TEKNOLOGI MITIGASI DAN
PENELITIAN EMISI GAS RUMAH
KACA DI LAHAN PERTANIAN
Presentasi oleh Miranti Ariani
Bimbingan Teknis Aksi Peduli Lingkungan Jakenan, 2-6 Juli 2018
Tim GRK Balingtan
Pendahuluan
Teknologi Mitigasi GRK
Tantangan dalam Implementasi
State of The Art Penelitian GRK Balingtan
Setting up
penelitian GRK
Penutup
KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTAN
2015 - 2019
4 1. Melakukan Upaya
percepatan
Kebijakan di bidang peningkatan gender dan menjalin
kerjasama luar
a. Meningkatkan ketersediaan dan pemanfaatan lahan
b. Meningkatkan infrastruktur dan sarana pertanian c. Mengembangkan dan memperluas logistik
benih/bibit
d. Mendorong penguatan kelembagaan petani e. Memperkuat Kelembagaan Penyuluhan pertanian f. Mengembangan dan mendorong pembiayaan
pertanian
g. Memperkuat jaringan pasar produk pertanian
h. Melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penanganan pasca bencana alam serta perlindungan tanaman
i. Mengelola dan mendorong pemanfaatan subsidi dan kredit pembiayaan usaha pertanian
j. Mendorong upaya perlindungan usaha pertanian melalui asuransi pertanian
k. Meningkatkan dukungan inovasi dan teknologi pertanian
Kebijakan Teknis Operasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim,
Penanganan Pasca Bencana Alam dan Perlindungan Tanaman
Mengutamakan prinsip adaptasi tanpa
mengabaikan aksi mitigasi
Setiap aksi penurunan emisi GRK sektor pertanian juga
harus menjamin mendukung upaya peningkatan produksi dan
produktivitas pertanian
Aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
harus memberikan
manfaat dalam peningkatan kesejahteraan petani
Kegiatan aksi yang akan dipilih harus disesuaikan dengan sistem dan usaha
pertanian rakyat. Aksi adaptasi dan mitigasi secara
operasional dijabarkan di tiap eselon 1
Kegiatan Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim bersifat spesifik lokasi
dengan mempertimbangkan kondisi geografis masing-masing wilayah, sehingga
teknologi yang akan diterapkan harus bersifat teknologi tepat guna dan
spesifik lokasi dengan mengadopsi sebesaar-besarnya kearifan lokal
Kebijakan Teknis Operasional Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim,
Penanganan Pasca Bencana Alam dan Perlindungan Tanaman
Operasionalisasi penanganan DPI harus
melembaga kedalam sistem perencanaan
teknokratis yang didukung basis data dan
sistem informasi yang valid dan terverifikasi
Perlu dilakukan pengarusutamaan penanganan DPI yang didukung oleh SDM yang
kompeten
Proses perumusan, negoisasi, konsensus dan
sosialisasi kebijakan penanganan DPI secara
masif dan berkesinambungan
RAN-GRK (Perpres No. 61/2011)
•
Penerapan teknologi budidaya tanaman: SLPTT, SRI, Varietas
Rendah Emisi
•
Pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida: UPPO
•
Pemanfaatan kotoran/urin ternak dan limbah pertanian untuk biogas:
BATAMAS
Sector of Activity
Emission Reduction
(Giga Ton CO2e) Total
(41%)
26% 15%
Forestry and Peatland 0.672 0.367 1.039
Waste 0.048 0.030 0.078
Energy and Transport 0.038 0.018 0.056
Agriculture 0.008 0.003 0.011
Industry 0.001 0.004 0.005
No Kategori Kegiatan
1
Penerapan teknologi pengelolaan air di lahan
sawah dan varietas rendah emisi PTT, SRI, intermittent, AWD 2 Peningkatan cadangan karbon tanah
Penggunaan bahan organik (semua
pertanaman), UPPO, rumah kompos, pertanian organik, desa organik
3 Peningkatan sequestrasi CO2
Penanaman dan perluasan areal tanaman tahunan
4 Pengelolaan kotoran ternak BATAMAS, biogas
5 Perbaikan pakan Penggunaan Feed Suplement untuk Pakan Sapi
II. Teknologi Mitigasi GRK
1. Perluasan areal pertanian dan perkebunan di
lahan tidak
produktif/terdegradasi
a. Meningkatkan
serapan CO
2oleh
tanaman budidaya
b. Optimasi nilai jual
2.
