• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN ETILENDIAMIN TETRAACETAT DAN ETILENGLIKOL BIS-(B-AMINOETILETER)-TETRAACETAT PADA PENENTUAN KADAR KALSIUM DENGAN ADANYA MAGNESIUM SECARA KELATOMETRI Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN ETILENDIAMIN TETRAACETAT DAN ETILENGLIKOL BIS-(B-AMINOETILETER)-TETRAACETAT PADA PENENTUAN KADAR KALSIUM DENGAN ADANYA MAGNESIUM SECARA KELATOMETRI Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

sto'i/i ierbai:dii5gak pengglj^aai:etilsi;diai*;ii-;t e t h a

-ACETAT DAi: EIILEKGLIK.GL

BIS-(^-AI-*Ii;OETILETER)-tjstra-a c e t a t p a d a pei;e:;TwAi:k a d a r kalsiui.

DEi.bAi: ADAEYA KAGKESIUK SECARA KELATOIIETfJ

SKHIPEI

EI3UAT UKTUi: I-Jn-1E:;'JKI EYARAT-SYARAT l e s c a p a i gELAK

SARJAKA PARKACI PADA FAZUX.TAS PARIIASI • UEIVERSITAS AIELAMGGA

19B7

Oleh

YbLISTIAKl

fF

y

<il

s

058210515 , '

j niRPUSTASLAA*

1-VMXTBRSlTAS AlRi-ANOOA* g U R A B A

Disetujui oleh Penbimbing

CA

(2)

KATA PENGARTAR

Dengan nama Allah- Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang..

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Ma­

ha Kuasa atas rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehing-

ga selesailali tugas kami dalam menyusim skripsi ini un-

tuk memenuhi tugas akhir mencapai gelar Sarjana Parmasi

pada Fakultas Parmasi Universitas Airlangga.

Adapun skripsi yang kami pilih ini berjudul "STUDI

PEEBAiTDIKGAi: PEKGGUNAM ETILENDIAKIN TETRAACITA? DAK ETI

LEKGLIKOL BIS-($ -AKINOETILETER)-TETRAACETAT PADA PENEHTU

AK KADAK KALSIUM DENG AH ADAI.TA IiAGNESIUK SECAKA XELATOME

TRI". Penentuan kadar Kalsium dengan adanya kagnesium i-

ni menggunakan indikator Calcon.

Pada kesempatan ini perkenankanlah kami menj^ampai -

kan rasa terima kasih serta penghargaan kepada yang ter-

hormat ibu Dra. Ky,. M. Soeharsono dan ibu Dra. Ny. Roor

Erma K.S., sebagai pembimbing skripsi kami yang dengan

rela hati telah banyak menyediakan waktu,\tenaga serta

memberi petunjuk dari permulaan hingga akhir skripsi ini,

Juga kami sampaikan rasa terima kasih kepada paniti

a Skripsi Fakultas Parmasi Universitas Airlangga yang te

lah bersusah payah memeriksa, menilai dan memberi saran-

saran perbaikan demi penyelesaian skripsi ini, serta ke-

padc Bapak/lbu dosen yang secara langsung maupun tidak

langsung memberikan saran-sarannya kami sampaikan terima

kasih.

(3)

Terima kasih kami sampaikan pula kepada rekan-rekan

mahasiswa yang telah memberikan doron^an dan bantuan ser

ta para peturas laboratorium dan perpustakaan yang telah

banyak membcinta dalam pelaksanaan skripsi ini.

Ilepada Almamater Universitas Airlangga, khususnya

Fakultas Farmasi dimana kami memperoleh asuhan, bimbing-

an dan ilmu selama ini kami sampaikan rasa terima kasih.

Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberi bala-

san yang berlimpah kepada semua pihak yang telah memban-

tu kami dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita

semua.

(4)

DAFIAR ISI

Halaman

ICATA PE1*GAL7T A R ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... iv

DAFTAR TABEL ... ... vi

DAFTAR LAEjPIHAIJ ... ' vii

BAB : I . PEUDAEULUAH ... ... 1

II. TINJAUAK PUSTAKA 1. Xeori kelatometri ... 5

2. Macam-macam pembentuk kelat ... ...6

3. Pembentuk kelat unt.uk Ca dan Mg . .. .. 7

4. Konstanta stabilitas kelat logam-EDTA dan logam-EGTA... ... 11

5. Cara menentukan titik akhir titrasi kelatometri... ...12

6. Beberapa cara titrasi kelatometri ... 13

7. Indikator... ... 15

8. Pembakuan larutan pembentuk kelat ... 19

III. METODA PENELITIAH 1 .. Bahan penelitian dan penyediaannya 1.1. Bahan penelitian... .... 21

1.2. Penyediaan bahan penelitian .... 21

2. Metoda penelitian dan pelaksanaan 2.1. .Pembakuan larutan E D T A ... ... 23

2.2. Pembakuan larutan E G T A ... ... 23

(5)

Ealaman

2.5. Cara kerja

2.5.1. Penentuan kadar Ca++ de­

ngan larutan E D T A ... 23

2. 3- 2. Penentuan kadar Ca++ de­ ngan larutan E G T A ... 25

2.3.3. Titrasi blanko ... .. 25

2.4. Perh.itungan untuk mendapatkan kembali kadar Kalsium ... .. 25

2.5. Ketoda analisis hasil penelitian. 26 IV. HASIL PEI7ELITIA1C 1 . Kasil perhitungan kadar kalsium... 29

2. Analisa varian ... .. 30

V. PEHBAKASAX ... .. 35

VI. EESIKPULAi'! LASARA1. ... . 38

VII. RIKGEASAE ... ...39

VIII. LAFTAR PUSTAEA... ...40

(6)

DAFEAR TABEL

Tabel : halaman

I. Prosentase pendapatan kembali (Recove­

ry) Kalsium dengan titran EGTA... 29'

II. Prosentase pendapatan kenbali (Recove­

ry) Kalsium dengan titran EDTA ... 30

III. Hasil-hasil percobaan titrasi kelatome

tri dengan titran pembentuk kelat EftIA

dan EGTA ... 31

IV. Hasil perhitungan anava ... 32

(7)

DAFTAR LAl'IPIRiJ:

Lanpiran : Halaman

A. Tabel F ... 43

*

B. Tabel t ... 44

C . Pembakuan larutan EDTA dan EGTA .... -45

(8)

PEKDAEuLUAl; BAB I

Mineral merupakan salah satu dari bermacam-macam

kebutuhan pokok yang tak kalah pentingnya dalam

menun-jang kelangsungan pr.oses metabolisme dalam tubuh; Heski

pun dibutuhkan hanj'a dalam jumlah kecil, mineral sangat

besar artinya bagi kesehatan tubuh manusia.

Dari bermacam-macam mineral, Kalsium dan Magnesium

sa-ngatlah penting. peranannya. Kalsium terlibat dalam peme

liharaan tulang, fungsi saraf dan penting dalam pembeku

an darah. Jumlah Kalsium seluruimya di dalam tubuh. kira

kira 1 Kg, 99^ diantaranya terdapat dalam tulang. Kadar (9)

normal Kalsium 2,5 nmol/1.

Pengaturan kadar Kalsium di dalam tubuh berkaitan de­

ngan hormon kelenjar anak gondok, bila kadar Kalsium me

nurun akan terjadi gangguan fungsi hormon tersebut.

Seorang ibu yang mengalami hipoparatiroidism, maka pada

bayinya akan mengalami hipokalsemia dan sering terjadi

kejang-kejang. Bila keadaan ini berlangsung cukup lama

maka pertumbuhan tulang si anak akan menjadi lemah dan

mempengaruhi kehidupan selanjutnya.

