, ketika perjalanan penyakit tidak dapat dihentikan.

Tujuan :

 Memelihara orang sakit dari pengaruh jangka panjang penyakit  Upaya untuk mengurangi/ mencegah terjadi cacad

 Memperpanjang usia dan tingkat keparahan penyakit

KONSEP PENYAKIT TIDAK MENULAR 1. Konsep dan level epidemiologi dalam PTM

Pada umumnya penelitian epidemiologi, penelitian untuk penyakit tidak menular dikenal juga adanya penelitian observasional dan eksperimental . hanya saja waktu berlangsungnya lama, maka penelitian penyakit tidak menular (PTM) merupakan penelitian observasional. Level epidemiologi terhadap penyakit tidak menular (PTM) yang merupakan penelitian observasional berupa :

1. Penelitian Cross-Sectional 2. Penelitian Kasus Kontrol 3. Penelitian Kohort

2. Pengertian penyakit tidak menular

Istialah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan sebutan : a. Penyakit kronik

b. Penyakit non infeksi

(12)

Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasayang bersifat kronik (menahun) atau lama. Namun ada juga penyakit menular yang kelangsungannya mendadak/akut, misalnya keracunan.

Penyakit non infeksi dipakai karena penyebab PTM biasanya bukan oleh mikroorganisme. Namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam terjadinya PTM.

Penyakit degeneratif karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut. New communicable disease karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni melalui gaya hidup. Gaya hidup dalam dunia modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan tertentu. Gaya hidup di dalamnya dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. (Bustan, 2007)

3. Karakteristik penyakit tidak menular

a. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu b. Masa inkubasi yang panjang dan latent

c. Perlangsungan penyakitnya yang berlarut – larut ( kronik ) d. Sulit untuk di diagnose

e. Biaya pencegahan maupun pengobatannya cukup tinggi f. Mempunyai variasi yang cukup luas

g. Faktor penyebabnya bermacam – macam ( multifactor ) (Bustan, 2007)

4. riwayat alamiah penyakit tidak menular

a. Periode induksi : masa antara masuknya agen hingga proses masuknya penyakit

b. Periode proses penyakit : masa antara mulainya hingga gejala perubahan biologis

c. Periode penyakit belum terdeteksi

d. Lead time : masa antara terdeteksinya penyakit dengan terdiagnosisnya melalui gejala

e. Periode latent : masa C sampai dengan D hingga uji laboratorium klinik dan merupakan analogi masa inkubasi pada penyakit infeksi

(13)

5. Tingkat pencegahan a. Pencegahan primordial

Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yangkurang baik dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok.

b. Pencegahan tingkat pertama, yang meliputi : 1. Promosi kesehatan masyarakat, misalnya :

- Kampanye kesadaran masyarakat - Promosi kesehatan

- Pendidikan kesehatan masyarakat 2. Pencegahan khusus, misalnya :

- Pencegahan keterpaparan - Pemberian kemopreventif c. Pencegahan tingkat kedua:

- Diagnosis dini,misalnya dengan melakukan screening - Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah d. Pencegahan tingkat ketiga :

Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit. (Bustan, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Arias, Kathleen Meehan. 2010. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC

Azwar,Azrul.1988. Pengantar Epidemiologi. Binarupa Aksara . Jakarta Barat

(14)

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta : Rineka Cipta

Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta :EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

Sudrajat.2010. Riwayat alamiah Penyakit (Natural History of Disease). Kalimantan : STIKES Kapuang Raya Sitang

Referensi

Dokumen terkait

The novelty of the proposal is in the two distinct metrics adopted for the choice of the optimal route from the source to the destination: they are not based on the hop number,

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penyandang tunadaksa dalam menggunakan kursi roda yang dapat dikendalikan dengan gestur

bekerjasama dengan Pusat Penelitian Sejarah Lembaga Penelitian Universitas Tadulako dan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Sulawesi Tengah, 2009.. Chalid, dkk,

Setiap kelompok mengisi deskripsi masing-masing Lembaga Kedaulatan Mahasiswa yang ada di Fakultas MIPA dengan ketentuan 1 lembar Form A untuk setiap lembaga.. Setiap

125  Pemerintah dan Perguruan Tinggi di sekitar Danau Rawa Pening khususnya UKSW harus punya perhatian yang besar, teruama dalam membuat inovasi-inovasi pengelolaan eceng

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kepatuhan pasien rawat jalan skizofrenia dan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pasien

[r]

Di Pesantren tarbiyah, proses pembelajaran – meskipun tidak secara spesifik menyebut istilah pendidikan karkter- berorientasi pada pembentukan attitude santri yang