• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN TINGKAH LAKU DISTRAKSI PADA PE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN TINGKAH LAKU DISTRAKSI PADA PE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN TINGKAH LAKU DISTRAKSI PADA PERAWATAN

GIGI ANAK USIA 5 TAHUN

Sarah Hafizah S

Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi, Sumatera Utara Jl. Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155

E-mail : sarahhafizahsiregar@gmail.com

PENDAHULUAN

Salah satu keberhasilan dari sebuah perawatan gigi adalah kerjasama dan hubungan yang baik antara dokter gigi dan pasien anak.1 Dokter gigi tidak mungkin bisa memeriksa, membersihkan, atau mengobati gigi anak, jika anak tidak siap bekerjasama atau tidak percaya diri. Jadi, dokter gigi harus mampu membangun hubungan yang baik dengan anak sejak awal.2 Hubungan yang baik akan terbentuk jika dokter gigi mampu mengaplikasikan teknik-teknik penatalaksanaan sesuai dengan usia dan kondisi pasien anak.1

Usia 5 tahun merupakan masa percampuran antara gigi susu dan gigi permanen. Pada usia ini beberapa gigi susu anak sudah mengalami erupsi.3 Jadi, tidak jarang pasien anak akan lebih banyak saat berumur 5 tahun. Pada kondisi ini seorang dokter gigi harus mempunyai pengetahuan tentang perkembangan tingkah laku anak usia 5 tahun agar dapat memilih teknik pendekatan yang akan digunakan. Selain usia, dokter gigi juga harus memperhatikan kondisi anak tersebut, karena tidak jarang ditemui pasien anak dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan usianya.

(2)

TINGKAH LAKU ANAK USIA 5 TAHUN

Pada usia 5 tahun ditandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Tenaga terpusat untuk bereksplorasi. Anak sudah mulai menemukan identitas diri. Sudah bisa membedakan yang mana yang baik dan yang buruk. Lebih suka berkumpul dengan teman-teman dibandingkan dengan keluarga. Pada usia ini anak sudah bisa bersikap toleransi, mandiri, jujur, dan mematuhi peraturan, serta mulai memerhatikan tentang moral. Pada umumnya pasien anak tidak mau dianggap remeh, tidak bisa di bujuk, dan biasanya akan mengatakan yang sejujurnya. Anak mulai bisa mengendalikan rasa takutnya. Pada usia ini, sebaiknya seorang dokter gigi jangan menyalahkan si anak tetapi, membuatnya lebih nyaman saat menjalani perawatan, melibatkan mereka, memberikan perhatian yang baik tentang keluhannya, rasa sakitnya, dan sebagainya. Berusaha mengerti tanpa kesan memanjakan. Pada usia ini juga anak sudah bisa menerima tata cara perawatan yang ideal.5

Pada usia 5 tahun, superego seorang anak mulai berkembang. Superego berfungsi untuk menekan id agar tidak mendominasi perilaku si anak. Pada saat ini superego bersifat sangat kaku. Contohnya seorang anak perempuan yang berasal dari keluarga yang sangat memperhatikan kebersihan akan menjadi pribadi kompulsif yang mampu mendorong anak untuk berganti baju enam kali sehari karena tidak suka kotor. 6

Perkembangan seorang anak, teridiri dari perkembangan fisik, emosional, sosial dan intelektual, dimana satu sama lain sangat erat hubungannya dan berjalan sangat harmonis. Pada usia 5 tahun seorang anak seharusnya sudah mampu melompat dan menari, menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan, menggambar segi empat dan segi tiga, pandai bicara, dapat menghitung jari-jarinya, dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu, mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita, berminat kepada kata baru dan artinya, memrotes bila dilarang apa yang diinginkan, mengenal 4 warna, memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil, dan menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.7

(3)

gambar, dan memberikan pertanyaan secara terus menerus. Ditinjau dari kondisi sosial, anak 5 tahun fasih dalam berpidato, mulai mandiri, dan dapat mentolerir ketidaknyamanan.8

KLASIFIKASI TINGKAH LAKU ANAK

Frankl Behavioral Rating Scale9

1. Jelas negatif (--)  anak menolak perawatan, menangis keras, ketakutan yang menunjukkan sikap negatif.

2. Negatif(-)  anak enggan menerima perawatan gigi, tidak kooperatif misalnya merenggut.

3. Positif(+)  anak menerima perawatan gigi, tidak menolak petunjuk dokter gigi, cukup bersedia bekerjasama dengan dokter gigi.

4. Jelas positif(++)  anak dengan gembira menerima perawatan, tertarik dengan tindakan yang dilakukan dokter gigi, tertarik dengan prosedur yang dilakukan, bersikap baik dengan dokter gigi dan banyak bertanya.

Wright9

1. Kooperatif, dapat diajak bekerjasama  misalnya mau menerima perawatan gigi , tidak menangis , tertarik dengan tindakan dokter gigi. 2. Tidak kooperatif

1) Anak tidak mampu menjadi koperatif  pada anak tuna mental kemampuan, anak yang memiliki keterampilan terbatas sehingga kemampuannya menjadi koperatif pun terbatas.

