• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI MITIGASI DAN PENELITIAN EMISI GAS RUMAH KACA DI LAHAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TEKNOLOGI MITIGASI DAN PENELITIAN EMISI GAS RUMAH KACA DI LAHAN PERTANIAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI MITIGASI DAN

PENELITIAN EMISI GAS RUMAH

KACA DI LAHAN PERTANIAN

Presentasi oleh Miranti Ariani

Bimbingan Teknis Aksi Peduli Lingkungan Jakenan, 2-6 Juli 2018

Tim GRK Balingtan

(2)

Pendahuluan

Teknologi Mitigasi GRK

Tantangan dalam Implementasi

State of The Art Penelitian GRK Balingtan

Setting up

penelitian GRK

Penutup

(3)
(4)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTAN

2015 - 2019

4 1. Melakukan Upaya

percepatan

Kebijakan di bidang peningkatan gender dan menjalin

kerjasama luar

a. Meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan lahan

b. Meningkatkan infrastruktur dan sarana pertanian c. Mengembangkan dan memperluas logistik

benih/bibit

d. Mendorong penguatan kelembagaan petani e. Memperkuat Kelembagaan Penyuluhan pertanian f. Mengembangan dan mendorong pembiayaan

pertanian

g. Memperkuat jaringan pasar produk pertanian

h. Melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penanganan pasca bencana alam serta perlindungan tanaman

i. Mengelola dan mendorong pemanfaatan subsidi dan kredit pembiayaan usaha pertanian

j. Mendorong upaya perlindungan usaha pertanian melalui asuransi pertanian

k. Meningkatkan dukungan inovasi dan teknologi pertanian

(5)

Kebijakan Teknis Operasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim,

Penanganan Pasca Bencana Alam dan Perlindungan Tanaman

Mengutamakan prinsip adaptasi tanpa

mengabaikan aksi mitigasi

Setiap aksi penurunan emisi GRK sektor pertanian juga

harus menjamin mendukung upaya peningkatan produksi dan

produktivitas pertanian

Aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

harus memberikan

manfaat dalam peningkatan kesejahteraan petani

Kegiatan aksi yang akan dipilih harus disesuaikan dengan sistem dan usaha

pertanian rakyat. Aksi adaptasi dan mitigasi secara

operasional dijabarkan di tiap eselon 1

Kegiatan Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim bersifat spesifik lokasi

dengan mempertimbangkan kondisi geografis masing-masing wilayah, sehingga

teknologi yang akan diterapkan harus bersifat teknologi tepat guna dan

spesifik lokasi dengan mengadopsi sebesaar-besarnya kearifan lokal

(6)

Kebijakan Teknis Operasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim,

Penanganan Pasca Bencana Alam dan Perlindungan Tanaman

Operasionalisasi penanganan DPI harus

melembaga kedalam sistem perencanaan

teknokratis yang didukung basis data dan

sistem informasi yang valid dan terverifikasi

Perlu dilakukan pengarusutamaan penanganan DPI yang didukung oleh SDM yang

kompeten

Proses perumusan, negoisasi, konsensus dan

sosialisasi kebijakan penanganan DPI secara

masif dan berkesinambungan

(7)

RAN-GRK (Perpres No. 61/2011)

Penerapan teknologi budidaya tanaman: SLPTT, SRI, Varietas

Rendah Emisi

Pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida: UPPO

Pemanfaatan kotoran/urin ternak dan limbah pertanian untuk biogas:

BATAMAS

Sector of Activity

Emission Reduction

(Giga Ton CO2e) Total

(41%)

26% 15%

Forestry and Peatland 0.672 0.367 1.039

Waste 0.048 0.030 0.078

Energy and Transport 0.038 0.018 0.056

Agriculture 0.008 0.003 0.011

Industry 0.001 0.004 0.005

(8)
(9)

No Kategori Kegiatan

1

Penerapan teknologi pengelolaan air di lahan

sawah dan varietas rendah emisi PTT, SRI, intermittent, AWD 2 Peningkatan cadangan karbon tanah

Penggunaan bahan organik (semua

pertanaman), UPPO, rumah kompos, pertanian organik, desa organik

3 Peningkatan sequestrasi CO2

Penanaman dan perluasan areal tanaman tahunan

4 Pengelolaan kotoran ternak BATAMAS, biogas

5 Perbaikan pakan Penggunaan Feed Suplement untuk Pakan Sapi

II. Teknologi Mitigasi GRK

(10)

1. Perluasan areal pertanian dan perkebunan di

lahan tidak

produktif/terdegradasi

a. Meningkatkan

serapan CO

2

oleh

tanaman budidaya

b. Optimasi nilai jual

(11)

2.

