ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JANGKAUAN PASAR BAGI PRODUSEN
(STUDI INDUSTRI KERAJINAN BATIK DI KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN)
YUFITA LISTIANA KURNIYATI INDAHSARI TRIPITONO ADI PRABOWO
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRACT
Yufita Listiana, The Analysis of Factors That Influence the Decision of Market Range for Producer (Study of Batik Industry at Proppo, Pamekasan regency). Under the guidance of Dr. Kurniyati Indahsari, M.Si and Tripitono Adi Prabowo, S.E., ME.
This research aim is to analyze market range factors that influence the decision of market range for producer of batik industry at Proppo, Pamekasan regency. This research used primary data from structured interview to ward 85 respondents who are the owners of batik industry at Proppo, Pamekasan regency. Binary logistic regression model analysis is used to understand that differentiate between industry which has national and international market range and those who has domestic market range.
This research shows that the market range of batik industry at Pamekasan regency is not reach international market yet, however in the fact that the condition of market range is still domestic oriented, that is area of Indonesia. The result of binary logistic regression model analysis shows that there are five variables that influence significantly to the national and international market range, those are work training variable, technology, legal entity status, financial capital and promotion activity. Whereas, labor variable, network of raw material supplier, industrial lifetime and entrepreneur education do not give the influence to the national and international market range.
ABSTRAK
Yufita Listiana, Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Jangkauan Pasar Bagi Produsen (Studi Industri Kerajinan Batik Di Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan). Dibawah bimbingan Dr. Kurniyati Indahsari, M.Si dan Tripitono Adi Prabowo, S.E., ME.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis orientasi pasar dan faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara terstruktur kepada responden dengan pertanyaan yang telah disiapkan pada kuesioner. Ada 85 responden sebagai pemilik industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo yang menjadi objek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang membedakan antara industri yang memiliki jangkauan pasar nasional dan internasional dengan industri yang memiliki jangkauan pasar domestik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jangkauan pasar industri kerajinan batik di Kabupaten Pamekasan masih belum menjangkau internasional, namun pada kenyataannya kondisi jangkauan pasar batik masih berorientasi domestik yaitu wilayah Indonesia. Hasil analisis model binary logistic regression dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari Sembilan variabel independen, terdapat lima variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jangkauan pasar nasional dan internasional yaitu variabel pelatihan usaha, teknologi, status badan hukum, modal dan keaktifan berpromosi. Sedangkan variabel tenaga kerja, jaringan pemasok bahan baku, umur industri dan pendidikan pengusaha tidak berpengaruh terhadap jangkauan pasar nasional dan internasional.Kata Kunci : Sentra Batik, Industri Kerajinan Batik dan Jangkauan Pasar.
I. Pendahuluan
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Lincolin Arsyad, 1999). Salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencapai kesejahteraannya adalah di sektor industri. Kesejahteraan merupakan sebuah tujuan
perekonomian yang dapat dilakukan dengan sektor industri yang mampu mengatasi ketidakmerataan pembangunan yang dirasakan oleh masyarakat pada umumnya.
bagi sektor ekonomi lainnya agar pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan pemerataan pembangunan juga dapat teratasi. Salah satu cara mengembangkan perekonomian daerah yaitu dengan menggali potensi-potensi yang ada di daerah kemudian dari potensi tersebut dipilih beberapa produk unggulan yang diharapkan
mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat di daerah.
Salah satu industri yang berpotensi saat ini adalah kerajinan batik. Kerajinan batik cukup terkenal di Indonesia, berdasarkan data dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization), pada tanggal 2 Oktober 2009 menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia dengan istilah “Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi” (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity). Batik dinilai sebagai ikon budaya yang memiliki keunikan dan filosofi yang mendalam, serta mencakup siklus kehidupan manusia. Dasar pertimbangan yang dipergunakan UNESCO dalam menetapkan penghargaan tersebut, antara lain karena batik di Indonesia ternyata merupakan kerajinan tradisional turun temurun yang kaya akan nilai budaya (Disperindang Pamekasan).