2) Anak belum mampu menjadi koperatif (lacking cooperative ability)  disebabkan karena anak terlalu muda usia sehingga anak belum dapat berkomunikasi dan disebabkan oleh keadaan yang sementara yang dengan bertambahnya usia diharapkan menjadi koperatif. 3) Anak mempunyai potensi menjadi koperatif (potentially

Uncooperative behavior)  anak yang mula-mula tidak koperatif

dengan pendekatan yang lebih baik tingkah lakunya dapat berubah dan dapat dirawat.

Penampilan anak pada kelompok koperatif :9

(4)

Deviant behavior (tingkah laku melawan)  anak tetap menolak perawatan, memiliki keberanian yang cukup dan memiliki potensi tinggi jadi koperatif tinggi.

Tence cooperative behavior (tingkah laku tegang)  suara bergetar, pandangan mata

selalu curiga terhadap gerakan dokter gigi dan dahi serta tangan anak berkeringat.

Timid behavior (anak pemalu)  anak selalu dipegang, berlindung dibalik ibu dan

menarik-narik baju ibu. anak sering ragu-ragu dan suka menangis.

Whining behavior (anak cengeng), anak menangis terus terhadap apapun yang dikerjakan dokter gigi.

MANAJEMEN TINGKAH LAKU ANAK

Menangani rasa takut pada pasien anak dan membuat anak bersantai saat menjalani perawatan merupakan hal yang paling penting dilakukan seorang dokter gigi untuk kelangsungan perawatan gigi anak.5,10 Jadi, seorang dokter gigi harus mengetahui bagaimana klasifikasi rasa takut pada anak agar dokter gigi tersbebut lebih mudah mengidentifikasi rasa takut tersebut. Dokter gigi juga harus memerhatikan perrkembangan anak sesuai usianya. Saat menghadapi anak yang tidak kooperatif, sering menyulitkan dokter gigi saat melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat berhasil mengatasi hal ini, sementara pasien anak membutuhkan pertolongan darurat. Pada saat menangani pasien anak, hal yang paling sulit adalah saat melakukan pendekatan atau manajemen tingkah laku, bukan saat melakukan prosedur perawatan.5

Kesulitan tersebut diharapkan dapat diatasi dengan mengetahui perkembangan psikologis anak tersebut atau paling tidak bisa mengurangi.5

Terkadang saat berkunjung ke dokter gigi anak-anak akan merasa cemas dan menjadi tidak kooperatif. Kecemasan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu usia, kedewasaan, kepribadian, sikap orangtua, pengalaman sebelumnya, sikap dari staf, dan ruangan dokter gigi.3,10 Oleh karena itu, tidak mudah untuk mengukur tingkat kecemasan anak tersebut. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan pasien anak, antara lain:3

Reducing uncertainty

-Tell,show,do3,10

Teknik ini bertujuan untuk membiasakan pasien anak dengan hal baru. Fase

(5)

untuk menunjukkan prosedur. Fase do dimulai dengan penundaan yang minimum. Sangat penting untuk diperhatikan bahwa bahasa yang digunakan harus sesuai dengan usia anak, khususunya kata-kata emosi dan negatif harus dihindari.

-Mengirimkan surat ke rumah yang berisi usulan kunjungan -Program penyesuaian diri.3

Modelling: Video atau model langsung. Anak belajar dengan melihat dan mencontohkan perilaku orang lain. Yang harus diperhatikan adalah perilaku yang menjadi contoh merupakan perilaku yang sesuai atau baik.3,10

Cognitive approaches

-Mengidentifikasi keyakinan: Mencoba agar pasien anak merubah persepsi mereka tentang dokter gigi, berguna untuk berbagai bentuk kecemasan yang berfokus untuk mengubah perhatian mereka dari hal yang dicemaskan ke perhatian yang lain (misalnya video dengan musik dan cerita).3

Relaxation: Berguna untuk ketegangan tingkat tinggi, bertujuan untuk merelaksasikan

otot, diperlukan terapi yang terlatih.3

Desensitisation: Teknik ini membantu pasien untuk mengatasi ketakutan yang berlebihan dengan cara memberi kontang berulang-ulang. Rangsangan atau kontak disusun secara teratur.10 Rangsangan diberikan dari tingkat yang tidak ditakuti sampai tingkat yang ditakuti.3,10

Inhalation sedation: Untuk anak diatas 5 tahun.3

Behaviour shaping and positive reinforcement

Diperlukan langkah-langkah kecil yang mengarah ke pembentukan perilaku ideal anak. Dengan memberikan pujian setelah anak melakukan perilaku positif membuat anak akan memperkuat perilakunya.10

Distraction

Pendekatan ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian pasien anak dari perawatan gig ke situasi lain atau dari prosedur yang berpotensi tidak menyenangkan untuk beberapa tindakan lain.10

Hand-over-mouth

(6)

melawan. Tetapi, teknik ini sebaiknya jangan dipergunakan pada anak yang ketakutan. Karena itu, dalam pemeriksaan kita harus tau terlebih dahulu alasan anak bertingkah laku tidak kooperatif sebelum menggunakan teknik ini.1

Teknik-teknik pendekatan tingkahlaku mungkin tidak selalu bekerja dengan pasien anak yang memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Mungkin harus menggunakan farmakologi, sedasi atau anastesi umum.10

MANAJEMEN TINGKAH LAKU DISTRAKSI

Beberapa bukti menunjukkan distraksi merupakan metode yang berguna untuk mengurangi rasa sakit, ketidaknyamanan, dan stres. Sudah banyak laporan mengenai orang yang telah berhasil menangani kecemasannya dengan mengalihkan perhatian ke hal lain.

