• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EV"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EVALUASI

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

oleh: Mochamad Abdul Azis Amir

BAB I PENDAHULUAN

Di zaman modern yang mengglobal saat ini, kehidupan sosial budaya suatu

masyarakat semakin terbuka, sehingga mendorong pertumbuhan, pergeseran, dan

perubahan nilai dalam suatu masyarakat. Nilai menjadi suatu hal yang penting dalam

perkembangan individu, karena nilai menjadi dasar bagi individu dalam proses

memilih dan mengambil keputusan. Sehingga Bimbingan dan konseling sangat

diperlukan dalam membantu individu memelihara, menginternalisasi, memperhalus,

dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri.

Namun Bimbingan dan Konseling harus diselenggarakan dengan bentuk

manajemen yang baik. Dan salah satu indikator Bimbingan dan Konseling baik adalah

adanya. Suatu evaluasi program dari Bimbingan konseling itu sendiri. Berdasarkan

konsep dasar manajemen Bimbingan dan Konseling sebagai layanan untuk membantu

individu yang dilakukan oleh seorang profesional dipandang perlu mengatur dan

menata pelaksanaan layanan agar terencana, sistematis, dan terstruktur. Program

Bimbingan dan Konseling dapat berjalan efektif salah satu faktornya adalah dengan

melakukan evaluasi. Evaluasi dapat mendorong siswa unuk lebih giat belajar secara

terus menerus dan juga mendorong guru Bimbingan dan Konseling untuk lebih

meningkatkan kualitas program Bimbingan dan Konseling.

Proses evaluasi harus berjalan, dengan siklus yang jelas, karena akan menjadi pertimbangan pengambilan keputusan di saat mendatang. Seharusnyalah konselor atau guru Bimbingan dan Konseling memiliki kemampuan yang mumpuni serta menjadi orang paling utama dalam melaksanakan Jika seorang konselor mengabaikan temuan-temuan dari hasil evaluasi, maka akan menyebabkan ketimpangan dalam menjalankan program bimbingan dan konseling. Kegiatan evaluasi untuk program, yang sudah berlangsung ataupun yang sedang berjalan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian

terhadap input, output, maupun kualitas proses program Bimbingan dan

(2)

Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas program Bimbingan dan Konseling sehingga apa yang menjadi tujuan dari program tersebut tercapai sesuai dengan tugas perkembangan siswa. Evaluasi dalam jenis dan tahap manapun semua memiliki kedudukan yang penting dan saling berkaitan satu dengan yang lain, model evaluasi program bimbingan dan konseling merupakan metode yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada di sekolah dan lingkungan pendidiakan yang melingkupinya. Serta mampu meningkatan pelayanan bimbingan dan konseling tentunya.

(3)

APLIKASI MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN EVALUASI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Konsep Dasar Manajemen 1. Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur. (Robin, 2007: 12). Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. (Griffin, 2006:22). Sedangkan menurut Uman Suherman, (2013:29) menjelaskan manajemen sebagai proses pengadaan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan. Manajemen mencakup

kegiatan perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating),

koordinasi (coordinating) dan pengawasan (controling). Cushway dan Lodge

(2002:151) mendefinisikan manajemen sebagai penyelesaian melalui orang lain, dan kinerja manajer akan tergantung pada kemampuannya sebagai seorang pemimpin. Manajemen dengan demikian dapat diartikan sebagai proses mengadakan, mengatur, dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang dianggap penting guna mencapai suatu tujuan.

Maka setelah mengetahui pendapat beberapa ahli diatas, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas-aktivitas yang di dalamnya mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan dalam pengadminitrasian dan digunakan sebagai penyelesaian pada kemampuan seseorang yang melakukan manajemen tersebut sehingga program atau layanan sesuai dengan tujuannya.

