Trend dan Inovasi Mutakhir
dalam Pembelajaran Fisika
Oleh:
Prof. Dr. Mohamad Nur
Makalah yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Fisika Dan Pembelajarannya (SNFP) 2016 oleh Jurusan Fisika FMIPA Universitas Malang yang dilaksanakan pada Sabtu, 6 Agustus
bertempat di Aula FMIPA Gd. 01.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Kecenderungan-kecenderungan dalam tuntutan untuk keterampilan-keterampilan
pemecahan masalah
Figure V.1.1 (OECD, 2014b, p. 27, Lampiran 1)
2
Tuntutan masa depan
• Kecenderungan-kecenderungan dalam tuntutan untuk keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dapat diinferensi dari koleksi data hasil pengukuran persyaratan pekerjaan karyawan.
• Figure V.1.1 (OECD, 2014b, p. 27, Lampiran 1) menyajikan evolusi
persyaratan pekerjaan itu di tiga negara OECD utama: Jerman, Jepang dan Amerika.
• Di tiga negara itu, telah terjadi peningkatan yang nyata dalam tuntutan keterampilan-keterampilan pemecahan-masalah.
• Figure V.1.1 itu memberi bukti tantangan pada pendidikan Indonesia, khususnya tantangan dalam mengembangkan routine analytic, non-routine interactive, dan non-routine manual. Pendidikan yang semata-mata fokus routine cognitive dan routine manual tidak relevan dengan tututan masa depan.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Fitur-fitur utama PISA 2012
• Asesmen pemecahan-masalah di PISA 2012 fokus pada keterampilan-keterampilan penalaran umum siswa,
kemampuan mereka untuk mengatur proses-proses
pemecahan-masalah, dan kemauan mereka untuk melakukan tugas pemecahan-masalah itu, diukur dengan menghadapkan siswa pada masalah-masalah non-rutin dan real-life.
Konsep inovatif tentang literasi yang merujuk kepada
kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan, dan menganalisis, menalar dan mengkomunikasikan secara efektif pada saat mereka
mengidentifikasi, menginterpretasikan dan memecahkan masalah-masalah dalam berbagai situasi.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Prestasi rata-rata dalam sains dalam PISA 2012 di antara 65 negara (OECD, 2014a,
Figure I.5.1, p. 217, Lampiran 2)
Rata-rata skor Negara Rangking
580 Shanghai-China 1
551 Singapore 3
528 Viet Nam 8
444 Thailand 48
420 Malaysia 53
382 Indonesia 64
373 Peru 65
Rata-rata 65 negara = 501
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Membandingkan kedudukan relatif negara-negara dalam prestasi sains
• Satu cara untuk mengikhtisarkan prestasi sains siswa dan
membandingkan kedudukan relatif negara-negara dalam sains adalah melalui prestasi rata-rata negara, dua-duanya, baik
membandingkan prestasi relatif satu negara terhadap negara yang lain maupun membandingkan terhadap rata-rata OECD.
• Untuk PISA 2012, rata-rata dalam sains untuk negara-negara
OECD meningkat menjadi 501 poin. Prestasi rata-rata dalam sains ini memungkinkan ditetapkannya patok duga
(benchmark) terhadap apa setiap prestasi sains sebuah negara dalam PISA 2012 dibandingkan.
• Selanjutnya, negara-negara dibagi menjadi tiga grup besar: negara-negara yang skor rata-ratanya di atas rata-rata OECD diwarnai dengan biru pucat, negara-negara yang skor-skor rata-ratanya secara statistik tidak signifikan berbeda dari rata-rata OECD diwarnai biru tua, dan negara-negara yang skor rata-ratanya di bawah OECD diwarnai dengan biru muda (OECD, 2014a, Figure I.5.1, p. 217, Lampiran 2).
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Perubahan tahunan dalam prestasi sains sepanjang partisipasinya dalam PISA 2006, PISA 2009, PISA 2012 (Lampiran 3)
Rata-rata skor Negara Perubahan
580 Shanghai-China Peningkatan 551 Singapore Peningkatan 528 Viet Nam Tidak ada data 444 Thailand Peningkatan
420 Malaysia Penurunan
382 Indonesia Penurunan
373 Peru Peningkatan
Sumber: OECD, 2014a, Figure I.5.3 p. 222
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Kecenderungan dalam rata-rata
prestasi sains (Lampiran 3)
Secara rata-rata meliputi seluruh negara OECD, prestasi sains
pada umumnya tetap stabil sejak 2006. Di antara 64 negara
dengan analisis perubahan tahunan, 19 negara memperlihatkan perbaikan-perbaikan dalam prestasi sains mereka (Batang biru di atas OECD averaga 2006).