Saat pasien diperintahkan untuk memusatkan perhatian mereka pada bahan yang merupakan bagian dari teknik distraksi, rasa kecemasan mereka pun berkurang.

Film merupakan salah satu bahan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan tekni distraksi. Selain itu, pasien juga dapat di perintahkan untuk membayangkan sesuatu yang menyenangkan. Dokter gigi juga dapat memperdengarkan musik kepada pasien menggunakan earphone. Pasien diinstruksikan untuk menaikkan volume jika ia merasa tidak nyaman. Memperlihatkan video atau membiarkan pasien bermain video game merupakan contoh lain yang dapat digunakan. Singkatnya, membiarkan pasien menonton tv, mendengarkan musik, bermain video game merupakan metode yang sederhana tetapi sangat bermanfaat untuk mengurangi kecemasan pasien.11

PEMBAHASAN

Nyeri bukan satu-satunya alasan untuk takut kedokteran gigi. Kecemasan atau ketakutan yang tidak diketahui selama perawatan gigi merupakan faktor utama dan itu telah menjadi perhatian utama bagi dokter gigi untuk waktu yang lama.12

(7)

Pada usia 5 tahun anak sudah bisa mengendalikan dirinya baik fisik maupun emosi, sebagian besar sudah bisa bersikap tenang dan memiliki rasa percaya diri yang semakin tinggi. Tetapi, anak 5 tahun tetap memerlukan penentraman hati dari orang dewasa.14

Disimpulkan bahwa teknik distraksi lebih efektif dalam mengatasi kecemasan pasien anak usia 5 tahun dibandingkan dengan manajemen tingkah laku yang lainnya.12

DAFTAR PUSTAKA

1. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak (a manual of paedodontics). Alih bahasa/trans. Djaya A Jakarta: Widya Medika, 1992: 15-26.

2. Chumbley J, Waiters C. Merawat gigi bayi. Alih bahasa/trans. Rudijanto F London: Erlangga, 2003: 71.

3. Heasman P. Master dentistry. 2nd. China: Elsevier, 2008: 163-5.

4. Suryani E, ed. Psikologi ibu dan anak. Yogyakarta: Citramaya, 2010: 179-181.

5. Laksmiastuti SR, Wardani I. Psikologi perkembangan anak dalam kaitannya dengan perawatan gigi. Dent J 2005; edisi khusus: 127-9.

6. Bambang S, ed. Psikologi anak usia dini. Bogor: Indeks, 2008: 84-6.

7. Maryunani A, ed. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta: Trans info media, 2010: 78-87.

8. Parkin SF. Notes on paediatric dentistry. London: Butterworth, 1991: 12-26.

9. Novertasari B. Klasifikasi Tingkah Laku Anak Menurut Frank dan Wright. 28Oktober 2010.

http://blisha.wordpress.com/2010/10/28/klasifikasi-tingkah-laku-anak-menurut-frankl-dan-wright/ . (24 November 2015).

10. Chestnutt IG, Gibson J. Clinical dentistry. 3rd. China: Elsevier, 2007: 168-173.

11. Ingersoll BD, ed. Patient management skills for dental assistants and hygienists. Rio de janeiro: Appleton century crofts, 1986: 53-103.

12.Prabhakar AR, Marwah N, Raju OS. A comparison between audio and audiovisual distraction techniques in managing anxious pediatric dental patients. 2007.

http://www.jisppd.com/article.asp?issn=0970-4388;year=2007;volume=25;issue=4;spage=177;epage=182;aulast=Prabhakar. (27

November 2015).

13. Barber TK, Luke LS, eds. Pediatric dentistry. Los angels: John wright, 1982: 46-8. 14.Allen KE, Marotz LR. Profil perkembangan anak. Alih bahasa/ trans. Valetino Bogor:

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

Implementasinya di Desa Alasdowo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati bahwa praktek yang dilakukan adalah Para Nelayan yang meminjam uang kepada pengepul maka

Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan dugaan bahwa “Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap perilaku Siswa Kelas V SDIT Bina Anak

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Model Quantum Learning Fisika Materi Teori Kinetik Gas Bermuatan

Data bulan Oktober 2012 dilakukan pengolahan menggunakan software Res2Dinv maka diperoleh gambar 4.2 yang menunjukkan lintasan I dinding Embung sisi selatan

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tersebut.. Pengambilan

Di dalam kelas dimulai dari guru mengucapkan salam, menyapa anak, berdo’a dan bernyanyi (kegiatan rutin), absensi, dan tanya jawab mengenai tema pada hari ini. Dilanjutkan