• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TERHADAP FAKTOR FAKTOR UPAYA OP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TERHADAP FAKTOR FAKTOR UPAYA OP"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR

UPAYA OPTIMALISASI DALAM

MENGHIMPUN DANA ZAKAT DI YDSF

SURABAYA

Oleh :

ERVIN

13420039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah swt yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw. Ucapan syukron katsirjazakumullah ahsanal jaza’ jaza’an katsir teriring do’a kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi, bimbingan dan motivasi demi terselesaikannya dan demi terciptanya suatu karya sederhana yang sistematis serta semoga mudah untuk dipahami.

Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada yang terhormat Ibu Kritiningsih, SE, Msi dan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang menjadi teman dalam perjalanan penulisan karya ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun karya ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya kecil ini.

Akhirnya penulis berdo’a semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umunya. Amin

Surabaya , 10 Januari 2016

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...2

Daftar Isi ...3

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ...4

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...6

BAB II : Telaah Pustaka

2.1 Landasan Teori ...7

2.2 Penelitian Sebelumnya ...15

2.3 Hipotesis dan Model Analisa ...15

BAB III : Metode Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian ...19

3.2 Definisi Operasional Variabel ...31

3.3 Jenis Dan Sumber Data ...31

3.4 Teknik Analisis Data ...32

3.5 Kesimpulan ...32

3.6 Saran ...33

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia belakangan ini semakin pesat. Terbukti ketika beberapa saat lalu terjadi krisis ekonomi di Amerika yang notabene berdampak pada turunnya perekonomian dunia. Namun disisi lain, berdampak positif pada peningkatan ekonomi syariah, karena akad pada ekonomi syariah menguntungkan para pengguna. Salah satu keuntungannya yaitu tidak terpengaruh pada krisis ekonomi global.

Ekonomi syariah juga dianggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan ekonomi. Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri. Pasalnya, masyoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Seperti halnya pada masa Rasulullah SAW, yaitu memperbaiki negara dengan meningkatkan perekonomian. Begitu pula dengan Negara Indonesia yang juga harus memperbaiki pertumbuhan dengan meningkatkan perekonomian. Salah satunya dengan membentuk LAZ dan BAZ untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat Indonesia serta mengurangi tingkat kemiskinan para penduduk didalamnya. Dan tidak sedikit ajaran Islam yang secara implisit maupun eksplisit menyatakan bahwa Islam mendorong peningkatan produktivitas masyarakat dan menekan kemiskinan. Seiring dengan itu, Islam mencegah pemborosan dan melindungi kekayaan dan sumber daya masyarakat dengan menghindari segala jenis tindakan mubadzir.

Zakat merupakan salah satu komponen dalam system kesejahteraan Islam. Apabila zakat benar-benar dikelola sebagaimana dicontohkan oleh Nabi SAW, niscaya ia akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi pengangguran, dan sekaligus mengurangi jumlah kaum fakir miskin. Apabila kesejahteraan masyarakat meningkat, sudah jelas kaum miskin secara berangsur-angsur dapat berkurang. Dengan menyalurkan dana ZIS dari masyarakat untuk peningkatan pendidikan bagi kaum fakir dan miskin juga dapat menjadi salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Dari data BPS, dibawah ini dapat dilihat bahwasannya dari tahun 2006-hingga tahun 2010 angka kemiskinan Indonesia semakin menurun tiap tahunnya, begitu pula dengan penduduk miskin di Indonesia. Upaya pemerintah untuk mengentas kemiskinan adalah dengan mendidik para pemuda pemudi bangsa ini sejak dini, yaitu melalui penyaluran dana pendidikan kepada warga yang kurang mampu agar dapat bersekolah.

(5)

Sebagai implementasi dari UU tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dimana dalam pasal 2 ayat 1 berbunyi bahwa pendanaan pendidikan mejadi tanggungjawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Berdasarkan peraturan tersebut dalam rangka pemerataan pendidikan khususnya memberikan kesempatan kepada nak yang berasal dari keluarga kurang mampu agar dapat tetap bersekolah, pemerintah melalui Kementerian agama memberikan Bantuan Siswa Miskin(BSM).

Ditegaskan dalam Firman Allah SWT bahwasannya Islam memiliki sistem yang sempurna dalam membahas berbagai persoalan yang ada di dunia. Termasuk dalam hal ini adalah aspek ekonomi. Dan disebutkan pula bahwa sesama manusia harus saling tolong-menolong, karena sesama umat Islam adalah saudara. Pada saat ini banyak berdiri lembaga-lembaga keuangan syariah. Lembaga amil zakat (LAZ) adalah salah satu lembaga sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan yaitu lembaga yang diangkat oleh pihak berwenang untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan zakat. Termasuk dalam hal ini adalah mengumpulkan dana zakat serta membagikannya kepadapara mustahiq penerima dana zakat sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, BAZNAS adalah koordinator penghimpunan dan penyaluran zakat, yaitu bertugas mengatur lebih lanjut lingkup kewenangan pengumpulan zakat dan serta pelaporan dan pertanggungjawaban BAZ dan LAZ.

Potensi donatur diIndonesia sangatlah besar, terbukti dengan adanya target BAZNAS di tahun 2013 yaitu pengumpulan dana zakat sebesar 3 triliyun. Sebagaimana penerimaan zakat tahun 2012 sebesar Rp 2,2 Triliun yang dilaporkan BAZNAS kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan dimuat di berbagai media. Sesuai dengan keterangan Presiden diatas tentang target BAZNAS, salah satu lembaga intermediasi muzakki dengan mustahik yang menangani pengelolaan dan penyaluran zakat disini adalah YDSF.Adalah Yayasan Dana Sosial Al-Falah yang berlokasi di Jl. Gubeng Kertajaya VIII C/17 Surabaya.

Dari anggaran dana yang terkumpul di YDSF baiknya penyaluran dana zakat, infaq, dan shodaqoh optimal karena salah satunya untuk mengentas kemiskinan di Surabaya. Terlebih para anak-anak yang putus sekolah, dengan adanya dana pendidikan ini dapat mengurangi atau bahkan mengentas semua anak-anak yang putus sekolah.Sesuai dengan pemaparan kepala divisi bagian pendidikan YDSF, “memang kita, pihak YDSF tidak mencari para penyandang dana pendidikan, tetapi kita mendapatkan info dari internal maupun eksternal. Jadi tidak dapat dipungkiri jika terdapat anak-anak yang kurang mampu namun belum terdaftar sebagai penyandang dana pendidikan YDSF.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini penulis merumuskan

permasalahan yaitu :

(6)

2.Bagaimana strategi pemetaan yang tepat dalam penyaluran dana di YDSF ?

3.Bagaimana optimalisasi penyaluran dana yang tepat sasaran dalam bidang pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penulisan, hal yang menjadi tujuan penulis adalah sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui mekanisme penghimpunan dana zakat yang tepat di YDSF Surabaya.

2.Untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pemetaan penyaluran dana di YDSF.

3.Untuk mengetahui optimalisasi penyaluran dana yang tepat sasaran dalam bidang pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian A. Manfaat Praktis

Dari hasil penulisan ini diharapkan YDSF Surabaya dapat meningkatkan mekanisme penghimpunan dana zakat dan optimalisasi pada penyaluran dana dalam bidang pendidikan terhadap anak yatim dan kurang mampu sehingga dapat melanjutkan sekolah sebagaimana mestinya.

B. Manfaat Akademis

Manfaat bagi universitas, sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai data sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang penghimpunan dana zakat dan penyaluran dana yang tepat dalam bidang pendidikan serta pelayanan masyarakat. Dan juga dapat digunakan untuk jalan kerjasama dengan institusi terkait.

C. Manfaat Teoritis

(7)

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

A. Pengertian Amil Zakat

Amil Zakat adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, organisasi, lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat. Atas kerjanya tersebut seorang amil zakat berhak mendapatkan jatah dari uang zakat. Berkata Abu Bakar al-Hushaini di dalam Kifayat al-Akhyar (279) : “Amil Zakat adalah orang yang ditugaskan pemimpin negara untuk mengambil zakat kemudian disalurkan kepada yang berhak, sebagaimana yang diperintahkan Allah.“

Dasar bagian amil zakat ini adalah firman Allah :

ِ اا َنِم ًة َضضضيِرَف ِليِب اضضسلا ِنْباَو ِ اا ِليِب َضضس يِفَو َنيِمِراضضَغْلاَو ِباضضَقّرلا يِفَو ْمُهُبوُلُق ِةَفالَؤُمْلاَو اَهْيَلَع َنيِلِماَعْلاَو ِنيِكاَسَمْلاَو ِءاَرَقُفْلِل ُتاَقَداصلا اَمانِإ ٌميِكَح ٌميِلَع ُ ااَو

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Qs. at-Taubah : 60)

