• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USAHA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

USAHA PEMBERDAYAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN MUARA, KABUPATEN TAPANULI UTARA DALAM PENGELOLAAN SEKTOR PARIWISATA SECARA BERKELANJUTAN

Kiki Riris Nababan

Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang Kikinababan3@gmail.com

Abstrak: Daerah wisata diharapkan bukan hanya menguntungkan pihak pengunjung, tetapi juga masyarakat yang hidup di wilayah tersebut. Kecamatan Muara merupakan salah satu sector wisata terbesar di kabupaten Tapanuli Utara. Dikatakan besar karena mencakup beragam jenis wisata, yakni wisata alam, budaya, dan rohani. Berdasarkan analisisnya wilayah ini masih dapat dikatakan tertinggal dari wilayah disekitarnya, dikarenakan sector wisata masih dipegang utuh oleh pemerintah pusat daerah Tapanuli Utara. Hal-hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya kualitas pendidikan yang masih rendah dan sosialisasi yang kurang oleh pemerintah setempat, sehingga objek wisata tersebut masih jauh dari perhatian masyarakat sekitar dan hanya terpatok pada satu objek mata pencaharian. Maka diharapkan melalui potensi sumber daya pariwisata yang ada, diharapkan masyarakat turut serta dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber daya yang ada. Melalui hal-hal tersebut masyarakat lebih peka akan lingkungan sekitar, lebih menjaga lingkungan sekitar karena ada rasa memiliki, serta diharapkan mampu berpotensi menghasilkan perekonomian yang baik bagi masyarakat sekitar. Melalui pemberdayaan sumber daya manusia sekitar, diharapkan mampu bukan hanya mengembangkan sector wisata secara sementara, tetapi secara berkelanjutan dengan berbasis pengembangan kelingkungan serta mampu meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat setempat sehingga dikelola oleh sumber daya manusia yang tinggi.

Kata Kunci: Pariwisata, Sosial Ekonomi, Kecamatan Muara, Pengelolaan.

Kecamatan Muara adalah salah satu wilayah yang terdapat di kabupaten Tapanuli utara, provinsi Sumatera utara. Wilayah ini merupakan kecamatan yang menjadi pusat daerah tujuan wisata di kabupaten Tapanuli utara. Dikatakan sebagai pusat pariwisata karena wilayah ini bukan hanya menyimpan satu jenis objek wisata saja, tetapi wilayah ini merupakan sector wisata yang terdiri dari beragam jenis wisata, yaitu dari mulai wisata pertanian, wisata alam, wisata budaya, dan wisata rohani.

(2)

analisis social ekonominya, sector pariwisata merupakan penyumbang devisa tertinggi bagi tingkat perekonomian Indonesia. Berdasarkan letak dan karakteristik wilayahnya, Indonesia merupakan negara dengan jenis pariwisata yang cukup banyak, karena obejk wisatanya tersebar dari sabang sampai merauke. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau atau disebut juga sebagai nusantara atau negara maritim, telah menyadari pentingnya sector pariwisata terhadap perekonomian Indonesia dikarenakan pertumbuhan pariwisata Indonesia selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Soebagyo mengatakan pada abad 21 Sektor pariwisata akan menjadi pendorong utama perekonomian dunia dan menjadi salah satu industry yang mengglobal.

Industry atau sector pariwisata merupakan suatu industry yang membutuhkan pembaharuan dan pembangunan yang berkelanjutan, sesuai dengan analisis dampak lingkungan. Selain aturan analisis mengenai dampak lingkungan, pariwisata juga harus di upgrade untuk kepentingan jasa dari pariwisata itu sendiri, termasuk bagaimana menjaga kebudayaan yang jasanya di jual agar tidak hilang dan luntur. Hal tersebut didukung oleh undang-undang kepariwisataan No 10 tahun 2009 ayat 3 yang berisi: bahwa kepariwisataan merupakan integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

(3)

agar terjadi keseimbangan. Adanya rasa kepemilikan akan objek wisata tersebut akan menarik perhatian masyarakat untuk menjaga objek sekelilingnya untuk bisa menghasilkan dan sama-sama menguntungkan bagi kedua pihak, tetapi dalam hal ini, meskipun ada dalam kepemilikan warga setempat di harapkan pihak lingkungan dan kebudayaan tetap berperan aktif dalam pemantauan kualitas lingkungan wilayah pariwisata itu sendiri.

