• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Sewa Guna Usaha Leasing Makala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen Sewa Guna Usaha Leasing Makala"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang di sebut dengan Lessor dan pihak lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang di sebut Lessee untuk jangka waktu tertentu. Salah satu manfaat leasing adalah bahwa Lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus memiliki aktiva tersebut.

Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka Lessee mempunyai kewajiban untuk membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan. Manfaat lain adalah bahwa Lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak dan asuransi.

Demikian dalam makalah yang berjudul LEASING ini akan dijelaskan pengertian leasing dan terapannya dalam kontrak dan pembiayaannya antara pemilik aktiva dengan pemakai aktiva.

1.2

Identifikasi dan Rumusan Masalah

 Apa itu Leasing?

 Kapan Leasing berkembang di Indonesia?

 Jenis perusahaan apa saja yang bergerak dibidang Leasing?

 Bagaimana mekanisme dan teknik pembiayaannya?

 Apakah Keunggulan dan Kelemahan Leasing?

 Apa perbedaan Leasing dengan pembiayaan lainnya?

(2)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1) Diajukan dan di presentasikan pada mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.

2) Diharapakan para pembaca/mahasiswa dapat memahami apa itu Leasing dan bagaimana penerapannya.

Dan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1) Dengan memahami isi makalah ini diharapkan akan menambah pengetahuan bagi pembaca / mahasiswa.

2) Dapat mengetahui bagaimana proses leasing.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatanpembiayaanperusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

(4)

Pengertian Sewa Guna Usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No.1169/ KMK.01/1991

Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease) rnaupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease), untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Finance Lease adalah kegiatan sewa guna usaha, di mana Lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati.

Operating Lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Sewa Guna Usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak Lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.

Dalam setiap transaksi Leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 Pihak Utama, yaitu :

 Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang memiliki hak kepemilikan atas barang.

 Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada akhir perjanjian.

 Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.

Dari segi pandangan hukum,Kegiatan Sewa Guna Usaha memiliki 4 (empat) ciri yaitu:

Pertama : Perjanjian antara Lessor dengan pihak Lessee.

Kedua : Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, Lessor mengalihkan hak penggunaan barang kepada pihak Lessee.

Ketiga : Lessee membayar kepada Lessor uang sewa atas penggunaan barang (Asset).

(5)

yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut.

2.2

Sejarah & Perkembangan Leasing di Indonesia

Usaha Leasing ( Sewa Guna Usaha ) sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000 sebelum masehi yang dilakukan oleh orang-orang Sumeria. Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kebudayaan Sumeria menunjukkan bahwa transaksi leasing meliputi leasing peralatan, penggunaan tanah dan binatang piaraan.

Leasing pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974, yang bertujuan untuk membiayai penyediaan barang-barang modal, dengan beberapa perjanjian antara pihak perusahaan dengan pihak penerima barang dengan sejumlah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh pihak Lessee.

Usaha Leasing di Indonesia pada prinsipnya masih relatif baru. Kegiatan usaha ini secara formal baru diperkenalkan pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama(SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. Kep. 122/MK/IV/2/1974, No. 32/ M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang “Perizinan Usaha Leasin”..

(6)

Dalam keputusan tersebut juga diperkenalkan istilah Lembaga Pembiayaan yaitu Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.

Dengan dibentuknya lembaga pembiayaan, maka Leasing termasuk bidang usaha lembaga pembiayaan di samping Factoring, Modal Ventura, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen. Dalam ketentuan lebih lanjut, Usaha Modal Ventura, dikeluarkan dari bidang usaha lembaga pembiayaan dan terus dilakukan secara terpisah dengan badan hukum tersendiri.

Hadirnya perusahaan Sewa Guna Usaha Patungan (Joint Venture) bersama perusahaan Nasional telah mampu mempopulerkan peranan Kegiatan Sewa Guna sebagai Alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.

Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu Perusahaan Pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha Leasing diatur dalam Pakdes 20, 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan no. 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut :

 Perusahaan Swasta Nasional sebesar Rp. 3 Milyar

 Perusahaan Patungan Indonesia-Asing sebesar Rp. 10 Milyar

 Koperasi sebesar Rp. 3 Milyar

2.3

Ketentuan Leasing

Kegiatan Leasing secara resmi diperbolehkan beroperasi di Indonesia setelah keluar Surat Keputusan Bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/74 dan Nomor 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 Tentang “Perizinan Usaha Leasing di Indonesia”.

(7)

mengatur mengenai Ketentuan Tata Cara Perizinan dan Kegiatan Usaha Leasing di ndonesia.

Lembaga Pembiayaan Menurut ketentuan ini dimungkinkan untuk melakukan salah satu dari kegiatan pembiayaan seperti :

 Sewa Guna Usaha ( Leasing )

 Modal Ventura ( Venture Capital )

 Anjak Piutang ( Factoring )

 Pembiayaan Konsumen ( Consumer Finance )

 Kartu Kredit ( Credit Card )

Pemberian izin untuk melakukan usaha-usaha pembiayaan seperti di atas, terlebih dulu harus

memperoleh izin dari Menteri Keuangan.