Pemanfaatan
lahan gambut terlantar
terdegradasi untuk pertanian melalui
tatakelola air dan ameliorasi
Pemanfaatan lahan terlantar menjadi lahan
produktif
1.
Penurunan emisi
GRK
2.
Peningkatan
serapan karbon oleh
tanaman
3.
Pengembangan teknologi
pengelolaan lahan tanpa bakar
Pembukaan lahan untuk petanian dan perkebunan
a. Meningkatkan emisi CO2 di atmosfer
b. Merusak ekosistem
4. Integrasi Tanaman-ternak
RT
7
1
Jarak Tanam: Jajar Legowo
Sawah
Pengendalian Hama
Penggunaan pupuk organik
Efisiensi Penggunaan Pupuk anorganik
Pengelolaan dan Pengendalian air
Varietas Unggul Rendah Emisil CH4
5. Teknologi
Minapadi (Padi-Ikan)
Keunggulan Teknologi :
1. Menurunkan emisi GRK
khususnya gas CH4
2. Mengurangi serangan hama
padi
3. Meningkatkan kesuburan
tanah
4. Memanfaatkan SD air secara
optimal
6. Teknologi pemupukan
tepat sasaran
Manfaat Bagan Warna Daun (BWD):
1. Efisien menggunakan pupuk nitrogen
2. Mengurangi emisi GRK yaitu emisi N
2O dan CH
47. Teknologi
tumpangsari tanaman
perkebunan-pangan
Manfaat Teknologi :
1. Meningkatkan sekuestrasi C
9. Pemberian pupuk organik
untuk meningkatkan simpanan C tanah
Manfaat bahan organik :
1. Meningkatkan holding capacity
tanah
2. Memberikan tambahan unsur hara untuk tanaman
3. Meningkatkan kapasitas serapan C oleh tanah (mengurangi emisi GRK)
10. Pengelolaan air di lahan sawah dengan
irigasi
intermittent
dan
alternate wet and drying
(AWD)
Pengaturan air
CF/Continuous Flooding 13.34 17.86 5.12 6.87 2.68 2.61 0.832 0.574
AWD/Alternate wetting & drying 8.48 11.98 5.20 6.87 1.65 1.75 0.888 0.602
AWDS/Site Spesific AWD 8.51 10.92 4.96 6.67 1.73 1.62 0.852 0.585
Pengairan berselang/Alternate Wet and Dry
Pengairan terus-menerus /Continuous Flooding (CF)
Permukaan tanah Tanam
Key findings MICCA (Mitigation of CC in Agric.) Project by FAO
• In addition to its potential to reduce GHG emissions, agriculture is the only sector that has the capacity to remove GHGs safely and cost-effectively from the atmosphere without reducing productivity
• Agriculture has the potential to benefit from synergies between climate change adaptation and mitigationwithin the right enabling conditions.
• Enhancing the capacityof individuals and enriching the enabling environment in developing countries can simplify efforts to address climate change in agriculture. • Robust data and strong institutional arrangements can facilitate the identification of
feasible and effective climate change mitigation options in the agriculture and land use sectors.
• Efficient livestock production systemscan significantly reduce GHG emissions and enhance sinks while increasing productivity.
• Male & female farmers must be given equal access to climate information, training & decision-making fora.
1.
Sosial budaya petani
•
Adanya tambahan aktivitas on farm
•
Pengetahuan baru
•
Transactional cost
•
dll
2.
Dukungan kebijakan
3.
Ketidakpastian
4.
Biaya tambahan untuk monitoring
Tingkat kemungkinan adopsi dari aksi mitigasi berdasarkan Moran
et
al.
(2010) dan MacLeod
et al.