Batik Tulis Madura sudah cukup lama dikenal, salah satunya Kabupaten Pamekasan. Pamekasan merupakan wilayah yang sejak
dahulu banyak pengrajin dan pengusaha batik mengembangkan usahanya dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya (Disperindang Pamekasan). Potensi yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Pamekasan adalah pengrajin batik. Batik Madura merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Pamekasan yang dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Batik Madura memiliki khas tersendiri bagi daerah sebagai budaya seni yang dimiliki oleh masyarakat untuk dikembangkan melalui industrialisasi.
Menurut Gubernur Jawa Timur dalam acara Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong tingkat Provinsi tahun 2009 yang dipusatkan di Pamekasan pada tanggal 24 Juni 2009, mendeklarasikan Pamekasan sebagai “Kabupaten Batik”. Deklarasi tersebut dilakukan dalam sebuah acara spektakuler yang bertajuk “Seribu Perempuan Membatik” disingkat “Super Batik” yang menghasilkan karya BATIK TULIS TERPANJANG DI DUNIA, dan dicatat sebagai rekor MURI. Dalam acara yang digelar di alun-alun Monumen Arek Lancor, seribu pembatik peremuan bersama-sama membatik kain sepanjang 1.530 m. Angka ini adalah angka tahun kelahiran Pamekasan yaitu tahun 1530M.
P1
P2 P3 dilakukan untuk mengetahui
pendistribusian produk barang/jasa ke wilayah yang akan dituju. Jangkauan pasar yang dilakukan oleh produsen melalui pendekatan penawaran yang berawal dari kemampuan produsen dalam membuat produk barang/jasa. Dengan pendekatan penawaran dapat mengidentifikasi banyaknya pesaing yang menjual dengan produk barang/jasa yang sama yang pada akhirnya bisa membatasi keputusan jangkauan pasar yang diinginkan.
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis keputusan jangkauan pasar bagi produsen industri batik di Kabupaten Pamekasan.
2. Untuk menganalisis Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen pada kerajinan batik di Kabupaten Pamekasan?
II. Tinjauan Pustaka a. Teori Penawaran
Penawaran pasar terjadi ketika para produsen bersedia menjual barang produksinya pada harga masing-masing (Rosyidi, 2009). Penawaran adalah kesanggupan menjual yang dapat dilihat berdasarkan fungsi produksi yaitu input dan output. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan
para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana keinginan untuk menawarkan barangnya tersebut apabila harganya rendah (Sukirno, 2012).
Gambar 2.1 Kurva Penawaran Sumber: Rosyidi, 2009
Berdasarkan kurva di atas, dapat dijelaskan bahwa jika harga naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat pula. Maka akan terjadi pergerakan disepanjang titik kurva penawaran. Jika harga tetap maka akan terjadi pergeseran pada kurva penawaran. Artinya, seorang produsen akan meningkatkan jumlah produksinya ketika harga barang Q mengalami peningkatan. Sedangkan ketika harga menurun maka produsen akan menurunkan pula tingkat produksinya. Namun ketika harga tetap (tidak mengalami perubahan), produsen akan menaikkan jumlah produksinya. Tujuannya adalah untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
S2 S1
P1 P2
b. Perilaku Produsen
Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap tersedia sementara jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan (Arif, 2010).
Gambar 2.2 Skema Proses Produksi
Sumber: Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia, 2010
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis orientasi pasar dan faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara terstruktur kepada responden dengan pertanyaan yang telah disiapkan pada kuesioner. Ada 85 responden sebagai pemilik industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo yang
menjadi objek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang membedakan antara industri yang memiliki jangkauan pasar nasional dan internasional dengan industri yang memiliki jangkauan pasar domestik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jangkauan pasar industri kerajinan batik di Kabupaten Pamekasan masih belum menjangkau internasional, namun pada kenyataannya kondisi jangkauan pasar batik masih berorientasi domestik yaitu wilayah Indonesia. Hasil analisis model binary logistic regression dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari Sembilan variabel independen, terdapat lima variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jangkauan pasar nasional dan internasional yaitu variabel pelatihan usaha, teknologi, status badan hukum, modal dan keaktifan berpromosi. Sedangkan variabel tenaga kerja, jaringan pemasok bahan baku, umur industri dan pendidikan pengusaha tidak berpengaruh terhadap jangkauan pasar nasional dan internasional.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, variabel-variabel yang berhubungan dengan jangkauan pasar adalah tenaga kerja (Choirunnisa, 2012 dan Kuncoro, 2003), pelatihan usaha (Rivai, 2004), jaringan pemasok bahan baku (Choirunnisa, 2012 dan Kuncoro, 2003), teknologi (Tambunan, 2002 dan Kuncoro, 2003), umur industri (Choirunnisa, 2012), status badan Input
(X1, X2, ….)