2.4

Pihak-pihak yang Terlibat

Dalam leasing ada beberapa pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemilik/penyedia aktiva dan pemakai aktiva, diantaranya :

1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak Lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam Financial Lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam Operating Lease, Lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.

(8)

atau secara berkala. Pada akhir kontrak, Lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak Lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-Lease dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam Operating Lease, Lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi Lessee terhadap kerusakan.

3. Supplier adalah Perusahaan atau Pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual kepada Lessee dengan pembayaran secara tunai oleh Lessor. Dalam mekanisme Financial Lease, Supplier langsung menyerahkan barang kepada Lessee tanpa melalui pihak Lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam Operating Lease, Supplier menjual barangnya langsung kepada Lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank/Kreditur. Dalam suatu perjanjian atau kontrak Leasing, pihak Bank atau Kreditur tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak Bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada Lessor terutama dalam mekanisme Leverage Lease di mana sumber dana pembiayaan Lessor diperoleh melalui Kredit Bank. Pihak Supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari Bank. untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek Leasing kepada Lessee atau Lessor.

2.5 Jenis-Jenis Perusahaan Leasing

Perusahaan Leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

1. Independent Leasing Company

(9)

Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independen dari supplier yang mungkin dapat sekaligus sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (Lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai, supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai.

Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha Leasing, misalnya Bank-Bank, dapat pula disebut sebagai Lessor Independen. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai Lessor tidak hanya memberikan pembiayaan Leasing kepada Lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan Leasing. Di samping itu Lessor Independen dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (Manufacturer) yang sering disebut dengan Vendor Program.

Independent lessor

2. Captive Lessor

Captive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan Leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan Leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional.

(10)

Captive Lessor

3. Lease Broker atau Packager

Bentuk akhir dari perusahaan Leasing adalah Leasebroker atau Packager. Broker.

Leasing berfungsi mempertemukan calon Lessee dengan pihak Lessor yang membutuhkan suatu barang modal dengan cara Leasing. Broker Leasing biasanya tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi Leasing untuk atas namanya. Di samping itu perusahaan Broker Leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha Leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi Leasing. Mekanisme Lease Broker atau Packager dapat dilihat pada Gambar berikut.

(11)

2.6 Teknik-teknik Pembiayaan Leasing

Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu:

1. Finance lease

2. Operating lease

Finance Lease

(12)

Dan pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Finance Lease atau kadang-kadang pula disebut Full Pay Out Leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara Lessor dengan Lessee di mana:

 Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek Leasing, di mana objek Leasing dapat berupa barang bergerak ataupun benda tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut.

 Lessee berkewajiban membayar kepada Lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran atau Lease Payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya lainnya yang dikeluarkan Lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan Lessor.

 Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease tersebut ditanggung oleh Lessee.

 Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut sesuai dengan nilai sisa atau Residual Value yang disepakati, atau mengembalikan pada Lessor, atau memperpanjang masa Lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjangan Lease tersebut biasanya jauh lebih rendah daripada angsuran sebelumnya.

Ciri-ciri finance lease antara lain:

 Objek Leasing tetap milik Lessor sampai dilakukannya hak opsi.

 Barang modal bisa dalam bentuk barang bergerak/tidak bergerak.

 Masa sewa barang modal sama dengan umur ekonomisnya.

 Jumlah Lease Payment = Jumlah Biaya Perolehan + Biaya-biaya lainnya + Spread.

 Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (Non-Cancellable), atau

(13)

 Risiko ekonomis misalnya biaya pemeliharaan ditanggung Lessee.

 Transaksi keuangan.

 Full Pay Out.

 Disertai hak opsi beli sesuai dengan Residual Value.

 Lessor tidak boleh menyusutkan barang modal.

 Angsuran leasing tidak dikenakan PPN dan PPh Pasal 23.

Selanjutnya, Finance Lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut:

Direct Financial Lease

(14)

Keterangan:

1. Penandatanganan kontrak antara Lessor dengan Lessee.

2. Penerimaan pembayaran pertama dari Lessee, yang berupa:

- Security Deposit

- Uang lease pertama, jika In Advance

- Biaya Administrasi

- Premi Asuransi tahun pertama

- Pembayaran pertama lainnya, jika ada.

3. Pemesanan barang modal kepada Supplier/Dealer.

4. Pengiriman barang modal ke alamat Lease.

5. Lessor akan melaksanakan pembayaran kepada Supplier/Dealer

6. Kontrak penutupan asuransi.

7. Pembayaran premi asuransi.

8. Pembayaran lease bulanan dari Lessee kepada Lessor.

(15)

 Lessee sebelumnya tidak memiliki barang modal (kebalikan dengan Sale and Lease Back).

 Pembelian barang oleh Lessor semata-mata untuk kebutuhan Lessee.

 Penentuan spesifikasi barang, harga dan supplier dapat dilakukan oleh Lessee.