Pemanfaatan

lahan gambut terlantar

terdegradasi untuk pertanian melalui

tatakelola air dan ameliorasi

Pemanfaatan lahan terlantar menjadi lahan

produktif

1.

Penurunan emisi

GRK

2.

Peningkatan

serapan karbon oleh

tanaman

(12)

3.

Pengembangan teknologi

pengelolaan lahan tanpa bakar

Pembukaan lahan untuk petanian dan perkebunan

a. Meningkatkan emisi CO2 di atmosfer

b. Merusak ekosistem

(13)

4. Integrasi Tanaman-ternak

RT

7

1

Jarak Tanam: Jajar Legowo

Sawah

Pengendalian Hama

Penggunaan pupuk organik

Efisiensi Penggunaan Pupuk anorganik

 Pengelolaan dan Pengendalian air

Varietas Unggul Rendah Emisil CH4

(14)

5. Teknologi

Minapadi (Padi-Ikan)

Keunggulan Teknologi :

1. Menurunkan emisi GRK

khususnya gas CH4

2. Mengurangi serangan hama

padi

3. Meningkatkan kesuburan

tanah

4. Memanfaatkan SD air secara

optimal

(15)

6. Teknologi pemupukan

tepat sasaran

Manfaat Bagan Warna Daun (BWD):

1. Efisien menggunakan pupuk nitrogen

2. Mengurangi emisi GRK yaitu emisi N

2

O dan CH

4

(16)

7. Teknologi

tumpangsari tanaman

perkebunan-pangan

Manfaat Teknologi :

1. Meningkatkan sekuestrasi C

(17)
(18)

9. Pemberian pupuk organik

untuk meningkatkan simpanan C tanah

Manfaat bahan organik :

1. Meningkatkan holding capacity

tanah

2. Memberikan tambahan unsur hara untuk tanaman

3. Meningkatkan kapasitas serapan C oleh tanah (mengurangi emisi GRK)

(19)

10. Pengelolaan air di lahan sawah dengan

irigasi

intermittent

dan

alternate wet and drying

(AWD)

Pengaturan air

CF/Continuous Flooding 13.34 17.86 5.12 6.87 2.68 2.61 0.832 0.574

AWD/Alternate wetting & drying 8.48 11.98 5.20 6.87 1.65 1.75 0.888 0.602

AWDS/Site Spesific AWD 8.51 10.92 4.96 6.67 1.73 1.62 0.852 0.585

Pengairan berselang/Alternate Wet and Dry

Pengairan terus-menerus /Continuous Flooding (CF)

Permukaan tanah Tanam

(20)

Key findings MICCA (Mitigation of CC in Agric.) Project by FAO

• In addition to its potential to reduce GHG emissions, agriculture is the only sector that has the capacity to remove GHGs safely and cost-effectively from the atmosphere without reducing productivity

• Agriculture has the potential to benefit from synergies between climate change adaptation and mitigationwithin the right enabling conditions.

Enhancing the capacityof individuals and enriching the enabling environment in developing countries can simplify efforts to address climate change in agriculture. • Robust data and strong institutional arrangements can facilitate the identification of

feasible and effective climate change mitigation options in the agriculture and land use sectors.

Efficient livestock production systemscan significantly reduce GHG emissions and enhance sinks while increasing productivity.

• Male & female farmers must be given equal access to climate information, training & decision-making fora.

(21)

1.

Sosial budaya petani

Adanya tambahan aktivitas on farm

Pengetahuan baru

Transactional cost

dll

2.

Dukungan kebijakan

3.

Ketidakpastian

4.

Biaya tambahan untuk monitoring

(22)
(23)

Tingkat kemungkinan adopsi dari aksi mitigasi berdasarkan Moran

et

al.