Aktivitas Produksi
Output (Barang dan
hukum (Kuncoro, 2003), pendidikan pengusaha (Hadikusumo, 1996 dan Kuncoro, 2003), modal (Tambunan, 2002) dan keaktifan berpromosi (Choirunnisa, 2012 dan Kuncoro, 2003), diduga berpengaruh positif terhadap keputusan jangkauan pasar bagi produsen.
c. Kerangka Penelitian
Gambar dibawah merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengukur pengaruh keputusan jangkauan pasar bagi produsen.
d.
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
III. Metodologi Penelitian a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dalam bentuk data kategorik.
b. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen adalah keputusan jangkauan pasar bagi produsen industri kerajinan batik Pamekasan, kode 0 untuk domestik regional yang meliputi Madura dan Jawa Timur, sedangkan kode 1 untuk Nasional dan Internasional meliputi Indonesia dan Internasional.
2. Variabel independen adalah tenaga kerja, pelatihan usaha, jaringan pemasok bahan baku, teknologi, umur industri, status badan hukum, pendidikan pengusaha, modal dan keaktifan berpromosi. c. Identifikasi Variabel
1. Tenaga Kerja (X1), merupakan variabel yang menggambarkan jumlah pekerja setiap kali melakukan proses produksi.
2. Pelatihan usaha (X2), dapat
diukur dengan
mengelompokan industri yang pernah mendapatkan pelatihan usaha dengan kode 1 dan industri yang Tenaga
Kerja
Pelatihan Usaha
Jaringan Pemasok
Teknologi
Umur Industri
Pendidikan
Modal
Keaktifan
Promosi
Keputusan Jangkauan Pasar Bagi Produsen
Batik
Domestik/
tidak mendapatkan pelatihan usaha dengan kode 0.
3. Jaringan pemasok bahan baku (X3), Industri yang memiliki jaringan pemasok bahan baku dari daerah Madura diberi kode 0 dan industri yang memilki jaringan dengan pemasok bahan baku di luar Madura diberi kode 1.
4. Teknologi (X4), Industri dengan menggunakan teknologi dalam proses
produksi yang
menggunakan alat tradisional seperti canting tulis diberikan kode 0 sedangkan industri yang menggunakan teknologi dengan alat-alat modern seperti mesin dan stampel atau batik cap digolongkan modern diberikan kode 1. 5. Umur Industri (X5),
merupakan variabel yang menggambarkan kondisi seberapa lama industri tersebut mampu bertahan hidup dalam menghasilkan outputnya.
6. Status Badan Hukum (X6), Industri yang belum memiliki status badan hukum diberi kode 0 sedangkan industri yang sudah memiliki status badan hukum diberi kode 1. 7. Pendidikan (X7),
merupakan variabel yang menjelaskan lama pendidikan formal yang ditempuh oleh pengusaha
8. Modal (X8), merupakan variabel uang atau modal awal yang digunakan untuk menjalankan usahanya dalam proses produksi, variabel ini bersifat kontinyu yang dapat diukur dengan satuan rupiah. 9. Keaktifan berpromosi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan media informasi dalam melakukan jangkauan pasarnya, jika industri tidak aktif melakukan promosi maka diberikan kode 0, industri yang cukup aktif diberikan kode 1 sedangkan industri yang aktif melakukan promosi diberikan kode 2.
d. Lokasi dan Fokus Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pamekasan. Sedangkan fokus penelitian ini dilakukan di Kecamatan Proppo.
e. Populasi dan Sampel
hasil penghitungan sebanyak 85 responden.