Figure 1.5.3,p. 222, Lampiran 3 menunjukkan bahwa perubahan
tahunan terbesar terjadi di Kazakhstan (pada kenaikan tahunan delapan skor per tahun), Turki (enam skor per tahun), Qatar dan Polandia (masing-masing lima dan empat poin per tahun),
Thailand, Romania, Singapore dan Italia (tiga poin per tahun).
Pada Figure 1.5.3 (p. 222) itu ditunjukkan Malaysia dan
Indonesia mengalami penurunan. Penurunan Indonesia lebih besar daripada Malaysia.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Prestasi sains rata-rata dalam PISA 2006 sampai 2012
(OECD, 2014a, Table I.5.3b, p. 399, Lampiran 4)
Negara PISA 2006
Rata-rata skor
PISA 2009 Rata-rata
skor
PISA 2012 Rata-rata
skor
Singapore Tak ada
data 542 551
Thailand 421 425 444
Malaysia Tak ada
data 422 420
Indonesia 393 383 382
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Persentase siswa pada tiap level kepintaran dalam matematika (OECD,
2014a, Table I.2.1a p. 298, Lampiran 8)
Negara Belo w Level 1 (belo w 357.7 7 skor point ) Level 1 (from 357.77 sampai lebih kecil dari 420.07 skor poin) Level 2 (dari 420.07 sampai lebih kecil dari 482.38 skor poin) Level 3 (dari 482.38 sampai lebih kecil dari 544.68 skor poin) Level 4 (dari 606.99 sampai lebih kecil dari 669.99 skor poin) Level 5 (dari 606.99 sampai lebih kecil dari 669.30 skor poin) Level 6 (di atas 669.30 skor poin) % % % % % % % Indonesi
a 42.3 34.4 16.8 5.7 1.5 0.3 0.0
Malaysia 23.0 28.8 26.0 14.9 6.0 1.2 0.1
Singapor
e 2.2 6.1 12.2 17.5 22.0 21.0 19.0
Thailand 19.1 30.6 27.3 14.5 5.8 2.0 0.5
Viet Nam
3.6 10.6 22.8 28.4 21.3 9.8 3.5
Shangha
i-China 0,8 2.9 7.5 13.1 20.2 24.6 30.8
10
Persentase siswa pada tiap level
kepintaran dalam sains (OECD, 2014a, Table I.5.1a p. 392, Lampiran 5)
Negara Below Level 1 (belo w 334.9 4 skor point) Level 1 (from 334.94 sampai lebih kecil dari 409.54 skor poin) Level 2 (dari 409.54 sampai lebih kecil dari 484.14 skor poin) Level 3 (dari 484.14 sampai lebih kecil dari 558.73 skor poin) Level 4 (dari 558.73 sampai lebih kecil dari 633.33 skor poin) Level 5 (dari 633.33 sampai lebih kecil dari 707.93 skor poin) Level 6 (di atas 707.93 skor poin) % % % % % % % Indones
ia 24.7 41.9 26.3 6.5 0.6 0.0 0.0
Malaysi
a 14.5 31.0 33.9 16.5 3.7 0.3 0.0
Singapo
re 2.2 7.4 16.7 24.0 27.0 16.9 5.8
Thailan
d 7.0 26.6 37.5 21.6 6.4 0.9 0.1
Viet Nam
0.9 5.8 20.7 37.5 27.0 7.1 1.0
Shangh
ai-China 0.3 2.4 10.0 24.6 35.5 23.0 4.2
11
Persentase siswa pada tiap level
kepintaran dalam membaca (OECD, 2014a, Table I.4.1a p. 375, Lampiran 9)
Negara Below Level 1b (belo w 262.0 4 skor point) Level 1b (from 262.04 sampa i lebih kecil dari 334.75 skor poin) Level 1a (dari 334.7 5 samp ai lebih kecil dari 407.4 7 skor poin) Level 2 (dari 407.4 7 samp ai lebih kecil dari 480.1 8 skor poin) Level 3 (dari 558.73 sampa i lebih kecil dari 633.33 skor poin) Level 4 (dari 633.33 sampa i lebih kecil dari 707.93 skor poin) Leve l 5 (di atas 707. 93 skor poin ) Lev el 6 (di atas 698. 32 skor poin ) % % % % % % % % Indones
ia 4.1 16.3 34.8 31.6 11.5 1.5 0.1 0.0
Malaysi a
5.8 16.4 30.5 31.0 13.6 2.5 0.1 0.0
Singapo re
0.5 1.9 7.5 16.7 25.4 26.8 16.2 5.0
Thailan
d 1.2 2.7 14.1 36.0 23.5 6.7 0.8 0.1
Viet Nam
0.1 1.5 7.8 13.7 39.0 23.4 4.2 0.4
Shangh
ai-China 0.1 0.3 2.5 11.0 25.3 35.7 21.3 3.8
12
Prestasi Siswa Indonesia dalam