2. Tujuan dan Kegiatan Manajemen

(4)

tanggung jawab setiap personel organisasi secara efektif. (dalam Suherman Uman, 2013)

Departemen Pendidikan Nasional (2008) menjelaskan bahwa kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan:

a) Pengembangan Profesionalitas. Konselor secara terus menerus

berusaha untuk memutahirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program lebih tinggi (Pascasarjana).

b) Konsultasi dan Berkolaborasi. Konselor perlu melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah/madrasah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan reveral, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Jalinan kerja sama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua konseli, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan)

c) Manajemen Program. Rogram pelayanan bimbingan dan konseling

(5)

3. Sistem Manajemen dan Akuntabilitas Program

a) Sistem Manajemen. merupakan usaha-usaha melalui pemberdayaan

program bimbingan dan konseling di sekolah. Mengandung makna, pemanfaatan data sebagai awal pengembangan program bimbingan dan konseling, data dapat di kumpulkan pada tiga bagian yaitu segera/jangka pendek, pertengahan, jangka panjang. Data pun memiliki tiga tipe: data prestasi siswa, data standar yang dihubungkan dengan kompetensi dan prestasi. Konselor mengunakan data dalam menunjukan hasil bimbingan yang dilaksanakan disekolah. Sasaran akhir program bimbingan dan konseling sekolah adalah untuk menunjang visi misi akademik sekolah.

b) Sistem Akuntabilitas program. Sebagaimana di ungkapkan

oleh Subino Hadisubroto dalam Uman Suherman (1984;2013: p. 78) layak

tidaknya suatu program dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu secara rasional ( sebelum program dilaksanakan) dan secara empiris ( setelah program dilaksanakan).Sistem akuntabilitas program merupakan salah satu tahap evaluasi adalah kegiatan manajeman berupa pelaporan hasil akhir program, dampak program bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu, evaluasi pelaksanaan konselor dan program pemeriksaan. Instrumen evaluasi pelaksanaan untuk konselor sekolah merefleksikan secara akurat keunikan pelatihan mereka dan tanggung jawab sebagai konselor sekolah yang profesional dalm suatu ruang lingkup sekolah.

B. Konsep Dasar Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi. Menurut Uman Suherman (2013, 79),

evaluasi merupakan suatu proses dalam mengumpulkan data, informasi untuk menentukan nilai dari suatu program dalam membantu pengelolaan, perencanaan, dan peningkatan efektivitas juga efisien program BK dalam membantu para siswa agar mereka dapat mengetahui dan memahami kebutuhan siswa untuk pengembangan.

(6)

2. Tujuan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling.

tujuan yang menjadi latar belakang diadakannya evaluasi tersebut. Pada satu sisi evaluasi program Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk memperbaiki praktik penyelenggaraan program bimbingan dan konseling itu sendiri, dan di sisi lain evaluasi merupakan alat untuk meningkatkan

akuntabilitas program bimbigan dan konseling di mata stakeholder, seperti

guru, kepala sekolah, orang tua, dan terutama siswa (Badrujaman, 2011 :

19). Adapun menurut Uman Suherman (2013: p.80) tujuan utama dari

evaluasi adalah:

a) Taraf kemajuan program bimbingan dan konseling, atau perkembangan

orang-orang yang telah dilayani melalui program bimbingan dan konseling. b) Tingkat efektivitas dan efisiensi strategi pelaksanaan program bimbingan

dan konseling yang telah dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

Evaluasi beruaha mengidentifikasikan mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi pada pelaksanaan dan penerapan program. Dalam Repository USU dijelaskan bahwa evaluasi bertujuan untuk:

a) Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan

b) Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran

c) Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin

terjadi diluar sosial

3. Fungsi Evaluasi. Evaluasi adalah salah satu alat mengetahui

suatu proses mendapatkan data data atau informasi yang berguna untuk membuat suatu keputusan. Atas dasar hal tersebut maka, evaluasi sangat diperlukan. Berikut beberapa fungsi dari evaluasi (Gysberg dan Mitchell, 2011 : 581), yaitu :

a) Memverifikasi atau menolak praktik-praktik dengan menyediakan bukti

mengenai apakah itu berfungsi, berguna atau derajat efektivitasnya b) Mengukur penyempurnaan agar mengetahui tingkat kemajuannya

c) Mengembangkan probabilitas pertumbuhan

d) Membangun kredibilitas

e) Menyediakan pemahaman yang semakin baik

f) Meningkatkan dan menyempurnakan partisipasi di dalam pengambilan

(7)