(2010) dan MacLeod

et al.

(2010) :

1. Maximum technical

: teknologi mungkin diterapkan jika petani

sudah memahami sepenuhnya secara teknis dan mampu

benar-benar mengontrol faktor apa saja yang menentukan penurunan

emisi

2. High feasibility:

teknologi ini memungkinkan untuk diterapkan

dengan adanya regulasi atau peraturan dari pemerintah

3. Central feasibility:

teknologi ini memungkinkan untuk diadopsi

apabila ada kebijakan subsidi dari pemerintah

(24)
(25)
(26)

Penggunaan bahan amelioran untuk mitigasi GRK dari padi sawah di

tanah gambut (2007-2011)

Perlakuan 2007 2008 2009

Kalsel

2009 2010

Kalsel

2010 2011

---%---Tanpa amelioran Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline

Dolomit 33.11 21.52 27.27 26.03 6.88 46.96 -3.7

Zeolit 21.43

Terak baja 29.39

Jerami Kering -6.16 -0.07

Pupuk Kandang 26.66 30.82 16.46 21.82 19.07

Pupuk Silikat 6.19 18.15

Kompos 3.89 -12.73

Pupuk kandang+dolomit 3.9

Pugam 10.7

Abu Vulkan 41.9

Pupuk Fe 21.9

NI 10.5

(27)

Emisi GRK dari pupuk yang mengandung Fe (2009-2010)

Kerjasama dengan Sumitomo Corp-Chiba University

Sites Application of steel slag

CH4 N2O

DS RS DS RS

kg C ha-1 season-1 g N ha-1 season-1

Jakenan Control 135 a 335 a 38.75 a 19.31 bc Steel slag 1 Mg ha-1 149 a 304 a 30.57 a 13.84 c

Steel slag 2 Mg ha-1 - 299 a - 12.78 c

Wedarijaksa Control 4.99 b 3.10 b 45.99 a 46.03 a Steel slag 1 Mg ha-1 4.96 b 2.71 41.43 a 33.70 ab

Steel slag 2 Mg ha-1 - 2.52 - 28.37 abc

ANOVA

Sites *** *** ns ***

(28)

Land use

CO

2

emission during

Total

CO

2

1

GBB

24,30

19,13

26,05

23,62

34,31

25,48

5,554

22

2

GA

38,76

40,85

47,63

43,87

40,44

42,31

3,499

8

3

TBM

29,35

8

-

32,49

37,32

34,37

33,38

3,346

10

4

TM 6

37,52

41,66

36,30

35,60

41,54

38,52

2,891

8

5

TM 12

31,93

44,18

42,19

41,04

55,64

43,00

8,489

20

6

TM 18

37,38

56,01

41,94

48,34

43,59

45,45

7,082

16

1GBB : logged over peat forest, 2GA: secondary peat forest, 3TBM: unproductive palm oil, 4TM6: 6 years of productive

palm oil,5TM12: 12 years of productive palm oil,6TM18: 18 years of productive palm oil

7I, II, III, IV and V are the period of sampling, each represents different date with interval of 2 to 3 months 8- errors obtained during sampling

(29)

Perlakuan

Penurunan

CH4 (%)

Penurunan

N2O (%)

GWP

mgCO

2

e/g tanah

Penurunan

GWP (%)

Kontrol

-

-

20.71

-Limbah daun teh

-0.2

-33.5

24.48

-18.2

Sabut kelapa

58.7

-67.5

22.66

-9.4

Limbah Kopi

15.5

11.5

17.94

13.4

Daun/bunga Babandotan

58.4

3.2

14.79

28.6

Daun Kenikir

32.6

24.2

14.90

28.0

Rimpang Kunyit

34.4

61.9

10.51

49.3

Daun/bunga Babandotan (Ageratum conyzoides L) berpotensi

tinggi menurunkan emisi GRK dari lahan sawah dan meningkatkan efisiensi pupuk N sebesar 33,7% dan meningkatkan hasil padi

sebesar 7,02%. Manfaat lainnya sebagai bahan biopestisida

Penggunaan bahan penghambat nitirifikasi alami untuk

menurunkan emisi GRK (2010)

(30)