Sesuai dengan namanya, profesi utama amil zakat adalah mengurusi zakat. Jika dia memiliki pekerjaan lain, maka dianggap pekerjaan sampingan atau sambilan yang tidak boleh mengalahkan pekerjaan utamanya yaitu amil zakat. Karena waktu dan potensi, serta tenaganya dicurahkan untuk mengurusi zakat tersebut, maka dia berhak mendapatkan bagian dari zakat. Adapun jika dia mempunyai profesi tertentu, seperti dokter, guru, direktur perusahaan, pengacara, pedagang, yang sehari-harinya bekerja dengan profesi tersebut, kemudian jika ada waktu, dia ikut membantu mengurusi zakat, maka orang seperti ini tidak dinamakan amil zakat, kecuali jika dia telah mendapatkan tugas secara resmi dari Negara atau lembaga untuk mengurusi zakat sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bahkan jika ada gubernur, bupati, camat, lurah yang ditugaskan oleh pemimpin Negara untuk mengurusi zakat, diapun tidak berhak mengambil bagian dari zakat, karena dia sudah mendapatkan gaji dari kas Negara sesuai dengan jabatannya. (Shahih Fiqh Sunnah, 2/69)

(8)

َمِدضضَق اامَلَف ِةَقَد اضضصلا ىَلَع ِةايِبْتُ ْلا ُنْبا ُهَل ُلاَقُي ِد ْزَ ْلا ْنِم ًلُجَر َمالَسَو ِهْيَلَع ُ اا ىالَص ّيِبانلا َلَمْعَتْسا َلاَق ُهْنَع ُ اا َيِضَر ّيِدِعااسلا ٍدْيَمُح يِبَأ ْنَع َءاضضَج الِإ اًئْي َضضش ُهْنِم ٌدَحَأ ُذُخْأَي َل ِهِدَيِب يِسْفَن يِذالاَو َل ْمَأ ُهَل ىَدْهُي َرُظْنَيَف ِهّمُأ ِتْيَب ْوَأ ِهيِبَأ ِتْيَب يِف َسَلَج الَهَف َلاَق يِل َيِدْهُأ اَذَهَو ْمُكَل اَذَه َلاَق ُتْغالَب ْلَه امُهاللا ِهْيَطْبِإ َةَرْفُع اَنْيَأَر ىاتَح ِهِدَيِب َعَفَر امُث ُرَعْيَت ًةاَش ْوَأ ٌراَوُخ اَهَل ًةَرَقَب ْوَأ ٌءاَغُر ُهَل اًريِعَب َناَك ْنِإ ِهِتَبَقَر ىَلَع ُهُلِمْحَي ِةَماَيِقْلا َمْوَي ِهِب اًث َلَث ُتْغالَب ْلَه امُهاللا

“Dari Abu Humaid as-Sa'idi radhiyallahu 'anhu berkata : Nabi shallallahu a’laihi wasallam memperkerjakan seorang laki-laki dari suku al-Azdi yang bernama Ibnu Lutbiah sebagai pemungut zakat. Ketika datang dari tugasnya, dia berkata: "Ini untuk kalian sebagai zakat dan ini dihadiahkan untukku". Beliau bersabda : "Cobalah dia duduk saja di rumah ayahnya atau ibunya, dan menunggu apakah akan ada yang memberikan kepadanya hadiah? Dan demi Dzat yag jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun yang mengambil sesuatu dari zakat ini, kecuali dia akan datang pada hari qiyamat dengan dipikulkan di atas lehernya berupa unta yang berteriak, atau sapi yang melembuh atau kambing yang mengembik". Kemudian beliau mengangkat tangan-nya, sehingga terlihat oleh kami ketiak beliau yang putih dan (berkata,): "Ya Allah bukan kah aku sudah sampaikan, bukankah aku sudah sampaikan", sebanyak tiga kali.“ (Hadist Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagian Marketing Apakah Termasuk Amil Zakat ?

Apakah bagian marketing di dalam lembaga zakat termasuk amil zakat? Jawabannya dia termasuk amil zakat jika dia bekerja di lembaga tersebut secara resmi. Apakah seseorang yang berceramah tentang zakat dan mengajak hadirin untuk membayar zakat, kemudian setelah terkumpul zakat, penceramah tersebut berhak mendapatkan bagian dari zakat? Jawabannya, bahwa jika sang penceramah tersebut adalah salah satu pengurus lembaga amil zakat sebagai bagian marketing atau pimpinannya atau bagian lainnya, maka dia berhak mendapatkan bagian zakat dari profesinya yang bekerja di lembaga zakat bukan sebagai penceramah tentang zakat.

Jika sang penceramah bukan dari pengurus lembaga zakat, tetapi diminta oleh lembaga zakat untuk memberikan pengarahan tentang zakat dan memberikan motivasi agar jama’ah yang hadir mengeluarkan zakat, sebaiknya dia tidak diberi bagian zakat yang terkumpul, tetapi diberi fee atau hadiah atau tanda terimakasih atau uang transport dari sumber yang lain selain zakat, seperti infak, sedekah dan hibah. Dan hendaknya tidak ada perjanjian sebelumnya tentang jumlah yang akan diterima sang penceramah, dan hadiah itu diberikan setelah selesai ceramah. Ini dilakukan agar orientasi sang penceramah itu adalah dakwah dan mengajak orang kepada kebaikan, bukan orientasi sebagai seorang pegawai atau pekerja yang menuntut gaji.

Sebagian ulama membedakan antara amil alaiha dengan amil fiha, kalau amil aliha berarti yang diberi wewenang untuk mengurusi zakat oleh Negara, sedang amil fiha adalah pegawai yang bekerja di dalamnya untuk mengurusi zakat. Tetapi kedua-duanya berhak mendapatkan zakat. (Syarhu al-Mumti’ : 2/ 518)

Berapa Besar Bagian Amil Zakat ?

(9)

jumlahnya delapan golongan, amil zakat adalah salah satu golongan, sehingga jatah yang didapatkan adalah seperdelapan dari zakat yang terkumpul.

Tetapi pendapat ini kurang tepat, karena delapan golongan yang berhak mendapatkan zakat tidak selalu lengkap dan ada, seperti golongan “fi ar-riqab“ (budak) hari ini tidak didapatkan atau jarang didapatkan, walaupun sebagian kalangan memperluas cakupannya seperti orang yang dipenjara. Seandainya semua golongan itu ada, tetap saja jumlahnya tidak sama dengan lainnya, sehingga kalau dipaksakan masing-masing golongan mendapatkan seperdelapan, maka akan terjadi ketidakseimbangan dan mendhalimi golongan-golongan lain yang mungkin jumlahnya sangat banyak, seperti golongan fakir miskin.

Adapun pendapat yang lebih benar bahwa amil zakat mendapatkan bagian zakat sesuai dengan kebijaksanaan Negara, organisasi, lembaga yang menaunginya. Kebijaksanaan tersebut harus berdasarkan kemaslahatan umum, yang meliputi kemaslahatan golongan-golongan lainnya seperti fakir, miskin, orang yang terlilit hutang, dan lain-lainnya termasuk kemaslahatan amil zakat itu sendiri. Amil zakat tidak harus dari orang yang fakir atau miskin, tetapi dibolehkan juga dari orang yang kaya dan mampu. Dia mendapatkan bagian zakat, bukan karena fakir atau miskin, tetapi karena kedudukannya sebagai amil zakat.

Syarat Amil Zakat

Orang-orang yang menjadi amil zakat, hendaklah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Mukallaf yakni orang dewasa yang sehat akal pikirannya

b. Lelaki, demikian keharusan yang ditetapkan sebagian ulama. Keharusan ini mungkin mengingatkan tugas amil zakat yang tidak ringan.

c. Jujur (dapat dipercaya)

d. Dapat memahami hukum-hukum zakat dan e. Sanggup memikul tugas sebagai amil.

Berikut ini adalah beberapa hadits yang menyoroti secara khusus tentang perilaku amil zakat : 1. Seorang amil mengurusi zakat dengan benar karena Allah, maka ia sama dengan orang yang berperang di jalan Allah sampai ia pulang ke keluarganya (HR.Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi) 2. Amil zakat dianjurkan menerima hak (bagian)nya, setelah itu boleh menghadiahkannya kepada orang lain. (HR. Ahmad, Bukhori, dan Muslim). namun yang terjadi di perumahan-perumahanelit, entah karena gengsi atau alasan lain, banyak amil zakat yang menolak haknya.

3. Tidak akan masuk surga amil zakat yang mengambil sepuluh persen (HR. Abu Dawud)

(10)

Dawud)

5. Barang siapa menjadi amil, lalu diberikan kepadanya bagiannya maka, maka yang ia ambil sesudah itu adalah merupakan pengkhianatan (HR. Abu Dawud)

B. Sejarah Berdiri Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Cabang Surabaya

Yayasan Dana Sosial Al- Falah ini bergerak di bidang penghimpunan dan penyaluran dana ZIS yang didirikan pada 1 Maret 1987, Yayasan Dana Sosial al Falah (YDSF) telah dirasakan manfaatnya di lebih dari 25 propinsi di Indonesia. Paradigma prestasi YDSF sebagai lembaga pendayagunaan dana yang amanah dan profesional, menjadikannya sebagai lembaga pengelola zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) terpercaya di Indonesia. Lebih dari 161.000 donatur dengan berbagai potensi, kompetensi, fasilitas, dan otoritas dari kalangan birokrasi, profesional, swasta, dan masyarakat umum telah terajut bersama YDSF membentuk komunitas peduli dhuafa. Mereka, dengan segala kemampuan terbaiknya, telah memberikan kontribusi, cinta, dan kepedulian dalam membangun negeri ini. YDSF yang dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan SK No.523 tanggal 10 Desember 2001 menjadi entitas yang menaruh perhatian mendalam pada kemanusiaan yang universal. Melalui Divisi Penyaluran YDSF semakin meneguhkan pendayagunaan dana Anda secara syar’i, efisien, efektif & produktif.