g) Menempatkan tanggung jawab yang benar ke pihak yang tepat

h) Menyediakan rasionalitas yang benar bagi upaya yang dibuat

4. Prinsip Melakukan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan cukup efektif ataukah harus di ubah dan apaka isue ini dapat diteruskan atau tidak. Untuk melakukan monev (monitoring dan evalusi), ada sejumlah prinsip yang harus dipegang teguh yaitu (Mashudi, 2013: 39):

a) Objektif. Artinya, pelaksanaan monev harus dilakukan atas dasar

indikator-indikator yang sudah disepakati tanpa tendensi apriori

b) Transparan. Artinya pelaksanaan evaluasi harus dilakukan secara terbuka

dan diinformasikan kepada seluruh pihak yang terkait dengan pelaksanaan evaluasi.

c) Partisipatip. Artinya pelaksanaan evalusia harus melibatkan secara ktif dan

interaktif para pelakunya.

d) Akuntabilitas. Artinya pelaksanaan evaluasi dapat dipertanggung jawabkan

secara internal maupun eksternal.

e) Tepat Waktu. Artinya pelaksanaan evaluasi harus sesuai jadwal.

f) Berkesinambungan. Artinya hasil evaluasi harus dapat digunakan sebagai

umpan balik penyempurnaan pada kebijakan.

5. Kriteria Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Sebuah program dikatakan berhasil dan sukses apabila memnuhi kriteria yang terkait pada program tersebut sehingga dapat berjalan secara efektif. Menurut Winkel dan Hastuti (2006) menjelaskan bahwa kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang melekat dalam program bimbingan tersebut, baik eksternal maupun internal

6. Ruang Lingkup dan Aspek Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling snagt membutuhkan data sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Data yang dijadikan rujukan memiliki sifat objektif, sahih, keterandalan, prkatis dan tepat guna. Ada beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam mengumpulkan data antara lain:

1) Data atau informasi apa yang harus dihimpun?

(8)

3) Serta alat dan metode apa yang tepat digunakan?

Bertitik tolak pada permasalahan di atas, dapat dikemukan mengenai ruang lingkup, dan aspek-aspek yang dievaluasi, alat pengumpulan data, sumber data yang dapat di gunakan. Menurut Stufflebean (1971) dalam Uman Suherman (2013, 86-87) mengemukakan bahwa evaluasi terhadap suatu program hendaknya diarahkan pada konteks, input, proses dan produk dengan masing-masing maksud sebagai berikut:

a. Pendekatan konteks

Pendekatan konteks menekankan penilaian terhadap pengumpulan informasi atau data yang berhubungan dengan suatu program secara keseluruhan, seperti gambaran mengenai lingkungan serta komponen-komponen lain suatu program, termaksud tujuan program, hasil yang diharapkan, kriteria keberhasilan, dan masukan-masukan lain yang direncanakan dalam mencapai tujuannya.

b. Pendekatan input

Pendekatan input diarahkan pada masukan-masukan yang direncanakan dalam mencapai tujuan dan keberhasilan suatu program, biaya yang

diperlukan, kuantitas dan kualitas tenaga personil, fasilitas yang dibutuhkan dan waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah di tetapkan, serta bagaimana interaksi berbagai masukan/komponen dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi programnya.

c. Pendekatan proses

Pendekatan penilaian proses diarahkan pada pengumpulan data atau informasi mengenai interaksi komponen-komponen masukan dalam suatu program.

d. Pendekatan produk

Efektivitas suatu program dapat diketahui apabila pengawas atau penilai dapat menghimpun/ mengumpulkan data atau informasi mengenai pengaruh suatu program.

Adapun secara operasional aspek-aspek program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut ( Uman Suherman, 2013 :89-90)

1) Tujuan dan keberhasilan yang diharapkan

Tujuan program bimbingan dan konseling hendaknya jelas, singkat, operasional dan terukur.