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah menggunakan proportioned purposive sampling artinya metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara purposive dari tiap strata tersebut. Peneliti dapat menentukan dengan menggunakan proporsional yang dapat dicari dengan jumlah sampel dalam setiap strata sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam strata tersebut karena dengan proporsional dianggap sudah mewakili dari populasi. f. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah:
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumber data yang dikumpulkan secara langsung melalui wawancara dengan responden yang relevan dengan menggunakan penyebaran kuesioner.
2. Data sekunder umumnya berupa bukti catatan yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan Tahun 2013.
g. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka yang dapat diberikan
secara langsung kepada responden. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan tipe pertanyaan tertutup agar jawaban responden mendapatkan hasil terkait faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen.
2. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Data yang diperoleh secara langsung dengan produsen batik melalui tatap muka (face to face). h. Teknik Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, dan diagram lingkaran (Rosadi, 2012).
atas dua kemungkinan nilai (dikotomi) atau bisa juga lebih dari dua kategori yang disebut polikotomi (Rosadi, 2012).
Tujuan utama dari analisis regresi logistik adalah memprediksi probabilitas terjadinya event atau tidak terjadinya event berdasarkan nilai-nilai predaktor yang ada. Event merupakan status variabel respons yang menjadi pokok perhatian (biasanya diberi nilai kode yang lebih tinggi daripada non event). Tujuan kedua yaitu mengklasifikasikan subyek penelitian berdasarkan nilai probabilitas.
Penggunaan dengan model ini dianggap sebagai alat yang tepat untuk menganalisis data dalam penelitian ini karena variabel dependennya bersifat dikotomi atau polikotomi yaitu lebih dari satu kategori.
Metode regresi logistik adalah lebih fleksibel dibanding teknik lain (Kuncoro, 2001), yaitu :
1. Regresi logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model. Artinya variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier maupun memiliki varians yang sama dalam setiap grup.
2. Variabel bebas dalam regresi logistik bisa dicampur dari variabel kontinyu (diperoleh dari hasil pengukuran yang berupa pecahan atau bukan bilangan bulat), diskrit (diperoleh dari hasil hitung yang berupa bilangan bulat) dan dikotomis.
3. Regresi logistik akan sangat bermanfaat digunakan apabila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan non-linier dengan satu atau lebih variabel bebas.
i. Uji Statistika
Uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Uji Z
Uji statistik Z merupakan metode pengujian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya. Ketentuan untuk menerima atau menolak H0 ditentukan melalui probabilita Z hitung (nilai probabilitas) masing – masing variabel independen dengan tingkat nyata (α). Penggunaan tingkat nyata dalam penelitian ini adalah sebesar 10 % sehingga pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika nilai Probabilitas > 0,1 maka H0 diterima
Jika nilai Probabilitas < 0,1 maka H1 diterima
2. Uji LR statistic
Uji likelihood ratio statistik (LR stat) mirip dengan uji F pada OLS biasa, yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Ketentuan untuk menolak H0 ditentukan melalui probabilita LR stat dengan pengambilan keputusan sebagai berikut :
Jika nilai Probabilitas > 0,1 maka H0 diterima
3. Koefisien Determinasi (Mc Fadden R-squared)
Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur proporsi variasi variabel dependen mampu dijelaskan oleh model regresi (Gujarati, 2003). Ukuran goodness of fit biasa (R2) bukan menjadi
prioritas utama dalam analisis logit. Berdasarkan metode Eviews bahwa untuk model logit penggunaan R-squared biasa seperti OLS tidak lagi relevan, karena itu nilainya bisa digantikan oleh Mc.Fadden R-squared.
IV. Pembahasan
Batik Madura merupakan salah satu bentuk budaya yang dapat dikenal dengan karakter yang kuat yaitu dari motif dan warna. Banyak orang yang belum mengetahui bahwa batik memiliki lebih dari seribu motif yang paling terkemuka di pasar batik Indonesia dan Internasional. Tradisi mengenai kain batik yang cukup kuat di kalangan masyarakat Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan baik di kalangan mereka.