(2010) :
1. Maximum technical
: teknologi mungkin diterapkan jika petani
sudah memahami sepenuhnya secara teknis dan mampu
benar-benar mengontrol faktor apa saja yang menentukan penurunan
emisi
2. High feasibility:
teknologi ini memungkinkan untuk diterapkan
dengan adanya regulasi atau peraturan dari pemerintah
3. Central feasibility:
teknologi ini memungkinkan untuk diadopsi
apabila ada kebijakan subsidi dari pemerintah
Penggunaan bahan amelioran untuk mitigasi GRK dari padi sawah di
tanah gambut (2007-2011)
Perlakuan 2007 2008 2009
Kalsel
2009 2010
Kalsel
2010 2011
---%---Tanpa amelioran Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline Baseline
Dolomit 33.11 21.52 27.27 26.03 6.88 46.96 -3.7
Zeolit 21.43
Terak baja 29.39
Jerami Kering -6.16 -0.07
Pupuk Kandang 26.66 30.82 16.46 21.82 19.07
Pupuk Silikat 6.19 18.15
Kompos 3.89 -12.73
Pupuk kandang+dolomit 3.9
Pugam 10.7
Abu Vulkan 41.9
Pupuk Fe 21.9
NI 10.5
Emisi GRK dari pupuk yang mengandung Fe (2009-2010)
Kerjasama dengan Sumitomo Corp-Chiba University
Sites Application of steel slag
CH4 N2O
DS RS DS RS
kg C ha-1 season-1 g N ha-1 season-1
Jakenan Control 135 a 335 a 38.75 a 19.31 bc Steel slag 1 Mg ha-1 149 a 304 a 30.57 a 13.84 c
Steel slag 2 Mg ha-1 - 299 a - 12.78 c
Wedarijaksa Control 4.99 b 3.10 b 45.99 a 46.03 a Steel slag 1 Mg ha-1 4.96 b 2.71 41.43 a 33.70 ab
Steel slag 2 Mg ha-1 - 2.52 - 28.37 abc
ANOVA
Sites *** *** ns ***
Land use
CO
2emission during
Total
CO
21
GBB
24,30
19,13
26,05
23,62
34,31
25,48
5,554
22
2GA
38,76
40,85
47,63
43,87
40,44
42,31
3,499
8
3TBM
29,35
8-
32,49
37,32
34,37
33,38
3,346
10
4
TM 6
37,52
41,66
36,30
35,60
41,54
38,52
2,891
8
5TM 12
31,93
44,18
42,19
41,04
55,64
43,00
8,489
20
6TM 18
37,38
56,01
41,94
48,34
43,59
45,45
7,082
16
1GBB : logged over peat forest, 2GA: secondary peat forest, 3TBM: unproductive palm oil, 4TM6: 6 years of productive
palm oil,5TM12: 12 years of productive palm oil,6TM18: 18 years of productive palm oil
7I, II, III, IV and V are the period of sampling, each represents different date with interval of 2 to 3 months 8- errors obtained during sampling
Perlakuan
Penurunan
CH4 (%)
Penurunan
N2O (%)
GWP
mgCO
2e/g tanah
Penurunan
GWP (%)
Kontrol
-
-
20.71
-Limbah daun teh
-0.2
-33.5
24.48
-18.2
Sabut kelapa
58.7
-67.5
22.66
-9.4
Limbah Kopi
15.5
11.5
17.94
13.4
Daun/bunga Babandotan
58.4
3.2
14.79
28.6
Daun Kenikir
32.6
24.2
14.90
28.0
Rimpang Kunyit
34.4
61.9
10.51
49.3
Daun/bunga Babandotan (Ageratum conyzoides L) berpotensi
tinggi menurunkan emisi GRK dari lahan sawah dan meningkatkan efisiensi pupuk N sebesar 33,7% dan meningkatkan hasil padi
sebesar 7,02%. Manfaat lainnya sebagai bahan biopestisida
Penggunaan bahan penghambat nitirifikasi alami untuk
menurunkan emisi GRK (2010)
Lokasi
Pugam A
Pugam T
Pukan
Tanah
Mineral
Tankos
Abu
Riau
1-17.4
-14.5
-9.4
-22.1
-18.4
Jambi
1-1.7
10.9
-34.4
-26.5
-9.8
Kalteng
2-20.2
-20.9
-16.6
-17.4
Kalsel
3-39.1
-27.8
-39.9
-30.4
-28.2
Rata-rata
-19.6
-13.1
-25.1
-24.1
-14.1
-28.2
Pengaruh pemberian bahan amelioran di pertanaman sawit, karet
dan padi di tanah gambut terhadap penurunan total emisi CO
2(%),
(2011)
Kerjasama ICCTF
Komoditas lokasi pengambilan sample
1Kelapa sawit 2Karet
3Padi
Total bakteri dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas
Jumlah bakteri metanotrof pada awal dan akhir inkubasi dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas
Total jamur dari perlakuan pemberian pukan ayam pada gambut yang ditanami tanaman karet dan nenas
Kesimpulan:
• Pemberian pukan ayam pada semua tipe penggunaan lahan gambut menurunkan populasi bakteri dan jamur pada akhir inkubasi, dan meningkatkan metanotrof.