(9)

Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Dasar atau acuan penyusunan program, seperti produk hukum dalam

bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan dan kebijakan baik berasal dari pemerintahan maupun sekolah, seperti visi dan misi pendidikannya.

b. Proses penyusunan program, bagaimana program bimbingan dan

konseling itu diwujudkan, apakah melalui penelaahan kebutuhan dan kondisi sekolah dengan melibatkan tim pengembangan atau hasil pekerjaan perseorangan;

c. Kurikulum Layanan

Kurikulum layanan terdiri dari layanan dasar, perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.

d. Pengorganisasian yang berkaitan dengan: Personel, Fasilitas, Biaya, dan

Waktu

3) Proses Layanan Bimbingan

Penilaian pada proses ditekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai interaksi komponen-komponen aspek yang terdapat dalam suatu program.

4) Hasil yang dicapai

Penilaian terhadap hasil menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh kegiata layanan bimbingan dan konseling yang telah dilakukan.

7. Metode-metode Evaluasi

Ada beberapa metode evaluasi menurut Gibson dan Mitchell (2011 : 584-586) sebagai berikut:

a) Metode sebelum -dan- sesudah

Metode evaluasi sebelum-dan-sesudah berusaha mengidentifikasikan

kemajuan yang terjadi dalam sebuah pengembangan program sebagai hasil dari aktivitas program tertentu selama periode tertentu.

b) Metode bagaimana-cara-membandingkan

Metode bagaimana-cara-membandingkan membuat evaluasi

(10)

yang berbeda bagi pencapaian tujuan yang sama juga dpaat dievaluasi lewat metode ini.

c) Metode bagaimana-cara-meraih

Metode bagaimana-cara-meraih didasarkan kepada pengidentifikasian hasil-hasil program yang diinginkan dan pengidentifikasian karakteristik dan kriteria yang terkait. Skala perantingan, checklist dan kuesioner dapat dikembangkan dari kriteria ini dna digunakan untuk mengindikasikan taraf di mana program terukur.

Adapun menurut Roeber, Smith and Erikson (1981) serta Mortensen dan Schemuller (1976) dalam Uman Suherman (2013) mengemukan dua macam metode penilaian sebagai berikut:

1) Metode survey, metode ini digunakan untuk mengidentifikasi informasi

mengenai pengetahuan, sikap, dan pendapat tentang keadaan dan kualitas bimbingan. Teknik ini contonya seperti angket, wawancara ceklis dan sejenisnya

2) Metode eksperimen, metode ini digunakan untuk mengontrol

variabel-variabel yang diketahui lebih tertutup daripada metode survey. Metode ini sama seperti teknik komparasi, yaitu memilih dua kelompok yang berpasangan, salah satu kelompok diberikan bimbingan yang satu lagi tidak. Hasil dari tes yang diberikan pada kelompok tersebut untuk mengukur keefektifan layanan bimbingan dan konsleing yang digunakan dalam eksperiman.

Data atau informasi merupakan elemen penting dalam pelaksanaan eveluasi program bimbingan dan konseling. Tanpa informasi itu, tidak mungkin kita dapat mengetahui keberhasilan program bimbingan dan konseling dapat mengadakan perbaikan perkembangan selanjutnya.

8. Prosedur-prosedur Evaluasi

Evaluasi program bimbingan dan konseling bukan merupakan kegiatan akhir, sehingga di perlukan data atau informasi yang digunakan sebagai dasar kebijakan dalam menentukan program bimbingan dan konseling. Karena itu kegiatan evaluasi program bimbingan dan konseling hendaknya memperhatikan prosedur dan langkah-alngkah serta metode atau strategi yang harus digunakan.

(11)

1) Indentifikasi tujuan yang akan dicapai

Artinya selama melakukan evaluasi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan.