Lokasi

Pugam A

Pugam T

Pukan

Tanah

Mineral

Tankos

Abu

Riau

1

-17.4

-14.5

-9.4

-22.1

-18.4

Jambi

1

-1.7

10.9

-34.4

-26.5

-9.8

Kalteng

2

-20.2

-20.9

-16.6

-17.4

Kalsel

3

-39.1

-27.8

-39.9

-30.4

-28.2

Rata-rata

-19.6

-13.1

-25.1

-24.1

-14.1

-28.2

Pengaruh pemberian bahan amelioran di pertanaman sawit, karet

dan padi di tanah gambut terhadap penurunan total emisi CO

2

(%),

(2011)

Kerjasama ICCTF

Komoditas lokasi pengambilan sample

1Kelapa sawit 2Karet

3Padi

(31)

Total bakteri dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas

Jumlah bakteri metanotrof pada awal dan akhir inkubasi dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas

Total jamur dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas

Kesimpulan:

• Pemberian pukan ayam pada semua tipe penggunaan lahan gambut menurunkan populasi bakteri dan jamur pada akhir inkubasi, dan meningkatkan metanotrof.

(32)

Ternak

Model ITT Ramah Lingkungan di

Lahan Tadah Hujan

Padi gora

Padi

walik jerami Palawija Pola tanam

 Var. toleran kering (jagung, kacang hijau, sorgum, gude)

PHT  BWD

Jejer Legowo  Var. genjah  PHT Limbah lignin rendah,

selulosa tinggi Padi Gora Walik jerami Palawija

Produksi

(33)

6,7

Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Membramo IR64 Situ

Bagendit

Kontrol Ciherang Way Apo Buru

1. Food (Pangan)

2. Feed (Pakan)

3. Fertilizer (Pupuk)

Penelitian LCA Karbon pada SITT - 2013

(Pertanian Bioindustri Berkelanjutan)

4. Fuel (Energi)

Selisih Karbon = 85,77 ton CO2-e/tahun) yang disekuestrasi dalam SITT

Perlakuan GWP (Ton CO2-e/ha) WJ 2013 GR 2013

(34)

Perlakuan

Emisi CH4 Emisi N2O Hasil GWP*

---kg/ha/musim--- ton/ha t CO2

e/ha/musim

Pukan Ayam Legowo 266,7a ± 63,7 0,70a ± 0,1 6.97 6,3 Pukan Sapi Legowo 228,5a ± 70,1 0,59a ± 0,1 6.65 5,4

Tanpa BO Legowo 175,3b ± 42,4 0,60a ± 0,1 6.54 4,2 5,3 Pukan Ayam Tegel 270,1a ± 48,8 0,73a ± 0,1 6.65 6,4

Pukan Sapi Tegel 229,1a ± 59,0 0,74a ± 0,2 6.18 5,5

Tanpa BO Tegel 165,8b ± 43,8 0,77a ± 0,2 5.84 4,0 5,3

Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Tukey HSD test p<0,05 Pukan = pupuk kandang, BO = bahan organik

*GWP - Global Warming Potential : perhitungan GRK setara CO2, CH4x 23 CO2e, N2O x 296 CO2e (sumber : IPCC Third Asssesment Report)

Penelitian emisi GRK dari berbagai pemberian bahan organik dan

jarak tanam di lahan sawah (2014)

Anova

Bahan organik ** ns

Jarak tanam ns ns

(35)

Perlakuan

Emisi CH4 Emisi N2O Hasil GWP

---kg/ha/musim--- ton/ha t CO2 e/ha/musim

TOT paraquat 305,9a ± 86,4 0,58a ± 0,08 5.12 7,2

TOT Glifosat 206,3ab ± 81,6 0,55ab ± 0,10 5.07 4,9

TOT Tanpa Herbisida 272,2a ± 79,9 0,52ab ± 0,10 5.29 6,2

OTS Paraquat 335,3a ± 104,7 0,52ab ± 0,23 4.96 7,6

OTS Glifosat 302,8a ± 76,7 0,32b ± 0,03 4.98 7,1

OTS Tanpa Herbisida 323,3a ± 49,5 0,46ab ± 0,12 4.98 7,3

Emisi GRK dari perbedaan cara olah tanah dan pemberian herbisida

di lahan sawah (2015)