Magnesium juga penting dalam tubuh mengingat peranannya

dalam cairan intraseluler, sebagai kofaktor ensim, ter­

libat dalam pengangkutan phosphat, kontraksi otot dan

menjaga stabilitas asam nukleat. Kadar Magnesium di

(9)

lam cairan intraseluler danplasma kira-kira 15 dan 0,75

sampai 1,1 mmol/l. Kadar Magnesium seluruhnya di dalam

tubuh kira-kira 1000 mmol, 50^ diantaranya berada dalan

tulang.(5)

Pada keadaan tubuh kekurangan Magnesium, juga akan trer-

jadi kejang-kejang dan kepekaan susunan saraf yang me -

ningkat.

ICalsium dan Magnesium di alam ini sering terdapat

bersama-sama misalnya dalam tanah, air, karang, dolomit,

batu kapur. Kakanan juga banyak mengandung Ca dan Kg mi

salnya susu, agar-agar bubuk, tmnbuhan seperti savi, ba

yam, dan sebagainya. Sediaan farmasi seringkali terda -

pat dalam kombinasi antara Ca dan Kg, misalnya obat- o-

batan-seperti multivitamin, -antasida, sebagai pelincir

dan pengisi tablet, dan sebagainya.

Adanya kombinasi Kalsium dan Magnesium seringkali menim

bulkan kesukaran dalam penentuan kadar Kalsium, -karena

keduanya mempunyai sifat-sifat kimia yang harnpir sama.

Pembentukan endapan dari kedua ion logam tersebut dapat

dipakai sebagai dasar untuk menentukan kadar Ca dan Kg.

Penentuan kadar Kalsium cairan tubuli sangatlah pen

ting untuk menghindari terjadinya keadaan hipokalsemia

ataupun hip6rkalsemia. Demikian . juga dengan 3-Iagnesium

untuk menghindari hipomagnesia.

Penentuan kadar Kalsium dan Kagnesium dapat dilakukan

dengan cara graviraetri, volumetri yaitu kelatometri dan

(10)

nar tainpak.

Pada penelitian ini akan dilakukan metoda kelatonctri de

ngan menggunakan penbentuk kelat yang berbeda yaitu EDTA

dan EGTA.

Kadar Ca dan !;g baik di dalani cairan tubuh caupun dal an;

obat-obatan cukup besar, sehingga diharapkan dapat

digu-nakan netoda volumetri disamping itu- alat yang aipakai

sederhana, cudah dilakukan dan keteiitian cukup tinggi.

Penentuan kadar Ca dicauping Mg dengan SDTA maupun

EGTA, terlebih dahulu dilakukan pengendapan terhadap Mg

dengan penanbahan larutan KcOH 15# pH=12,5 menjadi Magne

ciun-hidrokcida, sedang indikator yang dipakai Calcon de

ngan pcrubahan warna dari nerah ©enjadi biru. Hal ini .

terjaai knrena Ksp ■= 1 ,S x 10”^ jauh lebih ke

-cil dari ICsp Ca(0K) 2 = 5,5 x 10~^ maka endapan Kg(0H)2

akan t.?rbentuk lebih dahulu dari pada endapan Ca(OH) 2 *

10 7

Dis&mping itu K stabilitas kelat Ca-EDTA = 1 x 1 0 9 ,

Ca-EGTA =' 1 x 10^ jauh lebih besar dari pada K stab'ili-

tas kelat Kg-EDTA = 1 x 108 ’ 7 dan Mg-EGTA = 1 x 105’2.

Dengan demikian endapan CaCOH^ dapat dititrasi dengan

2DTA maupun EGTA.

Mengingat waktu dan xayilitas yang tersedia naka pe

nelitian dalam skripsi ini fiibataei pada "STUDI PERBAKDI

EG AH PEEGGUNAAJi ETILEHDIA3III; TETRAACETAT DAi: ETIXEI.GIa t

EOL BI S-r ((^ -AJIIlTOETIIiETER) -trETRAACETAT PADA PE1TEIT2UA17 EA-

DAR EALSIUft DSI5GA1. ADAiTTA- J-IAGirESIUh •SECARA EELA20MBTRI" .

(11)

fi^g-nesium dipilih kadar ICalsiun lebih besar dari Magfi^g-nesium

sampai perbandingan sama (1:1), dengan pertinbangan per:

bandingan tersebut dianggap mencakup perbandingan KalsI

ud dan Magnesium yang terdapat dalam cairan tubuh, maka

nan dan obat-obatan. Dalam satu penggunaan titran pem -

bentuk kelat, tiap perbandingan ditentukan sebanyak em-

pat kali'percobaan.

Hipotesa penelitian ini ialah untuk mengetahui ada:

nya perbedaan kadar Kalsium yang didapatkan kembali de­

ngan adanya Magbesium antara penggunaan EDTA dan EG-TA.

Untuk pengolahan data digunakan Analisa Varian de-

ngah model "Randomized Complete Block Design*' (RCB).

Dari hasil analisa ini dapat diketahui apakah ada perbe

daan yang bermakna antar metoda yang dibandingkan, an -

tar sampel dan antaraksi antara metoda dengan sainpel

percobaan pada batas kepercayaan yang diteiatukan. Bila

ada perbedaan yang bermakna dilanjutkan dengan "Least

Significant Difference” tes untuk membeaakan harga rata

rata satu dengan yang lain,

Dari penelitian ini diharapkan dapat dipilih titran pem

bentuk kelat yang baik untuk penentuan kadar Kalsium de

(12)

TIKJAUA1; PUSTAEA

1. Teori Kelatometri.^ 1 1 ^

Teori kompleksometri atau kelatometri berdasar -

kan teori Lewis mengenai asam-basa dan teori Werner •

mengenai senyava koordinasi. Menurut Lev;is basa ada -

lah suatu zat dengan pasangan elektron sunvi yang da­

pat mengadakan ikatan koordinasi dengan ion positip.

Sedang asem adalah suatu zat atau ion yang dapat teri

kat pada pasangan elektron sunyi dari basa.

Senyawa komplek didefinisikan sebagai kombinasi dari

molekul-molekul atau ion-ion melalui ikatan koordina-

si dan hasil dari kombinasi tersebut dapat merupakan

molekul atau lebih sering dalam bentuk ion (bermuatan)

misalnya FeSCB*4*, Fe(CK)g” Komplek semacan ini merupa

kan suatu komplek dalam bentuk terbuka (bukan cincin).

Sedang kelat merupakan suatu ligan multidentat yang

dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan seperti cin­

cin (ring).

Logam merupakan ion pusat, ligannya dinamakan ’’chela­

ting agent" yang biasanya terdapat atom N, S dan 0 se

bagai elektron donor kuat.

Komplek yang terjadi dengan ikatan dalam bentuk cin -

cin yang disebut kelat lebih stabil dari pada komplek

yang sama tetapi bukan dalam bentuk cincin (terbuka). BAB II

(13)

* Kflcan-cioccir pembentuk kelat. ^7,16)

.... palam titrasi''kelatometri terdapat beberapa se •

nyavrc. ■oer^bentuk - kelat. Kacam pembentuk kelat yang'te*

lali dikenal dapat .dililiat sebagai berikut ..

CE2 E,C-C00" CH--COOE

\ ? / l

E-IvtcH0-CH„iE-E fiiu-CE,-COO~

/ \ \

OOC-CE- E^C-COOE CE„-COCH

c. c, eL

(Di-na EDTA) (NTA)

H00C-CEo E oC-C00H CHo-C00H

\ 2 J ' / 2

N-CH^-OEo-K CHo . K

/ 2 2 \ / \2 / \

E00C-CHo 2 H oC-C00E E 0C 2 CE 2, , . CEo-C00E, 2

(ELTA) H2°x / H * / V 000*

C Z 0 N

* \

CE2-COOE

(CDTA)

h o o c-c e2 E^C-COO"

x + +

E. -K± (CE0)-0-(CH0)-0-(CE0)-N- E

X 2 2 2 \

“00C-CE2 h2c-c o o e

(14)

Dari bermacam-macam pembentuk kelat di atas EDTA-lah t

yang banyal: dipakai. Dalara perdagangan pembentuk ke­

lat (komplekson) yang umum ada tiga macam yaitu :

komplekson I (ETA), komplekson II (EDTA) dan komplek

son- III (garam Di-natrium EDTA yang serins disebut

EDTA saja). Komplekson lainnj^a yaitu GDTA dan EGTA.