2) Pengembangan rencana evaluasi

Komponen-komponen rencana evaluasi program bimbingan dan konseling yang perlu dikembangkan antara lain:

a. Data atau informasi yang dibutuhkan;

b. Alat pengumpulan data yang digunakan;

c. Sumber data atau informasi yang dapat dihubungi;

d. Personel pelaksanaan;

e. Waktu pelaksanaan;

f. Kriteria penilaian; dan

g. Bagaimana pelaporan dan pada siapa laporan itu disampaikan. 3) Pelaksanaan Evaluasi

Prinsip pelaksanaan evaluasi perlu memperhatikan faktor-faktor yang telah direncanakan sehingga terjadi interaksi antara faktor yang satu dengan lainnya dna dapat membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

4) Pelaporan dan pemanfaatan hasil evaluasi

Hasil kegiatan evaluasi yang baik adalah yang dapat memberikan sumbangan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan selanjutnya. Program bimbingan dna konsleing itu diganti, diubah atau dikembangkan semata-mata berdasarakan hasil evaluasi.

Adapun menurut menurut Gibson dan Mitchell (2011 : 585-586) langkah-langkah proses evaluasi, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi tujuan yang dinilai. Langkah pertama adalah menetapkan

variabel, atau batasan-batasan, bagi evaluasi. Evaluasi dapat difokuskan kepada program konseling secara total atau hanya salah satu atau beberapa tujuan saja.

b. Mengembangkan rencana evaluatif. Ketika tujuan evaluasi sudah

ditetapakan, langkah kedua adalah pengidentifikasian dan pensahihan kriteria yang tepat bagi pengukuran kemajuan program.

c. Mengaplikasikan rencana evaluasi. Setelah evaluasi yang diterima sudah

dirancang, validitasnya kemudian bergantung kepada caranya dilakukan. d. Mengunakan temuan-temuan. Pengaplikasian temuan-temuan itulah yang

(12)

Harus ada sebuah perencanaan, dengan tanggung jawab spesifik bagi

penggunaan temuan, dan follow-up selanjutnya untuk memastikan apakah

evaluasi dan rekomendasinya sudah dipenuhi atau tidak.

9. Faktor yang Mempengaruhi Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling

Evaluasi program Bimbingan dan Konseling didasarkan pada dua layanan besar yaitu Bimbingan dan Konseling. Menurut Suparto (1986, dalam Badrujaman 2011 : 21) bahwa faktor yang mempengaruhi bimbingan adalah kedudukan layanan bimbingan dan fasilitas yang ada, serta sikap anggota staf sekolah terhadap layanan bimbingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil guna konseling adalah tafsiran tentang konseling sebagai kegiatan profesional, keadaan para konselor yang ditugaskan di sekolah dalam hal orientasi profesional pengalaman, dan mutu kerjanya, serta bantuan dan kerjasama di antara semua anggota staf sekolah, terutama guru.

Menurut Myrick (2003, dalam Badrujaman 2011:22) ada lima alasan mengapa Guru BK tidak melakukan evaluasi pada program Bimbingan dan Konseling yang telah dibuat 1) guru BK tidak memiliki waktu, 2) guru BK tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan, 3) adanya ketakutan guru BK terhadap akuntabilitas, 4) perasaan nyaman guru BK apa yang ada, 5) persepsi guru BK bahwa hasil sulit untuk diukur.

Faktor yang mempengaruhi evaluasi program Bimbingan dan Konseling menurut pendapat beberapa ahli adalah kedudukan layanan, fasilitas, sikap terhadap pandangan konseling sebagai kegiatan profesional, pengetahuan dan keterampilan konselor, keadaan konselor seperti persepsi serta perasaan nyaman konselor dalam melakukan evaluasi program Bimbingan dan Konseling.

C. Aplikasi Manajemen Dalam Pengembangan Evaluasi Layanan Bimbingan dan Konseling

(13)

dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk memperbaiki program mereka, yaitu:

1. Model Evaluasi Goal Attainment

Model evaluasi ini merupakan model evaluasi yang menekankan pada aspek hasil saja membuat evaluasi mudah dipahami, diikuti dan diimplementasikan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru Bimbingan dan Konseling untuk evaluasi ini, sebagai berikut:

Ø Menentukan tujuan

Ø Mengklarifikasikan tujuan-tujuan

Ø Menegaskan sasaran dalam bentuk perilaku

Ø Menemukan situasi-situasi dalam pencapaian tujuan

Ø Mengembangkan atau memilih teknik pengukuran

Ø Mengumpulkan hasil data

Ø Membandingkan hasil data dengan perilaku berdasarkan tujuan

Namun, model ini juga memiliki kekurangan (Badrujaman, 2011 : 42 -43), yaitu:

Ø Mengabaikan aspek perencanaan dan proses

Ø Banyak kekurangan standar penilaian yang penting untuk diobservasi

Ø Ketidaksesuaian antara tingkat tujuan dan pelaksanaannya.