Ternak
Model ITT Ramah Lingkungan di
Lahan Tadah Hujan
Padi gora
Padi
walik jerami Palawija Pola tanam
Var. toleran kering (jagung, kacang hijau, sorgum, gude)
PHT BWD
Jejer Legowo Var. genjah PHT Limbah lignin rendah,
selulosa tinggi Padi Gora Walik jerami Palawija
Produksi
6,7
Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Wajer Gora Membramo IR64 Situ
Bagendit
Kontrol Ciherang Way Apo Buru
1. Food (Pangan)
2. Feed (Pakan)
3. Fertilizer (Pupuk)
Penelitian LCA Karbon pada SITT - 2013
(Pertanian Bioindustri Berkelanjutan)
4. Fuel (Energi)
Selisih Karbon = 85,77 ton CO2-e/tahun) yang disekuestrasi dalam SITT
Perlakuan GWP (Ton CO2-e/ha) WJ 2013 GR 2013
Perlakuan
Emisi CH4 Emisi N2O Hasil GWP*
---kg/ha/musim--- ton/ha t CO2
e/ha/musim
Pukan Ayam Legowo 266,7a ± 63,7 0,70a ± 0,1 6.97 6,3 Pukan Sapi Legowo 228,5a ± 70,1 0,59a ± 0,1 6.65 5,4
Tanpa BO Legowo 175,3b ± 42,4 0,60a ± 0,1 6.54 4,2 5,3 Pukan Ayam Tegel 270,1a ± 48,8 0,73a ± 0,1 6.65 6,4
Pukan Sapi Tegel 229,1a ± 59,0 0,74a ± 0,2 6.18 5,5
Tanpa BO Tegel 165,8b ± 43,8 0,77a ± 0,2 5.84 4,0 5,3
Angka selajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Tukey HSD test p<0,05 Pukan = pupuk kandang, BO = bahan organik
*GWP - Global Warming Potential : perhitungan GRK setara CO2, CH4x 23 CO2e, N2O x 296 CO2e (sumber : IPCC Third Asssesment Report)
Penelitian emisi GRK dari berbagai pemberian bahan organik dan
jarak tanam di lahan sawah (2014)
Anova
Bahan organik ** ns
Jarak tanam ns ns
Perlakuan
Emisi CH4 Emisi N2O Hasil GWP
---kg/ha/musim--- ton/ha t CO2 e/ha/musim
TOT paraquat 305,9a ± 86,4 0,58a ± 0,08 5.12 7,2
TOT Glifosat 206,3ab ± 81,6 0,55ab ± 0,10 5.07 4,9
TOT Tanpa Herbisida 272,2a ± 79,9 0,52ab ± 0,10 5.29 6,2
OTS Paraquat 335,3a ± 104,7 0,52ab ± 0,23 4.96 7,6
OTS Glifosat 302,8a ± 76,7 0,32b ± 0,03 4.98 7,1
OTS Tanpa Herbisida 323,3a ± 49,5 0,46ab ± 0,12 4.98 7,3
Emisi GRK dari perbedaan cara olah tanah dan pemberian herbisida
di lahan sawah (2015)
Anova
Olah tanah * *
Herbisida * *
Penelitian BO jangka panjang (2014-2016)
Pemberian bahan organik 5 ton/ha kecuali MT1, varietas yang digunakan Way Apoburu
Perlakuan MT I (Wajer Rata-rata Emisi CH4 (kg/ha/musim)
2014)
MT II (Gora 2014)
MT III (wajer 2015)
MT IV (Gora 2015)
MT V (Wajer
2016) Rata-rata
Tanpa BO 167 182 242 161 301 211
Jerami 144 469 391 333 597 387
Biokompos 141 251 127 194 378 218
Kompos 146 276 216 213 328 236
Perlakuan
Rata-rata Emisi N2O (kg/ha/musim)
MT I (Wajer 2014)
MT II (Gora 2014)
MT III (wajer 2015)
MT IV (Gora 2015)
MT V (Wajer
2016) Rata-rata
Tanpa BO 0.01 0.47 0.57 0.67 0.87 0.52
Jerami 0.01 0.51 0.65 0.7 0.77 0.53
Biokompos 0.01 0.48 0.77 0.6 0.83 0.54
Kompos 0.01 0.48 0.44 0.61 0.64 0.44
Perlakuan
Rata-rata hasil padi(ton/ha/musim)
MT I (Wajer 2014)
MT II (Gora 2014)
MT III (wajer 2015)
MT IV (Gora 2015)
MT V (Wajer
2016) Rata-rata
Tanpa BO 2.84 6.62 3.49 6.21 3.13 4.45
Jerami 3.08 6.07 3.27 6.64 3.72 4,56
Biokompos 3.03 6.22 3.38 7.12 3.72 4.70
Emisi CH4 dan N2O dari pengaturan air di lahan padi sawah
(2013-2016) Kerjasama NIAES-IRRI-MIRSA Project