Sejarah berdirinya YDSF yaitu awal mula H. Abdul Karim salah satu pendiri YDSF mempunyai rutinitas setiap ba’da subuh berkeliling di pinggiran kota Surabaya. Beliau sering mendapati masjid yang terbengkalai pembangunannya karena kekurangan dana. Lalu beliau mengajak para dermawan muslim jamaah masjid Al- Falah Surabaya untuk menghimpun dana untuk membantu masjid-masjid tersebut. Kebiasaan tersebut akhirnya menginspirasi terbentuknya lembaga amil zakat, YDSF. Perjalanan kantor YDSF bermula di MASJID Al FALAH Surabaya (1987-1990) Masjid yang terletak di Jalan Raya Darmo 137 A Surabaya ini merupakan tonggak sejarah YDSF. Kemudian muncullah ide dari beberapa pengurus dan aktivis muda masjid Al Falah untuk melembagakan konsep tersebut. Dan pada akhirnya, tepat tangga1 Maret 1987 YDSF resmi berdiri dengan diketuai H. Abdul Karim.

(11)

Faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya YDSF ini ialah yang pertama dari sisi penghimpunan tingginya animo (keinginan atau peminat) masyarakat dan perlunya ekspansi YDSF, khususnya di wilayah Jawa Timur. Sedangkan untuk dari sisi penyaluran masih banyak masyarakat miskin dhuafa’ yang memerlukan bantuan dan masih banyak lembaga Islam yang perlu bantuan secara umum sebagai syi’ar dakwah.

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya Direktur Pelaksana Satuan pengawas internal Staf Ahli Kep divisi Himpunan Plt.Kep.Dev Pendayaguna an Kep.Dev.Keuangan & Akunting Plt.Kep.Dev Umum Manajer Zis Manajer Marketing Manajer Layanan Donatur Plt.Manajer zakat &Kemanusian Manajer Pendidikan& Yatim Manajer dakwah& masjid Manajer Survei Plt.Manajer Keuangan Manajer Anggaran Manajer Akunting Plt.Manajer Umum Manajer SDM Plt.Manajer Media&Humas Manajer IT Kepala cab. Kantor banyuwangi Kepala Kantor cab. Sidoarjo Plt.Kepala Kantor kas Gresik

Sumber : Dokumentasi dan arsip Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

Visi, Misi Dan Tujuan a. Visi:

(12)

b. Misi:

Mengumpulkan dana masyarakat/umat baik dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, maupun lainnya dan menyalurkan dengan amanah, serta secara efektif dan efisien untuk kegiatan-kegiatan: 1) Meningkatkan kualitas sekolah-sekolah islam

2) Menyantuni dan memberdayakan anak yatim, miskin dan terlantar 3) Memberdayakan operasional dan fisik masjid, serta memakmurkannya

4) Membantu usaha-usaha dakwah dengan memperkuat peranan para da’i, khususnya yang berada didaerah pedesaan/terpencil

5) Memberikan bantuan kemanusiaan bagi anggota masyarakat yang mengalami musibah.

c. Tujuan

Mengumpulkan dana untuk umat Islam dan membagikannya untuk aktifitas dakwah, pendidikan Islam dan kemanusiaan. Yang memiliki bidang garap yaitu meningkatkan kualitas pendidikan, merealisasikan dakwah Islamiyyah, memakmurkan masjid, memberikan santunan yatim piatu dan peduli kemanusiaan.

Program-program Yayasan Dana Sosial Al falah (YDSF) A. Pendidikan

a) Bantuan Fisik Pendidikan

1. Bantuan fisik bidang Subsidi Operasional & Bantuan Fisik Sarana Sekolah Islam 2. Subsidi Operasional & Bantuan Fisik Sarana Pondok Pesantren

3. Subsidi Operasional & Bantuan Fisik Sarana lembaga pendidikan non formal b) Pena (Peduli Anak) Bangsa

1. Beasiswa pendidikan

2. Back To School (Paket Perlengkapan Sekolah) c) Pembinaan Guru Islam

1. Pelatihan Bidang Studi bagi Guru SD/MI

2. Diklat 1 tahun Guru SD (mitra kerja: Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) 3. Diklat Guru Taman Kanak-kanak (TK) Islam (mitra kerja: Yayasan Nurul Falah) 4. Pelatihan Smart Teaching (Pembinaan guru/relawan Pena Bangsa)

d) Pembinaan SDM Strategis

1. Diklat Mahasiswa Medis Beasiswa dan Pembinaan Asrama Fakultas Kedokteran & Kesehatan 2. Diklat Mahasiswa Iptek Beasiswa dan Pembinaan Asrama Mahasiswa Teknik

3. Diklat Mahasiswa Keguruan Beasiswa dan Pembinaan Asrama Mahasiswa Calon Guru 4. Diklat Mahasiswa Umum Beasiswa dan Pembinaan Asrama Mahasiswa Umum

(13)

1. Sertifikasi dan pelatihan guru al Qur’an

2. Kursus baca tulis al Qur’an khusus untuk donator B. Peduli Yatim

a) Pemberdayaan Keluarga Yatim

1. Bantuan fisik rumah yatim dan bedah rumah keluarga yatim 2. Beasiswa Yatim nonpanti beasiswa dan bantuan pendidikan

3. Pelatihan/Kursus Anak Pembekalan keterampilan, profesi, & bantuan modal usaha 4. Pelatihan/Kursus Wali Yatim Pembekalan ketrampilan, profesi, & bantuan modal usaha

b) Pembinaan Panti Yatim

1. Bantuan fisik panti anak yatim Bantuan fisik, sarana prasarana, operasional, & bedah panti 2. Panti yatim segmen usia Bantuan pengelolaan panti segmen usia

3. Beasiswa Anak Panti Beasiswa SD-SMA siswa yang tinggal dan disantuni panti

4. Pelatihan Pengasuh Pelatihan dan pendampingan pengasuhan & pemberdayaan ekonomi

C. Dakwah

a) Dakwah Perkotaan

(1) Bantuan Kegiatan & dana pelatihan dakwah dan operasional lembaga dakwah (2) Layanan Ceramah umum, Khutbah, Ceramah Radio, Tarawih dan Ramadhan (3) Konsultasi Syariah & keluarga via Telepon, SMS, Email, Surat dan Tatap Muka (4) Islamic Short Course Kursus Islam Singkat, reguler & tematik

(5) Pembinaan dan diklat dai/imam masjid

(6) Pembinaan Napi Tahanan Medaeng (taklim & pelatihan) b) Dakwah Pedesaan

(1) Syiar Dakwah Pedesaan majelis taklim desa dan tabligh

(2) Kerjasama Dakwah Pedesaan & Subsidi Dana Operasional untuk guru tugas Ponpes Sidogiri dan guru al Qur’an Baitul Qur’an Gontor

(3) Pelatihan Dakwah pembinaan untuk jamaah desa dan bantuan kepada lembaga dakwah desa (4) Upgrading Da’i pelatihan dai tematik (bulanan)

D. Masjid

a) Bantuan Fisik Dana Subsidi 1. Pembangunan fisik masjid/musholla

(14)

4. Optimalisasi Fungsi Masjid bekerja sama dengan Yayasan Masjid Al Falah dalam kegiatan dakwah, dana operasional untuk majelis taklim imam masjid dan masjid-masjid mitra YDSF.

E. Kemanusiaan

a) Program Desa Mandiri dan Program ekonomi Desa

1. Peningkatan kualitas SDM kader desa binaan bantuan pendidikan, kesehatan dan pelatihan. 2.Bantuan peningkatan ekonomi warga (bantuan modal usaha)

3. Bantuan peningkatan kualitas lingkungan sanitasi, reboisasi, & irigasi) 4. Bantuan fasilitas umum tempat ibadah, MCK & penerangan, komunikasi.

b) Pemberdayaan Ekonomi Kota dan Desa

1. Bantuan modal usaha Kelompok Usaha Mandiri (KUM) 2. Pelatihan keterampilan usaha dan jejaring bisnis

c) Tanggap Bencana 1. Bantuan bencana secara responsif

2. Rehabilitasi bantuan pasca bencana di segala bidang (dakwah, pendidikan, ekonomi & sarana) d) Layanan Klinik Sosial

1. Layanan kesehatan pasien dhuafa (subsidi pasien & klinik mitra) 2. Layanan kesehatan keliling pedesaan & layanan operasi gratis.