 Tujuan utama Lessee semata-mata untuk mendapatkan Financing untuk tujuan

proses produksi atau peningkatan kapasitas produksi.

Sale and Lease Back

(16)

Leveraged Lease

Pada prinsipnya Leveraged Lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam Finance Lease yang digunakan Lessor.

Menurut teknik ini, disamping melibatkan Lessor dan Lessee juga melibatkan Kreditur jangka panjang dalam membiayai suatu objek Leasing. Pihak Kreditur jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi Leasing ini. Sedangkan porsi pembiayaan pihak Lessor biasanya berkisar 20%-40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya disediakan oleh Kreditur. Kreditur tersebut dapat berupa Bank atau Lembaga Keuangan lainnya. Status Kreditur di sini hanya sebagai penyedia dana kepada Lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek Leasing itu sendiri. Perbedaannya dengan teknik Direct Lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh Lessor 100%. Oleh karena itu, Lessor bertanggung jawab langsung kepada Kreditur sesuai dengan jumlah pembiayaannya.

Keterangan:

1 Jual beli barang modal dari pihak lessee ke pihak lessor.

2. Penutupan kontrak asuransi.

(17)

4. Penandatanganan kontrak leasing antara lessor dengan lessee.

5. Lessee melakukan pembayaran pertama, yang berupa:

- Security Deposit

- Uang lease pertama, jika in advance

- Biaya administrasi

- Premi asuransi tahun pertama

- Pembayaran pertama lainnya, jika ada.

6. Pembayaran premi asuransi.

7. Pembayaran lease bulanan dari lessee kepada lessor.

Dalam Leveraged Lease, umumnya menyangkut masalah-masalah antara lain sebagai berikut:

 Merupakan Direct Finance Lease.

 Melibatkan 3 (tiga) pihak yaitu: Lessor, Lessee, Pemberi kredit jangka panjang.

 Lessor menyediakan suatu porsi pembiayaan terhadap harga barang yang akan di-lease biasanya berkisar 20%-40%.

 Kreditor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan akan menyediakan pembiayaan sebesar 60%-80% dari total biaya barang. Jumlah pembiayaan yang diberikan oleh pihak kreditor disebut dengan Leveraged Debt. Utang ini merupakan Without Recourse kepada pihak Lessor, artinya apabila pihak Lessee tidak dapat meneruskan atau memenuhi kewajiban-kewajibannya, pihak Lessor tidak memiliki kewajiban untuk membayar utang Lessee sebesar sisa porsi pembiayaan oleh kreditor yang bersangkutan. Jaminan pengembalian pinjaman tersebut berasal dari pembayaran angsuran atau barang yang di-lease tersebut. Sejalan dengan itu tingkat bunga yang dikenakan kreditor sangat dipengaruhi oleh Credit Rating dari Lessee yang bersangkutan.

(18)

menerima pembayaran secara berkala dari Lessee dan sekaligus mengatur pembayaran pokok dan bunga kepada kreditor. Nilai sisa atau Residual Value dari barang pada akhir periode penggunaan atau kontrak akan ditahan pihak Lessor. Umumnya, Investasi Neto Lessor menurun pada tahun awal kontrak dan naik pada tahun akhir kontrak. lihat Gambar berikut.

Syndicated Lease

Syndicated Lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu Lessor atas suatu objek leasing. Syndicated Lease terjadi apabila Lessor karena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena alasan-alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi leasing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh Lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan Lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok Lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu Lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak Lessee termasuk dengan pihak Supplier.

(19)

Cross Border Lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di mana Lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara Lessee. Jenis transaksi Leasing ini kadangkadang disebut pula sebagai Leasing Lintas Negara atau Transaksi Leasing Internasional karena transaksi yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagi Lessor karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan leasing yang bersangkutan. Namun untuk mempermudah pelaksanaan transaksi tersebut banyak transaksi leasing internasional tidak dilakukan sebagaimana mekanisme leasing yang sebenarnya. Transaks leasing biasanya dilakukan dengan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu pihak Lessee diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya pada akhir kontrak. Cara ini pada dasarnya hanya untuk melindungi Lessor dari kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara asing. Mekanisme Cross Border Lease dapat diikuti pada Gambar dibawah.

Kompleksitas dalam transaksi leasing internasional bagi Lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain sebagai berikut:

 Pertimbangan Politis yaitu menyangkut stabilitas negara Lessee

 Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing

(20)

 Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan valuta asing negara Lessee

 Peraturan penyusutan

 Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya.

Vendor Program

Vendor Program atau disebut juga Vendor Lease adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program ini, Lessor membayar kepada Vendor sesuai dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (Lessee), selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh Lessee dapat dilakukan langsung kepada Lessor, atau dapat dibayarkan melalui Vendor yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian. Mekanisme transaksi leasing berdasarkan Vendor Program dapat dilihat pada Gambar berikut.

(21)

Operating Lease

Dalam leasing bentuk ini, Lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease-kan. Berbeda dengan Finance Lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di-lease-kan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya.