0
1 Wet Season 2 Dry Season 3 Wet Season 4 Dry Season 5 Wet Season 6 Dry Season
CH4Kg ha-1
1 Wet Season 2 Dry Season 3 Wet Season 4 Dry Season 5 Wet Season 6 Dry Season
N2O Kg ha-1
1 CF 2 AWD 3 AWDS
Penelitian varietas padi rendah emisi (2015-2016)
Varietas
Emisi CH4 (kg/ha/musim)
Hasil gabah (t/ha) Indeks emisi (kg CH4/kg gabah)
MH
2015/16 MK 2016
MH
2015/16 MK 2016
MH
2015/16 MK 2016
Ciherang 229 bc 325 ab 6,0 bc 3,6 b 0,038 0,090
Integrasi Tanaman Ternak di Lahan Sawah Tadah Hujan 2016
Rejim air Varietas padi Hasil gabah (t/ha)
Ciherang 3,26 4,56 1,40
Inpari 30 3,18 5,04 1,58
IPB3S 3,20 4,18 1,31
Intermitten
Ciherang 3,11 2,90 0,93
Inpari 30 3,21 2,58 0,80
IPB3S 2,95 3,26 1,11
Penggunaan varietas Ciherang, Inpari 30 dan IPB3S, dan pengaturan air menekan emisi
CH4 30-47%
Penggunaan sludge sebagai pupuk organik , produksi 2 kg/hari atau 730 kg/tahun, apabila harga pupuk organik
harga Rp 700/kg maka keuntungan sebesar Rp
510.000 Kotoran sapi diendapkan
dibiodigester
Keuntungan dari budidaya 2 ekor sapi yang terintegrasi: 1.Kenaikan berat badan dan nilai jual daging
2.Penggunaan biogas mampu menekan emisi CH4 dari kotoran sebesar 1231 ton CO2e/tahun
4.399.200,-Kajian penerapan CSA di 3 kabupaten (2015-2016)
Kerjasama ICRAF-GIZ
Location Farming system Yield Yield increase GWP GWP decrease
t/ha t/ha t/ha/season t/ha Merden
(Banjarnegara)
Organic farming 6,7 1,9 4,01 0,31
Farmers practice 4,8 4,32
Senon (Purbalingga)
CSA 6,3 0,8 6,20 1,09
Farmers practice 5,5 7,29
Silado (Banyumas)
CSA 5,4 0,7 2,79 0,81
Farmers practice 4,7 3,60
Location Farming system
Cost (labor &
material) Yield Revenue Profit R/C
Rp/ha t/ha Rp/ha
Merden (Banjarnegara)
Organic farming 11.584.200 6,7 30.150.000 18.565.800 2,60
Farmers practice 13.519.000 4,8 21.600.000 8.081.000 1,60
Senon (Purbalingga)
CSA 12.086.400 6,3 28.350.000 16.263.600 2,35
Farmers practice 13.827.175 5,5 24.750.000 10.922.825 1,79
Silado (Banyumas)
CSA 11.777.412 5,4 24.300.000 12.522.588 2,06
Paket CSA
1. Penggunaan kalender tanam
2. Olah tanah dengan pembajakan dalam
3. Pemberian bahan organik
4. Penggunaan PUTS dan BWD untuk pemupukan
5. Bibit unggul bermutu
6. Bibit usia muda
7. Jarak tanam legowo
8. Pengairan intermittent
Prinsip CSA yang diterapkan :
1. Peningkatan produktivitas
2. Berkelanjutan
•
Penentuan tujuan penelitian harus jelas (sesuaikan dengan resource
yang ada)
•
Sejarah lahan harus jelas (untuk penelitian lapang)
•
Penelitian hendaknya dilakukan multi seasons/years
•
Data-data pendukung (iklim, air, tanah, data produksi)
•
Rancangan percobaan sesuai kaidah statistik
•
Sampling GRK (manual/otomatis)
•
Analisis laboratorium
•
Data prosesing
•
Pelaporan
Manually gas sampling
Design of the closed chamber
Duration of chamber closure
Number of gas samples per closure to be collected
Number of replicate chambers
Number of measurements per day and timing (best time to
measure)
References, Guidelines, Publications
1. International Atomic Energy Agency (IAEA) (1992). Manual on measurement of methane and
nitrous oxide emissions from agriculture.