2.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang saya lakukan berjudul “Analisis Terhadap Faktor-Faktor Upaya Optimalisasi Dalam Menghimpun Dana Zakat di YDSF Surabaya”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.

Pertama, yaitu oleh Mahardhika Yuda (2009) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Mutu Pelayanan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang”.Penelitian ini menghasilkan bahwa Performance BTN mendorong untuk melayani nasabah dengan setulus hati, menunjukan bahwa BTN benar-benar bank yang mengutamakan kepuasan nasabah dalam memberikan layanan di seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, BTN juga harus dapat memahami apa yang menjadi harapan nasabahnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis dengan pola pikir induktif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah bahwa penelitian ini fokus pada kepuasan nasabah terhadap mutu pelayanan sedangkan penelitian saya mengacu pada kinerja Lembaga YDSF dalam optimalisasi penghimpunan dana zakat dari donatur.

(15)

lebih fokus untuk mengetahui pelayanan berkaitan dengan optimalisasi menghimpun dana sedangkan penelitian tersebut di tinjau dari kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan.

Berbagai penelitian terdahulu yang pernah dibaca oleh peneliti, dua penelitian di ataslah yang dianggap paling berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan sekarang ini, akan tetapi penelitian yang akan diteliti oleh penulis terkait kasus yang diangkat tidaklah sama, sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang baru (original).

2.3 Hipotesis dan Model Analisa

Perkembangan dunia perzakatan di Indonesia berkembang cukup pesat mulai era tahun 1990 an dengan tumbuhnya lembaga-lembaga zakat berskala nasional sampai wilayah propinsi dan kabupaten. Demikian pula respon masyarakat juga semakin lebih percaya menyerahkan dana Zakat, Infak, Sedekahnya melalui lembaga amil.

Program Pemasukan atau penghimpunan (fundraising) YDSF, didapat dari pemasukan donasi rutin dan donasi insidental dari para donatur, baik berupa Infak, Zakat maupun Sedekah. Donasi didapatkan melalui pendekatan langsung kepada para Munfik, maupun Muzzaki dengan layanan ambil ditempat donatur sesuai dengan kesepakatan para donatur, baik dirumah, dikantor, maupun melalui transfer, dan sebagian juga langsung diantar sendiri di kantor YDSF. Khusus pada event tertentu donasi bisa dilayani melalui pembukaan gerai yang dibuka sebagai bagian layanan donatur. Kegiatan Program Penghimpunan (fundraising) merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kepada para donatur YDSF, yang dilakukan dalam rangka untuk membantu menumbuhkan potensi donatur dalam peningkatan donasinya maupun upaya-upaya untuk menambah jumlah donatur baru, juga meminimalisir jumlah donatur yang berhenti.

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Layanan Komunikasi Koordinator Donatur

Pada tahun 2013 dilaksanakan pertemuan komunikasi Koordinatur, sebanyak 1 kali, yang dihadiri oleh 50 orang koordinator donatur dari beberapa kota.

2. Layanan peduli Koordinator Donatur ( Love & Care)

Program peduli koordinator donatur ini merupakan satu program kepedulian dari YDSF dalam hal apabila koordinator donatur mengalami musibah, maupun berita gembira, seperti ada keluarga inti yang meninggal, sakit, melahirkan, maupun menikah untuk memberikan sekedar tali asih sebagai bagian penyambung silaturrahim yang semakin baik.

3. Intensifikasi donatur

Program intensifikasi donatur merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan donasi dari donatur yang sudah bergabung, dengan memberikan sovenir kitab (buku bacaan)

(16)

Program ektensifikasi donatur merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menumbuhkan donatur baru yang bertambah dalam periode satu tahun. Program ini juga memberikan seperti voucher donasi untuk mendapatkan sovenir kitab Tafsir Ibnu Katsir bagi para donatur baru yang bergabung dengan nilai donasi sebesar ketentuan berlaku

Ada beberapa macam proses yang dilakukan oleh calon donatur untuk menjadi donatur aktif di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) ada beberapa macam yaitu:

“Ilustrasinya secara singkat, pertama bagi calon donatur bisa langsung datang ke kantor Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya maupun kantor cabang lainya. Hal yang pertama dilakukan adalah mengisi formulir, kemudian menentukan program mana yang akan di ikuti. Kami juga menyediakan pendaftaran melalui via sms, telepon, facebook dan juga bisa melalui juram (juru ambil) yang datang ke rumah-rumah atau kantor para doantur.

Mekanisme pelayanan dalam penghimpunan dana yang diberikan YDSF kepada donatur ada berbagai macam. Para donatur ini bisa mendonasikan dananya dengan berbagai cara di antara : 1. Diambil petugas juram (juru ambil)

Setiap satu bulan petugas juram ini mengambil ke rumah ataupun di kantor-kantor para donatur.

2. Donatur datang ke kantor YDSF

Para donatur bisa langsung datang ke kantor pusat maupun kantor cabang lainnya untuk berdonasi.

3. Donatur membayar kepada para koordinator donatur

YDSF mempunyai jaringan mitra dengan berbagai lembaga pendidikan atau perusahaan, karyawan lembaga tau perusahaan yang menjadi donatur kami bisa mendonasikan sebagaian gajinya melalui koordinator donatur yang ada pada setiap lembaga atau perusahaan. Nanti petugas juram bisa langsung mengambil di setiap lembaga atau perusahaan koordinatur donatur tersebut.

4. Donatur Transfer ke rekening bank

YDSF menjalin relasi kerja dengan benerapa Bank, yaitu Bank Mandiri, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga Surabaya Darmo, Bank CIMB Niaga Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bukopin Syariah, BRI Cab Surabaya Kaliasin, Bank Jatim, Bank Permata, Bank Danamon, Bank BNI Syariah, Bank BNI ’46, Bank Syariah Mandiri, Permata Syariah, dan BCA.

5. Donatur bayar di Gerai

(17)

Model Analisa ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah: Bab I : Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan ini penulis akan menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

Bab II : Landasan Teori

Bab kedua adalah landasan teori, yang memuat tentang pengertian dan syarat-syarat amil, tugas dan fungsi amil, performance (kinerja), manajemen dan pelayanan. Sejarah dan gambaran umum Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya, visi dan misi Yayasan dana Sosial Al falah (YDSF) Surabaya, struktur organisasi Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya, kinerja pelayanan Lembaga Amil Zakat terhadap donatur Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF), serta respon donatur dalam menyikapi kinerja pelayanan Lembaga Amil Zakat Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF,Penelitian Sebelumnya , Hipotesis dan Model Analisa

Bab III : Pendekatan Penelitian

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

A. Analisis Terhadap Optimalisasi Penghimpunan Zakat di YDSF Surabaya

Zakat merupakan konsep ajaran Islam yang mengandung nilai perbaikan ekonomi umat dalam memerangi kemiskinan. Sejarah perzakatan di zaman klasik telah membuktikan bahwa negara Islam menerapkan pengelolaan zakat dengan baik yang disertai kesadaran dari para muzakkῑ akan pentingnya pembayaran zakat sehingga bisa menggapai kesejahteraan dan kemakmuran.

Optimaliasi penghimpunan zakat adalah segala upaya yang dilakukan untuk meningkatkan zakat sebagai salah satu alternatif pengembangan ekonomi umat Islam. Penting dan besarnya fungsi zakat menurut ajaran Islam dan belum teratasinya persoalan kemiskinan di Indonesia menjadi motivasi bagi pengelolaan zakat yang dapat diandalkan dan menjadi salah satu pendekatan serta solusi bagi persoalan bangsa.

(19)

Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah lembaga yangdibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

Begitu juga LAZNAS YDSF Surabaya yang menerapkan sistem manajemen pengelolaan zakat yang fungsional baik dari sisi penghimpunan, pendistribusian, dan pemberdayaan untuk menggapai visi dan misinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf Qardhawi, bahwa pengelolaan zakat mutlak dilakukan oleh pemerintah melalui suatu lembaga khusus yang memiliki sistem manajemen yang fungsional dan profesional untuk mencapai hasil yang optimal.

Penghimpunan zakat adalah suatu upaya atau proses kegiatan yang bertujuan mengumpulkan dana zakat, infak/sedekah, wakaf, dan sumber dana lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan didistribusikan dan diberdayakan untuk mustaḥiq.Agar pengelolaan zakat berjalan optimal, petugas zakat haruslah memiliki integritas, kredibilitas, profesionalisme, dan kualitas jasa serta memiliki sifat jujur dan amanah.

Sama halnya dengan YDSF Surabaya yang menerapkan prinsip amanah, profesional, transparan, independen, adil, responsif, dan kooperatif untuk menggapai misinya yaitu mengumpulkan dana masyarakat/umat baik dalam bentuk zakat, infak/sedekah, wakaf, dan lainnya serta menyalurkannyadengan amanah, efektif, dan efisien untuk mengangkat derajat dan martabat umat Islam.