Anova

Olah tanah * *

Herbisida * *

(36)

Penelitian BO jangka panjang (2014-2016)

Pemberian bahan organik 5 ton/ha kecuali MT1, varietas yang digunakan Way Apoburu

Perlakuan MT I (Wajer Rata-rata Emisi CH4 (kg/ha/musim)

2014)

MT II (Gora 2014)

MT III (wajer 2015)

MT IV (Gora 2015)

MT V (Wajer

2016) Rata-rata

Tanpa BO 167 182 242 161 301 211

Jerami 144 469 391 333 597 387

Biokompos 141 251 127 194 378 218

Kompos 146 276 216 213 328 236

Perlakuan

Rata-rata Emisi N2O (kg/ha/musim)

MT I (Wajer 2014)

MT II (Gora 2014)

MT III (wajer 2015)

MT IV (Gora 2015)

MT V (Wajer

2016) Rata-rata

Tanpa BO 0.01 0.47 0.57 0.67 0.87 0.52

Jerami 0.01 0.51 0.65 0.7 0.77 0.53

Biokompos 0.01 0.48 0.77 0.6 0.83 0.54

Kompos 0.01 0.48 0.44 0.61 0.64 0.44

Perlakuan

Rata-rata hasil padi(ton/ha/musim)

MT I (Wajer 2014)

MT II (Gora 2014)

MT III (wajer 2015)

MT IV (Gora 2015)

MT V (Wajer

2016) Rata-rata

Tanpa BO 2.84 6.62 3.49 6.21 3.13 4.45

Jerami 3.08 6.07 3.27 6.64 3.72 4,56

Biokompos 3.03 6.22 3.38 7.12 3.72 4.70

(37)

Emisi CH4 dan N2O dari pengaturan air di lahan padi sawah

(2013-2016) Kerjasama NIAES-IRRI-MIRSA Project

0

1 Wet Season 2 Dry Season 3 Wet Season 4 Dry Season 5 Wet Season 6 Dry Season

CH4Kg ha-1

1 Wet Season 2 Dry Season 3 Wet Season 4 Dry Season 5 Wet Season 6 Dry Season

N2O Kg ha-1

1 CF 2 AWD 3 AWDS

(38)

Penelitian varietas padi rendah emisi (2015-2016)

Varietas

Emisi CH4 (kg/ha/musim)

Hasil gabah (t/ha) Indeks emisi (kg CH4/kg gabah)

MH

2015/16 MK 2016

MH

2015/16 MK 2016

MH

2015/16 MK 2016

Ciherang 229 bc 325 ab 6,0 bc 3,6 b 0,038 0,090

(39)

Integrasi Tanaman Ternak di Lahan Sawah Tadah Hujan 2016

Rejim air Varietas padi Hasil gabah (t/ha)

Ciherang 3,26 4,56 1,40

Inpari 30 3,18 5,04 1,58

IPB3S 3,20 4,18 1,31

Intermitten

Ciherang 3,11 2,90 0,93

Inpari 30 3,21 2,58 0,80

IPB3S 2,95 3,26 1,11

Penggunaan varietas Ciherang, Inpari 30 dan IPB3S, dan pengaturan air menekan emisi

CH4 30-47%

Penggunaan sludge sebagai pupuk organik , produksi 2 kg/hari atau 730 kg/tahun, apabila harga pupuk organik

harga Rp 700/kg maka keuntungan sebesar Rp

510.000 Kotoran sapi diendapkan

dibiodigester

Keuntungan dari budidaya 2 ekor sapi yang terintegrasi: 1.Kenaikan berat badan dan nilai jual daging

2.Penggunaan biogas mampu menekan emisi CH4 dari kotoran sebesar 1231 ton CO2e/tahun

(40)

4.399.200,-Kajian penerapan CSA di 3 kabupaten (2015-2016)

Kerjasama ICRAF-GIZ

Location Farming system Yield Yield increase GWP GWP decrease

t/ha t/ha t/ha/season t/ha Merden

(Banjarnegara)

Organic farming 6,7 1,9 4,01 0,31

Farmers practice 4,8 4,32

Senon (Purbalingga)