Ø Pengabaian nilai tujuan pendekatan evaluasi itu sendiri

Ø Mengabaikan akternatif-alternatif penting yang harus dipertimbangkan dalam

perencanaan program

Ø Melalaikan konteks yang memiliki wewenang evaluasi

Ø Mengabaikan hasil penting lainnya yang ditutupi oleh tujuan

Ø Mengabaikan fakta-fakta dari nilai program yang tidak dapat digambarkan.

Sehingga dapat dikatakan model evaluasi ini dilakukan pada hasil program saja dengan melihat pencapaian tujuan-tujuan dan mengabaikan bagaimana perencanaan serta proses yang dilakukan pada program Bimbingan dan Konseling.

2. Model Evaluasi Formative dan Summative

(14)

dari beberapa bentuk yang dapat dilakukan menurut Martin Tessmer (1996, dalam Badrujaman 2011:44) yaitu:

ØReview ahli, seorang ahli mengevaluasi mengkaji ulang program layanan

tanpa kehadiran evaluator.

ØEvaluasi orang per orang, evaluator melakukan wawancara stu per satu siswa

untuk dimintai komentarnya

ØEvaluasi Kelompok kecil, evaluator mencatat performance dan komentar

terhadap uji coba evaluasi

ØUji lapangan, evaluator mengobservasi program layanan yang diujicobakan

pada siswa pada situasi nyata

Sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang menilai hasil program atau akibatnya dan dilakukan setelah berakhirnya kegiatan belajar-mengajar. Beberapa keuntungan yang didapat dari evaluasi sumatif ini adalah bisa dirancang dengan tepat (sebab-akibat), menilai efek jangka panjang, dan menyediakan data mengenai dampak program.

3. Model Evaluasi Responsif

Evaluasi responsif lebih berorientasi pada aktivitas, keunikan dan keragaman sosial dari program. Keistimewaan evaluasi ini adalah kemampuan reaksi terhadap isu kunci atau masalah yang dikenal masyarakat di lapangan. Fokus utama pada evaluasi responsif ini adalah

menunjukkan perhatian dan isu peserta/steakholder. Evaluasi ini

melibatkan steakholder secara penuh seperti perumusan masalah, seleksi

peserta, dan interpretasi penemuan sehingga evaluator harus melakukan berdasarkan fase-fase yang telah ditentukan oleh Stake (dalam Badrujaman, 2011 : 52), meliputi:

Ø Pendahuluan, transaksi, hasil

Ø Penamaan “tema”

Ø Pengesahan/Konfirmasi

Ø Memisahkan format yang digunakan untuk audience

Ø Memasang laporan formal

Ø Bicara dengan konseli, staf program, audience

Ø Identifikasi bidang program

Ø Meninjau aktivitas program

Ø Menemukan tujuan dan fokus tujuan

(15)

Ø Identifikasi kebutuhan dan mengulang persoalan pokok

Ø Memilih observasi, memutuskan dan pemberian instrumen (jika ada)

Model evaluasi ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan pendekatan ini adalah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan, dan kemampuannya mengakomodasi peendapat yang ambigu. Sedangkan keterbatasan pada pendekatan ini adalah tidak ada prioritas atau penyerdehanaan informasi untuk pemegang keputusan dan kenyataan yang tidak mungkin menampung sudut pandang setiap kelompok.