Selain itu YDSF juga mengembangkan manajemen pengelolaan berbasis keanggotaan (membership) dengan strategi khusus melalui berbagai macam program yang dirancang secara kreatif dan inovatif sehingga diharapkan perolehan dana yang terkumpul akan terus meningkat dan kegiatan pengelolaan zakat akan berjalan optimal sesuai dengan visi dan misi lembaga zakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan wilillian F. Glueck, bahwa strategi adalah sesuatu yang dipersatukan, bersifat komprehensif terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi (strategi advantage) lembaga terhadap tantangan lingkungan dan rancangan untuk meyakinkan masyarakat.

Strategi yang diterapkan dalam menggalang dana zakat, infak, dan wakaf cukup longgar. Yayasan tidak mengikat donatur dengan ketentuan atau aturan yang mewajibkan mereka untuk menyalurkan sumbangan secara tetap. Yayasan juga tidak memberikan kartu anggota ataupun iuran wajib kepada mereka. Besarnya sumbangan yang akan diberikan juga diserahkan kepada mereka yang disesuaikan dengan kemampuan finansial dan tingkat penghasilannya. Sasaran/obyek zakat, infak, dan wakaf adalah semua muzakkῑ dari berbagai kalangan tanpa membeda-bedakan jumlah kekayaanmereka. Seperti yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw dalam teks-teks global al-Qur’an dan hadits yang menegaskan bahwa setiap kekayaan mengandung hak orang lain. Dalil-dalil tersebut tidak membedakan antara satu kekayaan dengan kekayaan lain.

(20)

untuk diberikan kepada yang berhak. Muzakkῑ adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Dalam pasal 1 undang-undang ini memasukkan perusahaan sebagai salah satu sumber atau obyek zakat dan ulama temporer pun telah berijtihad untuk mewajibkan zakat atas perusahaan yang dimiliki oleh kaum muslimin.

Optimalisasi zakat merupakan salah satu program pembangunan yang bisa menanggulangi kemiskinan di suatu wilayah. Salah satu prasayarat keberhasilan program tersebut sangat bergantung pada ketepatan pengidentifikasian target grup dan target area. Oleh karena itu sangat diperlukan langkah awal dari formulasi kebijakan, yaitu mengidentifikasi siapa yang sebenarnya muzakkῑ dan mustaḥiq. Untuk mendapatkan gambarankondisi mustaḥiq, banyaknya muzakkῑ dan potensi di suatu wilayah, diperlukan suatu upaya pemetaan mengenai ketiga hal tersebut.

Berbeda dengan hal tersebut, langkah awal optimalisasi penghimpunan zakat di YDSF Surabaya dilakukan dengan mengumpulkan database calon-calon prospektif muzakkῑ melalui media iklan dan publikasi program. Menurut lembaga, langkah tersebut telah dirasa cukup efektif dan efisien dalam menghimpun dana ZIS. Namun, realisasinya adalah dana zakat yang terhimpun lebih sedikit dibandingkan dana infak/sedekah yang telah terhimpun. Sementara pihak lembaga sendiri belum bisa memberikan solusi terhadap rendahnya perolehan zakat dibandingkan infak dan sedekah yang telah berhasil dihimpun.

Faktor internal yang menjadi penyebab utama fenomena tersebut ialah karena pihak lembaga kurang fokus terhadap optimalisasi penghimpunan zakat, mereka lebih memaksimalkan penghimpunan infak dan sedekah dari masyarakat mengingat bahwa aktivitas perusahaan tidak akan berjalan tanpa adanya dana sumbangan berupa infak ataupun sedekah dari masyarakat. Meskipun demikian, sebaiknya YDSF Surabaya harus tetap melakukan pengkajian dan pengembangan sumber zakat sebagai salah satu upaya mengoptimalkan peran muzakkῑ dengan melihat gambaran potensi dan sebaran geografisnya hingga tingkat wilayah kabupaten atau kota di Jawa Timur khususnya.

(21)

Tujuan yang kedua adalah dengan adanya media yang merupakan penghubung utama antara masyarakat dengan lembaga, maka mustaḥiq bisa lebih cepat mendapatkan bantuan dana dari YDSF Surabaya yang memang sebenarnya itu adalah hak mutlak bagimereka. Selain itu, muzakkῑ juga lebih mudah dalam menyalurkan zakat, infak, dan wakaf mereka melalui jasa perbankan dengan perhitungan zakat online yang telah disediakan.

Upaya membangun keasadaran masyarakat untuk berzakat di lembaga zakat harus disertai dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang fikih zakat dan nilai-nilai yang terkandung di dalam zakat, dan hal tersebut harus selalu dimaksimalkan mengingat bahwa YDSF Surabaya adalah Lembaga Zakat Nasional sekaligus lembaga dakwah yang memiliki banyak mitra kerja.

Pada masa Rasulullah saw, beliau mengutus beberapa orang untuk berdakwah dan memungut zakat dengan mendatangai para muzakkῑ (disebut jubah atau su’ah). Begitu juga YDSF Surabaya yang memiliki Jupen (juru penerang) dan Jungut (juru pungut) yang bertugas mensosialisasikan zakat ke rumah-rumah warga. Upaya tersebut akan efektif dilakukan jika mereka telah mempunyai gambaran kondisi muzakkῑ yang akan mereka datangi yang sebelumnya telah dipetakan berdasarkan karakteristik geografis dan demografisnya. Namun, tidak demikian yang dilakukan YDSF Surabaya. Untuk mengoptimalkan pengumpulan zakat, dibutuhkan banyak tenaga Jupen yang amanah, jujur, dan bertanggung. Sedangkan di YDSF Surabaya hanya memiliki tiga orang Jupen (juru penerang) yang beroperasi di Surabaya. Sebaiknya YDSF Surabaya menambah beberapa tenaga Jupen agar bisa lebih efektif lagi mensosialisasikan zakat dan mengoptimalkan perolehan zakatDalam upaya mewujudkan visi dan misinya, YDSF Surabaya juga mengoptimalkan penghimpunan zakat dengan mensosialisasikan zakat yang bisa mengurangi jatah pajak kepada para wajib pajak. Hal ini karena YDSF Surabaya telah diberikan wewenang oleh pemerintah Republik Indonesia dalam pasal 22 Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Pengurangan zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak tersebut dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar zakat dan pajak. Ini menunjukkan bahwa sebagian pajak yang telah dibayarkan untuk negara dihitung sebagai zakat.

(22)

Berdasarkan data perolehan dana selama tiga tahun terakhir, terlihat bahwa dari tahun 2011 hingga tahun 2013 perolehan dana secara keseluruhan (zakat, infak/sedekah, dan wakaf) di YDSF Surabaya cenderung meningkat. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pemasukan kasnya mencapai Rp. 37 miliar di Tahun 2013, dibandingkan tahun 2011 dan 2012 yang masing-masing Rp. 30 miliar dan Rp. 32 miliar.

Namun, jika ditelaah lebih jauh dari sisi perolehan nominal zakatnya pada tahun 2013 berbanding 1/5 dibandingkan infak atau sedekah yang terkumpul. Berdasarkan data administrasi Yayasan, kebanyakan muzakkῑ yang menyerahkan zakat, infak, dan wakafnya ke YDSF Surabaya adalah pegawai swasta (buruh) dan tenaga pendidik, sisanya baru dari kalangan menengah ke atas. Oleh karena itu, YDSF Surabaya sebaiknya lebih proaktif lagi dalam menentukan dan membidik sasaran/obyek zakat dari semua kalangan.

Jika dilihat dari data laporan keuangan tahun 2013, YDSF Surabaya telah mengalokasikan dana 16% dari pendapatan zakat. Padahal PKPU memberikan porsi kepada para amil sekitar 15% dari pendapatan zakat. Kelebihan 1% itu bisa jadi karena ada keuntungan yang diperolehnya lewat sedekah dan wakaf. Mungkin ini kesimpulan yang terlalu dini, tapi seharusanya standar pendapatan masing-masing lembaga zakat untuk porsi gaji dan operasional haruslah rata-rata 15% dari penerimaan zakatnya. 15% itu sudah termasuk keuntungan yang didapatkan hasil memutarkan uang untuk kegiatan produktif dari uang yang dikumpulkannya.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengkajian dan pengembangan sumber zakat sebagai salah satu upaya dalam mengoptimalkan peran muzakkῑ belum maksimal dilakukan dan itu harus dilakukan berdasarkan potensi ekonomi yang ada di suatu wilayah. Sementara itu, YDSF Surabaya belum bisa mendapatkan gambaran potensi muzakkῑ dan sebaran geografis serta demografisnya hingga tingkat kabupaten atau kota di Jawa Timur. Karena itu butuh upaya lebih agresif dan ekstensif dalam meningkatkan kesadaran muzakkῑ untuk mengeluarkan zakatnya yang diawali dengan membuat pemetaan mengenai gambaran kondisi muzakkῑ, mustaḥiq dan potensi di suatu wilayah.

Rendahnya pemasukan kas YDSF Surabaya diakibatkan oleh beberapa kendala dan tantangan dalam penghimpunannnya, diantaranya meliputi:

a. Kebanyakan masyarakat berzakat māl dan fiṭrah bersamaan di bulan Ramadhan.