Matematika, Membaca dan Sains (OECD, 2014a, Table I.A p. 19, Lampiran 6)
Rata-rata
Skor
Matematika PISA 2012
Rata-rata Skor Membaca PISA 2012
Rata-rata Skor Sains
PISA 2012
Rata-rata OECD
494 496 501
Shanghai-China
613 570 580
Singapore 573 542 551
Viet Nam 511 508 528
Thailand 427 441 444
Malaysia 421 398 420
Indonesia 375 396 382
Peru 368 384 373
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Pertanyaan-pertanyaan sains yang dihadapi siswa
OECD (2014a. Figure 1.5.9, p. 231
Level Batas bawah
skor UNIT – Pertanyaan (Posisi pada skala PISA) 6 708 GREENHOUSE – Pertanyaan 5 (709)
5 633 GREENHOUSE – Pertanyaan 4.2 (659)
4 559 GREENHOUSE – Pertanyaan 4.1 (568)
CLOTHES – Pertanyaan 1 (567)
3 484 MARY MONTAGU -- Pertanyaan 4
(507)
2 409 MARY MONTAGU – Pertanyaan 2 (436) MARY MONTAGU – Pertanyaan 3 (431)
GENETICALLY CROPS – Pertanyaan 3 (421)__
1 335 PHYSICAL EXERSICISE – Pertanyaan 3
(386)
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Definisi literasi sains menurut PISA
PISA mendefinisikan literasi sains sebagai suatu pengetahuan ilmiah individu, dan penggunaan pengetahuan itu untuk
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, memperoleh
pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah dan menarik kesimpulan-kesimpulan berbasis-bukti tentang
masalah-masalah yang berhubungan dengan sains; memahami fitur-fitur karakteristik sains sebagai suatu bentuk pengetahuan dan inkuiri manusia; kesadaran tentang bagaimana sains dan teknologi membentuk material kita, lingkungan intelektual dan budaya; dan kemauan untuk terlibat dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan sains, dan dengan ide-ide sains, sebagai warga negara yang reflektif (OECD, 2007).
15
Prestasi rata-rata dalam sains dalam PISA 2012 di antara 65 negara (Lampiran 2)
Rata-rata skor Negara Rangking
580 Shanghai-China 1
551 Singapore 3
528 Viet Nam 8
444 Thailand 48
420 Malaysia 53
382 Indonesia 64
373 Peru 65
Rata-rata 65 negara = 501
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Gap dalam prestasi antara negara OECD berprestasi tertinggi dan
berprestasi terendah (Lampiran 2)
• Gap dalam prestasi sains antara negara OECD berprestasi tertinggi Jepang (547) dan berprestasi terendah Mexico (415) adalah 132 poin. Artinya,
Jepang (547) adalah lebih tinggi di atas rata-rata OECD (501), Mexico
(415 poin) adalah 86 poin di bawah rata-rata OECD tersebut (Lampiran 2).
• Lebih dari itu, perbedaan prestasi yang teramati di antara negara-negara mitra OECD malah lebih besar lagi, dengan perbedaan 207 poin antara Shanghai-China (580 poin) dan Peru (373 poin). Antara Shanghai-China (580 poin) dan Indonesia (382 poin) perbedaannya adalah 198 poin
(Lampiran 2).
17
Kecenderungan dalam rata-rata
prestasi sains (Lampiran 3)
• Secara rata-rata meliputi seluruh negara OECD, prestasi sains pada umumnya tetap stabil sejak 2006. Di antara 64 negara dengan
analisis perubahan tahunan, 19 negara memperlihatkan perbaikan-perbaikan dalam prestasi sains mereka.
• OECD (2014a, Figure 1.5.3, p. 222, Lampiran 3) menunjukkan bahwa perubahan tahunan terbesar terjadi di Kazakhstan (pada kenaikan tahunan delapan skor per tahun), Turki (enam skor per tahun), Qatar dan Polandia (masing-masing lima dan empat poin per tahun),
Thailand, Romania, Singapore dan Italia (tiga poin per tahun).