Operating Lease atau kadang-kadang juga disebut dengan Sewa Guna Usaha Biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:

a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak Lessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal tersebut.

b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala kepada Lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga Non Full Pay Out Lease.

c. Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang tersebut.

d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek Lease pada Lessor.

e. Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu atau disebut Cancellable.

Kegiatan operating lease di beberapa negara, termasuk Indonesia tidak begitu umum dilaku-kan. Hal ini akibat adanya alasan-alasan tertentu, antara lain tidak tersedianya dukungan pasar sekunder atas barang bekas leasing dan alasan-alasan teknis lainnya, misalnya diperlukannya tempat atau gudang penampungan.

Kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:

 Sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance Lease)

(22)

Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Leasing digolongkan sebagai Finance Lease apabila memenuhi semua kriteria berikut:

a) Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.

b) Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang-kurangnya:

 2 tahun untuk Golongan I

 3 tahun untuk Golongan 11 dan III

 7 tahun untuk Golongan Bangunan

c) Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi.

2. Leasing digolongkan sebagai Operating Lease apabila memenuhi kriteria berikut:

a. Jumlah pembayaran leasing selarna masa leasing pertama tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh Lessor.

b. Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi Lessor.

2.7 Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing

(23)

Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu Lessor dan Lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing. Lihat Gambar berikut.

Keterangan Gambar :

1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang, spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang akan di-lease.

2. Lessee melakukan negosiasi dengan Lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal. Pada tahap awal ini, Lessee dapat meminta Lease Quotation yang tidak mengikat dari lessor. Dalam Lease Quotation ini dimuat mengenai syarat-syarat pokok pembiayaan leasing antara lain: keterangan barang, harga barang, Cash Security Deposit, Residual Value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan persyaratan-persyaratan lainnya.

(24)

4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi Lessee. Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain: Pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa Leasing, opsi bagi Lessee, penutupan asuransi, tanggungjawab atas objek Leasing, perpajakan, jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.

5. Pengiriman order beli kepada Supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada Lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.

6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh Lessee sesuai pesanan. Selanjutnya Lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan kepada Supplier.

7. Penyerahan dokumen oleh Supplier kepada Lessor termasuk faktur dan bukti-bukti kepemilikan barang lainnya.

8. Pembayaran oleh Lessor kepada Supplier.

9. Pembayaran Angsuran (Lease Payment) secara berkala oleh Lessee kepada Lessor selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai serta bunganya.

Perjanjian atau kontrak leasing umumnya dalam bentuk tertulis, dan memuat berbagai persyaratan termasuk kondisi dan persyaratan transaksi leasing. Persyaratan-persyaratan dalam perjanjian tersebut antara lain memuat jangka waktu barang tersebut akan digunakan, jumlah dan cara pelaksanaan angsuran leasing, spesifikasi barang yang di-lease dan persyaratan pengalihan pada akhir masa kontrak leasing.

2.8 Keunggulan Leasing (Sewa Guna)

Ada beberapa Keunggulan yang diperoleh Perusahaan dengan melakukan Sewa Guna dalam operasi usahanya, antara lain :

(25)

 Dibandingkan pembiayaan melalui kredit perbankan, pembiayaan sewa guna lebih fleksibel kerena lebih dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan pihak Lessee.

 Sewa guna merupakan salah satu bentuk pembiayaan yang bersifat Off Balance Sheet, yang berarti bahwa transaksi sewa guna tidak tercantum sebagai komponen utang pada neraca perusahaan Lessee, sehingga berdampak positif pada rasio keuangan perusahaan tersebut.

 Salah satu jenis transaksi sewa guna, yaitu Operating Lease yang berjangka waktu singkat, dapat mengatasi resiko keuangan yang dihadapi pihak Lessee.

 Pembayaran sewa secara periodik dengan jumlah tetap memberikan kemudahan bagi pihak Lessee dalam penyusunan anggaran tahunan.

2.9 Kelebihan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan

Leasing sebagai Alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut:

Pembiayaan Penuh

Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (Full Pay Out). Hal ini akan membantu Cash Flow terutama bagi perusahaan (Lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai berkembang.

Lebih Fleksibel

Dipandang dari segi perjanjiannya, Leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan Lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan Lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang dilease.

Sumber Pembiayaan Alternatif

(26)

terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila Lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.

Off Balance Sheet

Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada Lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci, karena mungkin masih dalam batas Kewenangan Direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan Lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca Lessee sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut Off Balance Sheet Financing.

Arus Dana

Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan Lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.

Proteksi Inflasi

Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap, maka Lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

(27)

Dalam suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat ditukarkan dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila di kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul daripada produk barang yang sama.

Sumber Pelunasan Kewajiban

Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.

Kapitalisasi Biaya

Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

Risiko Keusangan

Dalam keadaan yang serba tidak menentu, Operating Lease yang berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran Lessee terhadap risiko keusangan (Obsolescence) sehingga Lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.

Kemudahan Penyusutan Anggaran

Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relative tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan Lessee.