(23)

zakat merupakan ibadah yang menyerupai shalat, sehingga ia tidak boleh dikeluarkan sebelum waktunya. Oleh karena itu, menyegerakan zakat hukumnya tidak boleh.

b. Kebanyakan masyarakat berinfak dan bersedekah dilakukan kapan saja ketika memiliki kemampuan membayarnya, tidak tergantung moment Ramadhan maupun Idul Qurban.

Bahkan Didin Hafidhudin menerangkan bahwa salah satu gaya hidup orang yang beriman dan bertakwa, yang membedakannya dengan orang lain, adalah kesediaannya untuk selalu berinfak, mengeluarkan sebagian harta yang dimilikinya bagi kebaikan dan kemaslahatan bersama, dalam segala kondisi dan situasi. Penjelasan tersebut berdasarkan pada firman Allah Swt dalam QS Ali Imran [3]: 133-134. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jangka waktu berzakat lebih sedikit daripada infak, sehingga YDSF Surabaya lebih proaktif dalam penghimpunan zakat, infak, dan wakaf di waktu tertentu terutama di bulan Ramadhan, Syawal dan hari raya Idul Qurban. Padahal menurut jumhur ulama, mereka berpendapat bahwa menyegerakan zakat sebelum tibanya hawl, hukumnya boleh secara tathawwu‘. Dengan catatan, harta yang dizakati telah mencapai niṣab. Dibolehkannya hal ini karena sebab wajib zakatnya telah ada. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Ali bin Abi Ṭalib r.a. Dia menyatakan bahwa Abbas meminta kepada Rasulullah saw untuk menyegerakan zakat hartanya sebelum saatnya. Kemudian Rasulullah saw memberikan keringanan baginya. Lebih dari itu, zakat adalah kewajiban yang bersifat material yang dimaksudkan untuk mensejahterakan kaum dhuafa. Oleh karena itu zakat boleh disegerakan sebelum waktunya atau sebelum mencapai hawl-nya.

c. Adanya lembaga zakat lain sehingga penghimpunan zakat terbagi di lembaga-lembaga yang lain. Masih banyak masyarakat yang menyerahkan zakat mereka kepada tokoh agama masyarakat dan masjid serta mushalla. Serta masih banyak masyarakat yang memberikan zakatnya kepada mustaḥiq secara langsung. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat belum mengerti manfaat berzakat di lembaga zakat atau masyarakat belum percaya terhadap pengelolaan zakat di lembaga zakat Ayat-ayat al-Qur’an tentang zakat, memberikan kesimpulan secara dedukatif bahwa setelah shalat, zakat merupakan rukun Islam terpenting yang wajib ditunaikan. Sunnah Rasulullah saw yang diungkapkan dalam kitab hadis merupakan penguat dari pernyataan ayat-ayat al-Qur’an, sunnah memandang bahwa zakat bukan hanya sebagai bagian dari rukun Islam saja, melainkan juga zakat merupakan bukti keimanan dan ungkapan rasa syukur, menghilangkan kemiskinan dan penguji derajat kecintaan kepada Allah Swt.

(24)

perjuangan Abu Bakar aṣ-Ṣidiq dalam memerangi umat Islam yang enggan membayar zakat untuk membela hak-hak fakir miskin dan golongan-golongan ekonomi lemah.

Perolehan dana zakat yang sedikit dirasa belum cukup untuk mencukupi kebutuhan mustaḥiq, oleh karena peluang dalam menghimpun dana infak dirasa lebih besar daripada zakat maka YDSF Surabaya berupaya memaksimalkan peluang yang ada dengan menghimpun sebanyak-banyaknya dana infak/sedekah dan wakaf dari masyarakat dengan berbagai strategi dan inovasi program yang bisa memberikan kepercayaan dan persepsi positif tentang pengelolaan dana infak/sedekah dan wakaf di YDSF Surabaya.

Seperti yang telah dijelaskan Rasulullah saw, bahwa jika pengumpulan zakat yang dilakukan oleh amil tidak memenuhi kebutuhan, Islam memberikan kesempatan untuk mengadakan pungutan tambahan dari masyarakat selain zakat, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist riwayat Daruquthni yang artinya ‚Sesungguhnya di dalam harta kekayaan itu ada hak selain zakat‛. Pendistribusian dan pemberdayaan merupakan inti dari seluruh kegiatan pengelolaan dana zakat. Jadi harus disadari bahwa keberhasilan badan pengelola zakat bukan semata-mata terletak pada kemampuannya dalam mengumpulkan dana zakat, tetapi juga pada kemampuan mendistribusikan dan memberdayakannya.

Masalah pendistribusian erat kaitannya dengan hak-hak individu dalam masyarakat. Pendistribusian dan pemberdayaan merupakan bagian terpenting dalam bentuk kesejahteraan suatu komunitas. Membahas tentang pendistribusian zakat, berarti membicarakan masalah teknis distribusi zakat kepada para mustaḥiq zakat. Pendistribusian zakat yang baik haruslah dikelola oleh lembaga yang profesional dalam mengelola dana umat, seperti yang telah dipraktikkan Rasulullah saw pada masa pemerintahannya.

Setelah datangnya Islam, kaum muslimin diwajibkan untuk membayar zakat sebagaimana pemimpin menyuruhnya untuk mengambil dari orang-orang yang sudah berkewajiban membayarnya. Kemudian mulailah dibuat sistem pendistribusiannya dari wilayah tempat zakat itu diambil. Maka daerah itulah yang pertama mendapatkan jatah pendistribusiannya. Begitu juga dengan YDSF Surabaya yang mengutamakan wilayah pendistribusian terdekat dimana zakat tersebut dikumpulkan, yaitu mengutamakan distribusi zakat di wilayah Surabaya, Sidoarjo, Gersik, dan Mojokerto serta beberapa wilayah di Madura, kemudian mendistribusikannya ke wilayah lain seJawa Timur.

(25)

Begitu juga dengan YDSF Surabaya, dalam mengoptimalkan pendistribusian zakatnya agar tepat sasaran kepada mustaḥiq dari delapan golongan (aṣnaf) dengan menyusun skala prioritas. Divisi penyaluran/pendistribusian YDSF Surabaya memiliki tim survei dan seleksi yang melakukan tugasnya secara intensif mendatangi lokasi dan melihat kondisi satu persatu mustaḥiq dengan melihat fisik seperti rumah, usia, keluarga serta lingkungan dari mustaḥiq tersebut yang meliputi wilayah-wilayah di Jawa Timur. Skala prioritas pendistribusian dana zakat disusun berdasarkan kebutuhan para mustaḥiq yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAL). Dalam rencana kerja ini tercakup pula program perencanaan, proporsi dana bagi setiap golongan mustahiq dan program, serta target pendistribusian.

Pemasukan kas zakat YDSF Surabaya tahun 2013 sebesar Rp 6.247.068.778 dan saldo awal Rp 2.916.697.307. Bila dijumlahkan sekitar Rp 8.382.882.448 dan telah didistribusikan secara keseluruhan tanpa menyisakannya. Hal ini sesuai dengan fatwa ulama Yusuf Qardhawi yang menyatakan bahwa Islam mewajibkan agar dana zakat harus dibagikan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda pembagiannya tanpa adanya alasan yang jelas. Karena pada zaman Rasulullah saw, beliau selalu mengutus para kerja dan pengumpul zakat untuk segera mengambil zakat dari mereka yang memang berkewajiban untuk membayar zakat agar segera dibagikan pada orang-orang yang berhak. Mereka tidak pernah menunda dan melambat-lambatkan.

B. Analisis Terhadap Pendistribusian Zakat yang Memberdayakan di YDSF Surabaya

Jika melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah saw dan para sahabat kemudian diaplikasikan pada zaman sekarang kita dapati bahwa pendistribusian zakat dapat kita bedakan menjadi dua bentuk, yaitu berupa bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali atau sesaat saja. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada mustaḥiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan) mustaḥiq. Hal ini dilakukan karena mustaḥiq yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.

Adapun pendistribusian zakat yang memberdayakan adalah pendistribusian zakat yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan golongan fakir miskin) dan kondisi kategori mustaḥiq manjadi kategori muzakkῑ. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, pendistribusian zakat disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahannya adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.

(26)

Mufraini, pemberdayaan zakat identik dengan pola pendistribusian dana zakat produktif. Dana zakat yang didistribusikan secara produktif cenderung bersifat hibah, bukan pembiayaan. Artinya tidak boleh ada ikatan seperti ṣaḥibul māl dengan muḍarib dalam penyaluran zakat. Sedangkan untuk dana bergulir qarḍul ḥasan, dan pembiayaan muḍarabah dilakukan dengan menggunakan dana selain zakat. Karena jika pemberdayaan zakat diterapkan dalam bentuk dana bergulir qarḍul ḥasan dan pembiayaan muḍarabah masih menimbulkan polemik justifikasi legal syar’i sejumlah fuqaha᾽.Oleh karena itu konsep pemberdayaan yang identik dengan distribusi produktif yang dikedepankan oleh LAZNAS YDSF Surabaya, dipadukan dengan dana selain zakat yaitu berupa dana infak/sedekah yang telah dihimpun.