Wilayah pariwisata kecamatan Muara, kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara masih sepenuhnya diambil alih oleh pemerintah pusat daerah, dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia. Masyarakat sekitar seharusnya memiliki potensi dalam pengembangan wisata tersebut sebagai tuan rumah atau yang menjamu para wisatawan untuk menikmati wisata yang tersedia yang mampu menghasilkan peningkatan perekonomian masyarakat setempat. diharapkan masyarakat setempat mampu menjadi tuan rumah karena segala sesuatu ditempat wisata tersebut hanya diketahui oleh masyarakat setempat, bukan pemerintah pusat daerah, sehingga pemerintah hanya sebagai pemantau dan konseptor dalam pengembangan lokasi pariwisata tersebut. Sehingga mampu menguntungkan bagi pihak-pihak yang ada di lokasi wisata.

Metode Penelitian

(4)

sector pariwisata secara berkelanjutan berdasarkan keadaan yang nyata di lapangan serta dibantu berdasarkan data kepustakaan yang dikumpulkan dari beberapa referensi yang relevan.

Hasil Penelitian

Kecamatan Muara merupakan sector pariwisata besar di kabupaten Tapanuli Utara. Dikatakan besar karena wilayah ini memiliki beragam jenis dan objek pariwisata. Jika ditinjau dari segi geografisnya, secara pendekatan keruangan (Spatial Aprroach), analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting (Sumarmi: 2014). Maka dalam analisis keruangan tersebut akan dibahas bagaimana pola persebaran yang terdapat pada Kecamatan Muara, pola persebaran yang dimaksud adalah persebaran penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan digunakan atau masih dalam proses perancangan. Kecamatan Muara memiliki pola pemukiman terpusat. Pola pemukiman terpusat biasanya terjadi karena ikatan keluarga ataupun keadaan alam. pola pemukiman di Kecamatan Muara masih dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat. Pola pemukiman di beberapa daerah pada wilayah ini biasanya dipengaruhi oleh marga, misalnya: dalam suatu daerah didominasi oleh marga yang sama, dimana menurut kepercayaan orang Batak jika memiliki marga yang sama, maka masih dalam suatu ikatan keluarga dan mereka hidup dalam suatu desa yang sama. Hal ini lah yang mempengaruhi bahwa wilayah ini termasuk dalam objek wisata budaya.

(5)

mampu menjadi penyalur kebutuhan akan ikan ke wilayah-wilayah sekitarnya dan menjadi objek wisata pancing. Human activity yang terdapat homogeny, yaitu petani, dimana dengan kata lain, sebagian besar objek wisata yang ada disana tidak dikelola oleh warga sekitar, tetapi pemerintah pusat daerah serta masyarakat lain yang menanam saham di wilayah tersebut. Hal ini lah yang menjadi landasan penulis dalam peningkatan social ekonomi masyarakat setempat melalui potensi yang dimiliki.

Pendekatan Historis, Kecamatan Muara merupakan wilayah yang banyak menyimpan sejarah dan melewati banyak tahap dalam pembentukannya. Pada masa Hindia Belanda, Kecamatan Muara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga (Tapanuli Tengah). Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Hal ini lah yang mampu menjadikan wilayah ini sebagai wisata edukasi. Selain edukasi mengenai sejarahb wilayah, tempat ini juga sebagai salah satu bukti dari proses meletusnya gunung toba, dilihat dari kaldera dan pegunungan yang ada ditempat tersebut. Ditinjau berdasarkan pendekatan historisnya, wilayah ini menyimpan banyak sejarah dan kebudayaan, wilayah ini memiliki potensi pariwisata dengan menjual kebudayaan-kebudayaan dan sejarah yang pernah ada dan sudah berjalan dengan baik di wilayah ini.