• Pada Figure 1.5.3 (p. 222) itu ditunjukkan Malaysia dan Indonesia mengalami penurunan. Penurunan Indonesia lebih besar daripada Malaysia.
18
Rata-rata prestasi sains dalam PISA 2006 sampai PISA 2012 (Lampiran 4)
Neggara Rata-rata skor Perubah
an PISA
2006 2009PISA 2012PISA
Shanghai-China Tidak ada data 575 580 Peningkatan Singapore 542 551 551 Peningkat
an
Thailand 421 425 444 Peningkat an
Malaysia Tidak ada
data 422 420 Penurunan Indonesia 393 383 382 Penuruna
n Peru Tidak ada
data 369 371 Peningkatan Sumber: OECD (2014a, Table I.5.3b)
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Siswa pada level kepintaran sains berbeda dalam PISA 2012
20
Level Skor
terendah batas bawah
Persentase siswa yang dapat mengerjakan tugas-tugas di setiap level atau di
atasnya
6 708 1,2 %
5 633 8,4 %
4 559 29,9 %
3 484 57,7 %
2 409 82,2 %
1 335 95, 2 %
OECD (2004a, Figure I.5.8, p. 231)
Persentase siswa pada tiap level kepintaran dalam sains
• Di seluruh negara OECD, rata-rata 1.1 % siswa mencapai Level 6.
• (5.8 %) Singapore berada pada level ini, Shanghai-China (4.2%), Jepang (3.4%) dan Finlandia (3.2%). Di New Zealand, Australia, Canada,
Inggris, Hong Kong-China, Estonia, Polandia, Jerman dan Irlandia antara 1.5% dan 2.7% dari siswa mencapai level kepintaran tertinggi ini.
• Sebaliknya, mayoritas negara-negara yang berpartisipasi sumbangan siswa dengan level kepintaran 6 adalah di bawah 1%.
• Nyaris nol persen siswa secara rata-rata mencapai Level 6 ini di Albania, Argentina, Brazil, Chile, Colombia, Costa Rica, Indonesia, Jordan, Kazakhstan, Malaysia, Mexico, Montenegro, Peru, Romania,
Tunisia, Turki dan Uruguay. OECD (2014a, Table I.5.1a, p. 392, Lampiran 5).
21
Kepintaran pada Level 2 (skor lebih tinggi dari 409 tetapi lebih rendah atau
sama dengan 484 poin)
• The international PISA Science Expert Group, yaitu kelompok pakar PISA mengidentifikasi Level 2 sebagai baseline atau dasar level kepintaran.
• Pada Level 2 ini, siswa memiliki pengetahuan memadai untuk
memberikan penjelasan-penjelasan yang mungkin dalam konteks yang dikenali atau menarik kesimpulan berdasarkan pada
penyelidikan-penyelidikan sederhana.
• Pertanyaan 3 dari unit GENETICALLY MODIFIED CROPS (OECD,
2014a, Figure I.5.17, p. 248, Lampiran 6B) merupakan tugas khas Level 2. Tugas ini menanyakan sebuah pertanyaan sederhana
tentang kondisi-kondisi yang bervariasi dalam suatu penyelidikan ilmiah dan siswa dikehendaki untuk mendemonstrasikan
pengetahuan tentang desain eksperimen sains atau inkuiri ilmiah.
• Berapa banyak siswa Indonesia yang memiliki prestasi Level 2 atau yang lebih tinggi? (OECD, 2014a, Figure I.5.10, p. 232, Lampiran 7)
22
Berapa banyak siswa Indonesia yang memiliki prestasi puncak dan skor di
bawah 335 poin?
• Beberapa negara nyaris tidak memiliki prestasi puncak: di dua negara mitra, Indonesia dan Peru, lebih sedikit dari 0.1% siswa mencapai
Level 5 atau 6. Figure I.5.10 p. 232, Lampiran 7.
• Siswa yang memiliki skor di bawah 335 poin – yaitu, di bawah Level 1 – umumnya tidak berhasil pada level-level sains paling dasar yang diukur oleh PISA itu. Siswa-siswa seperti itu lebih besar
kemungkinannya menghadapi kesulitan-kesulitan serius dalam menggunakan sains untuk mendapat manfaat dari pendidikan dan kesempatan-kesempatan belajar lebih lanjut dan dalam berperan dalam situasi-situasi kehidupan yang berkaitan dengan sains dan teknologi (OECD, 2010).
• Berapa banyak siswa Indonesia yang memiliki skor di bawah 335 poin?
