FAKTA TENTANG KEMISKINAN DI INDONESIA Helda Rante Allo dan Pardamean Simatupang
I. Pendahuluan
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang berarti tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Jika
ditambahkan imbuhan ke- dan -an, maka kemiskinan berarti keadaan tidak berharta; keadaan yang serba kekurangan.
2. Menurut Lewis, kemiskinan adalah ketidaksanggupan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan-keperluan material seseorang.
3. Menurut Bradley R. Schiller, kemiskinan merupakan ketidaksanggupan untuk
mendapatkan barang-barang dan jasa-jasa yang memadai guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial yang terbatas.
II. Bentuk-bentuk Kemiskinan
Terdapat empat bentuk kemiskinan yang mana setiap bentuk memiliki arti tersendiri.
Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif yang melihat kemiskinan dari segi pendapatan, sementara kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural yang melihat kemiskinan dari segi penyebabnya.
1. Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimun, antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas agar bisa hidup dan bekerja.
2. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat sekitarnya.
3. Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.
4. Kemiskinan kultural mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
III. Penyebab Kemiskinan
2. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
3. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.
5. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
IV. Akibat Kemiskinan
1. Dapat menyebabkan gizi buruk
2. Gizi buruk dalam makanan yang tidak sehat sehingga menyebabkan otak tidak berkembang.
3. Otak tidak berkembang menyebabkan kebodohan karena tidak ada pendidikan dan susah mencari pekerjaan dan hidup dangan tidak produktif.
V. Kesimpulan dan Saran
Sebagai kesimpulan kami, pada dasarnya kemiskinan (sejauh ini) akan selalu ada. Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa kemiskinan sangat sukar untuk diatasi. Berkembangnya suatu negara, ataupun bahkan suatu daerah, tidak menjadi jaminan bahwa penduduknya dapat terlepas dari belenggu kemiskinan. Namun ini bukanlah alasan bagi kita untuk tetap dan terus berpangku tangan dalam menghadapi situasi sosial ini.
Seperti yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Matius 25 : 35 – 40,
“. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”