CSA 6,3 0,8 6,20 1,09

Farmers practice 5,5 7,29

Silado (Banyumas)

CSA 5,4 0,7 2,79 0,81

Farmers practice 4,7 3,60

Location Farming system

Cost (labor &

material) Yield Revenue Profit R/C

Rp/ha t/ha Rp/ha

Merden (Banjarnegara)

Organic farming 11.584.200 6,7 30.150.000 18.565.800 2,60

Farmers practice 13.519.000 4,8 21.600.000 8.081.000 1,60

Senon (Purbalingga)

CSA 12.086.400 6,3 28.350.000 16.263.600 2,35

Farmers practice 13.827.175 5,5 24.750.000 10.922.825 1,79

Silado (Banyumas)

CSA 11.777.412 5,4 24.300.000 12.522.588 2,06

(41)

Paket CSA

1. Penggunaan kalender tanam

2. Olah tanah dengan pembajakan dalam

3. Pemberian bahan organik

4. Penggunaan PUTS dan BWD untuk pemupukan

5. Bibit unggul bermutu

6. Bibit usia muda

7. Jarak tanam legowo

8. Pengairan intermittent

Prinsip CSA yang diterapkan :

1. Peningkatan produktivitas

2. Berkelanjutan

(42)

Penentuan tujuan penelitian harus jelas (sesuaikan dengan resource

yang ada)

Sejarah lahan harus jelas (untuk penelitian lapang)

Penelitian hendaknya dilakukan multi seasons/years

Data-data pendukung (iklim, air, tanah, data produksi)

Rancangan percobaan sesuai kaidah statistik

Sampling GRK (manual/otomatis)

Analisis laboratorium

Data prosesing

Pelaporan

(43)

Manually gas sampling

Design of the closed chamber

Duration of chamber closure

Number of gas samples per closure to be collected

Number of replicate chambers

Number of measurements per day and timing (best time to

measure)

(44)

References, Guidelines, Publications

1. International Atomic Energy Agency (IAEA) (1992). Manual on measurement of methane and

nitrous oxide emissions from agriculture.

2. International Global Atmospheric Chemistry (IGAC) (1994). Global measurement standardization

of methane emissions from irrigated rice cultivation.

3. Buendia, L. V., Neue, H. U., Wassmann, R., Lantin, R. S., Javellana, A. M., Arah, J., Z. Wang, L.

Wanfang, A. K. Makarim, T. M. Corton, and Charoensilp, N. (1998). An efficient sampling

strategy for estimating methane emission from rice field. Chemosphere, 36(2), 395–407

4. Parkin, T. B. (2006). Effect of sampling frequency on estimates of cumulative nitrous oxide emissions. Journal of Environmental Quality, 37(4), 1390–1395. doi:10.2134/jeq2007.0333

5. Parkin, T. B., & Venterea, R. (2010). Samplings Protocols. Chapter 3. Chamber-based trace gas flux measurements. In R. F. Follett (Ed.), Sampling protocols (Vol. 2010, pp. 3-1 to 3-39).

6. Bjoern Ole Sander & Reiner Wassmann (2014). Common practices for manual greenhouse gas

sampling in rice production: a literature study on sampling modalities of the closed chamber method, Greenhouse Gas Measurement and Management, 4:1, 1-13.

7. Minamikawa, K., Tokida, T., Sudo, S., Padre, A., Yagi, K. (2015) Guidelines for measuring CH4 and

(45)

Sampling Procedures

On the duration of chamber closure, number of gas samples per chamber

closure, and number of replicate chambers:

IAEA (1992) recommends a chamber closure duration ‘

not exceeding 2

hours

”’ and a

minimum of 3 gas samples

to be taken during the closure

period

IGAC (1994) recommends taking

4 gas samples

in a closure duration of

15

minutes

Parkin & Venterea (2010) recommends taking at least

3 gas samples

(46)

Timing

On the number of samplings per day and time of the day to sample:

IAEA (1992) recommends gas collection intervals at

midnight, 0600, 1200,

and 1800 h for 2-hour sampling

;

IGAC recommends

two samplings per day

in the time windows of

0600

0800 and 1300

1500

(IGAC, 1994)

Buendia et al. (1998) recommend

3 samplings per day

at 0600, 1200 and

1800 from planting to panicle initiation,

one single sampling

at 0600 from

panicle initiation to flowering and

two samplings

at 0600 and 1800 after

flowering

.