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Persentase siswa pada tiap level kepintaran dalam matematika (OECD,
2014a, p. 298 Lampiran 8)
Negara Belo w Level 1 (belo w 357.7 7 skor point ) Level 1 (from 357.77 sampai lebih kecil dari 420.07 skor poin) Level 2 (dari 420.07 sampai lebih kecil dari 482.38 skor poin) Level 3 (dari 482.38 sampai lebih kecil dari 544.68 skor poin) Level 4 (dari 606.99 sampai lebih kecil dari 669.99 skor poin) Level 5 (dari 606.99 sampai lebih kecil dari 669.30 skor poin) Level 6 (di atas 669.30 skor poin) % % % % % % % Indonesi
a 42.3 34.4 16.8 5.7 1.5 0.3 0.0
Malaysia 23.0 28.8 26.0 14.9 6.0 1.2 0.1
Singapor
e 2.2 6.1 12.2 17.5 22.0 21.0 19.0
Thailand 19.1 30.6 27.3 14.5 5.8 2.0 0.5
Viet Nam
3.6 10.6 22.8 28.4 21.3 9.8 3.5
Shangha
i-China 0,8 2.9 7.5 13.1 20.2 24.6 30.8
Persentase siswa pada tiap level
kepintaran dalam sains (OECD, 2014a,, p.
375, Lampiran 9)
Negara Below Level 1 (belo w 334.9 4 skor point) Level 1 (from 334.94 sampai lebih kecil dari 409.54 skor poin) Level 2 (dari 409.54 sampai lebih kecil dari 484.14 skor poin) Level 3 (dari 484.14 sampai lebih kecil dari 558.73 skor poin) Level 4 (dari 558.73 sampai lebih kecil dari 633.33 skor poin) Level 5 (dari 633.33 sampai lebih kecil dari 707.93 skor poin) Level 6 (di atas 707.93 skor poin) % % % % % % % Indones
ia 24.7 41.9 26.3 6.5 0.6 0.0 0.0
Malaysi
a 14.5 31.0 33.9 16.5 3.7 0.3 0.0
Singapo
re 2.2 7.4 16.7 24.0 27.0 16.9 5.8
Thailan
d 7.0 26.6 37.5 21.6 6.4 0.9 0.1
Vietnam 0.9 5.8 20.7 37.5 27.0 7.1 1.0
Shangh
ai-China 0.3 2.4 10.0 24.6 35.5 23.0 4.2
25
Persentase siswa pada tiap level kepintaran dalam membaca (OECD, 2014a, p. 392,
Lampiran 10) Negara Below Level 1b (belo w 262.0 4 skor point) Level 1b (from 262.04 sampa i lebih kecil dari 334.75 skor poin) Level 1a (dari 334.7 5 samp ai lebih kecil dari 407.4 7 skor poin) Level 2 (dari 407.4 7 samp ai lebih kecil dari 480.1 8 skor poin) Level 3 (dari 558.73 sampa i lebih kecil dari 633.33 skor poin) Level 4 (dari 633.33 sampa i lebih kecil dari 707.93 skor poin) Leve l 5 (di atas 707. 93 skor poin ) Lev el 6 (di atas 698. 32 skor poin ) % % % % % % % % Indones
ia 4.1 16.3 34.8 31.6 11.5 1.5 0.1 0.0
Malaysi a
5.8 16.4 30.5 31.0 13.6 2.5 0.1 0.0
Singapo re
0.5 1.9 7.5 16.7 25.4 26.8 16.2 5.0
Thailan
d 1.2 2.7 14.1 36.0 23.5 6.7 0.8 0.1
Viet Nam
0.1 1.5 7.8 13.7 39.0 23.4 4.2 0.4
Shangh
ai-China 0.1 0.3 2.5 11.0 25.3 35.7 21.3 3.8
Persentase jawaban benar untuk setiap negara pada pertanyaan PISA 2006 11:
Physical Exercise (Lampiran 11)
UNIT 11: Physical Exercise
QUESTION 11.1 % 11.2 % 11.3 %
OECD average
53 82 45
Indonesia 5 54 24
Thailand 43 81 12
Sumber: OECD, 2009, p. 306.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) dan Kompetensi
Inti 4 (Keterampilan) KD (Pengetahuan) dan
KD (Keterampilan) (Permendikbud No 24
Tahun 2016 tentang KI dan KD SD/MI)
Kelas IV Kelas V Kelas VI
KI 3 (Pengetahuan): Memahani
pengetahuan faktual
berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Menyajikan
pengetahuan faktual ...
KD Pengetahuan: Menganalisis ... KD Keterampilan: Menyajikan hasil percobaan ....