Selain itu lessee juga dapat memilih cara pembayaran sewa berkala secara bulanan, kuartalan atau kesepakatan lainnya di samping adanya kebebasan dalam penentuan dasar suku bunga tetap atau mengambang.

Pembiayaan Proyek Skala Besar

(28)

dapat diterima dan/serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.

Meningkatkan Debt Capacity

Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis menaikkan Debt Equity Ratio yang mempengaruhi Bankability dari Lessee yang bersangkutan.

Keuntungan dapat dinikmati oleh semua pihak, perusahaan leasing dapat memberi pembiayaan bagi calon pembeli, calon pembeli dapat memperoleh barang modal tanpa kesulitan sementara produsen dapat menjual produksinya secara tunai. Leasing sebagai salah satu alternatif sarana pembiayaan semacam inilah yang saat ini banyak menarik pengusaha yang bergerak dalam produksi barang modal untuk menanamkan modalnya dalam bidang leasing, yang dahulu hanya banyak dilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang memang berkecimpung di sektor perbankan atau lembaga keuangan lain.

2.10 Kekurangan Leasing Sebagai Sumber Pembiayaan

Tentunya disamping keuntungan-keuntungan tersebut diatas, leasing juga mempunyai kekurangan antara lain:

- Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber dana Lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.

- Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva Lesee untuk tujuan “Collateral Credit” dari Bank, yaitu “Trade Creditor” mungkin akan menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.

- Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara memiliki barang modal sendiri atau Lease.

(29)

(Gadai) “Preferences”, “Priorities”, Charges” atau kepentingan-kepentingan lainnya.

2.11

Perbedaan Pembiayaan Leasing dengan Pembiayaan Lainnya

Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya Bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti Sewa Menyewa dan Sewa Beli.

Lihat Tabel berikut.

(30)

2.11.1 Leasing dengan Sewa Menyewa

Dari Tabel diatas dapat dilihat perbedaan dan persamaan antara leasing dengan sewa beli, sewa menyewa, dan jual beli dengan cicilan. Dalam suatu transaksi leasing, Lessor adalah pemilik atas objek leasing, sementara Lessee hanyalah pemakai saja. Di samping itu kontrak leasing bersifat Non-Cancelled artinya kontrak tidak dapat dibatalkan kecuali terjadi hal-hal yang berupa kelalaian. Lessee memiliki hak opsi (Option Right) untuk membeli objek leasing sesuai dengan nilai sisa barang. Sedangkan sewa menyewa menurut KUH Perdata Pasal 1548 disebutkan bahwa:

(31)

suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya ".

Dengan definisi sewa menyewa seperti tersebut di atas akan terlihat perbedaan prinsipil sewa menyewa dengan leasing yang terletak pada tidak adanya hak opsi bagi penyewa untuk membeli barang yang disewanya tersebut.

2.11.2 Leasing dengan Sewa Beli

Secara umum sewa beli dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu "Persetujuan antara pihak penjual barang dengan penyewa, di mana penyewa berhak menggunakan barang yang bersangkutan untuk suatu jangka waktu yang disepakati bersama dengan pembayaran secara berkala yang ditetapkan oleh penjual barang". Dalam definisi ini hak pemilikan atas barang tersebut berada pada pihak penjual dan akan beralih kepada pihak penyewa begitu pembayaran berkala tersebut telah lunas. Dari definisi tersebut terlihat bahwa perbedaan sewa-beli dengan leasing adalah pada sewa-beli hak milik secara mutlak beralih kepada penyewa pada akhir perjanjian dan semua pembayaran telah dibayar penuh. Sementara dalam leasing hak kepemilikan tidak mutlak langsung beralih kepada penyewa (Lessee) tetapi terdapat hak opsi yaitu apakah penyewa akan memiliki barang tersebut dengan cara membelinya seharga nilai sisa atau memperpanjang penggunaan barang tersebut dengan memperbarui perjanjian leasing atau akan mengembalikannya kepada pemilik atau Lessor.

2.11.3 Leasing Jual Beli dengan Cicilan

(32)

harga sesuai yang telah dijanjikan. Sebagai jaminan atas barang yang dijual dalam metode jual beli dengan cicilan, terutama kelangsungan pembayaran cicilan secara teratur selama periode yang disepakati kedua pihak, maka antara penjual dengan pembeli mengadakan ikatan secara notarial penyerahan hak milik.

2.12 Fleksibilitas dalam Leasing

Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam memenuhi berbagai kebutuhan pihak Lessee. Fleksibilitas Leasing sebagai sumber pembiayaan antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Step Lease

Yaitu suatu kontrak Leasing yang memungkinkan pihak Lessee melakukan pembayaran baik dalam rangka untuk meningkatkan (Step-Up Lease) maupun untuk mengurangi atau menurunkan (Step-Down Lease) jangka waktu leasing, guna mengatasi keterbatasan arus kas Lessee.

b. Skipped Payment Lease

(33)

atau untuk mengatasi masalah arus kas yang sedang dihadapi oleh Lessee.

c. Swap Lease

Swap Lease memungkinkan Lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang di-lease apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan dan penggantian komponen tertentu. Penukaran dengan barang lain yang sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya pemeliharaan dan penundaan.

d. Upgrade Lease

(34)

e. Master Lease

Master Lease merupakan suatu cara leasing di mana Lessor memberikan Lease Line Credit yang memungkinkan Lessee untuk menambah barang atau peralatan untuk di-lease (sampai maksimum jumlah clan periode tertentu), dengan persyaratan yang sama seperti kontrak sebelumnya, tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru.

f. Short-term or Experimental Lease

Kadang-kadang perjanjian atau kontrak leasing dilakukan dengan jangka waktu yang relatif pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang di lease. Selama jangka waktu percobaan tersebut Lessee akan memutuskan apakah barang yang bersangkutan akan di-lease sampai jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih penting apakah barang tersebut memberikan dan meningkatkan keuntungan Lessee. Hal tersebut akan menghilangkan risiko spekulasi bagi Lessee dalam usaha memperoleh suatu barang.

2.13 Pembayaran Angsuran Sewa Guna (Lease Payment)

(35)

Besarnya Lease Payment setiap periode ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Nilai Barang Modal.

Nilai barang modal pada prinsipnya merupakan penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir periode kontrak. Nilai tersebut merupakan pula nilai kontrak leasing.

b. Simpanan Jaminan.

Simpanan Jaminan atau Security Deposit dalam transaksi jual beli biasa fungsinya barangkali dapat dikatakan sebagai uang jaminan atau uang muka Lessee atas suatu kontrak leasing. Besarnya simpanan jaminan ini tergantung pada kesepakatan antara Lessor dengan Lessee. Namun umumnya, simpanan jaminan tersebut besarnya berkisar l0%-20% dari harga barang. Hal tersebut berarti pembiayaan bersih Lessor berkisar antara 80%-90%. Dalam hubungannya dengan pembayaran sewa, semakin besar simpanan jaminan, semakin kecil pembayaran sewanya.

c. Nilai Sisa.

Nilai Sisa atau Residual Value adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang di-lease pada akhir masa kontrak. Pada akhir kontrak ini sering nilai sisa terse but jumlahnya relatif lebih besar terutama apabila umur ekonomis barang modal yang di-lease-kan tersebut melebihi jangka waktu kontrak. Metode apa pun yang dipilih atau digunakan dalam menentukan pembayaran uang sewa guna usaha, nilai sisa barang modal yang diperkirakan di akhir kontrak merupakan hal yang penting dipertimbangkan untuk menetapkan harga dari setiap jenis sewa guna usaha. Nilai sisa dan pembayaran sewa merupakan sumber utama pemasukan bagi Lessor. Semakin tinggi perkiraan nilai sisa, semakin kecil pembayaran sewa yang dikenakan Lessor. Misalnya, apabila Lessor memperkirakan akan menjual barang modal pada akhir jangka waktu kontrak leasing sebesar 10% dari total harga, berarti lessor hanya membutuhkan 90% dari harga barang tersebut melalui pembayaran sewa.

d. Jangka Waktu..

(36)

 Mengembalikan barang modal tanpa timbul kewajiban, kecuali mungkin biaya pembongkaran (Deinstallation) dan biaya transportasi bila ada.

 Membeli barang modal dengan harga yang ditetapkan berdasarkan tafsiran harga pasar pada akhir kontrak (Fair Market Value Purchase Option) atau membeli barang tersebut berdasarkan perjanjian yang disetujui pada awal, kontrak (Fixed Purchase Option).

 Memperpanjang jangka waktu leasing dengan harga yang ditentukan kembali. e. Tingkat Bunga.

Tingkat bunga yang umum digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh Lessor yang dihitung berdasarkan besarnya biaya dana ditambah dengan tingkat keuntungan yang diinginkan Lessor. Tingkat keuntungan ini sering juga disebut Spread. Biaya dana Lessor dihitung berdasarkan tingkat bunga (Prime Rate) yang diberikan Bank. Spread sesungguhnya bukanlah merupakan total keuntungan Lessor karena dalam spread sebenarnya termasuk pula antara lain unsur biaya overhead.

2.14 Penyelesaian Masalah Hukum dalam Perjanjian Leasing

Jika timbul masalah hukum antara Lessor dan Lessee, tersedia beberapa cara untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain sebagai berikut:

 Upaya Non legal

Yaitu upaya-upaya sah yang tidak menggunakan pendekatan hukum untuk menyelesaikan persoalan hukum, misalnya menggunakan bantuan pihak ketiga yang dihormati sebagai mediator untuk merundingkan penyelesaian persoalan.

 Upaya legal

Yaitu upaya-upaya yang menggunakan pendekatan, terminologi dan ukuran-ukuran hukum. Upaya legal dibedakan dalam dua macam yaitu:

(37)

peradilan) atau arbitrase, termasuk teguran (sommatie) dan negosiasi diluar atau sebelum memasuki proses legal formal.

 Upaya Litigasi yaitu upaya penyelesaian melalui proses formal di muka instansi penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, lembaga peradilan) atau arbitrase.

2.15 Deteksi Kredit (Leasing) Bermasalah

Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Lessor dalam rangka deteksi leasing bermasalah yaitu:

 Monitoring aktivitas Lessee

 Monitoring pembayaran Lessee :

 Lessee membayar langsung kepada Lessor

 Lessor mengirimkan kuitansi penagihan

 Lessor meminta Lessee membuat Standing Order kepada bank Lessee untuk mentransfer sejumlah dana setiap bulan kepada rekening Lessor.

 Lessee menyerahkan Post Dated Check atau Bilyet Giro mundur senilai sewa per bulan sesuai dengan jumlah jatuh tempo pambayaran

2.16 Faktor Penyebab Macetnya Pembiayaan Leasing

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan macetnya pembiayaan leasing :

a. Faktor Internal meliputi:

Mismanagement

Over Investment karena terlalu ekspansif ;

Over Financing sehingga Leverage Lessee menjadi sangat besar

Perselisihan keluarga/pemegang saham

b. Faktor Eksternal meliputi:

(38)

Pasar lesu yang berkepanjangan

Bencana alam

Perubahan teknologi untuk industri yang terkait

2.17 Penanganan Kredit (Leasing) Bermasalah

Langkah-langkah penanganan yang dapat dilakukan lessor dalam hal pembiayaan leasing yaitu:

a. Surat menyurat : Surat pemberitahuan, Surat peringatan

b. Negosiasi: Rescheduling, Penyerahan kembali obyek leasing

c. Repossission yaitu pengambilalihan obyek leasing secara paksa dari Lessor apabila semua usaha telah ditempuh. Dalam Proses Repossission ini perlu diperhatikan:

o Membuat salinan seluruh data dan dokumen perjanjian

o Mempersiapkan teknisi dan peralatan khusus, jika diperlukan

o Laporkan maksud dan tujuan kepada pihak berwajib dan perangkat warga setempat, bila situasi memungkinkan

d. Upaya hukum melalui pengadilan

2.18

Kesalahan Persepsi Terhadap Leasing

Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam pembiayaan leasing yaitu:

 Leasing tidak memerlukan tambahan jaminan (Collateral).

(39)

digunakan untuk industri tertentu saja sehingga akan menyulitkan Lessor untuk menjualnya kembali apabila terjadi wanprestasi kemudian dilakukan repossission.

 Kontrak lease dapat dibatalkan (Cancellable) setiap saat.

Kontrak sewa guna usaha pada dasarnya tidak dapat dibatalkan (Non Cancellable) sepihak. Kalaupun terjadi pembatalan kontrak atas persetujuan kedua pihak, Lessor biasanya meminta persyaratan tertentu.

 Leasing dianggap sebagai kredit biasa

Setiap kontrak leasing melibatkan 3 pihak dan selalu ada barang yang menjadi obyek perjanjian. Obyek leasing secara hukum adalah milik Lessor, sementara Lessee memiliki kewajiban membayar sejumlah sewa sampai berakhir masa kontrak untuk kemudian mempergunakan hak opsinya. Jadi berbeda dengan transaksi kredit perbankan.

2.19 Sumber Pendanaan Lessor (Funding)

Sumber dana Perusahaan Pembiayaan sangat terbatas yaitu sebagai berikut:

 Sumber Dana Internal yang berasal dari:

 Net Worth

 Collection dari customer

 Subordinated Loan

 Intial Public Offering (IPO)

 Right Issue

 Sumber Dana Eksternal yaitu melalui pinjaman perbankan atau lembaga keuangan berupa:

(40)

 Offshore Loan: valas, melalui sindikasi dengan commited atau dengan cara penerbitan obligasi.

2.20 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pendanaan

Perusahaan Pembiayaan sebagai Lessor

Manajemen Perusahaan

Pemilik/Group Perusahaan

Financial Performance: Asset and Profitability Growth

Prospek Usaha

Peraturan Pemerintah

2.21 Jangka Waktu Sumber Dana.

Sumber dana perusahaan pembiayaan yang antara lain melakukan kegiatan leasing berdasarkan jangka waktu jatuh temponya terdiri dari:

o Short term : 1 tahun atau kurang

o Medium term : I s/d 5 tahun

o Long term : 5 tahun ke atas

2.22

Rasio Keuangan Calon Lessee

Sebagaimana halnya dengan pihak kreditur lain, Lessor perlu melakukan penilaian terhadap beberapa rasio keuangan utama terhadap calon Lessee. Analisis keuangan ini perlu dilakukan untuk memperkecil potensi terjadinya leasing bermasalah. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan calon Lessee antara lain sebagai berikut:

 Debt to Equity Ratio

 Debt to Total Assets

 Return on Equity

 Return on Assets

 Net Profit Margin (Net Income/Total Income)

(41)

2.23 Metode Pembayaran Leasing (Sewa Guna)

Besarnya uang sewa yang dibayarkan oleh pihak Lessee terdiri atas unsur bunga dan cicilan pokok yang jumlahnya selalu berubah-ubah. Pembayaran bunga tersebut semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo pokok. Besarnya pembayaran sewa setiap periodenya ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

 Nilai Modal yang juga merupakan nilai kontrak sewa guna.