Parkin & Venterea (2010), as a general basis for the GRACEnet protocol,

recommends

sampling in ‘mid

-

morning’ or ‘early evening

’ because those

(47)

Intervals

Minamikawa et al. (2015) suggest frequency of sampling of (to encompass the

entire rice growing period for the estimation of seasonal emissions of CH4 and

N2O):

At

least weekly

during flooded rice-growing periods.

More frequently during agricultural management events

(e.g., irrigation,

drainage, and N fertilization) and some natural events (e.g., heavy

rainfall).

(48)

Syringe

Vial

Three way stop cock

Vacum pump

(49)

Alat Penyimpan Contoh Gas Rumah Kaca

Alat Pendukung

Vial dalam keadaan

vakum Jarum suntik

dengan kran dan dilengkapi

kertas perak dan kran

Termometer untuk mengetahui suhu dalam

sungkup

Baterai untuk menyalakan kipas angin dalam sungkup

Penampang untuk menghindari kebocoran gas

Blangko pengamatan untuk mencatat suhu, waktu

(50)

Design of Closed Chamber used at IAERI

CH4

N2O

(51)

Sungkup dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm

Bagian-bagiannya adalah :

Headspace

, berfungsi untuk mengetahui tinggi ruang udara pada sungkup.

(52)

Sungkup dengan ukuran 60 cm x 20 cm x 30 cm berfungsi untuk menangkap contoh gas CO2

dan N2O

Bagian-bagiannya adalah :

Headspace

, berfungsi untuk mengetahui tinggi ruang udara pada sungkup.

Pada bagian atas sungkup dilengkapi dengan lubang yang ditutup dengan

septum untuk mengambil contoh gas serta lubang untuk tempat

termometer.

headspace

(53)
(54)

Performing laboratory analysis

Using gas chromatography (GC)

- Injector

- Column

- detector

Carrier gases

Standard/calibration gases

GC Calibration

(55)

GHG 450 Varian

Shimadzu GC-2014

Manual and automatic analysis

(56)

Shimadzu 8A

Manual and automatic

analysis CH

4

Manual analysis

CH

4

, N

2

O and CO

2

(57)

VI. Penutup

Mitigasi menjadi perlu karena adanya komitmen secara

nasional dan internasional (Perpres 61/2011 dan NDC 2015)

Adaptasi menjadi keharusan karena kerentanan sektor

pertanian. Mitigasi sebagai co-benefit dari adaptasi

(58)

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian terapi antiviral yang diberikan oleh dokter untuk pasien mengacu pada Persatuan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) yang merekomendasikan pemberian antiviral untuk

Semai sengiran ini ditemukan pada setiap petak pengamatan, sementara indeks nilai penting terendah pada tingkat semai yaitu jenis puspa sebesar 11.62%, yang

Peran perpustakaan sebagai penyedia ruang (space ) yang nyaman, dengan berbagai fasilitas yang diperlukan, seperti akses internet, layar LCD, printer dan scanner

Oleh karena itu untuk mengetahui besar level kuat medan pada suatu titik dalam daerah cakupan dilakukan pcngukuran pada titik tersebut. Den gan pengukuran

Apabila perjanjian pembukaan rekening yang dilakukan oleh nasabah yang berusia di bawah 17 tahun tetap diadakan sedangkan tidak jelas dasar hukum apa yang

Dari hasil pengujian tersebut yang memiliki lebih tinggi dari kandungan Lithium dalam lumpur Sidoarjo dimungkinkan untuk terjadi kebocoran (fouling) dan karena

Sementara jika dilihat jumlah mahasiswa secara rerata lembaga, setiap STAI memiliki mahasiswa sebanyak 729 mahasiswa per STAI, sementara institut memiliki jumlah rerata

Berkenaan dengan upaya peningkatan produksi dan efisiensi hasil usaha integrasi jagung-sapi di Kabupaten Kupang, dan mengingat bahwa efisiensi teknis yang dicapai