Pariwisata dan Pertumbuhan Ekonomi

(6)

tersebut dapat diartikan dalam kepariwisataan terdapat interaksi antara pendatang dan masyarakat setempat. Ada yang mendatangi dan ada yang meninggali tempat yang dianggap memiliki karakteristik yang berbeda dan menarik. Suatu wilayah adalah daerah tertentu yang didalamnya tercipta homogenitas struktur ekonomi dan sosial sebagai perwujudan kombinasi antara factor lingkungan dan demografis (Sumarmi; 2013).

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: (1) pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism); (2) pariwisata untuk berekreasi (recreation tourism); (3) pariwisata untuk budaya (culture tourism); (4) pariwisata untuk olah raga (sport tourism); (5) pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism); dan (6) pariwisata untuk berkonvensi (conventional tourism).

(7)

Pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu: (1) menggalakkan ekonomi; (2) memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup; (3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa (Joyosuharto :1995 dalam Soebagyo: 2012). Sebuah pariwisata dapat dikatan mampu meningkatkan kuaitas ekonomi karena mampu menbuka lapangan pekerjaan, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan kemajuan dalam usaha usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupaun wisatawan dari luar.

Faktor Pendorong Perkembangan Pariwisata

Suatu wilayah memiliki keunikan tersendiri, yang artinya suatu wilayah memiliki potensi masing-masing yang dapat menjadikan ciri khas suatu wilayah tersebut, baik dalam lingkup kota, kabupaten maupun kecamatan, setiap wilayah membawa nama tersendiri dari keunikannya. Potensi yang dimiliki tiap-tiap wilayah di Indonesia tidak dikembangkan secara sama dan merata, hal ini diakibatkan factor lingkungan dan alam serta ketersediaan SDM yang mencukupi. Berdasarkan tinjauan teoritis dan praktis oleh Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana wilayah, konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis. Dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori dan model yang telah diuji dan diterapkan kemudian dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia.

(8)

sebab-akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-ekonomi, dan budaya, sehingga suatu wilayah pariwisata tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan wilayah lain disekitarnya. Maka, dalam pembangunan dan pengembangan suatu daerha wisata yang baru dibutuhkan bantuan dari wilayah-wilayah sekitarnya, baik melalui SDM, Bahan bangunan, promosi, dll.

Semakin bertingginya jumlah penduduk, maka semakin tinggi tingkat kesibukan, maka semakin tinggi minat manusia untuk berwisata atau refreshing. Menurut Fandeli, 1995 dalam soebagyo, factor yang mendorong manusia untuk berwisata adalah: 1.Keinginan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan untuk mengubah suasana dan memanfaatkan waktu senggang; 2. Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; 3. Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman pengalaman baru mengenai budaya masyarakat dan di tempat lain. Selain dari factor-faktor yang dikemukan oleh fandeli, factor lain berwisata juga pada masa sekarang dimanfaatkan sebagai pemberian informasi kepada orang-orang yang suka berpetualang. Pemberian informasi biasanya dilakukan lewat media elektronik, seperti siaran televisi, lewat media cetak, seperti koran, bahkan lewat media social, seperti Instagram, path, facebook, twitter, Tumbler, dll. Dimana bertujuan menghasilkan uang bagi si pemberi informasi. Hal ini lah yang patut ditiru oleh masyarakat Kecamatan Muara, dengan kata lain melakukan promosi yang lebih menarik perhatian wisatawan.

(9)

3. Berkurangnya potensi lahan pertanian; 4. Besarnya potensi wisata yang dimiliki oleh kecamatan Muara; 5. Wisata sebagai penyumbang peningkatan besar.

Strategi Pengembangan Objek Wisata

Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan pariwisata perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan per-tumbuhan ekonomi dengan pemberdayaan ekonomi rakyat, serta pariwisata perlu mengembangkan paket-paket wisata baru seperti argowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi masyarakat sekitar, masyarakat dapat diikutsertakan dan keuntungan yang diperoleh pun dapat dirasakan oleh masyarakat wilayahnya. Pengembangan pariwisata yang menunjang pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Perlu ditetapkan beberapa peraturan yang berpihak pada peningkatan mutu pelayanan pariwisata dan kelestarian lingkungan wisata, bukan berpihak pada kepentingan pihak pihak tertentu. Selain itu perlu diambil tindakan yang tegas bagi pihak pihak yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan.