KI 3 (Pengetahuan): Memahani
pengetahuan faktual dan konseptual, berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Menyajikan
pengetahuan faktual ...
KD Pengetahuan: Menganalisis ... KD Keterampilan: Melaporkan hasil percobaan ...
KI 3 (Pegetahuan): Memahami
pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan ... KI I 4
(Keterampilan): Menyajikan
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) KD (Pengetahuan) dan KD
(Keterampilan)
(Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD SMP/MTs)
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
KI 3 (Pengetahuan): Memahani
pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural
berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak...
KD (Pengetahuan): Menganalisis ... KD (Keterampilan):
Melakukan
percobaan? untuk menyelidiki pengaruh kalor terhadap suhu dan wujud benda serta
perpindahan kalor.
KI 3 (Pengetahuan): Memahani dan
menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural
berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan):
Mengolah, menyaji, dan menalar ranah konkret dan ranah abstrak ...
KD (Pengetahuan): Menganalisis ... KD (Keterampilan):
Menyajikan hasil percobaan .... ?
KI 3 (Pegetahuan): Memahami dan menerapkan
pengetahuan faktual,
konseptual, dan
prosedural
berdasarkan ...
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) KD (Pengetahuan) dan KD
(Keterampilan) FISIKA SMA/MA
(Permendikbud No 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Fisika SMA/MA
Kelas X Kelas XI Kelas XII
KI 3 (Pengetahuan): Memahani, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait ...
KD Pengetahuan: Menganalisis ... KD Keterampilan: Melakukan
percobaan .
KI 3: Memahani, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait ...
KD Pengetahuan: Menganalisis ... KD Keterampilan: Melakukan
percobaan
KI 3: Memahani, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan ...
KI 4 (Keterampilan): Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait ...
KD Pengetahuan: Menganalisis ... KD Keterampilan: Melakukan
percobaan
Sumber: Bahan uji publik Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
29 November 2012
Gambar di atas dapat mendatangkan persepsi:
Metakognisi baru diajarkan di PT, baru diajarkan di SMA kelas awal. Metakognisi belum diajarkan di SD dan SMP. SD hanya diajarkan pengetahuan faktual dan konseptual. SMP baru diajarkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.
Pendukung pentingnya metakognisi diajarkan sejak dini: Usia pra sekolah adalah waktu mulai untuk mengembangkan
struktur metakognitif, termasuk pengetahuan dan proses metakognitif (Chernocova, 2014: 207).
Adanya hubungan positif antara kesadaran metakognisi dan
akademik self-efficacy (Hermita & Thamrin, 2015: 1077).
Metakognisi sebuah komponen penting dari pembelajaran dan
self-regulation pada semua usia (Efklides, 2008; McCormick, 2003 dalam Schraw, et al. 2012: 57) .
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Refrensi Metakognisi
Kemendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.
Chernocova, T.E. (2014). Features Of Metacognition Structure for Pre-School Age Children. Procedia - Social and Behavioral Sciences 146 , pp. 203 – 208.
Hermita, M. and Thamrin, W.P (2015). Metacognition Toward Academic Self-Efficacy Among Indonesian Private University Scholarship Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 171, pp. 1075 – 1080.
Schraw, G., Olafson, L.., Weibel, M., & Sewing, D. (2012). Metacognition Knowladge and Field-based science learning in an outdoor environmental Education Program. In Zohar, A. and Dori, Y. J. (2012). Metacognition in Science Education: Trends in Current Research. Springer.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Tabel 4.1
Hasil Analisis Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
(Suyidno, Nur, & Yuanita, 2016)
No Indikator
Skor
Pretest
(0-100)
Skor
Posttes t
(0-100)
1 Merumuskan masalah 28,3 67,2 2 Merumuskan hipotesis 28,9 86,1 3 Identifikasi variabel 42,8 92,2 4 Definisi operasional variabel 53,3 82,8 5 Merancang tabel data 62,2 76,7
6 Merancang prosedur
eksperimen 28,3 75,0
7 Menganalisis data 67,8 73,3 8 Menarik kesimpulan 24,4 54,4
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Tabel 4.38
Rincian Ketercapaian Skor
Kinerja Keterampilan Proses Sains Bahan Kajian Kalor pada Uji Terbatas Siswa SMA
(Prahani, Nur, & Yuanita, 2016)
No
. Indikator
Skor
Pretest
(0-4)
Skor
Posttest
(0-4)
1. Merumuskan masalah 1,00 3,00 2. Merumuskan hipotesis 1,00 3,00 3. Mengidentifikasi variabel
percobaan 0,40 2,80
4. Mendefinisikan definisi operasional variabel percobaan
0,20 2,70
5. Melaksanakan prosedur
percobaan 1,00 3,00
6. Membuat grafik 0,10 2,60 7. Analisis data 0,20 2,70 8. Merumuskan kesimpulan 0,20 2,70
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Tabel 4.41
Rincian Ketercapaian Skor
Kinerja Keterampilan Proses Sains Bahan Kajian Elastisitas Bahan pada
Uji Terbatas Siswa SMA
(Prahani, Nur, & Yuanita, 2016) No
. Indikator
Skor
Pretest
(0-4)
Skor
Posttest
(0-4)
1. Merumuskan masalah 1,00 3,00
2. Merumuskan hipotesis 1,00 3,00
3. Mengidentifikasi variabel percobaan
0,40 2,80
4. Mendefinisikan definisi operasional variabel percobaan
0,20 2,70
5. Melaksanakan prosedur percobaan
1,00 2,90
6. Membuat grafik 0,10 2,60
7. Analisis data 0,20 2,60
8. Merumuskan kesimpulan 0,20 2,70
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
No. Indikator PretestSkor
(0-1)
Skor
Postte st
(0-1)
1. Mengobservasi 0,36 0,82
2. Membuat inferensi 0,41 0,82 3. Mengklasifikasi 0,36 0,82
4. Memprediksi 0,23 0,77
5. Mengukur dan menggunakan
angka-angka 0,32 0,77
6. Rumusan masalah 0,27 0,77 7. Membuat hipotesis 0,32 0,77 8. Mengontrol variabel-variabel 0,32 0,77 9. Mendefinisikan secara operasional 0,32 0,77 10, Mengintepretasi data 0,36 0,82 11. Melaksanakan percobaan 0,27 0,77 12. Keterampilan memanipulasi variabel
percobaan 0,32 0,82
Tabel 4.45
Rincian Ketercapaian Skor
Pemahaman Keterampilan Proses Sains pada Uji Terbatas Siswa SMA
(Prahani, Nur, & Yuanita, 2016)
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Tabel 4.21
Ketuntasan Indikator Keterampilan Proses Sains Siswa SD
(Anita, Nur, dan Suryanti, 2016)
No. Indikator KPS Skor
Pretest
(0-100)
Skor
Posttest
(0-100)
1 Merumuskan hipotesis 31 83 2 Mengidentifikasi
variabel 25 85
3 Menyajikan data 25 85 4 Menganalisis data 20 77 5 Membuat kesimpulan 59 95
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Contoh Indikator SKL dan Soal Pengayaan Ujian Nasional IPA SMP/MTS Tahun 2013/2014
• Indikator SKL sebagian besar menggunakan kata kerja menentukan dan menjelaskan (Direktorat PSMP
KEMENDIKBUD. PENGAYAAN UN 2013/2014 SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA ILMU PENETAHUAN ALAM. h. 86, 99, Lampiran 13).
• Contoh Soal Pengayaan Ujian Nasional Mata Pelajaran
Fisika, Tahun 2013/2014 sesuai dengan Indikator SKL di atas (Direktorat PSMP KEMENDIKBUD. PENGAYAAN UN
2013/2014 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ILMU PENETAHUAN ALAM. h. 2, 3, 4, 5, Lampiran 13).
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Ayo Mencoba (Kemendikbud, 2016, Buku Siswa SD/MI Kelas IV, Tema 2, h. 3 – 4)
• Kegiatan berjudul Ayo Mencoba, kekuatannya adalah sudah sesuai KD 4.4 Kelas VI, yaitu “Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan paralel.” Kesesuaian kata kunci melakukan
percobaan itulah letak kekuatannya.
• Kelemahannya adalah belum memperkenalkan komponen-komponen atau konsep-konsep metode ilmiah atau keterampilan proses sains (KPS).
• Kelemahan itu diperkuat lagi dengan komponen KPS itu tidak muncul di Lembar Kegiatan Kurikulum 2013 yang sedang dipasarkan.
• Kelemahan itu semakin diperkuat dengan soal-soal Ujian Nasional
yang tidak memasukkan KPS secara komprehensif.
• Kelemahan bahan ajar dan soal ujian nasional itu tidak mendorong guru mengajarkan KPS ke siswa.
• Hasil penelitian menunjukkan kelemahan siswa atas KPS itu tidak hanya di tingkat SD, tetapi juga di tingkat SMP, SMA, SMK, bahkan di perguruan tinggi.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Fitur-fitur Prototipe Buku Guru
Fitur-fitur utama Prototipe Buku Guru ini terdiri dari lima fitur berikut ini. 1.Metakognisi diajarkan mulai SD/MI.