2. International Global Atmospheric Chemistry (IGAC) (1994). Global measurement standardization
of methane emissions from irrigated rice cultivation.
3. Buendia, L. V., Neue, H. U., Wassmann, R., Lantin, R. S., Javellana, A. M., Arah, J., Z. Wang, L.
Wanfang, A. K. Makarim, T. M. Corton, and Charoensilp, N. (1998). An efficient sampling
strategy for estimating methane emission from rice field. Chemosphere, 36(2), 395–407
4. Parkin, T. B. (2006). Effect of sampling frequency on estimates of cumulative nitrous oxide emissions. Journal of Environmental Quality, 37(4), 1390–1395. doi:10.2134/jeq2007.0333
5. Parkin, T. B., & Venterea, R. (2010). Samplings Protocols. Chapter 3. Chamber-based trace gas flux measurements. In R. F. Follett (Ed.), Sampling protocols (Vol. 2010, pp. 3-1 to 3-39).
6. Bjoern Ole Sander & Reiner Wassmann (2014). Common practices for manual greenhouse gas
sampling in rice production: a literature study on sampling modalities of the closed chamber method, Greenhouse Gas Measurement and Management, 4:1, 1-13.
7. Minamikawa, K., Tokida, T., Sudo, S., Padre, A., Yagi, K. (2015) Guidelines for measuring CH4 and
Sampling Procedures
On the duration of chamber closure, number of gas samples per chamber
closure, and number of replicate chambers:
IAEA (1992) recommends a chamber closure duration ‘
not exceeding 2
hours
”’ and a
minimum of 3 gas samples
to be taken during the closure
period
IGAC (1994) recommends taking
4 gas samples
in a closure duration of
15
minutes
Parkin & Venterea (2010) recommends taking at least
3 gas samples
Timing
On the number of samplings per day and time of the day to sample:
IAEA (1992) recommends gas collection intervals at
midnight, 0600, 1200,
and 1800 h for 2-hour sampling
;
IGAC recommends
two samplings per day
in the time windows of
0600
–
0800 and 1300
–
1500
(IGAC, 1994)
Buendia et al. (1998) recommend
3 samplings per day
at 0600, 1200 and
1800 from planting to panicle initiation,
one single sampling
at 0600 from
panicle initiation to flowering and
two samplings
at 0600 and 1800 after
flowering
.
Parkin & Venterea (2010), as a general basis for the GRACEnet protocol,
recommends
sampling in ‘mid
-
morning’ or ‘early evening
’ because those
Intervals
Minamikawa et al. (2015) suggest frequency of sampling of (to encompass the
entire rice growing period for the estimation of seasonal emissions of CH4 and
N2O):
At
least weekly
during flooded rice-growing periods.
More frequently during agricultural management events
(e.g., irrigation,
drainage, and N fertilization) and some natural events (e.g., heavy
rainfall).
Syringe
Vial
Three way stop cock
Vacum pump
Alat Penyimpan Contoh Gas Rumah Kaca
Alat Pendukung
Vial dalam keadaan
vakum Jarum suntik
dengan kran dan dilengkapi
kertas perak dan kran
Termometer untuk mengetahui suhu dalam
sungkup
Baterai untuk menyalakan kipas angin dalam sungkup
Penampang untuk menghindari kebocoran gas
Blangko pengamatan untuk mencatat suhu, waktu
Design of Closed Chamber used at IAERI
CH4
N2O
Sungkup dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm
Bagian-bagiannya adalah :
Headspace
, berfungsi untuk mengetahui tinggi ruang udara pada sungkup.
Sungkup dengan ukuran 60 cm x 20 cm x 30 cm berfungsi untuk menangkap contoh gas CO2
dan N2O
Bagian-bagiannya adalah :
Headspace
, berfungsi untuk mengetahui tinggi ruang udara pada sungkup.
Pada bagian atas sungkup dilengkapi dengan lubang yang ditutup dengan
septum untuk mengambil contoh gas serta lubang untuk tempat
termometer.
headspace