Nilai barang modal merupakan penjumlahan harga barang modal dengan nilai sisanya pada akhir masa kontrak.

 Simpanan Jaminan atau Security Deposit.

Simpanan jaminan merupakan semacam uang muka pihak lessee atas suatu kontrak sewa guna yang besarnya bergantung pada kesepakatan antara Lessor dengan Lessee.

 Nilai Sisa (Residual Value).

Nilai sisa adalah perkiraan wajar atas nilai suatu barang modal yang dilease pada masa akhir kontrak.

 Jangka Waktu.

Jangka waktu kontrak sewa guna berkait erat dengan jangka waktu kegunaan ekonomis atau manfaat suatu barang modal yang dileasekan. Umumnya kontrak sewa guna di Indonesia berkisar 2 s.d 5 tahun. Semakin lama waktu sewa guna semakin rendah pula pembayaran sewa

 Tingkat Bunga.

Tingkat bunga yang digunakan dalam perhitungan pembayarna sewa guna adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh Lessor.

Dalam melakukan pembayaran biaya leasing ini dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

S=

[

(br) (1+i)

t−1

(42)

S = Besarnya Sewa i = Tingkat Bunga

b = Nilai Barang Modal t = Jumlah Periode

r = Nilai Sisa

Sebagai Contoh :

Perhitungan pembayaran sewa guna dengan cara pembayaran di muka dapat dilihat pada akun dibawah ini:

- Nilai barang modal : Rp 400 juta

- Nilai sisa : Rp 40 juta

- Simpanan jaminan (10% dari nilai barang) : Rp 40 juta

- Tingkat bunga pertahun 24% (per bulan 2%)

- Jangka waktu : 12 bulan

- Masa kontrak : 1 Januari 2000 s.d 31 Desember 2000

Dengan menggunakan formula diatas, dapat dihitung besarnya sewa per bulan sebagai berikut :

S =

[

(400.000.000−40.000) (1+0.02)

12−1

]

0,02

(1+0,02)12−1

=

[

(360.000 .000) (1,02)

11

]

0,02

(1,02)12−1

= 33.373.978

(43)

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(44)

memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.

Perusahaan pembiayaan di Indonesia lebih dikenal dengan nama leasing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna adalah bergerak dibidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah atau Lessee.

Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam memenuhi berbagai kebutuhan pihak Lessee. Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan di bandingkan pembiayaan lainnya, antara lain :

1. Transaksi dapat dilakukan tanpa harus adanya uang muka.

2. Pembiayaan sewa guna lebih fleksibel karena dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan perusahaan.

3. Sewa guna bersifat Off Balance Sheet, atau berarti sewa guna tidak tercantum sebagai komponen utang pada neraca perusahaan.

4. Pembayaran sewa guna memberikan kemudahan bagi pihak Lessee dalam penyusunan anggaran tahunan.

3.2 Saran

Dari pembahasan dalam makalah ini, ada beberapa saran untuk para pengusaha khususnya :

1. Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha karena saat ini banyak para pengusaha cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Tiga Cetakan Ketujuh belas, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta 1994

2. Bambang Riyanto, Manajemen Pembelanjaan, BPFI-UGM, 1998

3. Dr. Harmono, SE., M.Si, Manajemen Keuangan, Ed 1, Bumi Aksara, Jakarta 2009 4. Dr. Sutrisno, Manajemen Keuangan, BPFI-UGM, 2001

5. http://wartawarga.gunadarma/ac.id/2010/03/leasing-tugas-blk/

6. http://kamissore.blogspot.com/200perusahaan-leasing-sewa-guna-usaha.html

(46)

8. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008

9. Lukas Admadjaya, Manajemen Keuangan dan Aplikasi, Andi Ofset, Edisi Revisi, Jakarta 2008

Gambar

Gambar berikut.

Referensi

Dokumen terkait

memperoleh data tentang variabel yakni kedisiplinan mengajar guru. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai hasil

Setiap aset dapat diperoleh dengan cara pengadaan baru, proses penggantian karena aset lama rusak dan mutasi dari distrik lain.Untuk beberapa kasus sering ditemukan aset yang

Lulus dari Satuan Pendidikan SMA/MA/SMK/MAK/Pesantren Mu’adalah atau yang setara dan dibuktikan dengan ijazah, lulus seleksi PMB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan

Selanjutnya ayat (2) dari pasal tersebut yang menentukan, “Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang

Bagian tanaman yang dimanfaatkan oleh Masyarakat desa Salimuran adalah pati sagu untuk bahan makanan, daun untuk bahan atap rumah dan kulit batang untuk bahan kayu

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

Dari jawaban-jawaban yang didapat melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa para informan kunci dalam penelitian ini tergolong kedalam tipe pemilih yang rasional

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap meningkat cukup tinggi dari 16.28 persen