Hal ini meminimalisir adanya perbedaan pendapat akan pola produktif dana zakat. Karena kategori penerima dana zakat telah ditentukan dalam al-Qur’an dan Hadis yang mengacu pada delapan aṣnaf, sedangkan kategori penerima dana infak/sedekah lebih longgar daripada zakat, artinya distribusi infak/sedekah dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkannnya. Seperti misalnya, masyarakat yang memiliki usaha kecil mandiri yang kesulitan mendapatkan biaya modal usaha karena usaha yang dijalankan merupakan tumpuan hidup mereka satu-satunya. Hal tersebut dijadikan pedoman oleh YDSF Surabaya dalam mengoptimalkan pemberdayaan ekonomi masyarakat kalangan menengah ke bawah, sasaran utamanya adalah pengusaha kecil mandiri.

Optimalisasi pemberdayaan masyarakat, dilakukan dalam bentuk bantuan modal usaha dengan akad qardul ḥasan yaitu suatu bentuk pinjaman yang menetapkan tidak adanya tingkat pengembalian tertentu (return/bagi hasil) dari pokok pinjaman. Program ini bertujuan untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui program Komunitas Usaha Mandiri (KUM). Dana yang dipinjamkan wajib dikembalikan dalam waktu sepuluh bulan danapabila salah satu anggota kelompok tidak dapat memenuhi pembayaran, maka anggota yang lain berkewajiban menanggung beban anggota kelompok tersebut. Sejak tahun 2010 pembayaran angsuran dapat dilakukan melalui koordinator KUM di wilayah masing-masing, dan dana tersebut dikumpulkan oleh ketua kelompok setiap bulan. Kewajiban dalam pengembalian dana pinjaman bertujuan menanamkan tanggung jawab kepada para mustahiq dan juga supaya dana infak/sedekah tidak habis dalam sekejap, sehingga dapat berputar untuk membantu mustahiq lainnya.

(27)

Menurut Didin Hafidhuddin, LAZ yang mendistribusikan zakat yang bersifat produktif harus melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustaḥiq agar kegiatan usahanya dapat berjalan dengan baik. Disamping melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para mustaḥiq dalam kegiatan usahanya, LAZ juga harus memberikan pembinaan rohani dan intelektual keagamaannya agar semakin meningkatkan kualitas keimanan dan keislamannya. Begitu juga dengan program KUM YDSF Surabaya yang tidak hanya memberikan bantuan pinjaman modal usaha tetapi juga memberikan pembinaan terhadap mustaḥiq serta memberikan bantuan motivasi moril berupa penerangan tentang fungsi, hak, dan kewajiban manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia diwajibkan beriman, beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat tenaga, sedangkan hasil akhir dikembalikan kepada Allah Swt. Hal ini dilakukan dengan mengadakan pengajian umum, diskusi keagamaan dan lain-lain selama dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu pertama dan terakhir.

Dalam mengukur sebuah pengaruh, penulis hanya menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu dengan melihat data-data mustaḥiq yang telah menerima bantuan pinjaman dana dari KUM YDSF dan melihat kondisi atau pendapatan para mustaḥiq setelah mendapatkan bantuan zakat. Setelah melihat data-data yang ada lalu penulis mencoba menganalisa data sesuai dengan kondisi mustaḥiq.

Menurut Sarti, salah satu anggota KUM YDSF yang memiliki usaha bakso menyatakan bahwa program KUM tersebut membantu memajukan usaha Sarti dan suaminya. Dengan bantuan dana pinjaman tersebut, Sarti bisa membangun depot bakso di rumah. Padahal pada awal pendirian usaha, suami Sarti berjualan bakso keliling. Selain dana pinjaman yang sangat membantu, kajian-kajian dan pelatihan yang diikuti oleh Sarti dari program KUM YDSF juga sangat menambah wawasan, pengetahuan, dan spiritual serta keterampilan dalam membangun usaha dan menjalani kehidupan rumah tangganya.

Selain Sarti, Eny Thoifah merupakan penerima zakat YDSF lainnya. Pengusaha Laundry ini menyampaikan manfaat yang ia dapat dari program KUM YDSF. Bantuan dana pinjaman bukan untuk ia pribadi, tapi untuk keempat pegawainya, karena Eny mewaspadai pegawainya mendapatkan pinjaman yang mengandung riba. Selain berharap pegawainya bisa menerima manfaat pinjaman dana melalui Eny, ia juga ingin pegawainya ikut merasakan manfaat ilmu dan wawasan dari kajian dan pelatihan yang diberikan KUM YDSF.

(28)

Dari data di atas, hal ini menunjukkan hampir semua kondisi ekonomi mustaḥiq setelah mendapat bantuan zakat produktif dari YDSF membaik bahkan ada 6 mustaḥiq yang mengalami kemajuan dan hanya 4 orang saja yang kondisi ekonominya tetap. Jadi, distribusi zakat yang diberikan oleh YDSF kepada 27 mustaḥiq bisa dikatakan mempengaruhi kesejahteraan mereka.

Akan tetapi dalam hal ini penulis mencoba memahami dan menganalisa pemberdayaan mustaḥiq di YDSF Surabaya, antara lain :

1) Bantuan yang diberikan oleh YDSF dapat mempengaruhi kesejahteraan mustaḥiq walaupun kurang maksimal. Hal ini karena masih banyak kondisi mustaḥiq yang belum benar-benar mandiri dari sisi ekonomi yang dilihat dari tingkat produktifitas kerja mereka masih rendah walaupun telah menerima bantuan pinjaman modal usaha.

2) Bantuan dana pinjaman yang diberikan oleh YDSF tidak memperhatikan skala prioritas menyesuaikan kondisi mustaḥiq. YDSF menyamaratakan jumlah bantuan kepada mereka, padahal setiap mustaḥiq satu dengan mustaḥiq yang lainnya memiliki kebutuhan usaha yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peluang maju untuk mustaḥiq kurang maksimal. Hal ini menunjukkan, identifikasi masalah/assessment dengan melakukan analisis sosial, ekonomi, teknis, dan analisi keunggulan komparatif sebagai tahap awal dalam pendistribusian zakat yang memberdayakan belum maksimal dilakukan. Padahal tahap awal tersebut sangat penting untuk mengetahui permasalahan yang dihadapai mustaḥiq, sehingga tahap selanjutnya berupa perencanaan atau desain program yang akan dilakukan akan tepat sasaran dan meberdayakan mustaḥiq secara maksimal.

3) Latar belakang pendidikan para mustaḥiq yang kurang, berpengaruh pada bantuan zakat yang kurang signifikan. Masalah yang berkaitan dengan kualitas pendidikan mustaḥiq sebaiknya menjadi kajian yang mendalam agar desain program yang akan dilakukan memperhatikan aspek bimbingan dan pendampingan yang lebih intensif terhadap mustaḥiq.

4) Sejauh ini pengurus YDSF sudah cukup baik dalam memberikan pengarahan-pengarahan dan motivasi moril kepada mustaḥiq, terbukti bahwa mustaḥiq antusias dalam mengikuti rangkaian kegiatan pengajian dan pelatihan rutin setiap dua minggu sekali.

(29)

belum memenuhi kebutuhan masyarakat muslim deficit, barulah tanggung jawab moral muslim surplus dialihkan kepada infak ataupun sedekah.

Alasan itulah yang mendasari YDSF Surabaya dalam mengelola dana zakat, infak/sedekah, dan wakaf yang diperoleh. Berbagai upaya mengoptimalkan dana zakat telah dilakukan secara efektif, namun dalam pelaksanaanya ditemui beberapa kendala dan tantangan yang mengakibatkan pemasukan kas zakat lebih sedikit, sementara dana infak ataupun sedekah sangat tinggi karena melihat peluang dalam penghimpunan dana infak lebih besar daripada peluang dalam menghimpun dana zakat. Oleh karena pemasukan kas zakat sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi jumlah kuota pengajuan dana bantuan dari mustaḥiq, maka pendistribusian zakat yang memberdayakan di YDSF Surabaya dipadupadankan dengan dana infak/sedekah yang telah berhasil dihimpun.

Keunggulan dan Kelemahan Fundraising Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah

Setiap Lembaga memiliki kelemahan kelebihan dalam menjalankan aktivitas lembaganya, YDSF pun memiliki beberapa strategi konsep, keunggulan dan kelemahan dalam menjalankan program penghimpunan (fundraising) diantaranya sebagai berikut:

Strategi konsep YDSF yaitu: Membangun kepercayaan dan Pertumbuhan donatur dengan 4 konsep yaitu:

1. Berpikir keras 2. Bekerja cerdas 3. Berkomunikasi tuntas 4. Beribadah ikhlas.

Keunggulan fundraising yang dimiliki YDSF yaitu:

1. Tenaga penghimpunan yang berpengalaman (3 di antara 5 orang merupakan juru pungut senior), sehingga dapat memahami karakter donatur dan wilayahnya.

2. Peningkatan teknologi IT yang mana para jungut diberi tablet untuk mempermudah update data dan informasi donatur misalnya langsung secara otomatis mengirim sms kepada donatur.