2) Pengelola pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat. Hal ini penting karena pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata (DTW) sama sekali tidak melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar. Seperti yang terjadi di kecamatan Muara. Harusnya masyarakat mampu menjadi pemeran penting dalam perkembangan usahanya.

3) Dalam mengelola pariwisata masyarakat diharapkan mampu memberikan sesuatu yang lebih dari wisata lainnya. Contoh: menyediakan peta pariwisata, menyediakan jasa tour guide, serta jasa travel lainnya, demi kenyamanan pengunjung dan keuntungan bersama, secara ekonomi dan lingkungan.

(10)

sudah dilakukan sebelumnya, kegiatan promosi juga perlu Dilakukan dengan membentuk system informasi yang handal dan membangun kerjasama yang baik dengan pusat pusat informasi pariwisata pada negara negara lain, terutama negara negara yang potensial.

5) Perlu menentukan DTW DTW utama yang memiliki keunikan dibanding dengan DTW lain, terutama yang bersifat tradisional dan alami. Kebetulan saat ini obyek wisata yang alami dan tradisional menjadi sasaran utama para wisatawan asing..

6) Pemerintah pusat membangun kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah daerah setempat, dengan sistem yang jujur,terbuka dan adil. Kerja sama ini penting untuk lancarnya pengelolaan secara profesional dengan mutu pelayanan yang memadai. Selain itu kerjasama di antara penyelenggara juga perlu dibangun. Kerjasama di antara agen biro perjalanan, penyelenggara tempat wisata, pengusaha jasa akomodasi dan komponen-komponen terkait lainya merupakan hal yang sangat penting bagi keamanan kelancaran dan kesuksesan pariwisata

7) Perhatian dari pemerintah pusat, agar menjadi DTW yang diperhatikan, dirawat dan mampu dikenal.

Kesimpulan dan Saran

(11)

otonomi daerah, seluruh masyarakat berperan aktif dalam kemajuan dan pemeliharann lingkungan setempat, demi keuntungan bersama. Keuntungan bagi lingkungan hidup, khas dan budaya, wisatan, dan masyarakat setempat.

Daftar Rujukan

Supriatna, Jatna. 2014. Berwisata Alam di Taman Nasional. Buku Obor: Jakarta Sumarmi. 2014. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media

Publishing

Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila: Jakarta

Ryalita Sefira, dkk. TT. Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata Daerah. Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya: Malang

Manalu Bermart, dkk. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Ekowisata di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Program

Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara: Medan

Jurnal Ilmiah Pariwisata. 2006. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti: Jakarta

Biro Pusat Statisti. 2010. Kabupaten Tapanuli Utara 2010. Tapanuli utara BPS. Situs Resmi Kabupaten Tapanuli Utara, 2014. Geografis dan Topologi. (Online).

Referensi

Dokumen terkait

dian dianalisis dengan teori yang relevan terkait struktur pertunjukan lakon, pola dan ragam jurus, unsur, fungsi dan analisis pengaruh aliran pencak silat di Jawa Barat

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.. Kami selaku

OPTIMASI NAÏVE BAYES CLASSIFIER DENGAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA DATA IRIS.. Husin Muhamad 1 , Cahyo Adi Prasojo 2 , Nur Afifah Sugianto 3 , Listiya Surtiningsih 4

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis kandungan serta stabilitas karotenoid ekstrak kasar buah pisang tongkat langit, dan hasilnya menunjukkan bahwa pisang tongkat

(2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga pokok padi sawah lebak pada petani yang tergabung dalam anggota kelompok tani dan non anggota kelompok

Selain sebagai sumber makanan trofik level di atasnya, Ordo Lepidoptera ini juga dapat menjadi hama pada saat dewasa, sehingga produktivitas sekunder Ordo

Selain variabel kualitas kehidupan kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi peluang kerja juga memiliki peran terhadap intensi pindah kerja pada

• Aerasi & agitasi merupakan hal yg penting dlm memproduksi sel-sel khamir dan bakteri. • u/ pertumbuhan secara aerobik, suplai oksigen merupakan faktor terpenting