EGTA'cierupakan komplekson yang baru dibanding kom

plekson lainnya.

Pembentuk kelat untuk Ca dan Hr.

Senyawa pembentuk kelat yang sangat baik untul:

penentuan kadar Ca adalah EDTA, CDTA dan EGTA^(16).

- Stabilitas komplek yang dibentuk oleh CDTA dengan

logam lebih besar dari pada EDTA, sehingga dapat di

pakai untuk titrasi larutan yang lebih encer atau-

pun pada pH yang lebih rendali, tetapi reaksi yang

terjadi umumnya lebih lambat, CDTA sering dipakai

dalam penentuan kadar Ca dengan adanya sejumlah be­

sar Ba atau sejumlah kecil Sr.

- Sebagai senyawa pembentuk kelat. untuk penentuan ka-^

-dar Ca yang berada bersama'dengan Kg digunakan EDTA

atau EGTA. ...

3.1. Ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) = Ethyle

ne diamine-IC,K1 -tetraacetic acid = Asam edetat =

Trilon B = Versene = Chelaton 3 = Sequestrene =

T - 1 1 T T T ( 3 , 7 , 1 6 )

Lomplekson III.

EDTA merupakan asam poli karboi:silat dengan

(15)

HOOC-CKp EpC-COO

\ '

H - I\ - CH p - C H p - K - H

/ d \

“OOC-CH2 k2c-co ob

Dalam persamaan-persamaan reaksi umumnya ditu -

liskan sebagai H^Y karena dalam larutan asamnya

sediri berbentuk zwitter-ion ganda dimana dua

proton yang pertama agak mudah dilepas (pH^=2,18

pK2= 2,73), sedang proton yang ketiga dan keem-

pat terionisasi lemah (pK^= 6,20; pE^= 10,0),

sehingga sering dalam bentuk asamnya.

G-aram Di-natriumnya dikenal sebagai Titriplex .

Ill = Kelaton III yang mengandung dua molekul a

ir hablur (I^KpY. 2E20) paling banyak dipakai,

karena lebih mudah larut dari pada bentuk asam­

nya, mudah dimurnikan maupun disimpan dalam ben

tuk larutan.

EDTA merupakan ligan heksadentat, sebab dapat

mengikat logam melalui dua atom Nitrogen dan em

pat atom Oksigen dari gugus karboksil. Pemben­

tuk kelat ini dengan ion logam dapat membentuk

senyawa kelat yang stabil, karena atom logam te

rikat di dalam ruangan aiantara atom-atom lain.

( 16) .

Kelat yang terbentuk antara ion logam dengan 1

EDTA mempun3rai struktur yang sama tetapi berbeda

dalam muatannya.

(16)

r v ' • 91

t__ •.

-I^E^Y dan dalam larutan terionisasi mcnjadi Na+

dan H^Y- , sehingga reaksi antara Kelaton III de­

ngan logam K dapat ditulis sebagai berikut :

Logam valensi II + !'"^+ ---* +

Logam valensi III KgY- + K^+ --- > 17Y~ + 2K+

Logam valensi IV E^Y- + K*+ ---* KY +2?!'

Logam valensi I; “2*™ + ^n+ ---* MY^n~ ^ + 2H+

Jadi dapat dilihat b~hwa selalu 1 gram ion logam

menghasilkan 2gram ion E+ atau 1 gram ion logam

sama dengan 2 gram ekivalen.

3.2. Ethylene glycol bis-((j>-aminoetileter)-E,l\T'-tetra

acetic acid (EGTA). ^5,16»17)

EGTA sama dengan EDTA merupakan asam poli -

karboksilat dengan rumus bangun sebagai berikut:

ooc-ch2 h5c-cooh

\ +

+ ^

H-N±( C1I0) -0- (CH,) o-0- (CH,) ,±lf-K

/ ^ 2 ^ ^ * \

H00C-CH2 E2C-C00_

Dalam persamaam-persamaan reaksi umumnya ditulis

kan sebagai E^Z. E^Z ini mempunyai harga pK1=2,0.

pE2=2,68; pIC-=8,85; pK4

=9,43-Sebelum digunakan sebagai titran pembentuk kelat

dilarutkan dahulu dalam KaOK untuk membentuk ga-

ramnya yang larut dalam air.

Seperti halnya EDTA, EGTA dalam bentuk garaumya

dapat ditulis iTa2H2Z dan dapat terionisasi dalam

larutan menjadi Na+ dan menyerupai Kelaton

(17)

dituliskan seperti pads EDTA.

Kelebihan Eelaton II sebagai penitrasi dalam kelatome

tri rnerapunyai sifat. sangat stabil, larut, stoichione-

tris, membentuk kelat 1: 1 dengan berbagai ion logam,

konstanta stabilitas. kelatnya dengan berbagai ion lo-

gam. bermacam-macam pula sehingga secara selekt.ip da -

pat dilakukan pengaturan pH yang diperlukan untuk ti-

trasi. Garam. Di-natriumnya dapat dipakai sebagai zat

baku primer, dengan logam Liembentuk kelat yang mudah

larut dan penentuan titik akhir titrasi dapat diamati

dengan berbagai macam cara.(1)

Suatu contbh struktur kelat logam bivalen (misalnya

(18)

11

44 Konstanta stabilitas kelat loram-EDTA dsn logam-EGTA,

Reaksi logam bervalensi n dengan ion EDTA atau de

ngan ion EGTA dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Kn+ + y4- i z4- ---^ LIY }(n-4)+ i ( K2 )(n-4) +

( I,'Y )(n_4)+ ( k z )<-n"4) +

K = --- — --- 7— atau K = -- — --- j

---( r. + ) ---( y ) ( i'/+ ) .( z4- )

Konstanta stabilitas (konstanta pembentuk kelat) pada

•pH yang dipilih dapat dihitung dari hubungan K/cCf dima

na cA. adalah perbandingan dari total EDTA yang tidak di

kombinasi (dalam semua bentuk) terhadap bentuk Y^" a -

tau perbandingan dari total EGTA yang tak aikombinasi

(dalam semua bentuk) terhadap bentuk

Jumlah Y^“ dapat dihitung melalui tahapan ionisasi da­

ri EDTA, yaitu :

1 . E^Y ---* H+ + IijY- , E 1 = 1,0 x .10"2

2. KjY----» H+ + H2Y= , E2 = 2,0 i lO^

. H p Y- - - - > H+ + H Y5- , IC5 = 6 , 3 x 1 0 ~ 7

4. IIY3 ---> H+ + Y4" , K4 = 5,0 x 10~11

Sedang jumlah Z4- dapat dihitung melalui tahapan ioni-

sasi dari EGTA, yaitu :

1. H 4 Z- - - V E+ + H j Z " , ■ E1 = 1, 0 z 1 0 " 2

2. HjZ"---v H+ + H?Z= , Z 2 = 4,8 x 10~2.

3. H2Z=---» H+ + HZ3- , == 7,1 i 10' 8

4. EZ^---- > H+ + Z4-- , K 4 = 2,7 x 10" 9

Sehingga pada pE basa hampir seluruhnya EDTA dalam ben

tuk EY^~ dan Y^~, sedang EGTA dalam bentuk dan Z^~,

Jadi reaksi antara Kalsium dengan. EDTA atau antara ICal

(19)

(1) . EY5 ---^ E+ + Y4- dengan K = K4

( Y4" ) ( II+ ) 4 K4 ( HY3-)

Z, = ---5 --- > ( I4" )=— i—

---4 { HY3 ) ( H+ )

(2). Ca++ + Y4- ---> CaY=

( CaY= ) tab. - ( Ca++ ) ( Y4" .)

(1) dan (2) :

( Ca ) ( H+ )

-^'stab. ( Ca++ ) ( HY3 ) K4

Harga konstanta stabilitas (dinyatakan sebagai

log K) dari kelat Ca-EDTA adalah 10,7 dan Mg-EDTA'8,7.

Sedang untuk kelat Ca-EGTA dan Hg-SJG-TA adalah 11,0 dan

5,2.

Dengan kenaikan pH larutan, maka ada kecenaerung-

an terjadinya hidroksida dari logam-logam yang sukar

larut, dimana reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

(.MY + n oiI" --- > K(0H)n + Y4"

Besarnya hidroksida dari .( MY tergantung pada

hasil kelarutan dari hidroksida ion logam dan juga kon

stanta stabilitas kelatnya.

Dengan dasar ini maka dapat ditentukan kadar Ca yang

terdapat bersama-sama Mg secara kelatometri. Pada pH

antara 12-13 secara kuantitatip Mg diendapkan sebagai

hidroksidanya sedang Ca tetap dalam bentuk larutan.

Cara menentukan titik akhir titrasi kelatometri. O O

Ada beberapa cara untuk menentukan titik akhir ti

(20)

13

Ion. B+ yang teriadi dapat diamati dengan dua ma-

can car a :

- Titrasi asam-baca dengan senakai indikator pH

atau dengan memakai pH-meter.

- Titrasi Jodometri dengan memakai campuran \Joaat

joaida dan yang terjadi dititrasi dengan la­

rutan baku thio-sulfat.

5.2. Berdasarkan perubahan konsentrasi ion logam (pH).

Di sini dipakai indikator logam yang dapat bereak

si relatip cepat pada waktu terjadinya pe rub all an

pH.

5.3. Secara instrumental dapat dilakukan dengan titra­

si potensiometri, anperometri, kor.duktometri dan

spektrofotometri.

6. Beberapa cara titrasi kelatometri. (1 6)

Titrasi dari larutan ion logam dengan memakai Eom

plekson disebut titrasi kompleksometri atau kelatome-

tri. Ada beberapa tip© reaksi dengan komplekson antara

1 ain :

6.1. Titrasi langsung.

Larutan yang mengandung ion logam didapar pa

da pH tertentu yang sesuai, misalnya pada pH 10

dengan memakai larutan dapar salmiak, kemudian di

titrasi dengan larutan baku (EDTA maupun EGTA).

Titik akhir titrasi diamati dengan memakai indika

tor logam dimana perubahan vramanya berdasarkan

perubahan kadar ion logam (pK). Kadang-kadang se-

(21)

tuk mencegah pengendapan dari logam hidroksida.

6 .2. Titrasi tidal-: lan£sun£.

Beberapa ion logam tidak dapat dititrasi se

cara langsung, hal ini mungkin disebabkan oleh

karena :

- mengendap pada pH yang diperlukan untuk titra­

si,

- pembentukan kelatnya sangat lambat,

- tidak ada indikator logam yang sesuai.

untuk mengatasi hal ini, larutan yang berisi ion

logam ditambah larutan baku (EDTA atau EGTA) da­

lam jumlah berlebih dan tertentu, kemudian dida-

par pada pH yang sesuai. Kelebihan larutan baku

dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam.

6.3. Titrasi nengusiran.

Titrasi pengusiran ini dilakukan bila ion

logam tidak atau sedikit sekali bereaksi dengan

indikator .logam atau bila ion logam tersebut mem

bentuk kelat yang lebih stabil dari pada kelat

dengan logam lainnya misal Ca atau'Mg.

Beaksinya dapat ditulis sebagai berikut :

Kn+ + ---» MY(n-4)+ + 2 H+

Ion H+ yang terjadi dapat dititrasi dengan laru­

tan baku ITaOH. Titik akhir titrasi dapat diamati

dengan memakai indikator asam-basa atau dengan

cara potensiometri. larutan ion logam yang akan

(22)

7. Indikator (4,5,7,16,17)

Pengamatan titik akhir titrasi dapat dilakukan

secara potensio.~:etri atau secara visual juga masih ba

nyak dipakai. Indikator yang digunakan adalah indika­

tor logam.

Dalam titrasi kelatometri secara visual ini, pemilih-

an indikator logan cangat penting. Syarat-s.varat yang

harus dipenuhi oleh indikator logam untuk menentukan

titik akhir titrasi secara visual adalah

- Memberikan perubahan varna yan-~ jelas pada titik ak

hir titrasi.

- Kemberikan reaksi warna yang spesipik dan selektip.

- Memberikan komplek kelat antara logam-indikator ha­

rus lebih kecil dari pada kelat logam komplekson,

sehingga pada titik akhir titrasi koplekson dapat

mengikat logam dari kelat logam-indikator.

- Indikator bebasnya mempunyai varna yang berlainan

dengan varna dari kelat logam-indikator.

- Indikator harus sangat peka terhadap ion logam se­

hingga perubahan varnanya sedekat mungkin dengan ti

tik ekivalennya.

- Syarat-syarat di atas harus dapat dipenuhi pada dae

rah pH dimana titrasi dilakukan.

Indikator logam membentuk kelat dengan ion logam,

dimana varnanya berbeda dengan varna indikator bebas­

nya.

!•; + • Ind. * E-InS. (D

(23)

Tetapan stabilitanya :

( M-Ind.)

Hj-Ind. ( K ) ( Ind. )

Bila larutan ini dengan titran pembentuk kelat misal-

nya EDTA, maka selama titrasi ion logam yang bebas -

menbentuk kelat dengan EDTA, sampai ion logam yang be

bas telali habis, maka penambahan titran pembentuk ke­

lat selanjutnya akan mengikat logam yang berada dalam

bentuk kelat dengan imdikator. Dengan aemikian indika

tor akan dibebaskan kembali dan terjadilah perubahan

varna.

Jadi selama titrasi terjadi reaksi :

11 + EDTA ---V M-EDTA (2)

Tetapan stabilitanya :

( M-EDTA )

LK-SDTA ( m)) ( EDTA. )

Pada dekat titik ekivalen terjadi reaksi :

M-Ind. + EDTA --- > K-EDTA -f Ind. (3)

Reaksi ini hanya akan terjadi bila kelat K-EDTA lebili

.stabil dari pada kelat M-Ind,, dengan kata lain teta­

pan stabilitas kelat M-EDTA lebih besar dari pada te­

tapan stabilitas kelat M-Ind.

Jadl’EK-EDTA'^ EK-Ind. atau pl"M-EDTA^ pKK-Ind.’ Disamping itu, perubahan wam a indikator dipengaruhi

oleh pH. Misalnya indikator Calcon dapat ditulis de -

ngan K^Ind.", menunjukkan sifat asam-basa sebagai be­

(24)

P^Ind. * Hind

me rail ■bo.ru mera

Pada pH 7,4-- 13,5 sat warna ini bervrarna biru, dapat

membentulc kelat yang berwarna merah dengan ion-ion lo

gam. Pada penentuan kadar Ca dengan,adanya Lg dapat

diatasi dengan menggunakan indikator Caicon, karena

pH 3rang digunakan untuk titrasi tinggi (pH 12,5).

Perubahan varna indikator logam pada titrasi kelatome

triidapat disebabkan oleh indikator yang dibebaskan

dari kelat logamnya atau perubahan pH d'.ri larutan ,

yang mungkin terjadi sebelum titik ekivalen.

Dengan mengingat hal tersebut di atas maka perlu di -

perhatikan suasana lar.itan untuk mendapatkan titik e-

kivalen yang tepat, Untuk ini larutan harus didapar

sehingga perubahan w a m a yang terjadi han}'a disebab -

Ean oleh bebasnya ion indikator dari kelat logamnya.

Beberapa.macam indikator logam yang dapat untuk menen

tukan kadar Ca :

- Kurexide.

- Eriochrome Black T .(Solochrome Black).

- Patton and Reeder’s indicator.

- Solochrome Dark Blue (caicon).

- Calmagite.

- Calcichrome.

- Past Sulphon Black P.

- Sincon, dan lain-lain.

Indikator logam yang umum dipakai padc- titrasi Ca de­

(25)

Calcon dan Hurexide digunakan untuk titrasi pada pH

12, 5 ; karena suasana basa kuat ini maka I»Ig akan dien

dapkan sebagai Mg(OH)2. Terjadinya endapan Mg(OH) 2 a-

kan nengadsorpsi wama indikator Kurexide dan kelat

C a-Murexide, sehingga warna pada titik akhir titrasi

tidak begitu jelas dan hasil Ca yang didapat akan le­

ft ih sedikit dari keadaan semula. Untuk mengatasi hal

ini perlu ditambah indikator yang lebih banyak.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas lebih baik digu-

nakan Calcon.(14)

* Calcon atau Solochrome Dark Blue.

Calcon juga disebut Eriochrome Blue black R

yang mempunyai Colour Index fto. 202.. Zat wama ini

mempunyai runus bangun sebagai berikut :

OH HO

^-S0~ Ha+

Natrium 1-(2hidroksi-1-naftilazo)-2-naitol-4-sul-

fonat.

Zat warna .ini mempunyai dua gugus fenol yang dapat

terionisasi melepaskan dua atom hidrogen dengan

p&2 = 7,4 dan pK^ = 1 3 , 5 . .

Indikator ini dipakai dalam titrasi- kelatometri un

tuk menentukan kadar Ca disamping Mg. Titrasi ter­

sebut harus dilakukan pada pH-sekitar 12,5 untuk

menghindari gangguan dari Kg, karena pada pH ini

(26)

I-iolekul yang netral (bentuk Il^Ind.) yang hanya ter ja

di pada media asan) kuat bervrarna hijau, pada pH 7,0

bervrarna merah, pH 10 berwarna biru dan pada pH 13,5

berwarna merah.

Kelatnya dengan Ca bervrarna merah pada pH 12,5 dan pe

rubahan varna pada titik akhir titrasi yaitu dari ne-

rah menjadi biru.

8. Pembakuan larutan -pembentuk kelat.

8.1. Pembakuan larutan EDTA.(3,4,12,16)

Larutan EDTA dapat dibakukan dengan bebera<=> •

pa cara sebagai berikut :

8.1.1. Dengan larutan baku ZnSO,( cara langsung).

Dibuat larutan baku ZnSO^ dengan me-

nimbang kristal Z n S O ^ ^ O dan dilarutkan

dalam air bebas logam, Dipipet larutan ba

ku ZnSO^ dengan volume tertentu, diencer-

kan dengan air bebas logam, ditambah laru

tan dapar salmiak sampai pH 10, ditambah

indikator EBT 50 mg, kemudian dititrasi

dengan larutan EDTA sampai terjadi peruba

han warna dari merah menjadi biru, Bila

larutan ZnSO^ yang dipakai sebagai titran

perubahan warna dari biru menjadi merah.

8.1.2. Dengan larutan baku CaCl^f cara langsung).

Dibuat larutan baku CaCL2 dengan me-

nimbang Ca"C0^ p,a. dilarutkan dalamair be

bas' logam dengan penambahan larutan HC1

(27)

RS

hilangkan C02 yang terjadi, keiaudian di­

ne tralkan dengan larutan UaOH dan diencer

kan sampai volume tertentu, dipipet laru­

tan baku CaCl^ dengan volume tertentu, di

encerkan dengan air bebas logam, kemudian

ditambah larutan NaOIi 4N sampai pH 12,5

dan ditambah indikator Calcon 100 mg.

Eemudian dititrasi dengan larutan EDTA

. sampai terjadi perubahan vam a dari merah

menjadi biru.

8.1.3. Denman larutan baku HgCL„(cara tak Ians-J ^ - - cl

sung).

Dalam pembakuan ini dilakukan titra­

si secara tidak langsung, yaitu dilakukan

titrasi dua kali, sehingga dapat diketahu

hi titer dua macam larutan yang dipakai

yaitu EDTA dan MgSO^/MgClg.

8.2. Pembakuan larutan E G T A .(16)

Larutan EGTA dapat dibakukan dengan bebera-

pa cara sebagai berikut :

8.2.1. Dengan larutan baku CaCl^Ccara langsung).

Pembakuan larutan EGTA dengan laru -

tan baku CaCl^ caranya sama dengan pemba­

kuan larutan EDTA. Atau- dapat juga diguna

kan indikator Zincon, digunakan dapar sal

CQ miak pH 10 dan ditambah larutan Zn-EGTA,

titrasi diakhiri sampai terjadi perubahan <

(28)

Bahan penelitian dan nenyediaannya.

1.1. Lab.au -penelitian.

bahan penelitian yang digunakan jika. tidal:

ainyatakan lain n.erspunyai deraj at kenurnian prc-

analira (p .a.).

- Cal-C-r .

“ iigCO^j 7 H20. - EDTA.

- EGTA.

- Caicon.

- l.aCl.

- l-TaOi:.

1.2. Pen.vediaan bah an penelitian.

1.2.1. Penyediaan air bebas loga^. (aquariem).

1.2.2. Penbuatan larutan baku EDTA 0.05 K .

Bitinbang 18,6100 g Di-natriun EDTA

dilarutkan dalarj air bebas logan nanipai vo

lurr.e satu liter. Penyinpanan larutan ini

sebaiknya aalan botol plactik, botol pirex

atau botol politen, sebab botol biaca akan

dapat nelepaskan kation logam dan anion ke

dalari larutan ZETA. i ~

—>

___ iI aI A:

(29)

1.2.3* Pembuatan larutan baku EGTA 0.05 K .

Ditinbang 19,0100 g EGTA, dilarutkan

dalaa KaOH 1 K 100 nil, keisu&ian dieneer -

kan dengan air bebas logam sarr.pai volurae

satu liter. Penyimpanan saraa dengan laru­

tan £DTA,

1.2.4. Larutan basa untuk titrasi.

. Eitimbang 15 g iiaOH padat, dilarut -

kan dalam 100 nl air bebas logaiL.

1 .2.5* Larutan baku induk 0.5 V-.

Ditiisbang teliti 123,2400 g MgSO^TK^O

dilarutkan dalam 200 ml air bebas logam,

ditambah i ml larutan HC1 6 U, kemudian

ditambah air bebas logam sampai volume sa

tu liter.

1.2.6. Larutan baku indufa Ca+* 0.5 M .

Ditimbang teliti CaCO^ dengan berat

50 ,0 450 g -setelah dipanaskan seteng&h jam

pada 110°C. Kemudian dilarutkan dalsas HC1

aecukupnya, ditambah 50 al air bebas lo -

gas, dididihkan agar GO2 yang terjadi hi^

lang. Larutan ini kerauaian didinginkan,

dinetralkan dengan larutan NaOH 1& dan di

encerkan dengan air bebas logam sampai vo.

luae satu liter.

1.2.7. Indikator Caicon.

(30)

rat 10 g. Untuk setiap kali titraci digu­

nakan 100 mg,

2. Ketoda penelitian dan pelaksanaan.

Dalam penelitian-penelitian ini dapat dibagi se­

bagai borikut :

2.1. Pembakuan larutan EDTA. '

Pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku

Ca++ adalah sebagai berikut :

Dipipet larutan baku Ca++ 10,0 ml, ditambah 5 ml

larutian KaOH 15# (diperiksa pH-nya satcpai 12-13

dengan pK-meter) dalam labu erlenmeyer 100 ml,

aitanbah indikator Calcon 2^- 100 mg, kemudian di‘

titrasi dengan larutan EDTA carapai terjaai peru­

bahan vrarna dari merah menjadi -biru.

2.2. Pembakuan larutan EGTA.

Pembakuan laruta2: EGTA dengan larutan baku

Ca++, sama dengan.urutan kerja seperti di atas,

dilakukan titrasi dengan memakai indikator Cal­

con 2# 100 mg dengan perubahan varna dari merah

■ menjadi biru.

2.3..Cara kerja.

2.3.1. Penentuan kadar Ca~t"f 'dengan larutan EDTA.

Sebelun dilakukan penentuan kadar *\

0a++, terlebih dahulu dibuat larutan baku

kerja sebagai berikut :

- Dipipet larutan baku induk Ca+_i" 10,0. ml

diencerkan dengan air bebas logara sam-

(31)

EDTA dan “G-TA) .

- Dipipet larutan baku induk Kg+T> 1, 0 nl,

diencerkan dengan air bebac logan sampai

volume 10 ,0 nl. Eesradian dipipet 1 ,0 nl

ditanbah larutan baku induk Ca++ 1Q,0 nl

diencerkan dengan air bebac logan carpal

volume 10 0 ,0 ml (larutan I).

Dipipet larutan baku induk Ca++ 10-0 nl

ditanbah larutan baku induk ;-g++ 2,0 nl;

diencerkan dengan air bebas logan sanpai

voluse 100,0 nl (larutan II).

- Larutan III, IV, V dan VI perlakuannya

sama seperti larutan II hanya larutan ba

ku induk kg++ yang ditanbahkan berbeda

mulai 4,0 nl; 6,0 nl; 8,0 nl; dan 10f0nl;

kenudian diencerkan dengan air-bebas lo-

gan sanpai volume 10 0 ,0 nl.

Dipipet larutan baku kerja 10,0 cl dimasuk

kan aalau labu erlenneyer 100ml, ditanbah

5 ml larutan ITaOK 15# (diperiksa pll-nya 12

sampai 15 dengan pl.-neter) , ditanbah indi­

kator Caicon 2f- 100' s.g, keiaudian dititraci

dengan larutan IDTA e&npai terjadi peruba­

han warna dari nerah menjadi biru.

(32)

2.3.2. Penentuan kadar Ca~H~ dengan larutan EG?/..

Penentuan kadar Ca+‘r dengan TCGTA sa­

ma der-gan urutan kerja di atac,.dilakukan

titrasi dengan larutan EG?A sanpai terja-

di perubahan vam a dari nerah menjadi bi­

ru.

( 1 nil 0,1 i: EGTA = 4,008 nr Ca^+ )

2.3.3. Dilakukan titrasi blanko sebagai berikut.

Dipipet 10 ,0 r.l air bebas logar^ di-

nasukkan dalai: labu erlenneyer 100 nl, di

tanbah 5 nl larutan E&OE 15% {• dibuat pH-,

nya 12-13 dengan pH-rceter), ditanbah ir.di

kator Calcon 2% 100 ir.g, dititraci dengan

larutan ZDTA/EGTA sampai terjadi peruba­

han vrama dari merah menjadi biru.

2,4. Perhitungan untuk nendapatkan kembali' kadar I'al-

siun dengan adanya #agnesius: secara kelatometri.

Untuk nenghitung ker.bali kadar Kalsium aa-

lair. carapuran dengan Kagnesium digunakan ru~ur

yang diturunkan dari ruaus dasar V^xl^ = V2xK2 :

ci dikurangi volune blanko.

(33)

4,006 adalah ekivalenri r-r 0a++ untuk tiap 1 nl 0,1 V. titrar:.

200 adalah pen^encerar. rula.i dari baku induk

sampai volu;_e pada e-aat titraci.

( 2 10 11)

2.5. .:.etoaa analisir nasil penelitian. * ’

Hacil pcnra^atan anal±sis kuantitatip dihi­

tung secara etatictik dengan analir.is varian uo-

del "Jiandoruized uor.plete Block Desi£nn (KOI) /

];esain Kandonieasi len.~kap.

Kadar Kalsiun yanc didapat. dari hacil penelitian

dapat dibuat tabel eebacai berikut :

! Titran !

Untuk nenrhitvxr kargra I digunakan ruaus-ruEius :

(34)

i=1 3=1 k=1 <r 2

Experimental error : E = - S ^

Kemudian disusun tabel anava untuk ’’Factorial in a

Randomised Complete Block Design” sebagai berikut

TABEL

Jika ditinjau efek dari metoda, sampel percobaan dan

antaraksi antara metoda dengan sampel percobaan, hal

ini dapat diketahui dengan membandingkan harga F per-

hitungan terhadap F tabel. Apabila harga F perhitu -

(35)

yang bentakna. Bila hal ini terjadi, perhitungan di-

lanjutkan dengan LSD tes dengan rumus sebagai berikut

LSD = tK:sE (-^7 + 4 - )

Bila selisih harga rata-rata ( I ) lebih besar dari

IiD, maka ada perbeaaan yang bermakna.

Untuk harga rata-rata yang masuk trayek : 100>- + -JLSD

(36)

BAB IV

KA3IL PEliELITIAK

1. Hasil perhitungan kadar Kalsium dengan adanya Magnesium

secara kelatometri.

Kadar Kalsium yang didapatkan kembali dalam campu- ran dengan Kagnesium memakai titran EDTA dan EGTA dapat dilihat pada tabel I dan tabel II sebagai berikut :

TABEL 1

PROSENTASE PENDAPATAN EEKBALI (RECOVER!) KALSIUM DE -

NGAN TITRAN EGTA

b kadar

_ ++ Ca

Re.pl ikasi E1 B2 E3 B4 ' B5 %

1 99,94 99,94 99,94 99,94 99,94 98,54

2 100,50, 100,01 99,72 99,04 98,85 98,07

3 100,47 99,99 99,79 99,50 99,02 98,05

4 100,97 100,00 99,51 99,02 98,83 98,54

29 fBRPUSTAtAA*-.. K l U *

(37)

TABEL II

4 101,35 j100,44' 99,55 {99.11

: 99,11 •98,

6C

Keterangar. :

33^ : perbandingan kadar Ca+"r dan M^_++ 5:0,05.

3 0 : perbandingan kadar Ca++ dan >1 ++ 5:1.

C. .

: perbandingan kadar Ca++ dan; Mg++ 5:2.

: perbandingan kadar Ca++ dan Kg++ 5:3.

B^ : perbandingan kadar Ca++ dan >.'£++ 5:4.

Bg : perbandingan kadar Ca++ dan Kg++ 5:5.

r

2. Analisa varian.

lintuk jaesbulrtikan hasil-hajril pengasatan analisa

dihitung pecara statietik dengan analisa varian senu-

rut model "Jtandorsized Complete Block Design” yang da­

pat ditabelkan pada tabel III. Sedang hasil perliitu-

(38)
(39)

TABEL IV

HASIL PERHITUK.GAK ANAVA

Sumber variasi D.F. S.S. M.S. X1 |

Perlakuan A 1 0 0 0

Perlakuan B 5 -23,3.5 4 ,1.6,6 22,34 >

Interaksi AB 5 1 0,4 0,0 8 . -0,383

Kekeliruan Exp. 36 7,52 ' --0,2089

Total 47 31,2523

Dengan melihat hasil-hasil dari tabel tersebut

di atas dapat dinyatakan :

1-) . Untuk antar metoda (M) : Hq adalah = M2.

F tabel pada *<0,05; F ^ ^ & 4,11

Jadi.F perhitungan ^ dari F tabel, sehingga EQ

diterima berarti tidak ada perbedaan yang ber­

makna antar metoda.

2). untuk antar sampel (S) :

K q adalah S1 = S2 = .S^ = S4 = = Sg.

F tabel pada <*£0,05; F ^ ^ = 2,48

Jadi F perhitungan ^ P tabel, sehingga Eq dito

lak berarti ada perbedaan yang bermakna antar

sampel.

3). Untuk interaksi antara metoda dan sampel perco

baan.

F tabel pada o<. 0,05; F ^ 36. ) = ?»48

(40)

55

na antara metoda dan sampel percobaan.

Dengan adanya perbedaan yang bermakna antar sampel -

tersebut, maka uji perlu ailanjutkan lagi dengan

IISD tes, untuk melihat pasangan harga rata-rata mans

yang bermakna dan mana yang tidak bermakna.

lSD = t V mS* ( )

" ni j

Pada oL 0,05; D.F. = 36 maka t tabel = 2,021

Sehingga ;

LSD =2,021 \| t),2069 ( ± + % ) = -0,6532

Bila selisih dari dua harga rata-rata sampel )>> t,SD

berarti ada perbedaan yang bermakna. Dari harga rata

rata (^) hasil percobaan disusun berurutan mulai har

ga terkecil sampai harga terbesar, sehingga dapat di

lihat ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna.

D1 = 1 0 0, 4 4 , Dg. = 9 9 , 0 0 , = 1 0 0, 4 7 , = 9 9 , 3 8

D 2 = : 1 0 0,1 1 , d5 = 9 9 , 0 0 , & 2 = - 9 9 . , 9 8 , &5 = 9 9 , 0 4. D^ = S9 , 8 8 , d6 = 9 8 , 4 4 , q = 9 9 , 7 4 , & 6 = 9 8 ,3 0

-Susunannya adalah :

G6 D6 ■D4 = I)5 G5 G4 G3 3D3 G2 D 2 D 1 G 1

Harga rata-rata (^) total ;

D G

99,478 99,465

Keterangan :

D : titran pembentuk kelat EDTA.

(41)

Sedang angka indel: menunjukkan macam kadar yang di -

tentukan.

Karga di atas garis menunjukkan harga rata-rata

sam-pei yang mempunyai selisih lebih kecil dari 0,66 ,

sehingga harga tersebut menunjukkan tidak adanya' per

bedaan yang bermakna.

Untuk mengetahui sampel yang lebih baik diguna­

kan batasan yaitu 100^ + £il!.3D atau 100^ + 0,33 * Be­

rarti pada range 99,67?* - 100,33# adalah yang pa -

(42)

BA B V_ PEH BA H A SA K

Penentuan kadar Kalsium dengan adanya hagnesium se

cara titrasi kelatometri mempunyai tujuan untuk mengeta

hui ada tiaaknya perbedaan yang bermakna antara 'penggu-

naan Etilendiamin tetraacetat dengan Etilenglikol bis-

( -aminoetileter) tetraacetat. Untuk membandingkan ke

dua titran pembentuk kelat ini digunakan Calcon sebagai

indikator. Titrasi dilakukan pada suacana pH tinggi (se

kitar 12,5), untuk menghindari gangguan Magnesium, kare

na pada pH tersebut kagnesium akan diendapkan secara ku

antitatip sebagai hidroksidanya.

Indikator Calcon yang dipakai pada pK tinggi tersebut

m'embentuk kelat dengan Kalsium yang berwarna merah, se­

hingga perubahan warna pada titik akhir titrasi yaitu

dari merah menjadi biru.

Di dalam titrasi kelatometri ini yang perlu diper-

hatikan untuk memperkecil kesalahan :

- Bengendapan Magnesium dengan larutan HaOH 155b (pH12,5)

sampai terjadi endapan Kg(0H) 2 yang sempurna perlu

waktu dan pengadukan yang cukup.

- Sampel yang merupakan campuran Kalsium dan Magnesium

setelah ditambah larutan ITaCK 15^ (pH 12,5) akan ter-

jadi suatu bentuk koloidal, sehingga penambahan ti -

tran EDTA / EGTA sedapat mungkin tidak terlalu cepat

(43)

dan perlu pengocokan yang kuat untuk menghindari kesa­

lahan akibat pelepasan Kalsium dari bentuk kelatnya de

ngan indikator yang agak lama.

- Titik akhir titrasi dihentikan setelah ter jadi wama

biru yang permanen.

Untuk mengolah data hasil penelitian digunakan ana­

lisa varian model “Randomized Complete Block Design1', di

pakai model ini karena adanya dua metoda dengan enam ma-

cam perbandingan kadar Kalsium dan Magnesium serta empat

replikasi.

Dari hasil perhitungan anava dapat disimpulkan bahwa pa­

da batas kepercayaan 95$ (**C= 0,05) :

- Tidak ada perbedaan yang bermakna antar metoda bila

dilihat secara keseluruhan.

- Tidak ada perbedaan yang bermakna pada perbandingan

Kalsium dan Magnesium 5:0,05; 5:1; 5:2; 5:3; 5:4;

5:5 pada kedua metoda.

- Ada perbedaan yang bermakna antar sampel.

- Tidak ada perbedaan yang bermakna antar interaksi

antara metoda dengan sampel.

Dari perhitungan statistik di atas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa penggunaan titran pembentuk kelat EDTA

dan EGTA tidak ada perbedaan yang bermakna.

Adanya perbedaan yang bermakna antar sampel ini disebab-

kan karena semakin besar kadar Magnesium pada campuran

tersebut, prosen kadar Kalsium yang didapatkan semakin

(44)

Pada campura:: dimana kadar Kalsium jauh lebih besar da­

ri pada Magnesium, kesalahan akibat kopresipitasi dapat

diabaikan. Sebaliknya bila kadar Kagnesium semakin be­

sar, kopresipitasi sangat menpengaruhi hasil titrasi.

Jadi jelaslah disini bahwa adanya hasil-hasil yang ku:-

rang memuaskan pada titrasi kelatometri ' ini aise

(45)

BAD 71

XESIEPULAK DAK SAEAii

1 . ESSIKPULA3?.

Dari hacil penelitian perbandingan penggunaan ti

tran pembentuk kelat Etilendiamin tetraacetat ’dengan;"

Etilenglikol bis-(<*>-aninoetileter) tetraacetat pada

penentuan kadar Kalciun dengan adanya Kagnesiun seca-

ra kelatometri, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.1* Penggunaan EDTA dan EGTA pada'penentuan kadar

Ealcius dengan adanya Magnesium pada perbanding­

an 5:0,01; 5:1; 5:2; 5:3; 5:4; 5:5 tidak Eenberi

kan perbedaan yang bermakna pada batas kepercaya

an 95^.

1.2. untuk penentuan kadar Kalsium dengan adanya }:ag-

nesiujn secara kelatoiaetri, bila digunakan indika.

tor Calcon dalaa suasana pH tinggi relatip lebih

Esenguntungkan EDTA dari pada. EGTA.

2. SARAS-SARAK.

Saran-saran yang dapat diutarakan dari hasil pe­

nelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1. Untuk peaerikeaan rutin disana kadar Ealsium nau

pun Kagnesiun cukup besar dan kadar Kalciun le -

bih besar dari kadar j-iagnesiur: dapat dipilih me-

toda kelatonetri dengan menggunakan titran pern -

(46)

BAB VII

RIEGEASAI?

Kalsium dan Magnesium mempunyai siiat-sifat kimia

yang hampir sama, keduanya sering terdapat bersama-sama

baik di alam ataupun pada seaiaan farmasi, seliingga ne. - •

nimbulkan kesukaran dalam menentukan kadar Kalsium. Ter­

dapat bermacam-macem cara penentuan kadar Kalsium dengan

adanya Magnesium. Pada penelitian ini digunakan metoda

kelatometri. Adapun tujuannya adalah untuk membandingkan

penggunaan titran pembentuk kelat EDTA dan EGTA pada pe­

nentuan kadar Kalsium dengan adanya Magnesium secara ke­

latometri.

Perbandingan Kalsium dan Magnesium yang digunakan

diharapkan suaah mencakup perbandingan dalam cairan tu -

buh, makanan dan obat-obatan.

Sampel ( campuran Kalsium dan Magnesium ) ditambah

larutan KaOH 1 pH 12,5 ; ditambah indikator Caicon dan

dititrasi sampai terjaai perubahan warna dari merah men-

jaai biru. Tiap perbandingan dalam satu penggunaan titran

pembentuk kelat ditentukan sebanyak erapat replikasi.

Data hasil penelitian diolah secara statistik menu-

rut analisa.varian dengan model ”Randomized Complete

Block Design". Hasil yang didapatkan, penggunaan EDTA dan

EGTA secara kelatometri tidal: memberikan perbedaan yang

bermakna. Pada perbandingan kadar Magnesium semakin besar,

(47)

b a b y i n

BAFTAS PUSTAEA

1. Blaedel W.J, and Meloche V.W., 1963, Elementary Quan­

titative Anal3rsist Second edition, Harper and Row Pu­

blishers, New York, p. 574-576.

2* Daniel TC.W., 1978, Biostatistics, : A Foundation for

A nalysis ;Ln the Health Sciences, Second edition,

John Wiley end Sons, Inc., U.S.A., p. 203-249.

5. Day R.A.Jr. and Underwood A.L., 1977, Quantitative

A-'nalysis, Third edition, Prentice Hall of India Priva­

te limited, l\ew Delhi, p. 132-151.

4. Diehl H. and Ellingboe J., 1960, Azo Dyes'as Indica­

tor for Calcium and Magnesium, Analytical Chemistry,

Vol. 32 Ko.9* p. 1120-1123.

5. Hildebrand G.P. and Reilley C.K., 1957, Kev Indicator

for Complexometri Titration of Calcium in Presence of

Magnesium, Analytical Chemistry, Vol.29 No.2, 258-264.

6. Kenny A.D. and Cohn V.H. , 1958, Complexometric Titra­

tion of Calcium in the Presence of Magnesium, Analyti

cal Chemistry, Vol.30 Ho.8, p 1366-1368.

7. IColthoff et.al., 1969, Quantitative Chemical Analysis,

lourth edition, The Macmillan Company, London,

p. 803-811.

8. Lewis L.L. and Kelnick L.M., 1960, Determination of

(48)

tetra-acetic acid, Analytical Chemistry, Vol.32 No.1,

p. 38-42.

9. Martindal. The Extra Pharmacopoeia, 1982, Twenty-

eighth edition, The Pharmaceutical Press, London,

p. 76-77,81-84.

10.'Kazir >loh. , 1985, Metoda Penelitian, G-halia Indone

sia,'Jakarta, hal. 489-499.

11. Oetle B., 1956, Statistics in Research Basic Con -

cepts and Techniques for Research workers, Second

edition, The Iowa State College, Press-Ames-Iovra,

p. 339-351.

12. Rand K.C. et,al., 1976, Standart Methods for the

Examination of Water and Waste water, Fourteenth

edition, American Public Health Association, Was­

hington, p. 189-191.

13. Schmid R.W. and Reilley C.K., 1957, Kew Complexon

for Titration of Calcium in the Presence of Magne

sium, Analytical Chemistry, Vol.29 Eo.,.2, 264-268.

14. Schouwenburg J.Ch.V., 1960, Kicro-EDTA Titration

of Calcium Magnesium Interference, Analytical Che

mistry, Vol.32 3\:o.6,p. 709-711.

15. Schvarzenbach G., 1960, Relationships Between Me­

tal Complex Stability and Structure of the Com­

pleting Agent, Analytical Chemistry, Vol.32 13o.1,

p. 6-9.

16. Vogel’s, 1978, Textbook of Quantitative Inorganic

Analysis, Fourth edition, Longman, London,

(49)

17. Yarbro C.l. and Golby R.L. , 1958, Complexometric Ti

tration of Urinary Calcium and Magnesium, Analyti -

(50)
(51)

Tabel t.

Remington's Pharmaceutical Sciences, 15 * Ed, Hack

(52)

Lanpiran C

Perbakuan larutan- EDTA dan EGTA.

1. Penimbangan larutan CaCO^ :

Replikasi Berat CaCO, (gram) Berat Ca++ C gram)

1 10,0008 4,0047

2 10,0090 4,0080

■3 10,0115 4,0090

4 10,0107 4,0087

Berat CaCO* 1000

Normalitas CaOO, = --- x — — x 2

5 B.H. CaC05 200

Dari larutan baku induk Ca++ dipipet 10,0 ml dilarut­

kan dengan air bebas logam ad 100,0 ml. Jadi Normalitas Ca++ untuk pembakuan :

" 1 §6 ' x Normalitas CaCOj 2. Hasil pembakuan larutan EDTA

r~

1 10,0 0,0999 11 ,20 0,0892

2 10,0 o i1-* o o o 11,20 0,0893

3 10,0 0,1000

/ 11,30 0,0885

4 10,0 0,1000 [11,25 0,0889

Normalitas EDTA dihitung dari :

(53)

3. Hasil pembakuan larutan EGTA.

1

| Replikasi1 volume

j

| CaCCMmi;

I 1 ^

NormalitasI Volume

CaCO, (k; (EGTA(ml

Normalitas EGTA (N)

1 j 1 0, 0

2 | 1 0, 0 ! 3 1 0, 0 ! 4 1 0, 0 I

0 , 0 9 9 9 0 ,1 0 0 0 0,1 0 0 0

. 0 ,1 0 0 0

1 0,15 f 1 0 , 3 0

1 0. 3 0

1 0. 3 0

0 , 0 9 8 4 0 ,0 9 71 * 0, 0 9 71 0,0 9 71

Normalitas EGTA dihitung dari :

(54)

Lacpiran D

T - ■'T Y2 T 2

i= 1 j t l k = 1 ^ “ r - a - b '

4 75 0 6 0 ,1 9 - ■ = 4 75 0 6 0 ,1 9 - 4 7 5 0 2 8 ,9 4 31 ,2 5

£ 2

,i = 1 A i T 2

r.b r.a.b

( 2 ?8 7 ,6 ?) 2 + ( 2 ^ 4 ^ ) 2 _ 4 7 5 0 2 8 )9 4 = 0

b 04*b

k ? 1 B k ? 2

r.a r.a.b

(803,64)2+(800,37)2+(79S.50)2-f(793,48)2+(792,13) 2

4.2

+(786,96)--- 475028,94

4.2

475052,27 _ 475028,94 = 23,33

ji b ^

< £- ^ T P

.T=1 k = l .ik_________ T_

r r.a.b

1401j88)2+ (599,94)2+(398<96)2+ (397,50)2+(396,15)2

4

. ( ~ 95.2 0 ) 2 * (4 01 . 76 ) 2+ (4 0 0 . 4 3 )2+ ( 3 9 9 .5 4 ) 2+ ( 3 9 5 . Q 8 )2

+ 4

+ (^ 5 ,9 8 )2+ p 9 ? ,7 6 ) 2 _ 4 7 5 0 2 8 > 9 ,

Gambar

Tabel : halaman
Tabel F .........................
TABEL 1PROSENTASE PENDAPATAN EEKBALI (RECOVER!) KALSIUM DE -
TABEL IIXI (R?.^OVE-tt) IIA1Ciu>: de-
+2

Referensi

Dokumen terkait

pendinginan yang terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah. panas dari lingkungan diserap untuk menguapkan adsorbat

Dalam pemikiran Islam, seperti yang dikemukakan oleh al-Ghazali, kelompok-kelompok atau pemeluk agama lain yang tidak terjangkau oleh dakwah Islam, akan tetapi berpegang

Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: &#34;Apakah maksud Allah menjadikan Ini untuk perumpamaan?.&#34; dengan

Pengetahuan akan gaya manajemen, budaya bisnis, nilai-nilai manajemen serta metode dan perilaku bisnis yang ada di satu negara, dan kesediaan untuk mengakomodasi perbedaan- perbedaan

Untuk menghindari kristiani ngeyel lebih jauh lagi, maka ini adalah pertanyaan saya kepada kristiani yg masih menganggap bahwa Hukum Taurat Dan Kitab Para Nabi sudah

Dalam hal ini bidan sebagai tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab sebagai pelaksana yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya remaja dalam masa pranikah,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Perumusan

hakikatnya puisi/sajak adalah karya sastra yang tidak terikat oleh aturan-aturan baku, sehingga pembaca puisi diberi kebebasan penuh dalam pemaknaan (2) teori yang bisa