2.Secara berkelanjutan membelajarkan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3.Menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa dan guru.
4.Menerapkan kembali domain yang telah lazim secara universal, yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.
5.Prototipe Buku Guru ini dikembangkan dengan merujuk referensi sains mutakhir dan referensi standar seperti Glencoe McGraw-Hill dan sejenisnya.
Mahasiswa Pascasarjana Prodi S2 dan S3 Pendidikan Sains yang memilih saya sebagai pembimbing sudah dan sedang menyelesaikan tesis atau disertasi dengan tema pengembangan bahan ajar inovatif, salah satunya adalah mengembangkan Prototipe Buku Guru dan
Prototipe Buku Siswa.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam
Pengetahuan Siswa YLPI Al Hikmah tentang Komponen Keterampilan Proses IPA (Nur,
2008a)
No Indikator Rata-rata
SD
Rata Rata SMP
Rata-rata SMA
1 Mengidentifikasi pernyataan tentang pengamatan
0,37 0,42 0,39
2 Mengidentifikasi pernyataan tentang inferensi
0,41 0,47 0.42
3 Mengidentifikasi pernyataan tentang prediksi
0,47 0,46 0,43
4 Mengidentifikasi pernyatan tentang klasifikasi
0,48 0,51 0,47
5 Mengidentifikasi pernyataan tentang model
0,57 0,55 0.55
6 Mengidentifikasi pernyataan tentang hipotesis
0,40 0,48 0,54
7 Mengidentifikasi variabel independen dari suatu eksperimen
0,36 0,38 0,40
Proporsi jawaban benar KPS mahasiswa FKIE IKIP Jurusan Biologi, Fisika dan Kimia
(Nur, 1982, h. 272)
Keterampilan Proses Sains
Proporsi jawaban benar
Identifikasi variabel bebas & tak-bebas
0,52
Identifikasi variabel kontrol 0,19
Menetapkan variabel bebas & tak-bebas
0,29
Menetapkan variabel kontrol
0,10
Menetapkan data yang diperlukan dan cara
mengukurnya
0,17
Merencanakan eksperimen dengan benar
0,03
Daftar Pustaka
Anita, Nur, M., Suryanti. (2016). Desain Riset Prototipe Buku Guru dan Buku Sisswa berbasis Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah IPA Siswa SD. Tesis Program Magister. PPs Unesa.
Nur, Mohamad dkk. 2008a. Laporan Kegiatan Pengukuran Kemampuan Logika Siswa dan Guru YLPI Al Hikmah.
Nur, IKIP Bandung. 1982. Disertasi: Kompetensi Akademik Mahasiswa FKIE IKIP Jurusan Biologi, Fisika Dan Kimia Ditinjau dari Peranannya Dalam Mengelola Kegiatan Inkuiri Sebagai Dasar Pengembangan Pelajaran Sains Di Sekolah Menengah Atas.
OECD (2014a), PISA 2012 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Mathematics, Reading and Science (Volume I, Revised edition, February 2014), PISA, OECD Publishing. http:// dx.doi.org/10.1787/9789264201118-en
OECD (2014b), PISA 2012 Results: Creative Problem Solving: Students’ Skills in Tackling Real-Life Problems(Volume V), PI SA, OECD Publishing.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264208070-en
Daftar Pustaka
OECD (2014b), PISA 2012 Results: Creative Problem Solving: Students’ Skills in Tackling Real-Life Problems (Volume V), PI SA, OECD Publishing.
http://dx.doi.org/10.1787/9789264208070-en
OECD. 2009. Take The Test. Sample Question From Oecd’s Pisa Assessments. PISA. OECD Publishing.
OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World VOLUME 1: ANALYSIS. OECD Publishing.
Prahani, B. K., Nur, M., Yuanita L., (2016). Model Confidence Collaborative Problem Solving Untuk Meningkatkan Keterampilan Pemecahan Masalah Kolaboratif, Keterampilan Proses Sains, Dan Kepercayaan Diri Siswa SMA. Makalah Seminar Hasil. Program Doktor PPs Unesa. Suyidno, Nur, M., Yuanita L., (2016). Pengembangan Model Responsibility
and Scientific Creativity Based Learning (RSCBL) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Tanggung Jawab Mahasiswa. Makalah Seminar Hasil. Program Doktor PPs Unesa.
Trend dan Inovasi Mutakhir dalam