4. Model Evaluasi CIPP

Badrujaman (2011 : 53) menekankan definisi dari evaluasi ini, hal pertama

bahwa evaluasi meupakan proses sistematis yang terus-menerus. Kedua, proses ini

terdiri atas tiga langkah: 1) pertanyaan yang menuntut jawaban serta informasi, 2)

membangun data relevan, 3) informasi akhir yang menjadi bahan pertimbangan

keputusan. Ketiga, evaluasi mendukung proses pengambilan keputusan dengan

memilih satu alternatif pilihan dan tindak lanjut. Implementasi evaluasi model CIPP

menuut Kaufman & Thomas (1980:115-116) adalah sebagai berikut:

a)

Evaluasi Konteks (Context Evaluation to Serve Planning Decision)

Evaluasi konteks adalah jenis evaluasi yang paling mendasar. Tujuannya adalah

menyediakan alasan yang logis terhadap penentuan sasaran. Dignosa masalah

memberikan dasar untuk mengembangkan sasaran yang pencapaiaanya akan

mengakibatkan perbaikan perbaikan program. Metode evaluasi konteks diawali

dengan analisis konseptual untuk mengidentivikasi batasan-batasan wilayah (domain).

Kemudian, study empiric dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

yang tidak dijumpai dan kesempatan-kesematan yang tidak digunakan. Evaluasi

konteks membantu merencanakan keputusan bertujuan untuk mengetahui kekuatan

dan kelemahan program yang berkaitan dengan pendidikan, menentukan kebutuhan

yang ingin dicapai, menentukan kelayakan program, menggambarkan keinginan dan

kondisi faktual lingkungan, mengidentifikasi kesenjangan kebutuhan yang ditemui.

b)

Evaluasi Input (Input Evaluation to Structuring Decision)

(16)

cara menyusun program instruksional untuk embuat kegunaan sumber dalam

mencapai sasaran program yang telah ditentukan.

c)

Evaluasi Proses (Process Evaluation to Serve Implementation Decision)

Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh

mana rencana telah diterapkan dan apa yang harus direvisi?. Hal ini merupakan

kegiatan penilaian selama berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Evaluasi proses

memiliki kesamaan dengan evaluasi formatif. Keduanya digunakan pada saat program

sedang dilaksanakan, sesuai atau tidak dengan rencana. Evaluasi proses diperlukan

untuk memberikan umpan balik secara periodik kepada orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap penerapan prosedur.

d)

Evaluasi Produk (Product Evaluation to Serve Recycling Decision)

Evaluasi produk bertujuan mengukur dan menginterpretasikan pencapaian tidak

hanya pada akhir pelaksanaan program, tetapi juga selama program berlangsung.

Evaluasi produk bisa juga berkaitan dengan hasil dari pelaksanaan program, untuk

membantu keputusan selanjutnya dan terjadi selama ada atau setelah program selesai

dengan menekankan pada pengumpulan informasi yang diperlukan untuk membantu

keputusan sehubungan dengan pogram diklat. Evaluasi produk digunakan sebagai

penilaian-penilaian sampai seberapa jauh pelaksanaan telah mencapai tujuan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, serta untuk mengetahui sejauh mana hasil

yang diperolah memberikan kompetensi pada peserta didik.

D.

Analisis Aplikasi Manajemen dalam Pengembangan Evaluasi layanan

bimbingan dan konseling

Dalam mengevaluasi program bimbingan dan konseling seorang konselor

harus mengumpulkan data dari berbagai kegiatan layananyang telah dilakukan

berdasarkan program yang telah disusun. Oleh karena itu agar pelaksanaan bimbingan

konseling dapat di pertanggung jawabkan, perlu adanya data, yang kemudian di

analisis.

Agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan tepat, perlu memperhatikan

prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh yaitu ( Depdiknas, 2007): 1)

Merumuskan maslah dan instrumen;2) Mengembangkan dan menyusun pengumpul

data, 3)menganalisis data; 4) adanya tindak lanjut. Dengan cara seperti ini aplikasi

manajemen dalam pengembangan evaluasi akan lebih efisien lagi.

(17)

dari tujuan evaluasi, kondisi di lapangan menunjukan kurangnya evaluasi dikarena

kan banyak faktor, baik secara internal guru bimbingan dan konsleing berserta tim

kerjanya, personel, kepala sekolah yang belum paham betul subtansi darin sebuah

evaluasi serta sedikitnya bahkan jarang guru bimbingan dan konseling melakukan

riset kecil untuk kepentingan program bimbingan dan konseling, atau berkerja sama

secara benar dengan kampus-kampus yang telah melakukan penelitian dalam hal

pengembangan evaluasi layanan bimbingan dan konseling.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Tiga jenis evaluasi yang diperlukan oleh konselor sekolah untuk menunjukkan bahwa pekerjaan mereka berada dalam kerangka program bimbingan dan konseling yang komprehensif serta memberikan kontribusi terhadap keberhasilan siswa secara keseluruhan. Jenis pertama, evaluasi personil, menggambarkan cara konselor sekolah diawasi dan dievaluasi. Jenis kedua evaluasi program, meninjau kembali status program distrik terhadap program standar untuk memastikan sejauh mana program telah dilaksanakan. Jenis ketiga hasil evaluasi, berfokus pada dampak dari kegiatan dan pelayanan dari sebuah program, memiliki pengaruh pada siswa, sekolah, dan masyarakat.

(18)

Cakupan dari manajemen dalam melakukan evaluasi sangat kompekls sehingga di perlukan ilmu, pemahaman, pelatihan, serta penelitian yang menunjang peningkatan aktivitas evaluasi program bimbingan dan konseling. Peran utama berada pada pundak konselor atau guru bimbingan dan konseling, untuk merumuskan bagian mana dari program bimbingan dan konseling yang perlu dan akan di evaluasi.

Dalam hal ini konselor atau guru bimbingan dan konseling harus di miliki adalah data atau informasi tingkat objektivitas, validitas, keterandalan serta tepat gunanya jelas.

Data akan ada bila ada perencanan program, serta aplikasi nyata yang menyeluruh untuk pelaksanaan program bimbingan dna konseling di sekolah. Dari layanan yang di berikan baik yang bersifat konseling atau pun di luar konseling, akan di peroleh sebuah arahan yang jelas untuk mengambil keputusan untuk perbaikan layanan selanjutnya.

Model-model evaluasi yang telah ada sebaiknya seorang guru bimbingan dan konseling memanfaatkan dengan baik, dengan berkerja sama dengan pihak yang memang paham dalam hal ini, misalnya piahk kampus atau lembaga yang berkaitan dengannya. Model evaluasi ini bervariatif sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman, Aip. 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: Indeks.

C, Gysbers, N and Patricia Henderson. Comprehensive Guidance and Counseling

Program Evaluation:Program + Personnel = Results. Tersedia

(19)

Cushway, Barry dan Lodge, Derek. (2002). Organisational Behaviour and Design. Jakarta :

PT Elex Media Komputindo

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yudi

Santoso Trans. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.

Nurihsan, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Mashudi, Farid. (2013). Panduan Evaluasi dan Suvervisi Bimbingan dan

Konseling. Yogyakarta: Diva Press.

Suherman , Uman. (2007). Manajemen Bimbingan & Konseling. Bekasi : Madani

Production

Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Winkel W S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh pendidik dan tujuan pembelajaran adalah memajukan cara belajar peserta didik.[3] Untuk Mendapatkan hasil belajar yang

Perta- ma, multimedia Lectora ini sesuai dengan prinsip-prinsip desain pembelajaran dan sesuai dengan silabus model pembelajaran Kurikulum 2013 tematik integratif,

2) Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral. Cangkang yang digunakan untuk kapsul

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara sebagaimana diubah dengan Nomor PM 92 Tahun 2011 menetapkan

Konsep Lean adalah perampingan atau efisiensi suatu proses, sedangkan Six Sigma didefinisikan sebagai proses yang tidak memproduksi lebih dari 3,4 produk cacat

Semakin berjalannya sebuah paradigma baru telah mengubah pandangan yang dimana masyarakat yang sebelumnya menjadi obyek dalam menjalankan pembangunan, tetapi saat ini

Dengan demikian pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa finger print dapat dijadikan indikator untuk mengukur absensi pegawai dan efektif dalam meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional , profitabilitas, dan leverage terhadap kondisi financial distress pada