Industri Batik di Kabupaten Pamekasan merupakan usaha kerajinan rumah tangga. Batik merupakan warisan budaya yang sudah turun-temurun dari generasi ke generasi. Batik pada zaman dahulu hanya dijadikan sebuah pakaian biasa namun saat ini batik memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Kecamatan Proppo merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra batik karena hampir seluruh masyarakat di
Kecamatan Proppo bisa membatik. Dalam penelitian ini daerah yang dijadikan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen industri batik yaitu Kecamatan Proppo. Kecamatan Proppo yang memiliki industri batik hanya terdiri dari 4 Desa yaitu Desa Klampar, Desa Toket, Desa Rang-Perang Daya, dan Desa Candi Burung.
a. Uji Z
1. Tenaga Kerja memiliki nilai probabilita sebesar 0,8467 > 0.1, artinya variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar.
2. Pelatihan Usaha memiliki nilai probabilita sebesar 0,0891 < 0.1, artinya variabel pelatihan usaha berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar.
3. Jaringan pemasok bahan baku memiliki nilai probabilita sebesar 0,6086 > 0.1, artinya variabel jaringan pemasok bahan baku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar.
4. Teknologi memiliki nilai probabilita sebesar 0.0714 < 0.1, artinya variabel teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar. 5. Umur Industri memiliki nilai
probabilita sebesar 0.3216 > 0.1, artinya variabel umur industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar.
0.0240 < 0.1, artinya variabel status badan hukum berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar. 7. Pendidikan Pengusaha
memiliki nilai probabilita sebesar 0.2193 > 0.1, artinya variabel pendidikan pengusaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar.
8. Modal memiliki nilai probabilita sebesar 0.0973 < 0.1, artinya variabel modal berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar. 9. Keaktifan Berpromosi
memiliki nilai probabilita sebesar 0.0051 < 0.1, artinya variabel keaktifan berpromosi berpengaruh secara signifikan terhadap jangkauan pasar. b. Uji LR statistic
Dari hasil penghitungan analisis regresi logistik diperoleh LR statistic sebesar 63,31998. Hal ini dapat ditentukan melalui probabilita LR dengan taraf nyata 10 %. Sehingga dapat diketahui bahwa nilai probabilita LR Statistik sebesar 0,000000 < 0,1 yang artinya H1 diterima, memiliki hubungan yang signifikan.
c. Koefisien Determinasi
Berdasarkan penilaian kelayakan model (goodness of fit test), nilai signifikansi yang ditunjukkan oleh Mc Fadden R-Squared Goodness-of-fit test statistic harus lebih besar dengan taraf nyata. Taraf nyata dalam penelitian ini adalah 10 % atau α = 0,1. Hasil perhitungan Analisis Regresi Logistik dengan bantuan program Eviews diperoleh Mc
Fadden R-squared sebesar 0,604889 dengan tingkat probabilitas 0.000 (signifikan). Hal ini berarti bahwa model tersebut sudah memenuhi fit model, maka tidak diperoleh adanya perbedaan antara data estimasi model regresi logistik dengan data observasinya. Nilai Mc Fadden R-Squared jika dipresentasekan diperoleh hasil sebesar 60,4% dan sisanya 39,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Dalam mengembangkan jangkauan pasar batik di Kabupaten Pamekasan dengan melihat variabel tenaga kerja yang tidak berpengaruh terhadap jangkauan pasar, selain itu tenaga kerja juga memiliki hubungan negatif terhadap jangkauan pasar domestik maupun internasional. Alasan yang paling mendasar bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh karena tenaga kerja industri batik masih berasal dari keluarga pengrajin sendiri yang tidak dibayar dibandingkan dengan tenaga kerja dari luar dengan upah yang sesuai dengan pekerjaannya.
meningkatkan kemungkinan keputusan menjual batik ke jangkauan pasar Internasional sebesar 0,0016 kali lipat. Alasan yang mendasari bahwa pelatihan usaha yang diberikan oleh instansi/lembaga terkait namun hasilnya tidak terlalu nampak berpengaruh terhadap jangkauan pasar domestik maupun internasional, karena mayoritas skill yang dimiliki oleh pengrajin sudah cukup baik.
Jaringan pemasok bahan baku dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan tetapi memiliki hubungan yang positif terhadap jangkauan pasar. Alasan yang mendasari bahwa jaringan pemasok bahan baku tidak berpengaruh karena pengrajin batik di Kecamatan Proppo masih banyak yang memiliki hubungan di daerah Madura dibandingkan dengan daerah di luar Madura, sehingga tidak terlalu berpengaruh kepada jangkauan pasar.
Teknologi dalam penelitian ini berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap jangkauan pasar. Artinya, semakin modern teknologi yang digunakan maka mungkin semakin besar untuk menjangkau pada pasar internasional, karena teknologi sangat berperan penting dalam pengolahan bahan baku jika dibandingkan dengan industri yang hanya menggunakan tenaga kerja. Koefisien teknologi sebesar 2,633535 jika di antilog memiliki hasil 430,06 yang berarti bahwa jika pengrajin industri batik menggunakan teknologi yang modern maka meningkatkan
kemungkinan keputusan menjual batik ke jangkauan pasar internasional sebesar 430,06 kali lipat. Namun, pada kenyataanya pengrajin lebih banyak menggunakan teknologi tradisional yaitu canting tulis. Hal ini dikarenakan batik tulis Madura dikenal dengan pengolahannya yang secara tradisional. Penggunaan canting tulis tersebut agar khas yang dimiliki oleh batik Madura tetap bertahan dan memiliki nilai unggul dibandingkan dengan canting dalam bentuk cap atau stampel.
Variabel umur industri dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan tetapi mempunyai hubungan positif. Artinya, jika umur industri batik tersebut lebih lama berdiri maka cenderung akan memiliki jangkauan pasar internasional. Namun, hal ini berbanding terbalik karena yang mendasari variabel umur industri tidak berpengaruh karena masih banyak industri batik yang baru berdiri dan tidak ada perbedaan output antara industri yang baru dengan industri yang sudah lama berdiri.
memiliki status badan hukum maka meningkatkan kemungkinan keputusan menjual batik ke jangkauan pasar internasional sebesar 753,96 kali lipat. Alasan yang mendasari karena status badan hukum dirasa penting oleh pihak pengrajin sebagai syarat untuk mengikuti pameran batik di daerah luar pulau Madura. Selain itu, status badan hukum juga diyakini oleh pengrajin sebagai tanda pengenal usahanya di lingkungan pemerintahan dan pengrajin yang sudah mendaftarkan dirinya ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan akan lebih mudah memiliki jaringan terhadap konsumen.
Pendidikan pengusaha dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan dan berpengaruh negatif terhadap jangkauan pasar. Artinya semakin tinggi pendidikan seorang pengusaha maka kemungkinan cenderung menurun jangkauan pasarnya. Alasan yang mendasari karena dalam memproduksi batik tidak dibutuhkan pendidikan yang tinggi, sebab mayoritas pengrajin sudah tahu membatik mulai sejak kecil. Membatik merupakan kebiasaan secara turun-temurun. Jadi tidak heran jika banyak pengrajin yang memiliki tingkat pendidikan formal yang sangat rendah karena tanpa ilmu yang tinggi para pengrajin mampu menghasilkan batik hingga dijual ke daerah luar Madura.
Variabel modal dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan dan memiliki hubungan yang positif terhadap jangkauan
pasar. Koefisien modal sebesar 0,0000000417 jika di antilog memiliki hasil 1,000000094 yang berarti bahwa jika pengrajin industri batik memiliki modal yang besar maka meningkatkan kemungkinan keputusan menjual batik ke jangkauan pasar internasional sebesar 1,000000094 kali lipat. Modal merupakan faktor terpenting dalam setiap usaha karena yang dibutuhkan pertama kali dalam melakukan usaha adalah modal. Modal dalam usaha industri batik tersebut ada yang berupa modal sendiri dan modal yang berasal dari pinjaman. Modal yang biasa digunakan para pemilik usaha berupa pinjaman berasal dari bank, seperti Bank BRI, Adira, Koperasi, dan lain sebagainya. Para pemilik industri biasanya mengeluarkan modal ketika setiap kali produksi batik. Jadi setelah produk itu dijual maka hasil jualannya dibelikan bahan baku untuk memproses batik lagi.
mendasari bahwa keaktifan berpromosi sangat berpengaruh karena para pemilik usaha melakukan promosi terkait usahanya melalui showroom batik, pameran batik, menjual sendiri di pasar, melalui media internet dan ada juga yang melalui televisi. V. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang di dapat tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan jangkauan pasar bagi produsen (Studi Industri Kerajinan Batik di Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan) adalah: 1. Berdasarkan hasil pengujian
analisis regresi logistik yang menggunakan softwere Eviews 6.0 dapat disimpulkan bahwa dari sembilan variabel independen hanya lima variabel yang signifikan terhadap jangkauan pasar industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan meliputi variabel Pelatihan Usaha (PU), Teknologi (TE), Status Badan Hukum (BH), Modal (M), dan Keaktifan Berpromosi (KB). Sedangkan empat variabel yang tidak signifikan yaitu Tenaga Kerja (TK), Jaringan Pemasok Bahan Baku (JP), Umur Industri (UI), dan Pendidikan Pengusaha (PD). 2. Dari pengujian secara parsial
dari sembilan variabel
independen yang
mempengaruhi paling
dominan dalam
mempengaruhi jangkauan
pasar industri kerajinan batik di Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan adalah variabel Keaktifan Berpromosi.
3. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa walaupun batik terkenal di luar negeri namun industri batik di Pamekasan khususnya Kecamatan Proppo masih belum menjangkau ke luar negeri hanya saja terbatas pada jangkauan pasar domestik nasional yaitu mencakup Indonesia.
b. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah:
1. Teknologi yang berperan penting dalam proses produksi, namun pengrajin masih menggunakan teknologi tradisonal. Untuk itu seharusnya pemerintah menjalin kerjasama dengan pihak penyediaan modal baik dalam bentuk barang maupun uang. Sehingga pemerintah bisa memberikan bantuan berupa alat-alat yang dibutuhkan selama proses produksi agar ouput yang dihasilkan lebih banyak.
pengusaha. Hal ini bertujuan agar usaha tersebut semakin lancar dan pihak perbankan juga bisa menjual produknya. Jadi ada hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya.
3. Keaktifan Berpromosi merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan jangkauan pasar bagi produsen, oleh sebab itu pemerintah lebih meningkatkan pembinaan terkait promosi serta menyediakan tempat- tempat untuk berpromosi para pengrajin batik guna membantu dalam hal penjualan serta lebih diketahui oleh masyarakat luas agar nantinya bisa meningkatkan jangkauan pasar internasional.
Daftar Pustaka
Arif, M. Nur Rianto Al dan Euis Amalia. 2010. Teori Mikroekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta : Kencana.
.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Pertama. Yogyakarta. BPFE.
Choirunnisa, Rizka. 2012. Analisis Pola Klaster dan Orientasi Pasar (Sentra Industri Kerajinan Logam Desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali).
SKRIPSI Universitas Diponegoro Semarang. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Pamekasan.
Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics International Edition. New York: MC Graw – Hill Companies. Inc.
Hadikusumo, K. dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang. Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode
Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajad dan Irwan Adimaschandra. 2003. Analisis Formasi Keterkaitan, Pola Kluster dan Orientasi Pasar : Studi Kasus Sentra Industri Keramik di Kasongan, Kabupaten Bantul, D. I Yogyakarta. Jurnal Empirika Volume 16.
Porter, M.E. 1998. Clusters and The New Economics of Competition. Harvard Business Review, November – December (6), 77-91.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews. Yogyakarta : ANDI.
Rosidi, Suherman. 2009. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Pers.
Microeconomics. Singapore: McGraw-Hill.
Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Edisi Pertama – Jakarta : Salemba Empat. http://disperindag.pamekasankab.
go.id/?page_id=113