3. Masking yang mana program fundraising dalam hal mengenai pelayanan untuk memuaskan donatur. Cara kerja masking ini yaitu menginformasikan para donatur tentang segala kegatan yang berhubungan dengan YDSF cabang Sidoarjo sera memberikan ucapan terimakasih serta ucapan selamat ulang tahun kepada donatur sehinga terjalin komunikasi yang baik dan memuaskan para donatur.

4. YDSF merupakan lembaga nirlaba yang berdiri pertama kali di Indonesia sehingga bisa mengembangkan pemasaran serta lebih mengerti tentang peaturan ZIS yang telah ada.

(30)

berkaitan dengan tanda terima, ada kalanya donatur yang insidentil (donatur yang bukan mendonasikan hartanya secara rutin) tidak berkenan diberi tanda terima meskipun dengan jumlah yang besar. Hal tersebut dapat memberi celah untuk terjadinya kecurangan atau penyelewengan dana, jadi bisa saja uang itu masuk di kantong pribadi karena tidak ada bukti tertulis.

2. Berkaitan dengan IT

keuangan yang masih mengharuskan donatur konfirmasi untuk pengakuan donasi, yang mana dapat mempersulit jungut dalam pencatatan penghimpunan, maksudnya disini ialah banyaknya transfer donasi yang masuk dalam rekening YDSF sehingga uang menumpuk tanpa adanya konfirmasi donatur.

3. Pemberian tanda terima yang kurang diperketat

misalnya para donatur meminta tanda terima secara dua kali sehingga pada laporan keuangan pencatatan berlipat ganda begitu juga kurangnya perhatian jungut terhadap donatur sehingga donatur memilih pindah ke lembaga lainnya dibuktikan dengan hasil wawancara dalam perkataan bapak Sukardi “Saya dulunya menjadi donatur sejak tahun 2009 karena ini pelayanan yang diberikan kurang maksimal, sehingga pada tahun 2013 saya resmi mengundurkan diri menjadi donatur. Namun dari pihak YDSF masih menghubungi saya pada waktu event tertenu untuk memberikan donasi

3.2 Definisi Operasional Variabel

Agar lebih memudahkan dalam memahami, maka penelitian ini mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:

Pertama, Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya yaitu suatu lembaga sosial yang benar -benar amanah serta mampu berperan secara aktif dalam mengangkat derajat dan martabat umat Islam, khususnya di Jawa Timur dan sebagai lembaga pengelola dana ZIS yang semakin terasa manfaatnya, meneguhkan pendayagunaan dana secara syar’i, efesien, efektif dan produktif. Dana ZIS yang di mulai pada tahun 2012-agustus 2013. Kantor pusatnya yang berada di Jl. Kertajaya VIII C No.17 Surabaya.

Kedua, kinerja pelayanan adalah tingkat keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk melayani pelanggan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga diperoleh kepuasan bagi pemberi dan penerima pelayanan.

Ketiga, Pelayanan merupakan hasil dari kegiatan pemberian layanan yang meliputi aktivitas untuk memberikan kegunaan waktu dan tempat termasuk pelayanan pratransaksi, saat transaksi, dan pascatransaksi.

(31)

Berdasarkan uraian di atas maka akan muncul Analisis Kinerja Pelayanan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Terhadap Donatur di Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya.

3.3 Jenis Dan Sumber Data 1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan yakni data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Adapun data yang dikumpulkan antara lain:

a. Data tentang kinerja pelayanan Lembaga Amil Zakat terutama pada pelayanan di Yayasan Dana Sosial AL Falah Surabaya.

b. Data tentang struktur organisasi layanan donatur

c. Data mengenai jumlah donatur terutama pada donatur yang aktif dan tidak aktif.

d. Data tentang kinerja pelayanan Lembaga Amil Zakat terutama pada pelayanan dari buku, jurnal, artikel dan skripsi terdahulu.

2. Sumber Data

Sumber data disini adalah tempat atau orang dimana data tersebut dapat diperoleh. Adapun sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Company Profile, Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)Surabaya. 2. Undang-undang RI NO. 38 tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. 3. Widodo, Kamus Ilmiah Populer.

4. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3.

5. Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern.

6. Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja perusahaan. 7. Yazid, Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi.

8. Jenu Widjaja Tandjung, Marketing Management: Pendekatan pada Nilai-Nilai Pelanggan. 9. Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi 10/Jilid 1 & 2.

10. Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam.

3.4 Teknik Analisis Data

(32)

dalam menyikapi kinerja pelayanan tersebut berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti memerlukan data-data untuk menggambarkan suatu fenomena yang apa adanya sesuai dengan peristiwa sebenarnya. Kemudian data tersebut dianalisis dengan pola pikir induktif, yaitu pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis, dan disimpulkan sehingga pemecahan masalah tersebut dapat berlaku secara umum.

3.5 Kesimpulan

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia belakangan ini semakin pesat. Terbukti ketika beberapa saat lalu terjadi krisis ekonomi di Amerika yang notabene berdampak pada turunnya perekonomian dunia. Namun disisi lain, berdampak positif pada peningkatan ekonomi syariah, karena akad pada ekonomi syariah menguntungkan para pengguna. Salah satu keuntungannya yaitu tidak terpengaruh pada krisis ekonomi global. Ekonomi syariah juga dianggap sebagai solusi penyelesaian permasalahan ekonomi. Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri. Seiring dengan itu, Islam mencegah pemborosan dan melindungi kekayaan dan sumber daya masyarakat dengan menghindari segala jenis tindakan mubadzir.

Zakat merupakan salah satu komponen dalam system kesejahteraan Islam. Apabila

zakat benar-benar dikelola sebagaimana dicontohkan oleh Nabi SAW, niscaya ia akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi pengangguran, dan sekaligus

mengurangi jumlah kaum fakir miskin. Faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya YDSF ini

ialah yang pertama dari sisi penghimpunan tingginya animo (keinginan atau peminat) masyarakat dan perlunya ekspansi YDSF, khususnya di wilayah Jawa Timur. Sedangkan untuk dari sisi penyaluran masih banyak masyarakat miskin dhuafa’ yang memerlukan bantuan dan masih banyak lembaga Islam yang perlu bantuan secara umum sebagai syi’ar dakwah.

Penghimpunan zakat adalah suatu upaya atau proses kegiatan yang bertujuan mengumpulkan dana zakat, infak/sedekah, wakaf, dan sumber dana lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan didistribusikan dan diberdayakan untuk mustaḥiq.Agar pengelolaan zakat berjalan optimal, petugas zakat haruslah memiliki integritas, kredibilitas, profesionalisme, dan kualitas jasa serta memiliki sifat jujur dan amanah. Sama halnya dengan YDSF Surabaya yang menerapkan prinsip amanah, profesional, transparan, independen, adil, responsif, dan kooperatif untuk menggapai misinya yaitu mengumpulkan dana masyarakat/umat baik dalam bentuk zakat, infak/sedekah, wakaf, dan lainnya serta menyalurkannya dengan amanah, efektif, dan efisien untuk mengangkat derajat dan martabat umat Islam.

3.6 Saran

(33)

pengertian zakat itu sendiri, zakat seharusnya tumbuh dan selalu berkembang. Zakat bukan sekedar amal shaleh yang bersifat individual. Lebih dari itu zakat adalah usaha membangun tatanan masyarakat yang makmur dan sejahtera di bawah naungan negara dengan lembaga khusus yang bertugas untuk menghimpun dan mendistribusikannya.

DAFTAR PUSTAKA

- Zubaidi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren “Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai Pesantren”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2007), 93

- Suparman Usman, Hukum Islam Azas-azas Pengantar Hukum Islam dalam Tata Hukum Islam”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. II, 2002), 163.

- Qodri Azizi, Membangun Fondasi Ekonomi Umat “Membangun Prospek Berkembangnya Ekonomi Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, Cet. I, 2004), 144.

- Muhammad Muflih., Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta: - Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS, Cet. I, 1994), 141.

- Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat “Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah”, Trj: Muhammad Abqary Abdullah Karim, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 121.

- Ismail Nawawi, Managemen Zakat dan Waqaf, (Jakarta: VIV Press, 2013), 280-281. - Yazid, Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi, (Yogyakarta: Ekonesia, 1999), 66 - Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, 2006), 54.

- Farida Jasfar, Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu, (Bogor: Ghalia, 2005), 164.

(34)

- Tabungan Negara (Persero) Cabang” (Skripsi pada Jurusan Managemen, Fakultas Ekonomi dan Managemen, Institut Pertanian Bogor, 2008).

- Miftahul Jannah “ Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan(Survei Pada Pelanggan Kartu Prabayar Simpati di Kota Malang) “ (Skripsi pada Jurusan Manajemen , Fakultas Ekonomi, Unirversitas Islam Negeri Malang, 2005).

- Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cet. VIII, 2007) , 91 - Nana Syaodih Sukmadinata, Jenis-jenis Penelitian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet

III , 2007), 220.

- Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2006), 263.

- M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87. - Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfa Beta,

2008),243.

- Burhan Bugin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif

(Surabaya: Airlangga Un iversity Press, 2001), 143.

Referensi

Dokumen terkait

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang