• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MEMAHAMI SISTEM PEMERINTAHAN DESA .docx"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Memahami Pemerintahan Desa dan Kelurahan "

Maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas sturktural dan penentuan nilai akhir semester dua mata kuliah pengantar ilmu pemerintahan

Dalam penyusunan makalah ini, banyak pihak yang sangat membantu penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si selaku dosen 2. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Jatinangor, Mei 2017

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Tujuan Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sistem...3

2.2Pemerintah Dan Pemerintahan...6

2.3 Sistem Pemerintahan...8

2.4 Desa ...10

2.5 Peraturan Di Desa ...34

2.6 Kelurahan ...40

2.7 Lembaga Kemasyarakatan ...49

2.8 Perbedaan Desa dan Kelurahan...55

BAB III PENUTUP 3.1 Penutup...57

3.2 Saran...58

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa dan Kelurahan adalah satuan pemerintahan terendah dengan status berbeda . Desa adalah satuan pemerintahan yang diberi hak otonomi adat sehingga merupakan badan hukum sedangkan kelurahan adalah satuan pemerintahan administrasi yang hanya merupakan kepanjangan tangan dari pemerintahan kabupaten/kota. Kelurahan bukan badan hukum melainkan hanya sebagai tempat beroperasinya pelayanan pemerintahan dari pemerintah kabupaten/kota di wilayah kelurahan setempat. Sedangkan Desa adalah wilayah dengan batas-batas tertentu sebagai kesatuan masyarakat hukum (adat) yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usul. Kedudukan Desa sangat penting baik sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional ataupun sebagai lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan Negara Indonesia. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pembagunan nasional, Desa merupakan agen pemerintah terdepan yang dapat menjangkau kelompok sasaran riil yang hendak disejahterakan; sedangkan sebagai lembaga pemerintahan, Desa merupakan lembaga yang dapat memperkuat lembaga pemrintahan nasional.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian desa dan bagaimanakah pemerintahannya ? 2. Apakah pengertian kelurahan dan bagaimanakah pemerintahannya?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan pemerintahan desa. 2. Untuk mengetahui pengertian dan pemerintahan kelurahan.

(5)

2.1 Sistem

Pengertian sistem menurut Wikipedia indonesia adalah sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat.

2.1.1 Menurut beberapa ahli pengertian sistem adalah sebagai berikut :

1. Ludwig Von Bartalanfy

Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatuantar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

2. Anatol Raporot

Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.

3. L. Ackof

Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yangterdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

4. L. James Havery

(6)

5. John Mc Manama

Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.

6. C.W. Churchman.

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.

7. J.C. Hinggins

Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.

8. Edgar F Huse dan James L. Bowdict

Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

2.1.2 Prinsip sistem selalu terdiri atas empat elemen:

1. Objek, yang dapat berupa bagian, elemen, ataupun variabel. Ia dapat benda fisik, abstrak, ataupun keduanya sekaligus; tergantung kepada sifat sistem tersebut.

2. Atribut, yang menentukan kualitas atau sifat kepemilikan sistem dan objeknya.

(7)

2.1.3 Syarat-syarat sistem :

1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah. 2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan. 3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.

4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting dari pada elemen sistem.

5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

2.1.4 Komponen Sistem

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari subsistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar disebut dengan supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut sebagai suatu sistem sedang industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Kalau dipandang industri sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat disebut sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. Kalau sistem akuntansi dipandang sebagai suatu sistem, maka perusahaan adalah supra sistem dan industri adalah supra dari supra sistem.

2.2 Pemerintah Dan Pemerintahan

(8)

dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu bentuk organisasi yang bekerja dengan tugas menjalankan suatu sistem pemerintahan. Pemerintah dalam arti sempit pengertian pemerintah adalah suatu badan persekumpulan yang memiliki kebijakan tersendiri untuk mengelola,mengatur,serta mengatur jalannya suatu sistem pemerintahan.

Jika pemerintah adalah lebih kearah organ, pemerintahan menunjukkan kearah bidang dan fungsi. Pemerintahanmerupakanorganisasiatauwadah orang yang mempunyai kekuasaan dan lembaga tempat mereka menjalankan aktivitas. Pemerintahan adalah proses atau cara pemerintah memegang wewenang ekonomi, politik, administrasi guna mengelola urusan-urusan negara untuk kesejahteraan masyarakat. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara yang menjalankan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan negara. Lembaga negara yang dimaksud adalah lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pemerintahan dalam arti sempit adalahsemua aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapaitujuan negara. Pemerintah dalam artiluas adalah semua aktivitas yang terorganisasi yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan, berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk danwilayah negaraitu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat didefinisikan dari segistruktural fungsional sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mencapai tujuan negara.

2.2.1 Definisi pemerintahan menurut beberapa ahli:

1. Aim abdulkarim

(9)

2. MintoRahayu

Pemerintahan merupakan suatu seni adalah hal yang wajar, yaitu kemampuan menggerakkan organisasi-organisasi, administrator, dan kekuasaan kepemimpinan, serta kemampuan menciptakan, atau kemampuan mendalangi bawahan serta mengatur lakon pemerintah sebagai penguasa.

3. C. J. Kristiadi

Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama Negara terhadap orang yang diperintah (masyarakat).

4. D. Hanif nurcholis

Pemerintahan adalah semua urusan untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

5. E. Muhadam labolo

Pemerintahan merupakan kebutuhan yang diadakan untuk kemudian dihindari pada titik tertentu.

6. F. P.N.H. Simanjuntak

Pemerintahan merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkanakan menjamin bahwa kekuasaan yang di perlukan untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah.

2.2.2 Komponen Pemerintah Dan Pemerintahan.

(10)

menurut montesqueieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yg berarti kekuasaan menjalankan UU atau kekuasaan menjalankan pemerintahan . kekuasaan yudikatif berarti kekuasaan mengadili terhadap pelang garan atas UU. Dengan demikian komponen-komponen pemerintah dan pemerintahan tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2.3 Sistem Pemerintahan

Sistem Pemerintahan adalah susunan yang teratur dari berbagai kegiatan atau hubungan-hubungan kerja antara lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara.

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai pondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunyai sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut.

2.3.1 Pengertian Sistem Pemerintahan menurut hukum tata negara sistem pemerintahan:

(11)

Berdasar kajian ini menghasilkan dua model pemerintahan yaitu sistem parlementer dan sistem presidensial.

2. Sistem pemerintahan dalam arti luas adalah suatu kajian pemerintahan negara yang bertolak dari hubungan antara semua organisasi negara, termasuk hubungan antara pemerintah pusat dengan bagian-bagian yang ada di dalam negara. Bertitik tolak dari pandangan ini sistem pemerintah negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat (federal) dan Negara Konfederasi.

3. Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas yaitu kajian yang menitik beratkan hubungan antara negara dengan rakyatnya. Berdasarkan kajian ini dapat dibedakan sistem pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi dan pemerintahan demokrasi.

2.3.2 Pengertian sistem pemerintahan menurut para ahli yang antara lain adalah : 1. Aristoteles

Membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya menjadi enam yaitu monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, republik (politea) dan demokrasi.

2. Polybius

Membagi bentuk pemerintahan menurut jumlah orang yang memerintah serta sifat pemerintahannya, berdasar sudut pandang ini dapat dibedakan enam jenis pemerintahan yakni monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi dan anarki (oklorasi)

3. Kranenburg

(12)

2.4 Desa

Desa adalah pemukiman manusia dengan populasi antara beberapa ratus hingga beberapa ribu jiwa dan berlokasi di daerah pedesaan. Secara administratif Indonesia, desa adalah pembagian wilayah administratif yang berada di bawah kecamatan dan dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa secara administratif terdiri dari beberapa kampung/dusun/banjar/jorong. Dalam bahasa Inggris, “desa” disebut village.

2.4.1 Asal Mula Kata Desa

Etimologi istilah “desa” berasal dari bahasa Sansekerta dhesi yang berarti “tanah kelahiran”. Istilah ini telah ada sejak tahun 1114 ketika Nusantara masih terdiri dari beberapa kerajaan.

2.4.2 Arti Kata Desa

Desa merupakan nomina (kata benda) yang berart sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampong, dusun.

2.4.3 Pengertian Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Menurut UU No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.4 Pengertian Desa Menurut Para Ahli

(13)

Desa adalah perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, serta kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.

2. Rifhi Siddiq

Desa adalah suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan rendah yang dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen, bermatapencaharian di bidang agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya.

3. Paul H. Landis

Desa adalah daerah dimana hubungan pergaulannya ditandai dengan derajat intensitas yang tinggi dengan jumlah penduduk kurang dari 2500 orang.

4. Sutardjo Kartohadikusumo

Desa adalah suatu kesatuan hukum dan di dalamnya bertempat tinggal sekelompok masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

2.4.5 Sejarah Desa Indonesia

(14)

1. Zaman Belanda

Pada zaman penjajahan Belanda terdapat peraturan perundang-undangan mengenai desa yaitu Inlandshe Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura serta Inlandshe Gemeente Ordonantie voor Buitengewesten yang berlaku untuk daerah-daerah di luar Jawa dan Madura pada tahun 1906. Aturan ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 71 REGERINGS REGLEMENT (RR) yang dikeluarkan tahun 1854 yang merupakan bentuk pengakuan terhadap adanya desa, demokrasi, dan otonomi desa. Pada tahun 1854, Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan “Regeeringsreglement” yang merupakan cikal-bakal pengaturan tentang daerah dan Desa. Dalam pasal 71 (pasal 128.I.S.) yang menegaskan tentang kedudukan Desa, yakni: Pertama, bahwa Desa yang dalam peraturan itu disebut “inlandsche gemeenten” atas pengesahan kepala daerah (residen), berhak untuk memilih kepalanya dan pemerintah Desanya sendiri. Kedua, bahwa kepala Desa itu diserahkan hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh gubernur jenderal atau dari kepala daerah (residen). Gubernur Jenderal menjaga hak tersebut terhadap segala pelanggarannya.

Dalam ordonansi itu juga ditentukan keadaan dimana Kepala Desa dan anggota pemerintah Desa diangkat oleh penguasa yang ditunjuk untuk itu. Kepala Desa bumiputera diberikan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal, pemerintah wilayah dan residen atau Pemerintah otonom yang ditunjuk dengan ordonansi. Selain itu, dalam ordonansi diatur wewenang dari Desa Bumiputera untuk: (a) memungut pajak di bawah pengawasan tertentu; (b) di dalam batas-batas tertentu menetapkan hukuman terhadap pelanggaran atas aturan yang diadakan oleh Desa. Ada 3 hak Desa yang bisa diperhatikan dalam Pasal 71 tersebut, antara lain :

1. Desa berhak memilih sendiri Kepala Desa

(15)

3. Desa yang terletak di kota (kota praja) di hapus

2. Zaman Jepang

Pada zaman pemerintahan Jepang, pengaturan mengenai Desa diatur dalam Osamu Seirei No. 7 yang ditetapkan pada tanggal 1 Maret Tahun Syoowa 19 (2604 atau 1944). Dari ketentuan Osamu Seirei ini ditegaskan bahwa Kucoo (Kepala Ku, Kepala Desa) diangkat dengan jalan pemilihan. Sedangkan dewan yang berhak untuk menentukan tanggal pemilihan dan syarat-syarat lain dalam pemilihan Kucoo adalah Guncoo. Sedangkan untuk masa jabatan Kucoo adalah 4 tahun. Kucoo dapat dipecat oleh Syuucookan (Surianingrat, 1985: 189-190).Selanjutnya menurut Suhartono et. al (2001: 49), pada jaman penjajahan Jepang Desa ditempatkan di atas aza (kampung, dusun) yang merupakan institusi terbawah. Pada pendudukan Jepang ini, Otonomi Desa kembali dibatasi bahkan Desa dibawah pengaturan dan pengendalian yang sangat ketat. Rakyat Desa dimobilisasi untuk keperluan perang, menjadi satuan-satuan milisi, seperti Heiho, Kaibodan, Seinendan, dan lain-lain. Kepala Desa difungsikan sebagai pengawas rakyat untuk menanam tanaman yang dikehendaki Jepang, seperti jarak, padi dan tebu. Pemerintah Desa pada jaman pendudukan Jepang terdiri dari 9 (sembilan) pejabat: Lurah, Carik, 5 (lima) orang Mandor, Polisi Desa dan Amir (mengerjakan urusan agama).

Artinya, pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, pengaturan Desa tidak terlalu banyak. Sehingga, Desa berjalan dan sesuai dengan IGO 1906 yang ditetapkan pada masa pemerintahan Belanda. Satu-satunya perauran mengenai desa yang dikeluarkan oleh penguasa Jepang adalam Osamu Seirei No. 7 tahun 1944 diatas. Peraturan ini hanya mengatur tentang pemilihan Kepala Desa (Ku-tyoo) yang menetapkan masa jabatan Kepala Desa menjadi empat (4) tahun.

(16)

Pengaturan tentang Desa bertahan cukup lama meski adanya UU yang baru dibuat contohnya UU No. 14 Tahun 1946 yang isinya mengatur tentang syarat-syarat pemilihan Kepala Desa, yaitu yang berhak memilih Kepala Desa adalah semua warga Negara penduduk Desa , laki-laki maupun perempuan yang berumur 18 tahun atau sudah menikah di tambah dengan UU No. 1 tahu 1948 yang mengatur masa jabatan Kepala Desa yang tidak terbatas waktunya sehingga UU yang ada pada masa pemerintahan Jepang tidak berlaku lagi. Peangaturan Desa baru diganti dengan terbitnya UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja. Terdapat kesamaan antara pengaturan Inlandshe Gemeente Ordonantie dan Inlandshe Gemeente Ordonantie voor Buitengewesten dengan UU No. 19 Tahun 1965 dalam hal memandang desa sebagai sebuah kesatuan masyarakat hukum (volkgemeenschappen) memiliki hak ada istiadat dan asal usul. Dalam pasal 1 UU NO. 19 tahun 1965 Desa atau Desapraja adalah kesatuan masyarakat hukum yang tertentu batas-batas daerahnya, berhak mengurus rumah tangganya sendiri, memilih penguasanya dan mempunyai harta benda sendiri. Dengan demikian berdasarkan peraturan perundang-undangan ini nama, jenis, dan bentuk desa sifatnya tidak seragam.

(17)

menyelenggarakan rumah tangganya dalam pengertian ini bukanlah merupakan hak otonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan UU No. 5 tahun 1979 administrasi desa dipisahkan dari hak adat istiadat dan hak asal usul. Desa diharuskan mengikuti pola yang baku dan seragam sedangkan hak otonominya yaitu hak untuk mengatur diri sendiri, ditiadakan. Desa sekedar satuan administratif dalam tatanan pemerintah.

Dari pengertian ini jelas bahwa secara struktural dengan ditempatkannya desa sebagai organisasi pemerintahan langsung di bawah camat menunjukkan bahwa hubungan antar desa dengan supra desa bersifat hierarkis sampai ke tingkat Pusat. Hal ini dikarenakan posisi Camat sebagai kepala wilayah yang menjalankan asas dekonsentrasi atau merupakan unsur Pemerintah Pusat yang ada di daerah. Karena pola hubungan yang bersifat hierarkis maka seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang desa dibuat oleh Pemerintah Pusat dan diberlakukan sama secara nasional.

(18)

masyarakat. Sehingga secara riil hak-hak, asal-usul, dan istiadat dihormati sebagai modal pembangunan desa.

Dengan terbitnya UU No. 22 Tahun 1999 juga terjadi perubahan dalam aspek pemerintahan desa. Menurut ketentuan di dalam UU No. 22 Tahun 1999 di desa dibentuk Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa, yang merupakan Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa sebagai unsur eksekutif dan Badan Perwakilan Desa sebagai unsur Legislatif, yang tidak dikenal dalam UU No. 5 Tahun 1979. Dengan konsep pemerintahan desa yang seperti ini maka dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui BPD.

Terbitnya UU No. 22 Tahun 1999 juga merubah tata hubungan desa dengan supra desa sebagaimana diatur oleh UU No. 5 Tahun 1979. Perubahan tata hubungan tersebut terdapat dalam beberapa hal sebagai berikut:

1. Terjadi reposisi camat dalam sistem pemerintahan di kabupaten/kota. Apabila sebelumnya camat merupakan kepala wilayah, di dalam UU No. 22 Tahun 1999 posisi camat merupakan perangkat daerah. Pengaturan di dalam UU No. 22 Tahun 1999 tidak memberikan pengaturan secara tegas kewenangan camat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan desa.

2. Dengan pertanggungjawaban kepala desa kepada BPD maka kepala desa tidak lagi bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Bupati Kepala Daerah Tingkat II sebagaimana diatur dengan UU No. 5 Tahun 1979.

(19)

Pengaturan mengenai desa kembali mengalami perubahan seiring dengan terbitnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pengaturan mengenai desa di dalam UU No. 32 Tahun 2004 kemudian ditindaklanjuti oleh PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam hal kewenangan secara prinsipil tidak ada perubahan yang mendasar dalam pengaturan mengenai kewenangan desa. Sama halnya dengan UU No. 22 Tahun 1999, desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten, yang dinyatakan secara tegas di dalam Pasal 7 PP No. 72 Tahun 2005 bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; 2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa;

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah 4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan

diserahkan kepada desa.

Perubahan mendasar tampak dalam aspek sistem pemerintahan baik pemerintahan desa maupun dengan hubungannya dengan supra desa. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 ditegaskan bahwa sekretaris desa akan diisi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS).

(20)

Tipe-tipe desa berdasarkan perkembangan masyarakatnya dalam kemampuan pemanfaatan potensi yang dimiliki dapat kita bagi menjadi empat macam yaitu desa tradisional, desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada.

1. Desa Tradisional

Desa tradisional yaitu desa dimana hidup masyarakatnya masih tergantung dengan alam. Desa ini biasanya terdapat di tempat-tempat terpencil yang sarana dan prasarana baik itu transportasi maupun komunikasinya sangat sulit dijangkau sehingga desa ini seperti hidup terisolir dengan daerah lain. Hal ini menyebabkan penduduknya cenderung tertutup terutama bagi orang dari daerah lain.

2. Desa Swadaya

Desa swadaya hampir mirip dengan desa tradisional dimana hidupnya terisolir dari dunia luar, masyarakatnya cenderung tertutup dan kemajuan desanya lambat. Namun desa swadaya sudah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Penduduknya sudah mampu mengolah potensi yang ada di desanya secara tradisional. Untuk itu, penduduk desa ini sangat tergantung dengan alam dan kondisi geografis.

3. Desa Swakarya

(21)

4. Desa Swasembada

Desa swasembada merupakan desa yang mampu mengoptimalkan potensi yang terdapat di desanya jadi desa ini lebih maju daripada desa swakarya. Masyarakat pada desa ini telah mengenal pendidikan dan mampu menyerap teknologi dari daerah luar yang lebih maju. Adapun sarana transportasi dan komunikasinya juga sudah lancer.

2.4.7 Pembentukan Desa

Didalam pembentukan desa harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk

Pembentukan desa baru untuk wilayah Jawa dan Bali harus memiliki penduduk paling sedikit 1500 jiwa atau 300 Kepala Keluarga (KK). Sementara itu, untuk wilayah Sumatra dan Sulawesi paling sedikit 1000 jiwa atau 200 Kepala Keluarga (KK), serta wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Papua paling sedikit 750 jiwa atau 75 Kepala Keluarga (KK).

2. Luas Wilayah

Luas wilayah indonesia yang dibentuk mancakup wilayah-wilayah yang menjadi bagian desa tersebut. Dengan demikian, desa-desa yang dibentuk harus ditentukan juga batas-batasnya. Batas wilayah desa berupa jalan, sungai, perkebunan, tambak dan sebagainya.

3. Bagian Wilayah Kerja

(22)

wilayah dusun terbentuk atas beberapa wilayah Rukun Warga (RW). Wilayah RW merupakan gabungan dari beberapa wilayah Rukun Tetangga (RT)

4. Perangkat Desa

Kepala desa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh para perangkat desa. Perangkat desa mempunyai tugas melayani kepentingan masyarakat di wilayah desa tersebut

Lembaga-Lembaga Pemerintahan Desa

Lembaga-lembaga pemerintahan desa dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Kepala desa

Didalam sebuah desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari beberapa calon yang memenuhi syarat. Dalam pelantikan kepala desa calon yang memperoleh dukungan suara terbanyak, akan di tetapkan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai kepala desa. Selanjutnya, kepala desa terpilih dilantik oleh bupati atau pejabat lain yang ditunjuk paling lambat 30 hari setelah dinyatakan terpilih. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih 1 kali lagi untuk masa jabatan berikutnya.

Kepala desa dapat digaji dengan tanah kas desa atau yang biasa disebut tanah bengkok. Setelah masa jabatannya habis, tanah itu di kembalikan kepada pemerintahan desa setempat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa pada Pasal 14 Ayat 1 dinyatakan bahwa tugas kepala desa adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugas kepala desa, kepala desa memiliki wewenang dan kewajiban. Wewenang dan kewajiban Kepala Desa diatur dalam Pasal 14 dan 15 PP No. 72 Tahun 2005.

(23)

 Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD).

 Mengajukan rancangan peraturan desa.

 Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

 Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBD) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

 Membina kehidupan masyarakat desa.  Membina perekonomian desa.

 Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

 Mewakili desanya didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakili sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Kewajiban Kepala Desa

 Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

 Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.  Melaksanakan kehidupan demokrasi.

 Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.

(24)

 Menyelenggarakan administrasi pemerintahan yang baik.

 Melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan desa.

 Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.  Mendamaikan perselisihan masyarakat dalam sebuah desa.  Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

 Membina, mengayomi, dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.

 Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa

 Mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan melestarikan lingkungan hidup.

Dan juga kepala desa berkewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada bupati atau wali kota memberikan laporan keterangan pertanggung jawaban kepada BPD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat. Selain itu, kepala desa juga memiliki larangan yang telah di jelaskan dalam Pasal 16 PP No. 72 Tahun 2005

c. Hal yang dilarang dilakukan oleh kepala desa  Menjadi pengurus Partai Politik.

 Merangkap jabatan sebagai ketua dan anggota BPD dan lembaga kemasyarakatan di desa yang bersangkutan.

 Merangkap jabatan sebagai anggota DPRD.

 Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah (PILKADA).

(25)

 Melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang dan jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya.

 Menyalahgunakan wewenang.

 Melanggar sumpah atau janji jabatan.

d. Tanggung jawab kepala desa

Kepala desa bertanggung jawab kepada penduduk desa melalui BPD dan menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan tugasnya kepada bupati dengan tembusan kepada camat. Pertanggung jawaban dan laporan pelaksanaan tugas kepala desa disampaikan sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun pada setiap akhir tahun anggaran.

Berakhirnya masa jabatan kepala desa diberitahukan oleh BPD kepada kepala desa secara tertulis, 6 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan. 3 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan, kepala desa menyampaikan pertanggung jawaban akhir masa jabatan. 2 bulan sebelum berakhirnya masa jabatan kepala desa, BPD segera memproses pemilihan kepala desa yang baru.

Seorang kepala desa dapat diberhentikan oleh bupati atas usul BPD, karena berikut ini:

1. Meninggal dunia .

2. Mangajukan permintaan sendiri.

3. Tidak lagi memenuhi syarat dan melanggar sumpah atau janji.

4. Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat desa.

(26)

Kepala desa memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa, kedudukannya sebagai alat pemerintah daerah terendah langsung di bawah camat. Tugas kepala desa adalah menjalankan urusan rumah tangga desanya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan, melaksanakan program pembangunan baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penyelenggaraan pemerintah desa termasuk didalam pembinaan ketentraman dan ketertiban di wilayah desa.

Konsep Upaya, Definisi Pemerintah, Pengertian Pemerintah Desa Dan Perangkat Desa Beserta Tugasnya Dalam Pembangunan. Tugas lainnya antara lain mengembangkan semangat gotong royong masyarakat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan desa. Adapun fungsi kepala Desa adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan kegiatan rumah tangga desanya sendiri

2. Menggerakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di daerahnya.

3. Melaksanakan tugas dari pemerintah

4. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.

5. Melaksanakan koordinasi dalam menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan masyarakat desa.

B. Perangkat desa

Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat desa bertanggung jawab kepada kepala desa. Menurut UU No. 32 Tahun 2004, perangkat desa terdiri dari sekretaris desa (sekdes) dan perangkat desa lainnya yang akan di jelaskan dibawah ini yaitu sebagai berikut:

a. Sekretaris desa (Sekdes)

(27)

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sekretaris desa merupakan staf pembantu kepala desa. Tugas sekretaris desa menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala desa dan masyarakat. Adapun fungsi sekretaris Desa adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan surat menyurat, kearsipan dan laporan. 2. Melaksanakan urusan keuangan.

3. Melaksanakan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

4. Melaksanakan tugas dan fungsi kepala desa apabila kepala desa berhalangan melakukan tugasnya.

b. Perangkat desa lainnya

Perangkat desa lainnya terdiri dari pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan.

1. Pelaksana teknis lapangan terdiri dari kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala urusan umum, kepala urusan keuangan, dan kepala urusan kesejahteraan masyarakat.

2. Unsur kewilayhan merupakan pembantu kepala desa dalam lingkup dusun atau beberapa dusun. Tugasnya meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, ketertiban dan keamanan, pembinaan masyarakat, serta melaksanakan peraturan desa di lingkup wilayahnya.

c. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD merupakan wakil dari penduduk desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Sebagai wakil rakyat, BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja pemerintahan desa.

A. Fungsi BPD

(28)

 Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.

 Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa bersama-sama pemerintahan desa.

 Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, serta keputusan kepala desa.

 Menampung aspirasi masyarakat, yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat kepada jabatan atau instansi yang berwenang dalam suatu masyarakat.

B. Wewenang BPD

Sesuai dengan pasal 35 PP No. 72 Tahun 2005, BPD mempunyai wewenang yaitu sebagai berikut:

 Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa.  Pelaksana pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa.  Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa.  Membentuk panitia pemilihan kepala desa.

 Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi dari masyarakat.

 Menyusun tata tertib BPD.

Anggota BPD berjumlah ganjil, minimal 5 orang dan maksimal 11 orang sesuai dengan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Adapun keanggotaannya dapat terdiri dari :

(29)

3. Golongan profesi 4. Pemuka agama

5. Tokoh atau pemuka masyarakat lainnya yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan diresmikan oleh keputusan bupati atau wali kota.

Masa jabatan anggota BPD yaitu 6 tahun dan dapat diangkat atau diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.

C. Hak Anggota BPD

 Mengajukan rancangan peraturan desa.  Mengajukan pertanyaan.

 Manyampaikan pendapat.  Memilih dan dipilih.  Memperoleh tunjangan.

4. Kewajiban Anggota BPD

 Mangamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan.

 Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.

 Mepertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan NKRI.  Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindak lanjuti aspirasi

rakyat.

 Memproses pemilihan kepala desa.

2.4.8 Kewenangan Desa

(30)

Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa. Kewenangan desa menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 7 yaitu dalam UU Desa, jenis-jenis kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, serta adat istiadat desa (pasal 18 UU Desa). Kemudian, jenis-jenis kewenangan desa (pasal 19 UU Desa) meliputi:

1. Kewenangan Asal-usul;

2. Kewenangan lokal berskala desa;

3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota; dan

4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dua jenis kewenangan di atas, kewenangan asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa menjadi pengakuan negara terhadap keberadaan desa. Tujuan dari kewenangan adalah untuk memunculkan inisiatif-inisiatif positif dari desa sendiri untuk menjadi desa mandiri.

A. Kewenangan Asal-usul

(31)

lahirnya NKRI pada 1945 dan terus hidup dan dihidupi hingga saat ini. Bentuk hak asal-usul setiap desa sangat beragam, tetapi secara umum hak asal-usul desa meliputi:

a. Mengatur dan mengurus tanah desa atau tanah ulayat adat desa. b. Menerapkan susunan asli dalam pemerintahan desa.

c. Melestarikan adat-istiadat, lembaga, pranata dan kearifan lokal. d. Menyelesaikan sengketa dengan mekanisme adat setempat.

Sementara, kewenangan asal-usul dalam Desa Adat sesuai dengan pasa 103 UU Desa sebagai berikut:

a. pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan berdasarkan susunan asli; b. pengaturan dan pengurusan ulayat dan wilayah adat;

c. pelestarian nilai sosial budaya Desa Adat;

d. penyelesaian sengketa adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adat dalam wilayah yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah;

e. penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan Desa Adat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa Adat berdasarkan hukum adat yang berlaku di Desa Adar;

(32)

B. Kewenangan lokal berskala desa

Kewenangan lokal berskala desa diartikan sebagai kewenangan yang lahir karena prakarsa dari desa sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal desa. Kewenangan ini lahir dari kebutuhan atau kondisi yang dihadapi warga desa sehari-hari.

Kewenangan lokal berskala desa menegaskan bahwa urusan atau masalah yang berskala lokal atau dekat dengan masyarakat diurus sendiri oleh desa. Jenis-jenis kewenangan lokal berskala desa bisa sangat beragam tergantung kondisi masing-masing desa. Beberapa contoh yang bisa menunjukkan kewenangan lokal berskala desa seperti

1. Bidang pelayanan dasar: posyandu, sanggar seni, perpustakaan desa, penyediaan air bersih;

2. Bidang sarana dan prasarana: jalan desa, jalan usaha tani, rumah ibadah, sanitasi, irigasi tersier, dll

3. Bidang ekonomi: pasar desa, lumbung pangan, tambatan perahu, wisata desa, pelelangan hasil pertanian dan perikanan, SDA dan lingkungan.

2.4.9 Keuangan Desa

(33)

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJM Desa adalah Rencana Kegiatan Pembangunan Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun.

2. Rencana Kerja Pemerintah Desa, selanjutnya disebut RKP Desa, adalah penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

4. Dana Desa adalah dana alokasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

5. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

6. Kelompok transfer adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten.

7. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.

10. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa yang menampung seluruh penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada Bank yang ditetapkan.

11. Penerimaan Desa adalah Uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk ke APB Desa melalui rekening kas desa.

(34)

13. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan belanja desa.

14. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pendapatan desa dengan belanja desa.

15. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disingkat SILPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

16. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan untuk mengajukan permintaan pembayaran.

17. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

18. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut dengan BUM Desa adalah lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Desa dengan Peraturan Desa sebagai usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa dan masyarakat yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Desa dan masyarakat.

19. Rencana Anggaran Belanja Awal yang selanjutnya disingkat RAB awal adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan Desa serta rencana pembiayaan sebagai dasar Penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa. 20. Rencana Anggaran Biaya yang selanjutnya disingkat RAB adalah dokumen

yang memuat pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan.

21. Bendahara Desa, selanjutnya disebut Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk menatausahakan keuangan desa.

22. Program adalah penjabaran kebijakan Desa dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan visi dan misi Kepala Desa. 23. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh Desa sebagai

(35)

sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau ke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

24. Pungutan Desa adalah segala pungutan baik berupa uang maupun barang yang dilakukan oleh Pemerintah Desa berdasarkan aturan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

25. Pembiayaan Desa adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

26. Panjar adalah uang yang diserahkan oleh Bendahara Desa atas persetujuan Kepala desa kepada Pelaksana Kegiatan untuk pelaksanaan awal kegiatan. 27. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang

memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran

2.5 Peraturan di Desa

Peraturan di desa adalah Peraturan yang meliputi Peraturan desa, Peraturan Bersama Kepala Desa dan Peraturan Kepala Desa.

2.5.1 Jenis Peraturan Di Desa

C. Peraturan Desa;

D. Peraturan Bersama Kepala Desa;

(36)

2.5.2 Tahapan Penyusunan Peraturan Di Desa

1. Peraturan Desa

A. Perencanaan

a. Perencanaan penyusunan rancangan Perdes ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD dalam rencana kerja Pemerintah Desa.

b. Lembaga kemasyarakatan, lembaga adat dan lembaga desa lainnya di desa dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Desa dan atau BPD untuk rencana penyusunan rancangan Perdes.

B. Penyusunan Oleh Pemdes

a. Penyusunan rancangan perdes diprakarsai oleh Pemerintah Desa. b. Rancangan Perdes yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada

masyarakat desa dan dapat dikonsultasikan kepada camat untuk mendapatkan masukan.

c. Rancangan Perdes yang dikonsultasikan diutamakan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan substansi materi pengaturan.

d. Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Pemerintah Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancangan Perdes.

e. Rancangan Perdes yang telah dikonsultasikan disampaikan Kepala Desa kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama.

C. Penyusunan Oleh Bpd

a. BPD dapat menyusun dan mengusulkan rancangan Perdes.

b. Rancangan Perdes kecuali untuk rancangan Perdes tentang rencana pembangunan jangka menengah Desa, rancangan Perdes tentang rencana kerja Pemerintah Desa, rancangan Perdes tentang APB Desa dan rancangan Perdes tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.

(37)

D. Pembahasan

a. BPD mengundang Kepala Desa untuk membahas dan menyepakati rancangan Perdes.

b. Dalam hal terdapat rancangan Perdes prakarsa Pemerintah Desa dan usulan BPD mengenai hal yang sama, maka didahulukan usulan BPD sedangkan usulan Kepala Desa digunakan untuk dipersandingkan. c. Rancangan Perdes yang belum dibahas dapat ditarik kembali oleh

pengusul.

d. Rancangan Perdes yang telah dibahas tidak dapat ditarik kembali kecuali atas kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa dan BPD. e. Rancangan Perdes yang telah disepakati bersama disampaikan oleh

pimpinan BPD kepada kepala Desa untuk ditetapkan menjadi Perdes paling lambat 7 Hari terhitung sejak tanggal kesepakatan.

f. Rancangan Perdes wajib ditetapkan oleh kepala Desa dengan membubuhkan tanda tangan paling lambat 15 Hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perdes dari pimpinan BPD.

E. Pengundangan

a. Sekretaris Desa mengundangkan Perdes dalam lembaran desa.

b. Perdes dinyatakan mulai berlaku dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sejak diundangkan.

F. Penyebarluasan

a. Penyebarluasan dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD sejak penetapan rencana penyusunan rancangan Perdes, penyusunan Rancangan Peratuan Desa, pembahasan Rancangan Perdes, hingga Pengundangan Perdes.

b. Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan. G. Evaluasi Peraturan Desa

(38)

Bupati/Walikota Melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 hari sejak disepakati untuk dievaluasi.

b. Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu, Perdes tersebut berlaku dengan sendirinya.

c. Hasil evaluasi rancangan Perdes diserahkan oleh Bupati/Walikota paling lama 20 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan Peraturan tersebut oleh Bupati/Walikota.

d. Dalam hal Bupati/Walikota telah memberikan hasil evaluasi, Kepala Desa wajib memperbaikinya.

e. Kepala Desa memperbaiki rancangan Perdes paling lama 20 hari sejak diterimanya hasil evaluasi.

f. Kepala Desa dapat mengundang BPD untuk memperbaiki rancangan Perdes.

g. Hasil koreksi dan tindaklanjut disampaikan Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui camat.

h. Dalam hal Kepala Desa tidak meninjaklanjuti hasil evaluasi, dan tetap menetapkan menjadi Perdes, Bupati/Walikota membatalkan Perdes dengan Keputusan Bupati/Walikota.

i. Bupati/Walikota dapat membentuk tim evaluasi Rancangan Perdes yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

H. Klarifikasi Peraturan Desa

a. Perdes yang telah diundangkan disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota paling lambat 7 Hari sejak diundangkan untuk diklarifikasi.

b. Bupati/Walikota melakukan klarifikasi Perdes dengan membentuk tim klarifikasi paling lambat 30 hari sejak diterima.

Hasil klarifikasi dapat berupa:

a. Hasil klarifikasi yang sudah sesuai dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi; dan

(39)

c. Dalam hal hasil klarifikasi Perdes tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati atau Walikota menerbitkan surat hasil klarifikasi yang berisi hasil klarifikasi yang telah sesuai.

d. Dalam hal hasil klarifikasi bertentangan dengan kepentingan umum, dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi Bupati/Walikota membatalkan Perdes tersebut dengan Keputusan Bupati/Walikota.

2. Peraturan Bersama Kepala Desa

A. Perencanaan

a. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan bersama oleh dua Kepala Desa atau lebih dalam rangka kerja sama antar-Desa.

b. Perencanaan penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa ditetapkan setelah mendapatkan rekomendasi dari musyawarah desa.

B. Penyusunan

a. Penyusunan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa pemrakarsa.

b. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah disusun, wajib dikonsultasikan kepada masyarakat desa masing-masing dan dapat dikonsultasikan kepada camat masing-masing untuk mendapatkan masukan.

c. Masukan dari masyarakat desa dan camat digunakan Kepala Desa untuk tindaklanjut proses penyusunan rancanan Peraturan Bersama Kepala Desa.

C. Pembahasan, Penetapan Dan Pengundangan

a. Pembahasan rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa dilakukan oleh 2 Kepala Desa atau lebih.

(40)

c. Rancangan Peraturan Bersama Kepala Desa yang telah dibubuhi tanda tangan diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa masing-masing desa.

a. Penyusunan rancangan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Kepala Desa.

b. Materi muatan Peraturan Kepala Desa meliputi materi pelaksanaan Peraturan di Desa dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

c. Peraturan Kepala Desa diundangkan dalam Berita Desa oleh Sekretaris Desa.

d. Perdes Adat disesuaikan dengan hukum adat dan norma adat istiadat yang berlaku di Desa Adat sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(41)

h. Ketentuan teknis lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan peraturan di desa diatur dalam Peraturan Bupati/Walikota.

2.6 Kelurahan

Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang berstatus sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS). Kelurahan berada di wilayah perkotaan. Kelurahan memiliki tugas menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan, dan penyelenggaraan urusan pemerintah di wilayahnya.

2.6.1 Fungsi Kelurahan

Dalam pelaksanaan tugasnya, Kelurahan menyelenggarakan fungsi. Kelurahan mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut;

a. Koordinator jalannya pemerintahan b. Pembina di masyarakat

c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan gotong royong d. Membina ketentraman dan ketertiban umum

e. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;

f. Pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat; g. Penyelenggaraan pelayanan masyarakat di wilayah kelurahan;

h. Penyelenggaraan dan pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah; i. Pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum di

wilayah kelurhan;

(42)

k. Penyusunan dan sinkronisasi usulan program dan kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan;

l. Pembinaan lembaga sosial kemasyarakatan dan swadaya gotong royong masyarakat;

m. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.6.2 Lembaga Pemerintahan Kelurahan

Lembaga pemerintahan kelurahan terdiri dari kepala kelurahan dan perangkat kelurahan yaitu akan di jelaskan ini sebagai berikut:

1. Kepala Kelurahan

Kelurahan dipimpin oleh seorang kepala kelurahan. Kepala kelurahan disebut lurah. Lurah diangkat dari PNS yang memenuhi syarat oleh bupati atau wali kota atas usul camat. Syarat-syarat menjadi lurah seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005 tentang kelurahan pada pasal 3 yaitu dibawah ini:

a. Memiliki pangkat atau golongan minimal penata (III atau C). b. Memiliki masa kerja minimal 10 tahun.

c. Memiliki kemampuan teknis di bidang administrasi pemerintahan dan memahami kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

Dalam menjalankan tugasnya, lurah bertanggung jawab kepada bupati atau wali kota melalui camat.

2. Perangkat Kelurahan

(43)

seksi-seksi dan jabatan fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, perangkat kelurahan bertanggung jawab kepada lurah Dan berikut ini merupakan penjelasan mengenai perangkat kelurahan :

1. Sekretaris Kelurahan

Sekretaris kelurahan bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi pemerintahan, seperti surat-menyurat, dan kearsipan. Selain itu, sekretaris kelurahan juga membantu lurah dalam urusan ketata-usahaan. Sekretariat Kelurahan dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Lurah. Sekretariat mempunyai tugas :

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kegiatan tahunan kelurahan; b. Melaksanakan pelayanan administrasi umum dan ketatausahaan; c. Melaksanakan pengelolaan keuangan kantor;

d. Menyelenggarakan administarasi kepegawaian;

e. Menyiapkan dan memproses usulan diklat aparatur kelurahan;

f. Melaksanakan urusan perlengkapan, rumah tangga dan keamanan kantor; g. Melaksanakan tertib administrasi, dokumentasi dan kearsipan;

h. Melaksanakan pengadaan, pemeliharaan sarana, prasarana kantor dan pengelolaan inventarisasi barang;

i. Melaksanakan tugas kehumasan dan keprotokolan; j. Menyusun bahan pembinaan kedisiplinan pegawai;

k. Menyusun laporan pelaksanaan program dan kegiatan kelurahan;

l. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan/pimpinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(44)

memfasilitasi pelaksanaan, pengangkatan, dan pemberhentian ketua RT dan

3. Melaksanakan pelayanan administrasi

kependudukan dan administrasi pertanahan di wilayah kelurahan;

4. Melaksanakan pemberian layanan

rekomendasi/surat keterangan dilingkup seksi pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

5. Melaksanakan pembinaan

lembaga-lembaga kemasyarakatan di kelurahan;

6. Melaksanakan tertib administrasi dan

pendataan kependudukan;

7. Melaksanakan pembinaan Rukun

Tetangga (RT) di wilayah kelurahan;

8. Menyusun profil dan monografi

kelurahan;

9. Memfasilitasi pelaksanaan keg iatan

pemilihan umum (PEMILU) di wilayah kelurahan;

10. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan

seksi.

B. Seksi Ekonomi Dan Pembangunan

(45)

dan bertanggungjawab langsung kepada Lurah. Seksi Pembangunan Masyarakat mempunyai tugas :

1. Menyusun program dan kegiatan

di bidang pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pembangunan di wilayah kelurahan.

2. Menyelenggarakan musyawarah

pembangunan kelurahan bersama dengan LPM;

3. Melaksanakan pelayanan kepada

masyarakat di bidang usaha ekonomi kemasyarakatan dan pembangunan.

4. Melaksanakan pembinaan dan

peningkatan, swadaya masyarakat, budaya gotong royong serta pendayagunaan teknologi tepat guna (TTG) di wilayah kelurahan.

5. Melaksanakan pembinaan dan

fasilitasi peningkatan usaha ekonomi kemasyarakatan dan pembangunan.

6. Melaksanakan pembinaan

penataan pembangunan permukiman penduduk di wilayah kelurahan.

7. Melakukan monitoring dan

pengawasan pelaksanaan pembangunan di wilayah kelurahan.

8. Melaksanakan pemberian

layanan rekomendasi persyaratan perizinan tertentu yang berhubungan dengan perekonomian dan pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. Menyusun laporan pelaksanaan

kegiatan seksi.

10. Melaksanakan tugas lainnya

yang diberikan oleh atasan / pimpinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(46)

Seksi ini bertugas membantu lurah dalam menyiapkan bahan penyusunan program serta melaksanakan pembinaan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya menyalurkan bantuan kepada keluarga miskin. Seksi Kesejahteraan Sosial atau social kemasyarakatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Lurah. Seksi Kesejahteraan Sosial mempunyai tugas :

1. Menyusun program dan kegiatan

di bidang kesejahteraan social;

2. Melaksanakan pemberian

layanan rekomendasi / surat keterangan yang berhubungan dengan kesejahteraan social sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Memfasilitasi pembinaan

kerukunan hidup antar warga dan antar umat beragama di wilayah kelurahan.

4. Melaksanakan pendataan

terhadap masyarakat yang rentan masalah sosial dan keluarga miskin di wilayah kelurahan.

5. Melaksanakan pengawasan

terhadap pelaksanaan bantuan, program dan kegiatan kesejahteraan social di wilayah kelurahan.

6. Memfasilitasi rapat sosialisasi

program pemerintah di bidang kesejahteraan sosial kemasyarakatan di wilayah kelurahan.

7. Melaksanakan pembinaan dan

fasilitasi program kegiatan usaha kesehatan sekolah dan organisasi sosial kemasyarakatan di wilayah kelurahan.

8. Melaksanakan pembinaan dan

fasilitasi kegiatan / program kesehatan masyarakat, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berenana di wilayah kelurahan.

9. Melaksanakan fasilitasi terhadap

(47)

10. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan usaha kesejahteraan rakyat.

11. Menyusun laporan pelaksanaan

kegiatan seksi.

12. Melaksanakan tugas lainnya

yang diberikan oleh atasan / pimpinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

D. Seksi Ketertiban Dan Keamanan

Seksi ini bertugas membantu lurah melaksanakan pembinaan ketertiban dan keamanan. Contohnya melaksanakan penertiban terhadap gangguan sosial. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Lingkungan Hidup dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Lurah. Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Lingkungan Hidup mempunyai

pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah kelurahan

4. Melaksanakan

pengadministrasian dan pelaporan data eks. G.30.S.PKI;

5. Melaksanakan pengawasan

umum terhadap kegiatan mendirikan bangunan, membuka lahan, galian C dan Kegiatan lainnya yang tidak memiliki perizinan di wilayah kelurahan;

6. Melaksanakan monitoring dan

(48)

7. Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam memelihara ketentraman, ketertiban dan kelestarian lingkungan hidup;

8. Memfasilitasi rapat penyelesaian

permasalahan di bidang trantib, lingkungan hidup dan perizinan lainnya di wilayah kelurahan.

9. Melaksanakan pemberian

layanan administrasi perijinan yang berhubungan dengan keamanan dan ketertiban wilayah.

10. Melaksanakan koordinasi dengan

instansi terkait, lembaga masyarakat, tokoh agama, LSM, RT.

11. Menyusun laporan pelaksanaan

kegiatan seksi.

12. Melaksanakan tugas lainnya

yang diberikan oleh atasan / pimpinan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional merupakan perangkat kelurahan yang memegang fungsi khusus bagi jalannya pemerintahan kelurahan. Jabatan fungsional membantu lurah untuk membina masyarakat.

2.6.3 Sumber Keuangan Kelurahan

Sumber keuangan kelurahan dapat diperoleh dari: 1. APBD kabupaten atau kota.

2. Bantuan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten atau kota.

(49)

2.6.4 Pembentukan, Penghapusan, Dan Penggabungan Kelurahan

Wikisource memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini:

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2006. Berdasarkan Permendagri 31/2006 tentang pembentukan, penghapusan, dan penggabungan kelurahan, dan Permendagri 28/2006 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan, maka syarat-syarat pembentukan suatu kelurahan adalah:

1. Wilayah Jawa dan Bali

paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 KK, dengan luas paling sedikit 3 km2;

2. Wilayah Sumatera dan

Sulawesi paling sedikit 2.000 jiwa atau 400 KK, dengan luas paling sedikit 5 km2; dan

3. Wilayah Kalimantan,

NTB, NTT, Maluku, Papua paling sedikit 900 jiwa atau 180 KK, dengan luas paling sedikit 7 km2.

4. serta memiliki memiliki

kantor pemerintahan, memiliki jaringan perhubungan yang lancar, sarana komunikasi yang memadai, dan fasilitas umum yang memadai. Kelurahan yang tidak lagi memenuhi kondisi di atas dapat dihapuskan atau digabungkan dengan kelurahan yang lain, berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

5. Sedangkan pemekaran

(50)

2.7 Lembaga Kemasyarakatan 2.7.1 Lembaga Masyarakat Desa

1. Kantor Desa

Kantor desa merupakan suatu wadah dimana perangkat desa melakukan kegiatannya dan pusat dimana masyarakat desa melakukan kegiatan ataupun pengaduan yang terjadi pada desa tersebut atapun hal-hal yang menyakut administrasi desa yang di kepalai oleh kepala desa.

2. Karang Taruna

Karang Taruna merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan jiwa mudanya. Karang Taruna tingkat Desa Sidoharjo bernama Wira Bakti. Disamping di tingkat desa di masing-masing pedukuhan juga terdapat karang taruna tingkat dusun dengan kegiatan tergantung dari program kerja karang taruna tingkat dusun. Karang Taruna mempunyai tugas menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

Karang Taruna dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi: a. penyelenggara usaha kesejahteraan sosial;

(51)

c. penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan;

d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya;

e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda;

f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia;

g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya;

h. penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial;

i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya;

j. penyelenggara usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual;

k. pengembangan kreatifitas remaja, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan

l. penanggulangan masalah-masalah sosial, baik secara preventif, rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja.

3. LPMD ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa )

(52)

royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan nama lain dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :

a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan;

b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada

masyarakat;

d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;

e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; dan

f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup.

4. Gabungan Kelompok Tani

Merupakan wadah bagi kelompok tani ditingkat desa, kegiatan yang menjadi rutinitas adalah pertemuan kelompok tani tingkat desa yang dilaksanakan secara bergilir setiap bulan di masing-masing kelompok tani. Kegiatan yang dilakukan :

a. Pendampingan Program aksi mandiri pangan b. Pengelolaan Program Usaha Agribisnis Perdesaan

5. FPP ( Forum Peduli Pendidikan)

(53)

6. POSYANDU ( Pos Pelayanan Terpadu )

Posyandu terdiri dari dua Posyandu yaitu Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Kegiatannya meliputi penimbangan rutin bagi balita dan lansia, pemberian makanan tambahan bagi balita dan lansia, penyuluhan kesehatan bagi balita dan lansia.

7. FORKESDES ( Forum Kesehatan Desa ) DESA SIAGA

Forum ini berkedudukan di tingkat desa, yang merupakan sarana untuk membahas masalah-masalah kesehatan ditingkat desa. Kesehatan yang dimaksud disini termasuk kesehatan lingkungan. Forum ini terbentuk pada tahun 2007 hal tersebut didasari pada banyaknya masalah-masalah kesehatan ditingkat pedukuhan yang tidak dapat Secara maksimal. Sehingga dengan adanya forum ini akan lebih mendorong terwujudnya Desa yang sehat salah satunya adalah penanganan masalah gizi buruk.

8. Tim Penggerak PKK

Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/Lurah dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Tugas Tim Penggerak PKK Desa atau Kelurahan meliputi :

a. Menyusun rencana kerja PKK Desa/Kelurahan, sesuai dengan basil Rakerda Kabupaten

b. Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal yang disepakati

c. Menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PK dusun atau Lingkungan, Rw, Rt dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati

(54)

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera

f. Mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja

j. Mengadakan konsultasi dengan Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK setempat.

Tim Penggerak PKK Desa dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi:

a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK

b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing gerakan pkk

9. RT dan RW

Rt dan Rw mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Rt dan Rw dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :

a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;

b. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan

mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan

(55)

2.7.2 Lembaga Masyarakat Kelurahan

1. Lembaga kemasyarakatan

Peraturan pemerintah No. 73 Tahun 2005 pasal 11," lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat." Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 PP No. 73 Tahun 2005, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi berikut ini:

A. Fungsi lembaga kemasyarakatan

a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat. b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan

kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

c. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat.

d. Penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif.

e. Penumbuh kembangan dan pergerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat.

f. Penggali, pendayagunaan, dan pengembangan potensi sumber daya, serta keserasian lingkungan hidup.

g. Penggembangan kreativitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja.

h. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. i. Pemberdayaan dan perlindungan hak politik

masyarakat.

j. Pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah desa atau kelurahan dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan membahas tentang penerapan model supply chain operations reference (SCOR) dan metode perbandingan berpasangan untuk pengukuran kinerja rantai pasok

Data terintegrasi dalam SID TKPK Desa Pemanfaatan Data di Desa TKPK Desa Koreksi Data Pusat TNP2K Musyawarah &Koordinasi Provinsi TKPK Provinsi. Musyawarah & Koordinasi

Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor

Harga saham pada perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman mengalami kenaikan dan penurunan, hal tersebut berkaitan dengan besarnya nilai current

Dengan harga terjangkau dan pembayaran yang bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, Stroomnet ini internet pejabat dengan harga merakyat..

Tujuan penelitian untuk mendapatkan dosis inokulum Rhizopus oligosporus dan waktu fermentasi biji kecipir yang optimum terhadap peningkatan kandungan protein murni dan

Keadaan ini dikenal dengan fetal inflammatory response syndrome (FIRS), yaitu infeksi janin atau BBL terjadi karena penjalaran infeksi kuman vagina -ascending infection- atau

Bahwa pengaturan tentang penyediaan, penyerahan dan penegelolaan prasarana,sarana dan utilitas pada perumahan dan permukiman kedalam peraturan daerah bertujuan